KOMPARASI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS PROBLEM SOLVING (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bang
i
KOMPARASI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA MELALUI
PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS
PROBLEM SOLVING (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
OLEH
HENNI WULAN SARI 1202656
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
ii
HALAMAN PENGESAHAN HENNI WULAN SARI
1202656
KOMPARASI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA MELALUI
PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS
PROBLEM SOLVING (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Disetujui dan Disyahkan Oleh: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd NIP. 19490227 197703 1 001
Pembimbing II
Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 19680703 199203 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Dr.Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001
(3)
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis inkuiri dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)” ini beserta seluruh isinya benar -benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini..
Bandung, Desember 2014
Henni Wulan sari 1202656
(4)
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahhirobbil’alamin.... Segala puji hanya milik Allah swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dan pendidikan magister ini. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, dosen pembimbing I serta Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Ibu Dr. Ida Kaniawati, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. Rusman, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia
4. Bapak Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. dan Bapak Dr. H. Dinn Wahyudin, MA. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, bimbingan, dan pemikirannya untuk perbaikan tesis ini.
5. Bapak dan ibu dosen program studi pengembangan kurikulum yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan di program studi pengembangan kurikulum.
6. Direktur SPS beserta staf atas layanan selama penulis mengikuti studi di Universitas Pendidikan Indonesia.
7. Bapak H. Erzaldi Rosman, SE, MM selaku Bupati bangka Tengah dan Bapak Drs.Sugiato selaku Kepala Dinas Pendidikan Bangka Tengah beserta stafnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik materil maupun moril untuk menyelesaikan studi ini.
8. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan staf TU di SMAN 1 Sungaiselan yang memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis sebagai tempat penelitian dan penyelesaian studi.
(5)
v
9. Suamiku tercinta Yusri Kinur M.Pd, anak-anakku tercinta: Maura Afifah Kinur dan Muhammad Khainur Rafiq Kinur yang turut berjuang demi studi penulis, selalu memberikan kekuatan, doa, dukungan serta memberikan kekuatan kepada penulis, papa: Hozali BS, Ibunda: Aryani, Mama: Halimah, adik-adikku (Holpi Nurbis, S.Pdi, Hartani Sarbun, SE, Arghinni Irhamni dan Al Hafis) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
10. Teman seperjuangan keluarga besar Pengembangan Kurikulum angkatan 2012 atas kebersamaan dalam suka dan duka, sukses selalu untuk kita semua. Teman-teman angkatan ke-2 dan ke-3 mahasiswa S2 Bangka Tengah yang membantu dan memotivasi, teman-teman kosan geger asih 24, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata atas segala bantuan, bimbingan, dan dorongan yang telah Bapak, Ibu, serta teman-teman berikan kepada penulis dengan tulus dan iklas semoga mendapat pahala dari Allah swt.
Bandung, Desember 2014
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah swt yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tesis yang berjudul “Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis inkuiri dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa dihadiratkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan program studi Pengembangan Kurikulum di Universitas Pendidikan Indonesia. Tesis ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian dan pengembangan kajian selanjutnya di bidang pengembangan kurikulum, mata pelajaran sains atau mata pelajaran lainnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sains dan para pendidik sebagai pengembangan kurikulum di kelasnya.
Bandung, Desember 2014
(7)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis inkuiri dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving
(Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)”.
HENNI WULAN SARI 1202656
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep fisika. Hasil studi pendahuluan ditemukan pembelajaran fisika sudah menggunakan praktikum tetapi masih bersifat tradisional. Di kehidupan sehari-hari siswa banyak masalah terjadi yang berkaitan dengan konsep dasar fisika yang kurang diketahui siswa. Kajian teori menyatakan ”Pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri maupun pemecahan masalah (problem solving)” sehingga rumusan masalah penelitian ini,
yaitu“Bagaimanakah perbandingan pemahaman konsep fisika melalui pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komparasi/perbandingan pemahaman konsep fisika melalui pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis
problem solving. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode
penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan desain The Statistic Group
Prettest-Posttest Design yang diadaptasi dari Fraenkel & Wallen, serta instrumen
penelitian berupa tes objektif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X-IPA Semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah dengan penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan pengolahan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan rerata peningkatan gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen 1 = 0,65 dan untuk kelas eksperimen 2 = 0,56 pada kategori yang sama yaitu sedang, sedangkan per kriteria pemahaman konsep kelas eksperimen 1 terhadap kelas eksperimen 2 didapatkan: peningkatan sebesar 0,08 kriteria translasi, peningkatan sebesar 0,15 kriteria interpretasi, dan peningkatan sebesar 0,06 kriteria ekstrapolasi. Hasil uji hipotesis N-gain menggunakan uji t pada df = 52 didapatkan thitung = 3,071 > ttabel = 1,667 menunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika
dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri lebih baik daripada pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving.
Kata Kunci: laboratorium berbasis ikuiri, laboratorium berbasis problem solving, pemahaman konsep fisika
(8)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Comparative Of Physics Concepts Understanding Through Inquiry Based Learning With Laboratory Activities Based Problem Solving Learning (Quasi-Experiments In Class X
Sman 1 Sungaiselan,The Regency Of Bangka Tengah, Bangka Belitung Archipelago Province)
HENNI WULAN SARI 1202656
ABSTRACT
This research is motivated by the low of physics concepts understanding. The results of a preliminary study found that physics learning have using practicum but still traditional character. In daylife, the students a lot of problems occur with regard to the basic concepts of physics that are less known by the students. Study of theory states "Learning in school can be done with the approach of inquiry and problem solving" so that the formulation of problem in this research is "How to comparative of the physics concepts understanding through inquiry-based laboratory activities learning with laboratory activities based problem solving learning?".The purpose of this research is to know comparative or determine of physics concepts understanding through inquiry-based activities learning with laboratory activities based problem solving learning. This research uses a quantitative approach through experimental methods or quasi-experimental design with the Statistics Group Prettest-Posttest. Design adapted from Fraenkel & Wallen, and the instrument of this research is an objective test. The population of this research is all of students in the class X-IPA Semester 1 2014/2015 at SMAN 1 Sungaiselan Bangka Tengah act of determing sampling by purposive sampling technique. Based on result of research through processing and analysis of data in this research, found an average increase in gain is normalized to the experimental class 1 = 0.65 and for the experimental class 2 = 0.56 in the same category is medium, while per the criteria of the concept understanding in experimental class 1 toward class experiment 2 obtained: an increase of 0.08 translational criteria, an increase of 0.15 interpretation criteria, and an increase of 0.06 extrapolation criteria. The results of the N-gain hypothesis testing using t test at df = 52 obtained t = 3.071> table = 1.667 indicates that physics concepts understanding with inquiry-based laboratory activity learning is better than based laboratory problem solving activities learning.
(9)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keywords: inquiry-based laboratory, laboratory-based problem solving, physics concepts understanding.
(10)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Lembar Pernyataan... iii
Ucapan Terima Kasih ... iv
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Diagram... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Indentifikasi dan Batasan Masalah ... 5
C.Rumusan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.Kajian Kurikulum Mata pelajaran Fisika ... 8
1. Hakikat pembelajaran fisika... 8
(11)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Belajar dan Pembelajaran ... 14
1. Teori Belajar Kontruktivisme ... 14
2. Sistem Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan ... 16
3. Kegiatan Laboratorium ... 21
4. Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri ... 22
5. Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving ... 28
C.Pemahaman Konsep Fisika ... 34
D.Konsep Optika ... 39
E. Kerangka Berpikir ... 45
F. Hipotesis Penelitian ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 49
B.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 50
C.Definisi Operasional ... 51
D.Instrumen Penelitian ... 52
E. Prosedur Penelitian ... 60
F. Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 66
1. Deskripsi Rancangan Eksperimen ... 66
2. Deskripsi Pelaksanaan Eksperimen ... 69
3. Hasil Eksperimen ... 88
B.Pembahasan ... 103
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A.Simpulan ... 113
(12)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.Rekomendasi ... 115
Daftar Pustaka ... 116
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Rata-rata hasil ujian nasional mata pelajaran fisika ... 3
Tabel 2.1. Perbedaan antara laboratorium problem solving dengan laboratorium inkuiri ... 33
Tabel 2.2. Perbandingan kegiatan laboratorium berbasis problem solving dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ... 48
Tabel 3.1. Desain penelitian ... 49
Tabel 3.2. Rancangan kegiatan proses penelitian ... 50
Tabel 3.3. Sampel penelitian ... 51
Tabel 3.4. Hasil uji coba instrumen pemahaman konsep fisika ... 54
Tabel 3.5. Interpretasi validitas soal ... 56
Tabel 3.6. Analisis validitas butir soal ... 56
Tabel 3.7. Kriteria reabilitas tes ... 57
Tabel 3.8. Hasil analisis reabilitas tes uji coba... 57
Tabel 3.9. Klasifikasi tingkat kesukaran ... 57
Tabel 3.10. Presentasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal ... 58
(13)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.12. Presentasi hasil daya beda butir soal ... 58
Tabel 3.13. Kriteria keterlaksanaan model pembelajaran kegiatan laboratorium ... 59
Tabel 3.14. Karakteristik data penelitian... 60
Tabel 3.15. Kriteria perolehan N-gain... 64
Tabel 4.1. Sintak kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ... 69
Tabel 4.2. Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama kegiatan praktikum berbasis inkuiri ... 70
Tabel 4.3. Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua kegiatan praktikum berbasis inkuiri ... 75
Tabel 4.4 Kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga kegiatan praktikum berbasis inkuiri ... 77
Tabel 4.5 Sintaks kegiatan laboratorium berbasis problem solving ... 79
Tabel 4.6 Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama kegiatan praktikum berbasis problem solving ... 80
Tabel 4.7 Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua kegiatan praktikum berbasis problem solving ... 85
Tabel 4.8. Kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga kegiatan praktikum berbasis problem solving ... 87
Tabel 4.9. Nilai pretes, posttes, dan N-gain kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ... 89
Tabel 4.10. Statistik deskriptif pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 . 90 Tabel 4.11. Hasil uji normalitas pretest pemahaman konsep fisika siswa ... 90
Tabel 4.12. Hasil uji Mann-whitney pretest pemahaman konsep fisika siswa ... 92
Tabel 4.13. Hasil statistik deskriftif pretest pemahaman konsep fisika siswa ... 93
Tabel 4.14 Hasil uji normalitas posttest pemahaman konsep fisika siswa ... 93
(14)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.16 Hasil uji-t posttest pemahaman konsep fisika siswa ... 96
Tabel 4.17 Hasil statistik deskriftif n-gain skor pemahaman konsep fisika siswa .... 97
Tabel 4.18. Kriteria hasil n-gain pemahaman konsep fisika siswa ... 97
Tabel 4.19. Hasil uji normalitas n-gain peningkatan pemahaman konsep fisika siswa ... 98
Tabel 4.20. Hasil uji homogenitas n-gain pemahaman konsep fisika siswa ... 99
Tabel 4.21. Hasil uji-t rerata n-gain pemahaman konsep fisika siswa ... 100
Tabel 4.22. Rerata n-gain untuk setiap kategori kemampuan pemahaman konsep ... 101
Tabel 4.23. Presentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran ... 102
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kamera sederhana ... 42
Gambar 2.2. Pengamatan mikroskop tanpa akomodasi mata ... 42
Gambar 2.3. Pengamatan mikroskop dengan akomodasi maksimum ... 43
Gambar 2.4. Pengamatan teropong bumi dengan mata tak berakomodasi ... 45
(15)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM
(16)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi instrumen pemahaman konsep fisika ... 123
Lampiran 2. Lembar judsment dosen instrumen penelitian ... 151
Lampiran 3. Instrumen uji coba pemahaman konsep fisika ... 157
(17)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran 5. Soal pretest dan posttest pemahaman konsep fisika ... 170
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen 1 ... 180
Lampiran 7. Lembar kerja siswa (LKS) kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ... 198
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen 2 ... 205
Lampiran 9. Lembar kerja siswa (LKS) pra eksperimen kegiatan laboratorium berbasis problem solving ... 223
Lampiran 10.Lembar kerja siswa (LKS) kegiatan laboratorium berbasis problem solving... 227
Lampiran 11.Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ... 235
Lampiran 12.Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan laboratorium berbasis problem solving ... 237
Lampiran 13. Hasil pretest dan posttest ... 240
Lampiran 14. Nilai persentil untuk distribusi t ... 242
(18)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian
Kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah seharusnya menekankan pada perubahan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Sanjaya (2011, hlm. 28) mengemukakan:
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Ini menunjukan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kaitannya dengan pembelajaran fisika di sekolah-sekolah, selama ini masih terbatas pada penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Kemendikbud (2012, hlm. 9) menyatakan bahwa:
Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment) yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.
Hasil studi ini menggambarkan bahwa fisika yang merupakan salah satu cabang sains (IPA) yang dipelajari di Indonesia kemampuannya masih sangat rendah yang perlu ditindaklanjuti dengan berbagai upaya perbaikan pembelajaran fisika. Fisika merupakan pembelajaran sains yang pembelajarannya harus
(19)
2
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan pendekatan ilmiah melalui praktikum. Siska dkk. (2013, hlm.70) mengemukakan:
“Pada umumnya, praktikum yang dilakukan di sekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya berisi instruksi langsung. Kegiatan praktikum yang dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam melakukan eksperimen untuk menemukan konsep sendiri.
Fenomena pembelajaran fisika yang bersifat praktikumnya masih bersifat memverifikasi juga terjadi di beberapa SMA Negeri di Kabupaten Bangka Tengah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi terhadap SMA 1 Sungai Selan pada saat kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) fisika, ternyata kecenderungan pembelajaran fisika di sekolah dalam proses pembelajaran di laboratorium masih bersifat tradisional. Guru membuat perencanaan, pelaksanaan, kemudian siswa dan guru bersama-sama menyelesaikan masalah. Pola kegiatan/aktivitas laboratorium tradisional sebagai berikut: siswa diberi tahu prinsip/teori/konsep fisika, setelah itu siswa menguji/memverifikasi kebenaran teori/konsep/prinsip yang sudah diketahui. Kegiatan laboratorium seperti ini cenderung mendorong siswa untuk tidak jujur, karena hasil pengamatannya dikendalikan oleh teori/prinsip/konsep fisika yang sudah diketahui. Jika ini terus dilakukan, kegiatan laboratorium yang diharapkan sebagai wahana pengembangan pemahaman konsep materi fisika maupun keterampilan lainnya kurang tercapai. Kelemahan metode praktikum tradisional juga terletak pada proses kegiatannya. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk praktikum sudah disajikan secara rinci memuat prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan siswa secara bertahap. Ini mengakibatkan kurang merangsang siswa untuk memahami konsep fisika, mengembangkan daya nalarnya untuk merencanakan dan menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
Hasil belajar kognitif berkaitan erat dengan pemahaman konsep, sehingga penting dalam suatu proses pembelajaran. Jika hasil belajar kognitif siswa masih rendah, maka dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa akan konsep
(20)
3
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
materi yang diajarkan juga masih kurang. Siswa belajar suatu konsep fisika dimulai dengan pemahaman terhadap konsep tersebut, sehingga siswa dapat mengaplikasikan apa yang dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.Rendahnya pemahaman konsep fisika di SMA yang penulis teliti dapat dilihat dari pencapaian nilai UAN mata pelajaran empat tahun terakhir yang terus mengalami penurunan. Hasil rata-rata Ujian Akhir Nasional (UAN) mata pelajaran fisika disajikan dalam tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Rata-Rata Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Fisika Tahun Rata-Rata UAN Nilai Fisika
2011 7,47
2012 6,12
2013 4,44
2014 3,24
(Sumber: Waka. Kurikulum)
Pembelajaran sains khususnya fisika akan bermakna jika proses pembelajarannya sesuai dengan hakekat sains, artinya belajar fisika tidak cukup hanya melalui kumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum maupun teori tetapi menyangkut juga bagaimana proses pengetahuan itu diperoleh. Pembelajaran fisika juga harus mengarahkan siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep fisika dan aktivitas-aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung dengan alam dan fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik pelajaran fisika yang bersifat abstrak seringkali membuat peserta didik kesulitan memahami konsep fisika. Dahar (1996, hlm. 79) mengemukakan “konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar dari proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi”. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika secara khusus diperlukan perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Proses pembelajaran fisika selama ini kurang fokus pada siswa, selain itu tujuan pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk
(21)
4
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip yang telah dipahami. Depdiknas (2002) menyatakan bahwa “kesulitan belajar salah satunya dapat disebabkan oleh kelemahan siswa dalam memahami konsep”. “Kesulitan dalam belajar Fisika dapat diindikasi dari kemampuan siswa dalam memahami konsep dan kemampuan berpikir memecahkan masalah/soal. Kesalahan memahami konsep timbul akibat kesalahan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya (Rusilowati, 2006 hlm. 101)”.
Wan Ng dan Nguyen (2006, hlm. 40) dalam International Education Journal yang berjudul investigasi pengintegrasian fenomena sehari-hari dan praktik kerja dalam mengajar fisika di Vietnam menyatakan bahwa kemampuan guru dalam mengaitkan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari dan pengalaman langsung menjadikan siswa belajar secara aktif serta memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika”. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk menerapkan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik dalam menggunakan semua indera melalui memahami dan menyerap konsep-konsep fisika melalui kegiatan ilmiah/praktikum di laboratorium.
Pada dasarnya kegiatan laboratorium merupakan bagian dari pembelajaran fisika yang hendaknya didesain berdasarkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak dapat lepas dari masalah sehingga selalu berusaha untuk menyelesaikannya. Killen (1998, hlm. 108) menyatakan “a problem can be defined as any situation in which some information is known and other information is needed”. Di kehidupan sehari-hari siswa banyak masalah yang terjadi yang berkaitan dengan konsep dasar fisika yang kurang diketahui siswa. Pada kenyataanya banyak siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasi konsep fisika dalam berbagai permasalahan di lingkungannya. Pembelajaran dengan kegiatan laboratorium diharapkan membuat siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah-masalah yang dihadapinya. “Salah satu tujuan kegiatan laboratorium adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman langsung tentang konsep-konsep yang akan dipelajarinya” (Insan, 2008, hlm. 13).
(22)
5
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada model kegiatan praktikum mengisyaratkan kepada guru untuk selalu mengaktifkan peran siswa dalam proses belajar untuk “menemukan” bukan “menerima”. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1989) “selama proses pembelajaran berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajarinya”. Siswa perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan para ilmuan agar mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa sendiri. Kegiatan praktikum alternatif y ang menekankan pada pengalaman siswa dan berbasis masalah adalah kegiatan praktikum laboratorium berbasis inkuiri dan berbasis problem solving.”Pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri maupun pemecahan masalah (problem solving)”(Rustaman, 2005, hlm.9). “Pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep fisika salah satunya adalah inkuiri” (Umrotun, 2012, hlm.75). Rustaman (2005, hlm. 10) mengemukakan “inkuiri lebih menekankankan siswa untuk menemukan dan memahami konsep melalui percobaan di laboratorium menggunakan langkah-langkah ilmiah dibantu dengan petunjuk praktikum”. “Problem solving dalam pembelajaran merupakan suatu cara berfikir untuk meningkatkan pemahaman siswa atau meningkatkan wawasan terhadap konsep yang dipelajari” (Amprasto dkk. 2006). “Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif meningkatkan pemahaman konsep fisika adalah melalui pembelajaran problem solving (Simanjuntak, 2012, hlm. 56)
Berkenaan dengan permasalahan di atas dan kondisi di lapangan pada studi pendahuluan, penulis mencoba membandingkan atau mengkomparasikan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dengan judul “Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis inkuiri dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)”.
(23)
6
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Proses pembelajaran fisika selama ini kurang fokus pada siswa;
2. Rendahnya kualitas, kuantitas proses, dan produk pembelajaran fisika di laboratorium;
3. Kualitas proses pembelajaran fisika m a s i h bersifat reguler, pemilihan pendekatan, strategi, dan model pembelajaran kurang bervariasi;
4. Pemahaman konsep fisika siswa masih rendah walaupun pembelajarannya sudah menggunakan praktikum tetapi praktikum tradisional, dimana semua aktivitas siswa telah diatur oleh guru;
5. Kegiatan laboratorium kurang menyajikan pemecahan masaalah bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika;
6. Proses pembelajaran fisika di laboratorium kurang memfasilitasi para siswa untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah.
Peneliti membatasi masalah sebagai fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Aspek peningkatan pemahaman konsep fisika siswa melalui kegiatan pembelajaran fisika di laboratorium.
2. Aspek yang terkait dengan perbandingan model pembelajaran, yakni kegiatan pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri dan kegiatan pembelajaran laboratorium berbasis problem solving.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut: “Bagaimanakah perbandingan pemahaman konsep fisika melalui pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving?” Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep fisika melalui penerapan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri?
(24)
7
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep fisika melalui penerapan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving?
3. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep fisika setelah diterapkan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komparasi/perbandingan pemahaman konsep fisika melalui pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menemukan peningkatan pemahaman konsep fisika melalui penerapan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri.
2. Menemukan peningkatan pemahaman konsep fisika melalui penerapan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving.
3. Menemukan perbandingan peningkatan pemahaman konsep fisika setelah diterapkan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dan pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving.
E.Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam pengembangan pendidikan, khususnya di bidang pembelajaran dan penilaian.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, sekolah, peneliti selanjutnya, dan instansi. Bagi guru, memberikan suatu alternatif bagi guru salah satu inovasi pembelajaran fisika khususnya dan mata pelajaran sains umumnya untuk mengembangkan pemahaman konsep melalui kegiatan di laboratorium. Bagi siswa, terciptanya suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, meningkatkan pemahaman konsep fisika yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam memutuskan masalah dalam
(25)
8
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kehidupan sehari-hari. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai salah satu bahan literatur bagi peneliti lain yang melakukan penelitian pada bidang yang sama materi berbeda ataupun mata pelajaran yang lain, dan memberikan masukan kepada instansi terkait supaya dapat memfasilitasi laboratorium di setiap sekolah dengan lengkap.
(26)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu. Ali (2011, hlm. 284)
mengemukakan hakikat penelitian kuasi eksperimen adalah “penelitian
eksperimen namun dalam pelaksanaannya ada kendala-kendala pemenuhan kriteria, yaitu terkait pemilihan subjek sampel secara random dan penugasan
subjek secara random”. Penelitian quasi eksperimen digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Statistic Group Prettest-Posttest Design yang diadaptasi dari Fraenkel & Wallen (2009, hlm. 266). Pada desain ini ada dua kelompok yang akan diberikan perlakuan/treatment yang berbeda namun masih setara, yaitu kelompok eksperimen 1 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri) dengan kelompok eksperimen 2 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving). Untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2 maka, dibandingkan hasil pretes dan postesnya begitu juga dengan N-gainnya. Sebagaimana yang disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Test awal Perlakuan Test akhir
Eksperimen 1 O X1 O
Eksperimen 2 O X2 O
Keterangan :
O : Pemberian tes
(27)
50
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X2 : kelompok pembelajaran kegiatan laboratorium berbasis problem solving.
Adapun kegiatan proses penelitian jika diuraikan secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Rancangan Kegiatan Proses Penelitian
Pertemuan ke-
Materi
Durasi Kelompok
Eksperimen 1
Kelompok Eksperimen 2
I Pretest Pretest 45 menit
II Mata
Kamera
Mata Kamera
135 menit
III Mikroskop Teropong
Mikroskop Teropong
135 menit
IV Pembuatan teropong Pembuatan teropong 45 menit
V Posttest Posttets 45 menit
Untuk analisis data setiap individu dalam desain ini, skor posttestnya dikurangi skor pretest atau dicari terlebih dahulu selisih antara posttest dengan pretest sehingga dapat dianalis “gain” atau perubahannya.
B.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian berlangsung pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 130). Menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah sebanyak 56 orang.
(28)
51
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Sampel adalah bagian dari suatu populasi (Sudjana, 1996, hlm. 6;
Furqon, 2008, hlm.146)”.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan tempat sehingga tidak mengambil sampel yang lebih luas. Sampel penelitian diperoleh untuk menentukan kelas eksperimen 1 yaitu kelas X IPA 2 yang diberi perlakuan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dan kelas X IPA 1 merupakan kelas eksperimen 2 yaitu kelas yang diberi perlakuan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving yang digambarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No. Kelas Kelompok Jumlah
L P Total
1. X IPA 1 Eksperimen 2 10 18 28
2. X IPA 2 Eksperimen 1 10 16 24
Jumlah Total 20 34 54
C.Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk mempermudah pemahaman beberapa istilah dalam penelitian ini. Definisi operasional disesuaikan dengan tujuan penelitian antara lain:
1. Pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan siswa melakukan praktikum di laboratorium dengan arahan guru melalui beberapa tahap (fase), yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpukan data/eksperimen, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
2. Pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving adalah model kegiatan di laboratorium menurut Heller & Heller (1999) dengan langkah-langkah kegiatan: 1) real word problem (penyajian masalah), 2) equipment (peralatan), 3) prediction (prediksi), 4) methode question
(29)
52
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(pertanyaan metode), 5) exploration (eksplorasi), 6) measurement (pengukuran), 7) analysis (analisis), dan 8) conclusion (kesimpulan).
3. Pemahaman konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam memaknai suatu konsep yang diberikan. Penelitian ini pemahaman konsepnya meliputi tiga aspek yang dikemukakan oleh Bloom et al. (1981, hlm. 221), yaitu pemahaman translasi, pemahaman interpretasi, dan pemahaman ekstrapolasi. Adapun pemahaman konsep siswa yang dimaksud yaitu peningkatan presentase pemahaman konsep siswa setelah diterapkan kegiatan laboratorium berbasis problem solving dengan berbasis inkuiri diukur melalui skor tes tertulis sebelum dan setelah pembelajaran dengan bentuk pilihan ganda, kemudian dianalisis nilai gain ternormalisasinya.
D.Instrumen Penelitian
Ali (2011, hlm. 11) mengemukakan “Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data” . Dalam melaksanakan suatu penelitian data memegang peranan penting karena kesimpulan penelitian dibuat berdasarkan data yang dikumpul. Berdasarkan tujuan penelitian, data yang dibutuhkan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil dari pretest kelas eksperimen 1 dan 2 sebelum mendapatkan pembelajaran.
2. Hasil dari posttest kelas eksperimen 1 dan 2 setelah mendapatkan pembelajaran.
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka, peneliti terlebih dahulu membuat instrumen penelitian yang berbentuk tes. Sanjaya (2011, hlm. 354) mengemukakan “tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka. Berdasarkan angka itulah selanjutnya ditafsirkan tingkat pemahaman kompetensi siswa”. “Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan” (Sudaryono, 2012, hlm.101).
Pemberian tes dilakukan dua kali dalam penelitian ini. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep fisika siswa sebelum dan sesudah
(30)
53
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlakuan/treatment yaitu pada kelompok eksperimen 1 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri) dan pada kelompok eksperimen 2 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini tes tertulis, yaitu tes objektif yang berbentuk tes pilihan ganda dengan lima option yang berjumlah 30 buah untuk mengukur kemampuan pemahamaan konsep fisika.
Dalam penelitian ini selain instrumen tes, digunakan juga lembar observasi atau pengamatan yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan treatment (perlakuan). Oservasi atau pengamatan menurut Arikunto (2009, hlm.
30) adalah “ suatu tehknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis”. Jenis observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah observasi sistematik, yaitu dimana faktor yang diamati sudah sudah diatur menurut kategorinya. Instrumen lembar observasi yang digunakan sebagai alat penilaian guru selama menerapkan langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran yaitu pada kelompok eksperimen 1 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri) dan pada kelompok eksperimen 2 (kelompok yang pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis problem solving). Lembar observasi ini dibuat oleh peneliti lalu digunakan oleh observer untuk mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran yang bentuknya check list. “Check list pada dasarnya adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks (Zainul
dan Nasoetion, 1993, hlm.92)”. Pengamat/observer dalam menggunakan chek list
hanya dapat menyatakan ada atau tidaknya sesuatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut.
Suatu soal yang baik yaitu soal yang memenuhi beberapa syarat yaitu: valid (sahih), memiliki tingkat kesukaran, memiliki daya pembeda, dan reliabel (handal). Soal ini diuji coba pada siswa yang telah mempelajari materi alat-alat optik yaitu kelas XII IPA yang berjumlah 28 orang. Sebelum tes
(31)
54
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diujicobakan tes dijudsment oleh 3 dosen ahli. Hasil tes yang telah diujicobakan dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Pengembangan instrumen dalam penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Melakukan uji coba butir soal
Untuk menghasilkan soal yang baik, maka soal terlebih dahulu di uji coba. Dengan melakukan uji coba butir soal dapat diketahui soal mana yang masuk kategori sulit, sedang, atau mudah sehingga pada saat penelitian soal yang digunakan benar-benar mencermin kemampuan siswa yang sedang diteliti. 2. Melakukan analisis butir soal
Hasil pengolahan instrumen soal didapatkan hasil validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda untuk 35 soal diuraikan pada tabel dibawah.
Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep Fisika No.
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Reliabilitas Tes
Keterangan
1 Cukup Baik Sedang
0,72
Dipakai
2 Sangat rendah Jelek Sedang Revisi, dipakai
3 Cukup Baik sekali Sedang Dipakai
4 Sangat rendah Cukup Sedang Dipakai
5 Cukup Baik Sedang Dipakai
6 Cukup Baik Sedang Dipakai
7 Cukup Baik Sedang Dipakai
8 Cukup Baik Sedang Dipakai
9 Sangat rendah Jelek Sedang Revisi, dipakai
10 Sangat rendah Buang Sedang Buang
11 Tidak valid Jelek Sedang Buang
12 Cukup Baik Sedang Dipakai
13 Tidak valid Buang Sedang Buang
14 Rendah Cukup Sedang Dipakai
(32)
55
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16 Rendah Cukup Sedang Dipakai
17 Rendah Cukup Sedang Dipakai
18 Cukup Baik Sedang Dipakai
19 Cukup Baik Sedang Dipakai
20 Tidak valid Buang Sedang Buang
21 Sangat rendah Baik Sedang Dipakai
22 Cukup Baik sekali Sedang Dipakai
23 Rendah Baik Sedang Dipakai
24 Cukup Baik sekali Sedang Dipakai
25 Sangat rendah Jelek Sedang Revisi, dipakai
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Reliabilitas Tes Keterangan
26 Cukup Baik Sedang
0,72
Dipakai
27 Rendah Cukup Sedang Dipakai
28 Tidak valid Jelek Sedang Buang
29 Rendah Baik Sedang Dipakai
30 Rendah Baik Sedang Dipakai
31 Sangat rendah Jelek Sedang Revisi, dipakai
32 Rendah Baik Sukar Revisi, dipakai
33 Sangat rendah Jelek Sedang Revisi, dipakai
34 Sangat rendah Cukup Sedang Dipakai
35 Cukup Baik Sedang Dipakai
Korelasi XY = 0,56, Simpang Baku = 4,91, Rata2 = 17,68,
a. Uji Validitas
“Suatu alat ukur dikatakan validitas seandainya dapat mengukur apa yang hendak diukur” (Sanjaya, 2011, hlm. 355). Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat menggunakan suatu teknik koefisien korelasi point biseral
(33)
56
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Arikunto, 2009 hlm. 73) yang besarnya koefisien kolerasi antara dua variabel dirumuskan sebagai berikut:
rpbis = ...(Persamaan 23)
dengan: rpbis = koefisien korelasi biseral
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab dengan benar
Mt = rata-rata skor secara keseluruhan
p = proporsi siswa menjawab soal dengan benar q = proporsi siswa menjawab soal salah
Tabel 3.5 Interpretasi Validitas Soal (Arikunto, 2009 hlm. 75) Nilai rxy Interpretasi
0,80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Untuk menghitung validitas item butir soal dalam penelitian ini menggunakan ANATES ver 4.0.9. Hasil analisis validitasnya jika dipresentasikan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Analisis Validitas Butir Soal
Nilai rxy Interpretasi Presentasi (%) Nilai rxy Total 0,80-1,00 Sangat tinggi 0
0,56
0,60-0,80 Tinggi 0
0,40-0,60 Cukup 40
(34)
57
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,00-0,20 Sangat rendah 30
Negatif Tidak valid 10
b. Reliabilitas
“Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2006, hlm. 178). Instrumen akan dapat dipercaya, jika reliabel sehingga akan menghasilkan data yang dipercaya. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabititas tes menggunakan ANATES ver 4.0.9 dimana kriteria reliabilitas tes dan hasil analisis reliabilitasnya disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7 Kriteria Reabilitas Tes (Arikunto, 2009 hlm. 80) Rentang Kriteria Reliabilitas
0,81-1,00 Sangat tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Tabel 3.8 Hasil Analisis Reabilitas Tes Uji Coba
Nilai Reliabilitas =
0,72
Rentang Kriteria Reliabilitas 0,81-1,00 Sangat tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
(35)
58
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Tingkat Kesukaran
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2009, hlm.82). Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal bersifat sukar atau mudah. Zainul dan Nasoetion (1993,
hlm.17) mengemukakan ” semua ahli konstruksi tes sependapat bahwa tes yang
terbaik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50, akan tetapi itu bukanlah satu-satunya pertimbangan. Penentuan distribusi tingkat kesukaran juga ditentukan oleh tujuan tes”. Klasifikasi indeks kesukaran dan hasil analisis tingkat kesukaran dengan menggunakan ANATES ver 4.0.9 disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Klasifikasi
0,00-0,29 Soal sukar 0,30-0,69 Soal sedang 0,70-1,00 Soal mudah
Tabel 3.10 Presentasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat Kesukaran Klasifikasi Presentasi (%)
0,00-0,29 Soal sukar 3
0,30-0,69 Soal sedang 97
0,70-1,00 Soal mudah 0
d. Daya Pembeda
“Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah” (Arikunto, 2009, hlm. 90). Untuk menghitung daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan ANATES 4.0.9 dengan klasifikasi indeks daya pembeda soal dan presentasi daya pembeda butir soal disajikan dalam tabel di bawah ini.
(36)
59
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indeks Daya Beda Kualifikasi
0,00-0,19 Jelek
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik, harus dibuang
Tabel 3.12 Presentasi Hasil Daya Pembeda Butir Soal Indeks Daya Beda Kualifikasi Presentasi (%)
0,00-0,19 Jelek 20
0,20-0,39 Cukup 23
0,40-0,69 Baik 40
0,70-1,00 Baik Sekali 8,5
Negatif Tidak Baik, harus dibuang 8,5
e. Pengolahan Lembar Observasi
Observasi guru dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri dan kegiatan praktikum berbasis problem solving. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah
Menjumlahkan keterlaksanaan indikator kegiatan praktikum berbasis inkuiri dan kegiatan praktikum berbasis problem solving
Menghitung presentase keterlaksanaan menggunakan rumus: Persentase =
x 100% ...(Persamaan 24) Membandingkan hasil analisis keterlaksanaan dengan kriteria keterlaksanaan
model pembelajaran kegiatan laboratorium yang disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.13 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kegiatan
(37)
60
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan/treatment. Tes yang digunakan adalah jenis tes objektif atau pilihan ganda dengan lima option yang berjumlah 30 soal setelah hasil uji coba dimana 15 soal untuk pretest dan 15 soal untuk posttest. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam menerapkan kegiatan praktikum berbasis inkuiri dan kegiatan praktikum berbasis problem solving. Karakteristik data dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.15. Karakteristik Data Penelitian Sumber
Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Instrumen
Siswa Pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan
Pretest dan posttest
Tes objektif Guru Aktivasi guru dalam menerapkan
kegiatan praktikum berbasis inkuiri dengan berbasis problem solving
Observasi
Lembar observasi
E.Prosedur Penelitian
Persentase (%) Kategori 0,00-24,90 Sangat kurang 25,00-37,50 Kurang 37,60-62,50 Sedang
62,60-87,50 Baik
(38)
61
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun prosedur penelitiannya sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan studi lapangan untuk mencari permasalahan dan studi literatur terhadap buku, jurnal, dan laporan penelitian untuk kemungkinan solusinya.
b. Melakukan studi literatur yang mendalam mengenai kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika, kegiatan praktikum berbasis inkuiri, kegiatan praktikum berbasis problem solving, dan pemahaman konsep .
c. Membuat rencana pembelajaran (RPP), instrumen pemahaman konsep, dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri dengan berbasis problem solving.
d. Melakukan konsultasi RPP, dan instrumen pemahaman konsep kepada dosen pembimbing.
e. Melakukan judgment instrumen pemahaman konsep kepada 3 orang dosen ahli.
f. Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) penelitian dan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.
g. Melakukan uji coba instrumen pemahaman konsep kepada kelas XII IPA di sekolah penelitian.
h. Melakukan analisis uji coba instrumen pemahaman konsep, kemudian menentukan soal yang layak dijadikan instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
b. Melakukan pretest untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum diberikan perlakuan baik pada kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2.
c. Melakukan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen 1 yaitu pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri, sedangkan kelas eksperimen 2, yaitu pembelajaran kegiatan praktikum berbasis problem solving dengan materi yang sama yaitu alat optik. Saat pembelajaran
(39)
62
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berlangsung, observer melakukan pengamatan keterlaksanaan tahapan pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri maupun berbasis problem solving.
d. Melakukan posttest untuk mengukur pemahaman konsep siswa setelah diberikan perlakuan.
3. Tahap akhir
a. Melakukan pengolahan dan menganalisis data.
b. Melakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan hasil penelitian. c. Memberikan saran terhadap aspek penelitian yang kurang memadai. d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.
Alur penelitian merupakan tahapan yang akan dilalui dalam melakukan penelitian. Ini disusun agar penelitian terencana dan terarah sehingga penelitian dapat berjalan sesuai yang direncanakan. Alur penelitian ini disajikan pada diagram berikut.
Diagram 3.1 Alur Penelitian
Studi lapangan Studi pustaka
Perumusan masalah
Studi pustaka mengenai kegiatan laboratorium, kegiatan laboratorium berbasis problem solving dengan berbasis inkuiri, pemahaman konsep
(40)
63
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berpedoman pada data yang terkumpul. Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil-hasil pretest dan posttest serta lembar pengamatan. Pengolahan data ini dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: mengolah data
Penyusunan rencana pembelajaran kegiatan laboratorium laboratorium berbasis inkuiri dan kegiatan laboratorium berbasis problem solving pada materi alat optik
Penyusunan instrumen tes: 1. Tes pemahaman konsep
2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri dengan berbasis problem solving
Judgement, uji coba, analisis & revisi Instrumen
Pretest pemahaman konsep
Pembelajaran kegiatan praktikum berbasis inkuiri
pada kelas eksperimen 1 materi alatoptik
Pembelajaran kegiatan praktikum berbasis problem solving pada kelas
eksperimen 2 materi alat optik
Posttest pemahaman konsep
Pengolahan data, analisis data, dan pembahasan
(41)
64
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pre test dan post test keseluruhan, yaitu:
1) Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Jawaban benar diberi skor 1, jawaban yang salah diberi skor 0.
2) Mengubah skor pretest dan posttest setiap siswa, dengan rumus
Skor siswa =
x 100...(Persamaan 25) 3) Menghitung skor rata-rata pada keseluruhan siswa.
Mean =
...(Persamaan 26) 4) Menghitung normalisasi gain (N-gain) pretest dan posttest siswa.
Perhitungan N-gain dilakukan berdasarkan tes awal dan tes akhir pemahaman konsep fisika siswa. Gain merupakan perubahan kemampuan setelah mengikuti pembelajaran/perlakuan. Gain yang diperoleh dinormalisasikan oleh selisih antara skor maksimal dan skor tes awal terhadap nilai maksimum seperti persamaan dibawah ini.
Indeks gain (N-gain) =
...(Persamaan 27) (Colleta V.J dan Phillips J. A, 2005, hlm. 1172)
Nilai gain yang diperoleh digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dari nilai gain yang diperoleh diinterpretasikan makna yang terjadi menggunakan kriteria yang disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.17 Kriteria Perolehan N-gain (Hake, 1988, hml.3) Kriteria perolehan N-gain Kriteria
0,70 > N-gain Tinggi
(1)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Demircioğlu, G &Yadigaroğlu, M. (2011). The Effect Of Laboratory Method On High School Students’ Understanding Of The Reaction Rate. Western Anatolia Journal Of Educational Sciences (Wajes), Dokuz Eylul University
Institute, Izmir, Turkey. Tersedia:
Http://Webb.Deu.Edu.Tr/Baed/Giris/Baed/Ozel_Sayi/509-516.Pdf. [5/01/2015]
Djamarah, S. B, dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2002). Pedoman pengembangan tes diagnostik matematika SLTP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Fraenkel, Jack R and Wallen, Norman E. (2009). Design And Evaluate Research
In Education (Seventh Edition). Boston: McGraw-Hill Higher Education.
Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Giancoli, D. C. (2001a). Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, D. C. (2001b). Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hasan, I. (2009). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hake, R.R (1998). Interactive Enggagement Methods In Introductory Mechanics
Courses. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [1 januari 2014].
Hakim, L. (2010). Pembelajaran Konsep Listrik Dinamis Melalui Kegiatan
Laboratorium Problem Solving Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis, SPS Program Studi IPA,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Heller, P. & Heller, K. (1999). Cooperative Group Problem Solving In Physics:
Supported In Part By the National Science Foundation (NSF), the Departement of Education, Fund for Improving Post-Secondary Education (FIPSE) and By the University Of Minnesota. USA: University Of
Minnesota.
Hofstein, A and Lunetta. V. N. (1982). “The Role of Laboratory in Science Teaching: Negleted Aspect of Research”. Review of Educational Research.
(2)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Insan. (2008). Pembelajaran Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Dan Sikap Ilmiah Siswa Tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis, SPS Program Studi IPA, Universitas Pendidikan Indonesia.
Jonassen, D.H. Research Issues in Problem Solving. New Educational Paradigm for Learning and Instruction. The 11th International Conference on Education Research September 29 – October 1, 2010. Hlm. 1-15 Tersedia { https://aectorg.yourwebhosting.com/publications/whitepapers/2010/Jonasse nICER.pdf. Diakses: 08/01/15
Kanginan, M .(2013). Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies. Australia: Social Science Press.
Krulik, S. dan Rudnick, J. A. (1995). The New Sourcebook For Teaching
Reasoning And Problem Solving In Elementary School. London: Allyn and
Bacon.
Latifah, S, Sugiharto, dan Nugroho, A. (2014). Studi Komparasi Penggunaan Praktikum dan Demonstrasi pada Metode Problem Solving Terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Ilmu Alam SMA Al Islam Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK): Universitas Sebelas Maret, 3 (3), hlm.111-120.
Liem, T. L. (2007). Asyiknya Meneliti Sains (Invitations to Science Inquiry) Jilid
3. Bandung: Pudak Scientific.
Mahfuddin, A. (2010). Evaluasi Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Atas. Tersedia: http://hipkin.or.id/evaluasi-implementasi-kurikulum-tingkat-satuan-
pendidikan-ktsp-sekolah-menengah-atas/. [28 desember 2012].
McDermott, L. C, Shaffer, P. S, & Rosenquist, M. L. (1996). Physics By Inquiry
An Introduction to Physics and the Physical Sciences Volume II. New York:
(3)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Individual Texbook, Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Mu’ayadah dkk. (2012). Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Pada Materi Sistem Respirasi Manusia. Unnes Journal of Biology Education , I (1), hlm. 52-58. [Online]. Tersedia di: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe. [Diakses 11November 2013]
NRC. (2000). Inquiry and the National Science Education Standar Guide for
Teaching and Learning. Washington.DC: National Academy Press.
Nurhadi dan Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Oliva, P. F. (1992). Developing the curriculum Third Edition. New York: Harper collins publishers.
Oman, R. & Oman, D. (1997). How to Solve Physics Problem. New York: McGraw-Hill Companies.
Print, M. (1993). Curriculum and Development Design (Second Edition). Australia: Allen dan Unwin.
Purwanto, M. N. (2010). Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rakhmawan, A .(2012). Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Submateri
Pokok Selvolta Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis, SPS
Program Studi IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Riyadi, U. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kegiatan Laboratorium
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pokok Bahasan Fluida Statis.Tesis, SPS Universitas Negeri Semarang.
Rosyada, D. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.
Rusilowati, A. (2006). Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan
Kelistrikan Siswa SMA Di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika
(4)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rustaman, N.Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan sains. Proseding Seminar Nasional II Himpunan Ikatan
Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia dengan FPMIPA UPI. Roestiyah, (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sabaryati, J. dan Sustini, E. (2011). Penerapan Gaya Magnet Pada Ayunan Magnetis. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS) 22-23 Juni 2011 (hlm.202-205). Bandung: UPI.
Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sanjaya, W. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Severinus, D. (2013). Pembelajaran fisika seturut hakekatnya serta
sumbangannya dalam pendidikan karakter siswa. Prosiding seminar
nasional 2nd Lontar Physics forum (hlm. 1-10). Yogyakarta: Lontar Physics forum.
Sidharta, A. ( 2004). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri
Laboratorium sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. On line at http:// www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf [diakses tanggal 14
desember 2013].
Simanjuntak, M. P (2012). Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika
Mahasiswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Video. Jurnal pendidikan Fisika, 1(2), hlm. 55-60.
Siska, M, Kurnia, & Sunarya, Y. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Siswa SMA Melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, 1 (1), hlm. 75-69.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor–faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, R. E (2008). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT indeks.
Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(5)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary
School. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanti, D. (2009). Penggunaan Laboratorium Virtual Optik Dalam Kegiatan
Praktikum Inquiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Calon Guru. Tesis, SPS Program
Studi IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutrisno. (2005). Laboratorium Fisika Sekolah. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Sutrisno. (2006). Fisika dan Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Syamsinar. (2013). Pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu Pada Materi Pembiasan Cahaya. Jurnal Pendidikan Fisika Tandulako (JPFT), 1(1), hlm. 1-5.
Syaripudin, T. & Kurniasih. (2014). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan ilmu.
Tipler, P. A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1(Terjemahan). Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P. A. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2(Terjemahan). Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Trowbridge, L.W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School Science
Teacher. Ohio: Merrill Publishing Company.
Umrotun. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Optik Melalui
Teknik Inkuiri Terbimbing Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 3 (1),
hlm. 74-82.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
Waluya, B. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk
Meningkat Pemahaman Siswa Pada Konsep Geografi. [Online].Tersedia
(6)
Henni Wulan Sari, 2014
Komparasi Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Dengan Pembelajaran Kegiatan Laboratorium Berbasis Problem Solving (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2001121-BAGJA_WALUYA/Jurnal/Jurnal_Bagja_4.pdf Html [29 Januari 2012]
Wan Ng, dan Van Thanh Nguyen. ( 2006). Investigating the Integration of
Everyday Phenomena and Practical Work in Physics Teaching in Vietnamese High Schools, International Education Journal, 2006, 7(1),
36-50. ISSN 1443-1475 © 2006 Shannon Research Press. http://iej.cjb.net. Winataputra, U. S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Winkel, W.S (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wiyanto. ( 2005). Pengembangan Kemampuan Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Laboratorium Fisika Berbasis Inkuiri Bagi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi, PPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Zaelani, A, Cunayah, C, dan Irawan,E. I (2009). Fisika Untuk SMA Ringkasan
Materi X, XI dan XII. Bandung: Yrama Widya.
Zainul, A. dan Nasoetion, N. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Zhaoyao, M. (2002). Physics Education For The 21st Century: Avoiding A Crisis. Physics education, 37 (1), hlm. 7-8.
2. Peraturan Perundangan
Peraturan Pemerintah N omor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.