HUBUNGAN SKILL ARGUMENTASI ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

(1)

HUBUNGAN SKILL ARGUMENTASI ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

(Skripsi)

Oleh

SARWINA FEBRIYETI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

HUBUNGAN SKILL ARGUMENTASI ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

Oleh

SARWINA FEBRIYETI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Sarwina Febriyeti

NPM : 0853022047

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Z.A. Pagar Alam Gg. Cengkeh No. 47B Bandarlampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, 07 November 2012

Sarwina Febriyeti NPM. 0853022047


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN SKILL ARGUMENTASI ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

Oleh

Sarwina Febriyeti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas. Sehingga

skill argumentasi dan keterampilan proses sains siswa kurang berkembang. Tujuan penelitian ini “mengidentifikasi hubungan antara skill argumentasi ilmiah dengan keterampilan proses sains pada pembelajaran fisika

menggunakan model inkuiri terbimbing” Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X pada semester genap sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas X1 Pemilihan kelas

sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Dalam desain ini satu kelompok yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan ada hubungan yang positif dan signifikan antara


(5)

Sarwina Febriyeti

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsungmemiliki hubungan yang signifikan dengan nilai keterampilan proses sains siswa.diperoleh nilai r hitung untuk data kemampuan skill argumentasi siswa dan keterampilan proses sains siswa adalah 0,551 dengan r tabel 0, 349, tentu saja r hitung tersebut lebih besar dari r tabel, dan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 yang tentu saja lebih kecil dari 0,05. Hasil dari uji regresi diperoleh r hitung yang lebih besar dari r tabel dan nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,001, dan koefisien regresi bernilai positif, maka Ho ditolak dan H1

diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara variabel skill argumentasi siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan variabel

keterampilan proses sains.

Kata kunci: skill argumentasi, keterampilan proses sains, Inkuiri Terbimbing.


(6)

Judul Skripsi : HUBUNGAN SKILL ARGUMENTASI ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING Nama Mahasiswa : Sarwina Febriyeti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022047 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Abdurrahman, M.Si. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. NIP. 19681210 199303 1 002 NIP. 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sekincau, pada tanggal 16 Februari 1990 anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mat Sarkati, A.Md. dan Ibu Winarni S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Al-Ikhlas Sekincau. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Sekincau,

diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sekincau hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan

pendidikannya di SMA Negeri 1 Sekincau, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Sejak tahun 2008 penulis aktif di organisasi Resimen Mahasiswa (MENWA) dengan mendaftarkan diri pada tahun 2008 sebagai casis dan mengikuti pendidikan lanjutan : Pra Pendidikan Dasar (2008), Pendidikan Dasar (2009), Latihan SAR (2011), KDS lampung (2011), Latihan Gabungan TAGANA se-lampung (2011), dan Latihan Kepemimpinan Keputrian se-indonesia (2011). dengan jabatan selama di menwa, yaitu : Ksu log bend (2009), Danpokma (2010), Kaursus (2011) dan Ass log (2012), Kaurmin (2012) dan Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Tumijajar.


(9)

MOTTO

“Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak

ada pelindung bagi mereka selain ALLAH” (QS.Ar-Ra’d:11)

“MAJU !, ini barisan tak berderang-berpalu, kepercayaan tanda menyerbu, sekali berarti setelah itu Mati.”

(Chairil Anwar)

“Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan”


(10)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,

ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku

yang tulus kepada:

Kedua oarang tua ku, Ayahanda (Mat Sarkati) dan Ibunda (Winarni)

tercinta, yang telah membesarkan aku, mendidik dan selalu

mendoakan untuk keberhasilanku.

Kakakku (Yulina Sarwinta Dewi) dan kedua adikku tersayang

(Yani Artati dan Ahmad Wahyu Sarwin Saputra) yang selalu

memotivasi demi keberhasilanku

.

.

Keluarga Besar Resimen Mahasiswa Raden Intan Satuan 201

Universitas Lampung yang telah membimbing, mendidik dan

mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak.

Keluarga besar Pendidikan Fisika.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Pembimbing II atas bimbingan saran dan motivasinya.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si.,selaku pembahas yang banyak memberikan

kritik serta masukan yang bersifat positif bagi penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Ma’arifuddin selaku Kepala SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 8. Ibu Roudatul Jannah, S.Pd. selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas X.1


(12)

9. Sahabatku Ratih Anggi puspita, Muhammad Ridwan dan Gunanzar Gesang yang senantiasa memotivasi, menemani, dan membantuku saat suka maupun duka, semoga ikatan persahabatan ini selalu terjaga untuk selamanya. 10.Teman seperjuanganku di P. Fisika’08, adik-adik serta kakak tingkat Fisika

bersatu, semoga kita selalu menjadi keluarga besar fiber yang solid. 11.Sahabatku tercinta: Uni Fitri,Lita Resa, Dewi, Teh Nurul, Neng Mayang,

Khusnul, Fadil dan Nduk Eva atas kebersamaan dan canda tawa kita selama ini Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

12.Rekan-rekan satu angkatanku di Menwa Sat-201 Unila: Cinta laura (Meita), sate masate (Rahmad), mulut besar (Wira) , cempe bugile (Riky), bayi gorila (Ari), Sung ghokong (fahruddin), Doyok (Haris), serta Kakandaku: mas robertus, mbak santi, mas kukuh, mas agus, mbak nela, mbak ana, mas asep, mas radit, dan Adindaku: indri, bina, Irma, benny, ipin dan amin, Atas kebersamaan dan motivasinya selama ini.

13.Teman-teman satu kosan: santi, black, niar, puspa, nova dan adikku novi yang selalu menghibur dan membantu dalam kesulitanku selama ini.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, 06 November 2012 Penulis


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis ... 7

1. Skill ... 7

2. Argumentasi ... 9

3. Keterampilan Proses Sains ... 14

4. Inkuiri Terbimbing ... 27

B. Kerangka Pemikiran ... 29

C. Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan sampel Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 34


(14)

ii

D. Jenis Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Validitas dan Reliabilitas ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

a. Uji Normalitas ... 39

b. Uji Korelasi... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Data Kuantitatif ... 43

a. Data Skill Argumentasi ... 44

b. Data Keterampilan Proses Sains Siswa ... 45

2. Hasil Uji Penelitian ... 46

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

b. Hasil Uji Normalitas ... 48

c. Hasil Uji Linieritas ... 49

d. Hasil Uji Korelasi ... 50

e. Hasil Uji Regresi ... 51

f. Hasil Uji Hipotesis ... 52

B. Pembahasan ... 54

1. Hubungan Skill argumentasi dengan keterampilan proses sains melalui pembelajaran inkuiri terbimbing... 54

2. Hubungan antar Variabel ... 56

Hubungan Skill argumentasi melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Keterampilan Proses Sains ... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58


(15)

iii LAMPIRAN

1 Silabus ... 61

2 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Inkuiri terbimbing ... 65

3 Tabel Spesifikisi lembar penilaian ... 73

4 Kisi-kisi tes produk ... 74

5 Rubrikasi penilaian hasil belajar siswa ... 78

6 Lembar penilaian (LP) 1: Produk (KPS) ... 82

7 Kunci Lembar penilaian (LP) 1: Produk (KPS) ... 86

8 Lembar penilaian (LP) 2: Proses ... 92

9 Lembar penilaian (LP) 3: Psikomotor ... 94

10 Data tes soal KPS (Kognitif) ... 96

11 Data tes soal Skill (Kognitif) ... 102

12 LKK ... 104

13 Kunci LKK ... 111

14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas soal KPS ... 118

15 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas soal Skill Argumentasi ... 121

16 Hasil Uji Normalitas Data ... 124

17 Hasil Uji Linearitas Data ... 125

18 Hasil Uji Korelasi Data... 126


(16)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Template SWH untuk mahasiswa ... 13

2.2 Keterampilan Proses Sains dan indikatornya ..………. 22

2.3 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains ... 25

3.1 Tingkat Hubungan berdasarkan interval Korelasi ... 41

4.1 Data Nilai Skill Argumentasi ... 44

4.2 Klasifikasi skill argumentasi dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 44

4.3 Data Nilai Keterampilan Proses Sains... 45

4.4 Klasifikasi skill KPS dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 45

4.5 Hasil uji validitas soal Skill Argumentasi ... 46

4.6 Hasil uji validitas soal KPS ... 47

4.7 Hasil uji Reliabilitas soal Skill argumentasi ... 47

4.8 Hasil uji Reliabilitas soal KPS ... 48

4.9 Hasil uji normalitas kolmogorov smirnov ... 49

4.10 Hasil uji Linearitas ... 50

4.11 Hasil uji Korelasi ... 51

4.12 Hasil hitung koefisien determinasi ... 51


(17)

(18)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan antara variablel bebas dan variable terikat ... 31

2.2 Kerangka pemikiran ... 32

3.1 Desain penelitian ... 34


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abied. 2011. “Teori Belajar Gagne”. http://www.masbied.com (diakses 24 Desember 2011).

Berthhall. 2011. Skill dan multiple intelegensi. http://sherinashe.blog. spot.com/2011_02_01_archive.html, (diakses 18 Januari 2012). Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi.).

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Digilib. 2011. Teori Dasar. modul_pelatihan chapter2.pdf. http://digilib.petra. ac.id (diakses 08 Desember 2011).

Dimyati dan mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Etha. 2011. Makalah Profesional Skill. http://etha-lita.blogspot.com (di akses 08

Desember 2011).

Gardner, Howard (1975) The Shattered Mind, New York: Knopf.

Kardi, S. 2003. Merancang Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri. Surabaya : Unesya-University Press.

Koesoema, Dani.2010. Pendidikan Karakter Strategi mendidik Anak di Zaman. Global. Jakarta: Grasindo.

Leksana. TH. 2011. Skills, Knowledge, Habit, Attitude, Talent, bisa di bina. http://www.google.co.pengertian+skill&source (diakses 24 Desember

2011).

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. http://mahmuddin.wordpress.com (diakses 03 November 2011).

Nurtafita,Nita. 2011. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Kalor.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.


(20)

http://www.scribd.com/doc/56427513/Pengaruh-Pembelajaran-Inkuiri- Terbimbing-terhadap-Keterampilan-Proses-Sains-Siswa-pada-Konsep-Kalor (diakses 03 November 2011).

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains.

http://fisikasma-online.blogspot.com (diakses 03 November 2011).

Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Robbyn. 2011. Eksposisi dan Argumentasi. http://robzlabz.multiply.com/journal/it (diakses 08 Desember 2011).

Sailah. 2007. Apa sih skill. http://galzinfo.blogspot.com/2011/12/apa-sih-soft-skill.html (diakses 18 Januari 2012).

Sibel Erduran & Maria Pilar Jiimenez-Aleixandre, Argumentation in Science Education, 2008. USA: Springer.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Supriyono, H. Koes. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Wiwit. 2011. Pengertian Argumentasi. http://id.shvoong.com/humanities/linguisti cs-pengertian-argumentasi (diakses 08 Desember 2011).

Zulfiani. (2006). Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru. Disertasi Program Studi Pendidikan IPA. Bandung: SPS UPI.


(21)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bersumber pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan. Oleh karena itu, dalam

memacu ilmu pengetahuan dan teknologi proses pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.

IPA-Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan model ilmiah dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains (KPS) yang terdiri dari melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berhipotesis, merencanakan percobaan dan menerapkan sub konsep, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk. Dalam

pembelajaran fisika yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori melalui


(22)

2 pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen (learning to do), secara langsung (skill objektives) sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan. Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa

menengah, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu kewajiban. Di

samping penggunaan model pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat teacher-center guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif.

Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung kemasyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan atau konsep tetapi mereka tidak mengetahuai proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya diperlihatkan dari konsep fisika tersebut. (Nita Nurtafita 2011:1-2)

Kebanyakan di lapangan guru lebih aktif dari pada siswa. Guru banyak mengambil inisiatif dalam menetapkan dan menentukan cara memecahkan


(23)

3 masalah. Segala sesuatu diinformasikan secara cermat kepada anak didiknya, sehingga anak didik tinggal menerimanya. Kegiatan seperti itu memang mengasyikkan bagi guru, tetapi membosankan bagi siswa karena siswa hanya sebagai pendengar. Murid dianggap sebagai suatu benda yang kosong tepat diisi dengan segala macam informasi. Cara belajar mengajar seperti ini, akan menghasilkan manusia yang konsumtif, kurang kreatif dan kurang

berkemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan datang.

Guru harus lebih kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara psikomotor maupun argumen (pendapat). Dalam pembelajaran yang ada di sekolah, pemahaman siswa tergantung dari cara seorang guru dalam memberikan atau menerangkan materi sehingga dapat dimengerti oleh siswa. Kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan dari guru berbeda-beda, sehingga seorang guru harus memahami karakteristik siswa tersebut. Terkadang siswa mempunyai sifat pemalu atau sukar dalam mengungkapkan pendapat atau pertanyaan jadi guru harus pintar untuk memancing siswa agar berani mengeluarkan pendapat atau pertanyaannya.

Skill atau keterampilan berpendapat siswa dapat membantu mengembangkan kreatifitas yang ada pada diri siswa. Jika guru memberikan suatu permasalahan, hal itu akan memacu siswa untuk berpikir mengapa hal itu terjadi dan apa yang mempengaruhinya. Dengan bekal pertanyaan dari seorang siswa juga akan meningkatkan respon siswa lain untuk mengeluarkan jawaban atau pertanyaan


(24)

4 sehingga ketidakjelasan suatu materi/masalah dapat dipecahkan oleh siswa sendiri.

Jika dalam proses pembelajaran guru hanya menerangkan materi tanpa mencoba mendengarkan pendapat siswa, akibatnya siswa hanya dapat

menerima sekilas namun jika di tanya pada waktu lainnya mereka sudah tidak ingat lagi. Oleh karena itu dengan pembelajaran yang berargumen siswa akan mencoba untuk mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Dari pendapat tersebut juga akan membantu siswa lain menambah pengetahuan yang belum ia ketahui. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian eksperimen untuk melihat seberapa besar hubungan kemampuan menyampaikan pendapat siswa dengan keterampilan proses sains yang berjudul “ Hubungan Skill Argumentasi Ilmiah dengan Keterampilan Proses Sains (KPS) Pada Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara skill

argumentasi ilmiah dan keterampilan proses sains pada pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing ?


(25)

5 C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk “mengidentifikasi hubungan antara skill

argumentasi ilmiah dengan keterampilan proses sains pada pembelajaran fisika menggunakan model inkuiri terbimbing”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebagai alternatif baru bagi guru untuk menambah pengetahuan dalam

pembelajaran sehingga pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah pikiran mereka menjadi output yang menambah wawasan bagi mereka maupun orang lain.

3. Melatih mental/ keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dan berbicara didepan umum serta melatih pikiran siswa untuk

terbuka dan menerima pendapat orang lain.

4. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.


(26)

6 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Argumentasi ilmiah merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa yang efektif, yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sebagaimana yang

diinginkan.

2. Keterampilan proses yaitu keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

3. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model Inkuiri Terbimbing. 4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Al-azhar 3 Bandar

Lampung Semester genap Tahun Ajaran 2011/2012.

5. Kompetensi Dasar yang akan dibelajarkan pada penelitian ini adalah Menerapkan Asas Black dalam pemecahan masalah.


(27)

II.KERANGKA TEORETIS

A. Tinjauan Teoretis

1. Skill

Katerampilan anak dapat ditinjau dengan perilaku atau tingkah laku saat berada di dalam kelas. Namun terkadang guru cenderung asik mengajar diri sendiri tanpa menghiraukan keinginan anak didiknya sehingga siswa akan menjadi pasif dan malas untuk mengembangkan keterampilannya.

Menurut Etha (2011) skilberarti “keterampilan.” Sedangkan menurut Digilib (2011) “Skill adalah kemampuan dan pengetahuan yang memampukan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan.”

Dari pendapat kedua ahli di atas dapat dilihat bahwa setiap siswa mempunyai keterampilan yang berbeda sesuai bakat dan karakteristik mereka.

Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan asuhan atau bimbingan yang tepat dan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Pengetahuan seseorang juga membantu siswa lebih terampil dalam melakukan suatu pekerjaan. Siswa diajarkan untuk lebih terampil dan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi atau konsep yang diajarkan dapat dimengerti secara menyeluruh dengan pengalaman langsung mereka. Skill merupakan kemampuan atau keterampilan seseorang berupa pengetahuan atau pengalaman yang digunakan untuk menyelesaikan dan


(28)

8 melakukan suatu pekerjaan. Seorang guru harus lebih terampil dalam

membangkitkan dan memotivasi siswa agar skill mereka terasah dan lebih berkembang.

Menurut Leksana (2011: 8) skill adalah:

Keterampilan atau how to atau cara untuk melakukan sesuatu. Landasan skill adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Dengan pembelajaran secara langsung dapat membantu siswa lebih terampil serta berdasakan pengalaman yang sebelumnya telah mereka dapatkan akan membuat mereka untuk lebih mengasah keterampilan yang ada. Dengan bimbingan guru dalam melakukan praktek, siswa akan lebih paham materi atau praktek yang dikerjakan.

Skill memiliki karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses pembelajaran bertahap. Cara yang paling efektif untuk mentransfer skill adalah dengan mengikut sertakan si pembelajar melakukan tahapan pekerjaan saat dan membuatnya mempraktekan tahapan pekerjaan tersebut dalam konteks pelatihan lapangan dan melakukan pengulangan.

Abied (2011: 14) juga berpendapat bahwa skill adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu.

Menanggapi kedua pendapat para ahli di atas bahwa keterampilan atau skill

dapat di transfer atau di ajarkan kepada orang lain sehingga apa yang kita pelajari dan kita ketahui dapat pula dilakukan oleh orang lain dengan

mengajarkan orang tersebut untuk melakukan apa yang kita kerjakan. Selain itu jika kita mengajarkan pekerjaan atau pengalaman itu secara berulang-ulang maka orang tersebut akan mendapatkan keterampilan atau cara sendiri dalam melakukan pekerjaan tersebut. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama bagi seseorang untuk mempelajari dan mendapatkan skill


(29)

9 pekerjaannya akan membantu daya ingat siswa lebih mendalam. Dengan melakukan suatu pekerjaan berdasar pada aturan atau prosedur pekerjaan maka akan dihasilkan suatu keterampilan yang terbongkar dalam diri siswa. Keterampilan siswa tersebut yang akan menghasilkan hasil tertentu sesuai dengan bimbingan yang diajarkan oleh guru.

2. Argumentasi

Suatu ide atau pendapat sangat dibutuhkan jika kita berada dalam suatu permasalahan. Namun hal tersebut terkadang tidak tercipta dalam suasana pembelajaran karena siswa merasa takut dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal itu dipengaruhi oleh mental siswa yang kurang berani seperti takut salah atau dipengaruhi oleh perlakuan guru yang tidak mau dibuat pusing oleh pertanyaan siswa. Kenyataannya pendapat siswa dapat memberikan sebuah jalan bagi guru untuk menilai sejauh mana pemahaman materi yang ditangkap oleh siswa. Argumentasi atau pendapat dapat juga membantu meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas yang dapat juga meningkatkan daya tarik siswa lain untuk mengeluarkan pendapatnya.

Menurut Robbyn (2011) argumentasi adalah sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan. Wiwit (2011) juga berpendapat bahwa argumentasi

merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa yang efektif, yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sebagaimana yang diinginkan.


(30)

10 Menanggapai kedua pendapat tersebut bahwa definisi argumentasi merupakan suatu perkataan atau pendapat yang diharapkan dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam pembelajaran siswa juga harus berani mengungkapkan

pendapatnya sesuai apa yang ia ketahui dari pengetahuan buku maupun dari pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat siswa harus dihargai dan didengarkan karena dengan begitu maka proses belajar mengajar akan hidup atau aktif dengan adanya tanggapan dari satu siswa dengan siswa lain. Pembelajaran yang aktif adalah jika siswa ikut terlibat didalam suatu proses pembelajaran dengan cara siswa tersebut untuk meyakinkan dan membuktikan kebenaran pendapatnya. Dasar pendapat atau argumentasi siswa merupakan awal dari pola berpikir kritis atau logis yang akan menimbulkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dari kedua definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa argumentasi merupakan pendapat. Pendapat seorang siswa dalam proses pembelajaran akan melatihnya untuk berpikir kritis dan ilmiah terhadap suatu permasalahan yang terjadi dan melatih keberanian mereka dalam mengeluarkan karena pembelajaran di sekolah saat ini siswa lebih banyak pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru serta dapat melatih kesabaran untuk terbuka dalam menerima pendapat orang lain.

Menurut Ezra dalam Yunita (2007) argumentasi adalah sejumlah pernyataan atau proposisi, satu diantaranya dianggap sebagai kesimpulan dari yang lainnya, sementara pernyataan-pernyataan lainnya ini dinilai mendukung kebenaran kesimpulan yang ditarik.


(31)

11 Yunita (2007) juga menyatakan bahwa cara yang digunakan untuk membedah sebuah argumentasi terstruktur adalah logika formal yang didalamnya berisi

premis mayor, premis minor, kesimpulan, dan entimem.

Menurut kedua pendapat ahli di atas dapat dilihat bahwa argumentasi atau pendapat dapat diambil dari sejumlah pernyataan yang kemudian akan didiskusikan terhadap permasalahan yang ada dan dipadukan dengan pendapat lain yang akan mendukung penyelesaian permasalahan tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar dan jelas.

Dari ketiga struktrur tersebut saling berkaitan atau berhubungan. Dengan paling sedikitnya tiga pernyataan. Pernyataan pertama adalah premis mayor

yaitu sebuah pernyataan umum tentang hubungan antara dua hal, misal A dan B. Pernyataan kedua adalah premis minor yaitu pernyataan yang lebih

spesifik tentang hal baru (C) yang dihubungkan pada hal A. Pernyataan ketiga adalah kesimpulan yaitu mengaitkan antara B dan C. Dan pernyataan yang keempat adalah entimem yaitu keterkaitan keseluruhan antara premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

Erduran (2008: 4) memperkuat dengan menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu bentuk wacana yang perlu disesuaikan oleh mahasiswa dan secara eksplisit diajarkan melalui instruksi yang sesuai, penataan tugas dan pemodelan.

Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk membuktikan alasan dari ide dan pendapat yang ia kemukakan. Dengan bukti yang nyata dan dapat


(32)

12 diterima. Dari definisi tersebut argumentasi merupakan suatu wacana yang disesuaikan untuk proses pembelajaran dengan adanya pendapat atau diskusi antar siswa.

Menurut Erduran (2008: 4) sebagai berikut:

Sebuah kerangka kedua adalah perspektif sosial budaya yang menunjuk pada peran interaksi sosial dalam belajar dan proses berpikir, dan

menyatakan bahwa proses berpikir yang lebih tinggi berasal dari kegiatan sosial mediasi, khususnya melalui mediasi bahasa dan mengusulkan bahwa setidaknya ada lima dimensi saling terkait atau kontribusi potensial dari pengenalan argumentasi di kelas sains adalah: a. Mendukung akses ke kognitif dan meta-kognitif proses

karakteristik kinerja dan memungkinkan ahli pemodelan untuk siswa;

b. Mendukung pengembangan kompetensi komunikatif dan berpikir sangat kritis;

c. Mendukung pencapaian melek ilmiah dan memberdayakan siswa untuk berbicara dan menulis bahasa ilmu pengetahuan;

d. Mendukung enkulturasi ke dalam praktek-praktek budaya ilmiah dan pengembangan kriteria untuk evaluasi epistemis pengetahuan. e. Mendukung pengembangan penalaran, khususnya pilihan teori atau

posisi berdasarkan kriteria rasional.

Proses belajar dan berpikir sangat berkaitan erat dengan cara berbahasa atau berpendapat. Mediasi bahasa akan membantu seseorang untuk menyatakan apa yang ia ketahui mengenai pengetahuan ataupun pengalaman. Dengan adanya mediasi bahasa dalam proses pembelajaran juga akan membantu guru untuk lebih mengetahui karakteristik dan kemampuan siswa. Sehingga guru dapat mengambil model yang tepat sesuai kemampuan siswa tersebut. Dari kelima manfaat argumentasi tersebut akan membantu siswa untuk menjalin interaksi dan kerjasama dengan teman sebayanya, mendukung perkembangan komunikasi antar siswa dan cara berpikir kritis, memberdayakan siswa dalam berbicara dan menulis bahasa dalam ilmu pengetahuan, mendukung siswa


(33)

13 untuk terjun langsung dalam praktek-praktek dan pengembangan kriteria pengetahuan serta mendukung pengembangan penalaran, khususnya pilihan teori atau posisi berdasarkan kriteria rasional. Sehingga siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan hubungan yang baik dengan guru maupun siwa yang lain atau teman sebaya. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa argumentasi dalam kelas sangat penting karena dapat membantu guru untuk mengetahui kemampuan siswa. Terkadang siswa yang mempunyai kemampuan pengetahuan tetapi tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara sehingga dengan bahasa tulisan akan mempermudah guru untuk menilai kemampuan siswa tersebut. Dalam bidang sains argumentasi dibutuhkan sangat penting untuk mengetahui pendapat siswa tentang suatu teori yang telah dikemukakan dan akan memunculkan suatu ide baru dalam bidang pendidikan khususnya sains.

Menurut Keys (1999) Scientifict Writing Heuristic (SWH) adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk memandu para guru dan siswa didalam kegiatan produktif untuk bernegoisasi yang dilakukan didalam kelas.

Tabel 2.1 Template SWH untuk mahasiswa (Keys et al, 1999)

Tahapan - tahapan Pertanyaan yang Berhubungan dengan

Tahapan

Ide awal Apa pertanyaan saya?

Tests Apa yang harus saya lakukan?

Pengamatan Apa yang saya lihat?

Kesimpulan Apa yang dapat saya simpulkan?

Fakta- Bagaimana saya mengetahui hal


(34)

14

Tahapan - tahapan Pertanyaan yang Berhubungan dengan

Tahapan

fakta/bukti Mengapa saya membuat kesimpulan

seperti itu?

Bacaan/refleksi Bagaimana perbandingan ide saya

dengan yang lain? Bagaimana cara merubah ide yang saya punya?

Sedangkan menurut Abdurahman (2011), bahwa:

Template SWH adalah bentuk format penulisan semi struktur yang mengarahkan penulisan argumen mahasiswa untuk melaporkan hasil diskusi dan investigasi kelompok dengan menggunakan komponen argumen seperti pertanyaan (questions), klaim (claims), fakta/data (evidence), dan refleksi (reflection) dalam pembelajaran fisika.

Menurut definisi tersebut SWH bermanfaat untuk mengetahui kemampuan siswa terutama dalam bidang sains untuk menuliskan pendapatnya sesuai dengan kemampuan yang dia miliki dengan bimbingan dari model yang dikembangan oleh guru. Argumen yang dibuat menggunakan pendekat SWH (Keys et al. 1999) yang sudah dilengkapi dengan template (lihat table 1).

Manfaat dari Template SWH adalah membantu guru untuk membuat

instrument argumentasi yang terdiri dari pertanyaan, perlakuan, pengamatan, kesimpulan, fakta-fakta, dan evaluasi yang akan dilakukan oleh siswa.

3. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content).


(35)

15 Indrawati dalam Nuh (2010: 1) mengemukakan bahwa:

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi).

Semiawan dalam Nuh (2010: 1) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa keterampilan proses sains diperlukan dalam proses belajar mengajar sehari-hari yaitu,

1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa

2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret

3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100%, tapi bersifat relatif

4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk


(36)

16 IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

Model ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains. Model ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen. Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 3), terdapat enam langkah-langkah model ilmiah, yaitu:

a. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah;

b. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi; c. Menyusun hipotesis;

d. Menguji hipotesis melalui percobaan; e. Menganalisa data dan membuat kesimpulan; f. Mengkomunikasikan hasil.

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah model ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:

Berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi,


(37)

17 prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:

mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3), yaitu:

Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

a. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain;

b. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek;

c. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran;

d. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan;

e. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan;

f. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu meliputi:

a. merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan;

b. mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan;

c. membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati;

d. percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data e. interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Padilla dalam Nurohman (2010: 3), bahwa keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

a) The basic (simpler) process skill dan b) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1)


(38)

18

Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, 5) Classifying, dan 6) Predicting.

Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills

adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3)

Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting

dan, 6) Formulating models.

Menurut pendapat para ahli di atas bahwa keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar

merupakan pondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam

pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran.

Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.


(39)

19 Menurut Smithdan Welliverdalam Mahmuddin (2010: 4), bahwa:

Pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya : pretes dan postes, diagnostik, penempatan kelas, dan bimbingan karir. Penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap

keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai;

b. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains; c. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains

tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan);

d. Membuat kisi-kisi instrumen;

e. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu

mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes); f. Melakukan validasi instrumen;

g. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris;

h. Perbaikan butir-butir yang belum valid;

i. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test)

dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis

(paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua


(40)

20 teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.

Menurut Reza Kurnia Agustia (2011) bahwa:

Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk didalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan

terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa;

b. adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret;

c. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relative;

d. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Model ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains. Model ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen.


(41)

21 Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010), terdapat enam langkah-langkah model ilmiah, yaitu:

a. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah;

b. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi; c. Menyusun hipotesis;

d. Menguji hipotesis melalui percobaan;

e. Menganalisa data dan membuat kesimpulan; dan f. Mengkomunikasikan hasil.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau

tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah model ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan

menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) berpendapat bahwa:

berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:

mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen. Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta


(42)

22 perbedaan strategi guru dalam mengajar. Adapun mengenai keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Indrawati dalam Agustia (2011) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Keterampilan proses sains dan indikatornya

KPS Indikator

Melakukan pengamatan (observasi)

1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda

2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa

3. Membaca alat ukur

4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisn/benda Menafsirkan

pengamatan (interpretasi)

Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan

Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis

Mengelompokkan (klasifikasi)

Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar

penggolongan. Meramalkan

(prediksi)

Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang sudah ada.

Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan

2. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian

3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.

Berhipotesis Hipotesis merupkan dugn sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadp vriabel respon. Hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen. Merencanakan

percobaan/ penyelidikan

Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan,

menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian. Menerapkan sub

konsep/ prinsip

Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada

pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.


(43)

23 a) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari

tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain;

b) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek;

c) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran;

d) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan;

e) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. f) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang

diharapkan.

Adapun keterampilan proses terpadu (terintegrasi), yaitu:

a) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan;

b) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan;

c) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati; dan

d) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data e) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Agustia (2011) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk sebagai berikut:

a) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan;

b) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan;

c) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan.

Pendekatan keterampilan proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Dari uraian di atas


(44)

24 dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen

keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan pondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke

keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Perpaduan dua

kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Nurohman (2010: 25), bahwa keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1) Observing, 2)

Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, dan 5) Classifying, 6) Predicting.

Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills

adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3)

Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting dan, 6)

Formulating models.

Selain itu juga membagi keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced.

Tabel 2.33 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield)


(45)

25 Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan

informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.

Mengklasifikasikan

Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai

Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek. Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk

menjelaskan ide, kejadian, atau objek Membuat Data

Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

Intermediate Inferring

Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.

Memprediksi

Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Edvanced

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan Merancang

Percobaan

Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis

Menginterpretasikan Data

Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan

menjelaskan informasi. (Sumber : Nurohman, 2010)

4. Inkuiri

Inkuiri adalah suatu model yang digunakan dalam pembelajaran (fisika/ Sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. Menurut Koes inkuiri yang diterapkan adalah inkuiri terbimbing, dimana guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan


(46)

26 percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Kardi (2003: 3) menyatakan bahwa:

Inkuiri pada dasarnya dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi. Dari sudut pembelajaran, model umum inkuiri adalah model belajar mengajar yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta.

Dari pernyataan diatas, inkuiri digunakan untuk meningkatkan aktifitas siswa agar mereka tidak hanya diisi oleh guru namun mencari tahu dan menemukan sendiri serta memecahkan masalah yang sedang ia hadapi sehingga ia dapat mengisi sendiri pengetahuan berdasar pada apa yang telah ia lakukan. Guru hanya sebagai fasilitator didalam kelas.

Menurut Zulfiani (2006: 13), menyatakan bahwa:

Pada pembelajaran IPA, inkuiri merupakan esensi kegiatan (proses) ilmiah (scientific Proces) dan merupakan suatu model pembelajaran dan pembelajaran sains. Sebagai suatu model pembelajaran, inkuiri memiliki karakteristik utama, yakni :

(1) Adanya koneksi antara pengetahuan pribadi dengan konsensus ilmiah, (2) Mendesain eksperimen, (3) Melakukan investigasi terhadap fenomena, dan (4) Mengkonstruksi makna dari data dan observasi.

Dari proses pembelajaran yang dilakukan didalam kelas, siswa harus diberikan motivasi sehingga mereka merasa mempunyai hubungan dengan kasus ilmiah yang akan ia kerjakan, kemudian dari hubungan tersebut akan timbul pemikiran untuk melakukan percobaan dan melakukan pertanyaan ilmiah terhadap fakta atau fenomena tersebut, setelah itu akan didapatkan


(47)

27 data yang di inginkan. Dari kegiatan tersebut akan terwujud karakteristik pembelajaran inkuiri.

5. Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang

mengajarkan siswa untuk dapat menemukan sendiri maksud dan tujuan dari pembelajaran itu namun dengan arahan dan bimbingan yang jelas dari guru. Menurut Koes (2003: 12-13), yaitu :

Lima sifat dari proses inkuiri, yaitu : pengamatan, pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental. Dalam proses inkuiri terdapat lima sifat yang digunakan dalam pembelajaran fisika.

Menurut Suryosubroto (2002: 201) menyatakan bahwa:

Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain:

(1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. (2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jeri payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. (4) Membantu

memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. (5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. (6) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar,terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.

Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain:

(1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. (2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa

menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpahkan pada


(48)

28 strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Dari kedua pernyataan tersebut model inkuiri terbimbing sangat

bermanfaat jika digunakan dalam pembelajaran fisika, dengan sifat dari proses inkuiri tersebut seperti mengamati, melakukan pengukuan, bereksperimen, berdiskusi dan melatih kesabaran. Kelima sifat tersebut sangat penting dalam pembelajaran fisika. Serta dengan kelebihan

pembelajaran inkuiri yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Kelemahan model inkuiri terbimbing adalah siswa harus benar-benar mempunyai persiapan yang matang dan keinginan serius dalam belajar karena jika siswa yang biasa-biasa saja atau hanya menunggu jawaban dari guru maka model pembelajaran ini tidak akan berhasil. Model ini juga kurang cocok untuk kelas umum tapi lebih baik digunakan untuk kelas eksperimen.

Langkah-langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2000: 42), yaitu: (1) Merumuskan masalah, (2) Membuat hipotesis, (3) Merencanakan kegiatan, (4) Melaksanakan kegiatan, (5) Mengumpulkan data, (6) Mengambil kesimpulan.

Enam langkah model pembelajaran inkuiri akan memacu siswa untuk belajar lebih aktif dengan mengeluarkan segala kreatifitas yang mereka miliki. Dari hal tersebut siswa akan belajar lebih berani, mencoba berfikir kritis, dan selalu merasa ingin tahu lebih dalam tentang suatu fenomena atau kejadian yang mereka teliti. Sedangkan tugas guru adalah menjadi


(49)

29 penengah dari suatu permasalahan yang mereka diskusikan. Guru juga

harus menyiapkan skenario bahan yang akan mereka teliti. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk membuat siswa melakukan dan mempelajari materi yang akan di bahas dengan melakukan observasi atau eksperimen dan dapat menemukan dan menyimpulkan sendiri hasil dari observasi atau eksperimen tersebut, dengan keberadaan guru sebagai fasilitator dan penengah dalam suatu permasalahan.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran merupakan proses bagi siswa untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam mengenai segala sesuatu baik yang sudah ia ketahui maupun yang belum diketahui. Pembelajaran yang menarik dan aktif tidak hanya berpacu pada guru yang profesianal atau kompeten namun dari metode yang digunakan guru dalam mengajar. Dengan metode tersebut guru dapat

membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa akan merasa terpanggil untuk aktif ikut serta dalam pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut melibatkan siswa secara langsung, yaitu siswa yang merumuskan masalah serta menganalisis kegiatan dari materi yang akan dibahas oleh guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan penengah dalam suatu

permasalahan yang sulit dipecahkan oleh siswa.

Proses pembelajaran yang langsung melibatkan siswa, juga akan memancing keberanian siswa dalam mengungkapkan argument atau pendapat bahkan


(50)

30 mampu merangsang siswa untuk melakukan pengamatan permasalahan ilmiah dengan keterampilan-keterampilan yang mereka miliki berdasarkan bimbingan guru. Hal tersebut juga dapat meningkatkan pemahaman siswa serta siswa akan mengingat lebih lama dengan apa yang dilakukannya secara langsung. Dari argument dan keterampilan seorang siswa juga dapat

memberikan masalah bagi siswa lain yang juga akan memancing siswa tersebut untuk mengeluarkan pendapat sesuai pengetahuan mereka dan akan menambah wawasan bagi siswa yang lainnya.

Tugas guru dalam proses pembelajaran tersebut adalah membimbing,

fasilitator serta harus bersikap adil terhadap suatu pendapat yang dikeluarkan oleh siswa dan tidak berpihak. Guru juga harus lebih kreatif untuk

memancing siswa yang kurang aktif dengan memberikan suatu permasalahan ilmiah yang akan membuatnya berpikir kritis. Dari suatu permasalahan yang diberikan oleh guru akan membuat siswa menguraikan pendapatnya dan membuat siswa berdiskusi serta menyimpulkan hasil dari diskusi tersebut berdasar tukar pendapat atau pikiran antar siswa. Berdasarkan uraian tersebut diduga adanya hubungan argument atau pendapat siswa dengan keterampilan proses sains menggunakan metode inkuiri terbimbing.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

mengetahui hubungan skill argumentasi ilmiah dengan keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang berasal dari data tindakan (proses), dan data setelah tindakan dilakukan. Data


(51)

31 kualitatif diperoleh dari bimbingan dengan keterampilan proses sains yang diberikan guru kepada siswa (data proses). Selanjutnya, data kuantitatif berasal dari pemberian skor terhadap skill argumentasi yang disampaikan oleh siswa (data setelah tindakan dalam LKS).

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data melalui pengorganisa sian data dengan cara menguji data skill argumentasi dengan data

keterampilan proses sains, dengan menggunaan uji korelasi. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat diketahui seberapa besar hubungan skill argumentasi ilmiah dengan keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan Proses sains (X1), sedangkan variabel bebasnya adalah skill argumentasi (Y) Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

X Y


(52)

32 Keterangan:

X = Skill argumentasi imiah siswa Y = Keterampilan proses sains siswa

r = koefisien korelasi skill argumentasi dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran menggunakan model berbasis inkuiri terbimbing.

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Skill Argumentasi Ide Awal Fakta-fakta/ bukti Pengamatan Kesimpulan Refleksi Pertanyaan Keterampilan Proses

Melakukan pengamatan

Berhipotesis Mengelompokkan Meramalkan Merencanakan percobaan Menafsirkan pengamatan Menerapkan sub konsep PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Merumuskan Masalah Membuat Hipotesis Merencanakan Kegiatan Melaksanakan Kegiatan Mengumpulkan Data Merumuskan Kesimpulan


(53)

33 C.Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan yang positif antara skill argumentasi ilmiah dengan

Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran Fisika menggunakan model berbasis Inkuiri terbimbing.


(54)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012. SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung memiliki jumlah kelas X sebanyak 8 kelas, yaitu X.1 sampai dengan X.8. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas diambil 1 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X.1 yang berjumlah 40 orang (17 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan) . Kelas tersebut di ambil berdasarkan pertimbangan guru mitra dan juga agar tercapainya tujuan penelitian, dimana kelas tersebut bukan merupakan kelas unggulan ataupun kelas yang rendah, Sehingga dapat diamati dengan jelas peningkatan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Dalam desain ini satu kelompok yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Gambar dari desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 One-Shot Case Study


(55)

35 Keterangan: X = Treatment, pemberian perilaku dengan pendekatan skill

argumentasi ilmiah dan keterampilan proses sains menggunakan model Inkuiri terbimbing

O = Keterampilan proses sains dan skill argumentasi, pada pembelajaran menggunakan model Inkuiri terbimbing

(Sugiyono, 2010: 110) C.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran Skill Argumentasi dan keterampilan proses sains dengan menggunakan model Inkuiri terbimbing, dan selanjutnya kelas eksperimen diobservasi hasilnya, kemudian menganalisis data yang diperoleh dan membuat kesimpulan.

D.Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu skor nilai

skill argumentasi dan keterampilan proses sains siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri terbimbing.

E.Teknik Pengumpulan Data

Hasil dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yang dihasilkan berupa skor data kuantitaf yang di ambil dari nilai skill argumentasi dan

keterampilan proses siswa. Dan sebelum melakukan pengambilan data maka dilakukan terlebih dahulu proses persiapan diantaranya adalah:


(56)

36 1. Membuat kisi-kisi

2. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains dan Skill

Argumentasi yang akan dinilai;

3. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains dan

Skill Argumentasi;

4. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains dan Skill

Argumentasi tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan);

5. Membuat kisi-kisi instrumen;

6. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains dan

Skill Argumentasi berdasarkan kisi-kisi yang dibuat; 7. Melakukan validasi instrumen;

8. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris;

9. Perbaikan butir-butir yang belum valid;

10.Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dan Skill

Argumentasi dalam pembelajaran.

Hal ini dimaksudkan agar data yang didapat dalam penelitian memiliki nilai kevalidan yang tinggi.

Pengumpulan data kuantitatif skill argumentasi dan ketrampilan proses sains siswa diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung Dan untuk menjamin validitas isi, perangkat disusun berdasarkan kisi-kisi. Sebelum diberikan kepada sampel penelitian, perangkat terlebih dahulu di konsultasikan dengan guru mitra, dimaksudkan untuk mengetahui


(57)

37 kesesuaian perangkat dengan keadaan sekolah maupun siswa. Data

dikumpulkan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus:

(Arikunto, 2010: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antara butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan


(58)

38 bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Masrun dalam Sugiyono, 2009: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid), uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0.

2. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2010: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan


(59)

39 model Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1, uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal. G.Teknik Analisis Data

Data diambil dari hasil belajar kompetensi afektif. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17. Analisis data dilakukan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Pada tahapan ini pengujian dilakukan untuk menguji normalitas sampel antara ketiga kelompok yang berdistribusi normal atau tidak.


(60)

40 Ho : Populasi berdistribusi normal

H1 : Populasi berdistribusi tidak normal

Bila nilai signifikansi yang didapat pada hasil analisis menggunakan one sample kolmogorov smirnov > α maka H0 diterima dan H1 ditolak begitu

pun sebaliknya, bila nilai signifikansi ≤α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Untuk menguji hipotesis nol maka diperlukan tahapan sebagai berikut: 1) Pengamatan Xi... dan seterusnya, dijadikan bilangan baku Zi... dan

seterusnya dengan rumus:

S X Xi

Zi (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel).

2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, dihitung peluang F(Zi)= P(Z Zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ....Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka: S((ZI)

n

Z yang Z Z Z

banyaknya i, 2...., n i

4) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) untuk menentukan harga mutlaknya. 5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

tersebut. Harga terbesar ini disebut LO.

6) Bila harga LO tersebut lebih kecil dari Ftabel( nilai kritis uji Lilliefors) pada tabel dengan n adalah ukuran sampel pada taraf nyata = 0,05 berarti data berasal dari distribusi normal dan sebaliknya.


(61)

41 b. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Bivariate > person

jika data berdistribusi normal. Namun jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman, uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0.

H0: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi

ilmiah dengan Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran Fisika menggunakan model berbasis Inkuiri terbimbing.

H1: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi ilmiah

dengan Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran Fisika menggunakan model berbasis Inkuiri terbimbing.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel 1.

Tabel 3.1 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

(Sugiyono, 2010: 257) Untuk menguji korelasi antar variable dapat digunakan persamaan

Korelasi Product-Moment.


(62)

42 Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan H1 ditolak, tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> r


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi dengan keterampilan proses sains pada pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan r hitung sebesar 0,551.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian selama proses pembelajaran berlangsung, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru menerapkan pembelajaran berbasis yang lebih menekankan pada siswa terlibat langsung dalam pembelajaran seperti melakukan praktikum atau yang lainnya sehingga siswa mudah mngerti dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

2. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran guru harus dapat mengkondisi kan siswa sehingga suasana belajar dapat lebih kondusif.


(1)

bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Masrun dalam Sugiyono, 2009: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid), uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0.

2. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2010: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan


(2)

model Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1, uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal. G.Teknik Analisis Data

Data diambil dari hasil belajar kompetensi afektif. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17. Analisis data dilakukan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Pada tahapan ini pengujian dilakukan untuk menguji normalitas sampel antara ketiga kelompok yang berdistribusi normal atau tidak.


(3)

Ho : Populasi berdistribusi normal H1 : Populasi berdistribusi tidak normal

Bila nilai signifikansi yang didapat pada hasil analisis menggunakan one sample kolmogorov smirnov > α maka H0 diterima dan H1 ditolak begitu

pun sebaliknya, bila nilai signifikansi ≤α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Untuk menguji hipotesis nol maka diperlukan tahapan sebagai berikut: 1) Pengamatan Xi... dan seterusnya, dijadikan bilangan baku Zi... dan

seterusnya dengan rumus:

S X Xi

Zi (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel).

2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, dihitung peluang F(Zi)= P(Z Zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ....Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka: S((ZI)

n

Z yang Z Z Z

banyaknya i, 2...., n i

4) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) untuk menentukan harga mutlaknya. 5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

tersebut. Harga terbesar ini disebut LO.

6) Bila harga LO tersebut lebih kecil dari Ftabel( nilai kritis uji Lilliefors) pada tabel dengan n adalah ukuran sampel pada taraf nyata = 0,05 berarti data berasal dari distribusi normal dan sebaliknya.


(4)

b. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Bivariate > person jika data berdistribusi normal. Namun jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan Korelasi Rho Spearman, uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0.

H0: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi

ilmiah dengan Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran Fisika menggunakan model berbasis Inkuiri terbimbing.

H1: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi ilmiah

dengan Keterampilan Proses Sains pada pembelajaran Fisika menggunakan model berbasis Inkuiri terbimbing.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel 1.

Tabel 3.1 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

(Sugiyono, 2010: 257) Untuk menguji korelasi antar variable dapat digunakan persamaan

Korelasi Product-Moment.


(5)

Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan H1 ditolak, tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> r


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skill argumentasi dengan keterampilan proses sains pada pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan r hitung sebesar 0,551.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian selama proses pembelajaran berlangsung, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru menerapkan pembelajaran berbasis yang lebih menekankan pada siswa terlibat langsung dalam pembelajaran seperti melakukan praktikum atau yang lainnya sehingga siswa mudah mngerti dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

2. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran guru harus dapat mengkondisi kan siswa sehingga suasana belajar dapat lebih kondusif.