EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA.

(1)

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK

MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA

(Studi Pra-Eksperiment untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII

SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh: Ita Agni Safitri

1001824

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK

MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA

(Studi Pra-Eksperiment untuk Meningkatkan Motif

Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP N 10 Bandung

Tahun Pelajaran 2014-2015)

Oleh Ita Agni Safitri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ita Agni Safitri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ITA AGNI SAFITRI 1001824

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA

(Studi Pra-Eksperiment untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005011986031004

Pembimbing II

Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd. NIP. 195801141986032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005011986031004


(4)

ABSTRAK

Ita Agni Safitri (1001824), Efektivitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Studi Pra-Eksperiment untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

Motif Berprestasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Tinggi rendahnya motif akan mempengaruhi aktivitas, kesungguhan dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian menguji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015. Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pra-eksperimen dan desain penelitian the one group pretest-posttest design. Alat pengungkap data yang digunakan adalah alat ukur motif berprestasi yang dikembangkan oleh LPPB FIP UPI. Hasil penelitian berupa : (1) Profil motif berprestasi siswa kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 berada pada kategori sedang; (2) Sebelum dilakukan intervensi (pre-test) tingkat motif berprestasi siswa berada pada rata-rata skor presentil ke-54 dan setelah dilakukan intervensi (post-test) terjadi peningkatan menjadi rata-rata skor presentil ke-65 (posttest) namun masih tetap berada pada kategori sedang; (3) Teknik Modeling efektif untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Rekomendasi : (1) Pihak sekolah beserta para guru diharapkan dapat mendukung peningkatan motif berprestasi siswa, seperti dalam kegiatan upacara bendera para pembina upacara dapat menjadi model untuk para siswa ataupun dalam kegiatan keputrian pihak sekolah dapat menghadirkan model secara langsung maupun melalui video, film dan slide (simbolik modeling) yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa. (2) Bagi Konselor, diharapkan dapat menampilkan perilaku-perilaku positif yang dapat ditiru oleh siswa serta memberikan motivasi kepada siswa guna meningkatkan motif berprestasi yang ada dalam dirinya. (3) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, diharapkan dapat membekali mahasiswa sebagai calon konselor dengan keterampilan-keterampilan strategi ataupun teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam proses bimbingan dan konseling sehingga konselor atau guru BK dapat dengan optimal membantu masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa; (4) Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teknik intervensi yang lebih beragam untuk meningkatkan motif berprestasi siswa seperti Achievement Motivation Training (AMT), Assertive Training, Self-Management, dll.


(5)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Ita Agni Safitri. (2015). Effectiveness of Modeling Techniques to Improve Student Achievement Motive (Pre-Experiment Study to Improve Student Achievement Motive SMP 10 Bandung Class VIII Academic Year 2014-2015)

Achievement motive has a very important role in the learning activity. The level of motives will affect activity, seriousness and student learning outcomes. The purpose of research is to the test the effectiveness of modeling techniques to enhance the achievement motive students class VIII SMP N 10 Bandung Academic Year 2014-2015. The research is quantitative with pre-experiment methods and research design the one group pretest-posttest design. Revealer tool data used is a measure achievement motive developed by FIP LPPB UPI. Results of the study include: (1) achievement motive profile students class VIII SMP N 10 Bandung academic year 2014-2015 in middle category; (2) prior to the intervention (pre-test) level of student achievement motive is the average score of percentile 54 and after the intervention (post-test) an increase to an average score of percentile 65 (posttest) but still remain in the middle category; (3) Modeling Techniques Effective for improving student achievement motive. Recommendation: (1) For school and the teachers, are expected to support improved student achievement motive, as in the flag ceremony teachers can be a model for the students or in the activities of the school keputrian can bring the model directly or through video, film and slides (Symbolic modeling) that can improve student achievement motive. (2) For the counselor, is expected to show positive practices that can be replicated by students and provide motivation to the students to improve the achievement motive was in self. (3) For the Department of Educational Psychology and Guidance, is expected to equip students as prospective counselors with skills strategy or techniques that can be applied in the process of guidance and counseling so counselor can optimally help the problems faced by the students; (4) For Further Researchers, are expected to use a wider range of intervention techniques to improve student achievement motive as Achievement Motivation Training (AMT), Assertive Training, Self-Management, etc.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... .... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... .. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... . .. vi

DAFTAR TABEL ... . .. ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Sistematika Penulisan ... 9

BAB II EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI ... 10


(7)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.1 Pengertian Motif dan Motivasi ... 10

2.1.2 Pengertian Motif Berprestasi ... 11

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi ... 14

2.1.4 Aspek-aspek Motif Berprestasi ... 16

2.1.5 Karakteristik Peserta Didik dengan Motif Berprestasi Tinggi ... 17

2.1.6 Perkembangan Motivasi Berprestasi ... 19

2.1.7 Strategi dalam Membangkitkan Motif Berprestasi ... 19

2.2Modeling ... 21

2.2.1 Pengertian Modeling ... …21

2.2.2 Jenis Modeling ... 23

2.2.3 Fungsi Modeling ... 23

2.2.4 Proses Modeling ... 23

2.3Peranan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi ... 24

2.4Penelitian yang Relevan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1Desain Penelitian ... 28

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.3Definisi Operasional Variabel ... 30

3.4Instrumen Penelitian ... 31

3.4.1 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen ... 31

3.4.2 Penyekoran Data Hasil Penelitian ... .33

3.5Proses Pengembangan Instrumen... 34

3.5.1 Pengembangan Item Pernyataan ... 34

3.5.2 Uji Kelayakan Alat Ukur ... 34

3.5.3 Uji Coba Instrumen ... 34

3.6 Penentuan Batas Kelompok ... 36


(8)

3.8 Teknik Analisi Data ... 38

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1Hasil Penelitian ... 40

4.1.1Profil Umum Motif Berprestasi Siswa ... 40

4.1.2Gambaran Umum Indikator-indikator Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 ... 41

4.1.3Gambaran Motif Berprestasi Kelas Eksperimen sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi ... 53

4.2 Rumusan Program Intervensi Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 .. 55

4.3Efektivitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 ... 71

4.3.1 Uji Normalitas ... 72

4.3.2 Uji Homogenitas ... 73

4.3.3 Uji Efektivitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi .. 74

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

4.4.1 Profil Umum Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP N 1O Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 ... 75

4.4.2 Profil Indikator Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 Berdasarkan Hasil Perolehan data Pre-test dan Post-test ... 76

4.4.3 Efektivitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 ... 87

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 91


(9)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran ... 92


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu kemajuan sebuah negara, termasuk di Indonesia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam pendidikan ditunjukkan dengan prestasi akademiknya. Pada kenyataannya ditemukan tuntutan prestasi akademik pada siswa semakin tinggi sementara daya belajarnya biasa-biasa saja. Hal inilah yang menyebabkan tingkat keberhasilan siswa dalam prestasi akademik kurang memadai sebagaimana diharapkan oleh sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri.

Motif mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motif belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa, sedangkan bagi siswa motif belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar yang akan meningkatkan prestasi akademiknya.

Menurut Aunurrahman (2009, hlm. 35) motif adalah tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motif secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2006, hlm.73). Sardiman (2006, hlm. 84) menyatakan bahwa hasil belajar akan optimal kalau ada


(11)

2

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motif yang tepat. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuan yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motif berprestasi sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Motif berprestasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan usaha yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh prestasi belajar maupun karir yang lebih baik dari hari ke hari (Habsari, 2005, hlm. 20). Menurut Richard de Charms (Iswanti, 2001, hlm. 5) motif berprestasi berkaitan erat dengan usaha mencapai prestasi, tujuan motif berprestasi adalah sukses dalam setiap kompetisi. Motif berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji (Mangkunegara, 2006, hlm. 68). Jhonson (dalam Mangkunegara, 2006, hlm. 68) mengemukakan bahwa “achievement motive is impetus to do well relative to some standard of excellence.

Djiwandono (2002, hlm. 351) menyatakan motif yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motif berprestasi dimana siswa mengelola dirinya sendiri dengan perilaku yang bertanggung jawab dengan tujuan yang ingin dicapai. Motif berprestasi dipandang sebagai kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi bangkitnya, arahnya serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau perilaku (Martin & Briggs, 1986; Nugraha, 2011, hlm. 4). Dengan demikian, siswa yang mempunyai motif berprestasi tinggi akan senantiasa menampilkan perilaku yang bertanggung jawab dalam upaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi adalah dorongan yang ada didalam diri individu untuk mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya dan mencapai standar keunggulan yang melebihi standar sebelumnya.

Suciati (dalam Nurafifah, 2010, hlm. 16) menyatakan bahwa kontribusi motif sebesar 36%, sedangkan Mc Clelland (dalam Fathurrohman, 2007, hlm. 23)


(12)

3

menunjukkan bahwa motif berprestasi (achievement motive) mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi.

Siswa-siswa di Indonesia, terutama di kota besar mulai banyak yang menomor-duakan urusan sekolah dan belajar. Para pelajar saat ini lebih tertarik kepada hal-hal yang bersifat hiburan semata. Rendahnya motif belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif seperti minum obat-obatan terlarang, membolos pada jam pelajaran, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dan lainnya.

Ecless, et al (dalam Hattip, 1997, hlm. 2) menyebutkan bahwa masalah yang

biasanya dihadapi oleh siswa, yaitu (1) Kurang minat bersekolah; (2) Lemahnya motif konsep diri akademik; (3) Lemahnya persepsi diri; (4) Menurunnya rasa percaya diri setelah mengalami kegagalan; (5) Merespon kegagalan dengan

helplesness; (6) Perilaku membolos.

Data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk

Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12

dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. (Umay, 2012, online tersedia pada http://umay17.wordpress.com/2012/03/26/ada-apa-dengan-pendidikan-di

indonesia-saat-ini?)

Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia, studi IAEEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) tahun


(13)

4

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2000 di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The Third International

Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, memperlihatkan bahwa,

diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas dua di Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata empat universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. (Julianto 2013, online tersedia pada http://juliianto.blogspot.com/2013/01/sekolah-publik.html)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Arsil, dkk (2011, hlm. 41) mengenai motif berprestasi yang dilakukan pada siswa SMK 1 Banyuanyar menyatakan bahwa siswa yang memiliki motif berprestasi rendah sebanyak 17 siswa (56,67%) sedangkan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi sebanyak 13 siswa (43,33%).

Sukmadinata (2007, hlm. 381) menyatakan bentuk-bentuk perilaku yang diidentifikasikan sebagai gejala kurangnya motif pada siswa, yaitu :

1) Kelesuan dan ketidakberdayaan, malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, dan mengantuk.

2) Penghindaran atau pelarian diri, absen dari sekolah, bolos dalam mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat.

3) Penentangan, suka mengganggu, kenakalan, tidak menyukai suatu pelajaran atau kegiatan dan suka berdalih.

4) Mencari kesibukan lain diluar jam pelajaran, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar dan mendahulukan pekerjaan yang tidak penting.


(14)

5

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa Dalam teori kognitif sosial terdapat pengertian tentang observational learning atau proses belajar dengan mengamati.

Jika ada seorang “model” di dalam lingkungan individu, misalnya teman, anggota

keluarga, tokoh di dalam film atau sinetron dan tokoh publik seperti politisi, pahlawan, aktor dan aktris, proses belajar dari individu akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut, contohnya ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat tali sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga anak itu bisa mengikat tali sepatunya sendiri, maka proses ini di sebut proses modeling. Oleh karena itu observational learning terkadang disebut juga sebagai modeling yang dikembangkan oleh Albert Bandura dengan sebutan

Social Learning Theory. Bandura dan Berkowitz (dalam Miller, 2005, hlm. 254)

menyebutkan bahwa “…..there is a fundamental relationship between watching violent behavior and modeling of behavior in interaction”.

Menurut Bandura (dalam Corey, 2007, hlm. 221), sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian contoh perilaku (modeling). Teknik modeling juga dinyatakan efektif untuk meningkatkan

self-efficacy siswa yang mencontek (Supardi, 2010: 94). Salah satu faktor yang

mempengaruhi motif berprestasi ialah efficacy. Siswa yang memiliki

self-efficacy tinggi akan merasa percaya diri dan yakin terhadap kemampuan dirinya.

Oleh karena itu, penggunaan teknik modeling diprediksi dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi.

Menurut Bandura (dalam Corey, 2007, hlm. 221) teknik modeling merupakan observasi permodelan, mengobservasi seseorang lainnya sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan perilaku, kemudian dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak. Menurut Corey (2007, hlm. 221) terapis perilaku dapat menggunakan model simbolik (symbolic modeling).

Bandura (dalam Corey, 2007, hlm. 222) perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian


(15)

6

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersama Walter terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diminta bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.

Berdasarkan teori modeling terdapat dua cara peniruan yaitu meniru secara langsung (menghadirkan model sesungguhnya), contohnya guru membuat demonstrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Dan simbolis, contohnya guru menyajikan suatu materi dengan menyediakan material tertulis seperti film, rekaman audio dan video, rekaman slide atau foto. Selanjutnya proses peniruan melalui contoh perilaku, contohnya anak-anak meniru perilaku bersorak dilapangan, jadi perilaku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar, semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu perilaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi perilaku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang selanjutnya ialah elisitasi. Proses elisitasi timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain, contohnya seorang siswa melihat temannya dipuji oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan tesebut yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila individu mengamati seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan medapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku tersebut. Melalui pengamatan ini, individu akan mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi jika ia melakukan perilaku yang sama dengan sang model.

Dengan teknik modeling diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan motif berprestasi yang ada dalam dirinya yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku dan semangat siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan agar dapat meningkatkan prestasinya.


(16)

7

1.2Rumusan Masalah

Tugas utama seorang siswa adalah mengembangkan potensi akademik secara optimal, akan tetapi dalam kenyataannya di lapangan masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) ketika ulangan harian atau dinyatakan belum tuntas pada beberapa mata pelajaran diakhir semester. Fenomena yang sering terjadi ialah siswa merasa malas belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, dan sering menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh guru.

Bahri (2002, hlm. 12) menyatakan motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak adanya motif berarti tidak ada keinginan belajar. Tinggi rendahnya motif akan mempengaruhi aktivitas, kesungguhan dan hasil belajar siswa. Siswa akan bersungguh-sungguh, tekun dan rajin belajar apabila siswa memiliki motif berprestasi yang tinggi sebaliknya, apabila motif berprestasi rendah siswa menunjukkan gejala-gejala kecemasan, keengganan, apatisme, mudah menyerah dan putus asa.

Pentingnya motif pada diri siswa antara lain agar terjadi perubahan kearah yang lebih positif. Menurut Atkinson (dalam Hamzah, 2009, hlm. 8) kecenderungan kearah suskes ditentukan oleh motif, peluang serta intensif, begitu pula sebaliknya kecenderungan untuk gagal. Motif berprestasi dimiliki oleh setiap orang sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut. Sejalan dengan itu Mc. Clelland (dalam Siregar, 2006, hlm. 18-19) menyatakan motif yang paling penting untuk pendidikan adalah motif berprestasi, dimana seseorang cenderung sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal.

Bandura (dalam Corey, 2009, hlm. 222) menyatakan proses belajar dapat dilakukan baik melalui pengalaman langsung atau pengalaman tidak langsung dengan mengamati perilaku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Bandura mengidentifikasi tiga model dasar observational learning : (1) Sebuah model hidup (a life model), yang melibatkan individu yang sebenarnya


(17)

8

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendemonstrasikan atau memerankan perilaku; (2) Sebuah model instruksional (a

verbal instructional model), yang melibatkan deskripsi dan penjelasan dari suatu

perilaku; dan (3) Model simbolik (a symbolic model), yang melibatkan tokoh fiksi atau nyata untuk menampilkan suatu perilaku dalam buku-buku, film, program televisi atau media online.

Motif berprestasi dan prestasi belajar merupakan permasalahan belajar yang memerlukan bantuan bimbingan dan konseling dalam upaya peningkatannya, Guru BK memiliki tugas untuk meningkatkan motif berprestasi siswa di sekolah agar siswa dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Terdapat beragam intervensi untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik modeling. Teknik modeling diharapkan dapat memberikan dampak terhadap persepsi siswa mengenai nilai yang diletakkan model pada keberhasilan, serta dapat mempelajari mengapa seseorang berhasil atau gagal yang nantinya dapat mempengaruhi motif berprestasi siswa.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya suatu intervensi untuk meningkatkan motif berprestasi, maka penelitian berfokus pada uji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Adapun pertanyaan penelitian adalah :

1) Bagaimana gambaran umum motif berprestasi siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015?

2) Bagaimana rancangan pelaksanaan kegiatan bimbingan melalui teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015?

3) Bagaimana efektivitas teknik modeling terhadap peningkatan motif berprestasi siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk menguji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu mengetahui :


(18)

9

1) Gambaran umum motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

2) Gambaran rancangan pelaksanaan kegiatan bimbingan melalui teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

3) Efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam pengembangan psikologi pendidikan, khususnya untuk meningkatkan motif berprestasi yang ada dalam diri siswa. Dan secara praktis manfaat yang dapat diperoleh adalah:

1) Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan motif berprestasinya sehingga pengetahuan, wawasan dan prestasinya pun akan meningkat.

2) Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa sehingga siswa akan berkembang secara optimal.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian terdiri dari lima BAB, yaitu: BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Efektivitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Motif Berprestasi yang berisi konsep motif berprestasi yang terdiri dari pengertian motif dan motivasi, pengertian motif berprestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motif berprestasi, aspek motif berprestasi, karakteristik siswa dengan motif berprestasi tinggi, perkembangan motif berprestasi, strategi dalam membangkitkan motif berprestasi. Konsep modeling yang terdiri dari pengertian


(19)

10

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modeling, jenis modeling, fungsi modeling, proses modeling. Peranan teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi dan penelitian yang relevan.

BAB III Metode Penelitian, yang berisi desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, penentuan batas kelompok, prosedur penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. BAB V Kesimpulan dan Saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara sistematis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik mengenai tingkat efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015, dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Penggunaan pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mendapatkan data numerik berupa persentase tingkat motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 dan keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra-eksperimen. Metode pra-eksperimen, yaitu penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah the one group pretest-posttest design yaitu satu kelompok eksperimen diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberi stimulus, kemudian diukur lagi variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding (Taniredja, T., dan Hidayati Mustafidah, 2011, hlm. 55). Desain ini digunakan untuk mengukur tingkat perubahan yang terjadi sebagai hasil dari perlakuan (treatment).

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Nilai pre-test (sebelum dilakukan treatmen)

X = Eksperiment atau tindakan (treatment) O2 = Nilai post-test (setelah dilakukan treatment)


(21)

29

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu motif berprestasi sebagai variabel terikat (dependent) dan teknik modeling sebagai variabel bebas (independent).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung yang secara administratif terdaftar aktif dalam pembelajaran. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 328 siswa. Adapun pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian di SMP Negeri 10 Bandung yakni sebagai berikut:

1) Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 10 Bandung melalui wawancara kepada guru bimbingan dan konseling berkenaan dengan : 1) antusiasme siswa pada saat belajar dikelas, 2) sikap siswa dalam mengikuti setiap pelajaran, serta 3) semangat siswa dalam belajar. Guru BK menyatakan bahwa tidak semua siswa antusias pada saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang terlihat tidak fokus pada saat pembelajaran, tetapi tidak sedikit pula yang terlihat bersemangat saat pembelajaran dikelas berlangsung. Siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi dapat terlihat dari aktifnya ia saat pembelajaran berlangsung, sedangkan yang kurang memiliki motif berprestasi ialah siswa yang lebih terlihat pasif dikelas (Agna, 2013, hlm. 2).

2) Hasil ATP dan ITP yang menggambarkan aspek-aspek nilai terendah di antaranya kematangan intelektual pada butir 4-4 dengan TP 3.01.

Sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010, hlm. 117). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purpossive sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2010, hlm. 104). Jadi dalam penelitian pra-eksperimen ini pengambilan sampel menggunakan seluruh subjek dalam rombongan belajar (intact group) untuk diberi


(22)

30

Berdasarkan pengolahan data dari alat ukur motif berprestasi dengan jumlah populasi 328 siswa, diketahui bahwa kelas yang dijadikan eksperiment/sampel penelitian adalah VIII-G , dengan asumsi bahwa kelas tersebut mempunyai nilai rata-rata motif berprestasi paling rendah dibanding dengan kelas satu angkatannya. Pelaksanaan intervensi melibatkan seluruh anggota kelas VIII-G dengan hasil motif berprestasi berkategori tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

Tahun Pelajaran Kelas Populasi Sampel

2014-2015

VIII-A 34 -

VIII-B 32 -

VIII-C 21 -

VIII-D 32 -

VIII-E 33 -

VIII-F 17 -

VIII-G 31 31

VIII-H 36 -

VIII-I 26 -

VIII-J 34 -

VIII-K 32 -

Jumlah 328 31

3.3 Definisi Operasional Variabel

Teori yang dijadikan acuan utama pengembangan alat ukur motif berprestasi ini adalah teori motif berprestasi (achievement motive) dari McClelland (1963: 35; Akhmad, N.S dan Nandang B, 2005, hlm. 2) Teori ini termasuk teori pembangkitan afeksi. Menurutnya, yang mendasar timbulnya motif adalah perubahan situasi afeksi.

Menurut McClelland (1963: 30-31; Akhmad, N.S dan Nandang B, 2005, hlm. 2) afeksi merupakan dasar motif karena : (1) afeksi ternyata penting dalam mengendalikan perilaku pada taraf akal sehat; (2) afeksi lebih dari pada kebutuhan-kebutuhan jaringan tubuh yang digunakan hewan tingkat rendah dalam rangka


(23)

31

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“kepekaan memilih” yang mengarahkan perilakunya. Sedangkan intensitas motif seseorang dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal. McClelland (1963; Akhmad, N.S dan Nandang B, 2005, hlm. 3) secara aprior berasumsi bahwa karakteristik fantasi menunjukkan keadaan dan motif tertentu.

Dalam menganalisis imajinasi individu guna memperoleh skor motif berprestasi, McClelland (1963: 108-110; Akhmad, N.S dan Nandang B, 2005, hlm. 3) mengemukakan teoritis sebagai berikut ini. Dalam suatu imajinasi, dapat dilihat kategori awal dari setiap perilaku individu, yaitu kebutuhan atau need for

achievement (N). Di dalam mencapai suatu tujuan, mungkin pula menunjukkan

adanya suatu antisipasi, yaitu menunjukkan pemikiran tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau positive anticipatory goal state (Ga+). Selain itu, bisa menunjukkan rasa cemas terhadap kemungkinan gagalnya mencapai suatu tujuan atau

negative anticipatory goal state (Ga-). Dimana mencapai suatu tujuan, mungkin

berhasil atau gagal. Kadang-kadang di dalam mencapai suatu tujuan-tujuan terdapat hambatan-hambatan, baik yang datang dari luar diri individu yang sering disebut dengan environmental obstacles (Bw) maupun hambatan yang berasal dari dalam diri individu sendiri yang disebut sebagai istilah personal obstacles (Bp).

Di dalam mencapai hasil, mungkin terdapat pula reaksi-reaksi afeksi, baik reaksi positif terhadap hasil yang dicapai atau positive affective state (G+) maupun reaksi negatif terhadap kegagalan yang dialaminya atau negative affective state (G-). Kadang-kadang dalam mencapai suatu tujuan, ada bantuan atau seseatu yang bersimpati kepada individu yang mendorong dan membantu mengarahkan kegiatan individu yang disebut dengan nurturant press (Nup).

Suatu imajinasi yang dibuat subjek mungkin mengandung fantasi akan sesuatu hasil yang ingin dicapai atau achievement imagery (AI); mungkin mengandung fantasi “hasil yang semu”, yakni double achievement imagery (TI); atau mungkin

juga tidak menunjukkan fantasi adanya sesuatu hasil yang ingin dicapai, yakni


(24)

32

3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur motif berprestasi yang dikembangkan oleh LPPB FIP UPI (Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad dan Nandang Budiman, S.Pd., M.Si.) dan telah ditimbang kelayakannya oleh tiga dosen Jurusan PPB FIP UPI, yakni Drs. Nurhudaya, M.Pd., Drs. Yaya Sunarya, M.Pd., dan Drs. Amin Budiamin, M.Pd.

Motif berprestasi dalam penelitian ini diukur dari sepuluh aspek, yaitu: (1) kebutuhan memperoleh hasil; (2) kebutuhan untuk melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil; (3) intensitas terhadap pencapaian tujuan; (4) intensitas kecemasan terhadap kemungkinan gagalnya mencapai tujuan; (5) kebutuhan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri dalam mencapai tujuan; (6) kebutuhan untuk mengatasi hambatan yang datang dari luar; (7) intensitas kepuasan subjek terhadap hasil yang dicapai; (8) intensitas kekecewaan terhadap kegagalan; (9) dorongan yang membantu mengarahkan kegiatan; dan (10) intensitas keinginan untuk mencapai hasil sebaik-baiknya (McClelland, et al., 1963: 108-110 Akhmad, N.S dan Nandang B, 2005, hlm. 5)

Kisi-kisi instrumen motif berprestasi disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Motif berprestasi

No Sub Kategori Butir Soal

1 Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) Pernyataan A: a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)

b. Kebutuhan untuk melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)

c. Intensitas kecemasan terhadap pencapaian tujuan yang ingin dicapai (Ga+)

d. Intensitas kecemasan terhadap kemungkinan kegagalan sesuatu tujuan (Ga-)

1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46

2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47

3, 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43, 48

4, 9, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, 49


(25)

33

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Kebutuhan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri dalam mencapai tujuan (Bp)

f. Kebutuhan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri dalam mencapai tujuan (Bw)

g. Intensitas kepuasan subjek terhadap hasil yang dicapai (G+)

h. Intensitas kekecewaan terhadap kegagalan (G-)

i. Dorongan yang membantu mengerahkan kegiatan (Nup)

j. Intensitas keinginan untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)

5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50

56, 61, 66, 71, 81, 86, 91, 96

52, 62, 67, 72, 77, 87, 92, 97

53, 58, 68, 73, 78, 83, 93, 98

54, 59, 64, 74, 79, 84, 89, 99

55, 60, 65, 70, 80, 85, 90, 95

2 Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) Pernyataan B:

26 s.d. 50 & 76 s.d. 100 3 Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) Pernyataan B:

01 s.d 25 & 51 s.d 75

Metode pengukuran motif berprestasi yang digunakan adalah metode bertanya kepada individu dengan seksama melalui pertanyaan-pertanyaan tentang motif. Dengan metode ini subjek diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling menyerupai dirinya dari pasangan-pasangan pernyataan yang mengandung unsur

achievement motive atau berorientasi pada pencapaian suatu hasil dengan pernyataan

yang tidak berorientasi pada pencapaian suatu hasil. Kriteria yang digunakan untuk menyusun pernyataan didasarkan pada analisis McClelland tentang kategori

achievement motive. Individu yang lebih banyak memilih pernyataan yang

berorientasi pada achievement, memiliki achievement motive yang lebih tinggi dari pada individu yang lebih sedikit memilih pernyataan yang berorientasi pada

achievement.

3.4.2 Penyekoran Data Hasil Penelitian

Penyekoran data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut:


(26)

34

a. Menghitung/menjumlahkan baris nomor item 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, dan baris berikutnya yang memilih/melingkari A. Kemudian hasil penjumlahannya disimpan pada baris masing-masing dan disimpan pada kolom AI.

b. Menghitung/menjumlahkan nomor item 26, 31, 36, 41, dan 46 yang memilih/melingkari B. Kemudian hasil penjumlahannya disimpan pada kolom UI.

c. Setelah langkah a dan b dilakukan, maka hasil penjumlahan AI dikurangi penjumlahan UI, dan hasilnya disimpan pada kolom S.

d. Menghitung/menjumlahkan baris nomor item 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86, 91, 96 dan baris berikutnya yang memilih/melingkari A. Untuk nomor 51, 57, 63, 69, dan 75 jawaban A tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Begitu juga untuk nomor item 76, 82, 88, 94 dan 100, jawaban A dan B tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Kemudian hasil penjumlahan disimpan pada pada kolom AI.

e. Menghitung/menjumlahkan nomor item 76, 81, 86, 91, dan 96 yang memilih/melingkari B. Untuk nomor 76, 82, 88, 94 dan 100 jawaban B tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Kemudian hasil penjumlahan disimpan pada kolom UI.

f. Setelah langkah d dan e dilakukan, maka hasil penjumlahan AI dikurangi penjumlahan UI, dan hasilnya disimpan pada kolom S.

g. Untuk menghitung skor konsistensi, item nomor 1, 7, 13, 19, dan 25 ditarik garis diagonal ke bawah sehingga berpasangan dengan item no 51, 57, 63, 69 dan 75 (artinya: 1:51; 7:75; 13:63; 19:69; dan 25:75). Demikian pula dengan item nomor 26, 32, 38, 44, dan 50 ditarik garis diagonal kebawah sehingga berpasangan dengan item nomor 76, 82, 88, 94, dan 100 (artinya: 26:76; 32:82; 38:88; 44:94; dan 50:100). Kemudian lihat, jika masing-masing pasangan tersebut menunjukkan pilihan jawaban (huruf) yang sama, maka


(27)

35

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada kotak yang disediakan diberi tanda ceklis (√), yang artinya sama dengan 1, jika berbeda maka pada kotak yang disediakan, diberi tanda silang (X), yang artinya sama dengan 0. Setelah semua pasangan tersebut dihitung, maka pada kotak Kon, tanda ceklis (√) dijumlahkan.

3.5 Proses Pengembangan Instrumen 3.5.1Pengembangan Item Pernyataan

Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad dan Nandang Budiman, S.Pd., M.Si. mengembangkan alat ukur motif berprestasi kedalam 100 butir soal, yang masing-masing terdiri dari pilihan A dan B. Dari 100 butir soal tersebut dikembangkan 90 pernyataan yang mengungkap kategori AI, 45 item pernyataan yang mengungkap UI dan 45 item pernyataan yang mengungkap TI. Pernyataan kategori UI menjadi pernyataan B yang berpasangan dengan butir pernyataan AI nomor 26-50 dan nomor 76-100. Sedangkan kategori pernyataan TI menjadi pernyataan B yang dipasangkan dengan item pernyataan AI nomor 1-25 dan nomor 51-75.

3.5.2 Uji Kelayakan Alat Ukur

Kebaikan alat ukur yang diuji adalah validitas dan reliabilitas. Validitas diuji dengan rumus point biserial. Hasilnya semua item yang digunakan valid sedangkan reliabilitasnya diuji dengan rumus KR-20. Hasilnya baik item-item yang digunakan untuk mengukur (a) adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI), (b) tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI), maupun (c) item-item untuk mengukur keraguan apa yang ingin dicapai (TI), semuanya reliabel. Merujuk pada hasil ujicoba yang telah dilakukan oleh Sudaryat Nurdin Akhmad dan Nandang Budiman (2005), diperoleh informasi sebagai berikut :

1) Uji Validitas

Tabel 3. 3 Uji Validitas

No Variabel Indeks Validitas


(28)

36

2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0.097 – 0.764 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0.191 – 0.572

2) Uji Reliabilitas

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

No Variabel Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0.727 (Tinggi) 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0.781 (Tinggi) 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0.637 (Sedang)

3.4.3 Uji Coba Instrumen

Dikarenakan Instrument yang digunakan telah memiliki standar baku secara statistik, maka dalam uji coba instrumen ini yang di ukur ialah taraf reliabilitasnya saja. Berikut hasil yang diperoleh yaitu :

Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen

No Variabel Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0.870 (Tinggi) 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0.840 (Tinggi) 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0.750 (Tinggi)

3.5 Penentuan Batas Kelompok

Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk persentase. Angka


(29)

37

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut penentuan batas kelompok siswa secara sederhana hal yang dapat kita lakukan adalah:

1) Menentukan nilai Range (rentang), dengan rumus: R = Skor maksimum – Skor Minimum. R = 90 – (- 45) = 135

2) Menentukan banyaknya kategori konversi skor = 3 3) Menentukan interval, dengan rumus : Rentang/Kategori

= 135/5 = 27

Tabel 3.6

Rentang, Kategori dan Panjang Kelas Motif Berprestasi

Skor Max

Skor

Min Range Kategori

Pjg. Kelas

90 -45 135 3 45

Tabel 3.7

Kualifikasi Motif Berprestasi Siswa SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015

No Rentang Kategori

1 -45 s/d -1 Rendah

2 0 s/d 44 Sedang

3 45 s/d 90 Tinggi

Tabel 3.8 menunjukkan rentang skor motif berprestasi yang terdiri dari tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan rentang untuk aspek-aspek motif berprestasi disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.8


(30)

38

Aspek

Skor Max

Skor

Min Range Kategori

Pjg. Kelas

N 10 -5 15 3 5

I 10 -5 15 3 5

Ga+ 10 -5 15 3 5

Ga- 10 -5 15 3 5

Bp 10 -5 15 3 5

Bw 8 -4 12 3 4

G+ 8 -4 12 3 4

G- 8 -4 12 3 4

Nup 8 -4 12 3 4

Ach.T 8 -4 12 3 4

Tabel 3.9

Kualifikasi Aspek-Aspek Motif Berprestasi Siswa SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015

Aspek N – Bp Rentang Kategori -5 s/d -1 Rendah

0 s/d 4 Sedang 5 s/d 10 Tinggi


(31)

39

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6 Prosedur Penelitian

1) Tahap Persiapan

a. Penyusunan proposal penelitian, konsultasi proposal dan disahkan oleh dosen pengampu mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling. b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada

tingkat fakultas.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat fakultas dan universitas. Selanjutnya surat izin penelitian yang disampaikan kepada pihak SMPN 10 Bandung.

d. Membuat instrumen penelitian motif berprestasi siswa berikut penimbangannya kepada tiga dosen ahli dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

2) Tahap Pelaksanaan

a. Mengumpulkan data studi pendahuluan sebagai data pre-test dengan menyebarkan angket pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

b. Mengolah data untuk mendapatkan reliabilitas instrumen motif berprestasi.

c. Mengolah dan menganalisis data dari hasil instumen yang telah disebarkan untuk mendapatkan gambaran umum motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

d. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling melalui teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

e. Mengumpulkan data post-test untuk mengetahui efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

Aspek Bw - Ach. T Rentang Kategori -4 s/d -1 Rendah

0 s/d 3 Sedang 4 s/d 8 Tinggi


(32)

40

3) Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 serta kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (skripsi).

3.7 Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software ANATES (dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M.Pd dan Yudi Wibisono, S.T) dan SPSS for windows versi 21.0 Dan untuk mengetahui perbandingan hasil pre-test dan

post-test menggunakan uji t. Berikut adalah rumus uji t menurut arikunto (2006: 306)

t =

√∑ ∑

Keterangan :

T = harga t untuk sampel berkolerasi

D = (difference) perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir untuk setiap individu

ƩD = rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D) D2 = kuadrat dari D


(33)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 mengenai efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Motif berprestasi siswa kelas VIII SMP N 10 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015 berada pada kategori sedang. Artinya tidak semua aspek motif berprestasi mencapai tingkatan optimal, masih ada beberapa aspek yang berada pada kategori rendah.

2) Rancangan program intervensi teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa berfokus pada pengembangan indikator yang memiliki kedudukan skor rata-rata kurang dari persentil ke-60, yaitu aspek N (kebutuhan memperoleh hasil) berada pada rata-rata skor presentil ke-53, aspek I (kebutuhan untuk melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil) berada pada rata-rata skor presentil ke-40, aspek Bp (kebutuhan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri dalam mencapai tujuan) berada pada rata-rata skor presentil ke-53, aspek Bw (kebutuhan untuk mengatasai hambatan-hambatan yang datang dari luar diri dalam mencapai tujuan) berada pada rata-rata skor presentil ke-41, aspek GPlus (intensitas kepuasan subjek terhadap hasil yang dicapai) berada pada rata-rata skor presentil ke-58, aspek GMinus (intensitas kekecewaan terhadap kegagalan) berada pada aspek rata-rata presentil ke-58 dan aspek Nup (dorongan yang membantu mengerahkan kegiatan) berada pada rata-rata skor presentil ke-50.

3) Sebelum dilakukan intervensi (pre-test) tingkat motif berprestasi siswa berada pada rata-rata skor presentil ke-54 dan setelah dilakukan intervensi (post-test)


(34)

92

terjadi peningkatan menjadi rata-rata skor presentil ke-65 (posttest) namun masih tetap berada pada kategori sedang.

4) Teknik modeling efektif untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

5.2 Saran

1) Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah beserta para guru diharapkan dapat mendukung peningkatan motif berprestasi siswa, seperti dalam kegiatan upacara bendera para pembina upacara dapat menjadi model untuk para siswa ataupun dalam kegiatan keputrian pihak sekolah dapat menghadirkan model secara langsung maupun melalui video, film dan slide (simbolik modeling) yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa. 2) Bagi Konselor

Konselor diharapkan dapat menampilkan perilaku-perilaku positif yang dapat ditiru oleh siswa serta memberikan motivasi kepada siswa guna meningkatkan motif berprestasi yang ada dalam dirinya.

3) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, diharapkan dapat membekali mahasiswa sebagai calon konselor dengan keterampilan-keterampilan strategi ataupun teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam proses bimbingan dan konseling sehingga konselor atau guru BK dapat dengan optimal membantu masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan teknik intervensi yang lebih beragam untuk meningkatkan motif berprestasi siswa seperti Achievement


(35)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan Thayeb Manrihu. (1996). Teknik Dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Agna, Gentra. (2013). Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Layanan Bimbingan

Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa

Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Akhmad, N.S dan Nandang B. (2005). Laporan Hasil Pengembangan Alat Ukur

Motif Berprestasi. Makalah. Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak Diterbitkan

Alex, Sobur. (2003). Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia

Annurahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran . Bandung : Alfabeta

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Arsil Dedi, Amat Mukhadis dan Eko Edi Poerwanto. (2011). Pengaruh Model

Penjadwalan Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Perawatan Sepeda Motor Siswa SMK. Jurnal Teknologi dan Kejuruan Vol 34,No. 1

Asnawi. S. (2002). Teori Motivasi. Jakarta: Studia Press

Bahri, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Beck, R. C. (1990). Motivation. Englewood Cliffs, N J. : Prentice Hall.

Boeree, G. (2010). Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku. Jogjakarta: Prismasophie.

Chaplin, J. P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Corey, G. (2007). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press


(36)

94

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Melalui

Penanaman Konsep Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika

Aditama

Goleman, Daniel. (2004). Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa

EQ Lebih Penting daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama

Habsari, S. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Grasindo

Haditono. S. R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level And

Child Rearing In Four Occupational Groups. Disertasi Doktor pada Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan

Hattip, M. (1997). Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasaan

Belajar Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP, Bandung. Tidak

diterbitkan

Iswanti, Y. W. (2001). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Peran Orang Tua dengan

Prestasi Belajar Siswa SMU Tarakanita I. Jakarta: LPK Tarakanita

J. Winardi. (2004). Motivasi; Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Julianto. (2013). Sekolah Publik. [Online]. Tersedia: http://juliianto.blogspot.com/2013/01/sekolah-publik.html. [13 november 2013 ]

Jones, Richard Nelson. (2011). Teori Praktek Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lisnawati, W. (2013). Efektivitas Strategi Pengembangan Self Regulation Learning

Untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Pra Eksperimen Teradap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi Sarjana

pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Karnoto dan Yudi Wibisono. (2004). ANATES Pilihan Ganda. Ver 4. 0. 9. Bandung

Komalasari, Gantina & dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta. Indeks


(37)

95

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Martianah, S. M. (1984). Motif Sosial Remaja Jawa dan Keturunan Cina Suatu Studi

Perbandingan. Disertasi : Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

McClelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. New York: Halsted Press

Melisa, Sakinah. (2013). Efektifias Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Merlin, D. R.. (2008). Hubungan Kebiasaan Menonton Program Hard News Dengan

Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Korelasional Pada Siswa SMA Negeri Di Kota Bandung). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Miller, K. (2005). Communication Theories: Perspective, Processes, and Contexts.

2nd Edition. International Edition. Singapore: McGraw-Hill

Mussen, Paul Henry, dkk. (1984). Child Development and Personality. Harper & Row, Inc. Alih bahasa : FX. Budiyanto, dkk. Ctakan II tahun 1994. copyright dalam bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Penerbit Arcan.

Nugraha, R. A. (2011). Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Adversitas terhadap

Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Surakarta. Skripsi

Sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Nurafifah, D. (2010). Pengaruh Penggunaan Berbagai Media Pembelajaran

Terhadap Motivasi Belajar pada Mata Kuliah Anatomi di Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah. Tesis pada Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Purwanto, N. (1993). Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya

Santrock, J. W. 2003. Adolscence Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


(38)

96

Siregar, A. R. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Skripsi pada Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Sujarwo. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran (Inkuiri Terbimbing dan

Ekspositori) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi pada Siswa SMA Yang Memiliki Tingkat Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Berbeda. Disertasi. Program Studi

Teknologi Pembelajaran. Universitas Negeri Malang

Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung : Maestro.

Supardi, N. I. (2010). Keefektifan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Self-Efficacy

Siswa yang Mencontek. Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tabrani, R. (2001). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Taniredja, T., dan Hidayati Mustafidah. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah

Pengantar). Bandung: Alfabeta

Tarsidi, Didi. (2007). Konseling Kognitif- Sosial (social cognitive counseling): Didasarkan atas Teori Sosial-Cognitive dari Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http//d-tarsidi.blogspot.com/2007/08/sosialcognitivecounseling.html [10 Desember 2014]

Ulfa, N. (2010). Efektifitas Bimbingan Akademik Melalui Symbolic Modeling Untuk

Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII dengan Kondisi Ekonomi Keluarga Rendah Di SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi Sarjana pada Program

Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Umay. (2012). Ada Apa dengan Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://umay17.wordpress.com/2012/03/26/ada-apa-dengan-pendidikan-di-indonesia-saat-ini.html. [13 november 2013]

Uno, B. Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahidin. (2001). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi


(39)

97

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Walgito. B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

Wigfield, Allan and Jacquclynne S. Eccles. (2002). Development of Achievement

Motivation. Educational Psychology

Winkel,W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Cetakan I, Jakarta: PT. Gramedia

Wlodsowski, Raymon.J & Jaynes J.H. (2004). Hasrat Untuk Belajar. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Yusiana, R. (2002). Hubungan antara Persepsi Terhadap Peran Kelompok Teman

Sebaya dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa Pindahan Kelas 3 di SMUN 2 Bandung. Skripsi pada Jurusan Psikologi Universitas Islam Bandung: tidak

diterbitkan.

Zakaria, A. F. (2009). Efektifitas Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Pra-Eksperimen Terhadap Siswa SMA Negeri 1 Rancaekek Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi

Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Zenzen, T. G. (2002). Achievement Motivation. A Research Paper for the Master of Science Degree at University of Wisconsin Stout.

_______. (2013) Tokoh Anis Baswedan . [Online] Tersedia: (http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2013/03/130309_tokoh_anies _baswedan.shtml) [ 2 Juli 2014]


(1)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terjadi peningkatan menjadi rata-rata skor presentil ke-65 (posttest) namun masih tetap berada pada kategori sedang.

4) Teknik modeling efektif untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.

5.2 Saran

1) Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah beserta para guru diharapkan dapat mendukung peningkatan motif berprestasi siswa, seperti dalam kegiatan upacara bendera para pembina upacara dapat menjadi model untuk para siswa ataupun dalam kegiatan keputrian pihak sekolah dapat menghadirkan model secara langsung maupun melalui video, film dan slide (simbolik modeling) yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa. 2) Bagi Konselor

Konselor diharapkan dapat menampilkan perilaku-perilaku positif yang dapat ditiru oleh siswa serta memberikan motivasi kepada siswa guna meningkatkan motif berprestasi yang ada dalam dirinya.

3) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, diharapkan dapat membekali mahasiswa sebagai calon konselor dengan keterampilan-keterampilan strategi ataupun teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam proses bimbingan dan konseling sehingga konselor atau guru BK dapat dengan optimal membantu masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan teknik intervensi yang lebih beragam untuk meningkatkan motif berprestasi siswa seperti Achievement


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan Thayeb Manrihu. (1996). Teknik Dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Agna, Gentra. (2013). Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Layanan Bimbingan

Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa

Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Akhmad, N.S dan Nandang B. (2005). Laporan Hasil Pengembangan Alat Ukur

Motif Berprestasi. Makalah. Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak Diterbitkan

Alex, Sobur. (2003). Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia

Annurahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran . Bandung : Alfabeta

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Arsil Dedi, Amat Mukhadis dan Eko Edi Poerwanto. (2011). Pengaruh Model

Penjadwalan Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Perawatan Sepeda Motor Siswa SMK. Jurnal Teknologi dan Kejuruan Vol 34,No. 1

Asnawi. S. (2002). Teori Motivasi. Jakarta: Studia Press

Bahri, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Beck, R. C. (1990). Motivation. Englewood Cliffs, N J. : Prentice Hall.

Boeree, G. (2010). Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku. Jogjakarta: Prismasophie.

Chaplin, J. P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Corey, G. (2007). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press


(3)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Melalui

Penanaman Konsep Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika

Aditama

Goleman, Daniel. (2004). Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa

EQ Lebih Penting daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama

Habsari, S. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Grasindo

Haditono. S. R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level And

Child Rearing In Four Occupational Groups. Disertasi Doktor pada Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan

Hattip, M. (1997). Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasaan

Belajar Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP, Bandung. Tidak

diterbitkan

Iswanti, Y. W. (2001). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Peran Orang Tua dengan

Prestasi Belajar Siswa SMU Tarakanita I. Jakarta: LPK Tarakanita

J. Winardi. (2004). Motivasi; Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Julianto. (2013). Sekolah Publik. [Online]. Tersedia: http://juliianto.blogspot.com/2013/01/sekolah-publik.html. [13 november 2013 ]

Jones, Richard Nelson. (2011). Teori Praktek Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lisnawati, W. (2013). Efektivitas Strategi Pengembangan Self Regulation Learning

Untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Pra Eksperimen Teradap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi Sarjana

pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Karnoto dan Yudi Wibisono. (2004). ANATES Pilihan Ganda. Ver 4. 0. 9. Bandung

Komalasari, Gantina & dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta. Indeks


(4)

Martianah, S. M. (1984). Motif Sosial Remaja Jawa dan Keturunan Cina Suatu Studi

Perbandingan. Disertasi : Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

McClelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. New York: Halsted Press

Melisa, Sakinah. (2013). Efektifias Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Merlin, D. R.. (2008). Hubungan Kebiasaan Menonton Program Hard News Dengan

Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Korelasional Pada Siswa SMA Negeri Di Kota Bandung). Skripsi Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Miller, K. (2005). Communication Theories: Perspective, Processes, and Contexts.

2nd Edition. International Edition. Singapore: McGraw-Hill

Mussen, Paul Henry, dkk. (1984). Child Development and Personality. Harper & Row, Inc. Alih bahasa : FX. Budiyanto, dkk. Ctakan II tahun 1994. copyright dalam bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Penerbit Arcan.

Nugraha, R. A. (2011). Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Adversitas terhadap

Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Surakarta. Skripsi

Sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Nurafifah, D. (2010). Pengaruh Penggunaan Berbagai Media Pembelajaran

Terhadap Motivasi Belajar pada Mata Kuliah Anatomi di Prodi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah. Tesis pada Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Purwanto, N. (1993). Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya

Santrock, J. W. 2003. Adolscence Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


(5)

Ita Agni Safitri, 2015

Efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan motif berprestasi siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siregar, A. R. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Skripsi pada Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Sujarwo. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran (Inkuiri Terbimbing dan

Ekspositori) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi pada Siswa SMA Yang Memiliki Tingkat Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Berbeda. Disertasi. Program Studi

Teknologi Pembelajaran. Universitas Negeri Malang

Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung : Maestro.

Supardi, N. I. (2010). Keefektifan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Self-Efficacy

Siswa yang Mencontek. Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tabrani, R. (2001). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Taniredja, T., dan Hidayati Mustafidah. (2011). Penelitian Kuantitatif (Sebuah

Pengantar). Bandung: Alfabeta

Tarsidi, Didi. (2007). Konseling Kognitif- Sosial (social cognitive counseling): Didasarkan atas Teori Sosial-Cognitive dari Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http//d-tarsidi.blogspot.com/2007/08/sosialcognitivecounseling.html [10 Desember 2014]

Ulfa, N. (2010). Efektifitas Bimbingan Akademik Melalui Symbolic Modeling Untuk

Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII dengan Kondisi Ekonomi Keluarga Rendah Di SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi Sarjana pada Program

Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Umay. (2012). Ada Apa dengan Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://umay17.wordpress.com/2012/03/26/ada-apa-dengan-pendidikan-di-indonesia-saat-ini.html. [13 november 2013]

Uno, B. Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahidin. (2001). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi


(6)

Walgito. B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

Wigfield, Allan and Jacquclynne S. Eccles. (2002). Development of Achievement

Motivation. Educational Psychology

Winkel,W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Cetakan I, Jakarta: PT. Gramedia

Wlodsowski, Raymon.J & Jaynes J.H. (2004). Hasrat Untuk Belajar. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Yusiana, R. (2002). Hubungan antara Persepsi Terhadap Peran Kelompok Teman

Sebaya dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa Pindahan Kelas 3 di SMUN 2 Bandung. Skripsi pada Jurusan Psikologi Universitas Islam Bandung: tidak

diterbitkan.

Zakaria, A. F. (2009). Efektifitas Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Pra-Eksperimen Terhadap Siswa SMA Negeri 1 Rancaekek Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi

Sarjana pada Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Zenzen, T. G. (2002). Achievement Motivation. A Research Paper for the Master of Science Degree at University of Wisconsin Stout.

_______. (2013) Tokoh Anis Baswedan . [Online] Tersedia: (http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2013/03/130309_tokoh_anies _baswedan.shtml) [ 2 Juli 2014]