Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Di Kabupaten Ngawi bab 1

(1)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan Program Kementerian Kehutanan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat di sekitar hutan. Program Kebun Bibit Rakyat ini memiliki maksud dan tujuan untuk memperbaiki lahan yang rusak dan lahan yang kritis. Selain itu program KBR ini diharapkan memberikan manfaat ekomomis yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar hutan. Adapun target yang ingin dicapai adalah : a) tersedianya bibit yang berkualitas, baik secara fisiologis dan genetik dalam jumlah yang memadai; b) tertanaminya lahan yang kosong dengan tanaman yang bernilai ekonomi dan berfungsi lindung; c) terbentuknya kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai kelompok pengelola program Kebun Bibit Rakyat.

Dimunculkannya Program Kebun Bibit Rakyat ini dilandasi adanya keprihatinan atas rusaknya lingkungan hutan serta banyaknya lahan kritis yang berdampak terhadap ekosistem. Oleh karena itu Kementerian Kehutanan mengajak peran serta masyarakat untuk mengatasi kondisi tersebut dengan cara menanami kembali hutan yang gundul dan lahan kritis maupun lahan tidak produktif. Mengingat kebutuhan jenis dan jumlah tanaman yang harus disediakan dalam jumlah yang besar, maka perlu dipersiapkan bibit tanaman


(2)

melalui Program Kebun Bibit Rakyat. Guna mendukung hal tersebut dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.23/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat. Peraturan ini merurakan peraturan pengganti dari Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.24/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat yang telah dicabut.

Pada Kabupaten Ngawi, Program Kebun Bibit Rakyat sangat diperlukan mengingat tingkat kerusakan hutan sudah sangat tinggi. Jadi dengan tersedianya bibit tanaman hutan ini akan dapat membantu mengatasi kekritisan tanah yang terjadi selama ini. Jika dilihat dari tingkat kekritisan tanah di wilayah Kabupaten Ngawi, maka terlihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Tingkat Kekritisan Lahan Di Kabupaten Ngawi

No. Tingkat Kekritisan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Agak kritis 5.394,16 93,73

2 Kritis 355,42 6,18

3 Sangat kritis 5,40 0,09

Jumlah 5.754,99 100,00

Sumber data : BP-DAS Solo 2011

Berdasar data dalam tabel 1.1 di atas jelaslah bahwa Kabupaten Ngawi sangat membutuhkan berbagai jenis bibit tanaman untuk mengatasinya. Oleh karena itu melalui Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang digulirkan Kementerian Kehutanan diharapkan mampu menyediakan berbagai jenis tanaman yang dibutuhkan. Efektivitas pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat tersebut akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,


(3)

commit to user

persemaian, kesiapan kelompok tani (masyarakat) yang dijadikan partner dalam program tersebut, ketersediaan pendamping yang memiliki kemampuan untuk mendampingi kelompok tani dalam melaksanakan program KBR, berbagai pelatihan bagi kelompok tani agar memiliki keahlian dalam penyediaan bibit, misalnya melatih kemampuan dalam pelaksanaan seleksi benih, mengadakan sterilisasi benih, menentukan jenis media semai dan sapih yang akan dipakai, serta proses pemeliharaan selama di persemaiaan hingga pelaksanaan seleksi bibit serta metode pemindahan ke lapangan untuk ditanam.

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas program kebun bibit rakyat tersebut, dalam penelitian ini hanya dibatasi tentang faktor perencanaan partisipatif dan kinerja pendamping. Faktor perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung maupun tidak langsung). Tujuan dan cara harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusan akan berpihak pada rakyat (Abe, 2002: 81). Sementara untuk kinerja pendamping difokuskan pada adanya inisiatif atau prakarsa, adanya kreatifitas, menguasai ruang lingkup program, memiliki kemampuan dalam mendampingi kelompok tani, mampu memecahkan permasalahan dan kualitas hasil kerja.


(4)

Dalam menyelenggarakan program kebun bibit rakyat tersebut, selain beberapa treatment di atas, diperlukan juga sistem pengelolaan yang tepat dan seimbang. Juga harus dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait termasuk melibatkan peran serta masyarakat terutama di sekitar hutan. Selanjutnya diperlukan pula upaya serius dalam mempersiapkan sarana persemaian secara representatif, sehingga pengelolaan bibit dapat berjalan secara optimal. Mengingat pentingnya ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik, maka diperlukan pembibitan tanaman kayu-kayuan dan tanaman serba guna (MPTS) yang lebih baik, hal ini bisa dilakukan melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Melalui program ini diharapkan mampu dibangun dan diwujudkan kembali lingkungan yang sehat dan terpeliharanya hutan lestari serta tidak terdapat lagi lahan kritis.

Hasil penelitian awal pada lokasi penelitian ditemukan bahwa pelaksanaan program kebun rakyat di Kabupaten Ngawi pada beberapa kelompok tani pengelola KBR masih belum efektif karena masih belum memenuhi target penyediaan 50.000 batang bibit. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor : P.23/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat (KBR) bahwa pada tahap pembayaran terakhir (tahap III) pembuatan kebun bibit rakyat (KBR) harus sudah teralisasi fisik minimal 60% atau 50.000 batang

bibit, baik generatif maupun vegetatif, dan sudah di dalam


(5)

commit to user

Tabel 1.2

Hasil Pelaksanaan Program KBR Kabupaten Ngawi 2011

Nomor Nama Kelompok Jenis

Bibit

Target Bibit

Realisasi

Bibit Efektifitas 1 Ngudi Raharjo Jati 50.000 49.500 Tidak Efektif 2 Rukun Santoso Jati 50.000 48.750 Tidak Efektif 3 Sidomulyo Jati 50.000 50.000 Efektif 4 Pondok Al Falah Jati 50.000 45.900 Tidak Efektif 5 Karangasri Jati 50.000 51.000 Efektif 6 Sumber Widodo Jati 50.000 51.500 Efektif 7 Tani Jaya Jati 50.000 38.500 Tidak Efektif 8 Ngudi Rahayu Jati 50.000 48.000 Tidak Efektif 9 Karya Tani Jati 50.000 48.700 Tidak Efektif 10 Tani Luhur Jati 50.000 50.000 Efektif 11 Golan Tani Jati 50.000 49.000 Tidak Efektif 12 Wahyu Sedoro Gmelina 50.000 50.500 Efektif 13 Intan Tani Sengon 50.000 52.000 Efektif 14 Mandiri Jati 50.000 52.400 Efektif 15 Rejeki Barokah Jati 50.000 44.000 Tidak Efektif 16 Candi Mulyo Jati 50.000 45.000 Tidak Efektif 17 Ponpes. Nusa Bakti Jati 50,000 45.500 Tidak Efektif 18 Hargo Lestari Sengon 50.000 52,900 Efektif 19 Tani Mulyo Jati 50.000 40,000 Tidak Efektif 20 Tani Makmur Jati 50.000 47,500 Tidak Efektif 21 Sri Mekar Jati 50.000 48,000 Tidak Efektif 22 Wono Ketonggo Sengon 50.000 48.700 Tidak Efektif 23 LMDH Hutan Lindung Sengon 50.000 49.000 Tidak Efektif 24 Tani Mulyo Jati 50.000 41.000 Tidak Efektif 25 Sri Handayani Sengon 50.000 48.000 Tidak Efektif 26 Rejeki Makmur Jati 50.000 44.000 Tidak Efektif 27 Butuh Tani Jati 50.000 49.000 Tidak Efektif 28 Sumber Makmur Jati 50.000 50.000 Efektif Sumber : Dinas Kehutananan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi 2012

Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa masih banyak kelompok tani yang belum dapat memenuhi target realisasi pengadaan bibit. Kondisi ini tentu dapat diteliti lebih lanjut tentang penyebab masih adanya kelompok tani


(6)

yang hasil kerjanya belum efektif. Karena banyak hal yang tentu dapat mempengaruhi kondisi tersebut. Salah satunya perencanaan partisipatif yang dibuat belum dapat berjalan dengan lancar. Ditemui beberapa kendala dalam melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi permasalahan pada perencanaan partisipatif. Selain itu kinerja pendamping terkadang juga belum optimal. Beberapa kelompok tani berdasarkan hasil surveI awal pada lokasi penelitian secara langsung masih menilai bahwa kinerja pendamping masih kurang maksimal dalam mendukung pelaksanaan pengelolaan program KBR. Pendampingan yang dilakukan masih ditemui informasi yang kurang detail dan jelas sehingga kelompok tani salah tafsir dalam melaksanakan program KBR. Kinerja pendamping yang cenderung rendah dapat dilihat dari proses pelaksanaan pemantauan yang kurang intensif sehingga pada beberapa kelompok tani terjadi proses pemupukan yang tidak sesuai jadwal serta perawatan bibit yang kurang benar berakibat kematian bibit dalam jumlah yang cukup banyak. Pembinaan yang dilakukan juga kurang maksimal sehingga kelompok tani yang mengelola program KBR ini merasa sudah melakukan sesuai perencanaan yang ada namun karena pelaksanaan kurang pembinaan sehingga masih terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat tidak terpenuhinya target sesuai yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat manarik diteliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program kebun bibit


(7)

commit to user

Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat (KBR)

Di Kabupaten Ngawi”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak dan jenis bibit secara bersama-sama berpengaruh terhadap pencapaian target jumlah bibit yang dihasilkan?

2. Apakah jumlah anggota kelompok tani berpengaruh terhadap jumlah bibit

yang dihasilkan?

3. Apakah frekuensi kedatangan pendamping berpengaruh terhadap jumlah bibit yang dihasilkan?

4. Apakah jarak antara kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan dengan lokasi kelompok tani pelaksana program KBR berpengaruh terhadap jumlah bibit yang dihasilkan?

5. Apakah jenis bibit yang dibuat berpengaruh terhadap jumlah bibit yang dihasilkan?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini akan menganalisis efektifitas pelaksanaan program Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Ngawi. Secara khusus penelitian ini bertujuan :


(8)

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak dan jenis bibit secara bersama-sama terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh jumlah anggota kelompok tani terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh frekuensi kedatangan

pendamping terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh jarak antara kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan dengan lokasi kelompok tani pelaksana program KBR terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh jenis bibit yang dibuat terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi instansi yang berwenang, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai efektivitas pelaksanaan program Kebun Bibit Rakyat.

b. Untuk menambah kajian tentang pemberdayaan masyarakat khususnya Program Kebun Bibit Rakyat dilihat dari jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak antara kantor ke lokasi kelompok tani, serta jenis bibit yang akan dibuat.

c. Untuk memberi masukan kepada peneliti lain dalam melakukan penelitian


(9)

commit to user

d. Untuk memberikan dasar kepada peneliti lain dengan jenis variabel lain dan dengan model analisis yang lain pula, sehingga diharapkan akan dapat diperoleh hasil penelitian yang komprehensif.


(1)

Dalam menyelenggarakan program kebun bibit rakyat tersebut, selain beberapa treatment di atas, diperlukan juga sistem pengelolaan yang tepat dan seimbang. Juga harus dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait termasuk melibatkan peran serta masyarakat terutama di sekitar hutan. Selanjutnya diperlukan pula upaya serius dalam mempersiapkan sarana persemaian secara representatif, sehingga pengelolaan bibit dapat berjalan secara optimal. Mengingat pentingnya ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik, maka diperlukan pembibitan tanaman kayu-kayuan dan tanaman serba guna (MPTS) yang lebih baik, hal ini bisa dilakukan melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Melalui program ini diharapkan mampu dibangun dan diwujudkan kembali lingkungan yang sehat dan terpeliharanya hutan lestari serta tidak terdapat lagi lahan kritis.

Hasil penelitian awal pada lokasi penelitian ditemukan bahwa pelaksanaan program kebun rakyat di Kabupaten Ngawi pada beberapa kelompok tani pengelola KBR masih belum efektif karena masih belum memenuhi target penyediaan 50.000 batang bibit. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor : P.23/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat (KBR) bahwa pada tahap pembayaran terakhir (tahap III) pembuatan kebun bibit rakyat (KBR) harus sudah teralisasi fisik minimal 60% atau 50.000 batang

bibit, baik generatif maupun vegetatif, dan sudah di dalam

polybag/kantong/wadah lain siap tanam. Kondisi tentang hasil pelaksanaan program KBR dapat dilihat pada tabel 1.2.


(2)

commit to user Tabel 1.2

Hasil Pelaksanaan Program KBR Kabupaten Ngawi 2011

Nomor Nama Kelompok Jenis

Bibit

Target Bibit

Realisasi

Bibit Efektifitas 1 Ngudi Raharjo Jati 50.000 49.500 Tidak Efektif 2 Rukun Santoso Jati 50.000 48.750 Tidak Efektif 3 Sidomulyo Jati 50.000 50.000 Efektif 4 Pondok Al Falah Jati 50.000 45.900 Tidak Efektif 5 Karangasri Jati 50.000 51.000 Efektif 6 Sumber Widodo Jati 50.000 51.500 Efektif 7 Tani Jaya Jati 50.000 38.500 Tidak Efektif 8 Ngudi Rahayu Jati 50.000 48.000 Tidak Efektif 9 Karya Tani Jati 50.000 48.700 Tidak Efektif 10 Tani Luhur Jati 50.000 50.000 Efektif 11 Golan Tani Jati 50.000 49.000 Tidak Efektif 12 Wahyu Sedoro Gmelina 50.000 50.500 Efektif 13 Intan Tani Sengon 50.000 52.000 Efektif 14 Mandiri Jati 50.000 52.400 Efektif 15 Rejeki Barokah Jati 50.000 44.000 Tidak Efektif 16 Candi Mulyo Jati 50.000 45.000 Tidak Efektif 17 Ponpes. Nusa Bakti Jati 50,000 45.500 Tidak Efektif 18 Hargo Lestari Sengon 50.000 52,900 Efektif 19 Tani Mulyo Jati 50.000 40,000 Tidak Efektif 20 Tani Makmur Jati 50.000 47,500 Tidak Efektif 21 Sri Mekar Jati 50.000 48,000 Tidak Efektif 22 Wono Ketonggo Sengon 50.000 48.700 Tidak Efektif 23 LMDH Hutan Lindung Sengon 50.000 49.000 Tidak Efektif 24 Tani Mulyo Jati 50.000 41.000 Tidak Efektif 25 Sri Handayani Sengon 50.000 48.000 Tidak Efektif 26 Rejeki Makmur Jati 50.000 44.000 Tidak Efektif 27 Butuh Tani Jati 50.000 49.000 Tidak Efektif 28 Sumber Makmur Jati 50.000 50.000 Efektif

Sumber : Dinas Kehutananan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi 2012

Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa masih banyak kelompok tani yang belum dapat memenuhi target realisasi pengadaan bibit. Kondisi ini tentu dapat diteliti lebih lanjut tentang penyebab masih adanya kelompok tani


(3)

yang hasil kerjanya belum efektif. Karena banyak hal yang tentu dapat mempengaruhi kondisi tersebut. Salah satunya perencanaan partisipatif yang dibuat belum dapat berjalan dengan lancar. Ditemui beberapa kendala dalam melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi permasalahan pada perencanaan partisipatif. Selain itu kinerja pendamping terkadang juga belum optimal. Beberapa kelompok tani berdasarkan hasil surveI awal pada lokasi penelitian secara langsung masih menilai bahwa kinerja pendamping masih kurang maksimal dalam mendukung pelaksanaan pengelolaan program KBR. Pendampingan yang dilakukan masih ditemui informasi yang kurang detail dan jelas sehingga kelompok tani salah tafsir dalam melaksanakan program KBR. Kinerja pendamping yang cenderung rendah dapat dilihat dari proses pelaksanaan pemantauan yang kurang intensif sehingga pada beberapa kelompok tani terjadi proses pemupukan yang tidak sesuai jadwal serta perawatan bibit yang kurang benar berakibat kematian bibit dalam jumlah yang cukup banyak. Pembinaan yang dilakukan juga kurang maksimal sehingga kelompok tani yang mengelola program KBR ini merasa sudah melakukan sesuai perencanaan yang ada namun karena pelaksanaan kurang pembinaan sehingga masih terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat tidak terpenuhinya target sesuai yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat manarik diteliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program kebun bibit rakyat ini. Sehingga peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul


(4)

commit to user

Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat (KBR)

Di Kabupaten Ngawi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak dan

jenis bibit secara bersama-sama berpengaruh terhadap pencapaian target jumlah bibit yang dihasilkan?

2. Apakah jumlah anggota kelompok tani berpengaruh terhadap jumlah bibit

yang dihasilkan?

3. Apakah frekuensi kedatangan pendamping berpengaruh terhadap jumlah

bibit yang dihasilkan?

4. Apakah jarak antara kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan dengan

lokasi kelompok tani pelaksana program KBR berpengaruh terhadap jumlah bibit yang dihasilkan?

5. Apakah jenis bibit yang dibuat berpengaruh terhadap jumlah bibit yang

dihasilkan?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini akan menganalisis efektifitas pelaksanaan program Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Ngawi. Secara khusus penelitian ini bertujuan :


(5)

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak dan jenis bibit secara bersama-sama terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh jumlah anggota kelompok tani

terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh frekuensi kedatangan

pendamping terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh jarak antara kantor Dinas

Kehutanan dan Perkebunan dengan lokasi kelompok tani pelaksana program KBR terhadap jumlah bibit yang dihasilkan.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh jenis bibit yang dibuat terhadap

jumlah bibit yang dihasilkan.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi instansi yang berwenang, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan masukan untuk mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai efektivitas pelaksanaan program Kebun Bibit Rakyat.

b. Untuk menambah kajian tentang pemberdayaan masyarakat khususnya

Program Kebun Bibit Rakyat dilihat dari jumlah anggota, frekuensi kedatangan pendamping, jarak antara kantor ke lokasi kelompok tani, serta jenis bibit yang akan dibuat.

c. Untuk memberi masukan kepada peneliti lain dalam melakukan penelitian

serupa di tempat lain, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dan bahan referensi.


(6)

commit to user

d. Untuk memberikan dasar kepada peneliti lain dengan jenis variabel lain

dan dengan model analisis yang lain pula, sehingga diharapkan akan dapat diperoleh hasil penelitian yang komprehensif.