POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT ( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah Kota Surabaya ).

POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT
( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di
Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Pr ogram Green and
Clean Pemerintah Kota Sur abaya )

SKRIPSI

OLEH :

FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA
0943010048

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013-2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT
( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelurahan
Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah
Kota Surabaya )
Disusun Oleh :
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA
0943010048
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 10 J anuari 2014
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :
1. Ketua

Dra. Sumardjijati, MSi
NIP : 1962 0323 1993 09 2001

Dra. Diana Amalia M.Si

NIP :1963 0907 1991 03 2001

2. Sekertaris

Dra. Diana Amalia M,Si
NIP : 1963 0907 1991 03 2001
3. Anggota

Dra. Dyva Clar reta, MSi
NPT: 3 6601 94 00251

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Hj. Suparwati M.Si
NIP 195507.1819.8302.2001

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul Nabi Allah
Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bias menyelesaikan Skripsi ini. Hanya
kepada Nya - lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi ini. Sejujurnya
penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi
factor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa
mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan Skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan dari
berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya.
Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang
disebut berikut :

1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik maupun mental yang
diberikanNya.
2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos,, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
5. Dra. Diana Amalia M.Si,selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan juga membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7. Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada keluarga, khususnya kedua orang tua
penulis, yang telah mendoakan dan selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
8. Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan dukungan.
9. Terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu oleh penulis atas bantuannya yang diberikan selama penyusunan Skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.


Surabaya, 29 Desember 2013

Penulis

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
............................................................................. i

HALAMAN J UDUL

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR

............................................. ii

……………………………….......……….. iii


DAFTAR ISI

……………………………………………………. iv

ABSTRAKSI

………………………….………………................. vi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………… 12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………. 12
1.3.1. Manfaat Penelitian ..................................................... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ................................................................... 14
2.1. Landasan Teori ................................................................... 14
2.1.1. Pengertian Komunikasi .............................................. 14

2.1.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ......................... 16
2.1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal......................... 22
2.1.4. Pola Komunikasi ....................................................... 23
2.1.5. Teori Pertukaran Sosial .............................................. 26
2.1.6. Pengertian Kader Lingkungan .................................... 27
2.1.7. Proses Komunikasi Program Green and Clean .......... 29
2.2. Kerangka Bepikir ................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 34
3.1. Definisi Operasional Konsep ............................................... 34
3.2. Subyek dan Obyek Penelitian .............................................. 37
3.2.1. Profil Gunung Anyar .................................................. 38

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.2. Surabaya Green and Clean ......................................... 41
3.2.3. Peran dan Fungsi Kader Lingkungan Dalam
Implementasi Green and Clean ................................. 45
3.3. Unit Analis Penelitian .......................................................... 46

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 47
3.3.2. Teknik analisis Data ................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 51
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 51
4.2. Identitas Informan ............................................................... 52
4.3. Penyajian Data .................................................................... 54
4.4. Analisis Data ...................................................................... 55
4.4.1 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader
lingkungan kepada warga agar memahami
karakter lawan bicara ................................................. 55
4.4.2 Pendekatan Efektif yang dilakukan oleh kader
lingkungan kepada warga yang menjadikan warga
memahami maksud dari program ............................... 57
4.4.3 Keberhasilan kader lingkungan yang menjadikan
warga mampu menjalankan progam ........................... 60
4.4.4 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan warga
dengan agar kader lingkungan memahami
lawan bicara .............................................................. 62
4.4.5 Pendekatan efektif yang didapat warga dari
kader lingkungan ....................................................... 65

4.4.6 Partisipasi warga dalam program ............................... 67

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.5 Pembahasan ......................................................................... 70
4.5.1 Pola Komunikasi kader lingkungan dengan
kader lingkungan kelurahan Gunung Anyar ............... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 72
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 72
5.2 Saran ................................................................................... 73

LAMPIRAN .........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................101

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ABSTRAK
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, POLA
LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT

KOMUNIKASI

KADER

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pola komunikasi yang
dilakukan oleh kader lingkungan dengan warga, sehingga kebutuhan kedua belah
pihak dapat terwujud dengan baik. Dimana pola komunikasi ini dipengaruhi oleh
perbedaan latar belakang budaya, yaitu perbedaan kebiasaan.
Selama program berjalan, interaksi antara kader lingkungan dengan warga
menjadi perhatian peneliti, perbedaan pengalaman dan kebiasaan antara kader
lingkungan dengan warga menjadi satu-satunya perbedaan, perbedaan tersebut yang
menjadikan peluang konflik antara kader lingkungan dan warga.
Metodologi yang digunakan adalah pola komunikasi Menurut Joseph A. Devito
( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu Pola Keseimbangan, Pola
Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli.
Kata kunci :Pola Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, kader lingkungan, warga,

Joseph A. Devito.
ABSTRACT
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, COMMUNICATION
THECADRE ENVIRONMENTWITH SOCIETY

PATTERN

In this study, Researchers want to know the communication pattern performed
by the environmental cadres with residents,so that the needs of both parties can be
realized by either. Where these communication patterns are influenced by differences
in cultural background, ie the difference habits.
During the program, interaction between environmental cadres with people of
concern to researchers,differences in experience and habits among cadres
environment with people being the only difference,The difference that makes the
chances of a conflict between environmental cadres and citizens.
The methodology used is the communication pattern According to Joseph A.
DeVito ( 2007 : 277 – 278 ), There are four communication patterns that pattern
Balance, Balance Reversed Pattern, Pattern Separator Unbalanced, Pattern monopoly.

Keyword :Patterns of Communication, Interpersonal Communication, cadres
environment, residents, Joseph A. DeVito.

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang Masalah
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal

dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi
manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek
kata dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau
berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah
berhubungan atau diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi
dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu
atau kelompok.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000 : 62) komunikasi adalah proses
penyampaian

gagasan

harapan dan

pesan

melalui

lambing

tertentu,

mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima
pesan. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

kepada orang lain. Dalam pengertian paradigmatik, komunikasi mengandung
tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui
media. Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberitahu
atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia,
merupakan pusat pertumbuhan orde pertama yang telah menjadi “magnet”
terkuat bagi penduduk di daerah penyangga (hinterland), terutama daerah
perdesaan sekitar kota tersebut. Keberadaan Kota Surabaya tersebut merupakan
bagian dari daerah perkotaan (urban) di Indonesia, khususnya di P.Jawa. Secara
makro, pertumbuhan penduduk perkotaan di P.Jawa terus berkembang sehingga
Jawa telah dijuluki sebagai urban island. Mereka datang ke Kota Surabaya
karena di tempat tersebut banyak pilihan untuk memperoleh berbagai
kesempatan dalam upaya memperbaiki kehidupannya. Mereka datang ke Kota
Surabaya dengan berbagai motif, meskipun motif ekonomi adalah unsur yang
paling dominan. Mereka mempunyai persepsi dan harapan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi daripada di daerah asal, terutama perdesaan.
Meskipun demikian, pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Surabaya selain
disebabkan oleh proses migrasi, juga karena pertambahan alami. Kota Surabaya
itu sendiri telah berkembang dalam proses interaksi dari komponen keadaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

penduduk, teknologi, lingkungan dan organisasi perkotaan sehingga telah
melahirkan “ ecological urban complex”.
Sejalan dengan kondisi yang demikian maka di Kota Surabaya, seperti
halnya kota-kota metropolitan yang lain, muncul kemajemukan masyarakat.
Sebagian dari sekmen masyarakat yang majemuk tersebut adalah penduduk
yang tinggal di daerah perkampungan kumuh baik yang legal maupun yang
ilegal. Penduduk yang bermukim di kampung yang ilegal lazim disebut
penduduk liar atau penduduk spontan atau squatters. Hal tersebut telah menjadi
fenomena sosial yang universal, artinya telah terjadi di banyak negara.
Keberadaan masyarakat kumuh tersebut merupakan realita sosial yang tidak
dapat dihilangkan, sepanjang penduduk daerah penyangga Kota Surabaya
masih hidup dalam kondisi marginal atau telah terjadi proses ketimpangan
dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pembangunan investasi yang bergerak pesat
telah terjadi di Surabaya sehingga telah memperlebar jurang ketimpangan
dengan kondisi sosial-ekonomi daerah perdesaan. Oleh karena itu ketimpangan
tersebut telah menimbulkan proses migrasi, antara lain penduduk non-permanen
pada strata sosial – ekonomibawah.
Oleh karena itu keberadaan penduduk marginal di lingkungan
permukiman kumuh Kota Surabaya merupakan suatu keniscayaan, dan tidak
perlu dipertentangkan dengan upaya pemerintah daerah Kota Surabaya yang
ingin meningkatkan keindahan dan kenyamanan lingkungan kota. Pemerintah
Kota Surabaya tidak dapat melarang seseorang yang ingin bermigrasi, karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

hak asasi manusia telah melindunginya, walaupun mereka seharusnya
mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan menghormati nilai-nilai yang
hidup pada masyarakat Kota Surabaya. Dalam hal ini kegiatan penduduk
marginal di permukiman kumuh dapat dilihat sebagai sub-sistem dari sistem
perkotaan Surabaya. Penduduk migran non-permanen yang bermukim di daerah
kumuh antara lain berada di Kelurahan Putat Gede, Kelurahan Tg.Sari,
Kelurahan Suko Manunggal, Kelurahan Pacar Keling, Kelurahan Kr.Pilang dan
Kelurahan Waru Gunung, cenderung didominasi oleh penduduk dari daerah
perdesaan sekitar Kota Surabaya seperti Bangkalan, Gresik, Lamongan dan
Mojokerto, meskipun mereka banyak pula yang datang dari daerah lain, bahkan
dari luar provinsi Jawa Timur.
Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni
sebenarnya merupakan kelemahan managemen dalam mengelola tata ruang
kota. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh
yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang
telah melibatkan partisipasi masyarakat . Upaya ini telah dinilai berhasil,
meskipun belum mampu menyelesaikan persoalan menyeluruh tentang
permukiman kumuh yang cenderung bertambah sejalan dengan pertambahan
penduduk pendatang yang ingin memperoleh perumahan murah. Banyak
kendala yang dihadapi dalam penyediaan rumah layak huni dalam hal ini adalah
rumah susun bagi keluarga kurang mampu antara lain kekurangan lahan
kosong, rendahnya minat swasta untuk berinvestasi, dan harga tanah di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Surabaya yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah
sulit, namun bagi kota metropolitan Surabaya nampaknya merupakan keharusan
untuk memfasilitasinya.
Penduduk pendatang yang kurang selektif, meskipun telah memberi
kontribusi negatif terhadap kondisi lingkungan kota karena telah menciptakan
permukiman kumuh dengan segala implikasinya, namun sebenarnya mereka
juga memberi kontribusi positif bagi pembangunan kota. Kota Surabaya telah
memperoleh alokasi sumberdaya manusia dari daerah perdesaan. Sumberdaya
manusia asal perdesaan kendati kualitasnya adalah rendah, namun mereka telah
menjadi

bagian

dari

ekosistem

perkotaan

yang

secara

langsung

menyumbangkan jasa tenaga kerja murah, dan menyediakan produksi skala
rumah tangga, terutama sangat diperlukan bagi usaha formal maupun
masyarakat golongan menengah ke atas, baik sebagai tenaga kerja maupun
sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai distributor komoditi
pabrikan. Keberadaan permukiman kumuh yang dapat menyediakan perumahan
murah, juga sangat membantu penduduk kota yang menginginkannya, misalnya
buruh pabrik atau pegawai daerah golongan rendah yang memerlukan kamar
sewaan ataupun kontrakan yang relatif murah.
www.tugaskuliah.info/2009
Dari permasalahan kependudukan tersebut, sudah bias dilihat jika yang
paling besar merasakan dampaknya adalah lingkungan hidup. Karena penataan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

pemukiman yang kurang dan percepatan pembangunan yang kurang seimbang,
bukan tidak mungkin lagi jika lingkungan di Surabaya saat ini bias dikatakan
dalam fase mengkhawatirkan. Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya
yang dominan saat ini adalah population dan building density kota (kepadatan)
yang terus meningkat, masalah persampahan, masalah sanitasi kota, dan water
quality (kualitas air). Permasalahan kepadatan Kota Surabaya semakin
kompleks dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama
penduduk yang tidak tetap. Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure
terbesar bagi masalah lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi,
lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap
orang juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Pertambahan
penduduk yang sangat tinggi di Kota Surabaya, diakui telah melampau
kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga
berimbas pada kualitas hidup manusia yang makin rendah.
Masalah persampahan di Kota Surabaya terutama masih banyaknya
sampah yang dibuang ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka.
Dengan banyaknya sampah, sungai tidak dapat berfungsi sebagaimana
semestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan sebagainya) akibat air
yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai akibat zat-zat
berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut. Selain masalah sampah di
sungai, timbunan sampah di berbagai sudut kota berpotensi menimbulkan
berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, lalat,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang merupakan vector
(pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu indikator seberapa
baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan bahwa penyebab
pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang berlebihan, tapi juga
disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah yang
akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan ozon.
Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini
karena permasalahan sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan
mendapat tempat pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam
sampah perkotaan. Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu
mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi
sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses
produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah.
Keuntungan dari metode ini adalah : mengurangi ketergantungan terhadap TPA
(tempat pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah
perkotaan,

dan

terciptanya peluang usaha bagi masyarakat. Metode

minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu
reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Permasalahan lainnya adalah sanitasi perkotaan. Masalah sanitasi di
Kota Surabaya terutama disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang sulit

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang masih
menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan. Buruknya sanitasi
perkotaan akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat,
terutama munculnya berbagai penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit.
Oleh karena itu, perlu pembinaan intensif warga tentang masalah
kebiasaan ber-sanitasi. Kedepannya perlu perencanaan jaringan perpipaan air
limbah (Sewerage System) kota yang diselenggarakan per distrik agar biaya
investasi dapat ditekan serta pengelolaan tidak mahal. Masalah sanitasi kota
selalu berkaitan dengan masalah kualitas air dan aspek penyebaran bibit
penyakit di perkotaan.

Berangkat dari permasalahan sampah yang makin lama makin
mengancam di Surabaya, banyak program-program pemerintah disalurkan
lewat para pejuang lingkungan tersebut. Begitu pula sebaliknya, suara
masyarakat ia sampaikan kepada dinas terkait. Kader lingkungan dalam hal ini
juga berperan sebagai humas yang mempunyai ruang lingkup kegiatan yang
menyangkut banyak manusia antara lain warga dengan dinas terkait misalnya,
sejauh mana keberhasilan tergantung dari pada upaya dan usaha serta
kemampuan organisasi atau warga sendiri. Eksistensi humas pada setiap
lembaga / instansi merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka
memperkenalkan kegiatan dan aktivitas pada masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Kampung – kampung ini merupakan keluaraan dari program kompetisi
lingkungan bertajuk Surabaya green and clean (SGC). Program ini bertumpu
pada peran serta masyarakat sebagai agen perubahan (agent of change) dalam
mengelola lingkungan di daerahnya secara mandiri, termasuk kegiatan
pengelolaan sampah seperti pemilahan, pengomposan dan pendaurulangan.
Dengan menggandeng beberapa sponsor seperti, jawapos group, dengan adanya
dukungan dari beberapa sponsor, program ini diharapkan menjadi ajang
pelaksaan CSR (corporate social responsibility) kepada masyarakat sekitar.

Sejak awal keberadaannya kader lingkungan di Kelurahan Gunung Anyar
berjuang untuk memberikan perubahan lingkungan. Ia adalah pelopor
perubahan juga seorang wakil rakyat karena bertugas sebagai penyambung
lidah antara pemerintah kota dengan warga. Pendekatan program dilakukan
dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat (kader
lingkungan) yang kemudian secara aktif mengajak warga masyarakat lainnya
untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan.

Tujuandari program Green and Clean adalah mengedukasi masyarakat
dalam mengatasi permasalahan lingkungan termasuk masalah sampah yang
pada akhirnya dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ketempat
pembuangan sampah akhir (TPA). Kader lingkungan adalah orang-orang yang
merelakan tenaga, waktu, serta dana untuk mengajak masyarakat untuk
berprilaku hidup bersih.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Kader lingkungan mempelopori warga untuk mengelola lingkungannya
menjadi lebih baik. Kader lingkungan bekerja di wilayah kelurahan. Mereka
mewakili beberapa warga ditataran RT dan RW. Selain itu kader lingkungan
juga seorang provokator dalam arti positif karena mereka berjuang keras
bersama warga untuk mensosialisasikan pengelolaan sampah dilingkungannya.

Dalam sebuah lingkungan yang awalnya adalah kawasan gersang dimana
masyarakat sekitar belum sadar akan fungsi menjaga kebersihan dan
menghijaukan lingkungannya, peneliti tertarik dengan komunikasi yang
dibangun oleh kader lingkungan dimana mereka bersama para kader untuk
memotivasi masyarakat dalam mencapai tujuan programnya.
Yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh kader lingkungan dalam
menyampaikan pesan pada warga agar pesan tersebut dapat dimengerti dan
dilaksanakan mengingat awalnya warga di Kelurahan Gunung Anyar bukanlah
warga yang sadar untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Jadi kader
lingkungan harus mampu mengubah mindsite warga melalui tugas utamanya
yaitu mengidentifikasi para kader, memotivasi mereka untuk melaksanakan
kegiatan program, bertindak sebagai mitra warga dan menjadi jembatan warga
terhadap pemangku kepentingan lainnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk
(struktur yang tetap). Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ),
pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang
tepat,sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan
komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah
komunikasi antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 –
278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu : Pola Keseimbangan, Pola
Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli

Berdasar realitas tersebut, penulis menganggap penting untuk memahami
dan meneliti pola berkomunikasi yang digunakan oleh kader lingkungan dalam
mempersuasif orang-orang yang sebelumnya masih berfikiran kolot dan belum
banyak memliki pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan kini menjadi lebih modern dalam menyikapi masalah lingkungan
yang ada. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor, ”Metode kualitatif sebagai proses penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Bagong Suyanto, 2006 : 166 ).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data berupa hasil
wawancara.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah
“Bagaimana Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat
di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and
Clean?“

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tujuan penelitian ini
adalah

untuk

mengetahuipola

komunikasi

kader

lingkungan

dalam

penyampaian pesan guna memberdayakan masyarakat pada pelaksanaan
program green and clean.

1.3.1 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan
wawasan mengenai perkembangan dunia public relations, terutama kajian
tentang pola komunikasi kader lingkungan yang bertindak sebagai public

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

relations dalam pelaksanaan program green and clean di kelurahan Gunung
Anyar.

Manfaat Pr aktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
kajian, atau sebagai alat analisa warga untuk dapat lebih termotivasi untuk
membangun lingkungan tempat tinggalnya menjadi kampung panutan warga
lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Penger tian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal dari kata
latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama disini
artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60). Komunikasi
sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan
melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu
dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai
hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah berhubungan atau
diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan
sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000 : 62) komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambing tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara
terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang

14

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,
dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian
paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara
lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi terebut tersimpul tujuan, yakni
memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku
(behavior).
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K.
Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Kalau unsur – unsur komunikasi yang dikemukakan diatas dilukiskan dalam
gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut.
Di dalam komunikasi terjadi hubungan interpersonal. Melalui komunikasi
interpersonal manusia dapat menyampaiakan pesan atau informasi kepada orang lain.
Dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi satu dengan
yang lain. Berdasarkan definisi – definisi diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media.
Menurut (Rahmad, 1999 : 129) faktor – faktor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :
a.

Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya

kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan adanya
percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka hubungan
komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b.

Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi, seseorang bersifat defensive apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak
empatis. Dengan sikap defensive komunikasi interpersonal akan gagal.
c.

Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya
saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling
mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

2.1.2 Penger tian Komunikasi Inter per sonal
Menurut Devito (2007:5), definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

orang, atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.
Pentingnya

situasi

komunikasi

interpersonal

adalah

karena

proses

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar
pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam
komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan
pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis, Nampak adanya
upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual
understanding) dan empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan
status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing adalah
manusia yang wajib, berhak, pantas, dan wajar menghargai dan dihormati sebagai
manusia.
Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya komunikasi antarpribadi dinilai
paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan opini dan perilaku
komunikan. Hal ini dikarenakan komunikasi berlangsung tatap muka, oleh karena
dengan komunikasi terjadilah kontak pribadi ( personal contact ) yaitu pribadi anda
menyentuh pribadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik
berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan
komunikan terhadap pesan yang dilontarkan, pada ekspresi wajah, postur atau sikap
badan, kontak mata dan tatapan serta gaya bicara. Apabila umpan balik positif,
artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya komunikasi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya
komunikasi sampai komunikasi berhasil.
Dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuer
atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi komunikator an komunikan dalam proses komunikasi. Untuk dapat
mengetahui komponen–komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, efek
dan umpan balik dapat terjadi kesetika. Dapat dijelaskan dalam gambar sebagai
berikut :

Bidang
pengalaman

Bidang
Pengalaman

Pengiriman
EFEK

Saluran

( encoding )
Penerimaan

Pengiriman
( encoding )

Pesanpesan

( decoding )

Penerimaan
( decoding )

Gangguan

Umpan
Balik

Gambar 1. Model komunikasi interpersonal secara umum

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

EFEK

19

Dalam gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen
komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10).
1.

Pengirim – penerima

Komunikasi antarpribadi, paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirim pesan dan juga
sekaligus menerima dan memahami pesan.
2.

Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang
yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan kata – kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk
menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut sebagai
decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus
sebagai penerima. Maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang
yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
3.

Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa berbentuk verbal
(seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol, ekspresi wajah, tatapan
mata seseorang, gaya bicara), atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

4.

Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal, baik yang
bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dengan saluran media
massa. Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju,
bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal
dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak.
Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak
komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan
tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaiakannya. Kelima, pihat
komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila
terdapat kesalahpahaman tau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang
disampaikannya.
5.

Gangguan atau Noise

Seringkali pesan – pesan yang dikirim dengan pesan yang diterima. Hal ini
dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi yang terdiri dari:
a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan menganggu transmisi fisik pesan,
seperti : kegaduhan, intrupsi, jarak, dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif
diantara orang – orang yang terlibat dalam komunikasi.
c. Gangguan Simatik
Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau symbol yang digunakan dalam
komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal
dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan.
6.

Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus – menerus
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik secara verbal maupun
nonverbal. Umpan balik bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.
Bersifat netral apabila tidak menimbulkan efek, dan bersifat negative apabila
merugikan.
7.

Konteks

Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah konteks yang mempengaruhi isi dan
bentuk dari isi pesan yang disampaikan. Ada dua dimensi konteks dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung.
b.Dimensi Sosial Psikologi, mencakup hubungan yang memperhatikan masalah
status, peranan yang dimainkan, norma – norma kelompok mayarakat, keakraban,
formalitas dan sebagainya.
8.

Bidang Pengalaman (Field of Experience)

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
9.

Efek

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi
dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku, kepercayaan dan opini
komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan secara tatap muka.

2.1.3 Efektivitas Komunikasi Inter per sonal
Menurut Joseph A. Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book
yang dikutip oleh Soemiati (Soemiati, 1993 : 50 – 51) :
1.

Keterbukaan, adanya kemauan untuk membuka diri, menyatakan

tentang keadaan dirinya sendiri yang tadinya tetap disembunyikan yang berhubungan
dengan komunikasi pada saat itu serta keterbukaan dalam memberikan tanggapan
secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.

Empati, sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti

yang dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).
3.

Dukungan, suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki.

4.

Rasa positif, dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi

yang positif sehingga mau aktif dan membuka diri.
5.

Kesamaan, kesamaan dalam bidang pengalaman, seperti sikap,

perilaku, nilai dan sebagainya serta kesamaan dalam hal mengirim dan menerima
pesan.

2.1.4 Pola Komunikasi
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin yaitu communiacation, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan
partai dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama
maka, yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Pengiriman pesan dari endocer ke decoder yang kemudian direspon oleh
decoder dan diteruskan kembali pada encoder ( umpan balik ) menimbulkan interaksi.
Proses komunikasi adalah sebuah proses. Proses komunikasi itu sendiri adalah setiap
langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh
komunikan dan berlangsung secara kontinu ( Suprapto, 2006 : 5 ).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk
(struktur yang tetap). Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ), pola komunikasi
diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat,sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana
yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan komponen – komponen
yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia
atau kelompok dan organisasi.
Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah komunikasi
antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu individu dengan
individu lainnya.
Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola
komunikasi :
1. Pola Keseimbangan
Pola Keseimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya, tetapi ini
merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting.
Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing – masing individu membagi sama
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin sangat terbuka, jujur, langsung dan
bebas. Tidak ada pemimpin maupun pengikut, melainkan kedudukannya sama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Terlihatdarikegiatanparawargabersamakaderlingkungandalammelakukansetiapr
angkaianacaradalam program green and clean, dalam pertemuan formal maupun non
formal, kader lingkungan dan warga nampak kompak dan membaur antara satu
dengan yang yang lainnya tanpa ada yang terlihat dominan.
2. Pola Keseimbangan Terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai orientasi
diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing.
Dalam implementasinya di program green and clean di kelurahan gunung
anyar, tidak terlihat pola komunikasi seperti itu, Karena dalam pola tersebut
dijelaskan bahwa masing – masing mempunyai orientasi diatas daerah atau
wewenang yang berbeda masing – masing,
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tak seimbang, satu orang mendominasi. Maka
dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak
pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota yang
dikendalikan membiarkannya untuk menenangkan argumentasi ataupun membuat
keputusan.
Pola komunikasi seperti ini juga tidak Nampak dalam program green and clean
di kelurahan gunung anyar, karena selama program berjalan, dari pihak warga
maupun kader lingkungan menyatakan bahwa sama sekali tidak ada pihak yang
mendominasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

4. Pola monopoli
Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya sebagai
penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada berkomunikasi untuk
saling bertukar pendapat.
Pola monopoli seperti yang dijelaskan juga tidak terjadi dalam program green
and clean di kelurahan gunung anyar, karena pola monopoli ini menjelaskan jika
dalam proses komunikasi keduanya (kader lingkungan maupun warga) lebih suka
member nasihat dari pada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat, akan tetapi
dalam implementasinya diprogram green and clean yang berjalan di kelurahan
gunung anyar, warga maupun kade rlingkungan saling terbuka dalam berkomunikasi.
2.1.5 Teor i Pertukar an Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai traksaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. ( Rakhmat, 2003 : 122 ).
Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama dari model ini menyimpulkan
bahwa asumsi yang mendasari individu secara suka rela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya. “Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan“ merupakan
empat konsep pokok dalam teori ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dalam suatu hubungan.
2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam satu hubungan.
Biaya dapat berupa waktu, biaya, dan konflik.
3. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seseorang individu
merasa dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh
laba sama sekali, maka ia akan mencari hubungan lain yang akan
menghasilkan laba.
4. Tingkat perbandingan adalah menunjukkan ukuran baku ( standar ) yang
dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu
sekarang. Tingkat perbandingan ini dapat berupa pengalaman individu pada
masa lalu atau alternatif lain yang terbuka baginya. (Rahmat, 2003 : 122).
2.1.6 Penger tian Kader Lingkungan
Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai
secara lebih luas berarti, Orang yang mampu menjalankan amanat, Orang yang
memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, Pemegang tongkat estafet sekaligus
membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi.
Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah
organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti
seluruh pengkaderan formal, terujidalam pengkaderan informal dan memiliki bekal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi
organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi
gerakan organisasi hingga paripurna.
Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan,
capaian, situasi dankebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat
mengembangkan potensi akal,kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga,
kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan
sekarang dan mewujudkan

Dokumen yang terkait

Pola komunikasi kaum sosialita di lingkungan masyarakat Kota Bandung : (studi deskriptif pola komunikasi kaum sosialita di Komunitas ABSOLVE Bandung)

0 14 1

Pola komunikasi kaum sosialita di lingkungan masyarakat Kota Bandung : (studi deskriptif pola komunikasi kaum sosialita di Komunitas ABSOLVE Bandung)

0 5 1

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya).

0 1 77

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos).

0 0 99

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK YANG TERGABUNG DALAM KOMUNITAS ”EMO” DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orangtua Dengan Anak Yang Tergabung Dalam Komunitas Emo di Surabaya).

0 0 52

KOMUNIKASI ORGANISASI PC IPPNU KOTA SURABAYA DALAM MEMBANGUN SOLIDARITAS KADER NU.

0 1 115

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos)

0 0 24

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT ( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah Kota Surabaya )

0 0 21