POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya).

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN
ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA
( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja
Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :
ELVINA MEGAWATI BUCHORI
NPM : 0943010263

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK
DILINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang tua dengan Remaja Putri
dalam Pendidikan Seksual di Lingkungan Lokalisasi Dolly Surabaya )

Disusun Oleh :

Elvina Megawati Buchori
0943010263

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui
PEMBIMBING UTAMA

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 196412251993092001

Mengetahui
DEKAN


Dra. Ec, Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 1 95507 181 983 022 001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kekuatannya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN
ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA” (Studi
Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putr i
Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana komunikasi. Dalam prosesnya tak hanya kemudahan yang penulis
alami namun bermacam kesulitan, akan tetapi syukurlah bahwa skripsi penelitian
ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bimbingan,
pengarahan, petunjuk dan bantuan dari ibu Dra. Herlina Suksmawati,MSi Selaku

Dosen pembimbing dan berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya.
Oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.

Ucapan syukur kepada Allah. SWT Yang Maha Esa dan Maha Segalanya,
sudah memberikan jalan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi penelitian ini.

2.

Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik dan
kesabaran yang luar biasa untuk selalu memberikan motivasi hingga detik
terakhir penulis menyelesaikan penulisan penelitian ini.

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.


Bapak Juwito, S.Sos, M.si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ibu Dra. Herlina Suksmawati,MSI. Selaku Dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan dan dorongan demi terselesaikannya penyusunan
proposal penelitian ini.

5.

Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

6.

Semua sahabatku Tyas, Lia , Virgin, Ida dan semua informan yang telah
memberikan motivasi dan senantiasa menghibur disaat penulis mengalami
kesulitan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari benar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala bentuk kritikan dan saran yang membangun nilai positif sangat
dinantikan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat,
bagi yang membutuhkan.

Surabaya, 09 Oktober, 2013
Penulis

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ....................................................................................

i


LEMBAR PERSETUJ UAN ........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
ABSTRAK
BAB I

BAB II

.............................................................................................. ix

PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1


Latar Belakang Masalah ........................................................

1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................

8

1.3

Tujuan Penelitian ..................................................................

8

KAJ IAN PUSTAKA .....................................................................

9


2.1

Penelitian Terdahulu .............................................................

9

2.2

Landasan Teosi ...................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ......................... 12

2.3

Pengertian Pola Komunikasi ................................................. 13

2.4

Keluarga ............................................................................... 17
2.4.1 Pengertian Keluarga .................................................. 17

2.4.2 Fungsi Keluarga ........................................................ 17
2.4.3 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga .. 19

2.5

Remaja .................................................................................. 21
2.5.1 Remaja dalam Keluarga .............................................. 22

2.6

Pengertian pendidikan Seks ................................................... 24

2.7

Bahasa Verbal dan Non Verbal ............................................. 25

2.8

Kerangka Berfikir ................................................................. 28


BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30
3.1

Definisi Operasional Konsep ................................................. 30

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2

Sejarah Dolly ........................................................................ 33

3.3

Pola Komunikasi Interpersonal .............................................. 33

3.4

Subyek dan Obyek Penelitian................................................. 36


3.5

Kriteria Informan ................................................................... 38

3.6

Teknik Pengumpulan Data .................................................... 38

3.7

Teknik Analisis Data.............................................................. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 41
4.1

Gambaran umum daerah penelitian ........................................ 41
4.1.1 Gambaran umum kota Surabaya secara geografis dan
demografis .................................................................. 41
4.1.2 Gambaran umum tempat lokalisasi dolly di Surabaya . 43

4.2

Penyajian data dan analisis data ............................................. 44
4.2.1 Karakteristik informan .................................................. 44

BAB V

4.3

Penyajian data ........................................................................ 45

4.4

Analisis Data ......................................................................... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 64
5.1

Kesimpulan............................................................................ 64

5.2

Saran ................................................................................... 66
5.2.1 Saran Akademis .......................................................... 66
5.2.2 Saran Praktis............................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 68
LAMPIRAN

.............................................................................................. 69

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Interview Guide Orang Tua ................................................... 69

Lampiran 2

Interview Guide Anak ............................................................ 70

Lampiran 3

Authoritarian (otoriter) informan 1 ......................................... 71

Lampiran 4

Authoritarian (otoriter) informan 2 ......................................... 77

Lampiran 5

Authroritarian (demokratis) informan 3 .................................. 82

Lampiran 6

Foto Informan 1 ..................................................................... 87

Lampiran 7

Foto Informan 2 ..................................................................... 88

Lampiran 8

Foto Informan 3

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
ELVINA
MEGAWATI
BUCHORI
POLA
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
ORANG
TUA
DENGAN
ANAK
DILINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA( Studi Deskriptif Kualitatif
Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di
Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)
Komunikasi orang tua dan anak harus dibangun secara harmonis untuk
menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Orang tua senantiasa dapat mengikuti
perkembangan anaknya dan sebaliknya anak akan mengerti apa yang menjadi keinginan
orang tuanya. Disinilah peran orang tua sangat penting bagi anaknya. Orang tua harus
bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif.
Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola
komunikasi dalam keluarga. Macam- macam pola komunikasi orang tua pada anak, yaitu:
Authoritarian (otoriter), Permissive (membebaskan), Authoritative (demokratis).
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam
(indepth interview) dan teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive
sampling.
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan
bahwa terdapat secara dominan hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa dua dari
tiga orang tua yang memberikan pengertian tentang pendidikan seksual kepada
anaknya menganut pola komuniksi Authoritarian sedangkan lainnya menganut pola
komunikasi Authoritative.
Kata Kunci : Remaja, Prostitusi
ABSTRACT
ELVINA MEGAWATI BUCHORI INTERPERSONAL COMMUNICATION
PATTERNS CHILDREN WITH PARENTS PROSTITUTION AREA DOLLY
SURABAYA (Qualitative Descriptive Study of Communication Parents With Young
Women In Sexual Education in Prostitution Area Dolly Surabaya)
Parent and child communication must be built in harmony to instill in children a
good education. Parents can always follow the development of their children and child
will understand what the wishes of his parents. The role of parents is very important for
children. Parents should direct their children into a positive thing.
Emotional development of children is influenced by the pattern of communication
in the family. Parental communication patterns in children, namely: Authoritarian,
permissive, authoritative. This research is a descriptive study with qualitative data types.
The technique used to collect the data source is in-depth interviews and the informant
sampling using purposive sampling..
Based on the analysis of data and discussion of results, it can be argued that
there is predominantly the result of this study is to show that two out of three parents who
give sense to their children about sexual education, while others embrace Authoritative
and Authoritarian communication patterns.

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Keywords : adolescent, prostitution

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi interpersonal atau komunikasi individu adalah komunikasi
yang terjadi dalam keluarga, dimana komunikasi ini berlangsung dalam sebuah
interaksi antar pribadi, yaitu ayah dan anak, ibu dan anak, serta anak dan anak.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari
anak ke anak. Dalam komunikasi keluarga, tanggung jawab orang tua adalah
mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan.
Ada sejumlah norma yang di wariskan orang tua pada anak, misalnya norma
agama, norma akhlak, norma social, norma etika dan estetika dan juga norma
moral. (Bahri, 2004:37).
Komunikasi perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun
pendidikan yang baik di dalam keluarga. Pola komunikasi keluarga yang
dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola pikir anak, serta
mempengaruhi kondisi kejiwaan anak, secara langsung dan tak langsung. Tanpa
komunikasi yang baik dalam keluarga, para remaja akan kehilangan nilai-nilai
moral dan mudah terpengaruh oleh dunia diluar dirinya. Hilangnya nilai-nilai
moral remaja tidak lepas dari kurangnya perhatian orang tua terhadap tindakan
dan perilaku remaja dalam melakukan aktivitasnya. Disini komunikasi antara
orang tua dan anak adalah sarana yang paling utama.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal bila di dalamnya terdapat pola
komunikasi yang terbuka ada sikap saling menerima, mendukung, rasa aman dan
nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga. (Kriswanto, 2005:9)
Orang tua senantiasa dapat mengikuti perkembangan anaknya dan sebaliknya
anak akan mengerti apa yang menjadi keinginan orang tuanya. Hal ini
dimaksudkan anak tidak lagi memiliki sikap ragu terhadap orang tua dan orang
tua pun mau bersikap suportif.
Pola komunikasi adalah proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan
antara komponen komunikasi dengan komponen komunikasi lainnya. Dari
pengertian diatas maka suatu pola komunikasi mengaitkan dua komponen yaitu
gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktivitas,
dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
antara organisasi, ataupun juga manusia. Pola komunikasi juga diartikan sebagai
bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami (Djamarah, 2004:1).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan bertempat tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah. Keluarga merupakan
sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan
dan konsisten dan hubungan yang erat. Masa remaja adalah masa–masa rentan
seorang individu dalam menghadapi dunia yang lebih luas. Dan masa remaja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

adalah masa penting yang menentukan jalan mana yang paling terbaik diambil
untuk mendapatkan masa depan yang baik. Masa remaja ini di definisikan sebagai
masa dimana para remaja mengalami masa transisi, seperti orang yang hanyut dan
sedang mencari tempat berpengangan. Dalam keadaan ini gejolak psikologi yang
tidak terstruktur dan pengaruh lingkungan menjadi sangat besar, baik itu dari
masyarakat luar ataupun dari keluarga itu sendiri. Orang – orang muda (remaja)
mempunyai hasrat yang sangat kuat dalam diri mereka cenderung memenuhinya
hasrat seksual yang paling mendesak sehingga menyebabkan hilangnya control
diri.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah
perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi
orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola
komunikasinya menurut apa yang terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada
yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang
dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orang tua seperti itu dapat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. (Ali Mohammad,
2004).
Dalam kehidupan sehari – hari banyak sering dijumpai kenyataan bahwa
anak yang berusia remaja rentan terjerumus dalam dunia seks.Itu karena pergaulan
bebas yang tidak terkontrol oleh keluarga, paling utama adalah orang tua. Orang
tua harus berperan serta dalam mendidik atau membina anaknya yang telah
berusia remaja di dalam keluarga karena hubungan anak dengan orang tua dan
anggota keluarga lain dapat dianggap sebagai suatu sistem atau jaringan bagian –

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

bagian yang berinteraksi. Sistem keluarga ada dalam perangkat sistem yang lebih
besar yaitu lingkungan, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas lagi. Sistem –
sistem tersebut berpengaruh terhadap anak baik secara langsung maupun tidak
langsung, melalui sikap dan cara perawatan asuhan anak oleh orang tua.
Lingkungan tempat tinggal dan subkultur seorang anak misalnya
mempunyai pengaruh besar terhadap pengalamannya, pandangan terhadap
penampilan orang lain, kepercayaan dan nilai – nilai serta kebebasan yang di
berikan orang tuanya. Semua orang tua memiliki nilai ideal yang implisit maupun
eksplisit atas anak – anak mereka tentang pengetahuan nilai moral dan standar
prilaku yang bagaimana yang harus mereka miliki bila dewasa. Orang tua
mencoba berbagi strategi untuk mendorng anak mencapai tujuan tersebut. Mereka
mengukuhkan dan menghukum anak mereka menggunakan diri sendiri sebagai
panutan, mereka menjelaskan kepercayaan dan harapan merka mencoba memiliki
lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, dan sekolah yang menunjang nilai dan
pencapaian tujuan mereka.
Pengertian lokalisasi “Dolly” adalah istilah yang berkonotasi sebagai tempat
penampungan wanita penghibur dan Wanita Tuna Susila (WTS). Atau juga
Kawasan Pelacuran yang dimana berisi wisma esek2, cafe Dangdut dan panti pijat
pelacuran plus-plus yang berjejer rapi dikawasan jarak tersebut. Biasanya lebih
dari ratusan wanita Penjaja cinta, Pelacur Remaja dibawah umur , Germo, ahli
pijat aurat. Dan terdapat ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir,calo Prostitusi,
dll yang menggantungkan hidup di Lokalisasi Pelacuran jarak Dolly tersebut.
Semua saling berkait menjalin sebuah simbiosis mutualisme. Pekerjaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini
terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai
menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman.
Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang lebih
sulit dibandingkan pertengahan masa kanak – kanak baik bagi remaja itu sendiri
maupun orang tua mereka. Sekitar 300 tahun sebelum Masehi, dalam buku
“Psikologi Perkembangan pribadi”(2001), “Aristoteles mengeluh bahwa remaja
itu penuh gairah, pemberani dan mudah membawa oleh dorongan hati mereka’’
Kiell (1967). Karenanya Plato (1953) menasehatkan bahwa anak laki – laki tidak
boleh minum – minuman keras sampai mereka berusia 18 tahun karena mereka
mudah terangsang “(api tidak boleh dituangkan diatas api”).
Periode yang disebut masa remaja ini berlangsung singkat, seperti dalam
beberapa masyarakat yang sederhana, atau relatif lama seperti yang terjadi dalam
masyarakat berteknologi maju.Awal timbulnya masa remaja ini dapat melibatkan
perubahan – perubahan mendadak dalam tuntutan dan harapan sosial atau hanya
berupa peralihan bertahap dari peranan sebelumnya.Sehingga kemampuan
kognitif remaja juga terus berkembang. Baik secara kualitatif maupun kuantitatif
selama tahun – tahun masa remaja. Perolehan tersebut dikatakan kuantitatif dalam
pengertian bahwa remaja mampu menyelesaikan tugas – tugas intelektual dengan
lebih mudah, lebih cepat dan efisien dibanding ketika masih kanak – kanak.
Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya, dahulu
remaja mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada daerah masing-masing. Namun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

apa yang terjadi, justru sebaliknya, norma dan nilai social yang ada mudah
dilupakan, bahkan dilanggar. Kenakalan remaja yang kian merebak diberbagai
daerah sungguh telah menghancurkan harapan bangsa yang maju. Budaya remaja
yang merajalela sekarang ini bisa diibaratkan sedang berganti kulit dengan
mengimport budaya barat dan dimakan mentah-mentah.
Pada masa sekarang masalah perhatian orang tua dalam membina anakanak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah social dan
kenakalan pada diri anak, karena orang tua dinilai kurang mampu memberi
perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga (antara
orang tua dengan anak) kurang tercipta hubungan yang dinamis. Dengan
kehadiran seorang anak dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga menjadi
lebih penting dan intensitasya harus semakin meningkat, dalam artian dalam
sebuah keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dapat
menimbulkan efisiensi dalam menciptakan keluarga yang harmonis. Cukup
banyak persoalan yang timbul di masyarakat karena atau tidak adanya komunikasi
yang baik dalam keluarga, sehingga orang tua dinilai kurang mampu dalam
memberi perhatian khusus kepada anak sehingga mengakibatkan anak mencari
kepuasan diluar rumah dengan cara anak tersebut melibatkan diri dengan teman
sebayanya yang lebih bisa memahami anak tersebut.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang
lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak
yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun
informal. Ini penting untuk mencegah biasanya sex education maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja, dimana anak-anak
tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education yang
disebabkan orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks
adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa
tidak bertanggung jawab dengan kesehatan anatomi reproduksinya.
Disinilah peran orang tua sangat penting bagi anaknya, dimana orang tua
harus bisa menjalin komunikasi yang efisien dengan anaknya. Orang tua harus
bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif dan membuat anaknya
merasa nyaman dengan keadaan sekitar. Selain itu, perhatian dan pengawasan dari
orang tua bisa dipahami oleh anaknya.
Dengan adanya lokalisasi “dolly” di Surabaya, peneliti ingin melakukan
penelitian tentang pola komunikasi orang tua dengan remaja putri dalam
pendidikan seksual di lokalisasi “dolly” Surabaya.
Komunikasi

antar

pribadi

(interpersonal

communication)

adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menagkap reaksi orang lain secara langgsung, baik verbal maupun non
verbal.(Mulyana, 2004:73) Menurut Joseph A. Devito dalam buku “ The
interpersonal communication Book” (Devito 1989:4) sebagai proses pengiriman
pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan umpan balik seketika.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan
sebagai berikut. Bagaimanakah pola komunikasi orang tua dengan anak (Remaja
putri) dalam pendidikan seksual di lingkungan lokalisasi “dolly” Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi
interpersonal orang tua dengan remaja putri dalam pendidikan seksual di
lingkungan lokalisasi “dolly” Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Topik penelitian sesuai dengan penelitian yang digunakan saat ini. Ada
beberapa penelitian untuk menambah studi pustaka dalam penelitian ini.Penelitian
“Pola Komunikasi Interpersonal Anak Autis di sekolah Autis Fajar Nugraha
Yogyakarta”, penelitian dari Maria ANggita Karningtyas / Ida Wiendjijarti /
Agung Prabowo, jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Apabila dua orang bertemu, intraksi sosial dimulai pada
saat itu. Manusia saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan atau
bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas tersebut merupakan bentuk interaksi sosial.
Manusia normal melakukan proses interaksi sosial dengan sadar dan akan disadari
pula oleh orang lain yang saat itu berinteraksi karena manusia normal bisa
melakukan proses komunikasi intrpersonal dengan baik. Namun, tidak demikian
halnya dengan sebagian orang yang mempunyai kebutuhan khusus, melakukan
proses interaksi dan berkomunikasi tentu merupakan hal yang tidak mudah.
Kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain juga dialami
oleh anak autis. Anak-anak normal bisa dengan muda berkomunikasi dengan
teman-teman sebaya dan dengan orang lain disekitar mereka. Namun, tidak
demikian halnya dengan anak autis. Anak autis umumnya sulit untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitarpun tidak selalu paham dengan apa yang anak autis

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

inginkan dan maksudkan. Teori komunikasi interpersonal digunakan pada
penelitian ini karena penelitian ini mengagkap bahwa dalam komunitas anak autis
proses komunikasi selalu terjadi secara tatap mata yang memungkinkan anak-anak
autis bisa kontak mata dan berkonsentrasi, serta mengigat bahwa anak autis bisa
berkomunikasi dalam lingkup yang luas. Interak-sionisme simbolik adalah salah
satu model penelitian yang berusaha mengungkap realitas perilaku manusia
(Endraswara, 2006:64). Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya,
jika semula lebih mendasarkan pada intraksikultural antarpersonal, sekarang telah
berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Teknik analisis data
yang dilakukan penulis adalah dengan pertama-tama melakukan pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan wawancara, observasi dan studi pustaka.
Dalam proses wawancara, penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak
yang dianggap sebagai rich information. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa
proses komunikasi dengan anak autis, harus diawali dengan bahasa yang paling
mudah dimengerti dan dengan sabar menjalani komunikasi sedangkan Anak-anak
normal tersebut umumnya lebih sering memulai suatu permainan yang kemudian
akan di ikuti oleh anak autis. Oleh karena itu sebaiknya orang tua dan keluarga
memperlakukan anaknya yang autis seperti anak yang normal. Membiarkan anak
autis berinteraksi dengan lingkungan sekitar tanpa membatasi lingkungan
pergaulannya merupakan hal yang bisa dilakukan untuk mendukung pertumbuhan
anak bisa diterima dilingkungan sekitar dengan baik. (Maria Anggita
Kartanigtyas/ Ida Wiedijati/ Agung Prabowo).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Penelitian lainnya “Pola Komunikasi Interpersonal Korban Trafficking
Pengantin Pesanan Di Singkawang, Kalimantan Barat”. Penelitian dari Elly Triani,
jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi korban trafficking
pengantin pesanan yang ada di Singkawang Kalimantan Barat. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa
dengan tidak menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis atau pembuat prediksi.
Secara teoritis komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara
individu satu dengan yang lain dan biasanya secara lisan. Komunikasi merupakan
proses penyampaian ide,pemikiran,pendapat dan berita ke suatu tempat tujuan
serta menimbulkan reaksi umpan balik. Hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya trafficking (perdagangan manusia)
dalam modus pengantin pesanan di Singkawang Kalimantan Barat adalah dipicu.
Oleh kemiskinan dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan,sehingga para
perempuan yang tinggal di Singkawanng melakukan kawin kontrak untuk
merubah taraf hidup mereka. Faktor berikutnya adalah pendidikan yang rendah,
ini disebabkan oleh para orang tua mereka bahwa tidak penting sekolah tinggitinggi hanya menghabiskan waktu dan uang saja sehingga seringkali mereka
terpaksa menerima pekerjaan yang bersifat eksporatif,faktor lainya adalah tingkat
konsumerisme,para perempuan di Singkawang ingin memiliki barang mewah dan
bagus untuk sehingga mereka diakui dilingkungan mereka, dan faktor yang
terakhir adalah kesamaan etnis, orang tua mereka mendoktrin anak-anak mereka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dengan mengatakan bahwa orang-orang keturunan Tionghua di Singkawang satu
keturunan dengan orang-orang Taiwan, ini dilakukan orang tua agar anakanak mereka tidak merasa kalau mereka dijual oleh orang tua mereka. Bentuk
komunikasi yang terjadi antara pengantin pesanan degan calon/makelar di
Singkawang Kalimantan Barat adalah Komunikasi interpersonal yang bersifat dua
arah/sirkuler dan satu arah ,feedback,persuasif terjadi dengan baik sehingga
informasi yang diberikan calon/makelar kepada pelaku pengantin pesanan dapat
dengan mudah diterima oleh pelaku pengantin pesanan tanpa noise/gangguan.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi

antar

pribadi

(interpersonal

communication)

adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,baik verbal maupun non
verbal.(Mulyana, 2004:73). Menurut Joseph A.Devito dalam buku “The
interpersonal communication Book” (Devito 1989:4) sebagai proses pengiriman
pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan umpan balik seketika. Bedasarkan definisi Devito itu,
komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang yang sedang
berdua-dua seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua
oranng dalam satu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan peserta
seminar dan ketika seorang memberikan nasehat kepada anaknya yang nakal,
seseorang instruktur yang memberikan petujuk tentang cara mengoprasikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

sebuah mesin dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah
karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah
bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukan adanya interaksi. Mereka yang
terlihat dalam komunikasi dalam bentuk ini berfungsi ganda, masing-msing
menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses dialogis
nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian
bersama (mutual understanding) dan empati. Disitu terjadi rasa saling
menghormati bukan disebabkan status social, melainkan didasarkan pada
anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang wajib, berhak, pantas, dan
wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.
Lain lagi dengan pendapat Effendy (Liliweri, 2003) pada hakekatnya
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator, yaitu
yang menyampaikan pesan dengan komunikan, yaitu yang menerima pesan.
Effendy berpendapat bahwa jenis komunikasi tersebut dianggap cara komunikasi
yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia. Ciri
unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga menuntut adanya
tindakan yang saling memberi dan menerima antar perilaku yang terlibat dalam
komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku yang terlibat dalam komunikasi antar
pribadi saling bertukar informasi, pikiran dan gagasan.

2.3 Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

lainnya (Djamarah, 2004:27). Sedangkan komunikasi adalah peristiwa social yaitu
peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu
komunikasi apabila dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dan
menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa
dan ras, membina persatuan dan kesatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy,
2003:27). Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi mengaitkan dua
komponan yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada
suatu aktivitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas
terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.
Menurut Yusuf (2010:51-52) terdapat tiga pola komunikasi hubungan
orang tua dan anak, yaitu :
a. Authorium(cenderung bersikap musuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan dan bersikap menolak).
b. Permissive(cenderung berperilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya rendah,
member kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.
Sedangkan anak bersikap implusif serta agresif, kurang memiliki ras percaya
diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya.
c. Authoritatif(cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan anaknya kontol tinggi, bersikap
responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

pendapat atau pernyataan, member penjelasan tentang dampak perbuatan yang
baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki ras percaya diri,
mampu mengendalikan diri (self control), bersikap sopan, mau bekerja sama,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas,
dan berorientasi terhadap prestasi.

Menurut Hadry (1998:132) terdapat empat pola komunikasi, yaitu pola
komunikasi otoriter, demokratis, permisif, laissez faire. Bila pembinaan anak
dilakukan dengan menggunakan kominakasi otoriter, maka anak akan berubah
menjadi agresif terhadap sesamanya, atau bahkan bersikap tak acuh kepada yang
dihadapinya. Dalam hal ini terdapat kepura-puraan, anak merasa jengkel terhadap
suatu masalah, saling menyalahkan dan bukan bekerja sama memecahkan masalah.
Sedangkan pola komunikasi demokratis menciptakan hubungan antar anak lebih
baik dari pada otoriter. Dalam hal ini sifat agresif anak jauh lebih sedikit dan anak
tersebut saling menyayangi teman, dimana anak tersebut saling melakukan kerja
sama untuk memecahkan permaslahan.
Pada pola komunikasi permisif orang tua memberikan kebebasan penuh
kepada anak untuk berbuat dan keleluasaan mengambil keputusan. Pola
komunikasi laissez faire bersifat tidak teratur karena hubungan antar anak bersifat
agresif sehingga sedikit pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Dalam pola
komunikasi jenis ini hampir tidak terdapat pekerjaan yang dapat dikerjakan.
Komunikasi adalah pernyataan manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran dan
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyatu (Effendy, 2003:27).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi pada berbagai konteks kehidupan.
Kejadian-kejadian komunikasi yang diamati dalam ilmu komunikasi sangat luas
dan kompleks karena menyangkut berbagai aspek social, budaya, ekonomi, dan
politik dari kehidupan manusia. Melakukan satu perilaku ditentukan oleh
peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan oleh peniruan
(imitation).
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terjadi antara satu orang dengan lainnya, mempunyai tujuan untuk mengubah atau
membentuk perilaku orang yang menjadi sasaran komunikasi. Disamping itu
komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian,
sedang cara penyampaian menggunakan symbol-symbol dan kata-kata, gambargambar, dan angka-angka. Pengertian komunikasi secara etimologis bersala dari
perkataan latin “communication” yang bersumber dari perkataan “communis”
yang beraarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian
yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakasn suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang
terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang
berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin bisa hidup tanpa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

berkomunikasi. Semakin manusia berada disuatu tempat, maka semakin banyak
jaringan dan jalur komunikasi ditempat itu.

2.4 Keluarga
2.4.1 Pengertian Keluarga
Menurut Singelman dan Shaffer (dalam yusuf, 2010:36), bahwa keluarga
merupakan unit terkecil yang bersifat universal atau sitem social yang terbentuk
dalam system social yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga
inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family) keluarga inti adalah
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum dewasa atau
belum menikah. Sedangkan keluarga besar adalah satuan keluarga yang meliputi
lebih dari satu generasi dan satu lingkungan keluarga yang lebih luas dari pada
ayah, ibu, dan anak-anak.

2.4.2 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga
diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi sebagai berikut (Yusuf, 2010:39) :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata social yang memberikan legalitas,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan
dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi : (a) sandang,pangan, papan (b)
hubungan seksual suami istri dan (c) reproduksi atau pengembangan keturunan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. Fungsi Ekonomis
Keluaraga merupakan inti ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat
primitive. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan
sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan dan utama bagi anak. Keluarga
berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” social budaya bagi anak.
Fungsi keluarga dalam pendiudikan adalah

menyangkut

penanaman,

pembimbingan atau pembahasan nilai-nilai agama, budaya, dan ketrampilan
tertentu yang bermafaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga berfungsi merupakan faktor penentu (determinant factor)
yang memperngaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarag berfungsi
sebagai miniature masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran
hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluaraga
merupakan lembaga yang menpengaruhi perkembangan kemampuan anak
untuk menaati peraturan (disiplin, mau bekerja sama dengan orang lain,
bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggung jawab
dan bersikap matang dalam kehidupan heterogen (etnis, ras, agama, dan
budaya).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluargaanya dari
gangguan ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) bagi para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan,
keceriaan, kehangatan, dan semangat bagi para anggotanya. Maka dari itu,
keluarga harus ditata sedemikian rupa seperti menyangkut aspek dekorasi
interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama.
7. Fungsi Agama
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar
mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar,
membimbing, atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2.4.3 Kualitas Komunikasi Interper sonal dalam Keluarga
Dalam komunikasi dikenal dengan istilah interpersonal communication
atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau kelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan
balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara
tatap muka (face to face) dan menunjukan suatu interaksi sehingga terjadi kontak
pribadi (personal contact) (Effendy, 2003:8). Dengan demikian mereka yang
terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara dan pendengar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Adanya upaya untuk pengertian bersama dan empati. Terjadi rasa saling
menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-masing adalah manusia utuh
yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.
Dalam komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan balik
pun disampaikan, saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu
bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy,
2003:15). Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi,
sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
dilancarkan komunikator. Selain itu umpan balik dapat memberikan komunikasi
bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang disampaikan
menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan balik dapat
bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator
sehingga komunikasi berjalan dengan lancar. Sebaliknya umpan balik dikatakan
negative ketika respon komunikan tidak menyenangkan, komunikan enggan
melanjutkan komunikasi tersebut.
Selain pengelompokan diatas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara
verbal maupun non verbal seperti halnya penyampaian pesan umpan balik. Bentuk
khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik (dyadic
communication) yaitu komunikasi antara dua orang yang keduanya saling
berhubungan dan komunikasi ini bertujuan untuk belajar, mengadakan relasi,
memperngaruhi dan membantu antar individu (DeVito, 1989). Oleh karena itu
komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Demikian dalam keluarga, perlu dibina dan dikembangkan perkembangan dan
remaja.
Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1991:79) keluarga
memberikan dan menggeneralisasikan nilai, norma, pengetahuan, sikap, dan
harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal
tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh remaja. Hal tersebut
senada dengan pernyataan Tubbs dan Moss (dalam Rahmat, 2002:12) yaitu bahwa
komunikasi yang efektif akan menimbulkan pengertian dan hubungan yang makin
baik diantara kedua belah pihak.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dibahas komunikasi paling
tidak bersifat dialog bukan monolog. Menurut Kudera (dalam Kartono, 1994:53)
komunikasi yang monolog tidak memunculkan tantangan dalam diri anak untuk
mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak disertai
pendapat bila ada masalah keluarga.

2.5 Remaja
Remaja adalah masa transisi / peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 12/13-21
tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis
dimana remaja berusaha untuk mencari indentitas diri (self identity). (Dariyo,
2004: 13-14)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

a. Remaja Awal : 13 – 14tahun
b. Remaja Madya : 15 – 17 tahun
c. Remaja Akhir : 18 – 21 tahun
Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di
bangku sekolah menegah pertama (SMP), sedangkan masa remaja tengah,
individu telah memasuki pendidikan di jenjang sekolah menengah atas (SMA),
dan remaja akhir, umumnya memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMA
dan mungkin sudah bekerja (Dariyo, 2004:14).
Masa remaja juga merupakan masa perkembangan sikap tergantung
(dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat
seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan moral.
(Yusuf, 2010:185)

2.5.1 Remaja Dalam Keluarga
Perkembangan kehidupan seorang remaja diwarnai dengan adanya
perubahan fisiologis maupun psikologisnya. Hal ini menyebabkan kondisi emosi
remaja tidak stabil (instability of emotion). Dalam diri remaja muncullah konflik
batin yang mendorong individu untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang yang
telah dewasa. Namun, seringkali keinginan tersebut tidak disalurkan secara tepat.
Mereka kurang melihat situasi dan kondisi yang dihadapinya. Akibatnya
seringkali remaja banyak mengalamibenturan-benturan dengan lingkungannya,
misalnya

dengan

orang

tua,

saudara

kandung,

teman-teman,

masyarakat. (Dariyo, 2004:95-96)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

atau

23

Konflik-konflik yang sering muncul dalam diri remaja diantaranya :
a. Konflik pemilihan teman atau pacar. Tidak semua orang tua dapat memahami
keinginan pilihan anaknya. Bagi orang tua yang dapat memahami kemauan
anaknya yang telah menginjak remaja, maka biasanya orang tua sejak awal
telah membekali pendidikan, bimbingan dan arahan yang baik agar anaknya
berhati-hati dalam pergaulan dengan kelompok teman sebayanya. (Dariyo,
2004:96-97)
b. Konflik pemilihan jurusan atau program studi. Tidak sedikitnya orang tua
yang memaksakan kehendaknya kepada anakanya dalam pemilihan jurusan
atau program studi. Mungkin cita-cita orang tua yang tidak tercapai dimasa
dirinya sebagai remaja, sehingga keinginan tersebut dilimpahkan kepada
anaknya. Padahal belum tentu anaknya mempunyai kemampuan, bakat, minat
yang seperti dibutuhkan untuk menyelesaikan studi pilihan orang tuanya.
Banyak anak yang putus sekolah (drop out) atau pindah jurusan karena merasa
tidak sesuai dengan pilihannya. (Dariyo, 2004:96-97)
c. Konflik dengan saudara kandung. Adakalanya, dalam kehidupan keluarga
terjadi pertengkaran, percekcokan atau konflik antara anak. Bagi orang tua
yang bijaksana, tentu diharapkan dapat menengahi atau menyelesaikan masalah
tersebut secara adil, tanpa menimbulkan rasa dendam diantara anaknya. Namun,
tidak sedikit orang tuayang kurang bijaksana, sehingga orang tua bersikap
menyalahkan salah satu dan membenarkan yang lainnya. (Dariyo, 2004:96-97)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.6 Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita
ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini
mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita).
Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat
kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan
sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada
hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan
sebagainya.
Sehingga pendidikan seks sudah seharusnya d

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya )

0 0 23

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)

0 0 17