Peranan Desa Adat Sangeh Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Sangeh, Kabupaten Badung.

PERANAN DESA ADAT SANGEH DALAM PENGELOLAAN
DAYA TARIK WISATA SANGEH, KABUPATEN BADUNG
THE ROLE OF INDIGENOUS VILLAGE IN MANAGEMENT OF SANGEH
TOURIST ATTRACTION, DISTRICT OF BADUNG
Agus Muriawan Putra
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
ABSTRACT
One of the tourist attractions in Badung regency which is managed by the indigenous
village is Sangeh tourist attractions, of which previously this place was developed naturally
without any professional management. It was only since 1996 this tourist attraction
managed by the Indigenous Village of Sangeh, and began to be imposed to retribution by
legislation of badung District No. 20 1995.
The purpose of this study is to determine : (1) potential tourism attractions owned by
Sangeh Tourist Attractions; (2) the extent to which Indigenous village role in managing
Sangeh Tourist Attractions; (3) the constraints faced by the Village of Sangeh in managing
the Sangeh Attractions; and (4) the benefits obtained by the Village People by managing
Sangeh Tourist Attractions.
The Method used in the determination of informants was purposive sampling method,
which is based on the method of the determining a specific purpose, and upon consideration
of the researcher. Accidental method was applied in determining the traveler informants,
namely : the method of determining the informant to take tourists who happened to be in

the study site at the time of the study conducted. The data was collected by observation, indepth interviews (guide interview), questionnaires, literature study, and documentation
study. The data was analyzed using descriptive qualitative analysis.
The results showed that sangeh has huge potential to be developed into a tourist
attraction because it has some uniqueness and provide enormous benefits to people of
Sangeh itself, so that the preservation and sustainability of the area of Sangeh can be
maintained under the role and participation of Sangeh community. In addition, the Village
People as the manager of Sangeh Tourist Attractions implementing the programs properly
and in accordance with the culture and religiosity of Sangeh people who think that Sangeh
is the spiritual center for the preservation of natural and cultural of Sangeh.
Keyword :Roles, Indigenous Village, Management, Travel Attractions

1

PENDAHULUAN
Sejak beberapa dekade terakhir ini, banyak negara berkembang mulai melirik sektor
pariwisata sebagai sumber penghasil devisa sehubungan dengan makin melemahnya daya
saing komuditas andalan mereka. Di samping itu, ancaman krisis ekonomi global juga
semakin mendorong negara-negara di berbagai belahan dunia untuk memprioritaskan
pembangunan sektor pariwisata dalam upaya pemulihan ekonomi. Demikian pula di
Indonesia, pembangunan sektor pariwisata telah lama menjadi bagian agenda pembangunan

nasional dengan motivasi peningkatan kesejahteraan ekonomi, sosial-budaya, dan politik.
Tujuan Program Pengembangan Pariwisata adalah mengembangkan dan memperluas
diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis kepada pemberdayaan
masyarakat, kesenian, dan kebudayaan, serta sumber daya (pesona) alam lokal dengan tetap
mempertahankan kelestarian seni dan budaya tradisonal serta kelestarian lingkungan hidup
setempat, dan mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar
negeri (internasional).
Bagi Provinsi Bali, sektor pariwisata telah lama menjad primadona penghasil devisa
andalan. Sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah Bali dari tahun ke tahun
terus meningkat mengungguli sektor-sektor lainnya. Dalam rangka pengembangan sektor
kepariwisataan di Bali, Pemerintah Daerah Bali melalui Perda Nomor 3 Tahun 1974,
menetapkan bahwa jenis kepariwisataan yang dikembangkan di daerah Bali adalah
pariwisata budaya. Pariwisata budaya adalah salah satu jenis pariwisata yang dalam
pengembangannya ditunjang oleh faktor kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah
kebudayaan Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu. Konsep ini dilandasi oleh proposisi
bahwa kebudayaan berfungsi terhadap pariwisata menurut pola hubungan yang bersifat
linier dan satu arah.
Sejalan dengan gencarnya wacana mengenai konsep pembangunan berwawasan
budaya dan lingkungan, dilakukan penyempurnaan terhadap Perda Nomor 3 tahun 1974
menjadi Perda Nomor 3 tahun 1991, yang menetapkan pariwisata budaya sebagai jenis

kepariwisataan

yang dalam perkembangan

dan

pengembangannya

menggunakan

kebudayaan Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan
nasional sebagai potensi dasar yang paling dominan, yang di dalamnya tersirat suatu cita-

2

cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan kebudayaan, sehingga
keduanya berkembang secara serasi, selaras, dan seimbang. Konsep ini dilandasi oleh
proposisi bahwa kebudayaan dan pariwisata harus berada dalam pola hubungan interaktif
yang bersifat dinamik dan progresif (Geriya, 1996: 46).
Konsep pembangunan pariwisata berwawasan budaya dipandang sangat penting dan

relevan mengingat pariwisata sebagai fenomena modern mengandung sejumlah
konsekuensi terhadap kebudayaan masyarakat lokal atau tuan rumah. Perkembangan
pariwisata pada tingkat tertentu, di samping membawa manfaat positif bagi perekonomian,
juga kerap menimbulkan ancaman bagi keberadaan budaya tuan rumah. Kebudayaan ini
tumbuh dan berakar pada berbagai lembaga tradisonal yang bersifat sosial religius seperti
desa adat dengan banjarnya. Lembaga tradisional ini merupakan pilar-pilar penyangga
kelestarian kebudayaan Bali. Ini berarti maju mundurnya kebudayaan Bali sangat
tergantung kepada dinamika lembaga ini. Oleh karena kebudayaan Bali tergantung pada
lembaga tradisional, sedangkan pariwisata tergantung pada kebudayaan, maka hal ini
langsung berarti bahwa pariwisata tergantung pada eksistensi lembaga tradisional tersebut.
Kalau konsep pariwisata budaya dilaksanakan secara konsisten, maka lembaga
tradisional seperti desa adat harus berperan secara aktif, termasuk aktif di dalam menikmati
manfaat ekonomi pembangunan kepariwisataan. Bukti-bukti empiris sebagaimana terlihat
dari hasil penelitian di berbagai desa adat menunjukkan bahwa sesungguhnya desa adat
mempunyai potensi yang memadai untuk mengelola daya tarik wisata yang ada di
daerahnya.
Salah satu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Badung yang dikelola oleh desa
adat adalah Daya Tarik Wisata Sangeh. Daya Tarik Wisata Sangeh berada di Desa Sangeh,
Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Daya Tarik Wisata Sangeh dirintis 1 Januari
1969, namun tahun 1971 baru memiliki sumber pembiayaan pembangunan dari sumbangan

sukarela (dana punia) setiap pengunjung, sebelumnya Daya Tarik Wisata Sangeh
berkembang secara alami tanpa ada pengelolaan yang profesional. Barulah sejak tahun
1996 daya tarik wisata ini dikelola oleh Desa Adat Sangeh, dan mulai dikenakan retribusi
berdasarkan Perda Tk. II Badung No. 20 tahun 1995.

3

METODE PENELITIAN
Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara penentuan
informan yang berdasarkan atas tujuan tertentu dan atas pertimbangan peneliti. Informasi
yang ditetapkan sesuai dengan penelitiannya dan memiliki kriteria, yaitu: (1) mereka yang
mengetahui kedalaman informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti; (2) mereka
yang diterima oleh berbagai kelompok yang terkait dengan pengelolaan; dan (3) mereka
yang memiliki pengetahuan tentang pariwisata. Dalam menentukan informan untuk
wisatawan menggunakan metode accidental, yaitu: cara penentuan informan dengan
mengambil wisatawan yang kebetulan berada di lokasi penelitian pada saat penelitian
dilaksanakan pada Daya Tarik Wisata Sangeh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, kuesioner, dandokumentasi.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Potensi Wisata Sangeh
Desa Sangeh sebagai salah satu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Badung,
memiliki beragam potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
Adapun potensi wisata yang dimiliki Desa Sangeh, yaitu: (1) Potensi Alam yang terdiri dari
potensi fauna, di mana yang merupakan tarik satwa utama adalah Monyet Abu-Abu
(Macaca Fascicularis) yang jumlahnya diperkirakan + 600 ekor, sedangkan jenis fauna
yang lain sangat beragam dan potensi flora, di mana potensi utamanya adalah jenis Pohon
Pala/Keruing (Dipterocarpus Trinervis) sebesar 99%, sedangkan jenis-jenis pohon yang
lain sebesar 1% karena hutan di Kawasan Sangeh termasuk hutan yang spesifik karena
terdiri dari beberapa jenis vegetasi yang beragam; (2) Potensi Budaya, di mana sebagian
besar masyarakat Desa Sangeh beragama Hindu. Selain itu mereka juga menganut
kepercayaan bahwa alam sebagai salah satu unsur dalam konsep Tri Hita Karana, yaitu
palemahan. Konsep keseluruhan merupakan keselarasan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. Karena itu hubungan
antara unsur-unsur alam seperti halnya dengan tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan hewan
harus dipelihara, serta selalu dijaga kelestariannya. Dalam sistem semesta, ketiga unsur

4

tersebut terdiri dari Tuhan, manusia, dan alam sekitarnya. Dalam kehidupan bermasyarakat,

norma-norma adat yang tertulis dalam bentuk awig-awig atau parerem (aturan Desa Adat)
masih sangat kuat mengikat tingkah laku dan perbuatan individu. Selain itu norma agama
yang tertuang dalam Pustaka-Pustaka Agama Hindu selalu dijadikan pedoman agar
didasarkan kepada ajaran kebenaran dan sosial seperti yang terdapat dalam konsep Tri
Kaya Parisuda (tiga hal yang disucikan) dan konsep Tatwan Asi (aku adalah kamu dan
kamu adalah aku) yang maknanya setiap orang harus mengasihi orang lain. Dan penerapan
langsung dari konsep-konsep tersebut, tertuang dalam kebiasaan sehari-hari masyarakat
Sangeh untuk menjaga keutuhan, kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kelestarian alam
Sangeh, seperti: ”aget”, yang bermakna selalu bersyukur atau hubungan dengan Tuhan,
”ngajeng dumun”, yang bermakna selalu berbagi dengan orang lain atau hubungan dengan
sesama manusia, dan ”tenget”, yang bermakna angker atau hubungan dengan pelestarian
lingkungan; (3) Potensi Sumber Daya Manusia (SDM), di mana Desa Adat Sangeh melalui
Surat Keputusan Nomor: 01/DAS/2008 mengangkat Badan Pengelola yang personalianya
terdiri dari masing-masing 4 (empat) orang dari banjar-banjar yang termasuk dalam
Kebendesaan Adat Sangeh, yaitu: Br. Batusari, Br. Brahmana, Br. Sibang, Br. Pemijian,
dan Br. Muluk Babi. Kontrak untuk karyawan akan diperbaharui setiap 5 (lima) tahun
sekali untuk sekaligus mengevaluasi kinerja karyawan, di mana karyawan yang berprestasi
bisa diikat dalam kontrak sampai umur 60 tahun dan apabila ada karyawan yang tidak
disiplin atau melanggar kontrak yang sudah ditandatangani akan diserahkan ke Desa Adat
oleh Ketua Badan Pengelola untuk selanjutnya diganti dengan karyawan baru yang

dipilih/ditunjuk oleh Desa Adat sesuai aturan yang berlaku. Dari Pemerintah Daerah
Badung dikeluarkan Surat Keputusan Penetapan Pengelola ODTW Alas Pala Sangeh, Desa
Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Nomor: 2037/02/HK/2012 dan Surat
Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Daerah Badung Dengan Desa Adat Sangeh
Nomor: 403 Tahun 2012 dan Nomor: 20/DAS/VII/2012 Tentang Pengelolaan Tempat
Rekreasi ODTW Alas Pala Sangeh, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten
Badung; (4) Potensi Spiritual, sedikitnya ada 5 (lima) buah pura yang ada di dalam
Kawasan Sangeh, antara lain: Pura Bukit Sari, Pura Melanting, Pura Tirtha, Pura Anyar,
Pura Pengepelan (Lanang Wadon), dan beberapa kekuatan-kekuatan spiritual lainnya.

5

Dengan keberadaan beberapa pura dan tempat-tempat sakral lainnya, maka Daya Tarik
Wisata Sangeh juga dapat dikembangkan sebagai Wisata Spiritual, sehingga kesakralan
tempat dapat tetap terjaga serta dapat memberikan alternatif pilihan wisata kepada
wisatawan/pengunjung.
2. Peranan Desa Adat Sangeh
Dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Sangeh, Desa Adat memainkan peranan
penting di dalam penyiapan dan perencanaannya, sehingga semakin berkembang Daya
Tarik Wisata Sangeh. Peranan Desa Adat Sangeh dalam pengembangan Daya Tarik Wisata

Sangeh, yaitu: (1) Menyiapkan Fasilitas-Fasilitas Wisata Pada Daya Tarik Wisata Sangeh.
Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain: membangun dan menata tempat-tempat pedagang
lokal untuk berjualan, menata track-track yang dilalui oleh wisatawan/pengunjung untuk
menikmati keindahan hutan dan kesejukan suasana Sangeh serta lucunya tingkah laku kerakera yang ada di Hutan Sangeh, memasang tanda-tanda atau papan petunjuk di sekitar Daya
Tarik Wisata Sangeh, membangun dan menata tempat-tempat peristirahatan sementara
wisatawan/pengunjung dan membangun toilet yang nyaman dan bersih, menata tempat
parkir, menyediakan tourist information untuk menyampaikan keluhan atau informasi yang
diperlukan wisatawan/pengunjung, menyediakan tempat sampah untuk tetap menjaga
kebersihan Daya Tarik Wisata Sangeh; (2) Mengembangkan Daya Tarik Wisata Sangeh, di
mana Desa Adat Sangeh melalui pengelola yang sudah dibentuk melakukan programprogram dan terobosan yang secara langsung memberikan dampak perkembangan terhadap
Daya Tarik Wisata Sangeh. Hal-hal yang dilakukan adalah bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah Badung, khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Badung untuk melakukan
promosi-promosi wisata Daya Tarik Wisata Sangeh, mengadakan promosi langsung
terhadap wisatawan/pengunjung yang datang ke Sangeh, memberikan pelatihan-pelatihan
terhadap

karyawan,

memperhatikan


dan

menyediakan

aksesibilitas

menindaklanjuti

yang

saran-saran

lebih
atau

lancar,

serta

keluhan-keluhan


selalu
dari

wisatawan/pengunjung termasuk dari stakeholders lainnya; (3) Melaksanakan Perda
Tentang Pembagian Persentase Pendapatan Daya Tarik Wisata Sangeh yang didistribusikan
secara adil, proporsional, dan aklamasi, di mana pembagiannya telah memperhatikan
manfaat yang diperoleh oleh masyarakat Desa Sangeh karena keberadaan Sangeh memang

6

seharusnya lebih banyak dirasakan oleh masyarakat Desa Sangeh sendiri. Persentase
pembagian tersebut adalah 75% untuk Desa Adat dan 25% untuk Pemerintah Daerah
Badung. Dari 75% untuk Desa Adat tersebut kemudian didistribusikan kembali, yaitu: 25%
untuk Pengelola dan 75% untuk kepentingan pembangunan dan kegiatan adat di Desa
Sangeh. Penghasilan dari Daya Tarik Wisata Sangeh rata-rata per bulan adalah sebesar
Rp. 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah); (4) Menjaga Kelestarian Hutan Sangeh
Beserta Kera-Keranya. Daya tarik utama dari Daya Tarik Wisata Sangeh adalah keberadaan
Hutan Sangeh beserta kera-keranya, sehingga kelestarian dan keberlangsungan dari Hutan
Sangeh beserta kera-keranya menjadi program atau kegiatan yang tidak bisa diabaikan.
Desa Adat melakukan langkah-langkah nyata untuk pelestarian hutan dan keberadaan kerakera tersebut dengan kegiatan, sebagai berikut: menanam hutan kembali seluas + 4 ha
dengan tanaman yang beragam/heterogen, seperti: mahoni, albesia, cempaka, beringin,
waru, gamal, sawo kecik, jambu biji, durian, dan gunggung yang selanjutnya disebut
sebagai hutan tambahan dari hutan inti seluas + 10 ha yang terdiri dari tanaman
sejenis/homogen, yaitu: Pohon Pala. Secara spiritual juga dilaksanakan upacara terhadap
keberadaan kera-kera tersebut, yaitu: Upacara Tumpek Kandang. Pengelola juga secara
rutin mengecek kesehatan kera-kera bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten
Badung, memberi makan secara teratur sebanyak 2 (kali) kepada kera-kera, yaitu: pagi hari
5 (lima) keranjang ketela dan sore hari 5 (lima) keranjang pisang dan penyediaan air bersih;
(5) Mengawasi Dan Memonitor Perkembangan Daya Tarik Wisata Sangeh. Tanggung
jawab dari Desa Adat untuk selalu mengawasi dan memonitor perkembangan Daya Tarik
Wisata Sangeh. Desa Adat secara rutin mengadakan pengawasan dengan melihat secara
langsung kegiatan dan interaksi yang terjadi pada Daya Tarik Wisata Sangeh. Menerima
masukan-masukan dari Badan Pengelola berkaitan dengan fasilitas wisata, kenyamanan
wisatawan/pengunjung bahkan keluhan-keluhan wisatawan/pengunjung. Selanjutnya,
diadakan pertemuan secara umum dengan melibatkan tokoh-tokoh desa untuk mendapatkan
masukan serta solusi riil yang harus segera dilakukan; (6) Melaksanakan Dan Membiayai
Setiap Kegiatan Pembangunan, Baik Fasilitas Umum Maupun Kahyangan Desa Beserta
Upacaranya. Secara keyakinan Agama Hindu bahwa setiap pura tersebut secara rutin dalam
jangka waktu tertentu perlu diadakan upacara, seperti Piodalan dan upacara lain yang

7

sifatnya tertentu, sehingga pembiayaan dari setiap upacara tersebut dapat ditutupi dari
pemasukan Daya Tarik Wisata Sangeh serta pembiayaan terhadap perawatan pura-pura
tersebut. Di samping itu, fasilitas-fasilitas umum yang dimiliki oleh Desa Sangeh, seperti
Balai Banjar, Wantilan Desa, Gong Desa, dan sebagainya juga memerlukan perawatanperawatan agar fungsi dari bangunan atau alat tersebut tidak terganggu, sehingga
pembiayaan juga didapatkan dari pemasukan Daya Tarik Wisata Sangeh; (7) Mengadakan
Penataan-Penataan Terhadap Daya Tarik Wisata Sangeh. Untuk memperindah Daya Tarik
Wisata Sangeh, Desa Adat selalu mengadakan penataan-penataan yang tujuannya adalah
untuk memberikan kenyamanan dan daya tarik tambahan terhadap wisatawan/pengunjung.
Dari penataan track-track untuk melihat keberadaan hutan dan kera juga mengadakan
penataan terhadap taman-taman serta papan-papan petunjuk yang berada di sekitarnya.
Bangunan-bangunan pendukung di sekitar Sangeh juga ditata agar tidak semberawut dan
tidak mengganggu kenyamanan. Selain itu, penampilan dari karyawan, para pedagang,
tukang photo juga diseragamkan, sehingga menambah kesan rapi dan enak dipandang.
3. Kendala-Kendala Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Sangeh
Setiap pengembangan daya tarik wisata tentunya ada kendala-kendala yang muncul.
Kendala-kendala tersebut bisa datang dari dalam/internal dan bisa datang dari
luar/eksternal. Dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Sangeh tentunya terdapat kendalakendala yang muncul, sehingga sebagai bahan evaluasi selanjutnya untuk lebih
memperhatikan pengelolaan dan pengembangannya. Kendala-kendala tersebut, yaitu:
(1) Kendala Internal, yang termasuk: kebersihan dan penataan Daya Tarik Wisata Sangeh
agar lebih indah dan lebih nyaman lagi bagi wisatawan/pengunjung, perlu meningkatkan
promosi agar semakin dikenal dengan cara mempergunakan media-media online yang
jaringannya menjangkau seluruh dunia, kurangnya alternatif-alternatif daya tarik lain selain
Hutan Pala dan kera-keranya, perlu adanya fasilitas money changer agar wisatawan asing
lebih mudah menukarkan uangnya, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan cara lebih intensif mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
kepariwisataan, lebih meningkatkan pelayanan kepada wisatawan/pengunjung, sehingga
mereka betah dan akan kembali lagi ke Sangeh, kurangnya penyediaan cinderamata lokal
kepada wisatawan/pengunjung, sehingga perlu ide kreatif untuk membuat cinderamata

8

lokal yang cocok dengan karakteristik Daya Tarik Wisata Sangeh; (2) Kendala Eksternal,
yang termasuk: tingkat kelancaran dari aksesibilitas menuju Daya Tarik Wisata Sangeh,
seperti sarana/prasarana jalan, petunjuk arah, dan sebagainya, kurangnya jalur-jalur wisata
yang bisa disinergikan menjadi satu paket wisata dengan Daya Tarik Wisata Sangeh,
banyaknya daya tarik-daya tarik yang sejenis, sehingga perlu membuat terobosan-terobosan
atau ide-ide kreatif dalam pengelolaan dan pengembangannya, perlu ditertibkan untuk
guide-guide luar yang masuk dan memandu langsung wisatawan tanpa didampingi oleh
guide lokal, hal ini untuk menghindari salah informasi dan salah penjelasan serta keamanan
wisatawan/pengunjung yang menikmati suasana/keindahan Daya Tarik Wisata Sangeh,
merangsang dan mengundang para investor di bidang pariwisata untuk datang berinvestasi,
sehingga perlu penguatan-penguatan dari Desa Adat dan masyarakat untuk tetap menjaga
kelestarian dan kesakralan Sangeh dengan cara pengelolaan tetap dilakukan oleh Desa Adat
atau pengelolaan lokal.
4. Manfaat Daya Tarik Wisata Sangeh Terhadap Masyarakat Lokal
Daya Tarik Wisata Sangeh merupakan daya tarik yang dapat memberikan berkah dan
manfaat kepada masyarakat Sangeh, di mana dengan berkembangnya daya tarik ini banyak
keuntungan dan manfaat yang didapat oleh masyarakat Sangeh. Pengelolaan terhadap
Sangeh sendiri oleh Desa Adat merupakan langkah tepat, karena ada keterikatan psikologis
antara masyarakat Sangeh dengan keberadaan Sangeh tersebut. Hal tersebut tidak bisa
dipisahkan, sehingga secara langsung maupun tidak langsung atau ada tidak ada pariwisata,
Sangeh akan tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sangeh. Apalagi,
dengan dijadikannya Sangeh sebagai daya tarik wisata, tentunya lebih menambah manfaat
(added value) kepada masyarakat Sangeh, di mana manfaat tersebut dapat dibagi 2 (dua),
yaitu: manfaat langsung dan manfaat tidak langsung dari perkembangan kepariwisataan
pada Daya Tarik Wisata Sangeh terhadap masyarakat Sangeh, yaitu: (1) Manfaat Langsung,
yaitu: membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha kepada masyarakat lokal (for
poor tourism). Desa Adat sebagai pengelola Daya Tarik Wisata Sangeh hampir 100%
memprioritaskan masyarakat lokal sebagai karyawan Badan Pengelola, sehingga hal ini
memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk mendapatkan pekerjaan untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Di samping itu, artshop-artshop yang ada di Kawasan

9

Sangeh juga 100% dimiliki oleh masyarakat Sangeh, termasuk tukang photo dan sumber
daya pendukung lainnya merupakan masyarakat Sangeh sendiri, terciptanya keamanan dan
kenyamanan daerah, di mana mereka merasakan manfaat positif dari perkembangan
kepariwisataan di Sangeh, sehingga keamanan dan kenyamanan daerah menjadi perhatian
seluruh masyarakat Sangeh. Di sisi lain, masyarakat secara sadar selalu menjaga keamanan
dan kenyamanan daerah karena mereka menyadari bahwa untuk dapat bekerja dengan baik
diperlukan rasa aman, nyaman, dan tanpa tekanan, dibangunnya fasilitas-fasilitas umum
untuk mendukung perkembangan Sangeh dan untuk kepentingan masyarakat Sangeh, untuk
mendukung perkembangan kepariwisataan pada Daya Tarik Wisata Sangeh dibangun oleh
Pemeritah untuk menunjang aksesibilitas dan kelancaran wisatawan/pengunjung yang
datang ke Sangeh, sanggar-sanggar seni menjadi berkembang di dalam menggali budayabudaya lokal Sangeh diikuti oleh tumbuhnya budaya-budaya lokal masyarakat Sangeh,
potensi-potensi desa dan jenis-jenis wisata pendukung menjadi berkembang dan kegiatan
wisata di Desa Sangeh sedikit demi sedikit mulai berkembang dengan mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh Desa Sangeh. Berbagai potensi tersebut menjadi daya tarik
pendukung terhadap perkembangan Kawasan Sangeh, di mana banyak paket-paket wisata
lainnya yang menjadi daya tarik lain untuk mendukung perkembangan Daya Tarik Wisata
Sangeh; (2) Manfaat Tidak Langsung, yaitu: menghasilkan udara yang bersih dan sejuk
seiring dengan lestarinya Hutan Sangeh, sehingga dapat menghasilkan udara yang bersih
dan sejuk, menambah aura sakral dan menambah religiusitas masyarakat Desa Sangeh yang
sangat kuat karena secara turun-temurun mereka sangat percaya bahwa Hutan Sangeh dan
keranya bukan merupakan sesuatu yang sembarangan, belajar dari alam bahwa alam sudah
menyediakan aturan sendiri dan konsisten untuk keberlangsungan dan kelestariannya, di
mana konsep Tri Hita Karana, terutama ”Palemahan” sangat terasa penerapannya pada
Hutan Sangeh, di mana secara otomatis Hutan Sangeh mempunyai cara untuk tetap dapat
mempertahankan kelestariannya. Di mana, masyarakat sekitarpun tidak akan berani
mengusiknya karena hal tersebut berkaitan dengan spiritualitas dan mitos yang dapat
membawa bencana atau dampak negatif apabila aturan tersebut dilanggar, sebagai daerah
resapan air karena hutan yang masih lestari dengan batangnya yang mencapai diameter
+ 2 m, akar yang besar, dan kuat menjadi tempat menyimpan air tanah dan akan muncul

10

menjadi mata air. Air merupakan sumber alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
dan sangat krusial karena hampir 80% tubuh makhluk hidup terdiri dari air. Kebutuhan air
yang cukup dan memadai pada Daya Tarik Wisata Sangeh menjadikan habitat hidup yang
sangat ideal terhadap makhluk hidup yang ada di Sangeh, sebagai penguat kehidupan
berdasarkan Konsep Tri Hita Karana yang oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu
menganggap bahwa alam semesta (makrokosmos) merupakan sumber kehidupan. Tujuan
akhir kehidupan dan sebagai lingkungan hidup yang paling sesuai dan paling serasi dengan
manusia sebagai penghuninya. Karena itu, dalam membangun lingkungan hidup buatannya
mempunyai nilai yang sama dengan makrokosmosnya. Di lain pihak makrokosmos tidak
terbatas, baik dimensi maupun bentuknya, sehingga sulit untuk ditiru, masyarakat tidak
dikenakan beban biaya yang tinggi untuk membiayai kegiatan-kegiatan agama dan adat di
Desa Sangeh, di mana kehidupan orang Bali yang beragama Hindu sangat unik dan
bervariasi, di mana masyarakat Bali diwarisi banyak Pura oleh Leluhur kita yang harus
diupacarai dan dipelihara demi kedamaian dan kesejahteraan Pulau Bali. Tidak terkecuali
pada kehidupan masyarakat Sangeh yang religius dan sakral. Di sini terdapat beberapa Pura
yang diempon oleh masyarakat dan memerlukan peralatan serta upacara untuk menjaga
kesucian dan kesakralannya. Dalam pelaksanaan kegiatan upacara dan untuk perawatan
tempat suci tersebut tentunya diperlukan pembiayaan-pembiayaan yang besar, sehingga
dengan adanya Daya Tarik Wisata Sangeh yang dikelola oleh Desa Adat, maka penghasilan
yang didapat tersebut dikembalikan lagi untuk keperluan desa dan keperluan adat, sehingga
untuk pembiayaan-pembiayaan kegiatan agama dan adat, masyarakat Sangeh tidak
dibebankan lagi, bergairahnya petani Sangeh untuk menanam ketela, pisang, dan jenis
tanaman pangan lainnya untuk memberikan makan secara teratur terhadap kera-kera
tersebut. Karena sebelum Sangeh dikelola oeh Desa Adat kera-kera tersebut sangat agresif
dan sering mengambil barang-barnag milik wisatawan/pengunjung, sehingga Sangeh
ditinggalkan dan tidak dikunjungi karena wisatawan/pengunjung menjadi takut dan
khawatir.

Setelah

diambil

alih

pengelolaannya

oleh

Pengelola

Lokal,

maka

wisatawan/pengunjung yang datang ke Daya Tarik Wisata Sangeh secara signifikan terus
mengalami peningkatan karena kera-kera di Sangeh mulai jinak dan menjadi atraksi
tersendiri bagi wisatawan/pengunjung. Hal ini, disebabkan karena kebutuhan pakan kera-

11

kera tersebut sudah terpenuhi secara teratur, yaitu: pagi diberikan pakan ketela sebanyak
3-4 karung, sore diberikan pakan pisang sebanyak 3-4 keranjang, dan sebagai pakan
selingan (camilan) diberikan beras pada saat siang hari sebanyak 3-4 kg, serta makanan dari
beberapa wisatawan/pengunjung.
5. Program-Program Desa Adat
Untuk lebih meningkatkan nilai jual dan daya saing Daya Tarik Wisata Sangeh, Pihak
Pengelola melakukan terobosan-terobosan cerdas dan kreatif untuk mengadakan penataanpenataan dan pembenahan-pembenahan secara menyeluruh untuk lebih memberikan
pelayanan terbaik dan memuaskan kepada wisatawan/pengunjung yang datang, sehingga
Daya Tarik Wisata Sangeh semakin berkembang dan menjadi daya tarik andalan di
Kabupaten Badung yang dikelola oleh Desa Adat dengan melibatkan peran serta
masyarakat Sangeh demi keuntungan terhadap masyarakat Sangeh sendiri. Berbagai
program sudah disusun untuk merealisasikan profesionalisme dalam pengelolaannya,
dengan dibagi ke dalam 3 (tiga) Tahap Program, yaitu: Program Jangka Pendek, Program
Jangka Menengah, dan Program Jangka Panjang, sebagai berikut: (1) Program Jangka
Pendek, yaitu: mempersiapkan akomodasi local, seperti penyediaan akomodasi lokal yang
merupakan bagian dari pengembangan Daya Tarik Wisata Sangeh berbasis masyarakat.
Agar tidak mengganggu keseimbangan alam Sangeh, maka untuk menyediakan penginapan
untuk wisatawan yang datang, maka rumah-rumah penduduk dipakai sebagai sarana
akomodasi tersebut, hal ini dapat memberikan keuntungan/manfaat secara langsung kepada
masyarakat Sangeh, mempersiapkan kuliner lokal Desa Sangeh, sehingga perlu digali
menu-menu lokal Desa Sangeh untuk direncanakan dan ditata agar dapat menampilkan
menu lokal yag bercita rasa internasional. Hal ini, juga akan memberikan gairah kepada
masyarakat lokal untuk berkreasi dan melestarikan menu-menu lokal yang mereka miliki,
mempersiapkan SDM lokal dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan secara intensif
dan melaksanakan studi-studi banding untuk menambah pengalaman-pengalaman dalam
pengelolaan serta saling bertukar informasi berkaitan dengan pengelolaan daya tarik wisata
berbasis Desa Adat, mempromosikan potensi wisata Sangeh, sehingga dapat lebih bersaing
dan memenangkan persaingan dalam arti yang positif. Di samping itu, untuk
menginformasikan

produk-produk

wisata/paket-paket

12

wisata

yang

up

to

date,

mempersiapkan fasilitas-fasilitas wisata untuk untuk memberikan pelayanan yang terbaik
kepada wisatawan/pengunjung dan juga memberikan kemudahan-kemudahan (accesibility)
kepada wisatawan/pengunjung dalam menikmati Daya Tarik Wisata Sangeh, mengadakan
penataan-penataan Kawasan Sangeh dalam penyediaan fasilitas atau sarana penunjang yang
menjadikan wisatawan/pengunjung lebih lama tinggal/menikmati Daya Tarik Wisata
Sangeh. Tempat-tempat istirahat yang nyaman sekaligus untuk menikmati keindahan Alam
Sangeh, tempat bermain untuk anak-anak, tempat-tempat untuk mengadakan pertemuan,
menambah jenis tanaman hias, menata taman-taman di sekitarnya, menata jalur-jalur yang
dilalui wisatawan/pengunjung, sehingga semua pedagang yang ada di Sangeh mendapatkan
kesempatan yang sama dikunjungi wisatawan untuk berbelanja di kios-kios mereka;
(2) Program Jangka Menengah, yaitu: mengadakan kerjasama atau MoU dengan
stakeholders pariwisata, seperti Travel Agent, pemerintah, dan industri pariwisata yang
lainnya. Untuk mendukung keberlanjutan kerjasama tersebut, maka perlu dibuatkan
semacam MoU untuk dapat selalau melakukan kontak serta sharing informasi yang
berkaitan dengan Daya tarik Wisata Sangeh karena dengan kesepakatan tersebut akan dapat
memudahkan dalam penyususnann event-event kegiatan atau atraksi-atraks budaya yang
sifatnya sewaktu-waktu kepada wisatawan pengunjung dengan bantuan dari Travel Agent
atau industri pariwisata lainnya, membuat kalender kegiatan dan event-event wisata pada
Daya Tarik Wisata Sangeh untuk disampaikan kepada wisatawan/pengunjng, sehingga
berbagai kegiatan dan aktivitas yang dilaksanakan dapat dipublikasikan dan diketahui oleh
wisatawan/pengunjung, mendata wisatawan/pengunjung yang berkunjung ke Daya Tarik
Wisata Sangeh untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung serta untuk
dapat memberikan pelayanan yang tepat berhubungan dengan karakteristik wisatawan
tersebut termasuk fasilitas-fasilitas yang diperlukan, membuat cinderamata lokal untuk
dapat dikenal dan selalu diingat keunikan dan keindahan dari Daya Tarik Wisata Sangeh
yang bahan bakunya dari Desa Sangeh sendiri. Cinderamata ini penting dibuat agar
wisatawan/pengunjung yang datang pada Daya Tarik Wisata Sangeh membawa bukti
bahwa mereka telah berkunjung dan dapat sebagai alat promosi langsung kepada temantemannya atau keluarga serta kerabat-kerabatnya; (3) Program Jangka Panjang, yaitu:
mengadakan Festival Sangeh, di mana berbagai potensi wisata yang dimiliki Daya Tarik

13

Wisata Sangeh dan juga Desa Sangeh perlu untuk digali dan ditata serta dikemas agar dapat
menjadi keanekaragaman daya tarik yang memberikan berbagai macam pilihan wisata
kepada wisatawan/pengunjung. Kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan untuk
mengkemas berbagai potensi tersebut adalah dengan mengadakan Festival Sangeh. Festival
Sangeh merupakan kreativitas dari berbagai komponen Sangeh di dalam menyuguhkan
keunikan

serta

keanekaragaman

wisatawan/pengunjung,

mengadakan

daya

tarik

pemasaran

yang

dapat

pariwisata

secara

dijual
global

kepada
untuk

memasarkan/mempromosikan Daya Tarik Wisata Sangeh secara global dengan cara
mengikuti langsung pameran-pameran pariwisata tingkat internasional untuk secara
langsung dapat mempromosikan dan memperkenalkan Daya Tarik Wisata Sangeh,
membuat kajian ilmiah terhadap pengelolaan dan pengembangan Daya Tarik Wisata
Sangeh karena Sangeh merupakan daya tarik wisata yang berbasis alam dan lingkungan, di
samping sebagai daya tarik wisata untuk disuguhkan kepada wisatawan/pengunjung di sisi
lain juga sebagai bahan-bahan kajian atau riset demi kepentingan ilmu pengetahuan,
menentukan positioning Daya Tarik Wisata Sangeh dengan beberapa program-program
untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan Daya Tarik Wisata Sangeh secara spesifik
berkaitan dengan adat dan budaya serta kebiasaan masyarakat Sangeh sesuai dengan
kondisi alam dan kultur dari Desa Sangeh. Dengan demikian, Daya Tarik Wisata Sangeh
mempunyai positioning atau ciri khusus sesuai dengan karakteristik dan kutur dari Desa
Sangeh yang pengelolaannya berbasis Desa Adat (Pengelola Lokal).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daya Tarik Wisata Sangeh memiliki beragam potensi wisata yang dapat disuguhkan
kepada wisatawan/pengunjung serta memiliki daya tarik yang sangat besar sekaligus
memiliki keunikan-keunikan yang tidak terdapat di daerah lain.
2. Peranan Desa Adat Sangeh dalam mengelola Daya Tarik Wisata Sangeh sangat besar
dan sangat signifikan, di mana Daya Tarik Wisata Sangeh berkembang dengan baik

14

setelah dikelola oleh Desa Adat dengan sistem pendekatan lokal dengan mengedepankan
kepercayaan dan kultur yang berkembang pada masyarakat Sangeh terhadap keberadaan
Daya Tarik Wisata Sangeh dengan berbagai keunikan dan misterinya. Peran Desa Adat
Sangeh untuk mengelola Daya Tarik Wisata Sangeh, yaitu: penyediaan berbagai fasilitas
wisata, merancang program-program pengembangan Daya Tarik Wisata Sangeh,
menentukan persentase pembagian pendapatan secara adil, transparan, dan proporsional,
menjaga kelestarian dan keberlanjutan Hutan Sangeh beserta kera-keranya, mengadakan
monitoring dan evalusi serta pengawasan, membiayai segala keperluan pemeliharaan
dan upacara agama yang dilaksanakan di Desa Sangeh, serta melakukan penataanpenataan secara menyeluruh pada Daya Tarik Wisata Sangeh.
3. Dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Sangeh juga terdapat beberapa kendala atau
permasalahan yang dihadapi, di mana kendala-kendala tersebut dapat dikategorikan ke
dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu: kendala internal dan kendala eksternal. Baik kendala
internal maupun kendala eksternal mendapatkan porsi pemecahan yang sama.
4. Dengan dikelolanya Daya Tarik Wisata Sangeh oleh Desa Adat Sangeh dapat
memberikan keuntungan dan manfaat scara langsung kepada masyarakat Sangeh sendiri.
Hal ini, menjadi poin positif karena masyarakat Sangeh merasa memiliki dan
menghormati Daya Tarik Wisata Sangeh, sehingga keberadaannya akan tetap lestari dan
keberlanjutannya akan terjaga secara alami. Dengan demikian, perkembangan Daya
Tarik Wisata Sangeh memberikan beberapa manfaat/keuntungan ganda (added value)
kepada masyarakat Sangeh, di mana manfaat yang didapat adalah manfaat untuk
masing-masing individu, seperti: menjadi karyawan, menjadi tukang photo, menjadi
guide lokal, membuka warung/kios, menyediakan berbagai keperluan pakan kera (ketela
dan pisang), dan lain-lain, serta manfaat secara kolektif atau bersama-sama, seperti:
tidak mengeluarkan biaya untuk keperluan pemeliharaan Pura, pemeliharaan fasilitas
umum yang ada di Desa Sangeh, pembiayaan untuk upacara-upacara yang dilaksanakan
di Desa Sangeh, tumbuhnya berbagai aktivitas wisata dan berkembangnya daya tarik
wisata pendukung di Desa Sangeh dan sekitarnya, terjaganya keamanan Desa Sangeh,
dan lain-lain.

15

Saran
Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pihak Pengelola agar terus mengadakan penataan-penataan pada Daya Tarik Wisata
Sangeh, sehingga wisatawan/pengunjung semakin nyaman dan betah berada pada Daya
Tarik Wisata Sangeh.
2. Perlu dirancang alternatif-alternatif wisata pilihan untuk memberikan berbagai pilihan
serta dapat menangkap berbagai segmen-segmen wisatawan/pengunjung yang datang
pada Daya Tarik Wisata Sangeh.
3. Lebih meningkatkan promosi dan penyediaan berbagai fasilitas-fasilitas utama pada
Daya Tarik Wisata Sangeh, seperti: money changer, tourist information, jaringanjaringan internet, dan lain-lain.
4. Agar lebih banyak karyawan yang dikirim untuk mengikuti berbagai pelatihanpelatihan pariwisata untuk meningkatkan kualitas SDM agar dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada wisatawan/pengunjung.
5. Agar diupayakan untuk membuat cinderamata lokal, sehingga wisatawan/pengunjung
selalu mengingat Daya Tarik Wisata Sangeh dengan cinderamata lokal tersebut.
6. Pihak Pemerintah Daerah Badung agar senantiasa memberikan pembinaan dan
perhatian kepada Daya Tarik Wisata Sangeh.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana dan
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unud yang telah memberikan dukungan dana
sehingga kegiatan penelitian ini bisa berjalan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana atas fasilitas dan dukungan moral yang
telah diberikan. Terima kasih juga kepada Bendesa Adat Desa Sangeh, Kepala Desa Sangeh
beserta staff yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan masukan
serta data yang diperlukan dalam penelitian ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.

16

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2007. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Ardika, Wayan. 2003. Pariwisata Budaya Berkelanjutan (Refleksi dan Harapan di Tengah
Perkembangan Global). Denpasar: Unud–Program Studi Magister (S2) Kajian
Pariwisata.
Atmaja, Jiwa. 2003. Perempatan Agung (Menguak Konsepsi Palemahan Ruang Dan Waktu
Masyarakat Bali). Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa.
Anonim. Majalah DPRD Bali. No. 42 Triwulan II. 1989.
Anonim. Pemerintah Kabupaten Badung. 2008. Profil Pembangunan Desa Sangeh.
Anonim. Pemerintah Kabupaten Badung. 2010. Profil Pembangunan Desa Sangeh.
Anonim. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 1991 Tentang Pariwisata Budaya.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2006. Data Objek dan Daya Tarik Wisata di Bali.
Denpasar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majalah Cakrawala. 2012. Bali.
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Pujaastawa. 2005. Pariwisata Terpadu (Alternatif Model Pengembangan Pariwisata Bali
Tengah). Denpasar: Universitas Udayana.
R.G. Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Top Destination Bali. 2012. A Comprehensive Information About Bali.
Yoeti, Drs. Oka A. 2008. Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.
Wawancara dengan Pihak Terkait di Desa Sangeh. 2012.

17