Pajak Buah Berastagi Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Karo

(1)

PAJAK BUAH BERASTAGI SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN KARO

KERTAS KARYA OLEH

ELVIRA ROSA KEMIT 092204045

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ABSTRAK

Kepariwisataan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi kebudayaan yang beragam, keindahan alam, flora dan fauna. Di samping itu letak Indonesia yang sangat strategis memungkinkan banyak wisatawan yang datang berkunjung. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian dari Indonesia merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya akan objek wisata. Kekayaan ini tersebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Salah satu objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang ada di Kabupaten Karo adalah Pajak Buah Berastagi. Objek dan daya tarik wisata ini menghadirkan kegiatan jual beli berbagai hasil tanaman dari petani setempat. Selain berbagai jenis buah- buahan, di pasar atau yang lebih dikenal dengan sebutan pajak ini juga banyak di temukan jenis tanaman hias. Pajak Buah Berastagi merupakan wadah bertemunya wisatawan dengan penduduk lokal. Potensi yang ada di Pajak Buah Berastagi, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo, dan memberi manfaat bagi masyarakat Karo umumnya dan masyarakat Berastagi khususnya.

Kata kunci: Pajak Buah Berastagi, Objek dan Daya Tarik Wisata, Sumatera Utara


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya dengan judul “PAJAK BUAH BERASTAGI SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN KARO” guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Diploma III Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tua, Ayahanda Alm. B. Kemit dan Ibunda Alm. M. Br. Tarigan yang telah memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(4)

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP, selaku Dosen Pembaca.

5. Untuk seluruh teman–teman UW’09, maupun teman–teman di luar lingkungan kampus.

6. Teristimewa untuk teman–teman penulis Mellisa Elizabeth, Ria Ema Sita, Bayu Suwardi, dan Indra Effendy.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan pikiran serta waktu dalam menyelaikan kertas karya ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya kertas karya ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2012 Penulis

Elvira Rosa Kemit NIM : 092204045


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Metode Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN ... 2.1 Sejarah Munculnya Pariwisata ... 9

2.2 Pengertian Pariwisata ... 14

2.3 Pengertian Wisatawan ... 16

2.4 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 18

2.5 Produk Industri Pariwisata ... 20

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO ... 3.1 Kabupaten Karo ... 22


(6)

3.1.1 Letak Geografis ... 22 3.1.2 Kependudukan, Agama, dan Sistem Mata

Pencaharian ... 23 3.1.3 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten

Karo ...24 3.2 Berastagi ... 29 BAB IV PAJAK BUAH BERASTAGI SEBAGAI OBJEK DAN DAYA

TARIK WISATA DI KABUPATEN KARO ... 4.1 Pajak Buah Berastagi Sebagai Daerah Objek

Wisata...34 4.2 Aksesibilitas Pajak Buah Berastagi ...36 4.3 Pajak Buah Berastagi...38 BAB V PENUTUP ... 5.1 Kesimpulan...49 5.2 Saran...50 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAK

Kepariwisataan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi kebudayaan yang beragam, keindahan alam, flora dan fauna. Di samping itu letak Indonesia yang sangat strategis memungkinkan banyak wisatawan yang datang berkunjung. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian dari Indonesia merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang kaya akan objek wisata. Kekayaan ini tersebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Salah satu objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang ada di Kabupaten Karo adalah Pajak Buah Berastagi. Objek dan daya tarik wisata ini menghadirkan kegiatan jual beli berbagai hasil tanaman dari petani setempat. Selain berbagai jenis buah- buahan, di pasar atau yang lebih dikenal dengan sebutan pajak ini juga banyak di temukan jenis tanaman hias. Pajak Buah Berastagi merupakan wadah bertemunya wisatawan dengan penduduk lokal. Potensi yang ada di Pajak Buah Berastagi, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo, dan memberi manfaat bagi masyarakat Karo umumnya dan masyarakat Berastagi khususnya.

Kata kunci: Pajak Buah Berastagi, Objek dan Daya Tarik Wisata, Sumatera Utara


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia sebagai sebuah negara kepuluan memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata tersebut. Pariwisata di Indonesia pada saat ini diakui merupakan salah satu sektor industri penting dalam peningkatan pendapatan negara. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini sering mengalami masalah yang berdampak buruk bagi pariwisata di Indonesia, seperti kurangnya keamanan, situasi dan kondisi ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia tidak stabil yang menjadi kunci utama dalam kepariwisataan. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk mundur. Dapat dirasakan dalam setahun terakhir pariwisata Indonesia sudah bangkit kembali. Jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara mulai meningkat dan berminat menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam proses perkembangannya, pemerintah mempunyai kebijakan mengenai kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan devisa negara, membuka peluang keja dan meningkatkan penghasilan penduduk serta memberdayakan peekonomian masyarakat. Adapun usaha kegiatan tersebut antara lain :

1. Mengadakan penyuluhan dan pembinaan kelompok seni budaya dan objek wisata,


(9)

3. Sadar wisata.

Upaya–upaya yang dilakukan pemerintah tersebut digunakan untuk mempekenalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan tetap menjaga citra, kepribadian dan martabat bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia sangat serius dan peduli terhadap dunia kepariwisataan juga bertujuan untuk membina dan melestarikan budaya bangsa sebagai aset wisata yang tidak ternilai harganya. Seperti yang dituangkan dalam undang–undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisatan, bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha–usaha yang terkait di bidang itu.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata, baik dibidang alam maupun budaya. Provinsi Sumatera Utara juga dikenal sebagai salah satu Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang cukup terkenal dikalangan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan) yang besar bagi negara, daerah dan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah satu daya tarik kepariwisataan untuk berbagai daerah di nusantara. Begitu juga halnya di Provinsi Sumatera Utara, keanekaragaman budaya yang dimiliki yang menjadi karakteristik atau keunikan masing–masing daerah adalah merupakan potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata di Indonesia dengan Kota Berastagi


(10)

sebagai pusat kepariwisataan, yang berjarak 66 km dari Kota Medan (Bandara Polonia Medan) dan 11 km dari Kota Kabanjahe sebagai pusat pemerintahan.

Tanah Karo sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa objek wisata yang potensial. Salah satu diantaranya adalah Pajak Buah Berastagi yang terletak di Kota Berastagi. Kota Berastagi sebagai pusat kepariwisataan Karo memiliki aksesibilitas sangat baik, juga memiliki sarana akomodasi dan restoran yang sangat memadai dan fasilitas umum seperti stasiun bus, sarana komunikasi, sarana kesehatan, perbankan serta money changer. Berastagi juga merupakan pintu gerbang perjalanan wisata ke objek wisata lainnya di Sumatera Utara. Di daerah ini kita dapat menikmati keindahan Gunung Sibayak yang masih aktif yang memiliki ketinggian 2.172 meter dan Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.417 meter. Kabupaten Karo sering disebut sebagai “Taneh Karo Simalem”.

Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Berastagi selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Pajak Buah Berastagi, tidak hanya wisatawan dalam negeri tetapi juga wisatawan luar negeri. Besarnya kunjungan wisatawan ke Berastagi, dapat meningkatkan pendapatan daerah setempat.

Pajak Buah Berastagi merupakan suatu pasar tradisional yang menjual berbagai jenis buah, bunga, dan sayuran yang terletak di kawasan pintu masuk Gundaling. Objek wisata ini menghadirkan kegiataan jual-beli segala hasil panen dari petani setempat, juga cenderamata yang bercirikhaskan kota tersebut. Walaupun tradisional, pajak (pasar) yang menjual berbagai jenis buah, bunga, dan


(11)

sayuran di Berastagi cukup rapih, bersih, dan teratur. Hal ini pula yang membuat pasar tersebut mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Objek dan daya tarik wisata Buah Berastagi merupakan salah satu tujuan wisata yang digemari para wisatawan. Namun infrastruktur jalan menuju Berastagi menjadi sorotan banyak pihak, terutama masyarakat pengguna jalan tersebut. Salah satu jalan utama paling dekat yang menghubungkan Kota Medan dengan Berastagi itu kondisinya sangat memprihatinkan. Pada beberapa ruas jalan, masih terdapat jalan yang rusak serta tidak rata. Sehingga bisa berisiko membahayakan pengguna jalan. Bahkan, ada bagian jalan yang ambruk akibat longsor hingga memakan setengah badan jalan. Belum lagi banyak badan jalan yang terus terkikis erosi akibat banjir.

Ternyata tidak hanya infrastruktur jalan yang tak memadai yang menjadi persoalan, masalah kebersihan juga menjadi sorotan, lokasi yang jorok dan minimnya fasilitas umum di lokasi objek wisata itu sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah. Belum lagi sampah yang tiba–tiba merusak pemandangan, teronggok di sudut-sudut taman di Bukit Gundaling. Begitu juga dengan kondisi umum yang tidak terurus, padahal pengunjung sudah membayar retribusi untuk masuk ke lokasi wisata, dan membayar uang kebersihan kamar mandi.

Pasar tradisional Pajak Buah Berastagi merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang


(12)

dimiliki Pajak Buah Berastagi. Pajak Buah Berastagi menjual berbagai jenis buah, bunga, dan sayuran dengan cukup rapi dan teratur. Para penjual selalu mengutamakan kesegaran buah yang mereka dagangkan. Selain itu, di sekeliling Pajak Buah Berastagi banyak ditemukan para pedangan bunga hias, jagung bakar dan rebus, dan terminal sado.

Pasar atau Pajak Buah Berastagi ini sudah berfungsi menjadi pasar sejak zaman kolonial Belanda. Dimana pada saat itu, seluruh hasil panen masyarakat Tanah Karo dijual di pasar tersebut. Selain itu, kuda juga merupakan ikon di daerah ini. Tidak hanya sebagai alat transportasi, susu kuda di Berastagi sangat dicari oleh wisatawan domestik pada saat itu.

Berbagai jenis hasil pertanian dari Berastagi dijual baik di dalam maupun di luar negeri. Ada juga buah yang diolah menjadi makanan dan minuman, seperti sirup markisa, sirup terung belanda, selai stroberi, selai nenas, dan lain sebagainya. Pajak Buah Berastagi dengan keberadaan pasarnya yang cukup potensial sebagai daya tarik wisata, melatarbelakangi penulis untuk mengangkat pasar tradisional ini sebagai objek penelitian dengan judul : “Pajak Buah Berastagi Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo”

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka penulis memberikan batasan–batasan masalah yang akan diangkat dalam kertas karya ini agar penulisan kertas karya ini lebih terarah, yaitu :


(13)

1. Bagaimana eksistensi Pajak Buah Berastagi sebagai objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Karo?

2. Bagaimana potensi Pajak Buah Berastagi sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Karo?

Dengan memberikan batasan masalah tersebut, diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami dari hal yang dijabarkan agar tercapai maksud dan tujuan penulisan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan Diploma - III Program Studi Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan perbandingan antara pengetahuan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan praktek di lapangan.

3. Untuk mengetahui bagaimana Pajak Buah Berastagi menjadi penunjang pariwisata di Kabupaten Karo

4. Sebagai masukan dalam pemikiran pengembangan potensi objek wisata untuk masa yang akan datang.

1.4 Metode Penelitian


(14)

1. Library Researh, yaitu pengumpulan data dan informasi dari beberapa buku pedoman yang berkaitan dengan kepariwisataan dan brosur-brosur yang sesuai dengan judul kertas karya ini.

2. Field Research, yaitu pengumpulan data langsung ke lokasi penelitian yang terdiri dari : Pengamatan (observasi), yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian dan wawancara langsung kepada pihak-pihak (narasumber) yang dapat membantu dalam melengkapi kertas karya ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan kertas karya ini penulis membaginya atas lima bab dan masing-masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini terdiri atas Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II: URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Bab II menguraikan tentang Sejarah Munculnya Pariwisata, Pengertian Pariwisata, Pengertian Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata, Produk Industri Pariwisata.


(15)

BAB III: GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

Pada bab ini akan dibahas mengenai Letak Geografis Kabupaten Karo, Kependudukan, Sistem Mata Pencaharian, Agama, Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo.

BAB IV: PAJAK BUAH BERASTAGI SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA KABUPATEN KARO

Pada bab IV ini akan dideskripsikan dan dijelaskan tentang Informasi Umum Pajak Buah Berastagi, Keunggulan Pajak Buah Berastagi, Kelemahan Pajak Buah Berastagi, Berbagai Jenis Hasil Pertanian Berastagi, Pajak Buah Berastagi Sebagai Daerah Objek Wisata

BAB V: PENUTUP


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Sejarah Munculnya Pariwisata

Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure) dan untuk menghabiskan waktu luang (leisure). Hal ini menjadi bagian penting dalam kehidupan dan gaya hidup di negara –negara maju. Namun demikian memosisikan pariwisata sebagai bagian esensial dalam kehidupan sehari – hari merupakan fenomena yang relatif baru. Hal ini mulai terlihat sejak berakhirnya Perang Dunia II di saat mana pariwisata meledak dalam skala besar sebagai salah satu kekuatan sosial dan ekonomi (MacDonald, dalam Yoeti: 1996)

Sesungguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau perjalanan agama lainnya. Namun demikian tonggak – tonggak sejarah dalam pariwisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo (1245-1324) yang menjelajahi Eropa, sampai ke Tiongkok, untuk kemudian kembali ke Venesia, yang kemudian disusul perjalanan pangeran Henry (1394-1460), Christoper Colombus (141-1506), dan Vasco DA Gama (akhir abad XV). Sedangkan sebagai kegiatan ekonomi, pariwisata baru berkembang pada awal abad ke-19; dan sebagai industri internasional, pariwisata dimulai tahun 1869 (Crick; Graburn dan Jafari; Pitana dan Gayatri, dalam Yoeti: 1996)


(17)

Pada zaman prasejarah, manusia hidup berpindah–pindah (nomadism) sehingga perjalanan yang jauh (tavelling) merupakan gaya dan cara untuk bertahan hidup. Orang primitif sering melintasi tempat yang jauh untuk mencari makanan, minuman, pakaian, dan iklim yang mendukung kehidupannya (Leiper; Theobald; MacDonald; dan Wang, dalam Yoeti: 1996). Sejarah panjang dari nomaden mempengaruhi pikiran manusia sehingga secara tidak sadar membuat aktivitas perjalanan (travel) secara insting menjadi perilaku yang alamiah. Seiring perjalanan waktu, orang dengan sengaja memperperlakukannya karena aktivitas tersebut menyenangkan. Pada abad ke-11 sampai abad ke-15 dalam sejarah peradaban barat, terjadi model baru perjalanan manusia untuk melakukan ziarah ke tempat khusus untuk alasan religius.

Selanjutnya, abad ke-17 sampai abad ke-20 merupakan era perpindahan dan perjalanan manusia melintasi negara (internasional) dan benua (interkontinental). Ini adalah periode migrasi dimana jutaan manusia meninggalkan satu benua untuk bermukim di benua lain (orang Inggris bermukim dan menjadi penduduk Australia dan Amerika, orang China menjadi penduduk Amerika, dan sebagainya). Pendatang tersebut membangun tempat tinggal baru dan memulai beradaptasi dengan tempat baru seolah–olah sebagai ‘tempat aslinya’. Beberapa orang yang telah mencapai tingkat kesejahteraan dan mempunyai waktu luang mulai melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat bermukim baru, tetapi untuk kesenangan dan mengisi waktu luang, atau untuk alasan budaya. Fenomena terkhir inilah yang menjadi potret awal lahirnya pariwisata, yang mulai meledak diakhir abad ke-20. Seiring perjalanan sejarah,


(18)

menurut Theobald, MacDonald dan Wang (dalam Yoeti: 1996), motivasi orang berpergian juga bertambah, tidak hanya untuk berwisata tetapi juga untuk berdagang (ekonomi), perjalanan religius, perang, migrasi, dan keperluan studi.

Istilah tour telah menjadi perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris sejak berabad–abad lalu, yang artinya adalah perjalanan ke suatu tempat yang mana orang tersebut akan kembali ke titik awal dari mana dia berangkat. Kata tour berasal dari Bahasa Latin (Yunani) yang awalnya berarti ‘alat untuk membuat lingkaran’. Journal of Tourism History mengklaim bahwa sebuah keluarga di Eropa, de la Tour, di tahun 1500-an mempunyai bisnis memberangkatkan orang. Nama keluarga ini kemudin menjadi istilah genetik untuk tour/tourist (Leiper, dalam Yoeti 1996). Namun istilah tour yang berarti ‘perjalanan’ baru secara luas dikenal dan dipakai setelah abad ke-16.

Beberapa bentuk perjalanan untuk tujuan yang menyenangkan dikonotasikan dengan tour. Hal ini sedikit berbeda dengan istilah travel yang yang berasal dari kata travail yang secara literal berarti ‘sulit, menyiksa, menyakitkan’ sebagaimana kalimat “I was sorely travailed by my long journey”. Memang, sebelum munculnya alat transportasi modern seperti sekarang ini, perjalanan ke tempat yang jauh umumnya sangat menyiksa, sulit, dan menyakitkan. Travel merupakan bentuk dari kerja sedangkan tour yang kemudian menjadi tourism adalah bentuk dari leisure (kegiatan di waktu luang saat tidak ada pekerjaan atau mengambil tanggung jawab sehari–hari), namu keduanya tidaklah bersifat ekslusif. Travel bisa ditumpangi leisure, dan sebaliknya. (Crick, dalam Syafiie: 2009)


(19)

Sekitar tahun 1740-an di Inggris Raya dan Eropa dikenal istilah Grand Tour yang berarti perjalanan yang cukup panjang tetapi bersifat menyenangkan untuk tujuan pendidikan dan tujuan lain yang bersifat budaya oleh orang muda dari kelas atas. Oleh karenanya, leisure tour atau tourism dianggap memiliki cikal bakal dari perdaban Barat. Saat ini setiap tahun jutaan orang meniru pola tersebut, yang secara luas dikenal sebagai kegiatan pariwisata.

Adam Smith (Leiper, dalam Pitana: 2009), seorang ekonom, menambah akhiran ist ke kata tour untuk membentuk istilah baru di tahun 1770-an. Namun konotasi Adam Smith bersifat negatif dengan menganggap tourist sebagai orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak penting sehingga kurang dihargai. Persepsi Adam Smith disebabkan oleh karena pada zaman tersebut banyak orang mengikuti ritual Grand Tour di kawasan Prancis dan Itali, yang kemudian kehilangan karakter dan jiwa yang menjadi alasan mengapa perjalanan tersebut dilakukan. Ritual ini hanya dilakukan untuk mengikuti rute perjalanan yang sudah ada dalam rangka mendapat pengalaman pribadi melihat situs, kota, dan objek terkenal. Orang–orang yang diberi label wisatawan ada zaman Adam Smith ini, di samping tidak tertarik dengan budaya dari tempat yang dikunjungi, jika tinggal terlalu singkat untuk sekedar memahami sesuatu dibalik apa yang dilihat dalam perjalanannya.

Umumnya perjalanan yang dilakukan dalam era Grand Tour ini adalah untuk kebutuhan hiburan dalam beragam bentuknya, dan kebanggaan status dengan kemampuan mengkalim bahwa mereka sudah pernah ke suatu tempat dan sesuatu di tempat tersebut (dikenal dengan konsep “I have been there”).


(20)

Tahun 1840-an Thomas Cook mulai memberangkatkan sekelompok orang (group) dalam paket modern atau tour inklusif. Mula–mula dalam wilayah England dan kemudian berkembang di dataran Eropa. Istilah wisatawan di zaman Adam Smith mulai mendapat sense bari di zaman Thomas Cook ini. Tahun 1840-an merupk1840-an awal dilakuk1840-annya perjal1840-an1840-an jauh deng1840-an menggunak1840-an sistem transportasi massal.

Pada abad ke-20, khususnya periode tahun 1960 ke 1980, tampak adanya peningkatan pesat pada jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata. Lebih dari 300 orang juta wisatawan internasional tiap tahunnya di beberapa negara tujuan wisata. Sejumlah survai mencatat bahwa jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata di negaranya sendiri sebagai wisatawan domestik jauh lebih besar dari wisatawan internasional.

Bagi Indonesia, jejak pariwisata dapat ditelusuri kembali ke dasawarsa 1910-an, yang ditandai dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), sebuah badan pariwisata Belanda, di Batavia. Badan pemerintahan ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia, khususnya Jawa – Bali. Pada 1926 berdiri pula, di Jakarta, sebuah cabang dari Lislind (Lissonne Lindeman) yang pada 1928 berubah menjadi Nitour (Nederlandsche Indische Touriten Bereau), sebagai anak perusahaan pelayaran Belanda (KPM). KPM secara rutin melayani pelayaran yang menghubungkan Batavia, Surabaya, Bali dan Makasar, dengan mengangkut wisatawan (Spillane, dalam Pitana: 2009).


(21)

2.2 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional layaknya pengertian wisatawan. Tak bisa dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam Pitana (2009: 44) beberapa ahli mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:

“Tourism comprises the ideas an opinions people hold which shape their decisions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or nor to do, abaout how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all the behavioural manifestations of those ideas opinions” (Leiper, 1995, dalam Richardson & Flicker, 2004: 6). “The activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” (WTO, dalam Richardson & Flicker, 2004: 6).

“The sum of the phenomena and relationship arising from the interaction of tourists, businesses, host governments, and host communities, in the process of attracting and hosting these tourists and other visitor” ( MacIntosh, 1980: 8)

“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourists, business supplier, host goverment, host communities, origin governments, universities, community colleges and non-governenmental organisations, in the process of atracting, transporting, hosting, and managing these tourists and other visitors” (Weaver and Opperman, 2003: 3),

“Tourism is defined as the interrelated system that includes tourist and the associalted services that are propived and utilised (facilities, attractions, transportation, and acomodation) to aid in their movement” (Fannel, 1994: 4).

“Tourism comprises the activities of persons, travelling to and staying in place outsides their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” (UNWTO, 1995, dikutip dari Richardson dan Fluker, 2004: 7).


(22)

Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain.

Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen pokok secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:

1. Traveller, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas.

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, dan penghidupan di suatu tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, dalam Pitana: 2009).

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:

1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain;

2. Adanya unsur ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan


(23)

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju (Richardson and Fluker 2004, dalam Pitana: 2009).

Selanjutnya, Mathieson and Wall (1982, dalam Pitana: 2009) mengatakan bahwa pariwisata mencakup tiga element utama, yaitu:

1. a dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata ; 2. a static element, yaitu singgah di daerah tujuan, dan

3. a consequential element, atau akibat dari dua hal di atas (khususnya terhadap masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial, dan fisik dari adanya kontak dengan wisatawan.

2.3 Pengertian Wisatawan

Pengertian umum biasanya dipakai dalam pemikiran dan komunikasi sehari–hari ketika seseorang mendeskrisikan berbagai perilaku atau perwujudan, baik orang maupun tempat yang touristy (temat yang banyak dikunjungi orang sehingga dapat dianggap daerah wisata) atau touristic (sifat yang mencerminkan seseorang berprilaku seperti seorang wisatawan). Beberapa kamus mencoba menstandarisasi pengertian wisatawan tetapi tidak ada yang komprehensif karena ada terlalu banyak variasi arti dan rujukan. Seseorang mungkin berprilaku seperti seorang wisatawan, seperti berjalan – jalan sambil melihat pemandangan dan memotret di sana–sisni. Terlebih lagi kalau, melihat penampilan fisik yang diamati, seperti pakaian, gaya bicara, atau teman berpergiannya yang


(24)

mencerminkan bahwa orang tersebut adalah pengunjung dari daerah lain dalam suatu negara atau dari luar negeri.

Sebagian orang mungkin membatasi pengertiannya tentang wisatawan untuk orang asing, atau pengunjung dari negara lain. Sebagian lagi membatasi pengertian wisatawan sebagai anggota dari suatu grup yang terorganisasi, yaitu tour-group. Pengertian yang tumpang tindih ini terjadi karena beberapa pihak menghubungkan wisatawan dengan konotasi perilaku tertentu berdasarkan berbagai prasangka perilaku yang dapat diamati. Persoalannya adalah berbagai atribut yang melekat pada prsepsi seseorang untuk mengartikan apakah seseorang itu wisatawan atau bukan, juga berbeda–beda.

Kata wisatawan (tourist) merujuk pada orang. Secara umum wisatawan menjadi subset atau bagian dari traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seseorang haruslah seorang traveller atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveller, tetapi tidak semua traveller adalah tourist. Traveller memiliki konesp yang lebih luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan lain sebagainya sebagai aktifitas sehari–hari. Orang–orang menurut kategori ini tidak dapat dikatakan sebagai tourist.

Theobald (2005, dalam Damanik: 2006) mengemukakan beberapa elemen yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan apakah seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan atau tidak menurut standar internasional, yaitu sebagai berikut:


(25)

1. Tujuan perjalanan (purose of trip). Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan selain untuk tujuan bisnis (leisure traveling), walaupun ada kalanya sebuah perjalanan bisnis juga dapat diikuti oleh kegiatan wisata (non-bisnis).

2. Jarak perjalanan dari tempat asal (distance traveled). Untuk tujuan statistik, ketika memerhitungkan jarak total ulang-alik (round trip) antar tempat tinggal dan tujuan wisata. Umumnya jarak yang dipakai bervariasi antara 0-160 km (0-100 mil) tergantung ketentuan masing – masing negara. Oleh karenanya, perjalanan yang dilakukan seseorang, walaupun bukan untuk bisnis, tetapi bila kurang dari ketentuan yang ditetapkan, maka orang tersebut tidak akan dihitung sebagai wisatawan.

Lamanya perjalanan (duration of trip). Umumnya definisi mengenai wisatawan yang mencakup perjalanan aling tidak satu matam (over night) ditemat yang menjadi tujuan perjalanan. Namun adakalanya persyaratan ini dikesampingkan pada kasus perjalanan wisata yang memang didesain kurang dari 24 jam tetapi nyata–nyata berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata, sebagai restoran, atraksi wisata, hotel, dan sebagainya, di daerah tujuan wisata.

2.4 Objek dan Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam,


(26)

budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro (1997:19) bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas : a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

b. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:

• Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nayaman dan bersih.

• Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. • Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

• Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

• Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

• Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

• Kelayakan Finansial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.

• Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.

• Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipetanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.


(27)

• Layak Lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan keegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumberdaya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian.

2.5 Produk Industri Pariwisata

Produk adalah suatu barang yang ditawarkan pada konsumen untuk memperoleh pendapatan (income) melalui sistem perdagangan yang umum berlaku. Produk industri pariwisata tidak banyak berbeda dengan komoditi yang banyak diperdagangkan seperti yang kita ketahui. Dalam perdagangan produk industri pariwisata, juga berlaku hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply).

Produk industri itu dikemas dari bermacam–macam produk perusahaan kelompok industri periwisata yang dikonsumsi wisatawan dalam perjalanan wisata yang dilakukannya. Produk–produk yang membentuk suatu paket wisata (package tour) itu paling sedikit terdiri dari tempat duduk (seats) di pesawat, kamar hotel (rooms) tempat dimana akan menginap, makanan dan minuman (food and bavarages) di restoran, objek dan atraksi wisata yang akan dikunjungi.

Produk industri pariwisata tersebut merupakan produk line yaitu produk yang penggunaannya dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Setiap hotel memiliki ‘main product line’ seperti: kamar (room), makanan (foods), dan minuman (beverages). Produk lain, handuk (towels), sabun (soaps), shampo (shampoo) yang semua digunakan bersamaan waktu mandi. Dalam perjalanan wisata, wisatawan selalu menggunakan secara bersamaan: tempat duduk di


(28)

pesawat (seats), kamar hotel (room), makanan dan minuman (food and beverages) di restoran, hiburan (entertainment), city sighseeing & tours, cenderamata (souvenirshops).

Bila tidak demikian, paket wisata yang dibelinya tidak akan memberikan kepuasan kepada wisatwan, sehingga tujuan untuk bersenang–senang (to pleasure) yang diinginkan tidak dapat terwujud. Yang perlu kita ketahui dalam paket wisata yang disusun oleh BPW, berapa banyak yang ditambahkan untuk membentuk paket wisata yang ditemani oleh calon wisatawan. Harus diingat, adanya product line itu akan membuat paket wisata lebih menarik bagi segmen pasar yang beragam (customer mix) dengan kebutuhan (needs), keinginan (wants), harapan (expectations) yang bermacam–macam (Lundberg, dalam Yoeti: 2008).


(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Kabupaten Karo 3.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2o50’ – 3o19’ Lintang Utara dan 97o55’ – 98o

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang 38’ Bujur Timur. Batas – batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 67 Km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah pertanian penghasil buah–buahan dan bunga–bungaan. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 192.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang. Potensi industri yang ada adalah aneka industri kecil dan


(30)

rumahan yang mendukung pertanian dan kepariwisataan. Potensi sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten Karo cukup potensial namun masih memerlukan survei lapangan. Suhu udara rata – rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4oC – 19,3oC pada waktu malam hari dan 21oC – 22o

C pada siang hari, dengan kelembaban udara rata – rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Kabupaten Karo sama seperti daerah lainnya di Indonesia, memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

3.1.2 Kependudukan, Agama, dan Sistem Mata Pencaharian

Hasil sensus pertengahan tahun 2009, jumlah penduduk Tanah Karo diperkirakan sebesar 370.619 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km2. Kepadatan penduduk diperkirakan 174,22 jiwa/ Km2

Tabel 3.1 Data Pemeluk Agama di Kabupaten Karo

. Laju pertumbuhan penduduk Tanah Karo tahun 2000 – 2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01% per tahun. Mayoritas penduduk Karo memeluk agama Kristen Protestan yakni sekitar 47,93%. Berikut ini data tentang pemeluk agama di Kabupaten Karo

No. Agama Persentase

1. Kristen Protestan 42,93%

2. Kristen Khatolik 28,08%

3. Islam 24,12%

4. Hindu dan Budha 2,48%

5. Lain – lain 2,39%


(31)

Mata pencaharian penduduk yang terutaa adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Karo dijelaskan dalam keterangan berikut :

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Karo No. Mata Pencaharian Persentase

1. Pertanian 79,93%

2. Pedagang 11,49%

3. Pegawai Negeri 9,17%

4. Transportasi 1,13%

5. Konstruksi 1,12%

6. Industri 0,64%

7. Pertambangan 0,32%

8. Keuangan 0,09%

9. Perusahaan Listrik, Gas, Air mineral 0,87%

10. Lain – lain 0,37%

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. 2010

3.1.3 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabuaten Karo

Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Kabupaten Karo didominasi oleh ODTW alam, budaya, dan minat khusus. Dilihat dari potensi keariwisataan, daerah ini memiliki objek wisata menarik meskipun objek wisata yang ada sebagian belum dikelola dengan optimal. Objek–objek wisata tersebut tersebar di hampir seluruh penjuru wilayah Kabupaten Karo. Dinas pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo melakukan identifikasi mengenai tinjauan beberapa kebijaksanaan dan hasil pengamatan survei lapangan terdapat objek wisata alam, objek wisata budaya, peninggalan sejarah serta beberapa atraksi wisata yang


(32)

menyebar disetiap wilayah kecamatan. Secara rinci sebaran obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo

No. Jenis dan Nama Objek Wisata

Lokasi Objek Wisata

Desa Kecamatan

A. Wisata Alam

1. Air Terjun Sikulikap Doulu Berastagi

2. Panorama Doulu Doulu Berastagi

3. Lau Debuk – Debuk Semangat Gugung Merdeka 4. Taman Mejuah – Juah Gundaling – II Berastagi 5. Bukit Gundaling Gundaling – I Berastagi

6. Deleng Kutu Gurusinga Berastagi

7. Tahura Dolat Rakyat Dolat Rakyat

8. Air Panas Alam Semangat Gugung

Semangat Gugung Merdeka 9. Gunung Sibayak Jarang Uda Merdeka 10. Danau Lau Kawar Kuta Gugung Naman Teran 11. Gunung Sinabung Sigarang – Garang Naman Teran

12. Uruk Tuhan Bekerah Naman Teran

13. Gua Liang Dahar Lau Buluh Kuta Buluh 14. Air Terjun Belingking Mburidi (DAS Lau

Biang)

Kuta Buluh 15. Air Terjun Sipiso – Piso Penghambatan Merek 16. Gunung Sipiso – Piso Situnggaling Merek 17. Tongging, Sikodon – Kodon Tongging Merek

18. Taman Simalem Tongging Merek

19. Gua Ling – Ling Gara Kuta Pengkih Mardinding 20. Padang Pengembala Nodi Mbal – Mbal Petarum Lau Biang

21. Gunung Barus Basam Barus Jahe

22. Gua Roci Basam Barus Jahe

B. Wisata Kuliner/Belanja

1. Pasar Tradisional Berastagi - Berastagi

2. Pasar Buah Berastagi - Berastagi

3. Pasar Bunga Berastagi - Berastagi

C. Agrowisata

1. Agrowisata Tanaman Pangan dan Perkebunan (Hamparan Padi, Kopi, dll)

Menyebar di seluruh kecamatan 2. Agrowisata Buah – Buahan

(Kebun Jeruk, Markisah, dll) 3. Agrowisata Sayur – Sayuran

(Kol, Wortel, Kentang, Tomat, dll) 4. Agrowisata Tanaman Bunga – Bungaan


(33)

4. Pasar Buah Dokan Dokan Merek

D. Wisata Budaya

1. Desa Budaya Peceren Peceren/Simp. Raya Berastagi 2. Desa Budaya Lingga Lingga Simpang Empat

3. Desa Budaya Dokan Dokan Merek

4. Pakaian Adat (Uis Karo)

Menyebar di wilayah Kabupaten Karo 5. Benda Budaya dan Situs

E. Peninggalan Sejarah

1. Puntung Meriam, Putri Hijau Sukanalu Tigapanah

2. Legenda (Cerita Rakyat) -

F. Wisata Minat Khusus

1. Arung Jeram/Rafting Aliran DAS Lau Biang, Perbesi 2. Gantole dan Paralayang Tongging

3. Lintas Alam/Tracking

-Rute perjalanan Berastagi – Bukit Lawang

-Rute perjalanan Berastagi – Bandar Baru melalui Gunung Barus

-Rute perjalanan Berastagi – Semangat Gunung melalui Desa Lau Gumba

G. Atraksi Wisata

1. Hari Kemerdekaan

Menyebar diseluruh kecamatan 2. Tari Ndurung

3. Ndikar Dance 4. Tari Baka 5. Tari Tongkat 6. Erpangir Ku Lau 7. Upacara Perumah Begu 8. Erdemu Bayu

9. Ngampaken Tulan – Tulan 10. Pesta Tahunan

Sumber : Hasil identifikasi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, 2010

Sarana dan prasarana yang memadai juga menjadi salah satu penunjang pariwisata Kabupaten Karo. Penyediaan air bersih yang berasal dari PAM, listrik dari PLN untuk kepentingan industri dan masyarakat, jaringan jalan raya yang teratur, dan jaringan telekomunikasi yang memadai adalah prasarana yang ada di Kabupaten Karo untuk menunjang pertumbuhan industri pariwisata. Adapun


(34)

sarana–saran pendukung industri pariwisata berupa hotel berbintang, restoran, travel agent, money changer, dan pusat kesehatan.

Berikut ini dalah beberapa daftar nama hotel berbintang, restoran, travel agent, money changer, dan pusat kesehatan yang ada di Kabupaten Karo

Tabel 3.3 Daftar Kamar Hotel Berbintang di Kabupaten Karo

No Nama Hotel Kelas Jumlah

Kamar Alamat Telepon

1. Mikie Holiday

Resort **** 129

Jl. Jamin Ginting

0628-91650 2. Sibayak

Internasional **** 113 Jl. Gundaling

0628-91301 3. Sinabung Resort **** 104 Jl. Kolam

Renang

0628-91400 4. Mutiara **** 120 Jl. Medan –

Berastagi

0628-91331 5. Mega View **** 80 Jl. Medan –

Berastagi

0628-91650

6. Rudang ** 72 Jl. Medan –

Berastagi

0628-91313 7. Bukit Kubu ** 40 Jl. Medan –

Berastagi

0628-91524 8. Berastagi Cottage * 76 Jl. Gundaling

0628-91346 9. Danau Toba

Inters * 34 Jl. Gundaling

0628-91346 10. G.M Pangabean * 13 Jl. Gundaling

0628-91667 11. Bere Karona * 23 Jl. Pendidikan

0628-91288 12. Hotel City Inn * 6 Jl. Jamin

Ginting

0628-91346 Sumber : Brosur Pariwisata Kabupaten Karo

Tabel 3.4 Daftar Restoran di Kabupaten Karo

No Restoran Alamat Makanan Spesifik

1. Asia Restoran Jl. Veteran No. 20 Chinese, European 2. Eropah Jl. Veteran No.60 Chinese, European


(35)

3. Budiman Jl. Veteran No. 62 Indonesian 4. Budi Jaya Jl. Veteran No.51 Indonesian 5. Bundo Kanduang Jl. Veteran No.21 Indonesian

6. Siang Malam Jl. Tri Murti I No. 91 Chinese,European,Indonesian 7. Andalas Jl. Mesjid No. 157 Indonesian

8. Muslimin Jl. Veteran No. 378 Indonesian 9. Sehat Jl. Veteran No.315 Chinese

10. Garuda Jl. Veteran No.10 Chinese, European 11. Terang Jl. Veteran No.369 Chinese

12. Reymond Jl. Veteran No.49 European Sumber : Brosur Pariwisata Kabupaten Karo

Tabel 3.5 Beberapa Tempat Penukaran Mata Uang di Kabupaten Karo

No Money Changers Alamat Telepon

1. PT. Pesiar Indah Travel Jl. Veteran No. 14 Berastagi 0628-91514 2. Duta Wisata Travel Jl. Veteran No. 93 Berastagi 0628-92767 3. PT. Trans Travel Jl. Veteran No. 119 Berastagi 0628-91122 Tabel 3.5 Daftar Biro Perjalanan/Agen Perjalanan di Kabupaten Karo

No Biro/Agen Perjalanan Alamat Telepon

1. PT. Trans Travel Jl. Bambu Runcing No. 25 Kabanjahe

0628-323674 2. PT. Sutra Travel Jl. Veteran No. 2

Kabanjahe

0628-20511 3. PT. Berastagi Duta Wisata Jl. Veteran No. 20

Kabanjahe

0628-324048 4. PT. Sempakata Travel Jl. Veteran No. 14

Kabanjahe

0628-324019 5. PT. Natrabu National Jl. Kapten Bangsi

Sembiring No. 17 Kabanjahe

0628-323556 6. PT. Bynanga Wisata Jl. Mariam Ginting No. 64

(Simp. Enam) Kabanjahe

0628-20997 7. Kartika Tour & Travel Jl. Kapten Bangsi

Sembiring No. 18 Kabanjahe

0628-324083 8. PT. Pesiar Indah Travel Jl. Veteran No. 14

Berastagi

0628-91514 9. Duta Wisata Travel Jl. Veteran No. 93

Berastagi

0628-92767 10. PT. Trans Travel Jl. Veteran No. 119 0628-91122


(36)

Berastagi Sumber : Brosur Pariwisata Kabupaten Karo 3.2 Kota Berastagi

Kota Berastagi adalah kota kecil di Tanah Karo, Sumatera Utara yang sudah lama akrab dengan kunjungan wisatawan sebagai salah satu tujuan wisata lokal di Indonesia. Melepas penat dalam kesejukan dataran tinggi sambil memetik buah jeruk di kebun-kebun petani Karo menjadi alasan banyak orang datang ke Kota Berastagi. Seperti Jakarta yang memiliki tempat peristirahatan di daerah Puncak Bogor, Bali memiliki Kintamani dan Bedugul, Jawa Timur memiliki Batu dan Malang, dan Sumatera Barat memiliki Bukit Tinggi, maka Berastagi menjadi icon Sumatera Utara. Di kota kecil itulah tempat menikmati hijaunya dedaunan dan sejuknya alam perbukitan.

Secara geografis, Berastagi berada di dataran tinggi sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (dpl). Masuk dalam kawasan Bukit Barisan dengan diapit dua gunung aktif, Gunung Sibayak dengan ketinggian 2.100 meter dpl dan Gunung Sinabung pada ketinggian 2.400 meter dpl dengan Danau Lau Kawar di kakinya. Jalanan berkelok-kelok ciri khas Jalur Lintas Sumatera dengan pepohonan khas daerah perbukitan menjadi pemandangan yang indah sepanjang jalan. Berastagi memang berada di kawasan perbukitan. Jalanan sempit dan bergelombang harus dilewati sejauh lebih kurang 60 kilometer dari ibukota provinsi, Kota Medan kurang lebih dengan menempuh waktu perjalanan sekitar dua jam

Kota wisata yang ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik mauun mancanegara, kini mengalami kemerosotan. Hal ini bisa dilihat dari


(37)

sejumlah wisatawan yang berkunjung semakin berkurang. Secara statistik, jumlah kunjungan wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara

Tahun Wisatawan Nusantara

Wisatawan

Mancanegara Jumlah

Total Kunjungan Wisatawan (*)

2005 218,963 8,365 227,328 295,526

2006 374,233 4,665 378,898 492,567

2007 395,923 6,242 402,165 522,815

2008 405,875 6,483 412,358 536,065

2009 434,614 6,491 441,132 573,472

2010 402,102 5,796 407,898 530,267

2011 406,245 5,500 411,745 535,269

(*) Total kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo dihitung dari jumlah kunjungan wisatawan yang memasuki objek wisata ditambah dengan jumlah wisatawan yang tidak memasuki objek wisata (diperkirakan 30% dari kunjungan wisatawan

Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Karo, 2012

Salah satu kendala dalam pengembangan kepariwisataan pada saat ini adalah kurangnya daya tarik objek itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena keaslian alam atau kealamian objek wisata itu hampir hilang. Disamping itu kurangnya perhatian pemerintah dan ketidakpedulian masyarakat setempat sehingga banyak objek wisata di Kabupaten Karo yang tidak terawat dan hampir rusak total.

Adapun beberapa kendala lain, adalah sebagai berikut: a. Infrastruktur

Infrastruktur jalan Medan-Berastagi belakangan ini terus menjadi sorotan banyak pihak, terutama masyarakat pengguna jalan tersebut. Satu-satunya jalan


(38)

utama paling dekat yang menghubungkan Medan dengan Berastagi itu kondisinya sangat memprihatinkan.

Di beberapa ruas jalan, masih terdapat jalan yang rusak serta tidak rata. Sehingga bisa beresiko membahayakan pengguna jalan. Bahkan, ada bagian jalan yang ambruk akibat longsor hingga memakan setengah badan jalan. Belum lagi banyak badan jalan terus terkikis erosi akibat banjir.

Jalannya sempit juga seringkali menyebabkan kemacetan arus lalu lintas, baik dari Medan maupun yang dari Berastagi. Pada hari-hari libur atau musim liburan sekolah, kemacetan yang terjadi bahkan bisa berkilo-kilometer dan terpaksa harus menunggu berjam-jam jika mengendarai mobil, akibatnya banyak pengendara sepeda motor yang mengambil jalan di sisi kanan jalan hingga memasuki bagian jalan yang berlawanan arah. Selain beresiko tinggi terhadap pengendaranya karena bisa saja menyebabkan kecelakaan, hal ini juga semakin menambah kemacetan yang terjadi.

b. Masalah Kebersihan

Ternyata tidak hanya infrastruktur jalan yang menjadi persoalan, masalah kebersihan juga menjadi sorotan. Lokasi yang jorok dan minimnya fasilitas umum di lokasi objek wisata itu sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah, banyak wisatawan yang mengeluhkan hal tersebut. Dimana-mana di sekitar lokasi Bukit Gundaling dan kawasan Pasar Buah yang berada di jantung Kota Berastagi, kotoran kuda yang dijadikan angkutan wisata di daerah tersebut berserakan.


(39)

Aromanya pun menusuk hidung. Belum lagi sampah yang tiba-tiba merusak pemandangan, teronggok di salah satu sudut taman di Bukit Gundaling. Begitu pun kondisi toilet umumnya jangan ditanya lagi, betapa tidak terurusnya. Padahal, pengunjung sudah membayar retribusi untuk masuk ke lokasi wisata, dan membayar uang kebersihan kamar mandi.

Jika dibandingkan dengan provinsi tetangga, seperti di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, kondisinya sangat jauh berbeda. Padahal di kota wisata yang berada di Ranah Minang itu juga terdapat angkutan wisata kuda delman, sama seperti di Berastagi. Namun, pemerintah daerahnya melarang keras adanya kotoran kuda yang berserakan. Selain itu, juga banyak fasilitas umum lainnya di kawasan taman Bukit Gundaling yang kumuh dan sudah rusak. Terutama beberapa tempat bersantai yang dibangun di tengah-tengah taman yang sudah tak layak lagi di sebuah lokasi wisata. Begitu juga dengan lokasi parkir yang tidak tertata dengan rapi. Maka tak heran jika wisatawan yang berkunjung ke Berastagi terus menurun setiap tahun. Bahkan, jika Anda datang ke kota ini, sudah tak banyak lagi turis asing yang bisa dijumpai. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, turis-turis yang berjalan kaki di pusat kota Berastagi sudah menjadi hal yang biasa.

c. Perhatian Bersama

Persoalan ini tentu saja menjadi permasalahan kita bersama sebagai warga Sumatera Utara umnumnya dan masyarakat Karo khususnya, demi mengembangkan pariwisata di daerah ini. Jika tidak kita yang melakukan, siapa


(40)

lagi yang akan peduli dengan negeri kita. Namun, anehnya perhatian pemerintah setempat seakan-akan sudah berkurang, bahkan mulai pudar.

Sebagai salah satu destinasi tujuan wisata, apalagi sudah dikenal di tingkat nasional bahkan hingga ke luar negeri, seharusnya pemerintah daerah memperhatikan hal ini. Misalnya infrastruktur jalan, jika bagus tentunya akan lebih memudahkan akses wisatawan untuk mendatangi Berastagi. Namun, jika keadaan ini terus dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak akan mungkin Brastagi akan semakin dilupakan orang. Siapa lagi yang mau datang ke Berastagi jika hanya untuk menghabiskan waktu berjam-jam terjebak dalam kemacetan panjang hingga puluhan kilometer


(41)

BAB IV

PAJAK BUAH BERASTAGI SEBAGAI OBJEK DAN DAYA

TARIK WISATA DI KABUPATEN KARO

4.1Pajak Buah Berastagi sebagai Daerah Objek Wisata

Pajak Buah Berastagi merupakan objek wisata yang banyak diminati baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Lebih dari 3000 jiwa/bulan mengunjungi pasar tradisional ini untuk membeli atau sekedar melihat hasil panen dari petani setempat. Sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Karo, Pajak Buah Berastagi memiliki unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata. Adapun pengertian objek wisata, yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.

Mengenai pengertian objek wisata,

1.

kita dapat melihat beberapa sumber acuan antara lain :

2.

Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi”.

SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “tempat atau keadaan alam


(42)

yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu :

1. Adanya something to see

Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat, sementara itu Pajak Buah Berastagi merupakan suatu pasar tradisional yang rapi dan teratur menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Berastagi.

2. Adanya something to buy

Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli. Dimana pada Pajak Buah Tradisonal ini banyak berbagai jenis buah, bunga dan sayur untuk do beli sebagai oleh – oleh wisatawan yang telah berkunjung ke tempat ini.

3. Adanya something to do

Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu. Selain membeli buah, bunga dan sayur, para wisatawan juga bias melakukan aktifitas lain seperti mengelilingi Kota Berastagi dengan menggunakan sado.


(43)

1.

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata. Selain itu Pajak Buah Berastagi juga sudah memenuhi syarat sebagai daerah objek wisata yang pantas dikunjungi. Adapun syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

2.

Sudah mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.

4.2 Aksesibilitas Pajak Buah Berastagi

Mengunjungi kawasan Kota Berastagi memiliki banyak keuntungan. Keunggulan berwisata di Berastagi tidak hanya ketika telah sampai lokasi, tetapi sejak dalam perjalanan menuju tempat ini. Keistimewaan ini disebabkan oleh banyaknya jalan alternatif untuk mencapai Tanah Karo, dan Berbagai jalan alternatif tersebut menawarkan pengalaman wisatanya masing–masing.


(44)

(Sumber : Kemit: 2012) Gambar 4.2

(Sumber : Kemit: 2012)

Pajak Buah Berastagi sebagai salah satu objek dan daya tarik wisata di Kota Berastagi merupakan suatu pasar tradisional yang menjual berbagai jenis buah, bunga, dan sayuran. Terletak di kawasan pintu masuk Gundaling. Objek wisata ini menghadirkan kegiataan jual beli segala hasil panen dari petani setempat juga ole-ole yang bercirikhaskan kota tersebut. Walaupun tradisional, pajak (pasar) yang menjual berbagai jenis buah, bunga, dan sayuran di Berastagi


(45)

cukup rapih dan teratur. Hal ini pula yang membuat pasar tersebut mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Berastagi terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata di Indonesia, sebagai pusat kepariwisataan berjarak 66 km dari Kota Medan (Bandara Polonia Medan) dan 11 km dari Kota Kabanjahe sebagai pusat pemerintahan. Di beberapa ruas jalan, masih terdapat jalan yang rusak serta tidak rata. Sehingga bisa beresiko membahayakan pengguna jalan. Bahkan, ada bagian jalan yang ambruk akibat longsor hingga memakan setengah badan jalan. Belum lagi banyak badan jalan terus terkikis erosi akibat banjir.

Jalannya sempit juga seringkali menyebabkan kemacetan arus lalu lintas, baik dari Medan maupun yang dari Berastagi. Pada hari-hari libur atau musim liburan sekolah. Kemacetan yang terjadi bahkan bisa berkilo-kilometer dan terpaksa harus menunggu berjam-jam jika mengendarai mobil, akibatnya banyak pengendara sepeda motor yang mengambil jalan di sisi kanan jalan hingga memasuki bagian jalan yang berlawanan arah. Selain beresiko tinggi terhadap pengendaranya karena bisa saja menyebabkan kecelakaan, hal ini juga semakin mempertambah kemacetan yang terjadi.


(46)

Pajak Buah Berastagi menjual berbagai jenis buah, bunga, dan sayuran dengan cukup rapih dan teratur. Para penjual selalu mengutamakan kesegaran buah yang mereka dagangkan. Semua jenis buah, bunga, dan sayuran yang dijual di Pajak Buah Berastagi merupakan hasil panen dari masyarakat setempat. Beberapa buah, bunga, dan sayuran yang menjadi andalan di Pajak Buah Berastagi antara lain sebagai berikut :

a. Buah Biwa

Buah Biwa adalah salah satu varietas unggulan dari Tanah Karo. Yang menjadi salah satu ciri khas/ oleh – oleh dari Tanah Karo Simalem. Tanaman Biwa ini sangat cocok tumbuh di dataran tinggi salah stuya di Tanah Karo. Buah Biwa sangat digemari wisatawan domesik. Buah yang memiliki harga jual yang sangat mahal dan jarang ditemukan di pasar pada umumnya dapat ditemukan di Pajak Buah Berastagi pada musim tertentu. Buah Biwa ini memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi. Tidak jarang wisatawan menjadikan buah ini menjadikan buah ini sebagai salah satu ole–ole dari Berastagi khususnya wisatawan luar negeri. Rasa buah Biwa ini masam kalau masih muda, dan amas – asam manis kalau sudah matang, serta memiliki warna mencolok yang sangat menggoda.


(47)

(Sumbe b. Markisa Hitam

Markisa adalah salah satu jenis komoditi buah yang memiliki kandungan vitamin yang tinggi yang berguna untuk kesehatan. Penanaman markisah dinyatakan menguntungkan karena produksi pertamanya hanya kira–kira 10 bulan setelah masa tanam. Setelah itu masa panen bisa setiap minggunya. Kabupaten Karo khususnya Kota Berastagi adalah sentra produksi markisah di Sumatera Utara. Buah markisah diolah oleh masyarakat menjadi sirup. Sirup markisah Berastagi tidak hanya dijual pada masyarakat lokal tetapi juga domestik. Hingga saat ini sirup ini menjadi salah satu ole–ole ciri khas dari Berastagi yang menarik perhatian wisatawan.


(48)

(Sumbe c. Buah Kesemek

Di Indonesia, Malaysia, dan Thailand produksi kesemek hanya cukup untuk konsumsi lokal. Sumatera Utara khususnya wilayah Berastagi diwaktu lalu pernah secara tetap mengirimkan kesemek untuk Singapura. Namun kini terhenti karena kualitasnya terdesak oleh kesemek produk lain. Kesemek menjadi buah yang digemari oleh wisatawan yang berkunjung ke Pajak Buah Berastagi dikarenakan buahnya yang langka dan memiliki bentuk dan rasa yang unik.


(49)

(Sumbe d. Tomat Keluat/ Cherry

Tomat Keluat atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Tomat Cherry merupakan salah satu buah yang dijual di Pajak Buah Berastagi. Berbeda dengan jenis tomat lainnya, tomat yang satu ini memiliki ukuran yang sangat kecil. Ukuran tomat yang sangat kecil ini sangat menarik perhatian wisatawan. Banyak wisatawan yang membeli tomat ini untuk dimakan sebagai cemilan, dan ada juga yang dijadikan sebagai salad. Tomat Cherry ini dipercaya dapat memulihkan fungsi lever dan serangan empedu serta mencegah penggumpalan dan pembekuan darah penyebab stroke dan penyakit jantung.


(50)

(Sumbe e. Bunga Gladiol/ Kaladiol

Bunga Gladiol/ Kaladiol adalah salah satu bunga yang banyak dihasilkan dari pertanian Berastagi. Bunga yang memiliki warna yang sangat beragam ini banyak menarik perhatian wisatawan. Banyak wisatawan yang datang ke Pajak Buah Berastagi untuk mencari bunga ini untuk dijadikan sebagai bagian dari acara tradisional, rangkaian bunga, dan juga ada yang mencari bibit untuk di tanam di halaman rumahnya


(51)

(Sumbe f. Bunga Terompet

Bunga yang memiliki bentuk seperti terompet ini sangat dicari oleh wisatawan. Selain bentuknya yang unik, aroma serta warnanya sangat menarik perhatian. Bunga ini termasuk bunga yang banyak ditanam oleh para petani dari Berastagi

Gambar 4.8


(52)

g. Bunga Kala

Bunga sejenis bunga anthurium ini merupakan salah satu bunga andalan Berastagi. Bunga yang memiliki dua warna merah dan putih ini banyak digunakan oleh masyarakat setempat sebagai bunga hias dikarenakan bunga ini mempu bertahan di dalam air kurang lebih 8–9 hari.

Gambar 4.9

(Sumber : Kemit: 2012) h. Sayur Kurma Parit

Sesuai dengan namanya, sayur ini ditanam di rawa–rawa. Sayur yang hanya ditemukan di Berastagi ini sangat populer di kalangan masyarakat Tanah Karo. Selain harga yang murah, sayur kurma parit ini memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi sekali.


(53)

Kikik Kol merupakan sayur yang sangat mudah ditemukan di Pajak Buah Berastagi. Sayur ini merupakan anak atau tunas tanaman kol. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Pajak Buah Berastagi mencari sayur ini karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.

j. Peleng

Sayur peleng merupakan sayur sejenis bayam yang baru saja dikembangbiakkan di daerah Berastagi sejak tahun 2004. Sayur jenis baru ini mendapat pasar yang menarik hingga Sungapura. Petani Berastagi meraup keuntungan yang cukup besar dari tanaman sayur jenis baru tersebut.


(54)

(Sumber :

Pasar tradisional Pajak Buah Berastagi merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak diliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki Pajak Buah Berastagi.

Gambar 4.11


(55)

Gambar 4.12

(Sumber : Kemit: 2012)

Pajak Buah Berastagi memiliki kelemahan tersendiri, di sekitar lokasi kawasan pasar yang berada di jantung Kota Berastagi ini, kotoran kuda yang dijadikan angkutan wisata di daerah tersebut berserakan di sana-sini. Baunya pun menusuk hidung.

Belum lagi sampah yang tiba-tiba merusak pemandangan, teronggok di salah satu sudut taman di pasar tersebut. Begitu pun kondisi toilet umumnya jangan ditanya lagi, betapa tidak terurusnya. Padahal, pengunjung sudah membayar retribusi untuk masuk ke lokasi wisata, dan membayar uang kebersihan kamar mandi.

3.

4.

Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

Sudah menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.


(56)

BAB V

PENUTUP


(57)

5.1 Kesimpulan

Dari keterangan yang telah diuraikan di atas jelas bagi kita bahwa Pajak Buah Berastagi memiliki potensi sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Karo, dan sangat memegang peranan penting bagi kemajuan perekonomian penduduk setempat, dan untuk meningktkan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kota Berastagi.

Dengan adanya Pajak Buah Berastagi maka hasil pertanian penduduk memiliki wadah sebagai tempat untuk menjual hasil panennya. Di samping itu dengan adanya Pajak Buah Berastagi sebagai wadah untuk menjual hasil panennya, pasar tradisional tersebut menunjukkan bahwa Kota Berastagi memiliki tanah yang subur dan makmur. Oleh karena itu, perlu sekali diadakan pemeliharaan, pengembangan, perawatan yang khusus bagi pasar tradisional tersebut agar tetap berjalan dengan baik.

Wisatawan-wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara khususnya ke Kota Berastagi, dan yang ingin melihat dan mengetahui hasil pertanian di Kabupaten Karo dapat mengunjungi Pajak Buah Berastagi.

Pengunjung Pajak Buah Berastagi berasal dari kalangan anak–anak sampai dewasa, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Pajak Buah Berastagi memiliki daya tarik yang cukup tinggi dan unik untuk menarik wisatawan berkunjung ke pasar tradisional tersebut.


(58)

1. Bagi para pengunjung Pajak Buah Berastagi, Kabupaten Karo hendaknya ikut berpartisipasi menjaga kebersihan dan ketentraman wilayah pasar tradisional tersebut.

2. Masyarakat harusnya lebih sadar bahwa pasar tradisional khususnya Pajak Buah Berastagi sangat berperan penting dalam menunjang pengembangan kepariwisataan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Tahun 2012 Kabupaten Karo. Brosur Objek Wisata di Kabupaten Karo 2012

Damanik, Janianton. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.

Pitana, I Gde. 2009. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: CV. Mandar Maju.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.


(1)

(Sumber :

Pasar tradisional Pajak Buah Berastagi merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak diliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki Pajak Buah Berastagi.

Gambar 4.11


(2)

Gambar 4.12

(Sumber : Kemit: 2012)

Pajak Buah Berastagi memiliki kelemahan tersendiri, di sekitar lokasi kawasan pasar yang berada di jantung Kota Berastagi ini, kotoran kuda yang dijadikan angkutan wisata di daerah tersebut berserakan di sana-sini. Baunya pun menusuk hidung.

Belum lagi sampah yang tiba-tiba merusak pemandangan, teronggok di salah satu sudut taman di pasar tersebut. Begitu pun kondisi toilet umumnya jangan ditanya lagi, betapa tidak terurusnya. Padahal, pengunjung sudah membayar retribusi untuk masuk ke lokasi wisata, dan membayar uang kebersihan kamar mandi.

3.

4.

Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

Sudah menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.


(3)

BAB V

PENUTUP


(4)

5.1 Kesimpulan

Dari keterangan yang telah diuraikan di atas jelas bagi kita bahwa Pajak Buah Berastagi memiliki potensi sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Karo, dan sangat memegang peranan penting bagi kemajuan perekonomian penduduk setempat, dan untuk meningktkan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kota Berastagi.

Dengan adanya Pajak Buah Berastagi maka hasil pertanian penduduk memiliki wadah sebagai tempat untuk menjual hasil panennya. Di samping itu dengan adanya Pajak Buah Berastagi sebagai wadah untuk menjual hasil panennya, pasar tradisional tersebut menunjukkan bahwa Kota Berastagi memiliki tanah yang subur dan makmur. Oleh karena itu, perlu sekali diadakan pemeliharaan, pengembangan, perawatan yang khusus bagi pasar tradisional tersebut agar tetap berjalan dengan baik.

Wisatawan-wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara khususnya ke Kota Berastagi, dan yang ingin melihat dan mengetahui hasil pertanian di Kabupaten Karo dapat mengunjungi Pajak Buah Berastagi.

Pengunjung Pajak Buah Berastagi berasal dari kalangan anak–anak sampai dewasa, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Pajak Buah Berastagi memiliki daya tarik yang cukup tinggi dan unik untuk menarik wisatawan berkunjung ke pasar tradisional tersebut.


(5)

1. Bagi para pengunjung Pajak Buah Berastagi, Kabupaten Karo hendaknya ikut berpartisipasi menjaga kebersihan dan ketentraman wilayah pasar tradisional tersebut.

2. Masyarakat harusnya lebih sadar bahwa pasar tradisional khususnya Pajak Buah Berastagi sangat berperan penting dalam menunjang pengembangan kepariwisataan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Tahun 2012 Kabupaten Karo. Brosur Objek Wisata di Kabupaten Karo 2012

Damanik, Janianton. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.

Pitana, I Gde. 2009. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: CV. Mandar Maju.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.