KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG.
No. 20/Pkh-S1/FIP-UPI/AGUSTUS/2013
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
MARYAM NURHANI
0909545
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Oleh
MARYAM NURHANI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Maryam Nurhani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
MARYAM NURHANI
NIM 0909545
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN
OLEH :
Pembimbing I
Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd
NIP. 195202151983011001
Pembimbing II
dr. Riksma Nurahmi RA, M.Pd
NIP. 197511182005012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP. 195607221985011001
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan membuat kerupuk
dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota
Bandung.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif model
penelitian eksplorasi. Subyek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita tingkat
SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung sebanyak 4 orang. Metode pengumpulan
data penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 4 subyek anak tersebut 2
orang mampu menyebutkan alat-alat, bahan-bahan dan mempraktekan cara
pembuatan kerupuk dari tahapan-tahapan awal sampai akhir tanpa bantuan guru,
sedangkan 2 orang lagi dalam menyebutkan bahan-bahan, menimbang, membentuk
adonan dan penggirisan kerupuk masih dibantu guru. Strategi yang digunakan dalam
proses pembelajaran membuat kerupuk ini yaitu dengan strategi kontekstual dengan
mengimplemnetasikan diantara 7 komponen-komponen utama.
Pada proses membuat kerupuk ini hambatan yang dialami anak yaitu ketika
menyebutkan bahan-bahan, menimbang, kemudian pada saat membentuk adonan,
mengiris/memotong kerupuk dan hambatan yang berkaitan konsentrasi serta cepat bosan.
Upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dengan memberi contoh langsung kepada
anak yang bersangkutan dan mengajarkannya secara berulang-ulang.
Kata kunci : kemampuan, membuat kerupuk, strategi kontekstual, anak tunagrahita ringan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat
SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK MELALUI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA
TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab
tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: Pertama, Bagaimana proses pembelajaran
keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual bagi anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?. Kedua,
Apakah dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui
pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan ?. 3. Bagaimana cara mengatasi
hambatan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membuat
kerupuk melalui pendekatan kontekstual?
Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena
masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan yang bersifat deskriptif yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan cara mengatasi hambatan siswa
dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk ini melalui pendekatan
kontekstual.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa : proses pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual dengan mengimplemntasikan ke 7
komponen utama yaitu unsur kontruktivisme (contructivisme), penemuan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment), sehingga pembelajaran tidak membosankan, dapat membuat siswa
terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang dapat membantu mereka
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi
kehidupan nyata, dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui
pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan dalam hal konsentrasi, mudah
cepat bosan.
Adapun dalam mengatasi hambatan anak tersebut yaitu dengan memberikan
kembali praktek secara kontinyu sehingga siswa dapat terampil melakukannya, dan
memberikan motivasi dengan pengertian seperti jika mereka bisa membuat kerupuk
kemudian dijual maka akan menghasilkan uang.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat
SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
ii
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….
1
B. Fokus Masalah ………………………………………………….
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………
5
1. Tujuan ………………………………………………………….
5
2. Kegunaan Penelitian …………………………………………...
5
2.1 Kegunaan Teoritis …………………………………………
5
2.2.Kegunaan Praktis ………………………………………….
5
BAB II PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK
6
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN ………………………………………
A. Pengertian Tunagrahita ………………………………………….
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
B. Klasifikasi Tunagrahita ………………………………………….
7
C. Karakteristik Tunagrahita Ringan ………………………………
8
D. Perkembangan Anak ……………………………………………
10
E. Kajian tentang kemampuan membuat kerupuk…………………..
12
1. Pengertian kemampuan ………………………………………
12
2. Pengertian kerupuk ………………………………………….
14
3. Langkah-langkah membuat kerupuk ………………………...
14
F. Strategi Kontekstual ………………………………………….
16
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….
19
A. Tempat Penelitian ……………………………………………...
19
B. Metode Penelitian ……………………………………………..
20
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data …………………...
20
D. Pengujian Keabsahan Data …………………………………….
33
E. Analisis Data …………………………………………………...
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………
36
A. Hasil Pengujian Keabsahan Data ……………………………….
36
B. Hasil Penelitian …………………………………………………
58
C. Pembahasan …………………………………………………….
63
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V Kesimpulan dan Saran ………………………………………………
65
A. Kesimpulan ………………………………………………………
65
B. Saran ……………………………………………………………..
67
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
69
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Inovasi pendidikan saat ini mengarah pada pembentukan kecakapan
kegiatan hidup sehari-hari (life skills), artinya pendidikan disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang diinginkan peserta didik sesuai dengan potensi dan
budaya masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab I, pasal I, ayat 1 yang menyatakan :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang
kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pendidikan hendaknya mengarah pada penguasaan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan
negara.
Fungsi pendidikan bagi anak tunagrahita antara lain ialah memperoleh
kerja. Dunia kerja berkembang dari hari ke hari menjadi lebih rumit,
kecakapan kini harus memiliki satu jenis pekerjaan, berlatih menjadi ahli
dibidang tersebut, tetapi asing terhadap pekerjaan lain yang belum
dijamahnya.
Pada umumnya pendidikan lebih ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam bidang akademis. Namun, pendidikan semacam itu
tidak tepat jika diterapkan pada anak tunagrahita. Selain mendapatkan materi
pelajaran yang sifatnya akademis, siswa mendapatkan keterampilan seperti
keterampilan perkayuan, pertanian, perikanan, peternakan yang disesuaikan
dengan minat dan kemampuan.
Jenis dan bentuk keterampilan lain yang dikembangkan di sekolah
sebagai bekal hidup anak tunagrahita salah satunya yaitu keterampilan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
membuat kerupuk. Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pendidikan
tunagrahita yaitu Pertama, mengusahakan supaya anak didik memiliki sikap
hidup, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
macam-macam pekerjaan. Kedua, menyiapkan peserta didik supaya mereka
dapat mengerjakan salah satu atau sekelompok pekerjaan. Anak harus siap
bukan saja untuk pekerjaan sekarang, tetapi juga pekerjaan yang akan muncul
pada masa mendatang, sebab pada masa itulah anak-anak akan menjadi lebih
dewasa.
Keterbatasan intelektual dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita,
mengakibatkan mereka kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri,
kurang memiliki keterampilan untuk bekerja yang memadai, namun dengan
latihan dan pembiasaan mereka mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
Untuk mencapai hasil belajar keterampilan bagi tunagrahita latihan berulangulang sampai menjadi kebiasaan dalam hidup. Jenis keterampilan disesuaikan
dengan bakat dan minat siswa dengan berbekal keterampilan tersebut
tunagrahita dapat mengembangkan diri atau bekerja pada pihak lain dengan
memperoleh penghasilan layak.
Model pembelajaran keterampilan ini memerlukan sistem pengelolaan
yang melibatkan berbagai pihak secara fungsional seperti orang tua, sekolah,
pemerintah, masyarakat.
Kenyataan di lapangan pendidikan bagi anak tunagrahita pada
umumnya belum mengarah pada terkuasainya sejumlah kecakapan dan
keterampilan yang sesuai dengan bakat, minat, potensi, kondisi lingkungan
sekitar tempat tinggal anak dan kebutuhan lapangan kerja yang sesuai dengan
karakteristik anak tunagrahita. Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak
tunagrahita yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) belum memiliki
kemampuan yang memadai dan mengarah pada kecakapan hidup yang
diperlukan sehingga dalam menolong dirinya sendiri masih bergantung pada
orang lain.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
Kemandirian
tunagrahita
dapat
dicapai
melalui
pembelajaran
keterampilan, sehingga adanya suatu pengakuan dari lingkungan terhadap
hasil keterampilan kerja tunagrahita.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal
13 menyatakan :
“Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatanya, dan
pasal 14 “perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan
penyandang cacat di perusahaanya sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuanya, yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi perusahaan”.
Kurikulum Pendidikan Luar Biasa 1994 (Sunardi 2010) menjelaskan ;
“Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan atau mental dan atau kelainan perilaku
agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan”.
Dari kedua pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
penyandang cacat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
sesuai dengan jenis kecacatannya, agar mereka mampu mengembangkan
sikap,
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
dapat
mengembangkan
kemampuan dalam dunia kerja.
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di
bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator,
maka anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga
diharapkan untuk dapat hidup mandiri, oleh karena itu untuk bekal hidup,
mereka diberikan pendidikan keterampilan.
Diharapkan dengan keterampilan yang mereka miliki dapat membantu
anak tunagrahita dalam menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri dan
kemampuan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
diri dan lingkungannya sehingga mereka mampu mandiri dalam menghadapi
berbagai masalah dan menciptakan peserta didik yang memiliki keterampilan
untuk bekal hidupnya, sehingga perlu diberikannya pembekalan yang tepat
guna dan tepat sasaran. Namun pada pelaksanannya banyak sekali hambatan,
baik waktu,
materi pelajaran, nara sumber/tenaga ahli, dana, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan temuan dilapangan setiap sekolah berbeda-beda dalam
mengembangkan pembelajaran keterampilan, hal ini dilihat dari berbagai
faktor seperti : keadaan guru, kondisi sekolah, kemampuan sekolah dan lain
sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mengetahui
bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada
anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
B. Fokus Penelitian
Penulis
memfokuskan dan membatasi
penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota
Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung ?
3. Bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota
Bandung ?
4. Hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual ?
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dalam membuat
kerupuk dengan strategi kontekstual?
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
a. Untuk mengetahui persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung.
b.
Untuk mengetahui pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di
SLB-C YPLAB Kota Bandung.
c. Untuk mengetahui kemampuan membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung.
d. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami anak dalam
membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
e. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan yang dialami anak
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
2. Kegunaan Penelitian
2.1
Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa pembelajaran
keterampilan
membuat
kerupuk
dengan
strategi
kontekstual
bermanfaat bagi anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota
Bandung.
2.2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru yaitu : diharapakan dengan strategi kontekstual dapat
membantu pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.
b. Bagi anak tunagrahita ringan yaitu : untuk memiliki kecakapan
melalui keterampilan sebagai bekal di masa yang akan datang.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan caracara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2012:2).
Penelitian pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:9).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui
pendekatan kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan-rumusan yang muncul
dalam penelitian ini yang menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktivitas
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang
menjadi fokus penelitian ini, kemudian pengumpulan berbagai data dan informasi
akan dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi sumber-sumber data
yang diperlukan.
Penelitian pendekatan kualitatif dengan metode eksplorasi ini bertujuan
memperoleh gambaran tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
Dengan eksplorasi ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
pembelajaran sehingga mereka mempunyai sikap percaya diri, mandiri dan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
20
memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru untuk
menanamkan sikap kerjasama.
Alasan pemilihan lokasi penelitian di SLB-C YPALB menyelenggarakan
program keterampilan dikarenakan selain adanya pelajaran keterampilan juga
untuk memberikan pembekalan kepada anak suatu keterampilan vokasional
diantaranya keterampilan membuat kerupuk.
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB-C YPLAB Kota Bandung di Jalan
Wartawan IV No. 15 Kelurahan Turangga Kecamatan Lengkong.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah eksplorasi yaitu merupakan proses
kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu.
Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya
(http://gurupembaharu.com). Mereka menggambarkan pemahaman yang
mendalam untuk memberikan respon yang mendalam.
Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasari oleh pemikiran bahwa
pendekatan tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang pada
hakekatnya ini melakukan eksplorasi pada obyek peneliti serta memperoleh
gambaran
mengenai
kemampuan membuat
kerupuk
dengan
strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan
serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Penelitian ini yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri,
karena dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrument. Hal
ini berarti peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data dan pada
akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya, keberadaan peneliti sebagai
instrument merupakan alat pengumpul data utama.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
21
1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu.
Sedangkan
penelitian
memiliki
arti
pemeriksaan,
penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif. Instrumen penelitian
adalah
semua
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah,
menganalisa
dan
menyajikan
data-data
secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat (dalam
bentuk pedoman wawancara, pedoman observasi) yang bisa
mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. (Sugiyono, 2013:62)
Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Observasi
Syaodih (Djam’an dan Aan, 2012:105) mengemukakan bahwa
“obeservasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung”.
Pada observasi ini peneliti melakukan observasi dengan cara
pengamatan melihat langsung proses pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh
anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
22
Data yang ingin dikumpulkan melalui pengamatan ini adalah tentang
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk
yang meliputi (1)
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dari mulai
persiapan pembelajaran, pelaksanaan hingga evaluasi yang dilakukan,
(2) kemampuan anak tunagrahita ringan tingkat SMALB dalam
keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual, (3)
hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
membuat kerupuk, (4) hingga upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi hambatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab. (Djam’an dan Aan, 2012:130).
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara
mendalam
artinya
peneliti
mengajukan
beberapa
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus
penelitian. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat
terkumpul secara maksimal.
Dalam wawancara peneliti menyiapkan pedoman wawancara sesuai
dengan data yang dibutuhkan. Untuk hal ini peneliti melakukan
wawancara kepada subyek penelitian yaitu :
1. Kepala Sekolah
2. Guru
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan data-data
yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara
intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
23
Peneliti berusaha mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan
peneliti adalah berupa pengumpulan informasi, foto-foto pelaksanaan
membuat kerupuk dengan strategi pendekatan kontekstual pada anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan yaitu :
1. Tahapan perencanaan awal
Kegiatan ini merupkan tahap awal proses penelitian. Penelitian yang
diajukan berupa proposal yang kemudian di seminarkan. Melengkapi dan
menyempurnkan
penelitian
ini,
peneliti
kemudian
melaksanakan
konsultasi bimbingan.
2. Tahap latar penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan informasi mengenai
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB-C YPLAB Kota
Bandung. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mendapatkan deskripsi
mengenai pembelajaran keterampilan membuat kerupuk pada sekolah
tersebut.
3. Tahap penyiapan peralatan penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
memperlancar, memperjelas dan mempermudah kegiatan pengumpulan
data yang diperoleh di lapangan. Adapun pada tahap ini peneliti membuat
kisi-kisi instrument, pedoman wawancara dan pedoman observasi.
4. Tahap memasuki lapangan
Pada tahap ini merupakan tahap penggalian data secara mendalam dengan
mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini
peneliti melakukan pencatatan baik pada saat kegiatan wawancara,
maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
24
Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi dari subjek
kepala sekolah, guru dan siswa.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PAD ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
No
1.
FOKUS PENELITIAN
Bagaimana
TUJUAN
persiapan Untuk
ASPEK YANG
DIUNGKAP
mengetahui Pelaksanaan asesmen
TEKNIK
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman Wawancara
dalam membuat kerupuk persiapan dalam membuat
dengan strategi kontekstual kerupuk
pada
anak
dengan
tunagrahita kontekstual
pada
SUBJEK
PENELITIAN
Kepala Sekolah
Guru
strategi
anak
ringan tingkat SMALB di tunagrahita ringan tingkat
SLB-C
Bandung ?
YPLAB
Kota SMALB di SLB-C YPLAB
Kota Bandung
Penyusunan program
Wawancara
Pedoman Wawancara
Dokumentasi
Program
Wawancara
Kepala sekolah
Guru
Pedoman wawancara
pembelajaran
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kepala sekolah
Guru
26
No
FOKUS PENELITIAN
TUJUAN
ASPEK YANG
DIUNGKAP
Sarana dan prasarana
TEKNIK
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman wawancara
SUBJEK
PENELITIAN
Kepala sekolah
Guru
2.
Bagaimana
dalam
pelaksanaan Untuk
membuat
mengetahui Kegiatan
kerupuk pelaksanaan
dalam pembelajaran
Wawancara
Pedoman Wawancara
Guru
Observasi
Pedoman Observasi
Wawancara
Pedoman Wawancara
Guru
Observasi
Pedoman Observasi
Siswa
dengan strategi kontekstual membuat kerupuk dengan
pada
anak
tunagarhita strategi
ringan tingkat SMALB di anak
SLB-C
YPLAB
Bagaimana
tunagarhita
anak
ringan
YPLAB Kota Bandung
kemampuan Untuk
mengetahui Kemampuan anak
membuat kerupuk dengan kemampuan
strategi
pada
Kota tingkat SMALB di SLB-C
Bandung ?
3.
kontekstual
kontekstual
tunagarhita
pada kerupuk
membuat
dengan
ringan kontekstual
pada
strategi
anak
tingkat SMALB di SLB-C tunagrahita ringan tingkat
YPLAB Kota Bandung ?
SMALB di SLB-C YPLAB
Kota Bandung
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
27
No
4.
FOKUS PENELITIAN
TUJUAN
Hambatan apa saja yang Untuk
dialami
anak
ASPEK YANG
DIUNGKAP
Evaluasi
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman wawancara
pembelajaran
Observasi
Pedoman Observasi
Siswa
Strategi
Wawancara
Pedoman wawancara
Guru
yang Wawancara
Pedoman wawancara
Guru
Pedoman observasi
Siswa
Pedoman wawancara
Guru
Pedoman observasi
Siswa
mengetahui Hambatan
dalam hambatan apa saja yang dialami anak
membuat kerupuk dengan dialami
strategi kontekstual ?
anak
TEKNIK
Observasi
SUBJEK
PENELITIAN
Guru
dalam
membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual.
5.
Bagaimana upaya mengatasi Untuk mengetahui upaya Upaya
dalam Wawancara
hambatan yang dialami anak mengatasi hambatan yang mengatasi hambatan Observasi
dalam
membuat
kerupuk dialami
anak
dalam yang dialami anak
dengan strategi kontekstual? membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
28
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
PEDOMAN WAWANCARA
No
Aspek yang ditanyakan
1
Pelaksanaan asesmen
2
Penyusunan program
3
Program pembelajaran
4
Sarana dan Prasarana
5
Kegiatan pembelajaran
6
Kemampuan anak
7
Evaluasi pembelajaran
8
Strategi pembelajaran
9
Hambatan yang dialami anak
10
Upaya dalam mengatasi hambatan yang dialami anak
Tabel 3.3
PEDOMAN OBSERVASI
NO
ASPEK
1.
Persiapan pelaksanaan membuat
kerupuk
HASIL
dengan
strategi
kontekstual
a. Pelaksanaan Asesmen
b. Perencanaan pembelajaran
c. Program pembelajaran
d. Sarana Prasarana
2.
Proses
pembelajaran
kerupuk
membuat
dengan
strategi
kontekstual
a. Kegiatan
b. Strategi
3
Kemampuan anak
Evaluasi
4.
Hambatan yang dialami anak
dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual
5.
Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan anak
.
Tabel 3.4
PEDOMAN LISAN SISWA
Nama siswa
:
Kelas
:
No
1
Aspek yang dinilai
Kemampuan menyebutkan bahanbahan yang digunakan untuk membuat
kerupuk
Tepung kanji 1 kg
Tepung terigu 1 ons
Terasi 50 gram
Garam 1 sendok makan
Air 100 ml
Minyak goreng 250 ml
2
Kemampuan menyebutkan alat-alat
yang digunakan untuk membuat
kerupuk
Kompor
Panci
Ketel
-
Tempayan
-
Pisau/Mesin pemotong
-
Talenan
-
Susuk
-
Timbangan
Kemampuan
M
MB
TM
No
Kemampuan
Aspek yang dinilai
M
Kemampuan mengurutkan membuat
kerupuk
-
Siapkan tepung kanji sebanyak 1
kg dan tepung terigu 1 ons
kemudian
disatukan
pada
tempayan plastik.
-
Rebus terasi sebanyak 50 gram
dengan air sebanyak 100 ml
-
Tuangkan terasi yang masih panas
ditambah
garam
sebanyak
1
sendok makan, dicampur dengan
tepung kanji, kemudian diaduk.
-
Bentuk tepung tersebut dengan
bentuk lonjong memanjang
-
Kemudian panaskan air sebanyak
200 ml atau 5 gelas pada panci
sampai air mendidih.
-
Masukkan adonan kerupuk yang
sudah jadi pada air yang telah
mendidih (direbus)
-
Setelah
angkat
adonan
lalu
di
mengambang,
simpan
pada
tempayan
-
Adonan yang telah di simpan
diamkan selama 2 hari, kemudian
potong kerupuk tipis-tipis dengan
menggunakan pisau atau mesin
pemotong
MB
TM
No
Kemampuan
Aspek yang dinil`ai
-
M
Tata dengan rapi kerupuk yang
sudah dipotong, kemudian jemur
sampai kering (± selama dua hari)
-
Goreng kerupuk pada
sebanyak 250 ml
minyak
MB
TM
Tabel 3.5
PEDOMAN OBSERVASI/KINERJA SISWA
Nama siswa
:
Kelas
:
No
Aspek yang dinilai
M
1
Membuat Kerupuk :
-
-
-
-
-
-
-
-
Menyiapkan
tepung
kanji
sebanyak 1 kg dan terigu 1 ons
kemudian
disatukan
pada
tempayan plastik.
Merebus terasi sebanyak 50
gram dengan air sebanyak 100
ml
Menuangkan bumbu terasi yang
masih panas di tambah garam
sebanyak 1 sendok makan
dicampur ke dalam tepung
kanji, kemudian aduk
Membentuk adonan dengan
bentuk lonjong memanjang
Panaskan air sebanyak 200ml
atau 5 gelas pada panic yang
telah mendidih (direbus)
Adonan yang mengambang,
angkat lalu simpan pada
tempayan
Adonan yang telah di simpan
pada tempayan di diamkan
selama 2 hari, kemudian potong
kerupuk
tipis-tipis
dengan
menggunakan pisau atau mesin
pemotong.
Menata dengan rapi kerupuk
yang sudah dipotong, kemudian
jemur sampai kering kurang
lebih selama 2 hari
Mengoreng kerupuk dengan
minyak 250 ml
Kemampuan
MB
TM
No
Aspek yang dinilai
M
3
Kemampuan
MB
TM
Mengemas Kerupuk :
Mengemas kerupuk yang telah
digoreng dengan menggunakan
plastik dan perekat plastik
D. Pengujian Keabsahan Data
Untuk menilai keabsahan data yang diperoleh dari lapangan dilakukan
pemeriksaan
secara
seksama.
Berkenaan
dengan
itu
maka
teknik
pengujian/pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi, yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dengan sumber yang lain.
Pada penelitian ini digunakan triangulasi sumber data yaitu dengan menggali
kebenaran informasi melalui wawancara, observasi, gambar atau foto yang
data tersebut diperoleh dari siswa dan guru dengan dicek kembali dan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Triangulasi data ini dimaksudkan agar dalam pengumpulan data peneliti
menggunakan banyak sumber data. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui :
- Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
- Membandingkan hasil observasi dengan data hasil dokumentasi
E. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang
berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu observasi, wawancara yang telah dituliskan dan
dokumentasi lainnya.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
1. Reduksi data : proses reduksi data dalam penelitian dilakukan dengan cara
memilih hal-hal yang berhubungan dengan aspek pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
dalam proses pengumpulan data.
Proses reduksi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa hasil
wawancara, data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahapan mengamati
setiap kata dan menuliskan berbagai informasi yang berhubungan dengan
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang sedang diteliti.
2. Penyajian data : menyusun data agar teratur, ada keterhubungan dan tidak
terpencar-pencar sehingga memudahkan untuk menganalisis, menafsirkan,
menyusun kesimpulan.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan : pada awal pengumpulan data mulai
mencari bukti-bukti, bertujuan untuk menemukan arti, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
yaitu membuat program yang mengacu pada kurikulum KTSP dan dalam
bentuk
program
khusus
keterampilan
serta
rencana
pelaksanaan
pembelajaran. Asesmen tidak dilakukan secara khusus hanya ala kadanya
dengan melihat kemampuan anak tampak dari luar saja.
2. Pelaksanaan
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
meliputi : menyiapkan tepung kanji dan tepung terigu yang telah
ditimbang, merebus terasi, menuangkan terasi ke dalam tepung,
membentuk adonan tepung, memanaskan air, merebus adonan, memotong
adonan yang telah didiamkan selama 2 hari, menata kerupuk yang telah
dipotong kemudian dijemur, menggoreng kerupuk dan mengemas kerupuk
yang telah digoreng.
3. Pelaksanaan
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
meliputi :
Pembelajaran dilakukan di ruang keterampilan seminggu 1 kali dengan
alokasi waktu 4 jam pelajaran (3 x pertemuan). Pembelajaran sudah sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dan dilakukan secara bertahap dan
berulang-ulang. Strategi yang digunakan kontesktual dan metode
pembelajaran dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan.
4. Kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
a. Kemampuan subyek RF dalam membuat kerupuk, yaitu mampu
menyebut nama-nama peralatan dan bahan-bahan
yang akan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
66
digunakan. Pada proses pembuatan kerupuk subjek ini mampu
melakukan tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk dari proses
menimbang bahan-bahan, merebus, mengolah adonan, mengiris,
menjemur, menggoreng sampai proses pengepakan kerupuk yang telah
digoreng tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek RF
ini mampu membantu teman-temannya yang belum bisa melakukan
salah satu proses dalam pembuatan kerupuk (komponen masyarakat
belajar, pemodelan).
b. Kemampuan subjek AH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu
menyebutkan peralatan membuat kerupuk, tetapi dalam menyebutkan
bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru. Pada proses
pembuatan kerupuk subjek ini dalam melakukan tahapan-tahapan
pembuatan kerupuk pada
proses menimbang bahan-bahan masih
dibantu guru, dalam proses merebus merebus mengolah adonan subjek
ini mampu melakuknya tanpa bantuan guru, tetapi dalam proses
pembentukan adonan kerupuk subjek ini dibantu oleh RF. Subjek AH
mampu melakukan tahapan pada pengirisan kerupuk masih dibantu
dengan bantuan RF, dan pada proses pengorengan sampai pengepakan
mampu melakukannya.
c. Kemampuan subjek DH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu
menyebutkan nama-nama peralatan dan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat kerupuk. Subjek DH mampu melakukan
semua tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk mulai dari
menimbang, mengolah adonan, membentuk adonan, merebus adonan,
memotong/mengiris adonan, mengoreng sampai pengepakan kerupuk
tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek ini mampu
membantu temannya dalam proses membentuk adonan, mengiris
(komponen masyarakat belajar, pemodelan).
d. Kemampuan subjek MH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek
mampu menyebutkan peralatan membuat kerupuk, tetapi dalam
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
67
menyebutkan bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru.
Subjek MH ini dalam tahapan menimbang bahan-bahan mampu
melakukannya dengan bantuan temannya. Dalam proses membentuk
adonan, kemudian merebus MH mampu melakuknnya tanpa bantuan.
Adonan yang dibentuk sampai direbus mampu dilakukan oleh subjek
MH ini tanpa dibantu. Subjek dibantu temannya saat melakukan
pengirisan/pemotongan adonan yang telah dijemur. Pada proses
pengorengan dan pengepakan kerupuk subjek MH ini mampu
melakukannya tanpa bantuan.
5. Hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual
yaitu dalam hal keterampilan motorik, yaitu ketika anak
membentuk adonan dan mengiris/memotong kerupuk belum bisa
maksimal, kemudian dalam hal konsentrasi anak yang kurang dapat
bertahan dengan lama, serta cepat bosan.
6. Upaya mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk
dengan strategi kontekstual yaitu ketika anak tidak mampu menyebutkan
bahan-bahan, menimbang, membentuk adonan dan mengiris/ memotong
kerupuk dengan memberi bimbingan kepada anak secara perlahan,
menyampaikan
materi
secara
bertahap,
berulang-ulang
dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang dimodifikasi dengan perilaku
anak, agar anak mudah menerima materi pelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran
yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini sebagai berikut :
1. Kepada Sekolah
Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan fasilitator
bagi
guru
untuk
menerapkan
pada
setiap
pembelajaran
dengan
menggunakan strategi konterkstual, dan diharapkan pihak sekolah dapat
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
68
menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
2. Kepada Guru
-
Mengingat pentingnya pembelajaran keterampilan bagi tunagrahita
ringan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang, maka
sebaiknya guru mengenali lagi karekteristik yang dimiliki oleh setiap
anak, agar program yang disusun dapat mengoptimalkan kemampuan
dari setiap anak.
-
Strategi
kontekstualnya
perlu
dilakukan
berulang-ulang
dengan
menggunakan petunjuk yang sederhana sehingga dimengerti anak.
3. Kepada Peneliti selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian, sehubungan
dengan penelitian ini yaitu tidak semua anak dapat melakukan proses
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk, oleh karena keterbatasan
waktu yang singkat. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih
menggunakan waktu penelitian yang cukup lama.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
69
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Depdikbud
Dirjen Pendidikan Tinggi.
Astati, Mulyati Lis (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung. Catur Karya
Mandiri.
Djam’an dan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Chaniago dan Sirodjudin (1981:1) Pendidikan Keterampilan Bagi Anak
Tunagrahita (online) http://wwwpapahmamah.com/showthread.php?t=
Dewan Bimbingan Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah Untuk
Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia 2011
http://saung-anggie.blogspot.com/2009/07/implikasi-pendidikan-bagi-anak.html
(19 Desember 2012)
http://www.anakluarbiasa.com/ArtikelAnakLuarBiasa/Detail/132/MenggaliPotensi-Tuna-Grahita-Melalui-Keterampilan.html
http://www.slideshare.net/romiantiteror/pendekatan-kontekstual (30 Desember
2012)
http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/konsep-pembelajaran/(30
Desember 2012)
http://agen-kerupuk.blogspot. com
http://gurupembaharu.com/home/elaborasi-eksplorasi-dan-konfirmasi
Sunardi (2010) Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Di Indonesia Dari Masa Ke
Masa Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional (online) https://docs.google.com/
viewer?a=v&q=cache:2O_K8Mrl3bkJ:www.puskurbuk.net/downloads/vi
ewing/Naskah/A_1_8%2BSEJARAH_KURIKULUM_EDISI_2010_(fina
l)/6_PLB/Sejarah_Kurikulum_PLB.pdf/ (3 Desember 2012)
Somantri T.Sutjihati (2006) Psikologi Anak Luar Biasa. Refika Aditama
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
70
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif.. Penerbit Alfabeta Bandung.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
Undang-undang Nomor. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
71
Kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan menurut Astati dan Mulyati
(2010:26) bahwa kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan adalah :
(buku pendidikan anak tunagrahita 2010 CV. Catur Karya Mandiri
Bandung.
Gagne (1992) Konsep Pembelajaran (online). Tersedia :http://ningningocha.
wordpress.com/2011/06/10/konsep-pembelajaran.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
MARYAM NURHANI
0909545
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Oleh
MARYAM NURHANI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Maryam Nurhani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
MARYAM NURHANI
NIM 0909545
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN
OLEH :
Pembimbing I
Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd
NIP. 195202151983011001
Pembimbing II
dr. Riksma Nurahmi RA, M.Pd
NIP. 197511182005012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP. 195607221985011001
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di
SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan membuat kerupuk
dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota
Bandung.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif model
penelitian eksplorasi. Subyek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita tingkat
SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung sebanyak 4 orang. Metode pengumpulan
data penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 4 subyek anak tersebut 2
orang mampu menyebutkan alat-alat, bahan-bahan dan mempraktekan cara
pembuatan kerupuk dari tahapan-tahapan awal sampai akhir tanpa bantuan guru,
sedangkan 2 orang lagi dalam menyebutkan bahan-bahan, menimbang, membentuk
adonan dan penggirisan kerupuk masih dibantu guru. Strategi yang digunakan dalam
proses pembelajaran membuat kerupuk ini yaitu dengan strategi kontekstual dengan
mengimplemnetasikan diantara 7 komponen-komponen utama.
Pada proses membuat kerupuk ini hambatan yang dialami anak yaitu ketika
menyebutkan bahan-bahan, menimbang, kemudian pada saat membentuk adonan,
mengiris/memotong kerupuk dan hambatan yang berkaitan konsentrasi serta cepat bosan.
Upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dengan memberi contoh langsung kepada
anak yang bersangkutan dan mengajarkannya secara berulang-ulang.
Kata kunci : kemampuan, membuat kerupuk, strategi kontekstual, anak tunagrahita ringan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat
SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK MELALUI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA
TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab
tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: Pertama, Bagaimana proses pembelajaran
keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual bagi anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?. Kedua,
Apakah dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui
pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan ?. 3. Bagaimana cara mengatasi
hambatan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membuat
kerupuk melalui pendekatan kontekstual?
Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena
masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan yang bersifat deskriptif yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan cara mengatasi hambatan siswa
dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk ini melalui pendekatan
kontekstual.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa : proses pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual dengan mengimplemntasikan ke 7
komponen utama yaitu unsur kontruktivisme (contructivisme), penemuan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment), sehingga pembelajaran tidak membosankan, dapat membuat siswa
terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang dapat membantu mereka
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi
kehidupan nyata, dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui
pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan dalam hal konsentrasi, mudah
cepat bosan.
Adapun dalam mengatasi hambatan anak tersebut yaitu dengan memberikan
kembali praktek secara kontinyu sehingga siswa dapat terampil melakukannya, dan
memberikan motivasi dengan pengertian seperti jika mereka bisa membuat kerupuk
kemudian dijual maka akan menghasilkan uang.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat
SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
ii
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….
1
B. Fokus Masalah ………………………………………………….
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………
5
1. Tujuan ………………………………………………………….
5
2. Kegunaan Penelitian …………………………………………...
5
2.1 Kegunaan Teoritis …………………………………………
5
2.2.Kegunaan Praktis ………………………………………….
5
BAB II PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK
6
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN ………………………………………
A. Pengertian Tunagrahita ………………………………………….
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
B. Klasifikasi Tunagrahita ………………………………………….
7
C. Karakteristik Tunagrahita Ringan ………………………………
8
D. Perkembangan Anak ……………………………………………
10
E. Kajian tentang kemampuan membuat kerupuk…………………..
12
1. Pengertian kemampuan ………………………………………
12
2. Pengertian kerupuk ………………………………………….
14
3. Langkah-langkah membuat kerupuk ………………………...
14
F. Strategi Kontekstual ………………………………………….
16
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….
19
A. Tempat Penelitian ……………………………………………...
19
B. Metode Penelitian ……………………………………………..
20
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data …………………...
20
D. Pengujian Keabsahan Data …………………………………….
33
E. Analisis Data …………………………………………………...
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………
36
A. Hasil Pengujian Keabsahan Data ……………………………….
36
B. Hasil Penelitian …………………………………………………
58
C. Pembahasan …………………………………………………….
63
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V Kesimpulan dan Saran ………………………………………………
65
A. Kesimpulan ………………………………………………………
65
B. Saran ……………………………………………………………..
67
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
69
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Inovasi pendidikan saat ini mengarah pada pembentukan kecakapan
kegiatan hidup sehari-hari (life skills), artinya pendidikan disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang diinginkan peserta didik sesuai dengan potensi dan
budaya masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab I, pasal I, ayat 1 yang menyatakan :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang
kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pendidikan hendaknya mengarah pada penguasaan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan
negara.
Fungsi pendidikan bagi anak tunagrahita antara lain ialah memperoleh
kerja. Dunia kerja berkembang dari hari ke hari menjadi lebih rumit,
kecakapan kini harus memiliki satu jenis pekerjaan, berlatih menjadi ahli
dibidang tersebut, tetapi asing terhadap pekerjaan lain yang belum
dijamahnya.
Pada umumnya pendidikan lebih ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam bidang akademis. Namun, pendidikan semacam itu
tidak tepat jika diterapkan pada anak tunagrahita. Selain mendapatkan materi
pelajaran yang sifatnya akademis, siswa mendapatkan keterampilan seperti
keterampilan perkayuan, pertanian, perikanan, peternakan yang disesuaikan
dengan minat dan kemampuan.
Jenis dan bentuk keterampilan lain yang dikembangkan di sekolah
sebagai bekal hidup anak tunagrahita salah satunya yaitu keterampilan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
membuat kerupuk. Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pendidikan
tunagrahita yaitu Pertama, mengusahakan supaya anak didik memiliki sikap
hidup, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
macam-macam pekerjaan. Kedua, menyiapkan peserta didik supaya mereka
dapat mengerjakan salah satu atau sekelompok pekerjaan. Anak harus siap
bukan saja untuk pekerjaan sekarang, tetapi juga pekerjaan yang akan muncul
pada masa mendatang, sebab pada masa itulah anak-anak akan menjadi lebih
dewasa.
Keterbatasan intelektual dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita,
mengakibatkan mereka kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri,
kurang memiliki keterampilan untuk bekerja yang memadai, namun dengan
latihan dan pembiasaan mereka mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
Untuk mencapai hasil belajar keterampilan bagi tunagrahita latihan berulangulang sampai menjadi kebiasaan dalam hidup. Jenis keterampilan disesuaikan
dengan bakat dan minat siswa dengan berbekal keterampilan tersebut
tunagrahita dapat mengembangkan diri atau bekerja pada pihak lain dengan
memperoleh penghasilan layak.
Model pembelajaran keterampilan ini memerlukan sistem pengelolaan
yang melibatkan berbagai pihak secara fungsional seperti orang tua, sekolah,
pemerintah, masyarakat.
Kenyataan di lapangan pendidikan bagi anak tunagrahita pada
umumnya belum mengarah pada terkuasainya sejumlah kecakapan dan
keterampilan yang sesuai dengan bakat, minat, potensi, kondisi lingkungan
sekitar tempat tinggal anak dan kebutuhan lapangan kerja yang sesuai dengan
karakteristik anak tunagrahita. Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak
tunagrahita yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) belum memiliki
kemampuan yang memadai dan mengarah pada kecakapan hidup yang
diperlukan sehingga dalam menolong dirinya sendiri masih bergantung pada
orang lain.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
Kemandirian
tunagrahita
dapat
dicapai
melalui
pembelajaran
keterampilan, sehingga adanya suatu pengakuan dari lingkungan terhadap
hasil keterampilan kerja tunagrahita.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal
13 menyatakan :
“Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatanya, dan
pasal 14 “perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan
penyandang cacat di perusahaanya sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan, pendidikan, dan kemampuanya, yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi perusahaan”.
Kurikulum Pendidikan Luar Biasa 1994 (Sunardi 2010) menjelaskan ;
“Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan atau mental dan atau kelainan perilaku
agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan”.
Dari kedua pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
penyandang cacat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
sesuai dengan jenis kecacatannya, agar mereka mampu mengembangkan
sikap,
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
dapat
mengembangkan
kemampuan dalam dunia kerja.
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di
bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator,
maka anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga
diharapkan untuk dapat hidup mandiri, oleh karena itu untuk bekal hidup,
mereka diberikan pendidikan keterampilan.
Diharapkan dengan keterampilan yang mereka miliki dapat membantu
anak tunagrahita dalam menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri dan
kemampuan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
diri dan lingkungannya sehingga mereka mampu mandiri dalam menghadapi
berbagai masalah dan menciptakan peserta didik yang memiliki keterampilan
untuk bekal hidupnya, sehingga perlu diberikannya pembekalan yang tepat
guna dan tepat sasaran. Namun pada pelaksanannya banyak sekali hambatan,
baik waktu,
materi pelajaran, nara sumber/tenaga ahli, dana, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan temuan dilapangan setiap sekolah berbeda-beda dalam
mengembangkan pembelajaran keterampilan, hal ini dilihat dari berbagai
faktor seperti : keadaan guru, kondisi sekolah, kemampuan sekolah dan lain
sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mengetahui
bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada
anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
B. Fokus Penelitian
Penulis
memfokuskan dan membatasi
penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota
Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung ?
3. Bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota
Bandung ?
4. Hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual ?
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dalam membuat
kerupuk dengan strategi kontekstual?
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
a. Untuk mengetahui persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung.
b.
Untuk mengetahui pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di
SLB-C YPLAB Kota Bandung.
c. Untuk mengetahui kemampuan membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C
YPLAB Kota Bandung.
d. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami anak dalam
membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
e. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan yang dialami anak
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
2. Kegunaan Penelitian
2.1
Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa pembelajaran
keterampilan
membuat
kerupuk
dengan
strategi
kontekstual
bermanfaat bagi anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota
Bandung.
2.2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru yaitu : diharapakan dengan strategi kontekstual dapat
membantu pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.
b. Bagi anak tunagrahita ringan yaitu : untuk memiliki kecakapan
melalui keterampilan sebagai bekal di masa yang akan datang.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan caracara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2012:2).
Penelitian pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:9).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui
pendekatan kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan-rumusan yang muncul
dalam penelitian ini yang menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktivitas
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang
menjadi fokus penelitian ini, kemudian pengumpulan berbagai data dan informasi
akan dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi sumber-sumber data
yang diperlukan.
Penelitian pendekatan kualitatif dengan metode eksplorasi ini bertujuan
memperoleh gambaran tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
Dengan eksplorasi ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
pembelajaran sehingga mereka mempunyai sikap percaya diri, mandiri dan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
20
memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru untuk
menanamkan sikap kerjasama.
Alasan pemilihan lokasi penelitian di SLB-C YPALB menyelenggarakan
program keterampilan dikarenakan selain adanya pelajaran keterampilan juga
untuk memberikan pembekalan kepada anak suatu keterampilan vokasional
diantaranya keterampilan membuat kerupuk.
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB-C YPLAB Kota Bandung di Jalan
Wartawan IV No. 15 Kelurahan Turangga Kecamatan Lengkong.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah eksplorasi yaitu merupakan proses
kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu.
Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya
(http://gurupembaharu.com). Mereka menggambarkan pemahaman yang
mendalam untuk memberikan respon yang mendalam.
Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasari oleh pemikiran bahwa
pendekatan tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang pada
hakekatnya ini melakukan eksplorasi pada obyek peneliti serta memperoleh
gambaran
mengenai
kemampuan membuat
kerupuk
dengan
strategi
kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan
serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Penelitian ini yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri,
karena dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrument. Hal
ini berarti peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data dan pada
akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya, keberadaan peneliti sebagai
instrument merupakan alat pengumpul data utama.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
21
1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu.
Sedangkan
penelitian
memiliki
arti
pemeriksaan,
penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif. Instrumen penelitian
adalah
semua
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah,
menganalisa
dan
menyajikan
data-data
secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat (dalam
bentuk pedoman wawancara, pedoman observasi) yang bisa
mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. (Sugiyono, 2013:62)
Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Observasi
Syaodih (Djam’an dan Aan, 2012:105) mengemukakan bahwa
“obeservasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung”.
Pada observasi ini peneliti melakukan observasi dengan cara
pengamatan melihat langsung proses pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh
anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
22
Data yang ingin dikumpulkan melalui pengamatan ini adalah tentang
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk
yang meliputi (1)
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dari mulai
persiapan pembelajaran, pelaksanaan hingga evaluasi yang dilakukan,
(2) kemampuan anak tunagrahita ringan tingkat SMALB dalam
keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual, (3)
hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
membuat kerupuk, (4) hingga upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi hambatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab. (Djam’an dan Aan, 2012:130).
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara
mendalam
artinya
peneliti
mengajukan
beberapa
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus
penelitian. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat
terkumpul secara maksimal.
Dalam wawancara peneliti menyiapkan pedoman wawancara sesuai
dengan data yang dibutuhkan. Untuk hal ini peneliti melakukan
wawancara kepada subyek penelitian yaitu :
1. Kepala Sekolah
2. Guru
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan data-data
yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara
intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
23
Peneliti berusaha mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan
peneliti adalah berupa pengumpulan informasi, foto-foto pelaksanaan
membuat kerupuk dengan strategi pendekatan kontekstual pada anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan yaitu :
1. Tahapan perencanaan awal
Kegiatan ini merupkan tahap awal proses penelitian. Penelitian yang
diajukan berupa proposal yang kemudian di seminarkan. Melengkapi dan
menyempurnkan
penelitian
ini,
peneliti
kemudian
melaksanakan
konsultasi bimbingan.
2. Tahap latar penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan informasi mengenai
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB-C YPLAB Kota
Bandung. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mendapatkan deskripsi
mengenai pembelajaran keterampilan membuat kerupuk pada sekolah
tersebut.
3. Tahap penyiapan peralatan penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
memperlancar, memperjelas dan mempermudah kegiatan pengumpulan
data yang diperoleh di lapangan. Adapun pada tahap ini peneliti membuat
kisi-kisi instrument, pedoman wawancara dan pedoman observasi.
4. Tahap memasuki lapangan
Pada tahap ini merupakan tahap penggalian data secara mendalam dengan
mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini
peneliti melakukan pencatatan baik pada saat kegiatan wawancara,
maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
24
Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi dari subjek
kepala sekolah, guru dan siswa.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PAD ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
No
1.
FOKUS PENELITIAN
Bagaimana
TUJUAN
persiapan Untuk
ASPEK YANG
DIUNGKAP
mengetahui Pelaksanaan asesmen
TEKNIK
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman Wawancara
dalam membuat kerupuk persiapan dalam membuat
dengan strategi kontekstual kerupuk
pada
anak
dengan
tunagrahita kontekstual
pada
SUBJEK
PENELITIAN
Kepala Sekolah
Guru
strategi
anak
ringan tingkat SMALB di tunagrahita ringan tingkat
SLB-C
Bandung ?
YPLAB
Kota SMALB di SLB-C YPLAB
Kota Bandung
Penyusunan program
Wawancara
Pedoman Wawancara
Dokumentasi
Program
Wawancara
Kepala sekolah
Guru
Pedoman wawancara
pembelajaran
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kepala sekolah
Guru
26
No
FOKUS PENELITIAN
TUJUAN
ASPEK YANG
DIUNGKAP
Sarana dan prasarana
TEKNIK
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman wawancara
SUBJEK
PENELITIAN
Kepala sekolah
Guru
2.
Bagaimana
dalam
pelaksanaan Untuk
membuat
mengetahui Kegiatan
kerupuk pelaksanaan
dalam pembelajaran
Wawancara
Pedoman Wawancara
Guru
Observasi
Pedoman Observasi
Wawancara
Pedoman Wawancara
Guru
Observasi
Pedoman Observasi
Siswa
dengan strategi kontekstual membuat kerupuk dengan
pada
anak
tunagarhita strategi
ringan tingkat SMALB di anak
SLB-C
YPLAB
Bagaimana
tunagarhita
anak
ringan
YPLAB Kota Bandung
kemampuan Untuk
mengetahui Kemampuan anak
membuat kerupuk dengan kemampuan
strategi
pada
Kota tingkat SMALB di SLB-C
Bandung ?
3.
kontekstual
kontekstual
tunagarhita
pada kerupuk
membuat
dengan
ringan kontekstual
pada
strategi
anak
tingkat SMALB di SLB-C tunagrahita ringan tingkat
YPLAB Kota Bandung ?
SMALB di SLB-C YPLAB
Kota Bandung
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
27
No
4.
FOKUS PENELITIAN
TUJUAN
Hambatan apa saja yang Untuk
dialami
anak
ASPEK YANG
DIUNGKAP
Evaluasi
Wawancara
ALAT
PENGUMPUL
DATA
Pedoman wawancara
pembelajaran
Observasi
Pedoman Observasi
Siswa
Strategi
Wawancara
Pedoman wawancara
Guru
yang Wawancara
Pedoman wawancara
Guru
Pedoman observasi
Siswa
Pedoman wawancara
Guru
Pedoman observasi
Siswa
mengetahui Hambatan
dalam hambatan apa saja yang dialami anak
membuat kerupuk dengan dialami
strategi kontekstual ?
anak
TEKNIK
Observasi
SUBJEK
PENELITIAN
Guru
dalam
membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual.
5.
Bagaimana upaya mengatasi Untuk mengetahui upaya Upaya
dalam Wawancara
hambatan yang dialami anak mengatasi hambatan yang mengatasi hambatan Observasi
dalam
membuat
kerupuk dialami
anak
dalam yang dialami anak
dengan strategi kontekstual? membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
28
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
PEDOMAN WAWANCARA
No
Aspek yang ditanyakan
1
Pelaksanaan asesmen
2
Penyusunan program
3
Program pembelajaran
4
Sarana dan Prasarana
5
Kegiatan pembelajaran
6
Kemampuan anak
7
Evaluasi pembelajaran
8
Strategi pembelajaran
9
Hambatan yang dialami anak
10
Upaya dalam mengatasi hambatan yang dialami anak
Tabel 3.3
PEDOMAN OBSERVASI
NO
ASPEK
1.
Persiapan pelaksanaan membuat
kerupuk
HASIL
dengan
strategi
kontekstual
a. Pelaksanaan Asesmen
b. Perencanaan pembelajaran
c. Program pembelajaran
d. Sarana Prasarana
2.
Proses
pembelajaran
kerupuk
membuat
dengan
strategi
kontekstual
a. Kegiatan
b. Strategi
3
Kemampuan anak
Evaluasi
4.
Hambatan yang dialami anak
dalam membuat kerupuk dengan
strategi kontekstual
5.
Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan anak
.
Tabel 3.4
PEDOMAN LISAN SISWA
Nama siswa
:
Kelas
:
No
1
Aspek yang dinilai
Kemampuan menyebutkan bahanbahan yang digunakan untuk membuat
kerupuk
Tepung kanji 1 kg
Tepung terigu 1 ons
Terasi 50 gram
Garam 1 sendok makan
Air 100 ml
Minyak goreng 250 ml
2
Kemampuan menyebutkan alat-alat
yang digunakan untuk membuat
kerupuk
Kompor
Panci
Ketel
-
Tempayan
-
Pisau/Mesin pemotong
-
Talenan
-
Susuk
-
Timbangan
Kemampuan
M
MB
TM
No
Kemampuan
Aspek yang dinilai
M
Kemampuan mengurutkan membuat
kerupuk
-
Siapkan tepung kanji sebanyak 1
kg dan tepung terigu 1 ons
kemudian
disatukan
pada
tempayan plastik.
-
Rebus terasi sebanyak 50 gram
dengan air sebanyak 100 ml
-
Tuangkan terasi yang masih panas
ditambah
garam
sebanyak
1
sendok makan, dicampur dengan
tepung kanji, kemudian diaduk.
-
Bentuk tepung tersebut dengan
bentuk lonjong memanjang
-
Kemudian panaskan air sebanyak
200 ml atau 5 gelas pada panci
sampai air mendidih.
-
Masukkan adonan kerupuk yang
sudah jadi pada air yang telah
mendidih (direbus)
-
Setelah
angkat
adonan
lalu
di
mengambang,
simpan
pada
tempayan
-
Adonan yang telah di simpan
diamkan selama 2 hari, kemudian
potong kerupuk tipis-tipis dengan
menggunakan pisau atau mesin
pemotong
MB
TM
No
Kemampuan
Aspek yang dinil`ai
-
M
Tata dengan rapi kerupuk yang
sudah dipotong, kemudian jemur
sampai kering (± selama dua hari)
-
Goreng kerupuk pada
sebanyak 250 ml
minyak
MB
TM
Tabel 3.5
PEDOMAN OBSERVASI/KINERJA SISWA
Nama siswa
:
Kelas
:
No
Aspek yang dinilai
M
1
Membuat Kerupuk :
-
-
-
-
-
-
-
-
Menyiapkan
tepung
kanji
sebanyak 1 kg dan terigu 1 ons
kemudian
disatukan
pada
tempayan plastik.
Merebus terasi sebanyak 50
gram dengan air sebanyak 100
ml
Menuangkan bumbu terasi yang
masih panas di tambah garam
sebanyak 1 sendok makan
dicampur ke dalam tepung
kanji, kemudian aduk
Membentuk adonan dengan
bentuk lonjong memanjang
Panaskan air sebanyak 200ml
atau 5 gelas pada panic yang
telah mendidih (direbus)
Adonan yang mengambang,
angkat lalu simpan pada
tempayan
Adonan yang telah di simpan
pada tempayan di diamkan
selama 2 hari, kemudian potong
kerupuk
tipis-tipis
dengan
menggunakan pisau atau mesin
pemotong.
Menata dengan rapi kerupuk
yang sudah dipotong, kemudian
jemur sampai kering kurang
lebih selama 2 hari
Mengoreng kerupuk dengan
minyak 250 ml
Kemampuan
MB
TM
No
Aspek yang dinilai
M
3
Kemampuan
MB
TM
Mengemas Kerupuk :
Mengemas kerupuk yang telah
digoreng dengan menggunakan
plastik dan perekat plastik
D. Pengujian Keabsahan Data
Untuk menilai keabsahan data yang diperoleh dari lapangan dilakukan
pemeriksaan
secara
seksama.
Berkenaan
dengan
itu
maka
teknik
pengujian/pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi, yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dengan sumber yang lain.
Pada penelitian ini digunakan triangulasi sumber data yaitu dengan menggali
kebenaran informasi melalui wawancara, observasi, gambar atau foto yang
data tersebut diperoleh dari siswa dan guru dengan dicek kembali dan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Triangulasi data ini dimaksudkan agar dalam pengumpulan data peneliti
menggunakan banyak sumber data. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui :
- Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
- Membandingkan hasil observasi dengan data hasil dokumentasi
E. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang
berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu observasi, wawancara yang telah dituliskan dan
dokumentasi lainnya.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
1. Reduksi data : proses reduksi data dalam penelitian dilakukan dengan cara
memilih hal-hal yang berhubungan dengan aspek pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
dalam proses pengumpulan data.
Proses reduksi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa hasil
wawancara, data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahapan mengamati
setiap kata dan menuliskan berbagai informasi yang berhubungan dengan
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang sedang diteliti.
2. Penyajian data : menyusun data agar teratur, ada keterhubungan dan tidak
terpencar-pencar sehingga memudahkan untuk menganalisis, menafsirkan,
menyusun kesimpulan.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan : pada awal pengumpulan data mulai
mencari bukti-bukti, bertujuan untuk menemukan arti, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak
tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
yaitu membuat program yang mengacu pada kurikulum KTSP dan dalam
bentuk
program
khusus
keterampilan
serta
rencana
pelaksanaan
pembelajaran. Asesmen tidak dilakukan secara khusus hanya ala kadanya
dengan melihat kemampuan anak tampak dari luar saja.
2. Pelaksanaan
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
meliputi : menyiapkan tepung kanji dan tepung terigu yang telah
ditimbang, merebus terasi, menuangkan terasi ke dalam tepung,
membentuk adonan tepung, memanaskan air, merebus adonan, memotong
adonan yang telah didiamkan selama 2 hari, menata kerupuk yang telah
dipotong kemudian dijemur, menggoreng kerupuk dan mengemas kerupuk
yang telah digoreng.
3. Pelaksanaan
dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
meliputi :
Pembelajaran dilakukan di ruang keterampilan seminggu 1 kali dengan
alokasi waktu 4 jam pelajaran (3 x pertemuan). Pembelajaran sudah sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dan dilakukan secara bertahap dan
berulang-ulang. Strategi yang digunakan kontesktual dan metode
pembelajaran dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan.
4. Kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
a. Kemampuan subyek RF dalam membuat kerupuk, yaitu mampu
menyebut nama-nama peralatan dan bahan-bahan
yang akan
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
66
digunakan. Pada proses pembuatan kerupuk subjek ini mampu
melakukan tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk dari proses
menimbang bahan-bahan, merebus, mengolah adonan, mengiris,
menjemur, menggoreng sampai proses pengepakan kerupuk yang telah
digoreng tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek RF
ini mampu membantu teman-temannya yang belum bisa melakukan
salah satu proses dalam pembuatan kerupuk (komponen masyarakat
belajar, pemodelan).
b. Kemampuan subjek AH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu
menyebutkan peralatan membuat kerupuk, tetapi dalam menyebutkan
bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru. Pada proses
pembuatan kerupuk subjek ini dalam melakukan tahapan-tahapan
pembuatan kerupuk pada
proses menimbang bahan-bahan masih
dibantu guru, dalam proses merebus merebus mengolah adonan subjek
ini mampu melakuknya tanpa bantuan guru, tetapi dalam proses
pembentukan adonan kerupuk subjek ini dibantu oleh RF. Subjek AH
mampu melakukan tahapan pada pengirisan kerupuk masih dibantu
dengan bantuan RF, dan pada proses pengorengan sampai pengepakan
mampu melakukannya.
c. Kemampuan subjek DH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu
menyebutkan nama-nama peralatan dan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat kerupuk. Subjek DH mampu melakukan
semua tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk mulai dari
menimbang, mengolah adonan, membentuk adonan, merebus adonan,
memotong/mengiris adonan, mengoreng sampai pengepakan kerupuk
tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek ini mampu
membantu temannya dalam proses membentuk adonan, mengiris
(komponen masyarakat belajar, pemodelan).
d. Kemampuan subjek MH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek
mampu menyebutkan peralatan membuat kerupuk, tetapi dalam
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
67
menyebutkan bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru.
Subjek MH ini dalam tahapan menimbang bahan-bahan mampu
melakukannya dengan bantuan temannya. Dalam proses membentuk
adonan, kemudian merebus MH mampu melakuknnya tanpa bantuan.
Adonan yang dibentuk sampai direbus mampu dilakukan oleh subjek
MH ini tanpa dibantu. Subjek dibantu temannya saat melakukan
pengirisan/pemotongan adonan yang telah dijemur. Pada proses
pengorengan dan pengepakan kerupuk subjek MH ini mampu
melakukannya tanpa bantuan.
5. Hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk dengan strategi
kontekstual
yaitu dalam hal keterampilan motorik, yaitu ketika anak
membentuk adonan dan mengiris/memotong kerupuk belum bisa
maksimal, kemudian dalam hal konsentrasi anak yang kurang dapat
bertahan dengan lama, serta cepat bosan.
6. Upaya mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk
dengan strategi kontekstual yaitu ketika anak tidak mampu menyebutkan
bahan-bahan, menimbang, membentuk adonan dan mengiris/ memotong
kerupuk dengan memberi bimbingan kepada anak secara perlahan,
menyampaikan
materi
secara
bertahap,
berulang-ulang
dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang dimodifikasi dengan perilaku
anak, agar anak mudah menerima materi pelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran
yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini sebagai berikut :
1. Kepada Sekolah
Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan fasilitator
bagi
guru
untuk
menerapkan
pada
setiap
pembelajaran
dengan
menggunakan strategi konterkstual, dan diharapkan pihak sekolah dapat
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
68
menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
2. Kepada Guru
-
Mengingat pentingnya pembelajaran keterampilan bagi tunagrahita
ringan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang, maka
sebaiknya guru mengenali lagi karekteristik yang dimiliki oleh setiap
anak, agar program yang disusun dapat mengoptimalkan kemampuan
dari setiap anak.
-
Strategi
kontekstualnya
perlu
dilakukan
berulang-ulang
dengan
menggunakan petunjuk yang sederhana sehingga dimengerti anak.
3. Kepada Peneliti selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian, sehubungan
dengan penelitian ini yaitu tidak semua anak dapat melakukan proses
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk, oleh karena keterbatasan
waktu yang singkat. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih
menggunakan waktu penelitian yang cukup lama.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
69
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Depdikbud
Dirjen Pendidikan Tinggi.
Astati, Mulyati Lis (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung. Catur Karya
Mandiri.
Djam’an dan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Chaniago dan Sirodjudin (1981:1) Pendidikan Keterampilan Bagi Anak
Tunagrahita (online) http://wwwpapahmamah.com/showthread.php?t=
Dewan Bimbingan Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah Untuk
Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia 2011
http://saung-anggie.blogspot.com/2009/07/implikasi-pendidikan-bagi-anak.html
(19 Desember 2012)
http://www.anakluarbiasa.com/ArtikelAnakLuarBiasa/Detail/132/MenggaliPotensi-Tuna-Grahita-Melalui-Keterampilan.html
http://www.slideshare.net/romiantiteror/pendekatan-kontekstual (30 Desember
2012)
http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/konsep-pembelajaran/(30
Desember 2012)
http://agen-kerupuk.blogspot. com
http://gurupembaharu.com/home/elaborasi-eksplorasi-dan-konfirmasi
Sunardi (2010) Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Di Indonesia Dari Masa Ke
Masa Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional (online) https://docs.google.com/
viewer?a=v&q=cache:2O_K8Mrl3bkJ:www.puskurbuk.net/downloads/vi
ewing/Naskah/A_1_8%2BSEJARAH_KURIKULUM_EDISI_2010_(fina
l)/6_PLB/Sejarah_Kurikulum_PLB.pdf/ (3 Desember 2012)
Somantri T.Sutjihati (2006) Psikologi Anak Luar Biasa. Refika Aditama
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
70
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif.. Penerbit Alfabeta Bandung.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
Undang-undang Nomor. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
71
Kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan menurut Astati dan Mulyati
(2010:26) bahwa kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan adalah :
(buku pendidikan anak tunagrahita 2010 CV. Catur Karya Mandiri
Bandung.
Gagne (1992) Konsep Pembelajaran (online). Tersedia :http://ningningocha.
wordpress.com/2011/06/10/konsep-pembelajaran.
Maryam Nurhani, 2013
Kemampuan Membuat Kerupuk Dengan Strategi Kontekstual Pada Anak Tunagrahita Ringan
Tingkat SMALB Di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu