KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN: Studi Deskriptif Analisis Pada Kursus - Kursus Di Kotamadya Bandung.

KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM
PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN
WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
( STUDI DESKRIPTIF ANALISIS PADA
KURSUS - KURSUS Dl KOTAMADYA BANDUNG )

TE S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan
llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Sebagian

Syarat Program Pascasarjana Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah

O I e h

:

HENDI SUHENPRAYA MUCHTAR
9332020


g$™4|<

s>

&

PPS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

DISETUJUI OLEH DOSEN PEMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Maman Abdurrachman

Pembimbing II

POGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

A.

B

S

T


R

A.

Kl

Penelitian yang dilaksanakan di Kotamadya Bandung ini,
dilatarbelakangi oleh masalah bahva
varga masyarakat

tingkat

keikutsertaan

dalam pendidikan berkelanjutan berupa kur

sus-kursus dalam tiga tahun terakhir ini cenderung menurun.
Oleh karena itu perlu diungkap tentang faktor-faktor aktual

yang cenderung mempengaruhinya. Diduga yang paling

adalah

faktor

kepentingan diri,

lingkungan

penyelenggaraan program pembelajaran.
dapat diketahui faktor yang
paling

besar.

Dengan

mengungkap

gambaran


tersebut

sebagai

dalam

demikian,

tentang

penelitian

deskriptif ini, memiliki

dari

berusaha

tiga


faktor

keikutsertaan varga

belajar

dengan

metoda

populasi

menggunakan

seluruh

yang mengikuti pendidikan berkelanjutan

vilayah Kotamadya Bandung,
sebagai


atas.

ini

yang

pendi dikan kursus.

Penelitian yang dilakukan

tar

dan

selanjutnya

kontribusi

aspek-aspek


determinan

sosial,

Untuk

memberikan

dominan

diambil

150

PutraPutri,

berupa

di


yakni varga belajar yang terdaf

secara

responden

belajar

kursus

peserta ujian nasional dan berusia 15

Sampel

sebanyak

varga

purposif,


diambil

dari

tahun

jumlah
LPK

ke

sampel

Pajajaran,

Pouv'S. Aryanti dan LPK PUSPIKOM.

Dari hasil analisis dan


pembahasan

diperoleh

temuan

sebagai berikut.Keikutsertaan varga belajar sebagai anggota
masyarakat

bertujuan

dalam

untuk

pendidikan

meningkatkan

iv

berkelanjutan,

pendapatan/

terutama

penghasilan

dan

mencari

pekerjaan.

keikutsertaan

dalam

peningkatan

tarap

aktualisasi

diri

keluarga,

Aspek

diri

pendidikan adalah

hidup,

kegemaran

Lingkungan

lingkungan

Sedangkan aspek

kepentingan

pergaulan,

keinginan varga

berkelanjutan,

kepentingan

paling menonjol

masyarakat.

berkepentingan

keikutsertaan

belajar.

antara program/jenis keterampilan dengan

Apabila penyelenggaraan pendidikan
yang

serta

lingkungan

lingkungan

program pembelajaran yang

adalah kesesuaian

untuk

rekreasi,

meliputi

dan

mendorong

keinginan

dan

sosial

yang

varga
maka

diri

ingin

varga

paling

atau pihak

mempertinggi

masyarakat

yang

kursus

dalam

utama

tingkat

pendidikan

diperhatikan

masyarakat,

di

adalah

samping

sistem

penyelenggaraan

program pembelajaran kursus dan lingkungan

sosial.

terbukti

Karena

memberikan

variabel

sumbangan

lingkungan

bahva

efektif

sosial

terhadap keikutsertaan

pendidikan

untuk

merancang

berkelanjutan,

secara proposional,

yang

dan

varga

berkelanjutan berupa kursus
demikian,

variabel

kepentingan

besar

program

dari

diri

pada

pembelajaran

belajar dalam pendidikan

di
dan

perlu

Kotamadya

Bandung.

melaksanakan

selalu

baik kepentingan

Namun

program

diperhitungkan

diri,

lingkungan

sosial maupun program pembelajaran yang dijalankan.

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR MATRIKS
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I PENDAHULUAN

±v
vi
viii
xlv
xv±±
xviii
xlx
xx
xx±
±

A. Latar Belakang Masalah
B.
C.
D.
E.

BAB II

1

Batasan dan Perumusan Masalah
Definisi Operasional
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

KONSEP PLS, KEPENTINGAN
SOSIAL DAN PROGRAM

7
IO
l5
15

DIRI, LINGKUNGAN

PEMBELAJARAN

SEBAGAI

DETERMINAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENDIDIKAN

BERKELANJUTAN

17

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah

17

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ..

17

3. Pendidikan Berkelanjutan dan Asas
Pendidikan Sepanjang Hayat

19

3. Konsep Andragogi

25

4. PLS yang Dilaksanakan Masyarakat
Posisinya dalam Kebijakan

xxv

dan

Pemerintah

30

5. PLS sebagai Sistem Pendidikan

33

B. Keikutsertaan Warga Masyarakat Dalam
Pendidikan Berkelanjutan

37

C. Kepentingan Diri dan Kaitannya Dengan Ke
ikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjut
an

D.

40

Lingkungan Sosial dan

Kaitannya

Dengan

Keikutsertaan Dalam Pendidikan Berkelan

jutan

48

E. Program Pembelajaran dan

Kaitannya

de

ngan Keikutsertaan dalam Pendidikan Bei—

BAB III

k el anjutan

55

F.

Anggapan Dasar

59

G.

Hipotesis Penelitian

60

PROSEDUR PENELITIAN

62

A.

Metode Penelitian

62

B.

Objek Penelitian

64

1.

Populasi

64

2.

Sampel

64

C.

BAB

IV

Teknik Pengumpulan Data

67

1.

Alat Pengumpul Data

67

2.

Variabel

67

Penelitian

D.

Pengembangan Instrumen Penelitian

71

E.

Teknik

77

Analisis

Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

80

A. Keikutsertaan Warga Belajar di dalam
Pendidikan Berkelanjutan

80

1.

83

Kepentingan Diri

xv

B.

2.

Lingkungan Sosial

85

3.

Program Pembelajaran

88

Uji Persyaratan Analisis.

89

C. Pengujian Hipotesis
1.

91

Keterkaitan Kepentingan

Diri

dengan

Keikutsertaan Dalam Pendidikan berke

lanjutan

91

2. Keterkaitan Lingkungan Sosial

dengan

keikutsertaan Dalam Pendidikan Berke

lanjutan

95

3. Keterkaitan Program
ngan Keikutsertaan

Pembelajaran de
Dalam

Pendidikan

Berkelanjutan

98

4. Keterkaitan antara
Lingkungan Sosial,

Kepentingan Diri,
Program

Pembela

jaran Dengan Keikutsertaan Dalam Pen

didikan Berkelanjutan
D.

BAB

V

Pembahasan

101
106

E. Temuan Lapangan dan Proposisi

117

Kesimpulan dan Rekomendasi

122

A.

Kesi mpul an

122

B.

Rekomendasi

125

DAFTAR PUSTAKA

130

LAMPIRAN

133

Ri wayat Hi dup

160

xvx

DAFTAR TABEL
Nomor

1.

Halaman

Perbandingan Jumlah Peserta Kursus tahun 1994

dan tahun 1995 di Kotamadya Bandung

5

2. Jumlah Responden

66

3. Nilai Uji Validitas Item Variabel Kepentingan
Diri

4.

73

Nilai Uji Validitas Item Variabel

Lingkungan

Sosial

74

5. Nilai Uji Validitas Item Variabel Program Pem
belajaran

6.

74

Nilai Uji Vadilitas Item Variabel

Keikutser

taan dalam Pendidikan

75

7.

Ringksan Hasil Uji Coba Validitas Item

75

8.

Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

77

9.

Hasil Uji

Normal itas Data

91

10.

Hasil Uji

Keberartian Koefisien Korelasi

Parsial

11.

104

Bobot Sumbangan Efektif Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

105

xvxx

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

1. Batasan Variabel Penelitian dan Keterkaitannya

9

2. Hubungan Fungsional antar Komponen PLS

34

3.

63

Hubungan Antar Variabel Penelitian ...........

xvxxx

DAFTAR MATRIKS

Matriks

1.

Halaman

Pendekatan Liberasi dalam PLS .

28

2. Penjabaran Konsep Kepentingan Diri

68

3. Penjabaran Konsep Lingkungan Sosial

69

4. Penjabaran Konsep Program Pembelajaran

70

5. Penjabaran Konsep Keikutsertaan Dalam Pendidik
an Berkelanjutan



xxx

71

DAFTAR DIAGRAM

Diagram
1.

Halaman

Permasalahan Penelitian

8

1. Keterkaitan antara variabel X. dengan Y

94

2. Keterkaitan antara variabel Xp dengan Y

97

3.

Keterkaitan antara variabel X. dengan Y

xx

100

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp!ran

Halaman

1.

Inst rumen Penelitian

133

2.

Uji Coba Instrumen

140

3.

Deskripsi Data tentang Keikutsertaan Warga Bel

4.

ajar dalam Kursus

143

Data Masing-masing Variabel Penelitian

147

5. Uji Normalitas Data Variabel Penelitian
6.

Keterkaitan Antar Variabel
Korelasi

7.

151

Penelitian CMatrik

>

157

Analisis Regresi dan Korelasi Parsial

xxx

158

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingkat perkembangan modernisasi dan

kultur kehidupan berpacu amat pesatnya.

perubahan

Hal

ini

sosio

menuntut

setiap orang untuk mampu menghadapi dan menyesuaikan

diri,

sehingga menjadi handal dalam kehidupan yang mengalami per—
ubahan. Pendidikan sekolah ternyata

belum

dapat

menjawab

tantangan perubahan tersebut secara keseluruhan. Oleh kare-

na itu, dibutuhkan lembaga penyelenggara

pendidikan

lain,

yaitu pendidikan luar sekolah untuk dapat bersama-sama (pe-

merintah, masyarakat dan keluarga) mencapai sasaran pengembangan kualitas sumber daya manusia secara

optimal

sesuai

dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Undang-Undang

No.

2 tahun 1989 pasal 10 menegaskan bahwa penyelenggaraan pen
didikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (PLS).

Kedua jalur penyelenggaraan pendidikan di atas

saling

berkaitan dan saling menopang serta memiliki kedudukan yang
sama dalam Sistem Pendidikan

Nasional.

Fungsi

posisinya di samping pendidikan persekolahan

PLS

dalam

dapat

tampil

sebagai pelengkap (complementary education), penambah

plementary education),

dan

sebagai

pendidikan

(subtitude education). Oleh karena itu PLS sebagai

1

Csu-

pengganti
sistem

pendidikan memiliki kekuatan dalam memecahkan berbagai upaya pendidikan yang berada di luar sistem pendidikan

perse

kolahan.

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah memiliki sifat

yang lebih fleksibel dan tidak kaku dan dapat mengacu

pada

kebutuhan warga belajarnya. Dalam Peraturan Pemerintah

no-

mor 73 tahun 1991, Bab IV, Pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa

:

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat tei—
diri atas pemerintah, badan, kelompok atau perorangan
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan jenis pendidik
an luar sekolah yang terselenggara baik yang dilembagakan maupun tidak.

Berdasarkan kandungan ayat tersebut di atas, terdapat

adanya jawaban terhadap perkembangan kebutuhan belajar yang
muncul dari setiap orang. Jenis dan rumpun pendidikan
diselenggarakan disesuaikan dengan

perkembangan

yang

ilmu

dan

teknologi serta perubahan masyarakat. Bahkan apabila

jenis

dan rumpunnya sudah tidak sesuai

alami

lagi

maka

secara

kurang diminati anggota masyarakat dan berangsur menghilang
serta bergeser kepada jenis program yang diminati oleh

ma

syarakat.

Adapun bentuk program PLS

yang

terselenggara

adalah

pendidikan berkelanjutan berupa kursus-kursus atau pelatihan yang ditujukan kepada peserta

sekolah yang akan mencari atau

atau

memasuki

lulusan

pendidikan

dunia kerja (pre-

service training). Sasaran yang lain adalah

kepada

mereka

atau peserta yang sudah atau sedang bekerja dan ingin mela-

kukan pengembangan kualitas

kerja, atau untuk

jabatan/posisi tertentu. Di samping

itu

dapat

kepentingan
mengurangi

overhead lembaga atau perusahaan daripada menambah

atau karyawan baru. Pada umumnya

pendidikan

yang

diselenggarakan

oleh

Bila diamati perkembangan pendidikan dewasa ini,

akan

berbentuk kursus tersebut

program

pekerja

cenderung

masyarakat.

tampaklah bahwa

upaya

penyelenggaraan

pendidikan

berupa

kursus-kursus terlihat tumbuh menjamur, hal ini dikarenakan
kursus

mempunyai

kelebihan

diantaranya,

relatif singkat, mengutamakan

kehidupan

peserta

aplikasi,

penyelenggaraan

berkaitan

didik dan masyarakat. Artinya,

meningkatnya kepedulian masyarakat dalam upaya
"masyarakat gemar belajar"
dirasakan juga bahwa

adanya

unsur

semakin

pada

(learning society), di

kebutuhan

cenderung meningkat. Melalui

akibat

dengan

belajar

warga

pendekatan

penawaran

dan

taraf
samping

masyarakat

ekonomis

sebagai

permintaan, sehingga

mengakibatkan setiap penyelenggara merasa perlu

memikirkan

pendirian lembaga pendidikan yang diduga akan banyak

dimi

nati peserta/masyarakat. Jumlah penyelenggara lembaga

pen

didikan berupa kursus yang pernah diinformasikan oleh

Dik—

lusmas telah mengalami perkembangan yang berarti.Pada tahun
1964 di Indonesia tercatat 3000 kursus,

tahun 1976

4.644 kursus, tahun 1982 menjadi 7.138

kursus, tahun

bertambah menjadi

13.414 kursus dan

lagi menjadi 19.500 kursus.

Dewasa

tahun

ini

1991

terdapat

menjadi
1986

bertambah

12

ma-

cam rumpun, yaitu: (1) Kursus Bahasa; (2) Jasa; (3) Kerumah

Tanggaan; (4) Keolahragaan; (5) Kesehatan; (6) Kesenian;(7)
Kerajinan Industri; (8) Teknik;

an;

(9) Pertanian dan Peternak-

(10) Ilmu Pengetahuan; (11) Lingkungan Hidup; (12)

dan

Maritim. Kursus- kursus Diklusmas itu merupakan bentuk

sa-

tuan pendidikan luar sekolah yang tumbuh menurut

kebutuhan

dan sesuai dengan dinamika masyarakat, yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Trisnamansyah,

1993:

16).

Ada suatu gejala yang kontras dari ungkapan
bahwa berdasarkan observasi awal terhadap

di

atas,

beberapa

kursus

yang terdapat di Kotamadya Bandung tanggal 2 Februari 1996,
di antaranya LPK Putra Putri, LPK PUSPIKOM, LPK
menunjukkan bahwa jumlah peminat atau jumlah

Pajajaran,

peserta

mengikuti kursus selama 2 tahun terakhir cenderung

yang

menurun

bila dibandingkan dengan jumlah peminat 3 atau 4 tahun yang
lalu.

Keadaan di atas sesuai dengan data yang
Kantor Kandep Dikbud Kotamadya Bandung tanggal
1996,

dari

2

jumlah

jumlah

peserta

warga

pada

belajar

dari

Februari

bahwa pada tahun 1994 terjadi penurunan jumlah

masyarakat yang mengikuti pendidikan

dengan

diambil

warga

kursus bila dibanding

tahun 1993. Hal ini terbukti

yang

peserta ujian nasional di Kandep Dikbud

terdaftar
Kotamadya

sebagai
Bandung

terhadap beberapa jenis kursus yakni program "tata rias pe—

ngantin, komputer, steno, dan merangkai bunga" yang masing—

masing 330, 1593, 226, dan 26 peserta pada tahun 1993, men
jadi 239, 980, 211, dan 6 peserta di tahun 1994.

Keadaan di atas akan lebih tampak nyata lagi bila

bandingkan jumlah warga belajar kursus di tahun 1994,
ternyata jumlahnya lebih menurun

di

hampir

di-

yang

setiap

jenis

program pada tahun 1995. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel

di

bawah

ini:
TABEL

1

PERBANDINGAN JUMLAH PESERTA KURSUS TAHUN

1994 DAN 1995 DI

KOTAMADYA BANDUNG



Tahun
No

Jenis program

Keadaan

1994

1995

Menurun

1

Menjahit pakaian

219

145

33,79

2

Tatarias Pengant

239

196

17,99

3

Tata

kecant

rbt

1056

964

8,71

4

Tata

kecant

kit

231

171

25,97

5

Akuntansi

4116

4162

6

Komputer

980

937

4,39

7

Mengetik

1092

930

14,84

8

Steno

211

99

53,08

9

Kesekretariatan

550

373

32,18

76

20

73,68

10

Bahasa Inggris

11

Merangkai

bunga

6

0

-

'/.

meningkat



-

-

-

1,12
-

-

-

-

-

100,00

.

Sumber: Kantor Kandep Dikbud Kotamadya Bandung (Sie Dikmas)
tahun

1996.

Berdasarkan fenomena di atas dapat

tingkat keikutsertaan

masyarakat

bahwa

dalam

pendidikan

berkelanjutan berupa kursus—kursus sekarang ini

keadaannya

cenderung menurun.

warga

disimpulkan

Sehingga akibatnya

meniadakan program pendidikannya karena

banyak

kursus yang

kurangnya

keikut

sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.

Menurunnya keikutsertaan masyarakat

memasuki

lembaga

PLS di atas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di anta-

ranya adalah karakteristik

lembaga

pendidikan/kursus

sendiri, sistem penyelenggaraan program

pembelajaran, pola

dan fungsi manajemen yang diterapkan, lingkungan
ternal maupun eksternal, dan iklim lembaga
sendiri

itu

baik

pendidikan

in
itu

secara keseluruhan.

Karakteristik lembaga/kursus dapat berupa

agamaan, jabatan

kerja, kejuruan.

Sistem

missi, ke-

penyelenggaraan

program pembelajaran (program belajar) meliputi tujuan, isi

program, strategi, pendekatan,perlakuan terhadap warga bel
ajar, waktu, bahan belajar, metode pengajaran, dan evaluasi
Fungsi manajemen memiliki beberapa unsur pokok yaitu fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,

nilaian, dan pengembangan. Adapun lingkungan internal
kaitan dengan suasana

saling

menghormati

meliputi

sarana dan fasilitas, lingkungan sosial berupa

sosial dan standar sosial, sistem

ber

dan menghargai,

unsur kepentingan diri, rasa aman, keterbukaan, sistem
munikasi. Sedangkan lingkungan eksternal

pe—

ko-

tempat,

kepercayaan

ekonomi, iklim

politik,

peraturan pemerintah berupa jaminan hukum bagi penyelengga

ra dan jaminan perlindungan bagi peserta didik.
Keikutsertaan masyarakat dalam program pendidikan luar
sekolah berupa kursus di atas merupakan

unsur

pokok

mendasari jalannya program pendidikan. Keengganan

yang

dan

ku-

rangnya minat masyarakat merupakan kondisi yang perlu dika—

ji untuk ditanggulangi. Faktor—faktor penentu di atas meru
pakan wujud dari keragaman masalah yang dapat mewarnai

pe

nyelenggaraan pendidikan berkelanjutan, yang dalam hal

ini

berbentuk

kursus—kursus.

Apa saja yang menjadi alasan

sehingga

seseorang

mau

ikut serta dalam kegiatan belajar di lembaga—lembaga pendi
dikan berkelanjutan,

baik dalam kapasitasnya sebagai penca—

ri kerja maupun sebagai karyawan.
yang dominan mempengaruhi
sehingga seseorang

ikut

Faktor—faktor

motivasi
serta

Batasan dan

Rumusan

belajar

di kursus-kursus.

yang

dapat

dengan faktor—faktor penentu tentang

diteliti

ini.

masalah.

Keikutsertaan

secara garis besar dipengaruhi oleh
pola manajerial,

sehubungan

keikutsertaan

rakat mengikuti kursus-kursus seperti yang

pendidikan,

penelitian

Masalah

Banyak permasalahan

lam latar belakang

saja

internal dan eksternal

Misteri inilah yang akan diungkap melalui

B.

apa

masya

diutarakan

da

dalam

kursus,

karakteristik

lembaga

sistem penyelenggaraan program

belajar, dan lingkungan baik internal maupun eksternal.

Ka—

8

jian terhadap permasalahan tersebut di

atas

bisa

dilihat

dalam diagram berikut:
PENGLOLAAN

LINGKUNGAN SOSIAL

-Tdk me^npunyax
badan hVikum.
-Tujuan lambaga
tdk jelasis

PBM

-Tdk ada \dorongan

tujuan tdk

-Tempat jauh

jelas.

-PrVogram tdk
menarik

-Program tdk

-Sistem pembV/aran
tidak

sesuai

menarii

keb.

PESERTA
URSUS
MENURUN

-Sumber bel kur^ng —Kemampuan ^konomi
-Bahan prk-ku^ang
-Tdk ada lab/
-Tempat keoaatan

tdk menar/xk.

lemah.
—Tingk.pendidikan
rendah.

-Tdk memb4ri dukungan

minat.

SARANA

LINGKUNGAN KELUARGA

KEP.

DIRI

Namun dalam konteks penelitian ini,faktor yang mempengaruhi

keikursertaan masyarakat dalam kursus hanya
sisi kepentingan diri,

ditinjau

lingkungan sosial, dan program

belajaran lembaga pendidikan berkelanjutan. Dengan

diri, (2)

lingkungan

pem

demiki—

an, penelitian ini akan mengarah pada empat variabel

yaitu: (1) kepentingan

dari

sosial;

utama

(3)

program pembelajaran, (4) sebagai penentu keikutsertaan ma

syarakat dalam

kursus-kursus

sebagai

lembaga

berkelanjutan. Keterkaitan antar keempat variabel
di atas dapat dilihat bagan di bawah ini:

pendidikan
tersebut

Kepentingan

diri
Keikutsertaan

Lingkungan sosial

J

Program pendidikan

variabel

dalam

pendidikan

bebas

variabel

terikat

Bagan 1. Batasan variabel penelitian dan keterkaitannya

Ruang lingkup lembaga pendidikan berkelanjutan

dibahas melalui penelitian ini dibatasi pada
yang diselenggarakan oleh masyarakat

bukan kursus yang diselenggarakan

kursus-kursus

(diklusmas),

oleh

yang

artinya

pemerintah.

Ruang

lingkup wilayah operasional penyelenggraan pendidikan
kelanjutan juga dibatasi pada

kursus-kursus

yang

ada

ber—
di

Kotamadya Bandung.

Dari batasan dan ruang lingkup di atas, maka yang men
jadi fokus permasalahan penelitian ini adalah : "Sejauhmana
keterkaitan antara kepentingan diri,

lingkungan sosial, dan

penyelenggaraan jenis program pembelajaran

dengan

keikut

sertaan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan".
Agar fokus permasalahan dapat dijawab secara operasio
nal, maka perlu dirinci menjadi beberapa pertanyaan peneli
tian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi
pentingan diri, kondisi lingkungan

sosial, dan

ke

program

10

pembelajaran yang mendorong keikutsertaan warga

belajar

dalam pendidikan berkelanjutan ?

2. Apakah terdapat

keterkaitan

nyata

antara

kepentingan

diri, lingkungan sosial, dan program pembelajaran dengan
keikutsertaan warga belajar dalam

pendidikan

jutan, baik secara sendiri-sendiri maupun

3. Variabel bebas manakah yang memberikan

berkelan

bersama-sama?

kontribusi

lebih besar terhadap keikutsertaan warga

belajar

yang
dalam

pendidikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung ?

C.

Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi

antara

pembaca

dan penulis dalam hal menafsirkan penelitian ini, sekaligus
sebagai arahan untuk

keperluan

pembuatan

data dan pelaksanaan

penelitian, maka

alat

diberikan

pengambil
beberapa

definisi operasional sehubungan dengan kata—kata kunci yang

tertera pada judul dan masalah penelitian, yaitu:

1.

Pendidikan

Berkelanjutan

Unesco (1987)

mengajukan

batasan

bahwa

pendidikan

berkelanjutan adalah kegiatan pendidikan yang dapat memper—
baiki dan meningkatkan pengetahuan dan

profesi untuk dijadikan fasilitas

dalam

keterampilan

serta

peningkatan

diri

Pengertian di atas menggariskan bahwa pendidikan

ber—

dan produktivitas kerja.

11

kelanjutan memiliki ruang lingkup yang

luas

dan

meliputi

semua kesempatan belajar bagi semua orang yang mau dan membutuhkannya.

The Acerede ting Commission of the Continuing Education
dalam Sudjana (1991 :46) mengemukakan sebagai berikut :

Continuing education as the further development of
human abilities after entrance into employment or voluntary
activities. It includes in-service, upgrading and updating
education. It may be occupational education or training
which furthers career or personal development. Continuing
education includes that study made necessary by advances in

knowledge. It excludes most general education and training
for job entry. Continuing education is concerned primarily
with broad personal and professional development.
It
includes leadership training and improvement of the ability
to manage
resources.

personal,
Most
of

professional,

financial,
the subject

material,
matter

is

technical and leadership training

and
human
at
the

levels

of

the equivalent.

Berdasarkan definisi di atas dapat

dikemukakan

bahwa

pendidikan lanjutan merupakan kesempatan belajar bagi orang
dewasa untuk peningkatan kemampuan setelah mereka melakukan

suatu pekerjaan atau suatu kegiatan sukarela di masyarakat.

Program-program pendidikannya meliputi pelatihan pekerjaan,
peningkatan dan pembaharuan
latihan

pengembangan

karir

Pendidikan Lanjutan meliputi
pengetahuan yang

terus

kemampuan,
atau

kegiatan

berkembang

pendidikan

kerja,

pengembangan

diri.

untuk

dalam

kegiatan seseorang, latihan kepemimpinan,

kemampuan manajerial untuk

mengelola

meningkatkan

pekerjaan

dan

personil,

atau

peningkatan

keuangan,

fasilitas, dan sumber daya manusia.

Adapun

bentuk-bentuk kegiatan belajarnya antara lain

belajar yang memanfatkan media, kursus, belajar jarak jauh,

12

serta

kegiatan-kegiatan

masyarakat
bentuk

melalui

belajar

yang

diselenggarakan

kelompok belajar. Dalam penelitian ini

kegiatan pendidikan berkelanjutan adalah kursus.

Peraturan Pemerintah PLS. No.73/1991, bab I

pasal

mengemukakan pengertian kursus adalah satuan PLS yang

diri atas sekumpulan warga masyarakat yang
ngetahuan, keterampilan

dan

sikap

mental

II
ter—

memberikan
tertentu

pe—
bagi

warga belajar.

Yang dimaksud

dalam

penelitian

ini

tentang

kursus

adalah suatu kegiatan pendidikan yang berlangsung di
masyarakat yang

dilakukan

dengan

sengaja,

terorganisir,

sistematik untuk memberikan satu mata pelajaran atau
kaian tertentu kepada warga

masyarakat, dalam

relatif singkat, agar mereka memperoleh

dalam

waktu

rang
yang

pengetahuan, kete

rampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkannya untuk mengem—
bangkan dirinya dan masyarakatnya.
Cakupan kursus yang dimaksud

dalam

adalah kursus menjahit, tata kecantikan
akuntansi

2.

dan

penelitian

rambut,

ini

komputer,

kesekretarisan.

Keikutsertaan

dalam Pendidikan

Berkelanjutan

Keikutsertaan dalam pendidikan adalah partisipasi war—

ga masyarakat dalam interaksi
kegiatan belajar.

sosial

Keikutsertaan dalam

berupa kursus dapat didasari oleh (a)

yang

terjadi

pendidikan
orientasi

dalam

terutama
kebutuhan

13

belajar warga belajar, (b) pola pengalaman belajar, dan (c)
unsur psikologis lainnya.

3.

Kepentingan

Diri

Kepentingan diri adalah kebutuhan yang bersifat priba—

di terhadap pengetahuan dan

keterampilan

dari

pendidikan

yang dipilih responden (peserta didik), dalam rangka
nuhi kesenjangan kemampuan yang
ningkatkan keterampilan kerja

dipersyaratkan
sebagai

lapangan kerja bagi pencari kerja

untuk

persiapan

pemula, dan

meme—
me—

memasuki

peningkatan

kualitas kerja (kinerja) bagi yang sudah/sedang bekerja.
Indikator—indikator yang muncul dari pengertian kepen

tingan diri
meliputi:

menyangkut

tentang

kebutuhan

belajar

yaitu

(1) keinginan meningkatkan kemampuan (pengetahuan,

keterampilan, sikap kerja), dan (2) meningkatkan eksistensi

diri (aktualisasi diri) dalam

kehidupan

pribadi, keluarga

dan sebagai anggota masyarakat.

4.

Lingkungan

Sosial

Lingkungan sosial adalah kondisi sosial yang ada serta

berpengaruh kepada warga

keluarga,

masyarakat,

lingkungan

lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar.

Lingkungan keluarga berhubungan
asaan

termasuk

perilaku keluarga, teladan

dan

dengan

respon, kebi—

dukungan

Lingkungan pergaulan meliputi peniruan nilai yang

keluarga.

berlaku,

14

keinginan menjadi sama dengan pihak lain, dan rasa tertarik
untuk bekerja sama. Sedangkan lingkungan

belajar

mencakup

suasana belajar melalui dialog lugas dan komunikasi sosial.

5.

Program Pembelajaran

Program pembelajaran adalah

rencana

pengajaran

disusun oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

tor program pengajaran ini

meliputi: (1)

(2) bahan belajar, (3) cara-cara belajar,

Tujuan
(4)

yang

Indika

belajar,

pengelolaan

kegiatan belajar, dan (5) penetapan hasil belajar.

6.

Determinan

Determinan berasal dari kata "determinant"

(Inggris).

Dalam Kamus Riset oleh Komaruddin (1984:70) diartikan seba

gai suatu faktor

atau

variabel-variabel

yang

menentukan

sifat entitas (sesuatu yang ada) atau peristiwa. Dengan de-

mikian, determinan yang dimaksud dalam penelitian ini
lah "penentu". Adapun penentu dalam penelitian
variabel kepentingan diri, lingkungan

sosial

ini
dan

pengajaran terhadap keikutsertaan peserta dalam
pendidikan berkelanjutan. Kemudian besarnya indeks

ada
adalah

program

mengikuti
penentu

(bobot sumbangan) dikonversikan dengan koefisien determina2

si (koefisien penentu = 100 .r '/.) .

15

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang aspek—aspek kepenting
an diri, kondisi lingkungan sosial, dan

penyelenggaraan

program pembelajaran yang mendorong keikutsertaan

warga

belajar dalam pendidikan berkelanjutan.
2. Untuk memperoleh gambaran data tentang tingkat

itan nyata antara kepentingan

diri,

keterka

lingkungan

sosial,

dan program pembelajaran dengan keikutsertaan warga bel
ajar dalam pendidikan berkelanjutan,

baik secara sendiri

sendiri maupun bersama-sama.

3. Untuk memperoleh gambaran

data

tentang

variabel

memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap

yang

keikut

sertaan warga belajar dalam mengikuti pendidikan

berke

lanjutan di Kotamadya Bandung.

E.

Manfaat

Penelitian

Penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat diman—
faatkan untuk perencanaan

sekolah

dalam

menetapkan rumpun dan jenis pendidikan berkelanjutan

dalam

hal ini kursus,

pendidikan

luar

serta penyelenggaraan program

pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.
Secara praktis hasil

penelitian ini

diharapkan

dapat

memberikan kontribusi untuk melaksanakan kegiatan pendidik
an berkelanjutan, yang seirama dengan prinsip—prinsip

bel—

16

ajar membelajarkan dalam konsep

pendidikan

luar

sekolah,

khususnya dalam hal mengantisipasi keikutsertaan warga

ma

syarakat.

Bagi warga belajar, sebagai informasi dan pedoman

un

tuk dapat menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kebu
tuhan, agar dapat dijadikan sebagai bekal untuk
kan kemampuan.

meningkat

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Penelitian tentang keikutsertaan warga masyarakat

da

lam pendidikan berkelanjutan yang dilaksanakan di Kotamadya
Bandung ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif.
Penelitian ini menggunakanan metode deskriptif

karena

bertujuan untuk menggambarkan situasi-situasi sosial

bungan dengan: (1)

aspek-aspek

yang

menjadi

sehu

kepentingan

diri warga masyarakat dalam mengikuti pendidikan

berkelan

jutan, (2) kondisi lingkungan sosial warga belajar

sebagai

anggota

program

masyarakat, (3)

kondisi

penyelenggaraan

pembelajaran dalam pendidikan berkelanjutan, dan (4) kepen
tingan diri, lingkungan
sebagai faktor determinan

sosial, dan

program

keikutsertaan

warga

pembelajaran
masyarakat

dalam pendidikan berkelanjutan.

Untuk menggambarkan situasi butir pertama, kedua

dan

ketiga dilakukan analisis dengan cara menghubungkan hal-hal

yang ditemukan dari hasil

deskripsi

berupa konsep—konsep,

dan data empirik bentuk persentase yang dimiliki warga bel

ajar sebagai anggota

masyarakat, untuk

dimaknai dan digeneralisasi.

62

selanjutnya

dapat

63

Untuk menggambarkan

situasi butir

keempat, dilakukan

melalui pengenalan sampai sejauh mana variabel
diri, lingkungan

sosial dan program

(determinan) keikutsertaan warga
masyarakat dalam

pendidikan

kepentingan

pembelajaran

belajar

penentu

sebagai

berkelanjutan.

anggota

Masing-masing

variabel tersebut selanjutnya dinotasikan dengan XI

(vari

abel kepentingan diri), X2 (lingkungan sosial), X3 (program
pembelajaran) yang selanjutnya dinyatakan sebagai
bebas (prediktor). Sedangkan variabel

pendidikan

berkelanjutan

selanjutnya sebagai

keikutsertaan

dinotasikan

variabel

variabel

dengan

terikat

tujuan uji hipotesis secara statistik,

dalam

Y,

untuk

(kriterium).

keterkaitan

Untuk

antara

variabel dapat dilihat bagan sebagai berikut :

XI

XI

X2

X2

X3

X3

->-

Bagan 3. Hubungan antar variabel penelitian

Bagaimana variabel

bebas mewarnai variabel terikat dan

kekuatan keterkaitan antar keempat varibel tersebut

dinya

takan dengan koefisien korelasi dan indeks determinasi.

64

B.

Objek Penelitian

1.

Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh

warga

belajar

sebagai anggota masyarakat yang mengikuti pendidikan berke
lanjutan berupa kursus-kursus di wilayah Kotamadya Bandung,
dengan ciri-ciri:

(1)

berusia 15 tahun ke

daf tar sebagai peserta ujian nasional di

madya Bandung; dan (3)
sus menjahit,
dan

komputer,

atas;

(2)

ter

Kandep Dikbud Kota

terdaftar sebagai peserta jenis kur
tata kecantikan

rambut,

akuntansi

kesekretarisan.

Berdasarkan uraian di atas, maka jumlah populasi

saat

penelitian ini dilaksanakan adalah sebanyak 6786 warga bel
ajar yang tersebar di 185 lembaga pendidikan kursus.

2.

Sampel Penelitian

Populasi yang dimaksudkan di atas adalah bersifat homogen.

Artinya,

warga belajar telah memiliki pengalaman dasar

dan mengikuti belajar

tambahan

atas

Karena pihak penyelenggara kursus

dasar

berusaha

program sesuai dengan kebutuhan perkembangan

kebutuhannya.
mempersiapkan

warga

masya

rakat. Mengemas perangkat pengetahuan dan keterampilan men
jadi bahan ajar yang bermakna

dan

praktis,

membawa kenyataan hidup sehari-hari ke

dalam

dan

berusaha

ruang

kelas

atau tempat belajar tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa

di

65

manapun pengambilan lokasi sampel tidak mempengaruhi kredibilitas pengambilan data dan dianggap

representatif

mewa-

kili populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode

pengambilan sampel yang tidak acak melalui purposive sampl
ing.

Penetapan teknik sampling di atas sesuai

dengan

ung-

kapan Singarimbun (1984:122) bahwa apabila telah ditetapkan
ciri atau sifat—sifat populasi dan semua lokasi tidak mung—
kin terjangkau oleh peneliti dan
tertentu sesuai tujuan

berdasarkan

penelitian,

pertimbangan

maka

dapat

digunakan

metode pengambilan sampel yang tidak acak

yaitu

purposive

sampling.

Dalam penelitian ini ditetapkan
sampel adalah sebagai berikut:
atas; (2)

(1)

bahwa

karakteristik

berusia 15 tahun ke atas

terdaftar sebagai peserta ujian nasional; dan (3)

terdaftar sebagai peserta kursus yang tergolong

ke

jenis pendidikan komputer, menjahit, akuntansi,

kesekreta—

risan

dan

tata

kecantikan

dalam

rambut.

Dari uraian di atas, maka secara purposive sample

di

ambil dari 5 buah kursus yang ada di Kotamadya Bandung. Kelima kursus tersebut adalah LPK

Putra-Putri,

LPK

Pouw's,

LPK Padjadjaran, LPK PUSPIKOM, dan LPK Ariyanti.
Berdasarkan jenis

program, sampel

digolongkan ke dalam lima kelompok, yaitu

penelitian

kelompok

dapat

sampel

66

dengan

program

kesekretarisan,

pendidikan
dan

tata

komputer, menjahit, akuntansi,
kecantikan

rambut.

Sehubungan

dengan jumlah anggota/responden untuk masing-masing

kelom

pok, Nasution (1991:136) mengatakan bahwa dalam hal menghadapi populasi yang besar, di mana di dalamnya terdiri

atas

beberapa kategori

agar

atau

kelompok

sampel, diharapkan

setiap kelompok setidaknya mempunyai 30 anggota/subjek
nelitian. Dengan demikian, untuk penelitian ini

pe

ditetapkan

jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 30 res

ponden. Dari kelima kelompok sampel menunjukkan bahwa

jum

lah sampel keseluruhan adalah sebanyak 150 responden. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
TABEL

2

JUMLAH RESPONDEN

No

Kelompok sampel
(program)

jumlah

responden

Lokasi pengambilan
sampel

1

Kesekretarisan

30

LPK Pajajaran

2

Menjahit

30

LPK Putra-Putri

3

Komputer

30

LPK STIK0M

4

Tata

30

LPK Ariyanti

30

LPK Pouw's

Kecantikan

Rambut
5

Akuntansi

Jumlah

150

67

Untuk menentukan warga belajar

mana

yang

dijadikan

responden, maka ditetapkan berdasarkan ciri atau sifat yang
dimiliki oleh sampel. Hal

sampai dicapai sejumlah 30

ini dilakukan secara

responden

untuk

berulang

masing-masing

kelompok sampel.

C.

Teknik Pengumpulan Data

1.

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang

digunakan

dalam

penelitian

ini adalah kuesioner tipe pilihan ganda yang berisikan

se

jumlah pernyataan yang berhubungan dengan keempat variabel,

yaitu kepentingan diri, lingkungan sosial, program

pembel

ajaran, dan keterlibatan dalam pendidikan.

2.

Variabel

Penelitian

Adapun variabel penelitian yang

akan

dibahas

adalah

sebagai berikut:

a.

Kepentingan Diri Warga Belajar

Untuk melihat gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi

kepentingan diri warga belajar dalam

mengikuti

pendidikan

berkelanjutan dapat ditelusuri informasi sehubungan

dengan

peningkatan kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap ker

ja, dan aktualisasi diri. Konsep kepentingan diri dapat dinyatakan dalam matriks di bawah ini:

68

Matriks 2. Penjabaran Konsep Kepentingan diri

No.

Indikator

Elemen
Keikutsertaan

1

a.

Kehadiran

belajar karena ke

inginan.
b. Merasa tertinggal
masuk

bila tidak

kelas.

c.

Selalu datang meski ada ha—

d.

langan
Melengkapi perlengkapan kur—
sus,meskipun mahal.

e. Seyogyanya peralatan tanggung
jawab kursus

d.

Biaya ditambah, asal peralat
an
disediakan
oleh
lembaga
kursus.

Meningkatkan
penampilan diri

2

a.

Materi

b.

diekspresikan dari
pada
ba
nyak penjelasan.
Pelajaran kursus adalah prio
ritas

lebih

baik

dicobakan/

utama

c.

Perlu ada pertanyaan pada se
tiap pertemuan
d. Belajar serius tanpa tutor.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan seluruh aspek yang terdapat
dalam kenyataan sosial yang ada sehubungan lingkungan kelu

arga,

lingkungan pergaulan, dan

lingkungan belajar.

sosial tersebut dijalani dan dialami oleh

setiap

dalam alur kehidupannya. Penjabaran konsep atas

sosial yang dimaksudkan
berikut:

dalam

penelitian

Kondisi
individu

lingkungan

adalah

sebagai

69

Matriks 3. Penjabaran konsep lingkungan sosial

Elemen

No.

1

Lingkungan keluar

Indikator

a.

Kebiasaan perilaku keluarga


ga.

b.

bekerja tidak asal—asalan

— pemanfaatan waktu luang
— pengertian kewajiban dan
tanggung jawab.
Dukungan keluarga, dana dan
fasilitas.

2

Lingkungan per—
gaulan

a.

b.

c.

3

Lingkungan belajar

a.

b.

Imitasi (peniruan).
Identifikasi (menyamakan diri
dengan pihak lain)
Simpati (bekerja sama)

Cara berdialog
Mempertahankan suasana bel
ajar.

c.

c.

Komunikasi

sosial

Program Pembelajaran
Program pembelajaran akan menggambarkan

situasi

ajar yang mengandung unsur eksternal yang mampu

merangsang

seseorang dalam peristiwa belajar, dan unsur internal
mengacu terbentuknya kapasitas individu melalui pola

alaman belajar. Untuk lebih jelasnya, konsep

bel

tentang

yang
peng

pro

gram pembelajaran di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

70

Matriks 4. Penjabaran konsep program pembelajaran

1

Tujuan

pembela

jaran
2

Bahan

3

Cara-cara

4

belajar
belajar

Pengelolaan kegia
tan

5

b.

Tuj uan/sasaran be1aj ar
Tindak Ianjut setelah kursus

a.

Isi

a.

Sistematika bahan

b.

Kesesuaian alat peraga de

c.

ngan bahan belajar
Kemampuan instruktur dalam
menyampaikan bahan belajar

a.

Penetapan hasil

bahan

belajar

a.

Keselarasan

bahan

belajar

belajar

b.

dengan buku acuan
Cara penyajian instruktur

c.

Waktu

a.

Cara penilaian oleh ins

belajar

belajar

d.

Indikator

Elemen

No.

belajar

truktur

Keikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjutan

Keikutsertaan dalam pendidikan

merupakan

partisipasi

warga masyarakat dalam interaksi sosial yang terjadi

dalam

kegiatan atau penyelenggaraan pendidikan. Keikutsertaan da

lam pendidikan dapat didukung oleh orientasi kebutuhan akan
belajar, pola pengalaman belajar, dan unsur psikologis

la-

innya. Di bawah ini diberikan beberapa indikator sehubungan

dengan konsep keikutsertaan warga masyarakat
dikan berkelanjutan, yaitu:

dalam

pendi

71

Matriks 5. Penjabaran konsep keikutsertaan dalam pendidikan
berkelanjutan

1

Indikator

Elemen

No.

Orientasi

kebutu

a.

Pandangan tentang kursus utk
menambah pengetahuan

han belajar
b.

Kursus memberikan pengalaman
baru

c.

Ikut kursus meski

belum jelas

memperoleh kerja.
2

Pola pengalaman

a.

Tanggapan atas kemampuan se—

b.

Pemahaman

lama belajar kursus

belajar

terhadap

perkem

bangan masyarakat.
3

Unsur psikologis

a.

Kesiapan menghadapi persoalan hidup

c.

Percaya diri dengan bekal
yang dimiliki.
Optimis dan orientasi masa

d.

depan.
Prestasi dan harga diri

b.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

angket (kuesioner) tipe pilihan ganda. Ada empat

ini

instrumen

yang perlu diuji coba yaitu: (1) instrumen variabel

tingan diri;

(2) instrumen variabel lingkungan

instrumen variabel program pembelajaran; dan (4)

adalah

kepen

sosial; (3)
instrumen

72

variabel keikutsertaan dalam pendidikan berkelanjutan.
Ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui kesahihan
(validitas item)

dan

keterandalan

instrumen

instrumen). Subjek yang diambil sebagai

(reliabilitas

ujicoba

instrumen

berasal dari populasi yang sama, tetapi tidak termasuk sam
pel penelitian ini. Adapun jumlah sampel ujicoba

instrumen

melibatkan 30 warga belajar dari seluruh jenis program/rum—
pun.

Penggunaan uji validitas isi dalam penelitian dimaksud
kan agar isi butir—butir tes yang dibuat menggambarkan
luruh indikator setiap variabel.

Uji kesahihan

se

butir—butir

tes menurut Kerlinger (1973: 468), banyak tester yang

mi lier dengan teknik korelasi item dengan totalnya,

fa-

dengan

asumsi bahwa total skor adalah valid. Contoh valid yang di

maksudkan

adalah,

bila

orang

yang

tingkat keseringannya

menjawabnya tinggi, maka akan memberikan jawaban total skor

yang tinggi pula, dan orang yang tingkat keseringannya ren—
dah akan memberikan jawaban yang total skornya rendah pula.
Arikunto

(1992:67)

mengatakan

bahwa

koefisien

korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah prosedur

yang umum digunakan untuk melaporkan validitas item.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka penentuan validi
tas butir dari setiap variabel digunakan rumus product

moment

(r) dengan taraf signifikansi 5'/..

Artinya suatu

bu—

73

tir pernyataan dinyatakan

sahih

jika

yang diperoleh (r hitung)

lebih

besar

koefisien

atau

korelasi

sama

dengan

koefisien korelasi tabel (r tabel) untuk uji coba dua arah.

Jika r hitung lebih kecil dari

r

tabel, maka

butir

item

tersebut dinyatakan tidak sahih (gugur). Rumus yang diguna
kan

adalah

:

NZXY xy

K

(ZX)(ZY)

CNZX2 - (ZX)2} tNZY2

(ZY)2 >
(Arikunto,

1992: 69)

Hasil analisis r product moment yang diperoleh untuk masing
masing variabel adalah:

TABEL 3
NILAI

No.
item

UJI

VALIDITAS

Koefisien

ITEM VARIABEL

korelasi

(r)

No.

item

KEPENTINGAN DIRI

Koefisien

korelasi

(r)

1

0,5414

7

0,2419*

2

0,4016

8

0,3957

3

0,3648

9

0,4016

4

0,6025

10

0,1822*

5

0,5731

11

0,3713

6

0,4327

12

0,4769

* Critical value (2 - tail,

a = 0,05)

= +/- 0,30645

74

TABEL

NILAI

No.

UJI

VALIDITAS

Koefisien

4

ITEM VARIABEL LINGKUNGAN SOSIAL

korelasi

Koefisien

No.

(r)

item

korelasi

(r)

item

1

0,3363

8

0,2289*

2

0,3875

9

0,4389

3

0,3461

10

0,5135

4

0,4974

11

0,5379

5

0,3888

12

0,2571*

6

0,5494

13

0,5979

7

0,3879

14

0,3289

* Critical value (2 - tail,

a = 0,05) = +/- O,30645

TABEL
NILAI

No.
item

UJI

VALIDITAS

Koefisien

5

ITEM VARIABEL

korelasi

(r)

PROGRAM

No.
item

PEMBELAJARAN

Koefisien

korelasi

(r)

1

0,4177

6

0,4177

2

0,4531

7

0,4672

3

0,3186

8

0,3576

4

0,5618

9

0,4534

5

0,5214

10

0,3461

* Critical value (2 - tail,

a = 0,05) = +/- O,30645

75

TABEL

NILAI

UJI

VALIDITAS

6

ITEM VARIABEL KEIKUTSERTAAN DALAM
PENDIDIKAN

No.

Koefisien

korelasi

Koefisien

korelasi
(r)

No.

(r)

item

item

1

0,6723

6

0,4137

2

0,3867

7

0,4258

3

0,5647

8

0,3577

4

0,2837*

9

0,4134

5

0,4890

10

0,3684

* Critical value (2 - tail, a = 0,05) = +/- 0,30645

Hasil uji coba validitas
dilihat

tabel

berikut

item,

secara

keseluruhan

dapat

:

TABEL 7

RINGKASAN HASIL UJI

No.

COBA VALIDITAS

Instrumen yang diuji

1.

Kepentingan diri

2.

Lingkungan sosial

3.

Program Pembelajaran

4.

Keikutsertaan dim pendidikan

ITEM

Jumlah

Diuji

Item

Gugur Valid

12

2

10

14

2

12

io

O

10

io

1

9

Setelah item—item yang gugur dibuang, dan

agar

instrumen

76

ini dapat dipakai pada studi
sifat populasinya sama dengan
diketahui konsistensi

yang

relevan,

penelitian

instrumen

asal

ciri

ini, maka

(reliabilitas

perlu

instrumen)

yang dibuat apakah termasuk dalam kategori tinggi atau rendah. Untuk pengujian keterandalan instrumen digunakan rumus
koefisien alpha (r

) sebagai berikut:

Zt2
u.

n—1

2
T
t

dimana : r

=

Zt

reliabilitas yang dicari

= jumlah varian skor tiap-tiap item
i

t2

= varian total

(Arikunto, 1992:104)

Untuk menguji keberartian nilai r,digunakan distribusi
Student t (Uji-t) dengan dk = n - 2, melalui rumus :

t

=

r \/" " 2
\[7~Z_ 2~~

(Sudjana, 1992:62)

Rumus koefisien alpha digunakan karena

di

dalam

in

strumen tidak terdapat jawaban yang bernilai benar atau salah. Jawaban tersebut bersifat gradasi.

Jadi

keterandalan

instrumen yang dipakai termasuk dalam klasifikasi
dalan konsistensi internal (internal consistency

keteran
reliabil

ity}. Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien alpha

(rtl) adalah :

77

0,800
0,600

0,400
0,200



-

-

-

<

1,000

: Sangat tinggi

0,799

: tinggi

0,599

: Cukup

0,399

:

0,200

: sangat rendah

rendah

Hasil uji coba keterandalan instrumen tersebut

dapat

dilihat lampiran 3 dan diringkas dalam tabel berikut:
TABEL

8

RINGKASAN HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

No.

Instrumen yang Koefisien
alpha (r)
di uji

Kepentingan
1.

Lingkungan
2.

Program Pern—
3.

Keikutsertaan
4

dim pendidikan

0,8246

*h

Sigf
pada

7,7149

0,99

Tingkat
keterandalan

Sangat

tinggi

0,7446

tinggi

5,9026

0,99

0,6689

tinggi

4,7615

0,99

0,7231

tinggi

5,5394

0,99

Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa,

keempat

in

strument tersebut memiliki tingkat keterandalan yang tinggi

dan sangat tinggi. Ini berarti, instrumen tersebut memenuhi

syarat dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini.
E.

Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih

dahulu

di-

tampilkan deskripsi data dengan menggunakan tabulasi silang

78

bentuk prosentase, kemudian dilakukan uji

dengan menggunakan Chi

(x )•

Kuadrat
bila x

yang digunakan adalah,

2

normalitas

Kriteria

data

pengujian

hitung dinyatakan dapat

terima pada taraf signifikasi 95X melalui

perangkat

di—
lunak

microstat (P < 0,05), maka dinyatakan bahwa sampel yang di
analisis berasal dari populasi yang

berdistribusi

normal,

begitu juga sebaliknya.
2.

Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas

data, maka

berikutnya adalah menentukan bentuk persamaan

regresi

derhana dan regresi ganda. Selanjutnya dilakukan

se—

pengujian

atas keberartian dan kelinieran persamaan regresi
dengan maksud untuk mengetahui apakah

langkah

tersebut

masing-masing

vari

abel yang dijadikan prediktor (variabel bebas) dalam anali
sis regresi memenuhi

asumsi

kelinieran

untuk

dengan model analisis regresi linier ganda.

dianalisis

Uji linieritas

dan keberartian persamaan regresi dilakukan dengan
nakan

analisis varian

statistik

linieritas

sederhana

melalui

menggu
rumus

F.

Setelah dilakukan uji linieritas, maka dapat digunakan
analisis regresi untuk masing-masing prediktor dan analisis
regresi ganda untuk kedua prediktor.

dengan analisis korelasi parsial.

Kemudian

dilanjutkan

Alasan pengambilan

kore-

79

lasi parsial adalah karena ingin mengontrol sejumlah faktor
(variabel bebas) dan melihat

bagaimana

kelakuan

variabel

tertentu berhubungan dengan variabel terikat.
Menurut Sujana (1986:371), koefisien korelasi multifel

berhubungan erat dengan koefisien korelasi parsial, apabila

muncul koefisien korelasi

antara

sebagian

dari

sejumlah

variabel, sedangkan bagian variabel lainnya dianggap tetap.
Untuk variabel bebas XI,

X2,

X3

dan

maka koefisien korelasi antara X2

r ~,_^. y*-

"-1

Untuk

pengujian

variabel

dengan Y

hipotesis

terikat

dapat

digunakan

Y,

ditulis

statistik

•*•

student t dua arah.

Dalam menentukan dan

menghitung

data

digunakan perangkat lunak pengolahan data Microstat by Ecosof,

Inc.

Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien
lasi mengacu pada rumusan yang
dalam Natawidjaja

0,00



dikemukakan

oleh

kore

Guilford

(1988:48):

0,20 : Korelasi kecil;

hubungan hampir dapat

diabaikan.

0,21



0,40

: Korelasi rendah;

hubungan jelas tapi

kecil.

0,41



0,70

: Korelasi sedang;

hubungan memadai.

0,71



0,90

: Korelasi tinggi;

hubungan

0,91

-

1,00

: Korelasi sangat tinggi;
ngat erat.

besar.

hubungan sa

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Sebagai penutup penelitian

pokok yaitu:

ini, disajikan

(1) kesimpulan hasil penelitian

dua

hal

dan (2) reko

mendasi penelitian.

A.

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan
maka dapat diambil
1.

hasil

penelitian,

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Keikutsertaan warga belajar sebagai

anggota

masyarakat

dalam pendidikan berkelanjutan yang berupa kursus-kursus

di Kotamadya Bandung, terutama bertujuan

untuk

mening

katkan pendapatan/penghasilan serta berusaha mencari ke
sempatan kerja baru.

Orientasi warga

diwarnai oleh aspek-aspek kepentingan

belajar
diri,

tersebut
lingkungan

sosial, dan aspek program pembelajaran.
Aspek-aspek kepentingan diri yang mendorong keikut

sertaan warga
adalah:

(a)

belajar

dalam

pendidikan

berkelanjutan

upaya peningkatan pendapatan/penghasilan;(b)

pemenuhan kebutuhan akan kegemaran dan rekreasi; dan (c)
aktualisasi

Kondisi

diri.

lingkungan sosial yang mendorong keikutser

taan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan adalah

(a)

lingkungan keluarga, meliputi respon

122

dan

kebiasaan

123

perilaku keluarga, sebagai teladan dan dukungan
ga;

keluar—

(b) lingkungan pergaulan berupa imitasi atau peniru-

an kaidah dan nilai yang berlaku, identifikasi atau

ke

inginan menjadi sama dengan pihak lain, dan simpati atau
tertarik ingin memahami pihak lain untuk dapat
sama; dan (c)

lingkungan belajar berupa cara

bekerja;
berdialog,

mempertahankan suasana belajar di luar kelas, dan
nikasi

komu

sosial.

Adapun aspek penyelenggaraan

program

yang mendorong keikutsertaan warga

didikan berkelanjutan adalah:

(a)

pembelajaran

belajar

dalam

pen

kesesuaian tujuan pro

gram pembelajaran dengan keinginan warga masyarakat;
kesesuaian cara penyajian instruktur dengan materi
ajaran,

buku acuan, waktu dan cara penilaian;

pandangan terhadap warga belajar

sebagai

dan

orang

(b)
pel
(c)

dewasa

dengan segala karakteristiknya.

2. Apabila penyelenggara pendidikan kursus atau pihak
berkepentingan ingin mempertinggi tingkat
warga masyarakat dalam

perlu

diperhatikan

pendidikan

dan

tingkat kepentingan diri,

terlebih

lingkungan sosial

lenggaraan program pembelajaran.
tingkat kepentingan diri,

keikutsertaan

berkelanjutan,

dahulu

maka

mempertinggi
dan

Karena semakin

lingkungan sosial dan

pembelajaran, maka semakin tinggi pula

yang

tingkat

penye
tinggi
program
keikut-

124

sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.
Bahkan kepentingan

diri

memberikan

yang lebih besar dibandingkan dengan

sumbangan

efektif

lingkungan

sosial

dan program pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan mela
lui:

a.

Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara

ke

pentingan diri dengan keikutsertaan dalam pendidikan.

Semakin tinggi tingkat kepentingan diri, makin tinggi
pula tingkat keikutsertaan warga belajar dalam pendi

dikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot
sumbangan efektif kepentingan diri

terhadap

keikut

sertaan dalam pendidikan adalah 7,05% ( tabel 11 ).

b. Terdapat

keterkai