PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN MULTIPEL REPRESENTASI PADA TOPIK FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inkuiri ... 11
B. Multipel Representasi ... 17
C. Model Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi ... 20
D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23
E. Kemampuan kognitif ... 27
F. Deskripsi Fluida Statis ... 30
1. Tekanan Hidrostatis ... 30
2. Hukum Pascal ... 31
3. Prinsip Archimedes ... 32
a. Gaya Archimedes ... 32
b. Keadaan Benda ... 34
G.Analisis Silabus dan Materi Pembelajaran ... 34
H.Keterkaitan Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi dengan Kemampuan kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 35
I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36
(2)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... 39
B. Subyek Penelitian ... 40
C. Instrumen Penelitian ... 40
D. Prosedur Penelitian ... 40
E. Alur Penelitian... 44
F. Teknik Analisis Data ... 44
1. Uji Instrumen ... 45
a. Analisis Butir Soal ... 45
1. Pemberian Skor ... 45
2. Validitas ... 45
3. Reliabilitas tes ... 46
4. Taraf Kemudahan ... 47
5. Daya Beda ... 48
2. Analisis Data Penelitian ... 49
a. Gain Normalisasi ... 49
b. Respon Siswa ... 50
c. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 50
3. Uji Hipotesis ... 51
a. Uji Normalitas ... 51
b. Uji Homogenitas ... 52
c. Uji Hipotesis Penelitian ... 52
d. Uji Beda Rata – Rata ... 54
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 56
1. Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 56
a. Deskripsi Peningkatan Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 57
b. Pengolahan Data Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 60
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Fluida Statis ... 62
a. Deskripsi Keterampilan Berpikir Kritis... 62
b. Pengolahan Data Keterampilan Berpikir Kritis ... 65
3. Deskripsi Keterlaksanan Pembelajaran Inkuiri dengan MultipelRepresentasi pada topik Fluida Statis ... 67
4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi pada topik Fluida Statis ... 68
B. Pembahasan ... 69
1. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi pada Topik Fluida ... 69
2. Kemampuan kognitif Fluida Statis ... 71
3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 75 4. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel
(3)
5. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri dengan
Multipel Representasi ... 79 6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Pembelajaran Inkuiri
dengan Multipel Representasi ... 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 81 B. Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83
(4)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Langkah Siklus Belajar Inkuiri menurut Wenning (2011)... 16
Tabel 2.2. Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Multipel Representasi ... 22
Tabel 2.3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis ... 26
Tabel 2.4. Kompetensi dan Indikator Konsep Fluida ... 35
Tabel 2.5. Kajian Teoritis Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi- Konsep Fluida-Keterampilan Berpikir Kritis ... 35
Tabel 2.6. Hubungan antara Konsep Fluida dengan Multipel Representasi ... 36
Tabel 3.1 Gambaran Desain Penelitian ... 39
Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian ... 40
Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes ... 47
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kemudahan Soal ... 48
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda ... 48
Tabel 3.6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55
Tabel 4.1 Keterlaksanaan Pembelajaran pada tiap – tiap Pertemuan... 67
Tabel 4.2 Rekapitulasi Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel Representasi pada topik Fluida Statis ... 69
(5)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Hierarki Dasar Praktik Pengajaran Sains Berorientasi Inkuiri . 13
Gambar 2.2. Fungsi Multipel Representasi ... 19
Gambar 2.3. Tekanan Pada Gelas ... 31
Gambar 2.4. Bejana Berhubungan (aplikasi Hukum Pascal) ... 32
Gambar 2.5. Kapal dapat Terapung di Laut ... 32
Gambar 2.6. Benda Terapung di Air ... 33
Gambar 2.7. Pengukuran Berat Benda ... 34
Gambar 2.8. Keadaan Benda dalam Air berdasarkan Massa Jenisnya ... 34
Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 43
Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57
Gambar 4.2. Perbandingan N-gain Kemampuan kognitif Untuk Setiap Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58
Gambar 4.3. Perbandingan Skor pretes dan postes pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada setiap Ranah kognitif ... 59
Gambar 4.4. Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62
Gambar 4.5. Perbandingan N-gain Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Setiap Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 83
Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 114
Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 152
Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket... 172
Lampiran E : Pengolahan Data ... 193
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi yang sangat cepat perlu upaya proaktif dari pemerintah seperti perubahan kurikulum sains. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang merupakan respon pemerintah yang baik. Pada dasarnya KTSP seperti halnya KBK adalah kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki pelajar setelah menyelesaikan pendidikannya namun pengembangannya dilakukan oleh guru tingkat satuan pendidikan sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan lokal dan peserta didik. Kompetensi sains pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) meliputi pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai dan pola berpikir anak yang merupakan refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajarinya (Depdiknas, 2004).
Selain itu untuk dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan tersebut, guru dituntut turut melakukan perubahan proses pembelajaran yaitu dari sekedar pembelajaran untuk tahu (learning to know) menjadi pembelajaran untuk berbuat (learning to do). Sehingga tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran harus meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Pelajaran fisika merupakan paduan antara analisis deduktif dan proses induktif sehingga diharapkan siswa selain memperoleh pengalaman untuk membentuk kemampuan
(8)
bernalar juga memperoleh pengalaman belajar melalui kerja ilmiah dalam belajar fisika. Secara rinci, fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika ditingkat SMA adalah sebagai sarana:
1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keindahan dan keteraturan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain. 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan. 4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara kualitatif maupun kuantitatif. 5) Menguasai konsep dan prinsip fisika, serta mepunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006).
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri Tangerang. Pemilihan sekolah penelitian dengan pertimbangan bahwa SMA ini merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Kecamatan Benda Kota Tangerang. Secara geografis, sekolah ini dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan pemukiman yang padat. Hal ini membawa konsekuensi terhadap beberapa hal, diantaranya menampung siswa dalam jumlah yang cukup besar dimana untuk kelas X terdapat 12 kelas dan XI IPA ada 5 kelas dengan rata-rata jumlah siswa adalah 35 orang dalam satu kelas. Hal tersebut membawa dampak terhadap susahnya melakukan pembatasan penerimaan siswa berdasarkan prestasi akademiknya. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil dan proses pembelajaran yang berlangsung, terutama dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sudah dilaksanakan mulai tahun ajaran 2006/2007.
(9)
Implementasi kurikulum ini memasuki tahun kelima di SMAN tersebut dan menuntut adanya perubahan dalam sistem pembelajaran. Perubahan terutama terlihat dari adanya standar kompetensi yang harus dimiliki anak setelah proses pembelajaran secara tuntas, serta dari pendekatan dan metode pembelajaran yang diharapkan dapat berubah dari teacher-centered menjadi pola student-centered, dimana fokus model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah penempatan siswa yang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman mereka sendiri. serta membawa adanya perubahan susunan materi dalam pembelajaran Fisika.
Dari hasil diskusi dengan guru diketahui bahwa ketuntasan pencapaian kompetensi siswa tentang beberapa konsep fisika masih sangat bervariasi, dimana masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan memahami konsep - konsep fisika. Kesulitan terutama dialami siswa dalam penyelesaian soal-soal pemecahan masalah. Kemampuan matematika sebagian siswa yang kurang sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal-soal yang memerlukan perhitungan. Kesulitan dalam mempelajari materi vektor yang menjadi prasyarat dalam pembahasan kinematika dan dinamika juga dialami oleh sebagian siswa, sehingga sangat mempengaruhi kemampuan kognitif dan penyelesaian soal-soal tentang konsep fisika yang berkaitan erat dengan vektor seperti fluida. Kesulitan lain yang dialami oleh sebagian siswa adalah menentukan rumus yang harus digunakan dalam menyelesaikan setiap persoalan. Kesulitan menentukan rumus, dikarenakan terbiasanya siswa mencatat dan mengerjakan soal – soal berdasarkan contoh soal yang diberikan. Sehingga pemahaman siswa terhadap konsep fisika lebih bersifat
(10)
hafalan dan tidak mendorong keterampilan berpikir. Sehingga hal tersebut memberikan dampak pada hasil belajar fisika yang rendah.
Keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika salah satunya ditentukan oleh kemampuan guru mengelola pembelajaran. Dalam mengelola pembelajaran diperlukan metode mengajar yang baik. Namun selama ini Guru mengajar di kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab (sifatnya penyampaian informasi/konsep). Hampir setiap petemuan Guru lebih sering mencatat penjelasan bahkan terkadang mendiktekan penjelasan dan memberikan contoh soal sehingga catatan siswa lengkap namun hanya sebatas bisa mengerjakan soal – soal yang mirip dengan contoh soal. Sehingga bila soal divariasikan siswa cenderung kebingungan . Guru jarang menggunakan format representasi konsep yang berbeda bahkan media pada saat belajar dan kegiatan praktikum jarang dilakukan walaupun pembelajaran dilakukan di ruang fisika.
Metode mengajar banyak ragamnya, dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru dapat tercapai. Selain itu seorang guru harus memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (kompetensi). Menurut Johnstone (1982) dalam Treagust et al (2003), guru sering mengasumsikan bahwa siswa dapat mentransfer pengetahuannya dari tingkat pemahaman yang satu ke tingkat pemahaman yang lainnya dengan mudah. Padahal Russel et al (1997) mengungkapkan bahwa orang awam (novices) biasanya hanya membentuk satu
(11)
jenis representasi, sangat jarang mereka dapat mentransfer pengetahuannya ke bentuk yang lainnya semudah para ahli melakukannya. Sementara itu menurut Waldrip (2008) pengalaman dan pengetahuan siswa bergantung pada bahasa, perangkat dan skema yang dimiliki siswa untuk mempresentasikan pengalaman dan pengetahuannya.
Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran adalah untuk membantu siswa belajar. Sehingga muncul ide model – model pembelajaran yang sangat ragam variasi, namun hanya beberapa yang cocok dengan pengajaran sains di sekolah. Hassard dan Dias dalam Wenning (2011) mengatakan bahwa ada tema – tema yang dapat digabungkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah pengajaran sains seharusnya aktif, bermakna, konstruktivis, , prior knowledge, termasuk didalamnya bekerja sama dan bekerja secara kolaboratif. Peranan guru dalam mengkonstruksi atau menyediakan informasi yang utuh sangat diperlukan seperti halnya siswa menyajikan sendiri konsep, proses dan topik. Sehingga perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan konsep seperti inkuiri namun dengan memberikan sajian berbagai representasi dari konsep tersebut.
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar dimana polanya mengikuti metode sains sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bermakna. Sehubungan dengan itu Robert B. Sund (Hamalik, 2011) mengatakan bahwa penemuan terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya, dan
(12)
bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Facione (2007) mengatakan “Becoming educated and practicing good judgment does not absolutely guarantee a life of happiness, virtue, or economic success, but it surely offers a better chance at those things”, oleh karenanya sangatlah wajar jika keterampilan untuk mengambil keputusan melalui pertimbangan yang matang dimiliki pula oleh siswa-siswa kita. Namun demikian, keterampilan tersebut bukanlah sesuatu yang baru, karena keterampilan yang dikenal sebagai keterampilan berpikir kritis tersebut merupakan pengembangan dari kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang, seperti yang diungkapkan Facione (2007) Above we suggested you look for a list of mental abilities and
attitudes or habits, the experts, when faced with the same problem you are working on, refer to their lists as including cognitive skills and dispositions.
Dengan demikian proses belajar siswa yang biasanya berorientasi hanya pada peningkatan kemampuan kognitif saja, dapat lebih dikembangkan kearah pengembangan keterampilan berpikir kritis mereka, sehingga kebermaknaan dalam proses pembelajaran di kelas sekaligus membekali kecakapan hidup di luar kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan mengembangkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA.
(13)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana pengaruh pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi terhadap kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis? Adapun sub masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas XI IPA pada topik fluida statis setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA IPA pada topik fluida statis setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana respon siswa kelas XI IPA terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi pada topik fluida statis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah dan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran perbandingan peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik fluida statis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
(14)
Selain itu diharapkan penelitian ini memperoleh gambaran mengenai respon siswa kelas XI IPA terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi pada topik fluida statis.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dijadikan bukti tentang potensi pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru, mahasiswa dan praktisi pendidikan.
E. Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis. Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan seperti berikut ini :
1. Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi merupakan kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis dimana setiap tahapannya merepresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, termasuk dalam bentuk verbal, gambar, grafik, matematis. Sintaks model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyajian masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan. Pada setiap tahapannya guru merepresentasikan konsep dalam format yang berbeda seperti gambar, grafik, matematis dan verbal. Proses pembelajaran inkuiri dengan multipel
(15)
representasi akan diamati keterlaksanaannya menggunakan lembar observasi sesuai dengan tahapan yang direncanakan.
2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dengan langkah sebagai berikut penyajian masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan. 3. Berpikir kritis merupakan proses dan kemampuan yang dilibatkan dalam
membuat keputusan secara rasional apa yang harus dilakukan dan dipercaya (Ennis, 1987). Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Liliasari (1997), yaitu mendefinisikan materi subjek, memberikan alasan dari percobaan, menggunakan strategi logis, menentukan hal yang dilakukan secara tentatif, menjawab pertanyaan tentang fakta, melaporkan berdasarkan pengamatan, mengidentifikasi hal yang relevan, melibatkan sedikit dugaan berdasarkan peristiwa – peristiwa, melaporkan generalisasi eksperimen. Keterampilan berpikir kritis siswa dijaring dengan menggunakan tes pilihan ganda yang memuat indikator - indikator keterampilan berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
4. Kemampuan kognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa pada tingkatan kognitif sebagaimana tercakup dalam taksonomi Bloom yang meliputi C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4
(analisis). Kemampuan kognitif dalam penelitian ini diukur dengan tes objektif beralasan yang dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran.
5. Respon adalah tanggapan yang diberikan oleh siswa yang diperoleh dari jawaban angket setelah pemberian pembelajaran inkuiri dengan multipel
(16)
representasi. Angket yang diberikan menggunakan skala likert dengan pernyataan positif dimulai dengan 4 (Sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju). Pernyataan negatif dengan 4 (Sangat tidak setuju), 3 (tidak setuju), 2 (setuju), 1 (sangat setuju). Respon siswa dianalisis menggunakan persentase persetujuan siswa terhadap pembelajaran.
(17)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain
Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan
pemilihan kelompok sampel penelitian peneliti memilih secara acak dua kelas (kelompok) siswa dari kelas yang ada di satu sekolah untuk menjadi kelompok penelitian (cluster ramdom sampling) dan pengukuran setiap variabel dilakukan secara bertahap bagi kedua kelompok penelitian. Desain penelitian seperti digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Gambaran desain penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2
Kontrol O1, O2 X2 O1, O2
Keterangan :
O1 = Instrumen kemampuan kognitif
O2 = Instrumen keterampilan berpikir kritis
X1 = Perlakuan berupa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi
X2 = Perlakuan berupa pembelajaran konvensional
Kelompok penelitian terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Eksperimen dilakukan dengan memberikan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes yang diharapkan dapat mengukur kemampuan kognitif siswa pada topik fluida dan keterampilan berpikir kritis pada kedua kelompok sebelum dan sesudah pembelajaran.
(18)
B. Subyek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di salah satu SMA yang ada di kota Tangerang propinsi Banten. Subyek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa XI IPA semester II (dua) di salah satu SMA Negeri yang terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012. Penetapan kelas dilakukan secara acak dengan teknik
cluster random sampling. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas secara
acak dari lima kelas yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelompok kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Sebagai media ukur pencapaian tujuan penelitian ini, maka digunakan rancangan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data penelitian seperti pada tabel.
Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu: perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan evaluasi atau analisis hasil penelitian.
a. Perencanaan Penelitian
Langkah-langkah perencanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
Target Subjek Metode/Teknik Bentuk Instrumen
Kemampuan kognitif
Siswa Tes Objektif Pilihan ganda
beralasan Keterampilan
berpikir kritis
Siswa Tes Objektif Pilihan ganda
Respon Siswa Skala Sikap Kuesioner
(19)
1) Melakukan studi pendahuluan berupa observasi pada tempat penelitian untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah dalam kegiatan pembelajaran Fisika serta keadaan sekolah dan jumlah kelas populasi yang dijadikan subyek penelitian juga kegiatan pembelajaran dan pemahaman konsep siswa yang terlihat dari hasil belajar yang dicapai.
2) Merumuskan masalah dan alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil temuan studi pendahuluan.
3) Melakukan studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan studi pendahuluan. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran inkuiri, multipel representasi, kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis serta konsep fluida statis. Selain itu, juga yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. 4) Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran inkuiri yang akan diterapkan pada sampel penelitian untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis. 5) Menyusun angket tanggapan siswa untuk mengetahui bagaimana tanggapan
siswa terhadap model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan multipel representasi dalam kegiatan pembelajaran.
6) Menyusun lembar observasi guru untuk mendapatkan data berupa aktivitas siswa dan guru selama KBM yang menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
(20)
7) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis..
8) Pertimbangan (judgment) dosen pembimbing dan dosen ahli terhadap instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis yang dibuat berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang dipilih.
9) Melakukan ujicoba instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada siswa yang pernah mempelajari topik fluida statis.
10)Menganalisis hasil uji coba tes untuk melihat kualitas instrumen tes yang meliputi reliabilitas tes, validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal dalam tes.
11)Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai instrumen tes penelitian berdasarkan hasil uji coba dan analisis instrumen. b. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini sifatnya kolaboratoriumorasi antara peneliti dan guru Fisika. Adapun Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pemilihan dua kelas sampel penelitian secara cluster random sampling dari populasi siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kota Tangerang.
2) Sebelum dilakukan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi terlebih dahulu diberikan pre-test tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol guna mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran.
3) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara penyampaian materi pada kelompok eksperimen yaitu
(21)
dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP serta menggunakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada kelompok kontrol pengajaran dilakukan dengan model pembelajaran konvensional. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru.
4) Memberikan post-test tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol setelah pembelajaran pada topik fluida statis untuk mengetahui peningkatan tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa.
5) Memberikan angket tanggapan siswa setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi..
c. Evaluasi /Analisis Hasil Penelitian
1) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis. 2) Pembahasan dan kesimpulan dengan mempergunakan kajian pustaka yang
menunjang dan berdasarkan hasil pengujian statistik.
(22)
E. Alur penelitian
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah menggunakan teknik statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Identifikasi Masalah
Studi Pendahuluan
Pengembangan dan Uji Coba Instrumen
Analisis Standar isi KTSP SMA Kajian tentang konsep FLUIDA
Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
(KBK)
Inkuiri dengan multipel representasi
Konsep-konsep Fluida Indikator KBK
Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi
Tes Awal
Tes kemampuan kognitif fluida
Pedoman Observasi Tes Keterampilan
berpikir kritis (KBK)
Angket Konvensional
Penyusunan Rencana Pelaksanaan & LKS
Pembelajaran
Kelompok Kontrol: Pembelajaran Konvensional
Kelompok Eksperimen:
Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi
Tes Akhir
Analisis Data
(23)
1. Uji Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan bukan berasal dari tes yang terstandar, maka instrumen tersebut akan diuji melalui tahapan analisis butir soal dan prosedur pengolahan data sebagai berikut:
a. Analisis Butir Soal 1). Pemberian skor
Setelah tes uji coba dilakukan, jawaban peserta tes diberi skor, baik skor total maupun skor setiap butir soal. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol), sehingga skor total setiap peserta tes adalah sama dengan jumlah skor jawaban yang benar.
2). Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002:144). Sedangkan menurut Suryabrata (2008:60) validitas instrumen didefinisikan sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam /diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi karena instrumen dalam penelitian ini adalah berupa soal tes dalam bentuk pilihan ganda. Menurut Sugiyono (2006: 272) untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk melihat tingkat validitas isi tes pada penelitian ini, maka instrument tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir
(24)
kritis diajukan kepada validator yang terdiri dari tiga orang dosen pendidikan fisika untuk mengetahui kesesuaian antara soal dengan indikator soal, dimensi kognitif pada instrument kemampuan kognitif dan indikator keterampilan berpikir kritis serta kunci jawaban masing – masing instrument.
Hasilnya dari ketiga tenaga ahli yang dimintai pertimbangan
(judgement) diperoleh kesimpulan bahwa instrument tes kemampuan
kognitif dan keterampilan berpikir kritis pada topik fluida statis yang telah disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Namun terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki terkait dengan konten, konteks dan redaksi soal. Selain itu, ada beberapa catatan dari validator sebagai bahan pertimbangan instrument, catatan ini selengkapnya dapat dilihat pada lembar
judgement tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis
yang telah diisi oleh para validator pada Lampiran B2. 3). Reliabilitas Instrumen Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan tes, yaitu suatu nilai yang mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.
Reliabilitas tes yang digunnakan dalam penelitian adalah teknik
tes-retes yaitu dengan melakukan pengambilan data sebanyak dua
kali. Menghitung koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson sebagai berikut.
(25)
rxy =
2 2
2
2
(3.2)
Keterangan:
rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor data pertama Y = skor data kedua N = jumlah sampel
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (rxy), digunakan tolak
ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford, seperti pada Tabel 3.4 Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes
Koefisien reliabilitas Kategori
rxy≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < rxy≤ 1,00 sangat tinggi
Berdasarkan hasil uji coba, instrument kemampuan kognitif memiliki derajat realibilitas sebesar 0,65 dengan kategori tinggi. Sedangkan pada instrument keterampilan berpikir kritis memiliki derajat reliabilitas sebesar 0,70 dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat keajegan dari kedua instrument tes ini memiliki kategori tinggi sehingga dapt digunakan sebagai instrument penelitian.
4). Tingkat Kemudahan Butir Soal
Tingkat kemudahan butir soal ditentukan dengan menggunakan rumusan:
P = B/JS (3.3)
Dengan: P = Tingkat kemudahan butir Soal,
B = Jawaban siswa yang menjawab soal itu dengan benar
(26)
Dengan kriteria tingkat kemudahan:
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kemudahan (Arikunto, 2005)
Tingkat Kemudahan Kriteria
0,70 < x < 1,00 Mudah
0,30 < x < 0,70 Sedang
0,00 < x < 0,30 Sukar
Berdasarkan hasil uji coba, rata – rata tingkat kemudahan instrument kemampuan kognitif adalah 0,60 dengan kriteria sedang, Sedangkan pada instrument keterampilan berpikir kritis memiliki tingkat kemudahan yang bervariasi pada setiap soalnya, namun secara rata – rata tingkat kemudahan instrument berpikir kritis berada pada kriteria sedang yaitu 9 soal uji coba, 8 soal uji coba mudah dan 3 soal sukar
5). Daya Pembeda butir soal
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus indeks daya pembeda butir soal:
D = BA/JA– BB/JB (3.4)
Dengan:
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
Adapun kriteria indeks daya pembedanya sebagai berikut: Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda
Indeks Kriteria
0,70 < x < 1,00 Baik sekali
0,40 < x < 0,70 Baik
0,20 < x < 0,40 Cukup
(27)
Berdasarkan hasil uji coba, instrument kemampuan kognitif memiliki index daya pembeda yang bervariasi, namun ada dua soal uji yang memiliki indeks daya beda yang kecil dengan kriteria jelek sehingga soal tersebut dibuang. Sedangkan pada instrument keterampilan berpikir kritis terdapa 3 soal yang jelek. Sehingga soal – soal tersebut dibuang karena soal tersebut kurang dapat membedakan antara kelompok atas dengan kelompok bawah.
2. Analisis Data Penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes yang akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil angket siswa, hasil wawancara guru dan hasil observasi kegiatan pembelajaran. Setiap pertanyaan yang tercantum dalam masalah khusus akan dijawab dengan menggunakan analisis yang meliputi;
a. Gain Normalisasi
Data primer kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis sebelum dan setelah perlakuan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi dianalisis dengan membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi dihitung gain score normalized dengan rumus g faktor :
�= � −�
� −� (3.5) Keterangan :
(28)
S pre = skor pre-test
S Maks = skor maksimal/ ideal
Dengan kriteria tingkat gain yang dinormalisasi adalah
0,7 < g≤1 : tinggi
0,3≤g < 0,7 : sedang
g < 0,3 : rendah
b. Respon siswa tentang pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi
Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif ketegori STS (sangat tidak setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS (sangat setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.
Analisis dilakukan dengan menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus: (Sugiono, 2008).
% = ℎ � ℎ
ℎ ℎ 100% (3.6)
Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi yang disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan. c. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Multipel representasi
Analisis data hasil observasi proses pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran.
(29)
% � = ℎ � ℎ
ℎ ℎ 100% (3.7)
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan inferensial dengan tahapan pengujian dasar – dasar analisis sebagai pedoman untuk melakukan uji statistik yang digunakan. Analisis data dengan menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dari data hasil pre-tes dan postes serta N-Gain dari kelas eksperimen dengan menggunakan uji chi-kuadrat ( χ2 ) berikut ;
�2 = � − 2
=1
(3.7) Keterangan :
�2 = nilai chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan ke – i
Ei = frekuensi harapan ke – i
Kriteria pengujian : terima Ho jika �2ℎ ≤ �2 maka data
terdistribusi normal atau terima H1 jika �2ℎ > �2 maka data tidak
terdistribusi normal. Kedua kriteria ini menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = k – 3. Dengan kriterian Ho =
terdistribusi normal, H1 = tidak terdistribusi normal.
Untuk selanjutnya data penelitian di uji menggunakan program
SPSS 16. Uji normalitas distribusi data kemampuan kognitif fluida
(30)
menggunakan One-sample Shapiro-Wilk Test. Hal ini dikarenakan jumlah sampel tang lebih dari 30 orang yaitu untuk kelas eksperimen 35 orang dan kelas kontrol 32 orang.
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah data penelitian mempunyai varians yang homogen atau tidak untuk taraf signifikansi α dengan menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus :
=��22 (3.8) Pada taraf signifikansi α, variansi sampel dikatakan homogen jika Fhit <
Ftabel dengan Ftabel = (1−α) ; −1 (Sudjana, 1996)
Untuk selanjutnya data penelitian di uji menggunakan program
SPSS 16. Uji homogenitas data kemampuan kognitif fluida statis dan
keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan Levene Test.
c. Uji Hipotesis a. Hipotesis I
Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan : H01 : �11 =�12 atau �11 <�12
H01 : �11 >�12 Keterangan :
H01 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan
pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama dengan atau tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan
(31)
dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional.
H11 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan
pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional
µ11 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang
diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
µ12 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang
diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. b. Hipotesis II
Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan : H02 : �21 =�22 atau �21 < �22
H12 : �21 > �22 Keterangan :
H02 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama dengan atau tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional.
H12 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
(32)
baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional
µ21 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
yang diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
µ22 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. d. Uji Beda Rata - Rata
Pengujian dilakukan setelah mengetahui distribusi data kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa normal dan homogen. Maka Uji perbedaan rata-rata ditempuh dengan uji-t. menurut Wahyudin (2007), Uji hipotesis ini dapat dihitung dengan uji-t:
eksp kont i eksp eksp i kont eksp N S N S X X t 2 , 2 , (3.9)dengan:
X
eksp = rata-rata skor kelompok eksperimenkont
X = rata-rata skor kelompok kontrol
2 ,eksp i
S
= varians kelompok eksperimen2 ,kont i
S
= varians kelompok kontrolNeksp = jumlah anggota sampel kelompok
eksperimen
Nkont = jumlah anggota sampel kelompok control Langkah berikutnya adalah:
(a).Menentukan derajat kebebasan (dk) (b).Menentukan nilai t-tabel
(33)
(c).Menguji hipotesis, jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, dan H1 diterima.
Untuk selanjutnya, pengujian dilakukan menggunakan program SPSS 16 dengan uji beda rata – rata dilakukan menggunakan Independent
Samples t-Test (uji t dengan α = 0,05).
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi pada topik fluida dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika di SMA tempat penelitian. Mata pelajaran fisika untuk kelas XI IPA diberikan 4 jam pelajaran dalam satu minggu dan dibagi menjadi dua kali pertemuan.
Tabel 3.6. Jadwal pelaksanaan penelitian
No Waktu Kegiatan
1 Kamis, 12 April 2012 Administrasi perijinan dan penjelasan kepada guru fisika
2 Selasa, 24 April 2012 Tes awal pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol
3 Senin, 30 April 2012 Pembelajaran RPP1 4 Selasa, 1 Mei 2012 Pembelajaran RPP2 5 Senin, 7 Mei 2012 Pembelajaran RPP3
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida statis dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan kemampuan kognitif fluida statis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain kemampuan kognitif kelas eksperimen 0,43 dan kelas kontrol sebesar 0,23 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,45 dan kelas kontrol sebesar 0,22 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
(35)
3. Sebagian besar siswa (77%) setuju bahwa model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi pada topik fluida statis dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida statis peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Pada tahapan yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi menggunakan waktu yang cukup lama, sehingga sebaiknya secara cermat diperhitungkan waktunya agar pembelajaran dapat dilakukan lebih efektif.
2. Karena konstruksi model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi didahului dengan melakukan analisis konsep fluida statis untuk penyusunan alur pembelajaran namun analisis indikator keterampilan berpikir kritis tidak maksimal. Sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih cermat dan tepat terhadap kesesuaian antara setiap indikator-indikator keterampilan berpikir kritis dengan multipel representasi dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri atau model pembelajaran lain.
3. Beberapa siswa lebih senang terhadap pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru karena cenderung mencatat dan diberikan contoh soal. Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian berikutnya terhadap materi fisika lain yang abstrak dan
(1)
menggunakan One-sample Shapiro-Wilk Test. Hal ini dikarenakan jumlah sampel tang lebih dari 30 orang yaitu untuk kelas eksperimen 35 orang dan kelas kontrol 32 orang.
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah data penelitian mempunyai varians yang homogen atau tidak untuk taraf signifikansi
α dengan menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus :
=��22 (3.8) Pada taraf signifikansi α, variansi sampel dikatakan homogen jika Fhit < Ftabel dengan Ftabel = (1−α) ; −1 (Sudjana, 1996)
Untuk selanjutnya data penelitian di uji menggunakan program
SPSS 16. Uji homogenitas data kemampuan kognitif fluida statis dan
keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan Levene Test.
c. Uji Hipotesis a. Hipotesis I
Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan : H01 : �11 =�12 atau �11 <�12
H01 : �11 >�12
Keterangan :
H01 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama dengan atau tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan
(2)
Erwina Oktavianty, 2012
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Pendekatan Multipel Representasi Pada Topik Fluida Statis Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kritis
dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional.
H11 : Peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional
µ11 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
µ12 : Nilai rata – rata peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis II
Secara statistik, hipotesis penelitian dapat dilakukan : H02 : �21 =�22 atau �21 < �22
H12 : �21 > �22 Keterangan :
H02 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi sama dengan atau tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional.
H12 : Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih
(3)
baik secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan penerapan pembelajaran konvensional
µ21 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan menerapkan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi.
µ22 : Nilai rata – rata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. d. Uji Beda Rata - Rata
Pengujian dilakukan setelah mengetahui distribusi data kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa normal dan homogen. Maka Uji perbedaan rata-rata ditempuh dengan uji-t. menurut Wahyudin (2007), Uji hipotesis ini dapat dihitung dengan uji-t:
eksp kont i eksp eksp i kont eksp N S N S X X t 2 , 2 , (3.9)dengan:
X
eksp = rata-rata skor kelompok eksperimenkont
X = rata-rata skor kelompok kontrol 2
,eksp
i
S
= varians kelompok eksperimen 2,kont
i
S
= varians kelompok kontrolNeksp = jumlah anggota sampel kelompok
eksperimen
Nkont = jumlah anggota sampel kelompok control
Langkah berikutnya adalah:
(a).Menentukan derajat kebebasan (dk) (b).Menentukan nilai t-tabel
(4)
Erwina Oktavianty, 2012
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Pendekatan Multipel Representasi Pada Topik Fluida Statis Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kritis
(c).Menguji hipotesis, jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, dan H1 diterima.
Untuk selanjutnya, pengujian dilakukan menggunakan program SPSS 16 dengan uji beda rata – rata dilakukan menggunakan Independent
Samples t-Test (uji t dengan α = 0,05).
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi pada topik fluida dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika di SMA tempat penelitian. Mata pelajaran fisika untuk kelas XI IPA diberikan 4 jam pelajaran dalam satu minggu dan dibagi menjadi dua kali pertemuan.
Tabel 3.6. Jadwal pelaksanaan penelitian
No Waktu Kegiatan
1 Kamis, 12 April 2012 Administrasi perijinan dan penjelasan kepada guru fisika
2 Selasa, 24 April 2012 Tes awal pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol
3 Senin, 30 April 2012 Pembelajaran RPP1 4 Selasa, 1 Mei 2012 Pembelajaran RPP2 5 Senin, 7 Mei 2012 Pembelajaran RPP3
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida statis dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan kemampuan kognitif fluida statis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain kemampuan kognitif kelas eksperimen 0,43 dan kelas kontrol sebesar 0,23 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,45 dan kelas kontrol sebesar 0,22 menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
(6)
Erwina Oktavianty, 2012
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Pendekatan Multipel Representasi Pada Topik Fluida Statis Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kritis
3. Sebagian besar siswa (77%) setuju bahwa model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi pada topik fluida statis dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik fluida statis peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Pada tahapan yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi menggunakan waktu yang cukup lama, sehingga sebaiknya secara cermat diperhitungkan waktunya agar pembelajaran dapat dilakukan lebih efektif.
2. Karena konstruksi model pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi didahului dengan melakukan analisis konsep fluida statis untuk penyusunan alur pembelajaran namun analisis indikator keterampilan berpikir kritis tidak maksimal. Sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih cermat dan tepat terhadap kesesuaian antara setiap indikator-indikator keterampilan berpikir kritis dengan multipel representasi dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri atau model pembelajaran lain.
3. Beberapa siswa lebih senang terhadap pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru karena cenderung mencatat dan diberikan contoh soal. Pembelajaran inkuiri dengan multipel representasi dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian berikutnya terhadap materi fisika lain yang abstrak dan meningkatkan aktivitas siswa.