Perancangan Interior Pusat Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pervasive Development Disorder (PDD).

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)

Dewasa ini, penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan di Indonesia. UNESCO mencatat 35 juta penyandang autisme di seluruh dunia dan di Indonesia sekitar 112 ribu anak penyandang autisma dalam rentang usia 5-19 tahun. Autisma infantil (autisma masa kanak-kanak) dan Asperger’s Syndrome merupakan masalah terbanyak dan terberat pada anak berkebutuhan khusus.

Tujuan perancangan pusat terapi ini adalah merancang sebuah tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah Pervasive Development Disorder (PDD) dengan fasilitas yang memadai untuk penderita serta menerapkan konsep working memory dan diterapkan salah satunya dengan wall activity, yaitu elemen interior yang digunakan untuk mengulang materi ajar pada penderita PDD. Dalam perancangan interior pusat terapi PDD ini memerlukan beberapa pertimbangan dari segi bentuk, material, warna, pencahayaan, serta alur sirkulasi. Bentuk yang dipakai menggunakan bentuk geometri dasar. Warna yang digunakan adalah warna pastel sehingga intesitasnya tidak terlalu tinggi. Material yang digunakan adalah material yang aman dan tidak licin seperti busa dan vinyl flooring. Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan tidak langsung karena penderita PDD memiliki tingkat sensitif yang tinggi terhadap cahaya. Pusat terapi pada PDD ini dirancang agar penderita PDD dapat menjalankan terapinya dengan baik dibantu dengan elemen interior untuk mengulang materi ajar yang ada di kelas terapi.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

INTERIOR DESIGN OF A THERAPY CENTER FOR CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS OF PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)

Nowadays the number of children with special needs keeps increasing in the world, including in Indonesia. UNESCO notes there are 35 millions of autistic children in the world and about 112 thousands in Indonesia between the ages of 5 – 19 years old. Infantile autism and Asperger’s Syndrome are the most and heaviest problems suffered by children with special needs.

The aim of the design of the therapy center is to provide a therapy center for children with special needs, in this case Pervasive Development Disorder (PDD) with sufficient facilities for patients by applying the concept of working memory and one of its elements, wall activity, an interior element used to repeat the learning material to PDD patients. In the design of the therapy center for PDD, some considerations are required, such as shape, material, color, lighting, and circulation. The shape used is basic geometrical shapes. The pastel colors are used so that the intensity is not too high, Material which are safe and not slippery are used, such as sponge and vinyl flooring. Indirect lighting is used because PDD patients have a very high level of sensitivity towards light. The therapy center for PDD is designed to make PDD patients do the therapy in a convenient way by being assisted by the interior element to repeat the learning material in the therapy class.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ...iv

PRAKATA...v

ABSTRAKSI ...vii

ABSTRACT ...viii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR GAMBAR ……….xii

DAFTAR TABEL ………...xiv

DAFTAR BAGAN ……….xv

BAB I. PENDAHULUAN ………...1

1.1 Latar Belakang ……….1

1.2 Identifikasi Masalah ……….4

1.3 Ide/Gagasan ………..4

1.4 Tujuan Perancangan …..………...5

1.5 Manfaat Perancangan ………...………5

1.6 Ruang Lingkup Perancangan ...6

BAB II. TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PDD …………7

2.1 Terapi ………...7

2.1.1 Tujuan Terapi ……….8

2.2 Pervasive Development Disorder (PDD) ………..9

2.2.1 Autisma ………9

2.2.2 Aspesger Syndrome ……….…17

2.2.3 Rett’s Syndrome……….….18


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.2.5 PDD –NOS ……….19

2.3 Metode Pembelajaran Applied Behaviour Analysis (ABA) ………...19

2.4 Terapi Perilaku pada PDD ………..23 2.4.1 Terapi Wicara ……….23

2.4.2 Terapi Okupasi ………23

2.4.3 Terapi Sosial ………...24 2.4.4 Terapi Musik ………...24

2.5 Teori dan Psikologi Warna ……….25 2.6 Bentuk Geometri ………28 2.7 Antropomentri ………28 2.7.1 Antropomentri Anak Usia 3-5 Tahun ………...29

2.7.2 Antropomentri Anak Usia 6-11 Tahun ……….29

2.8 Working Memory ………....32

BAB III. PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) ...33

3.1 Fungsi Objek Studi ...33

3.1.1 Deksripsi Umum ...34

3.2 Analisis Site dan Bangunan ...35

3.3 Analisis Fungsional ...40

3.3.1 User ...40

3.3.2 Struktur Organisasi ...40

3.3.3 Job Description ...41

3.3.4 Flow A ctivity ...43

3.4 Programming ...44

3.4.1 Tabel Kebutuhan Ruang ...44

3.4.2 Buble Diagram...49

3.4.3 Zoning Blocking ...51


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB IV. PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK

BERKEBUTHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT

DISORDER (PDD) BANDUNG

………......58

4.1 Konsep Desain ………..60

4.1.1 Konsep Ruang ……….60

4.1.2 Konsep Bentuk ………61

4.1.3 Konsep Warna ………62

4.1.4 Konsep Material ………..63

4.1.5 Konsep Akustik ………..64

4.2 Ruang yang Dirancang ………..64

4.2.1 Lobi, Ruang Tunggu, Ruang Konsultasi, dan Toko CD dan Buku ……65 4.2.2 Ruang Okupasi ………67

4.2.3 Ruang Terapi Sosial ………68 4.2.4 Ruang Musik ………...70

4.2.5 Ruang Terapi One on One ………...72

4.2.6 Ruang Perpustakaan dan Ruang Rapat Informal ……….73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………76

5.1 Kesimpulan ………76

5.2 Saran ………...77


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Terapi Wicara pada PDD 23 Gambar 2.2 Terapi Okupasi pada PDD 24 Gambar 2.3 Bentuk Geometri Ruang (kiri) dan Geometri Datar (kanan) 28

Gambar 3.1 Site Proyek 35

Gambar 3.2 Lokasi Site 37

Gambar 3.3 Denah Lantai 1 38 Gambar 3.4 Denah Lantai 2 38

Gambar 3.5 Basement I 39

Gambar 3.6 Basement II 39

Gambar 3.7 Bagan User 40

Gambar 3.8 Flow Activity Penderita PDD 43 Gambar 3.9 Flow Activity Orang Tua Penderita PDD 44 Gambar 3.10 Flow Activity Terapis 44 Gambar 3.11 Buble Diagram Lantai 1 50 Gambar 3.12 Buble Diagram Lantai 2 50 Gambar 3.13 Zoning Lantai 1 51 Gambar 3.14 Zoning Lantai 2 52 Gambar 3.15 Blocking Lantai 1 53 Gambar 3.16 Blocking Lantai 2 54 Gambar 3.17 Ruang Terapi Bermain di Unique Kids 55 Gambar 3.18 Ruang Kelas Terapi di Unique Kids 55 Gambar 3.19 Ruang Makan Bersama di Unique Kids 56 Gambar 3.20 Ruang Okupasi Melinda Hospital II 56


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha Gambar 3.21 Ruang Terapi One on One Melinda Hospital II 57 Gambar 3.22 Referensi Ruang Terapi 57

Gambar 4.1 Konsep Working Memory 60 Gambar 4.2 Bentuk Geometri 61 Gambar 4.3 Implementasi Bentuk pada Ruang Interior 62

Gambar 4.4 Warna Pastel 63

Gambar 4.5 Material 64

Gambar 4.6 Yumen Board 64

Gambar 4.7 Denah Lobi, Ruang Tunggu, Ruang Konsultasi, dan Toko CD

dan Buku 65

Gambar 4.8 Perspektif Lobi 66 Gambar 4.9 Denah Ruang Okupasi 67 Gambar 4.10 Perspektif Ruang Okupasi 68 Gambar 4.11 Denah Ruang Terapi Sosial 68 Gambar 4.12 Perspektif Ruang Terapi Sosial 69 Gambar 4.13 Denah Ruang Musik 70 Gambar 4.14 Perspektif Ruang Musik 71 Gambar 4.15 Denah Ruang Terapi One on One 72 Gambar 4.16 Potongan Ruang Terapi One on One 73 Gambar 4.17 Denah Ruang Perpustakaan dan Ruang Rapat Informal 73 Gambar 4.18 Potongan Ruang Perpustakaan dan Ruang Rapat Informal 74


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel II.1 Hubungan Tingkat Kecerdasan dan Kemampuan pada 12 Autisma

Tabel II.2 Ciri-Ciri Autisma 14 Tabel II.3 Siklus Discrete Trial Training 20 Tabel II.4 Psikologi Warna 26 Tabel II.5 Antropomentri Anak Usia 3-5 Tahun 29 Tabel II.6 Antropomentri Anak Usia 6-11 Tahun 29

Tabel III.1 Analisa Fisik Bangunan 36 Tabel III.2 Kebutuhan Ruang dan Furniture 45


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

halaman


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini para penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan juga di Indonesia, UNESCO (2010) melaporkan, tercatat 35 juta orang penyandang autisma di seluruh dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1.000 orang di dunia mengidap autisma. Belum ada penelitian khusus yang dapat menyajikan data autisma pada anak di Indonesia. Bila diasumsikan dengan prevalensi autisma pada anak di Hongkong, di mana jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 jiwa (BPS tahun 2010), maka diperkirakan terdapat lebih dari 112 ribu anak penyandang autisma pada rentang usia 5-19 tahun.


(11)

2 Universitas Kristen Maranatha Menurut dr. Melly Budiman SpKJ dari Yayasan Autisma Indonesia, tidak ada satu jenis obat pun yang dapat menyembuhkan autisma. Keberhasilan penyembuhan atau perbaikan gangguan autisma tergantung pada banyak faktor seperti berat atau ringannya gangguan pada otak, gangguan pada tubuh, kecepatan anak terdiagnosa serta penangan dini, tepat, terpadu, dan intensif.

Autisma infantile atau autisma masa kanak-kanak dan Asperger’s disease merupakan masalah terbanyak dan terberat pada anak berkebutuhan khusus (Handojo, 2003:12). Autisma infantile dan Asperger’s disease merupakan kelainan jenis PDD (Pervasive Development Disorder) selain daripada PDD-NOS (Pervasive Development Disorder-Not Otherwise Specified), Rett’s syndrome, dan Childhood Diseitegrative Disorder (CDD), yaitu kondisi kehilangan atau keterlambatan perkembangan kemampuan dasar.

Menurut Handojo, 2003:12, dahulu dikatakan autisma merupakan kelainan seumur hidup, tetapi autisma pada masa kanak-kanak dapat dikoreksi namun harus dilakukan pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi 5 tahun karena diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal untuk mendeteksi autisma adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap yang paling cepat.

Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha untuk memulihkan keadaan seseorang. Sangat perlu dipahami para orang tua dari anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya kasus autisma bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin sebelum usia 5 tahun. Perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia sebelum 5 tahun, puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun. (Handojo, 2003:28). Pada usia 5-7 tahun perkembangan otak melambat menjadi 25% dari usia sebelum 5 tahun. Terapi pada anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya jenis PDD bertujuan untuk menggali kemampuan potensial anak untuk mandiri dalam kebutuhan sehari-hari, hal ini berkaitan karena para penderita


(12)

3 Universitas Kristen Maranatha tersebut memiliki keterbatasan motorik, fisik, serta komunikasi serta sosial. Terapi pada penderita ini juga memiliki tujuan agar para penderita mendapatkan pendidikan yang sejajar dengan anak-anak pada umumnya setidaknya dapat mengembangkan diri dan keterampilan yang dimiliki untuk dapat berkarya serta bekerja secara mandiri.

Pengetahuan orang tua akan terapi pada autisma merupakan masalah yang cukup berat. Banyak orang tua dari penderita yang tidak mengerti dan akhirnya terlambat untuk melakukan terapi pada anak autisma dan masalah-masalah PDD lainnya. Terapi di rumah bisa menjadi pilihan bagi orang tua penderita, namun persyaratan harus memenuhi seperti pengetahuan orang tua, pengelolahan proses terapi menyangkut pengawasan dan pembinaan terapis, ruangan yang bebas distraksi, cukup sejuk, dan cukup penerangan, serta yang paling penting adalah harus didampingi oleh 2-3 orang terapis. Dana yang dibutuhkan dan kebutuhan ruang untuk melakukan terapi di rumah jauh melebihi terapi yang dilakukan di pusat terapi, selain itu kelangkaan terapis yang handal masih sulit didapta, sehingga lebih efektif jika terapi dilakukan di pusat terapi dengan tenaga yang memang ahli di bidangnya.

Pusat terapi ini dibuat dengan tujuan agar penderita PDD dapat dideteksi sejak dini dan mendapat fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dilakukan di rumah. Selain intu, penanganan PDD khususnya untuk autisma dan asperger’s syndrome dapat dilakukan secara efektif karena ditangani oleh ahlinya dan orang tua juga dapat memantau perkembangan anak dan mendapat pengetahuan yang pasti bagaimana untuk menangani penderita PDD.


(13)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perancangan menjabarkan masalah-masalah, yaitu :

 Penderita PDD harus dideteksi sejak dini karena pada usia 2-3 tahun adalah waktu yang penting untuk perkembangan otak anak.

 Perancangan untuk pusat terapi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk PDD ini harus mendukung aktivitas terapi sebagai kebutuhan ruang khusus yang harus diperhatikan keamanan dan kenyamanannya semua aspek di dalamnya khususnya furniture yang digunakan.

 Pemilihan warna dan bentuk menjadi perhatian khusus karena adanya ketentuan-ketentuan khusus untuk ABK.

 Sirkulasi ruang harus diperhatikan agar menciptakan interaksi secara tidak langsung antar user khususnya untuk penderita PDD yang mempunyai masalah utama pada interaksi sosial.

1.3 Ide/Gagasan Perancangan

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis melihat masih banyaknya pusat terapi pada PDD yang kurang memadai. Maka dari itu, perancang berencana untuk membuat pusat terapi untuk PDD dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk para penderita, staff pengajar, serta orang tua dari penderita. Selain itu, perancang ingin membuat suatu fasilitas berupa elemen interior yang juga dapat digunakan sebagai pengulangan materi ajar yang disebut dengan wall activity.

Lobi utama akan disediakan dengan tujuan agar para orang tua yang baru mendaftar dapat langsung mendapatkan informasi Ruang tunggu untuk para orang tua akan disediakan dan dirancang dengan nyaman dan bersifat kekeluargaan sehingga para orang tua pun selain mendampingi anaknya dapat juga bertukar pikiran dengan orang tua lainnya. Kelas-kelas terapi akan disediakan sesuai dengan terapinya masing-masing, sedangkan untuk terapi okupasi akan dibuat


(14)

5 Universitas Kristen Maranatha agak besar dan semi terbuka agar anak-anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya secara bebas. Ruang staff pengajar akan disediakan agar para pengajar dapat beristirahat jika tidak mengajar serta dapat juga bertukar pikiran dengan pengajar lainnya. Ruang meeting disediakan untuk rapat kecil maupun besar.

Selain ruang-ruang yang disediakan, alur sirkulasi harus terlihat jelas agar penderita PDD tidak tersesat dan tidak terlalu fokus dengan bentuk yang rumit (penderita PDD cenderung memperhatikan bentuk-bentuk yang rumit dan menjadi fokus denna benda tersebut).

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah :

 Membuat suatu tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus PDD dnegan difasilitasi berbagai fasilitas yang memadai.

Merancang tempat terapi yang menampilkan konsep working memory yang merupakan masalah bagi penderita PDD.

Menerpakan working memory sebagai elemen interior dalam bentuk pengulangan materi ajar yang disebut dengan wall activity.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat yang diharapakn oleh perancang pada perancangan ini adalah :

 Manfaat untuk perancang : mengetahui perancangan mengenai pusat terapi untuk PDD dengan memperhatikan material, warna, dan bentuk yang sesuai dengan penderita PDD.

 Manfaat untuk pembaca : mengetahui masalah-masalah, ciri-ciri, serta karakteristik dari penderita PDD dan bagaimana diterapkan dalam bidang interior.

 Manfaat untuk orang tua penderita PDD : mengetahui perbedaan antara autisma, asperger’s syndrome, rett’s syndrome, CDD, dan PDD-NOS dan bagaimana menanganinya dengan terapi maupun elemen interior.


(15)

6 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Ruang Lingkup Perancangan

Dalam perancangan ini, penulis memberikan ruang lingkup perancangan yang berkaitan dengan user, fasilitas ruang, serta denah existing yang digunakan.

User utama dalam perancangan ini adlaah anak-anak dengan rentang usia 2-8 tahun, dalam hal ini adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) jenis PDD. Selain itu, staff terapis adalah orang dewasa dengan rentang usia 20-50 tahun.

User pendukung adalah orang tua yang mendampingi anaknya, mengantar jemput, serta mendaftar untuk terapi.

Fasilitas ruang yang diperlukan dalam merancang pusat terapi PDD adalah sebagai berikut :

- Lobi utama sebagai area welcoming. - Ruang tunggu untuk orang tua

- Ruang konsultasi orang tua dan staff terapis

- Ruang terapi, dibedakan berdasarkan jenis terapinya. - Ruang staff terapis

- Ruang meeting - Ruang dokter - Ruang musik - Ruang staff musik - Toilet

- Gudang - Auditorium - Penginapan

- Ruang rekam medik - Ruang observasi


(16)

76 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa penderita PDD dapat diterapi untuk menjadi mandiri sesuai dengan tingkatannya. Penderita PDD dengan tingkat high dapat dimaksimalkan potensinya sehingga mereka dapat berkarya namun tetap membutuhkan terapi-terapi lainny. Pada dasarnya, PDD bermasalah pada interaksi sosial, komunikasi, serta tingkah laku. Penderita PDD sendiri harus dideteksi sejak


(17)

77 Universitas Kristen Maranatha dini sehingga dapat diambil langkah mana yang harus diambil ketika anak terdiagnosis PDD. PDD bukanlah suatu penyakit melainkan sebuah kelainan dalam perkembangan anak.

Dalam perancangan ini, penulis melihat bahwa adanya material yang tidak boleh digunakan dan material yang wajib digunakan. Selain itu, penulis juga melihat materi-materi ajar apa saja yang bisa diterapkan di elemen interior.

5.2 Saran

Dalam merancang sebuah pusat terapi pada PDD harus memperhatikan sirkulasi, material, bentuk, serta lighting yang benar sehingga tidak membahayakan bagi penderita PDD


(18)

78 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alcott, Michael. 2002. An Introduction to Children with Special Educational Needs. Oxon : Bookpoint.

E., Kosasih. 2012. Cara BijakMemahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Yrama Widya.

Handojo. 2003. Autisma. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Pusponegoro, H.D dan Purboyo Solek. 2007. Apakah Anak Kita Autis?. Bandung: Trikarsa Multi Media Sastry, Anjali dan Blaise Aguirre, MD. 2014. Parenting Anak dengan Autisme.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumber Jurnal :

Wijayanto, Anastasia Vera. 2013. Perancangan Interior Pusat Terapi Anak Autis dan Indigo Berdasarkan Pendekatan Psikologi Interior di Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No.2, p 1-12.

Sumber Internet :

Autis dan Penangannya. http/terapiautis.org/diakses 16 Oktober 2015 pukul 12.25 WIB

Autis di Indonesia. http/: klinikautis.com/2015/09/06/jumlah-penderita-autis-di-Indo- nesia/diakses 4 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.

Ciri Anak Autis. http/cirianakautis.com/ciri-ciri-autisme-pada-anak/diakses 14 Okto-ber pukul 12.05 WIB.

Definisi Terapi dalam Pendidikan Khas. http/www.scribd.com/doc/13098776/Defini- si-Terapi-Dalam-Pendidikan-Khas#scribd/diakses 18 Oktober 2015 pukul 17.14 WIB


(19)

79 Universitas Kristen Maranatha Gangguan Down Syndrome pada Anak Usia Dini #1. http/:ourdreamingindonesia.

sch.id/gangguan-down-syndrome-pada-anak-usia-dinil/ diakses 10 Oktober 2015 pukul 16.19 WIB.

Klasifikasi Autisme. http/saktienda.wordpress.com/2010/03/16/autis/diakses 14 Oktober pukul 22.51 WIB.

Penyebab Autisme. http/www.alergon.co.id/penyebab-autisme/diakses 13 Oktober 2015 pukul 21.09 WIB.

Sepuluh Jenis Terapi Autisme. http/www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis- terapi-autisme/ diakses 16 Oktober 2015 pukul 12.20 WIB.


(1)

5 Universitas Kristen Maranatha

agak besar dan semi terbuka agar anak-anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya secara bebas. Ruang staff pengajar akan disediakan agar para pengajar dapat beristirahat jika tidak mengajar serta dapat juga bertukar pikiran dengan pengajar lainnya. Ruang meeting disediakan untuk rapat kecil maupun besar.

Selain ruang-ruang yang disediakan, alur sirkulasi harus terlihat jelas agar penderita PDD tidak tersesat dan tidak terlalu fokus dengan bentuk yang rumit (penderita PDD cenderung memperhatikan bentuk-bentuk yang rumit dan menjadi fokus denna benda tersebut).

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah :

 Membuat suatu tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus PDD dnegan difasilitasi berbagai fasilitas yang memadai.

Merancang tempat terapi yang menampilkan konsep working memory yang merupakan masalah bagi penderita PDD.

Menerpakan working memory sebagai elemen interior dalam bentuk pengulangan materi ajar yang disebut dengan wall activity.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat yang diharapakn oleh perancang pada perancangan ini adalah :

 Manfaat untuk perancang : mengetahui perancangan mengenai pusat terapi untuk PDD dengan memperhatikan material, warna, dan bentuk yang sesuai dengan penderita PDD.

 Manfaat untuk pembaca : mengetahui masalah-masalah, ciri-ciri, serta karakteristik dari penderita PDD dan bagaimana diterapkan dalam bidang interior.

 Manfaat untuk orang tua penderita PDD : mengetahui perbedaan antara autisma, asperger’s syndrome, rett’s syndrome, CDD, dan PDD-NOS dan bagaimana menanganinya dengan terapi maupun elemen interior.


(2)

6 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Ruang Lingkup Perancangan

Dalam perancangan ini, penulis memberikan ruang lingkup perancangan yang berkaitan dengan user, fasilitas ruang, serta denah existing yang digunakan.

User utama dalam perancangan ini adlaah anak-anak dengan rentang usia 2-8 tahun, dalam hal ini adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) jenis PDD. Selain itu, staff terapis adalah orang dewasa dengan rentang usia 20-50 tahun.

User pendukung adalah orang tua yang mendampingi anaknya, mengantar jemput, serta mendaftar untuk terapi.

Fasilitas ruang yang diperlukan dalam merancang pusat terapi PDD adalah sebagai berikut :

- Lobi utama sebagai area welcoming. - Ruang tunggu untuk orang tua

- Ruang konsultasi orang tua dan staff terapis

- Ruang terapi, dibedakan berdasarkan jenis terapinya. - Ruang staff terapis

- Ruang meeting - Ruang dokter - Ruang musik - Ruang staff musik - Toilet

- Gudang - Auditorium - Penginapan

- Ruang rekam medik - Ruang observasi


(3)

76 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa penderita PDD dapat diterapi untuk menjadi mandiri sesuai dengan tingkatannya. Penderita PDD dengan tingkat high dapat dimaksimalkan potensinya sehingga mereka dapat berkarya namun tetap membutuhkan terapi-terapi lainny. Pada dasarnya, PDD bermasalah pada interaksi sosial, komunikasi, serta tingkah laku. Penderita PDD sendiri harus dideteksi sejak


(4)

77 Universitas Kristen Maranatha

dini sehingga dapat diambil langkah mana yang harus diambil ketika anak terdiagnosis PDD. PDD bukanlah suatu penyakit melainkan sebuah kelainan dalam perkembangan anak.

Dalam perancangan ini, penulis melihat bahwa adanya material yang tidak boleh digunakan dan material yang wajib digunakan. Selain itu, penulis juga melihat materi-materi ajar apa saja yang bisa diterapkan di elemen interior.

5.2 Saran

Dalam merancang sebuah pusat terapi pada PDD harus memperhatikan sirkulasi, material, bentuk, serta lighting yang benar sehingga tidak membahayakan bagi penderita PDD


(5)

78 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alcott, Michael. 2002. An Introduction to Children with Special Educational Needs. Oxon : Bookpoint.

E., Kosasih. 2012. Cara BijakMemahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : Yrama Widya.

Handojo. 2003. Autisma. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Pusponegoro, H.D dan Purboyo Solek. 2007. Apakah Anak Kita Autis?. Bandung: Trikarsa Multi Media Sastry, Anjali dan Blaise Aguirre, MD. 2014. Parenting Anak dengan Autisme.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumber Jurnal :

Wijayanto, Anastasia Vera. 2013. Perancangan Interior Pusat Terapi Anak Autis dan Indigo Berdasarkan Pendekatan Psikologi Interior di Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No.2, p 1-12.

Sumber Internet :

Autis dan Penangannya. http/terapiautis.org/diakses 16 Oktober 2015 pukul 12.25 WIB

Autis di Indonesia. http/: klinikautis.com/2015/09/06/jumlah-penderita-autis-di-Indo- nesia/diakses 4 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.

Ciri Anak Autis. http/cirianakautis.com/ciri-ciri-autisme-pada-anak/diakses 14 Okto-ber pukul 12.05 WIB.

Definisi Terapi dalam Pendidikan Khas. http/www.scribd.com/doc/13098776/Defini- si-Terapi-Dalam-Pendidikan-Khas#scribd/diakses 18 Oktober 2015 pukul 17.14 WIB


(6)

79 Universitas Kristen Maranatha

Gangguan Down Syndrome pada Anak Usia Dini #1. http/:ourdreamingindonesia. sch.id/gangguan-down-syndrome-pada-anak-usia-dinil/ diakses 10 Oktober 2015 pukul 16.19 WIB.

Klasifikasi Autisme. http/saktienda.wordpress.com/2010/03/16/autis/diakses 14 Oktober pukul 22.51 WIB.

Penyebab Autisme. http/www.alergon.co.id/penyebab-autisme/diakses 13 Oktober 2015 pukul 21.09 WIB.

Sepuluh Jenis Terapi Autisme. http/www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis- terapi-autisme/ diakses 16 Oktober 2015 pukul 12.20 WIB.