Pengaruh Parental Structure terhadap School Engagement Siswa SMP "X" Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian mengenai parenting belum banyak berkembang pada saat ini. Maka dari itu dilakukan penelitian sebagai salah satu penelitian dalam lingkup parenting yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung.

Terdapat 173 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuesioner parental structure disusun berdasarkan Teori Farkas dan Grolnick (2010) dengan reliabilitas sebesar r = 0,802. Sedangkan kuesioner school engagement disusun berdasarkan Teori Fredricks, Blumenfeld, dan Paris (2004) dengan reliabilitas sebesar r = 0,783. Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji analisis regresi linear sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan parental structure terhadap school engagement (R2 = 0,209, F = 7,319, dan ρ = 0,000). Parental structure pun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tiga komponen school engagement, yaitu behavioral engagement (ρ = 0,004, F = 3,380), emotional engagement (ρ = 0,000, F = 7,484) dan cognitive engagement (ρ = 0,000, F = 5,362).

Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh parental structure terhadap school engagement dan komponennya. Peneliti mengajukan saran agar pihak sekolah dapat membuat program khusus untuk menyampaikan informasi mengenai pengaruh parental structure terhadap school engagement kepada orangtua agar orangtua dapat menentukan pola asuh yang tepat. Selain itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh parental structure terhadap school engagement dengan cakupan responden yang lebih luas (misalnya melihat latar belakang orangtua).


(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha Abstract

Research on parenting has not developed much in recent times. Therefore this research is one research within the scope of parenting which aims to determine the effect of parental structure on the school engagement of Junior High School "X" in Bandung.

There were 173 students who participated in this study. The structure parental questionnaire is based on the Farkas and Grolnick Theory (2010) with reliability of r = 0.802. The school engagement questionnaire, is based on theory by Fredricks, Blumenfeld, and Paris (2004), with reliability of r = 0.783. The mechanical processing of data used the simple linear regression analysis test.

The result of this study indicates that there is significant influence from parental structure on school engagement (R2 = 0.209, F = 7.319 and ρ = 0.000). Specifically, parental structure was shown to have significant effect on the three components of school engagement, namely behavioral engagement (ρ = 0.004, F = 3.380), emotional engagement (ρ = 0.000, F = 7.484), and cognitive engagement (ρ = 0.000, F = 5.362).

The conclusion shows that there is influence from parental structure on school engagement and its components. The researcher suggests that schools create a special program to transmit information on the effect of parental structure onschool engagement to the parents so that the parents can determine the pattern of care that is appropriate. Additionally, further research must be done on the effect of parental structure on school engagement using a wider coverage of respondents (eg, by looking at the background of the parents).


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Maksud Penelitian ... 7

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 7


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir ... 8

1.6. Asumsi ………. ... 14

1.7. Hipotesis Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. School Engagement ... 15

2.1.1. Pengertian School Engagement ... 15

2.1.2. Sifat-Sifat School Engagement ... 15

2.1.2.1. Multidimensional ... 15

2.1.2.2. Lunak dan Dapat Dibentuk ... 16

2.1.2.3. Inklusif ... 16

2.1.3. Komponen-Komponen dalam School Engagement ... 16

2.1.3.1. Behavioral Engagement ... 16

2.1.3.2. Emotional Engagement ... 16

2.1.3.3. Cognitive Engagement ... 17

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi School Engagement ... 17

2.1.4.1. School Level Factors... 17

2.1.4.2. Classroom Context ... 18

2.1.4.2.1. Teacher Support ... 18

2.1.4.2.2. Peers ... 18

2.1.4.2.3. Classroom Structure ... 19

2.1.4.2.4. Autonomy Support ... 19


(5)

2.1.4.3. Individual Needs ... 20

2.1.4.3.1. Need for Relatedness ... 20

2.1.4.3.2. Need for Autonomy ... 20

2.1.4.3.3. Need for Competence ... 20

2.2. Parental Structure ... 21

2.2.1. Pengertian Parental Structure ... 21

2.2.2. Komponen-Komponen dalam Parental Structure ... 21

2.2.2.1. Clear and Consistent Rule, Guidance and Expectations ... 21

2.2.2.2. Opportunities to Meet or Exceed Expectations ... 21

2.2.2.3. Predictability of Consequences for Action ... 22

2.2.2.4. Informational Feedback ... 22

2.2.2.5 Provision of Rationales for Rules and Expectations ... 22

2.2.2.6. Parental Authority ... 23

2.3. Teori Perkembangan Remaja ... 23

2.3.1. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ... 24

2.3.2. Pembagian Masa Remaja ... 25

2.4. School-Based Programs... 25

2.4. Hubungan antara Parental Structure dengan School Engagement ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 28

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 28


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.3.1. Definisi Operasional ... 29

3.3.1.1. Definisi OperasionalSchool Engagement ... 29

3.3.1.2. Definisi Operasional Parental Structure ... 29

3.4. Alat Ukur ... ... 30

3.4.1. Alat Ukur School Engagement ... 31

3.4.2. Alar Ukur Parental Structure ... 33

3.4.3. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 36

3.4.3.1. Data Pribadi ... 36

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.4.4.1. Validitas Alat Ukur ... 36

3.4.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 37

3.5. Populasi dan Karakteristik Populasi ... 38

3.5.1. Populasi Sasaran ... 38

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 38

3.6. Teknik Analisis Data ... 38

3.7. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian ... 41

4.2. Hasil Data Deskriptif ...43

4.3. Hasil Penelitian ...45

4.4. Pembahasan...46


(7)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ...52

5.2. Saran ...53

5.2.1. Saran Teoritis ...53

5.2.2. Saran Praktis ...53

DAFTAR PUSTAKA ... ... 54


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 13 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian ... 28


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur School Engagement ... 31

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuesioner School Engagement ... 32

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur Parental Structure ... 33

Tabel 3.4 Sistem Penilaian Kuesioner Parental Structure ... 35

Tabel 4.1. Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamiin ... 41

Tabel 4.2. Gambaran Responden berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.3. Gambaran Responden berdasarkan Kelas ... 42

Tabel 4.4. Gambaran School Engagement Responden ... 43

Tabel 4.5. Gambaran 3 Komponen School Engagement Responden ... 43

Tabel 4.6. Gambaran Parental Structure Responden ... 44

Tabel 4.7. Gambaran 6 Komponen Parental Structure Responden ... 44

Tabel 4.8. Pengaruh Parental Structure terhadap School Engagement ... 45


(10)

xvi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Alat Ukur School Engagement Lampiran 2. Kisi-Kisi Alat Ukur Parental Structure Lampiran 3. Surat Persetujuan Pengambilan Data Lampiran 4. Kata Pengantar Kuesioner

Lampiran 5. Kuesioner School Engagement Lampiran 6. Kuesioner Parental Structure

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data Tryout Kuesioner Parental Structure

Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data Pengaruh Parental Structure dan School Engagement Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data Gambaran School Engagement Responden

Lampiran 10. Hasil Pengolahan Data Gambaran Parental Structure Responden

Lampiran 11. Hasil Pengolahan Data Korelasi Komponen Parental Structure dengan School Engagement dan Komponen School Engagement


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang didapatkan lewat sekolah. Setiap orang yang bersekolah harus melewati beberapa tahapan hingga mereka dianggap telah menyelesaikan seluruh pendidikannya. Saat memulai setiap tahap sekolah, seseorang membutuhkan penyesuaian terhadap lingkungannya yang baru. Ketika seorang anak beralih dari tahap Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama, mereka mengalami suatu perubahan dalam hal relasi maupun pola pembelajaran yang diberikan di sekolah. Kemudian, terdapat pula tuntutan-tuntutan baru yang harus mereka hadapi, seperti harapan orang yang mengharapkan mereka lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu hal.

Masa remaja di usia 11-14 tahun, merupakan usia saat mereka berada pada tahap Sekolah Menengah Pertama, penyesuaian diri kembali mereka jalani di lingkungannya yang baru. Seiring dengan penyesuaian diri yang mereka lakukan, mereka pun harus memiliki keterlibatan dalam aktivitas akademik dan non akademik dalam lingkup sekolahnya agar mendukung prestasi dan relasi yang baik dengan lingkungan sekolahnya. Bentuk keterlibatan yang dimaksud merujuk pada 3 komponen dari suatu istilah, yaitu school engagement. School engagement adalah konstruk multidimensional yang dilihat dari tindakan siswa melibatkan dirinya di dalam aktivitas akademik dan non-akademik (sosial dan ekstrakurikuler) yang meliputi keterlibatan komponen-komponen dari segi behavioral, emotional serta cognitive engagement (Fredricks et. al., 2004).

Peneliti melakukan wawancara terhadap 2 guru SMP “X” Bandung dikatakan bahwa guru memiliki harapan agar para siswanya mampu memiliki nilai-nilai yang baik. Untuk mendapatkan


(12)

2

nilai yang baik, guru berharap siswa menyukai mata pelajaran yang ada di sekolah sehingga mereka lebih tertarik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa pun diharapkan memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi mengenai mata pelajaran yang bersangkutan sehingga mereka akan mencari lebih banyak referensi baru untuk menambah pengetahuan mereka. Guru juga berharap siswa memiliki perencanaan belajar yang dibuat oleh para siswa sendiri, sehingga akan mendukung proses belajar mengajar di kelas menjadi lebih lancar. Guru pun berharap para siswa termotivasi dalam mengerjakan tugas dan belajar untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Salah satu hal yang penting lainnya adalah siswa bersikap sopan terhadap guru, baik melalui cara bicara dan bertingkah laku.

Pada kenyataannya masih banyak siswa SMP yang ada di sekolah dimana guru tersebut mengajar, siswa lebih banyak menggunakan waktunya di rumah untuk bermain daripada belajar atau mengulang kembali pelajaran yang sudah didapatkan di sekolah sehingga nilai siswa tersebut sering menjadi buruk, lalu ada beberapa siswa yang bersikap tidak sopan terhadap guru. Kemudian dalam kondisi belajar mengajar, siswa sering mengobrol di kelas atau asik sendiri dengan kesibukan lainnya sehingga apa yang sedang diajarkan guru tidak siswa mengerti. Jadi, dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada guru dapat dipastikan bahwa ketiga komponen dari school engagement harus dimiliki setiap siswa.

Penelitian school engagement itu sendiri hanya dapat dilakukan untuk jenjang pendidikan upper elementary sampai high school (Fredricks et. al., 2004). Selain itu untuk pemilihan SMP

“X” sebagai tempat dilakukannya penelitian karena melihat pula karakteristik SMP “X” yaitu

berada di kalangan menengah ke atas dan memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkarakter kristiani.

School engagement dapat berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktornya adalah orangtua. Pada saat di sekolah, yang bertanggung jawab atas perkembangan


(13)

3

siswa adalah guru, sedangkan pada saat di rumah, orangtualah yang memiliki tanggung jawab tersebut. Dibutuhkan peranan orangtua agar remaja mampu berhasil dalam penyesuaian dengan lingkungan maupun dirinya sendiri. Hal yang lebih penting lagi bahwa orangtua merupakan bagian dari lingkungan yang membentuk manusia dimana orangtua yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya (Grolnick dan Farkas, 2010). Masa awal remaja merupakan masa-masa yang sangat rentan terjadinya hal-hal yang bersifat negatif, remaja melakukan hal-hal yang mereka ingin lakukan tanpa mempertimbangkan apakah hal itu benar atau tidak (Haidar, 2012).

Menurut Diana Baumrind, pada saat memasuki masa remaja akan timbul perasaan bahwa mereka tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Orangtua akan menemui kondisi dimana anak remajanya bersikap tidak mau di atur, merasa diri sudah dewasa, dan sebagainya. Menyikapi hal tersebut keterlibatan orangtua tetap dirasakan penting, yaitu perlu ada pihak yang memberi kontrol agar tindakan remaja dapat tetap terkendali. Orangtua seharusnya tidak bersifat menghukum maupun menjauhi individu yang bersangkutan, tetapi sebaiknya membuat peraturan dan tetap menyayangi (Santrock, 2003).

Penetapan aturan tersebut dinamakan parental structure. Parental structure adalah pengorganisasian yang dilakukan orangtua untuk menciptakan perilaku yang matang, menetapkan standar dan aturan serta harapan yang jelas dan konsisten (Grolnick dan Farkas, 2010). Orangtua memberikan ketegasan dan pengawasan kepada anak, misalnya menetapkan jam malam dimana anak harus sudah berada di rumah sesuai jam kesepakatan. Orangtua pun dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk memenuhi harapan anak itu sendiri dengan memberikan anak-anak waktu, sumber daya, dan bantuan.


(14)

4

Kekonsistenan disiplin yang telah orangtua terapkan pada anak pun menjadi bagian dari parental structure. Ketika seorang anak berhasil mendapat sesuatu hal, maka sebagai orangtua hendaknya memberikan umpan balik sebagai bentuk respon orangtua akan keberhasilan yang telah anak dapatkan. Anak pun perlu mengetahui alasan jika orangtua menegur mereka, apa yang menjadi kesalahan mereka agar anak dapat memperbaiki kesalahannya disertai pemahaman yang tepat. Orangtua juga memiliki otoritas dalam menerapkan aturan tersebut, dimana ada saatnya orangtua dapat menentukan suatu hal tanpa perlu meminta persetujuan dari anak.

Pada beberapa penelitian parental structure terdapat perbedaan mengenai pemakaian komponen dari parental structure itu sendiri. Ada penelitian yang menggunakan dua komponen, tiga komponen, empat komponen bahkan enam komponen yang diterapkan pada jenjang pendidikan yang berbeda-beda pula. Hal itu bergantung dari fenomena yang ingin diteliti oleh setiap peneliti. Penelitian yang dilakukan Farkas dan Grolnick tahun 2010 berdasarkan survei dengan menggunakan teknik wawancara diperoleh hasil bahwa terdapat enam komponen yang digunakan untuk parental structure. Kemudian dalam penelitian Grolnick, Rafery-Halmer, Flamm, Marbell, dan Cardemil tahun 2014 digunakan empat komponen yaitu clear and consistent rules, predictability of consequences for action, provision of rational for rules and expectations, dan parental authority sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anzella di tahun 2015 mengenai parental structure yang hanya menggunakan 4 komponen seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam penelitian ini difokuskan penerapan parental structure dengan enam komponen yang diambil berdasarkan hasil survei memberikan gambaran mengenai structure yang dihayati oleh siswa SMP pada umumnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 20 siswa SMP, diperoleh data sebagai berikut: dari 20 siswa SMP, 100% siswa menyatakan bahwa mereka selalu mendapatkan harapan,


(15)

5

waktu, sumber daya, dan bantuan untuk memenuhi aturan yang diberikan orangtua, seperti kesempatan untuk bermain tetap ada dengan batas waktu yang disepakati. Kemudian 100% siswa pula selalu mendapatkan umpan balik dari orangtua yang mereka rasakan dapat meningkatkan keyakinan bahwa mereka dapat mencapai suatu keberhasilan, misalnya pencapaian nilai yang tinggi. Terdapat 90% siswa yang menyatakan bahwa orangtua mereka memiliki ketegasan atau pengawasan terhadap mereka, salah satunya berkaitan dengan aturan jam malam. Jam malam yang diterapkan oleh orangtua siswa SMP pada umumnya berkisar pada pukul 20.00, dimana siswa menghabiskan waktu tersebut untuk kerja kelompok atau terkadang mereka bermain bersama teman-temannya, biasanya juga mereka datang ke undangan teman yang berulang tahun. 10% siswa lainnya menyatakan orangtua tidak memberikan ketegasan yang jelas dalam menerapkan aturan dalam artian orangtua menyatakan aturan namun ketika hal tersebut dilanggar maka orangtua tidak memberikan teguran.

Terdapat 85% siswa yang menyatakan bahwa orangtua mereka menjelaskan maksud dari setiap aturan yang diberikan kepada mereka. Di sisi lain 15% siswa menyatakan bahwa orangtua tidak memberikan maksud dari aturan yang diberikan sehingga mereka merasa tidak mengerti maksud dari pemberian aturan dan mereka cenderung menjadi tidak nyaman dengan aturan-aturan yang harus mereka turuti. Komponen lain dari parental structure adalah mengenai konsistensi pemberian aturan, dimana hal itu perlu dilakukan oleh orangtua agar tidak membuat anak bingung, dari hasil wawancara hanya 75% siswa yang menyatakan bahwa orangtua menerapkan aturan secara konsisten, sedangkan 25% siswa lainnya menyatakan bahwa konsep aturan tersebut tidak selalu diterapkan secara konsisten oleh orangtua mereka. Komponen terakhir yang bisa dilihat dari parental structure adalah parental authority. Terdapat 35% dari siswa menyatakan bahwa kendali dalam keluarga masih dipegang oleh orangtua, khususnya ayah.


(16)

6

Mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk dapat memberikan keputusan atau ide dalam keluarganya. Di sisi lain, 65% siswa lainnya menyatakan orangtua tetap memberikan kesempatan untuk mereka ikut memberikan keputusan atau ide dalam keluarganya. Maka dari itu berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terdapat enam komponen dari parental structure yang digunakan pada siswa SMP, yang terdiri dari clear and consistent rules and expectation, opportunities to meet or exceed expectations, predictability of consequences, informational feedback, provision of rationales, dan parental authority .

Dengan adanya parental structure yang dihayati oleh siswa SMP, hal itu dapat memiliki dampak terhadap school engagement. Menurut Grolnick, ketika orangtua menerapkan aturan maka aturan tersebut secara optimal akan memengaruhi anak dalam bertingkahlaku dan dapat menumbuhkan motivasi untuk pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, penelitian mengenai parenting itu sendiri belum banyak berkembang, khususnya parental structure. Kemudian sampai saat ini peneliti baru menemukan satu penelitian mengenai parental structure yang dilakukan di Indonesia. Padahal telah disebutkan sebelumnya bahwa parental structure itu sendiri dapat memengaruhi siswa dalam bertingkah laku dan menumbuhkan motivasi, yang didalamnya juga berkaitan dengan pencapaian keberhasilan. Telah terbukti pula lewat penelitian Grolnick dan Ryan tahun 1989 serta Skinner, Johnson, Snyder tahun 2005 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara parental structure dengan school engagement. Oleh karena itu, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti apakah terdapat pengaruh parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung.


(17)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh parental structure dengan school engagement pada siswa SMP “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh parental structure terhadap school engagement beserta komponen school engagement siswa SMP “X” Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis yang dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

- Memberikan informasi ilmiah kepada peneliti lain mengenai parental structure dan school engagement.


(18)

8

1.4.2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:

- Memberikan informasi kepada Guru BK mengenai gambaran pengaruh parental structure terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung untuk diinformasikan kepada orangtua.

1.5. Kerangka Pikir

Siswa SMP “X” merupakan individu yang sedang berada pada tahap perkembangan remaja awal. Mereka sedang menjalani proses dari masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Dalam penelitian ini perubahan kognitif sangat berperan untuk mewujudkan persepsi yang dimiliki remaja. Santrock (2003) mengatakan bahwa perubahan kognitif adalah adanya proses berpikir abstrak. Pada umumnya dinyatakan bahwa masa remaja dimulai antara usia 12 sampai 15 tahun dan berakhir antara usia 16 sampai 18 tahun. Melihat teori perkembangan kognitif dari J. Piaget, remaja pada usia tersebut mulai memasuki fase formal operational, dimana anak mulai berpikir abstrak tanpa perlu melihat situasi konkrit. Anak mampu menghadapi masalah-masalah kompleks yang membutuhkan logika dan penalaran serta mengerti dan mampu menggunakan kemungkinan yang ada. Di samping adanya perkembangan kognitif yang dialami siswa SMP “X” mereka pun dituntut untuk tetap menjalankan proses studinya dengan baik. Penunjang pencapaian hasil studi yang baik adalah adanya keterlibatan aktivitas yang dilakukan siswa SMP “X” dalam bidang akademik maupun non akademik dengan dasar merujuk pada 3 komponen yaitu behavioral, emotional serta cognitive engagement. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dari school engagement.


(19)

9

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Fredericks et. al. (2004), dijelaskan bahwa behavioral engagement dapat digambarkan sebagai ide tentang partisipasi, meliputi keterlibatan siswa dalam aktivitas akademik, sosial, dan ekstrakurikuler. Dapat pula didefinisikan sebagai tingkah laku positif siswa, seperti mengikuti peraturan dan mengikuti norma yang ada di dalam kelas, juga tidak adanya perilaku mengganggu, meninggalkan sekolah dan membuat masalah, keikutsertaan dalam kegiatan belajar juga tugas akademik mencakup perilaku seperti usaha, daya tahan, konsentrasi, atensi, menanyakan pertanyaan dan memberikan kontribusi dalam diskusi kelas juga partisipasi dalam aktivitas berhubungan dengan sekolah seperti ekstrakurikuler atau OSIS. Siswa yang engaged, akan menunjukkan perilaku partisipasi yang baik dalam aktivitasnya di sekolah, baik dalam proses belajar mengajar di kelas, ekstrakurikuler atau OSIS. Sebaliknya siswa dikatakan disengaged jika sering melakukan hal yang mengganggu di dalam kelas, kurang terlibat dalam proses belajar mengajar dan sebagainya.

Kemudian untuk komponen emotional engagement merupakan ide tentang appeal atau daya tarik merujuk pada reaksi positif dan negatif siswa terhadap guru, teman sebaya, tugas sekolah atau akademik dan sekolah. Emotional engagement pun merujuk pada reaksi afektif siswa di dalam kelas dan di sekolah, seperti ketertarikan, kebosanan, kesenangan, kesedihan dan kecemasan. Siswa yang engaged akan merasa senang berada di sekolah, tertarik dengan tugas atau pekerjaan sekolah selain itu tertarik juga menjalin relasi yang baik dengan tenaga pengajar dan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari sekolah. Sebaliknya, siswa yang disengaged akan merasa tidak senang berada di sekolah, tidak tertarik pada tugas atau pekerjaan sekolah, tidak memiliki relasi yang baik dengan tenaga pengajar dan tidak merasa dirinya menjadi bagian dari sekolah.


(20)

10

Komponen cognitive engagement menggambarkan ide tentang investment yang menggabungkan aktivitas berpikir dan keinginan untuk mengeluarkan usaha yang diperlukan untuk memahami ide-ide kompleks dan menguasai keterampilan yang sulit. Terfokus pada aspek psikologis dalam pembelajaran, sebuah keinginan untuk dapat melampaui permintaan guru atau yang disyaratkan dan menyukai tantangan. Siswa yang engaged akan memiliki inisiatif lebih dan membuat perencanaan terhadap apa yang dia kerjakan dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang disengaged tidak memiliki inisiatif dan tidak suka membuat perencanaan terhadap apa yang dia kerjakan.

Pentingnya siswa SMP “X” memiliki school engagement dapat didukung oleh salah satu faktor lingkungan yang dapat memengaruhi, yaitu orangtua. Orangtua memiliki suatu harapan untuk anaknya yang kemudian bisa diekspresikan lewat penerapan pemberian aturan untuk anaknya agar anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Pemberian aturan tersebut merupakan salah satu bentuk tugas juga yang dijalankan oleh orangtua. Pemberian aturan tersebut dapat dilihat konsistensinya, ketegasannya, hingga alasan diterapkannya aturan tersebut. Aturan yang diberikan oleh orangtua disebut dengan istilah parental structure. Dalam penelitian Grolnick dan Ryan (1989) dikatakan terdapat hubungan antara komponen dari parental structure dengan outcome dari siswa, outcome itu berupa engagement dan nilai yang diperoleh di sekolah.

Untuk mengetahui parental structure yang diberikan oleh orangtua terhadap anak yang merupakan siswa SMP “X” akan dilihat berdasarkan enam komponen yang menjadi bagiannya (Grolnick dan Farkas, 2010). Komponen pertama merupakan clear and consistent rule, guidance and expectations berupa ketegasan dan arahan yang dilakukan oleh orangtua dalam hal pemberian aturan terhadap anaknya, seperti pengaturan mengenai jam malam, pengaturan waktu belajar, dan sebagainya. Ketika orangtua memberikan ketegasan dan arahan pada anak, maka anak akan mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan dan diharapkan orangtua.


(21)

11

Sebaliknya, ketika anak menghayati orangtua tidak memberikan clear and consistent rule, guidance and expectations akan membuat anak tidak memiliki kejelasan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa harapan dari orangtua.

Selain itu terdapat komponen kedua yaitu opportunities to meet or exceed expectations yang berupa pemberian kesempatan untuk anak-anak dalam memenuhi harapan orangtua, seperti pemberian waktu, sumber daya, dan bantuan yang diberikan oleh orangtua sendiri untuk anaknya. Sebaliknya, ketika anak menghayati orangtua tidak memberikan opportunities to meet or exceed expectations maka anak tidak mendapatkan waktu, sumber daya, dan bantuan yang akan membuat mereka sulit memenuhi harapan orangtua.

Selanjutnya terdapat komponen ketiga, yaitu predictability of consequences for action yang merupakan tingkat konsistensi penerapan aturan yang diterapkan orangtua pada anak yang berguna untuk membangun kunci dalam memprediksi tindakan agresi dan kenakalan yang dapat dilakukan oleh anak. Sebaliknya, ketika anak menghayati bahwa orangtua tidak memberikan predictability of consequences for action maka anak akan cenderung bertindak semaunya.

Komponen keempat yaitu informational feedback berupa pemberian feedback dimana hal ini dapat meningkatkan keyakinan anak dalam mencapai keberhasilan. Terkadang anak merasa tidak berdaya dalam melakukan sesuatu namun dengan diberikannya feedback kecenderungan untuk bangkit dan mau berusaha akan meningkat. Sebaliknya, ketika anak menghayati orangtua tidak memberikan informational feedback maka anak akan kurang memiliki keyakinan dalam mencapai keberhasilan dan sulit bangkit dari perasaan tidak berdaya.

Adapun komponen yang kelima yaitu provision of rationales for rules and expectations, anak memerlukan penjelasan mengenai maksud dari setiap aturan yang diberikan oleh orangtua.


(22)

12

Anak akan memiliki persepsi yang akurat dari pesan yang orangtua sampaikan melalui suatu aturan. Kemudian dapat pula menjadi faktor pengendali dan pendukung kemampuan otonomi anak dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya, ketika anak menghayati bahwa orangtua tidak melakukan provision of rationales for rules and expectations maka persepsi anak terhadap aturan tersebut menjadi kurang akurat kemudian kemampuan otonomi anak dapat terhambat.

Komponen yang terakhir adalah parental authority dimana anak harus tunduk pada kekuatan yang dimiliki orangtua. Orangtua menunjukkan pada anak kejelasan peran otoritas yang dimilikinya, misalnya ketika anak melanggar aturan beberapa kali sesuai yang telah disepakati bersama, orangtua akan membuat aturan selanjutnya untuk menindaklanjuti pelanggaran yang telah dilakukan anaknya tanpa melibatkan anak dalam menentukan aturan tersebut. Sebaliknya, ketika anak tidak menghayati orangtua melakukan parental authority maka anak akan cenderung merasa bahwa tidak ada kejelasan peran otoritas dari orangtuanya dan anak tidak mendapatkan perlakuan yang jelas jika dirinya telah melanggar suatu aturan beberapa kali.

Berkaitan dengan hal yang telah dijelaskan mengenai school engagement dan parental structure, sesuai perkembangan teori yang melibatkan faktor kontekstual yang lebih luas. Fredericks menyetujui bahwa parenting memberikan dampak bagi school engagement siswa. Parental structure merupakan bagian dari parenting itu sendiri. Di dalam parenting tersebut terdapat interaksi dalam konteks sosial dimana dapat dilihat apakah lingkungan mampu memenuhi needs of autonomy, competence, and relatedness seseorang (Connell & Wellborn, 1991). Dalam penelitian Grolnick dan Ryan (1989) dikatakan pula terdapat hubungan antara komponen dari parental structure dengan outcome dari siswa, outcome itu berupa engagement dan nilai yang diperoleh di sekolah. Begitu pula dinyatakan oleh Skinner, Johnson, dan Skinner


(23)

13

(2005), jika siswa memiliki penghayatan dengan level tinggi terhadap parental structure maka school engagement mereka pun akan tinggi. Menurut Grolnick, ketika orangtua menerapkan aturan maka aturan tersebut secara optimal akan memengaruhi anak dalam bertingkahlaku dan menumbuhkan motivasi guna pemenuhan need for competence, need for autonomy, dan need for related mereka sendiri. Need for competence bisa dipenuhi dari penerapan aturan yang jelas dan konsisten, dimana anak akan memahami bagaimana cara untuk mencapai sukses dan menghindari kegagalan. Need for autonomy dipengaruhi oleh cara aturan diterapkan dan apa implementasinya. Need for related bisa dipenuhi lewat penerapan parental structure, dimana hal itu dapat memengaruhi motivasi anak dalam menghadapi kesulitan atau tantangan. Dengan melihat adanya hal-hal tersebut, maka peneliti ingin melihat pengaruh parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung.

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Siswa SMP

“X”

Bandung

Parental Structure

1. Clear and consistent rule

2. Opportunities to meet or exceed expectations 3. Predictability of

consequences for action 4. Informational feedback 5. Provision of rationales

for rules and expectations 6. Parental authority

School Engagement 1. Behavioral engagement 2. Emotional engagement 3. Cognitive engagement Pemenuhan Need Competence, Autonomy, and Related


(24)

14

1.6. Asumsi

Dari kerangka pikir di atas, didapatkan asumsi sebagai berikut:

1. School engagement siswa SMP “X” Bandung dapat dilihat dari tiga komponen yang berbeda, yaitu behavioral, emotional, dan cognitive engagement.

2. Parental structure yang dihayati oleh siswa SMP “X” Bandung terkandung enam komponen, yaitu clear and consistent rule, opportunities to meet or exceed expectations, predictability of consequences for action, informational feedback, provision of rationales for rules and expectations,dan parental authority.

3. Terdapat hubungan yang positif antara parental structure dan school engagement.

1.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis Mayor:

Terdapat pengaruh parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung. Hipotesis Minor:

1. Terdapat pengaruh parental structure terhadap behavioral engagement siswa SMP “X” Bandung.

2. Terdapat pengaruh parental structure terhadap emotional engagement siswa SMP “X” Bandung.

3. Terdapat pengaruh parental structure terhadap cognitive engagement siswa SMP “X” Bandung.


(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai pengaruh parental structure terhadap school engagement (behavioral engagement, emotional engagement, cognitive engagement) siswa SMP “X” Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan parental structure terhadap school engagement siswa SMP “X” Bandung.

b. Terdapat pengaruh yang signifikan parental structure terhadap behavioral engagement, emotional engagement dan cognitive engagement siswa SMP “X” Bandung.

c. Di antara enam komponen parental structure hanya tiga komponen (clear and consistent rules and expectation, predictability of consequences, dan informational feedback) yang memberi pengaruh signifikan terhadap school engagement dan komponennya.


(26)

53

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

Saran bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan adalah meneliti pengaruh parental structure terhadap school engagement dengan cakupan responden yang lebih luas.

5.2.2. Saran Praktis

Saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat adalah sebagai berikut:

- Pihak sekolah yang mendapatkan gambaran adanya pengaruh parental structure terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung dapat menyampaikan informasi tersebut untuk para orang tua melalui program yang dibuat oleh sekolah, seperti pertemuan, workshop, atau pelatihan mengenai pentingnya parental structure untuk school engagement siswa sehingga orang tua pun dapat menentukan pola asuh yang sesuai bagi perkembangan anaknya masing-masing.


(27)

2406/SN/F.Psi/UKM/PEN/2016

PENGARUH PARENTAL STRUCTURE

TERHADAP SCHOOL ENGAGEMENT

SISWA SMP “X”

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh :

PATRICIA ASTRID NADYARINI NRP: 1230147

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI

BANDUNG 2016


(28)

(29)

(30)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini dari awal perencanaan hingga akhir penyusunan dengan baik.

Penelitian ini berjudul Pengaruh Parental Structure terhadap School Engagement Siswa SMP “X” Bandung, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam melampaui mata kuliah usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penelitian selanjutnya.

Tidak lupa, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina., M.Si. Psik., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Jane Savitri, M.Si., Psik., selaku dosen pembimbing utama yang bersedia meluangkan waktu, sabar, dan mampu memberikan arahan kepada peneliti untuk memulai dan dapat terus bersemangat dalam mengerjakan penelitian ini.

3. Selly Feransa., M.Psi., Psik., selaku dosen pembimbing pendamping Usulan Penelitian yang bersedia pula meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, nasihat, serta dukungan dan semangat demi terselesaikannya penelitian ini.

4. Destalya Anggrainy, S.Psi., M.Pd., selaku dosen pembimbing pendamping Skripsi yang bersedia membantu, meluangkan waktu, memberikan perhatian, arahan, nasihat, serta dukungan dan semangat kepada peneliti untuk dapat tepat waktu menyelesaikan penelitian ini.


(31)

5. Kepala sekolah SMP dan para siswa SMP yang telah membantu peneliti dalam proses tryout dan pengambilan data penelitian ini.

6. Bapak, Ibu, dan Florencia Judith yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat selama peneliti menjalankan proses studi.

7. Mbah, Om, Tante, Bude, Pakde, dan sepupu yang selalu memberi semangat kepada peneliti untuk dapat tepat waktu menyelesaikan proses studi.

8. Benedictus Septiantoro U.P. dan keluarga yang setia menghibur, menemani, mendoakan, dan membantu peneliti ketika peneliti menghadapi kesulitan dan kejenuhan dalam mengerjakan penelitian ini.

9. Fitri Noer M., Dian Kumala D., Jusliana S., Anggita T., Nisrina Khansa, Inri D.P, dan Erin yang selalu siap memberi dukungan, masukan dan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini

10.Teman-teman dan senior penelitian payung School Engagement serta teman-teman psikologi yang turut serta membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini

11.Teman-teman OMK Wilayah Kebon Kangkung yang mendukung proses kelancaran peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

12.Seluruh pihak yang telah banyak memberi bantuan serta dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kasih Tuhan berkenan membalas segala bantuan Bapak, Ibu, dan rekan-rekan sekalian. Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menyusun penelitian selanjutnya.

Bandung, Agustus 2016


(32)

54

DAFTAR PUSTAKA

Appleton, J. J., Christenson S. L., & Furlong M. J.. 2008. Student Engagement With School: Critical Conceptual and Methodological Issues of the Construct. ______: Wiley Periodicals, Inc.

Berger, E. H. 1995. Parents as Partners in Education. 4th Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Fredricks J. A., Blumenfeld P. C., & Paris A.. 2004. Handbook of Research on Student Engagement. New York: Springer Science+Business Media.

Fredricks, J. A., Phyllis B., & Alison P.. 2004. School Engagement:Potential of the Concept, State of the Evidence. American Educational Research Association.

Freidenberg, L. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Boston: Allyn & Bacon.

Furrer C., Skinner E.. 2003. Sense of Relatedness as a Factor in Children’s Academic Engagement and Performance. USA: American Psychological Associate.

Grolnick W. S.. 2009. The Role of Parents in Facilitating Autonomous Self-Regulation for Education. USA: Clark University.

Grolnick W. S., Farkas M.S.. 2010. Examining the Components and Concomitants of Parental Structure in the Academic Domain. USA: Springer Science+Business Media.

Grolnick W. S., Ryan R. M.. 1989. Parent Styles Associated with Children’s Self Regulation and Competence in School. Journal of Educational Psychology, 81 (2), 143-154. http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/1989_GrolnickRyan.pdf.

Grolnick W. S., Wellborn J. G.. 1988. Handbook of Research on Student Engagement. New York: Springer Science+Business Media.


(33)

Hidayat, S. S. & tim dosen. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kumar, R. 2005. Research Methodology: A Step by Step Guide for Begginners. London: SAGE Publications.

Pomerantz E. M., Grolnick W. S., & Price C. E.. 2005. The Role of Parents in How Children Approach Achievement-chapter 15 (Handbook of Competence and Motivation).New York: The Guilford Press.

Santrock, J. W.. 2003. Adolescence 6th. Jakarta: Erlangga.

Skinner, E. A., Johnson, S., & Snyder, T. (2005). Six dimensions of parenting: A motivational model. Parenting: Science and Practice, 5(2), 175-235.


(34)

56

DAFTAR RUJUKAN

Herningtyas, Aesthesya Regia. 2014.Pengaruh dukungan sosial dari guru terhadap school engagement pada siswa SMA “X” Tasikmalaya (Skripsi), Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Tamimi, Haidar. (2012). Peranan orang tua dalam pembentukan tingkah laku anak. Diunduh dari

http://haidartamimi.blogspot.co.id/2012/12/peranan-orang-tua-dalam-pembentukan.html.

Terahadi, Ira. 2014. Pengaruh student-teacher relationships terhadap tipe-tipe school engagement pada siswa SMP “Z” Kota Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Trihadmojo, Bambang&rekan. (2014). Underachieving Gifted Students: A Social Cognitive Model. diunduh dari https://prezi.com /m/ys0c9n_xnai_/latar-belakang/.


(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini dari awal perencanaan hingga akhir penyusunan dengan baik.

Penelitian ini berjudul Pengaruh Parental Structure terhadap School Engagement Siswa SMP “X” Bandung, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam melampaui mata kuliah usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penelitian selanjutnya.

Tidak lupa, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina., M.Si. Psik., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Jane Savitri, M.Si., Psik., selaku dosen pembimbing utama yang bersedia meluangkan waktu, sabar, dan mampu memberikan arahan kepada peneliti untuk memulai dan dapat terus bersemangat dalam mengerjakan penelitian ini.

3. Selly Feransa., M.Psi., Psik., selaku dosen pembimbing pendamping Usulan Penelitian yang bersedia pula meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, nasihat, serta dukungan dan semangat demi terselesaikannya penelitian ini.

4. Destalya Anggrainy, S.Psi., M.Pd., selaku dosen pembimbing pendamping Skripsi yang bersedia membantu, meluangkan waktu, memberikan perhatian, arahan, nasihat, serta dukungan dan semangat kepada peneliti untuk dapat tepat waktu menyelesaikan penelitian ini.


(3)

5. Kepala sekolah SMP dan para siswa SMP yang telah membantu peneliti dalam proses tryout dan pengambilan data penelitian ini.

6. Bapak, Ibu, dan Florencia Judith yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi semangat selama peneliti menjalankan proses studi.

7. Mbah, Om, Tante, Bude, Pakde, dan sepupu yang selalu memberi semangat kepada peneliti untuk dapat tepat waktu menyelesaikan proses studi.

8. Benedictus Septiantoro U.P. dan keluarga yang setia menghibur, menemani, mendoakan, dan membantu peneliti ketika peneliti menghadapi kesulitan dan kejenuhan dalam mengerjakan penelitian ini.

9. Fitri Noer M., Dian Kumala D., Jusliana S., Anggita T., Nisrina Khansa, Inri D.P, dan Erin yang selalu siap memberi dukungan, masukan dan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini

10.Teman-teman dan senior penelitian payung School Engagement serta teman-teman psikologi yang turut serta membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini

11.Teman-teman OMK Wilayah Kebon Kangkung yang mendukung proses kelancaran peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

12.Seluruh pihak yang telah banyak memberi bantuan serta dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kasih Tuhan berkenan membalas segala bantuan Bapak, Ibu, dan rekan-rekan sekalian. Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menyusun penelitian selanjutnya.

Bandung, Agustus 2016


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Appleton, J. J., Christenson S. L., & Furlong M. J.. 2008. Student Engagement With School: Critical Conceptual and Methodological Issues of the Construct. ______: Wiley Periodicals, Inc.

Berger, E. H. 1995. Parents as Partners in Education. 4th Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Fredricks J. A., Blumenfeld P. C., & Paris A.. 2004. Handbook of Research on Student Engagement. New York: Springer Science+Business Media.

Fredricks, J. A., Phyllis B., & Alison P.. 2004. School Engagement:Potential of the Concept, State of the Evidence. American Educational Research Association.

Freidenberg, L. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Boston: Allyn & Bacon.

Furrer C., Skinner E.. 2003. Sense of Relatedness as a Factor in Children’s Academic Engagement and Performance. USA: American Psychological Associate.

Grolnick W. S.. 2009. The Role of Parents in Facilitating Autonomous Self-Regulation for Education. USA: Clark University.

Grolnick W. S., Farkas M.S.. 2010. Examining the Components and Concomitants of Parental Structure in the Academic Domain. USA: Springer Science+Business Media.

Grolnick W. S., Ryan R. M.. 1989. Parent Styles Associated with Children’s Self Regulation and Competence in School. Journal of Educational Psychology, 81 (2), 143-154. http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/1989_GrolnickRyan.pdf.


(5)

Hidayat, S. S. & tim dosen. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kumar, R. 2005. Research Methodology: A Step by Step Guide for Begginners. London: SAGE Publications.

Pomerantz E. M., Grolnick W. S., & Price C. E.. 2005. The Role of Parents in How Children Approach Achievement-chapter 15 (Handbook of Competence and Motivation).New York: The Guilford Press.

Santrock, J. W.. 2003. Adolescence 6th. Jakarta: Erlangga.

Skinner, E. A., Johnson, S., & Snyder, T. (2005). Six dimensions of parenting: A motivational model. Parenting: Science and Practice, 5(2), 175-235.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Herningtyas, Aesthesya Regia. 2014.Pengaruh dukungan sosial dari guru terhadap school engagement pada siswa SMA “X” Tasikmalaya (Skripsi), Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Tamimi, Haidar. (2012). Peranan orang tua dalam pembentukan tingkah laku anak. Diunduh dari

http://haidartamimi.blogspot.co.id/2012/12/peranan-orang-tua-dalam-pembentukan.html.

Terahadi, Ira. 2014. Pengaruh student-teacher relationships terhadap tipe-tipe school engagement pada siswa SMP “Z” Kota Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Trihadmojo, Bambang&rekan. (2014). Underachieving Gifted Students: A Social Cognitive Model. diunduh dari https://prezi.com /m/ys0c9n_xnai_/latar-belakang/.