Pengaruh Basic Need Satifaction Terhadap School Engagement Pada Siswa Kelas Reguler SMP "X" Di Kota Bandung.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar (basic need satisfaction) terhadap school engagement pada siswa kelas reguler SMP “X” di Bandung. Dalam penelitian ini, diambil seluruh populasi siswa kelas reguler yang berjumlah 378 siswa.
Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua kuesioner, yaitu kuesioner Basic Need Satisfaction in General Scale (BNSG-S) berjudul Feeling I Have yang diterjemahkan oleh Jane Savitri (2016) serta kuesioner school engagement yang disusun oleh Diana (2015). Berdasarkan uji validitas menggunakan Pearson Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Alfa Cronbach, diperoleh 21 item BNSG-S dengan validitas berentang dari 0,344 hingga 0,712 dan reliabilitas sebesar 0,786 serta 29 item school engagement dengan validitas berentang dari 0,312 hingga 0,674 dan reliabilitas sebesar 0,783.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan teknik regresi linear berganda dalam program SPSS 23 for windows. Hasil yang diperoleh adalah pemenuhan ketiga kebutuhan dasar secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan sebesar 0,215. Pemenuhan tipe kebutuhan dasar yang berpengaruh secara signifikan adalah need for competence sebesar 0,368 dan need for relatedness sebesar 0,152. Pemenuhan need for autonomy berpengaruh secara tidak signifikan sebesar 0,021.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti secara spesifik mengenai peran orang tua, guru, dan teman sebaya sebagai konteks sosial yang dapat memenuhi kebutuhan dasar individu serta keterkaitannya dengan school engagement. Peneliti juga menyarankan para guru dan orang tua dapat mengupayakan pemberian lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki emosi positif dalam belajar, serta keinginan untuk menguasai materi yang diajarkan.
(2)
Abstract
This study was conducted to determine the effect of fulfillment of basic needs (basic need satisfaction) to school engagement on regular grade students of SMP "X" in Bandung. In this study, taken across the student population regular classes totaling 378 students.
Measuring instruments used consisted of two questionnaires, the questionnaire Basic Need Satisfaction in General Scale (BNSG-S) titled Feeling I Have Translated by Jane Savitri (2016) as well as school engagement questionnaire drafted by Diana (2015). Based on the validity of using Pearson Correlation test and reliability test using Cronbach Alfa, obtained 21 items BNSG-S with validity berentang from 0.344 to 0.712 and the reliability of 0.786 and 29 items of school engagement with the validity berentang from 0.312 to 0.674 and the reliability of 0.783.
The data obtained in this study was processed using multiple linear regression in SPSS 23 for windows. The result is the fulfillment of the three basic needs together significant influence amounted to 0.215. Fulfillment of basic needs that type of significant influence is the need for competence of 0.368 and the need for relatedness of 0.152. Fulfillment of the need for autonomy is not significant influence amounted to 0,021.
Based on the results of the study, the researchers propose suggestions for further research to investigate specifically about the role of parents, teachers, and peers as a social context that can meet the basic needs of individuals and associations with school engagement. Researchers also advise teachers and parents can seek the provision of an environment that can meet the basic needs of students so that students can participate actively, have positive emotions in learning, and the desire to master the material being taught.
(3)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Maksud Penelitian ... 6
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
(4)
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7
1.5 Kerangka Pemikiran ... 7
1.6 Asumsi Penelitian ... 13
1.7 Hipotesis Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 School Engagement ... 15
2.1.1 Definisi School Engagement ... 15
2.1.2 Komponen-Komponen School Engagement ... 15
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi School Engagement ... 16
2.1.4 Hasil dari School Engagement ... 21
2.1.5 Struktur Dasar Student Engagement ... 23
2.2 Basic Need Satisfaction ... 24
2.2.1 Basic Need ... 24
2.2.2.1 Pendekatan Humanistik mengenai Motivasi ... 24
2.2.1.2 Tipe-Tipe Kebutuhan Dasar Individu ... 26
2.2.2 Basic Need Satisfation ... 27
2.2.2.1 Definisi Basic Need Satisfaction ... 27
2.3 Keterkaitan Basic Need Satisfaction dan School Engagement ... 28
2.4 Teori Perkembangan Remaja ... 30
(5)
2.4.3 Pembagian Masa Remaja ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 33
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 33
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34
3.3.1 Variabel Penelitian ... 34
3.3.2 Definisi Operasional ... 34
3.3.2.1 Basic Need Satisfaction ... 34
3.3.2.2 School Engagement ... 34
3.4 Alat Ukur ... 35
3.4.1 Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... 35
3.4.2 Alat Ukur School Engagement ... 37
3.4.3 Data Pribadi ... 38
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38
3.4.4.1 Validitas Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... 38
3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... 39
3.4.4.3 Validitas Alat Ukur School Engagement ... 40
3.4.4.4 Reliabilitas Alat Ukur School Engagement ... 40
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
(6)
3.6 Teknik Analisis Data ... 41
3.7 Hipotesis Statistik ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 44
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.3 Pembahasan ... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 57
5.2 Saran ... 58
5.2.1 Saran Teoretis ... 58
5.2.2 Saran Praktis ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR RUJUKAN ... 62 LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner BNSG-S ... 36
Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuesioner BNSG-S ... 37
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur School Engagement ... 37
Tabel 3.4 Sistem Penilaian Alat Ukur School Engagement ... 38
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 44
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas ... 45
Tabel 4.4 Gambaran Pemenuhan Tiap Kebutuhan Dasar Responden ... 45
Tabel 4.5 Gambaran Tiap Komponen School Engagement Responden ... 46
Tabel 4.6 Uji Regresi Linier Berganda antara Pemenuhan Ketiga Kebutuhan Dasar secara Bersama-sama (BNS) dengan School Engagement (SE) dan Ketiga Komponen- nya ... 46
Tabel 4.7 Uji Regresi antara Pemenuhan Ketiga Tipe Kebutuhan Dasar dengan School Engagement (SE) ... 47
Tabel 4.8 Uji Regresi antara Pemenuhan Ketiga Tipe Kebutuhan Dasar dengan Komponen Behavioral Engagement (BE) ... 47
Tabel 4.9 Uji Regresi antara Pemenuhan Ketiga Tipe Kebutuhan Dasar dengan Komponen Emotional Engagement (EE) ... 48
Tabel 4.10 Uji Regresi antara Pemenuhan Ketiga Tipe Kebutuhan Dasar dengan Komponen Cognitive Engagement (CE) ... 48
(8)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Pemikiran ... 13 Bagan 2.1 Struktur Dasar Student Engagement ... 23 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ... 33
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur Basic Need Satisfaction in General Scale(BNSG-S) ... L-1 Lampiran 2 Kisi-Kisi Alat Ukur School Engagement (SE) SMP ... L-4 Lampiran 3 Lembar Persetujuan ... L-8 Lampiran 4 Kuesioner Basic Need Satisfaction in General Scale (BNSG-S) ... L-9 Lampiran 5 Kuesioner School Engagement (SE) ... L-12 Lampiran 6 Hasil Perhitungan Validitas Basic Need Satisfaction ... L-15 Lampiran 7 Hasil Perhitungan Reliabilitas Basic Need Satisfaction ... L-18 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Pemenuhan Tiap Kebutuhan Dasar Responden ... L-19 Lampiran 9 Hasil Perhitungan Tiap Komponen School Engagement Responden ... L-22 Lampiran 10 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Berganda antara Pemenuhan Kebutuhan
Dasar secara Bersama-sama (BNS) terhadap School Engagement (SE) ... L-25 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Berganda antara Pemenuhan Kebutuhan
Dasar secara Bersama-sama (BNS) terhadap Behavioral Engagement (BE) ... L-26 Lampiran 12 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Berganda antara Pemenuhan Kebutuhan
Dasar secara Bersama-sama (BNS) terhadap Emotional Engagement (EE) ... L-27 Lampiran 13 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Berganda antara Pemenuhan Kebutuhan
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor yang memengaruhi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan merupakan hal yang penting untuk diperoleh segenap individu. Pendidikan yang diterima oleh individu dapat berupa pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Dalam pendidikan formal, individu menerima pendidikan secara berjenjang, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Pada tingkat dasar, individu diajarkan akan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya dan dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama (Suharjo, 2006 dalam tesis Perhatian Orangtua pada Pendidikan Anak di Sekolah Dasar (Kasus Tingginya Angka Putus Sekolah di SD Negeri Supulessy Desa Supulessy Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah)). Pada tingkat menengah pertama, individu lebih diajarkan mengenai pembentukan karakter.
Sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang mengajarkan pembentukan karakter, SMP “X” di kota Bandung menerapkan peranan tersebut dalam visi, misi, dan tujuan dari sekolah. Adapun visi dari SMP “X” adalah menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi dan menghasilkan siswa yang berkarakter Kristiani. Misi dari SMP “X” adalah mengembangkan dan mewadahi potensi siswa secara optimal melalui pendidikan yang berkarakter Kristiani sedangkan tujuan yang dimiliki SMP “X” adalah menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berkarakter Kristiani.
Berdasarkan hasil wawancara dengan delapan guru yang mengajar di SMP “X”, diperoleh hasil bahwa secara umum, terdapat dua tipe siswa saat mengikuti pembelajaran yang
(11)
2
dilakukan di sekolah. Di satu sisi, terdapat siswa yang aktif bertanya, tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan, memiliki keinginan untuk mencapai nilai terbaik dan memertahankan prestasi yang telah diraihnya, dan memiliki keinginan untuk memelajari materi dengan sungguh-sungguh hingga ia paham akan materi tersebut. Ketika siswa memerlihatkan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa termasuk dalam tipe yang terlibat dalam pembelajaran atau yang dikenal dengan istilah engagement. Di sisi lain, terdapat pula siswa yang senang mengobrol dengan teman-temannya saat guru sedang menerangkan di kelas, merasa bosan dengan cara guru mengajarkan materi; kurang memiliki keinginan untuk memerdalam materi yang diajarkan oleh guru, siswa hanya menghafal materi yang diberikan saja, bukan memahami materi; dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan seadanya saja, tidak secara maksimal. Ketika siswa memerlihatkan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan siswa termasuk dalam tipe yang kurang terlibat dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah atau yang dikenal dengan istilah disengagement.
Perlu diperhatikan bahwa dalam pembelajaran, engagement merupakan hal yang penting untuk dimiliki karena engagement dapat menjadi kunci untuk menghilangkan sikap apatis siswa dan akan meningkatkan kualitas pembelajaran (Fredricks J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, A. H., 2004). Salah satu bagian dari engagement adalah school engagement yang didefinisikan sebagai usaha siswa melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik maupun non-akademik (sosial dan ekstrakurikuler) (Fredricks et al., 2004).
School engagement itu sendiri terdiri atas tiga komponen, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement (Fredricks et al., 2004). Perilaku siswa yang senang berbicara dengan temannya saat guru sedang menerangkan merujuk pada tidak adanya komponen behavioral engagement dari school engagement. Komponen behavioral engagement itu sendiri berkaitan dengan perilaku positif siswa, seperti mengikuti aturan dan norma-norma yang berlaku dalam kelas; terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas dan dalam tugas-tugas
(12)
3
yang diberikan, seperti memerhatikan dan mengajukan pertanyaan; dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan sekolah, seperti mengikuti organisasi sekolah (Fredricks et al., 2004).
Adanya perasaan bosan pada diri siswa atas cara guru mengajar merujuk pada tidak adanya komponen emotional engagement dari school engagement. Komponen emotional engagement itu sendiri berkaitan dengan reaksi emosi positif dan negatif siswa dalam kelas dan reaksi emosi siswa terhadap sekolah dan guru (Fredricks et al., 2004). Kurangnya keinginan siswa untuk memerdalam materi yang diajarkan oleh guru sehingga siswa hanya menghafal materi yang diberikan saja, bukan memahami materi dan perilaku siswa yang mengerjakan tugas seadanya saja, tidak secara maksimal merujuk pada tidak adanya komponen cognitive engagement dari school engagement. Hal ini disebabkan komponen cognitive engagement berkaitan dengan keinginan siswa untuk memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang diminta dan strategi belajar yang dimiliki siswa (Fredricks et al., 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru koordinator bagian kurikulum SMP “X” di Bandung, diperoleh informasi bahwa dalam mengajar maupun menyusun kurikulum, diharapkan siswa dapat lebih memerhatikan penjelasan guru selama di kelas, mencapai nilai yang bagus, menyukai mata pelajaran yang diikuti, dan memahami materi pelajaran dengan optimal. Harapannya agar siswa dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berperilaku, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Secara tidak langsung, harapan guru di atas berkaitan dengan komponen-komponen dalam school engagement, yaitu siswa memerhatikan penjelasan guru selama di kelasberkaitan dengan behavior engagement, menyukai mata pelajaran yang diikuti siswa berkaitan dengan komponen emotional engagement, dan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut berkaitan
(13)
4
dengan komponen cognitive engagement yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi akademik siswa.
Terbentuknya school engagement pada siswa dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kebutuhan individu (Fredricks et al., 2004). Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu konstruk yang bersifat mendasar pada diri individu, universal, dan penting untuk kesejahteraan individu (Deci dan Ryan, 2000). Kebutuhan bersifat universal, sehingga kebutuhan akan dimiliki oleh setiap individu, termasuk siswa SMP yang pada umumnya berada dalam tahap perkembangan remaja awal. Dalam Self Determination Theory (SDT), kebutuhan ini dispesifikasi lebih lanjut sebagai “makanan” dasar psikologis yang penting untuk pertumbuhan psikologis yang berkesinambungan, integritas, dan kesejahteraan.
Secara khusus, SDT mengungkapkan terdapat tiga kebutuhan dasar yang dimiliki individu, yaitu need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness. Need for autonomy adalah kebutuhan psikologis yang merujuk pada perasaan bebas dan beraktivitas dengan perasaan diri terintegrasi (Deci & Ryan, 2000). Need for competence adalah kebutuhan yang merujuk pada perasaan berhasil dan mampu melakukan tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi (Ryan & Deci, 2002). Need for relatedness adalah kebutuhan yang merujuk pada keterhubungan individu dengan orang lain, didukung atau diperhatikan oleh orang lain (Deci & Ryan, 2002). Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 siswa SMP “X”, diperoleh hasil bahwa 75% siswa merasa memiliki kebebasan dalam belajar sesuai dengan cara yang diminati siswa, 95% siswa merasa mampu untuk mengerjakan tugas maupun ulangan yang diberikan oleh guru dan 95% siswa merasa dirinya diperhatikan oleh orang lain saat ia tidak mengerti akan materi yang diajarkan.
Terpenuhinya need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness yang dimiliki siswa merupakan hal yang penting karena ketiga kebutuhan dasar tersebut memengaruhi terbentuknya motivasi siswa. Motivasi adalah sesuatu yang melibatkan energi,
(14)
5
persistensi, arah, dan tujuan akhir (Deci & Ryan, 2000). Menurut Ryan dan Connell (1989), motivasi yang dimiliki siswa merupakan determinan paling penting dari keberhasilan atau kegagalan siswa di sekolah sehingga motivasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Deci & Ryan (2000) menjelaskan bahwa saat ketiga kebutuhan dasar tersebut terpenuhi, maka individu akan merasa tertarik untuk melakukan aktivitas yang terarah pada tujuan yang telah ditetapkannya. Dilakukannya aktivitas karena adanya perasana tertarik untuk melakukannya berkaitan dengan definisi dari motivasi intrinsik. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik terjadi bila salah satu dari need for autonomy, need for competence, atau need for relatedness tidak terpenuhi, sehingga individu tidak akan melakukan suatu aktivitas secara optimal atau aktivitas dilakukan hanya karena tidak ingin menerima konsekuensi yang akan diterimanya bila ia tidak melakukan aktivitas tersebut.
Dalam pendidikan, motivasi yang diharapkan dimiliki oleh setiap siswa dalam pembelajaran adalah motivasi intrinsik karena ketika siswa memiliki motivasi intrinsik dalam pembelajaran, mereka merasa tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga mereka menjadi terlibat dalam aktivitas pembelajaran (Ryan & Deci, 2009) dan dapat terbentuk school engagement. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Connell dan Wellborn (1991), yaitu ketika need for competence, need for autonomy, dan need for relatedness siswa terpenuhi, maka dapat memprediksi school engagement pada siswa.
Appleton, Christenson & Furlong (2008) mengungkapkan kerangka teoretis yang menggambarkan bahwa autonomy, competence, dan relatedness dapat menjelaskan engagement. Adanya kerangka teoretis ini berimplikasi untuk dilakukannya berbagai penelitian empirik untuk menguji lebih lanjut hubungan langsung maupun tidak langsung dari variabel-variabel terkait. Selain itu, mengingat pentingnya peran pemenuhan kebutuhan dasar dan school engagement dalam bidang pendidikan, namun masih minim penelitian yang telah dilakukan di Indonesia mengenai kedua hal tersebut dalam bidang pendidikan menyebabkan peneliti tertarik
(15)
6
untuk mengetahui secara empiris pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar terhadap school engagement, khususnya pada siswa jenjang SMP di SMP “X” di Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini, ingin diketahui pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar terhadap school engagement pada siswa SMP “X” di Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar terhadap school engagement pada siswa SMP “X” di Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemenuhan ketiga kebutuhan dasar terhadap school engagement dan komponennya pada siswa SMP “X” di Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)Memberikan sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu psikologi, terutama dalam bidang psikologi pendidikan, mengenai tiga kebutuhan dasar, yaitu need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness dan school engagement.
(16)
7
2)Menjadi rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai kebutuhan dasar dan school engagement.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)Memberikan informasi kepada guru mengenai pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar terhadap school engagement pada siswa SMP “X” di Bandung.
2)Memberikan informasi kepada orang tua mengenai pengaruh pemenuhan kebutuhan dasar terhadap school engagement pada siswa SMP “X” di Bandung.
1.5 Kerangka Pemikiran
Sebagai makhluk hidup, setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan tersebut tetaplah ada seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu, yang dalam penelitian ini berupa siswa SMP “X” yang secara umum berada pada tahap perkembangan remaja awal. Hal ini dikarenakan kebutuhan merupakan suatu konstruk yang bersifat mendasar pada diri individu, universal, dan penting untuk kesejahteraan individu. Lebih lanjut, Self Determination Theory (SDT) memspesifikasi kebutuhan sebagai makanan dasar psikologis yang penting untuk pertumbuhan psikologis yang berkesinambungan, integritas, dan kesejahteraan (Deci dan Ryan, 2000).
SDT mengungkapkan bahwa terdapat tiga kebutuhan dasar yang dimiliki oleh individu, yaitu need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness, meskipun setiap siswa SMP “X” memiliki kebutuhan yang berbeda. Need for autonomy adalah kebutuhan yang merujuk pada perasaan bebas dan beraktivitas dengan diri terintegrasi (Deci & Ryan, 2000). Need for competence adalah kebutuhan yang merujuk pada perasaan berhasil dan mampu
(17)
8
melakukan tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi (Ryan & Deci, 2002). Need for relatedness adalah kebutuhan yang merujuk pada keterhubungan individu dengan orang lain, didukung atau diperhatikan oleh orang lain (Deci & Ryan, 2002). Adapun konteks sosial yang dapat memenuhi kebutuhan yang dimiliki individu dapat berupa konteks keluarga – seperti orang tua – dan konteks sekolah serta konteks kelas, seperti guru dan teman sebaya (Connell & Wellborn, 1991; Appleton, James J., Christenson, Sandra L., Furlong, Michael J., 2008).
Ketika need for autonomy siswa SMP “X” terpenuhi, maka siswa akan merasa bebas untuk dapat memilih melakukan aktivitas pembelajaran dengan cara yang disukai oleh mereka dan dalam melakukan hal tersebut, siswa juga merasa perilaku yang mereka lakukan mencerminkan diri mereka. Sebaliknya, ketika need for autonomy pada siswa SMP “X” tidak terpenuhi, maka mereka merasa dirinya harus melakukan aktivitas pembelajaran dengan cara yang diinginkan oleh guru dan orang tua serta mereka merasa terpaksa dalam melakukannya sehingga hasil yang diperlihatkan oleh mereka pun menjadi tidak optimal.
Ketika need for competence pada siswa SMP “X” terpenuhi, maka siswa merasa mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru, merasa mampu menyelesaikan soal-soal sulit yang dihadapinya saat mengerjakan tugas, dan merasa diri berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Sebaliknya, ketika need for competence pada siswa SMP “X” tidak terpenuhi, maka siswa merasa tidak mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan, merasa tidak mampu menyelesaikan soal-soal sulit yang dihadapinya saat mengerjakan tugas, dan merasa diri gagal untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Ketika need for relatedness pada siswa SMP “X” terpenuhi, yaitu ketika siswa merasa dirinya diperhatikan dan dipedulikan oleh guru yang mengajar, maka mereka merasa tertarik dengan materi yang diajarkan oleh guru tersebut sehingga mereka pun mau memerhatikan penjelasan guru, mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebaliknya, apabila siswa SMP “X” merasa dirinya tidak
(18)
9
diperhatikan dan dipedulikan oleh guru yang mengajar, maka mereka merasa tidak tertarik dengan materi yang diajarkan oleh guru tersebut sehingga mereka pun asyik melakukan kegiatan sendiri – seperti mengobrol dengan teman sebangku, tidak mau memerhatikan penjelasan guru, merasa malas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru meski mereka mengetahui jawabannya, dan merasa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Terpenuhinya need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness pada siswa SMP “X” memengaruhi penetapan tujuan pembelajaran mereka serta proses mereka dalam mengerahkan energi yang terarah untuk mencapai prestasi. Lebih lanjut, berkaitan dengan penjelasan Deci & Ryan (2000), saat ketiga kebutuhan dasar tersebut terpenuhi, maka individu, yang khususnya dalam penelitian ini adalah pada siswa SMP “X” akan merasa tertarik untuk melakukan aktivitas yang terarah pada tujuan untuk mencapai prestasi karena tujuan tersebut muncul dari dalam dirinya sendiri. Akan tetapi, bila salah satu dari need for autonomy, need for competence, atau need for relatedness yang dimiliki siswa SMP “X” tidak terpenuhi, maka siswa SMP “X” akan memiliki motivasi ekstrinsik sehingga mereka tidak akan melakukan suatu aktivitas secara optimal atau aktivitas dilakukan karena tidak ingin menerima konsekuensi bila tidak melakukan aktivitas tersebut.
Ryan dan Deci (2009) menemukan bahwa ketika siswa memiliki motivasi intrinsik dalam pembelajaran, mereka menjadi terlibat dalam pembelajaran karena adanya perasaan tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Keterlibatan siswa SMP “X” dalam pembelajaran berkaitan dengan pengertian school engagement.
School engagement itu sendiri terdiri dari tiga komponen, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement (Fredricks J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, A. H., 2004). Behavioral engagement berkaitan dengan perilaku positif siswa SMP “X”, seperti mengikuti aturan dan norma-norma yang berlaku dalam kelas; terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas dan dalam tugas-tugas yang diberikan, seperti memerhatikan dan mengajukan
(19)
10
pertanyaan; dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan sekolah, seperti mengikuti organisasi sekolah (Fredricks et al., 2004). Emotional engagement berkaitan dengan reaksi emosi positif dan negatif siswa SMP “X” dalam kelas dan reaksi emosi siswa terhadap sekolah dan guru (Fredricks et al., 2004). Cognitive engagement berkaitan dengan keinginan siswa SMP “X” untuk memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang diminta dan strategi belajar yang dimiliki siswa (Fredricks et al., 2004).
Berkaitan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Deci dan Ryan (2009) bahwa basic need satisfaction bersifat universal, yang khususnya dalam penelitian ini adalah pada siswa SMP “X”, saat need for autonomy siswa SMP “X” terpenuhi, yaitu saat mereka merasa memiliki kebebasan untuk dapat memilih melakukan aktivitas yang disukai oleh mereka dan merasa perilaku yang dilakukan mencerminkan diri mereka, maka akan terbentuk school engagement pada siswa SMP “X”, yang ditandai dengan adanya perilaku aktif dalam pembelajaran – seperti, mentaati aturan dan norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut, memerhatikan dan mengajukan pertanyaan; merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan; memiliki keinginan untuk memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang diminta serta siswa memiliki strategi belajar yang efektif untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.
Saat need for competence siswa SMP “X” terpenuhi, yaitu saat mereka merasa mampu dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan dalam menghadapi tantangan saat mengerjakan tugas serta merasa diri berhasil mengerjakan tugas tersebut, maka akan terbentuk school engagement pada siswa SMP “X”, yang ditandai dengan adanya perilaku aktif dalam pembelajaran – seperti, mentaati aturan dan norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut, memerhatikan dan mengajukan pertanyaan; merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan; memiliki keinginan untuk memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang diminta
(20)
11
serta siswa memiliki strategi belajar yang efektif untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.
Saat need for relatedness siswa SMP “X” terpenuhi, yaitu saat mereka merasa diri diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran, maka akan terbentuk school engagement pada siswa SMP “X”, yang ditandai dengan adanya perilaku aktif dalam pembelajaran – seperti, mentaati aturan dan norma-norma yang berlaku di sekolah tersebut, memerhatikan dan mengajukan pertanyaan; merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan; memiliki keinginan untuk memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang diminta serta siswa memiliki strategi belajar yang efektif untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Connell dan Wellborn (1991), yaitu ketika perceived competence, perceived autonomy, dan perceived relatedness siswa terpenuhi, maka dapat memprediksi school engagement pada siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Reeve, Deci, dan Ryan (2004) didapatkan hasil bahwa terpenuhinya need for competence dan need for autonomy menimbulkan ketertarikan, perasaan senang dalam melakukan aktivitas, dan dapat menyebabkan ia belajar melalui aktivitas tersebut, bertumbuh, dan menghasilkan sesuatu.
Berkaitan dengan need for relatedness yang dimiliki siswa, Ryan, Stiller, dan Lynch (1994) menemukan hasil bahwa orang tua, guru, dan teman sebaya memiliki hubungan yang signifikan terhadap fungsi adaptif siswa di sekolah. Meski demikian, hubungan siswa dengan orang tua dan guru dapat secara signifikan memprediksi hasil yang relevan dengan sekolah sedangkan hubungan siswa dengan teman sebaya secara umum tidak memprediksi hasil tersebut.
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, Fortier, Vallerand, dan Guay (1995), mendapatkan hasil bahwa persepsi siswa mengenai terpenuhinya need for autonomy dan need for competence adalah prediktor paling penting terhadap performasi siswa. Begitu pula dalam
(21)
12
penelitian yang dilakukan Hardre dan Reeve (2003), ditemukan hasil bahwa di antara ketiga kebutuhan dasar tersebut, persepsi siswa mengenai terpenuhinya need for auotnomy dan need for competence merupakan prediktor paling penting terhadap prestasi siswa. Meski demikian, dalam penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Legault, Green-Demers, dan Pelletier (2006), didapati hasil bahwa rendahnya dukungan terhadap ketiga kebutuhan dasar tersebut menyebabkan rendahnya performasi siswa di sekolah, adanya perilaku bermasalah pada siswa, dan meningkatnya jumlah siswa yang keluar dari sekolah (dropout).
Selain penelitian-penelitian di daerah Barat, terdapat pula hasil penelitian di daerah Asia mengenai hubungan antara terpenuhinya ketiga kebutuhan dasar yang dimiliki siswa dan engagement. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hardre, dkk. (2006) di Taiwan, didapati hasil bahwa siswa yang melihat teman sebaya dan guru sebagai invidu yang mendukung pembelajaran mereka, maka siswa menjadi belajar lebih giat dan menjadi lebih engaged. Meski demikian, guru memiliki pengaruh yang lebih besar daripada teman sebaya.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bao dan Lam (2008) berkaitan dengan adanya perdebatan mengenai pentingnya autonomy untuk motivasi siswa, didapati hasil bahwa terpenuhinya need for autonomy dan need for relatedness antara siswa dengan guru dan orang tua menyebabkan terbentuknya engagement.
(22)
13
Bagan 1.1 Bagan Pemikiran
1.6 Asumsi Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, peneliti memiliki asumsi sebagai berikut :
1) Basic need satisfaction pada siswa SMP “X” Bandung berdasarkan pada pemenuhan terhadap tiga kebutuhan dasar, yaitu need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness.
2) School engagement yang dimiliki siswa SMP “X” Bandung terdiri atas tiga komponen, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement.
3) Terdapat hubungan yang positif antara basic need satisfaction dan school engagement. Siswa SMP “X”
Bandung
Need for relatedness
Need for competence
Need for autonomy
Basic Need Satisfaction
Terdiri atas komponen : Behavioral engagement Emotional engagement Cognitive engagement
(23)
14
1.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, diperoleh pula hipotesis sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara terpenuhinya need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness secara bersama-sama terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung.
2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara terpenuhinya need for autonomy terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung.
3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara terpenuhinya need for competence terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung.
4) Terdapat pengaruh yang signifikan antara terpenuhinya need for relatedness terhadap school engagement pada siswa SMP “X” Bandung.
(24)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari pembahasan mengenai pengaruh basic need satisfaction (need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness) terhadap school engagement (behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement) siswa kelas VII, VIII, dan IX di SMP “X” kota Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Pemenuhan need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness secara bersama-sama berpengaruh terhadap school engagement secara umum maupun terhadap setiap komponen school engagement, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement.
2) Pemenuhan need for autonomy tidak berpengaruh terhadap school engagement secara umum maupun terhadap setiap komponen school engagement, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement.
3) Pemenuhan need for competence berpengaruh terhadap school engagement secara umum maupun terhadap setiap komponen school engagement, yaitu behavioral engagement, emotional engagement, dan cognitive engagement.
4) Pemenuhan need for relatedness berpengaruh terhadap school engagement. Secara khusus, pemenuhan need for relatedness berpengaruh terhadap komponen emotional engagement, namun tidak berpengaruh terhadap komponen behavioral engagement dan cognitive engagement.
(25)
58
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan antara lain :
1) Meneliti secara spesifik peran orang tua, guru, dan teman sebaya sebagai konteks sosial yang dapat memenuhi kebutuhan dasar individu
2) Meneliti secara spesifik peran orang tua, guru, dan teman sebaya sebagai konteks sosial dalam keterkaitannya dengan school engagement.
3) Meneliti pengaruh dari faktor-faktor lainnya yang memengaruhi terbentuknya school engagement.
5.2.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut saran praktis yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu para guru dan orang tua dapat mengupayakan untuk memberikan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar siswa, seperti memberikan kesempatan dalam berpendapat (need for autonomy), memberikan pujian atas usaha dan prestasi siswa (need for competence), dan memberikan perhatian atas pengalaman-pengalaman siswa (need for relatedness) agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki emosi positif dalam belajar, serta memiliki keinginan untuk menguasai materi yang diajarkan di sekolah.
(26)
PENGARUH BASIC NEED SATISFACTION TERHADAP
SCHOOL ENGAGEMENT PADA SISWA KELAS REGULER
SMP “X”
DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung
Oleh :
STEPHANIE SUSSANTO NRP : 1230026
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
(27)
(28)
(29)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi berjudul “Pengaruh Basic Need Satisfaction terhadap School Engagement pada Siswa Kelas Reguler SMP “X” di Kota
Bandung”.
Tujuan dari penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi. Meski selama penyusunan peneliti mengalami berbagai hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak, peneliti dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan tugas skripsi ini, yaitu:
1. Dr. Irene P. Edwina, M. Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
2. Lie Fun Fun, M. Psi., Psikolog selaku Ketua Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
3. Jane Savitri, M. Si., Psikolog selaku dosen penelitian payung school engagement serta pembimbing pertama yang telah meluangkan waktunya untuk membagikan ilmu mengenai school engagement, membimbing, memberikan masukan-masukan, serta nasihat pada peneliti selama mengerjakan tugas ini.
4. Destalya Anggrainy, S. Psi., M. Pd., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan-masukan, serta nasihat pada peneliti selama mengerjakan skripsi ini sehingga dapat selesai.
5. Dra. Kuswardhini, M. Psi., psikolog dan Efnie Indrianie, M. Psi., psikolog, selaku pembahas pada seminar Usulan Penelitian (UP) yang telah memberikan masukan dan
(30)
6. Jane Simon, selaku Kepala Sekolah SMP “X” yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan survei awal hingga pengambilan data di SMP “X” Kota Bandung.
7. Para guru SMP “X” kota Bandung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh peneliti dalam rangka melakukan survei awal.
8. Para siswa SMP “X”, khususnya siswa SMP “X” kelas regular yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dalam rangka pengambilan data.
9. Dr. Henndy Ginting, M. Si, Psikolog, selaku dosen yang telah memberikan penjelasan serta pengertian mengenai statistika kepada peneliti.
10.Whisnu Nugroho, selaku salah satu senior dalam tim penelitian payung School Engagement yang telah memberikan penjelasan mengenai statistika serta masukan dalam menyelesaikan tugas ini.
11.Papa dan Mama peneliti yang telah memberikan dukungan, baik secara moral maupun materi, kepada peneliti dari awal hingga akhir penyelesaian tugas ini.
12.Sheila Vanouchka, Elisa Carolina J. M., dan Nurkristianti, selaku teman-teman pembahas seminar Usulan Penelitian (UP) yang telah memberikan masukan-masukan pada peneliti.
13.Teman-teman “Brengkes 12” yang telah memberikan semangat serta dukungan pada peneliti dari awal hingga akhir penyelesaian tugas ini.
14.Mannuel Kevin Suhendra, yang telah memberikan semangat serta dukungan moral kepada peneliti sejak awal hingga penyelesaian tugas ini
15.Andreas Bhagas Wicaksana, S.E. yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.
16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan mendukung peneliti selama pengerjaan tugas ini.
(31)
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tugas usulan penelitian ini sehingga peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan menambah pengetahuan bagi peneliti demi perbaikan tugas ini di masa mendatang. Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun bagi pihak lain yang membutuhkan.
Bandung, Mei 2016
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Appleton, James J., Christenson, Sandra L., & Furlong. Michael J.. 2008. Student Engagement With School : Critical Conceptual and Methodological Issues of the Construct. Psychology in the Schools Volume 45, No. 5, 369-386.
Bao, Xue-hua & Lam, Shui-fong. 2008. Who Makes the Choice? Rethinking the Role of
Autonomy and Relatedness in Chinese Children’s Motivation. Child Development
Volume 79, No. 2, 269-283.
Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., & Dasen, P.R.. 1999. Psikologi Lintas-Budaya: Riset dan Aplikasi (terjemahan). Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Chao, R.K., & Tseng, V.. 2002. Asian and American Parenting. In M. Bornstein (Ed), Handbook of Parenting, 2nd ed., Volume 4, pp. 59-94. Mahwa, New York : Erlbaum.
Connell, J. P. & Wellborn, J. G. 1991. Competence, Autonomy, and Relatedness : A Motivational Analysis of Self-system Processes. Dalam M. Gunnar & L. A. Sroufe (Eds), Minnesota Symposium on Child Psychology (Volume 23). Chicago : University of Chicago Press.
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and The Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry Volume 11, No. 4, 227-268.
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2002. Handbook of Self Determination Research. New York : The University of Rochester Press.
Field, Andy. 2009. Discovering Statistics Using SPSS Third Edition. London : Sage.
Fortier, M. S., Vallerand, R. J., & Guay, F. 1995. Academic Motivation and School Performance : Toward a Structural Model. Contemporary Educational Psychology Volume 59, 916-924.
Fredricks, Jennifer A., Phyllis C. Blumenfeld, & Alison H. Paris. 2004. School Engagement : Potential of The Concept, State of The Evidence. Review of Educational Research Volume 74, No. 1, 59-109.
(33)
60
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn & Bacon.
Furrer, Carrie & Ellen Skinner. 2003. Sense of Relatedness as a Factor in Children’s Academic Engagement and Performance. Journal of Education Psychology Volume 95, No. 1, 148-162.
Grolnick, Wendy S. & Ryan, Richard M. 1989. Parent Style Associated With Children’s Self
-Regulation and Competence in School. Journal of Educational Psychology Volume 81, No. 2, 143-154.
Hardre, P. L., Chen, C., Huang, S., Chiang, C., Jen, F., & Warden, L. 2006. Factors Affecting
High School Students’ Academic Motivation in Taiwan. Asia Pacific Journal of
Education Volume 26, 198-207.
Howitt, Dennis & Cramer, Duncan. 2010. Introduction to Statistics in Psychology Fifth Edition. UK : Pearson.
Jang, H., Reeve, J., Ryan, R.M., & Kim, A. 2009. Can Self-Determination Theory Explain What Underlies the Productive, Satisfying Learning Experiences of Collectivistically Oriented Korean Students? Journal of Educational Psychology Volume 101, No. 3, 644-661.
Johnston, Mary M. & Finney, Sara J. 2010. Measuring Basic Needs Satisfaction : Evaluating Previous Research and Conducting New Psychometric Evaluations of The Basic Needs Satisfaction in General Scale. Contemporary Educational Psychology Volume 35, 280-296.
Legault, L., Green-Demers, I., & Perlletier, L. G. 2006. Why Do High School Students Lack Motivation in the Classroom? Toward an Understanding of Academic Amotivation and the Role of Social Support. Journal of Educational Psychology Volume 98, 567-582.
Miles, Jeremy & Banyard, Philip. 2007 Understanding and Using Statistics in Psychology : A Practical Introduction. London : Sage.
Morissan. 2012. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Niemic, Christopher P. & Ryan, R. M. 2009. Autonomy, Competence, and Relatedness in The Classroom : Applying Self-Determination Theory to Educational Practice. Theory and Research in Education Volume 7, 133-144.
(34)
61
Reeve, J., Deci, E. L., & Ryan, R. M. 2004. Self determination theory : a dialectical framework for understanding sociocultural influences on student motivation. Dalam M. McInerney & S. Van Etten (Eds), Big theories revisited (31-60). Greenwich, CT : Information Age.
Ryan, R. M., 1995. Psychological Needs and The Facilitation of Integrative Processes. Journal of Personality Volume 63, 397-427.
Ryan, R. M. & Deci, E. L. 2000a. Intrinsic and Extrinsic Motivations : Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology Volume 25, 54-67.
Ryan, R. M. & Deci., E. L. 2000b. Self Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being. American Psychologist Volume 55, No. 1, 68-78.
Ryan, R. M. & Deci, E. L. 2009. Promoting self-determined school engagement : Motivation, learning, and well-being. Dalam K. R. Wentzel & A.Wigfield (Eds), Handbook of motivation at school (171-195). New York : Routledge.
Ryan, R. M., Stiller, J. D. & Lynch, J. H. 1994. Representations of Relationship to Teachers, Parents, and Friends as Predictors of Academic Motivation and Self-Esteem. Journal of Early Adolescence, Volume 14, No. 2, 226-249.
Ryan, A. M. & Patrick, H. 2001. The Classroom Social Environment and Changes In
Adolescents’ Motivation and Engagement During Middle School. American
Educational Research Journal Volume 38, 437-460.
Santrock, John W. 2014. Adolescence, Fifteenth Edition. New York : McGraw-Hill Education.
Sarwono, Sarlito W. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Sitepu, Nirwana. 1994. Analisis Jalur. Bandung : Unit Pelayanan Statistika FMIPA UNPAD.
Woolfolk, Anita E. 2004. Educational Psychology Ninth Edition. USA : Pearson Education, Inc.
(35)
DAFTAR RUJUKAN
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2011. Basic Need Satisfaction in General Scale. Diunduh dari http://www.psych.rochester.edu/SDT (20 September 2014).
Diana. 2015. Suatu penelitian mengenai pengaruh parent involvement terhadap school engagement pada siswa kelas VII SMP “X” kota Bandung (Usulan Penelitian). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha : Bandung.
Nugroho, Whisnu. 2015. Suatu penelitian mengenai pengaruh parent involvement terhadap basic need satisfaction pada siswa SD “X” kota Bandung (Usulan Penelitian). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha : Bandung.
Panduan Penelitian Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Rosidah, WA. 2012. Perhatian Orang Tua pada Pendidikan Anak di Sekolah Dasar (Kasus Tingginya Angka Putus Sekolah di SD Negeri Supulessy Desa Supulessy Kecamatan
Tehoru Kabupaten Maluku Tengah) (Tesis) (Online).
(eprints.uny.ac.id/9397/2/bab%201%20-10712251005.pdf, diakses pada 11 April 2016).
Savitri, Jane. 2015. Proses Adaptasi Alat Ukur Basic Need Satisfaction in General Scale (BNSG-S) (dalam rangka Disertasi).
Hogan Assessment. 2009. Hogan Assessment Translation Process. Diunduh dari www.mentis.international/assets/04028_translation-process.pdf. (9 Mei 2016).
(1)
viii
Universitas Kristen Maranatha 6. Jane Simon, selaku Kepala Sekolah SMP “X” yang telah mengizinkan peneliti untuk
melakukan survei awal hingga pengambilan data di SMP “X” Kota Bandung.
7. Para guru SMP “X” kota Bandung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh peneliti dalam rangka melakukan survei awal.
8. Para siswa SMP “X”, khususnya siswa SMP “X” kelas regular yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dalam rangka pengambilan data.
9. Dr. Henndy Ginting, M. Si, Psikolog, selaku dosen yang telah memberikan penjelasan serta pengertian mengenai statistika kepada peneliti.
10. Whisnu Nugroho, selaku salah satu senior dalam tim penelitian payung School Engagement yang telah memberikan penjelasan mengenai statistika serta masukan dalam menyelesaikan tugas ini.
11. Papa dan Mama peneliti yang telah memberikan dukungan, baik secara moral maupun materi, kepada peneliti dari awal hingga akhir penyelesaian tugas ini.
12. Sheila Vanouchka, Elisa Carolina J. M., dan Nurkristianti, selaku teman-teman pembahas seminar Usulan Penelitian (UP) yang telah memberikan masukan-masukan pada peneliti.
13. Teman-teman “Brengkes 12” yang telah memberikan semangat serta dukungan pada peneliti dari awal hingga akhir penyelesaian tugas ini.
14. Mannuel Kevin Suhendra, yang telah memberikan semangat serta dukungan moral kepada peneliti sejak awal hingga penyelesaian tugas ini
15. Andreas Bhagas Wicaksana, S.E. yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan mendukung peneliti selama pengerjaan tugas ini.
(2)
ix
Universitas Kristen Maranatha Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tugas usulan penelitian ini sehingga peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan menambah pengetahuan bagi peneliti demi perbaikan tugas ini di masa mendatang. Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun bagi pihak lain yang membutuhkan.
Bandung, Mei 2016
(3)
59
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Appleton, James J., Christenson, Sandra L., & Furlong. Michael J.. 2008. Student Engagement With School : Critical Conceptual and Methodological Issues of the Construct. Psychology in the Schools Volume 45, No. 5, 369-386.
Bao, Xue-hua & Lam, Shui-fong. 2008. Who Makes the Choice? Rethinking the Role of
Autonomy and Relatedness in Chinese Children’s Motivation. Child Development
Volume 79, No. 2, 269-283.
Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., & Dasen, P.R.. 1999. Psikologi Lintas-Budaya: Riset dan Aplikasi (terjemahan). Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Chao, R.K., & Tseng, V.. 2002. Asian and American Parenting. In M. Bornstein (Ed), Handbook of Parenting, 2nd ed., Volume 4, pp. 59-94. Mahwa, New York : Erlbaum.
Connell, J. P. & Wellborn, J. G. 1991. Competence, Autonomy, and Relatedness : A Motivational Analysis of Self-system Processes. Dalam M. Gunnar & L. A. Sroufe (Eds), Minnesota Symposium on Child Psychology (Volume 23). Chicago : University of Chicago Press.
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and The Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry Volume 11, No. 4, 227-268.
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2002. Handbook of Self Determination Research. New York : The University of Rochester Press.
Field, Andy. 2009. Discovering Statistics Using SPSS Third Edition. London : Sage.
Fortier, M. S., Vallerand, R. J., & Guay, F. 1995. Academic Motivation and School Performance : Toward a Structural Model. Contemporary Educational Psychology Volume 59, 916-924.
Fredricks, Jennifer A., Phyllis C. Blumenfeld, & Alison H. Paris. 2004. School Engagement : Potential of The Concept, State of The Evidence. Review of Educational Research Volume 74, No. 1, 59-109.
(4)
60
Universitas Kristen Maranatha Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn &
Bacon.
Furrer, Carrie & Ellen Skinner. 2003. Sense of Relatedness as a Factor in Children’s Academic Engagement and Performance. Journal of Education Psychology Volume 95, No. 1, 148-162.
Grolnick, Wendy S. & Ryan, Richard M. 1989. Parent Style Associated With Children’s Self
-Regulation and Competence in School. Journal of Educational Psychology Volume 81, No. 2, 143-154.
Hardre, P. L., Chen, C., Huang, S., Chiang, C., Jen, F., & Warden, L. 2006. Factors Affecting
High School Students’ Academic Motivation in Taiwan. Asia Pacific Journal of
Education Volume 26, 198-207.
Howitt, Dennis & Cramer, Duncan. 2010. Introduction to Statistics in Psychology Fifth Edition. UK : Pearson.
Jang, H., Reeve, J., Ryan, R.M., & Kim, A. 2009. Can Self-Determination Theory Explain What Underlies the Productive, Satisfying Learning Experiences of Collectivistically Oriented Korean Students? Journal of Educational Psychology Volume 101, No. 3, 644-661.
Johnston, Mary M. & Finney, Sara J. 2010. Measuring Basic Needs Satisfaction : Evaluating Previous Research and Conducting New Psychometric Evaluations of The Basic Needs Satisfaction in General Scale. Contemporary Educational Psychology Volume 35, 280-296.
Legault, L., Green-Demers, I., & Perlletier, L. G. 2006. Why Do High School Students Lack Motivation in the Classroom? Toward an Understanding of Academic Amotivation and the Role of Social Support. Journal of Educational Psychology Volume 98, 567-582.
Miles, Jeremy & Banyard, Philip. 2007 Understanding and Using Statistics in Psychology : A Practical Introduction. London : Sage.
Morissan. 2012. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Niemic, Christopher P. & Ryan, R. M. 2009. Autonomy, Competence, and Relatedness in The Classroom : Applying Self-Determination Theory to Educational Practice. Theory and Research in Education Volume 7, 133-144.
(5)
61
Universitas Kristen Maranatha Reeve, J., Deci, E. L., & Ryan, R. M. 2004. Self determination theory : a dialectical framework for understanding sociocultural influences on student motivation. Dalam M. McInerney & S. Van Etten (Eds), Big theories revisited (31-60). Greenwich, CT : Information Age.
Ryan, R. M., 1995. Psychological Needs and The Facilitation of Integrative Processes. Journal of Personality Volume 63, 397-427.
Ryan, R. M. & Deci, E. L. 2000a. Intrinsic and Extrinsic Motivations : Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology Volume 25, 54-67.
Ryan, R. M. & Deci., E. L. 2000b. Self Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being. American Psychologist Volume 55, No. 1, 68-78.
Ryan, R. M. & Deci, E. L. 2009. Promoting self-determined school engagement : Motivation, learning, and well-being. Dalam K. R. Wentzel & A.Wigfield (Eds), Handbook of motivation at school (171-195). New York : Routledge.
Ryan, R. M., Stiller, J. D. & Lynch, J. H. 1994. Representations of Relationship to Teachers, Parents, and Friends as Predictors of Academic Motivation and Self-Esteem. Journal of Early Adolescence, Volume 14, No. 2, 226-249.
Ryan, A. M. & Patrick, H. 2001. The Classroom Social Environment and Changes In
Adolescents’ Motivation and Engagement During Middle School. American
Educational Research Journal Volume 38, 437-460.
Santrock, John W. 2014. Adolescence, Fifteenth Edition. New York : McGraw-Hill Education.
Sarwono, Sarlito W. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Sitepu, Nirwana. 1994. Analisis Jalur. Bandung : Unit Pelayanan Statistika FMIPA UNPAD.
Woolfolk, Anita E. 2004. Educational Psychology Ninth Edition. USA : Pearson Education, Inc.
(6)
62
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Deci, E. L. & Ryan, R. M. 2011. Basic Need Satisfaction in General Scale. Diunduh dari
http://www.psych.rochester.edu/SDT (20 September 2014).
Diana. 2015. Suatu penelitian mengenai pengaruh parent involvement terhadap school
engagement pada siswa kelas VII SMP “X” kota Bandung (Usulan Penelitian). Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha : Bandung.
Nugroho, Whisnu. 2015. Suatu penelitian mengenai pengaruh parent involvement terhadap
basic need satisfaction pada siswa SD “X” kota Bandung (Usulan Penelitian). Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha : Bandung.
Panduan Penelitian Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Rosidah, WA. 2012. Perhatian Orang Tua pada Pendidikan Anak di Sekolah Dasar (Kasus Tingginya Angka Putus Sekolah di SD Negeri Supulessy Desa Supulessy Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah) (Tesis) (Online). (eprints.uny.ac.id/9397/2/bab%201%20-10712251005.pdf, diakses pada 11 April 2016).
Savitri, Jane. 2015. Proses Adaptasi Alat Ukur Basic Need Satisfaction in General Scale (BNSG-S) (dalam rangka Disertasi).
Hogan Assessment. 2009. Hogan Assessment Translation Process. Diunduh dari