INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INGGRIS DALAM ACARA ”EIGHT – ELEVEN SHOW” DI METRO TV.

(1)

DI METRO TV

Tesis

Oleh:

Eldiapma Syahdiza 0821215013

Program Studi Linguistik

Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas

Padang

2013


(2)

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INGGRIS DALAM ACARA “EIGHT-ELEVEN SHOW” DI METRO TV

Oleh: Eldiapma Syahdiza Program Studi Magister Linguistik

(Pembimbing I: Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum., Pembimbing II: Prof. Dr. H. Jufrizal, M.Hum.)

ABSTRAK

Interferensi merupakan fenomena bahasa yang muncul karena interaksi dua bahasa atau lebih. Fenomena ini terlihat semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan media massa. Salah satu media massa yang menjadi wadah terjadinya interferensi adalah televisi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tuturan pengisi

acara ”eight – eleven show” di Metro TV yang terinterferensi bahasa Inggris dan mendeskripsikan komponen-komponen tutur yang terlihat pada interferensi leksikal bahasa Inggris ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan perspektif non-positivisme. Data penelitian ini berasal dari sumber lisan, yaitu tuturan para pengisi acara di program ”eight – eleven show” Metro TV yang terinterferensi unsur leksikal bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penyediaan atau pengumpulan data adalah metode simak. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan translasional dan metode padan referensial. Metode penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode formal dan informal.

Pada penelitian ini, interferensi leksikal bahasa Inggris dikelompokkan menjadi kata dan kata majemuk. Intereferensi leksikal bahasa Inggris dalam bentuk kata lebih banyak ditemukan dari bentuk kata majemuk karena kata merupakan satuan terkecil yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas dan bentuk kata lebih sederhana daripada bentuk kata majemuk. Interferensi leksikal bahasa Inggris pada tuturan para pengisi acara di program ”eight – eleven show” Metro TV ditemukan dalam bentuk nomina, verba, dan ajektiva. Interferensi leksikal bahasa Inggris dalam bentuk nomina lebih sering muncul dibandingkan interferensi leksikal bahasa Inggris dalam bentuk verba dan ajektiva. Bentuk nomina lebih sering muncul dibandingkan bentuk verba ataupun ajektiva karena nomina selalu muncul dalam suatu kalimat. Nomina bisa berperan sebagai subjek maupun objek dalam suatu kalimat sehingga frekuensi kemunculan nomina dalam suatu kalimat lebih besar daripada frekuensi kemunculan verba atau ajektiva. Komponen tutur yang terlihat memiliki pengaruh besar dalam kemunculan

interferensi leksikal bahasa Inggris dalam acara ”eight – eleven show” Metro TV

adalah participants. Pada penelitian ini juga dideskripsikan bahwa faktor-faktor sosial yang memicu terjadinya interferensi leksikal bahasa Inggris adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan seseorang. Faktor sosial yang berpengaruh besar dalam memicu kemunculan istilah-istilah bahasa Inggris adalah pekerjaan.


(3)

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA INGGRIS DALAM ACARA “EIGHT-ELEVEN SHOW” DI METRO TV

By: Eldiapma Syahdiza Program Studi Magister Linguistik

(Supervisor I: Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum., Supervisor II: Prof. Dr. H. Jufrizal, M.Hum.)

ABSTRACT

Interference is one of language phenomena that appears as the result of the interaction of two or more languages. This phenomenon seems to grow in equal line with technology and mass media development. One of mass media becoming the medium of interference is television.

This research aims at describing the form of Metro TV ”Eight-eleven

Show” participants‟ utterances interfered by English language and describing

social factors that trigger the emergence of English lexical interference. This research is a qualitative research with non-positivism perspective. Main data of

this research come from oral source, namely the utterances of Metro TV ”Eight

-eleven Show” participants interfered by English language. Method used in

collecting data was observatory method in which writer observes language uttered by the participants of ”Eight-eleven Show” program. Methods used in analyzing the data were translational method and referential method. Methods used in presenting data analysis are formal and informal methods.

In this research, writer found that English lexical interferences appear in form of word and compound. English lexical interference of word form is found more than English lexical interference of compound form because word is the smallest unit that can be uttered in the free form and word is simpler than compound. English lexical interference of ”eight-eleven show” participants is found in the form of noun, verb, and adjective. English lexical interference in the form of noun is found more than in the form of verb or adjective. Noun is found more than verb or adjective because noun always appears in a sentence. Noun can be a subject or object in a sentence so the appearance frequency of noun in a sentence is bigger than the appearance frequency of verb or adjective. Speech component that can be seen along the emergence if English lexical interference and likely having connection to this emergence is participants. In this research is also described that social factors that trigger the emergence of English lexical interference are sex, age, occupation, and education. Social factor that has biggest effect in triggering the emergence of English words was occupation.


(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Interferensi merupakan fenomena bahasa yang muncul karena interaksi dua bahasa atau lebih, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, Inggris, dan Minangkabau. Pada saat fenomena interferensi muncul dalam tuturan seseorang, ini mengindikasikan bahwa si penutur telah berinteraksi dengan satu atau dua bahasa baru. Dengan kata lain, penutur memiliki pengetahuan tentang suatu bahasa selain bahasa aslinya, terlepas apakah ia memang penutur aktif dari kedua bahasa tersebut atau hanya penutur aktif di salah satu bahasa saja.

Interferensi yang sering terlihat adalah interferensi bahasa pertama terhadap penggunaan bahasa kedua, misalnya interferensi bahasa Minangkabau terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Apabila seseorang belajar bahasa baru maka bahasa ibu atau bahasa pertama orang tersebut dapat menginterferensi penggunaan bahasa baru orang tersebut. Interferensi bahasa pertama terhadap bahasa kedua memang merupakan interferensi yang sering terjadi namun interferensi bahasa kedua terhadap penggunaan bahasa pertama juga mungkin terjadi. Interferensi bahasa kedua terhadap penggunaan bahasa pertama dapat terjadi apabila bahasa kedua itu merupakan bahasa yang dikenal luas seperti bahasa Inggris dan interferensinya terjadi pada tataran leksikal. Pengertian leksikal menurut KBBI (2001: 110) adalah “berkaitan dengan

kata, berkaitan dengan leksem, berkaitan dengan kosakata”. Dari pengertian leksikal

ini dapat terlihat bahwa kemungkinan terjadinya interferensi leksikal bahasa kedua yaitu bahasa Inggris terhadap penggunaan bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia


(5)

cukup besar, karena kata dan kosakata bahasa Inggris sering dipakai dan dipelajari oleh penutur bahasa Indonesia.

Bagi seorang dwibahasawan, fenomena interferensi merupakan hal yang sangat besar kemungkinan munculnya karena ia memiliki kemampuan berbahasa yang lebih banyak. Hal ini senada dengan yang disampaikan Grosjean (1984: 299)

such interference is particularly observable in conversations between a bilingual and a monolingual, where the bilingual consciously avoids code switching, which may impede communication, but cannot avoid unconscious interference.” Dari

kutipan itu dapat disimpulkan bahwa fenomena interferensi biasanya muncul ketika seorang dwibahasawan dengan spontan menggunakan bahasa lain yang dikuasainya dalam suatu pembicaraan dengan seorang yang bukan dwibahasawan. Akan tetapi, fenomena interferensi juga dapat muncul dalam pembicaraan seorang dwibahasawan dengan dwibahasawan lainnya misalnya saja orang Minangkabau yang berbicara dengan orang Minangkabau lainnya dalam bahasa Indonesia. Dalam pembicaraan kedua orang Minangkabau ini nantinya akan muncul logat, kata atau istilah bahasa Minangkabau yang kemunculannya tidak mereka rencanakan.

Dewasa ini, interferensi merupakan hal yang sering terjadi dalam komunikasi. Televisi merupakan salah satu media sarana yang banyak memperlihatkan fenomena interferensi. Program-program yang disiarkan secara langsung oleh stasiun-stasiun TV, secara tidak langsung juga merekam terjadinya interferensi bahasa. Misalnya, program bincang-bincang atau talkshow yang melibatkan para artis dan program siaran langsung sidang Pansus Century yang melibatkan para politisi dan pejabat Indonesia. Salah satu program TV tersebut adalah program ”eight – eleven show” di


(6)

Metro TV yang tayang secara langsung setiap hari Senin sampai dengan Jum‟at. Misalnya saja pernyataan Maria Kalaij, salah seorang pembawa acara ”eight – eleven show” yang khusus menyampaikan informasi ekonomi bisnis, pada tanggal 15 April 2011 berikut ini:

(1) “Ini dikhawatirkan akan memicu kembali inflasi dan akan membuat bank sentral China akan segera lagi melakukan tightening policy atau kebijakan uang ketat untuk meredam ekonominya agar tidak terlalu overheating.”

Kalimat ini dituturkan Maria Kalaij di waktu ia menyampaikan informasi ekonomi bisnis pada acara ”eight – eleven show”. Pada kalimat ini terlihat bahwa ada dua istilah bahasa Inggris yang muncul yaitu tightening policy dan overheating. Kata

overheating dikelompokkan sebagai interferensi leksikal. Kata ini dikelompokkan sebagai salah satu bentuk interferensi karena kata bahasa Inggris overheating muncul pada kalimat bahasa Indonesia yang dituturkan Maria Kalaij. Maria tidak mempunyai alasan yang melatarbelakangi kemunculan istilah bahasa Inggris ini karena informasi ekonomi bisnis yang disampaikannya ditujukan untuk masyarakat Indonesia. Jadi, kemunculan istilah bahasa Inggris dalam kalimat ini tidak dapat dikelompokkan pada fenomena alih kode. Bentuk interferensi leksikal dari kata overheating adalah kata majemuk. Kelas kata dari kata majemuk overheating adalah verba. Untuk dapat menguraikan proses yang dilalui kata overheating hingga akhirnya dikategorikan sebagai verba, saya harus menentukan leksem dari kata overheating terlebih dahulu.

Menurut Kridalaksana (2009: 9) “Leksem merupakan satuan terkecil dalam leksikon, yang berperan sebagai bahan baku dalam proses morfologis.” Jadi, leksem dari kata

overheating adalah OVER dan HEAT. Untuk penjelasan lebih detil akan saya jabarkan pada subbab tentang serpihan kata majemuk.


(7)

(2) “Sekarang saya coba buat bolu tapi dia dari vegetable.” (Rekaman 18 April 2011)

Kalimat pada data ini dituturkan oleh seorang koki perempuan bernama Zikra ketika ia ditanyai oleh pembawa acara ”eight – eleven show” tentang makanan yang akan dibuatnya hari itu. Dari kutipan di atas terlihat kemunculan kata bahasa Inggris yaitu vegetable. Kata vegetable dikelompokkan sebagai interferensi leksikal. Kata ini dikelompokkan sebagai interferensi karena kata ini muncul pada kalimat bahasa Indonesia yang dituturkan oleh Zikra. Kemunculan istilah bahasa Inggris dalam kalimat ini tidak dapat dikelompokkan ke dalam alih kode karena Zikra tidak mempunyai alasan yang melatarbelakangi kemunculan istilah bahasa Inggris ini. Pembicaraan yang terjadi antara koki Zikra dan pembawa acara ”eight – eleven show” memakai bahasa Indonesia. Bentuk interferensi leksikal dari vegetable adalah kata majemuk. Kelas kata dari kata majemuk vegetable adalah nomina. Untuk dapat menguraikan proses yang dilalui kata vegetable hingga akhirnya dikategorikan sebagai nomina, saya harus menentukan leksem dari kata vegetable terlebih dahulu.

Menurut Kridalaksana (2009: 9) “Leksem merupakan satuan terkecil dalam leksikon,

yang berperan sebagai bahan baku dalam proses morfologis.” Jadi, leksem dari kata

vegetable adalah VEGETATE dan ABLE. Leksem VEGETATE mengalami proses

morfologis derivasi zero menjadi kata vegetate dan leksem ABLE mengalami proses morfologis derivasi zero menjadi kata able. Selanjutnya kata vegetate mengalami proses sintaksis kategorisasi ke kelas kata verba dan kata able ke kelas kata ajektiva. Kata vegetate dan able mengalami proses leksikalisasi menjadi leksem VEGETATE


(8)

komposisi sehingga menjadi kompositum vegetable. Kata vegetable mengalami proses sintaksis kategorisasi (penempatan ke dalam kelas kata) ke dalam kategori nomina.

(3) “Untuk membahas establishment terbaru dari Kidzania, kita sudah mengundang dua narasumber terkait; yang pertama mbak Ari Kartika dan bu

Herlina.” (Rekaman 19 April 2011)

Kalimat pada data ini diucapkan oleh pembawa acara ”eight – eleven show” yang bernama Tommy Tjokro ketika ia memperkenalkan narasumber yang akan diwawancarainya. Dari kutipan di atas terlihat kemunculan kata bahasa Inggris yaitu

establishment. Kata establishment dikelompokkan sebagai interferensi leksikal. Kata ini dikelompokkan sebagai salah satu bentuk interferensi karena kata bahasa Inggris

establishment muncul pada kalimat bahasa Indonesia yang dituturkan Tommy Tjokro. Tommy tidak mempunyai alasan yang melatarbelakangi kemunculan istilah bahasa Inggris ini karena wawancara yang dilakukan Tommy dengan narasumbernya memakai bahasa Indonesia. Jadi, kemunculan istilah bahasa Inggris dalam kalimat ini tidak dapat dikelompokkan pada fenomena alih kode. Bentuk interferensi leksikal dari kata establishment adalah kata tunggal. Kelas kata dari kata establishment adalah nomina. Untuk dapat menguraikan proses yang dilalui kata establishment hingga akhirnya dikategorikan sebagai nomina, saya harus menentukan leksem dari kata

establishment terlebih dahulu. Leksem dari kata establishment adalah ESTABLISH. Leksem ESTABLISH ini mengalami proses morfologis derivasi zero menjadi kata

establish. Kata establish mengalami proses sintaksis kategorisasi (penempatan ke dalam kelas kata) ke dalam kategori verba. Kata establish mengalami proses


(9)

leksikalisasi untuk menjadi leksem ESTABLISH. Leksem ESTABLISH mengalami proses morfologis afiksasi. Afiksasi yang terjadi adalah penempatan sufiks –ment

setelah leksem ESTABLISH sehingga leksem ESTABLISH menjadi kata

establishment. Kata establishment mengalami proses sintaksis kategorisasi ke dalam kategori nomina. Dari penjabaran sebelumnya terlihat bahwa sufiks –ment merupakan morfem derivatif. Katamba (1993: 47) menuliskan “derivational morphemes form new words either (i) by changing the meaning of the base to which they are attached, or (ii) by changing the word-class that a base belongs to.” Morfem derivatif adalah

morfem yang bisa membuat kata baru dengan merubah makna suatu kata atau merubah kelas kata dari suatu kata. Hal ini terjadi pada kata establishment. Kata

establishment berasal dari kata establish yang kelas katanya adalah verba namun setelah digabungkan dengan sufiks –ment, kelas katanya menjadi nomina.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dan teknologi menuntut munculnya kosakata-kosakata baru yang sebelumnya tidak atau belum ada dalam suatu bahasa, misalnya kata download, software, hardware, dan computer

yang telah diindonesiakan menjadi unduh, perangkat lunak, perangkat keras, dan komputer. Akan tetapi, bentuk bahasa Inggris masih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti kata bahasa Inggris software lebih sering digunakan

daripada kata bahasa Indonesia „perangkat lunak‟. Kemunculan bentuk kata bahasa

Inggris dalam tuturan penutur bahasa Indonesia menunjukkan bahwa interferensi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia mungkin terjadi, khususnya dalam tataran leksikal. Hal yang juga perlu ditelaah lebih lanjut adalah komponen tutur apa saja yang dapat dilihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris dalam acara


(10)

”eight – eleven show” di Metro TV. Dengan kata lain, apa saja faktor-faktor yang dapat digambarkan sebagai pemicu kemunculan interferensi bahasa Inggris dalam penggunaan bahasa Indonesia para pengisi acara ”eight – eleven show” di Metro TV, khususnya faktor sosial?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai hal itu. Kajian atau penelitian yang dilakukan terhadap fenomena interferensi leksikal bahasa Inggris terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam program ”eight – eleven show” di Metro TV serta komponen tutur yang menyertainya akan membuka tabir alasan atau faktor sosial apa yang dapat menjadi pemicu kemunculan interferensi.

1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada interferensi leksikal bahasa Inggris yang terjadi dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV. Program Metro TV

yang dijadikan sumber data adalah program ”eight – eleven show” Metro TV yang tayang dari tanggal 18 April sampai 2 Mei 2011. Alasan penulis memilih stasiun TV Metro TV karena stasiun TV ini merupakan salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia yang minim program hiburan. Dengan kata lain, hal-hal yang berkaitan dengan dunia keartisan tidak begitu banyak. Selanjutnya, alasan pemilihan program

”eight – eleven show” adalah pertama, topik yang dibahas dalam program ini cukup beragam seperti hiburan, ekonomi bisnis, kuliner, kesehatan, dan lain-lain. Topik yang beragam ini memungkinkan adanya perbendaharaan kata yang banyak dan beragam pula dengan kata lain unsur leksikal bahasa Inggris yang mungkin muncul


(11)

dalam pembicaraan juga lebih luas. Kedua, partisipan yang terlibat dalam program ini juga berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga kemungkinan partisipan memiliki pengetahuan yang lebih dari satu bahasa juga besar. Ketiga, program ini tayang dengan durasi waktu yang cukup lama yakni tiga jam dari jam 8 pagi sampai 11 pagi dan disiarkan secara langsung.

1.3 Rumusan Masalah

Interferensi bahasa Inggris dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV merupakan topik yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Interferensi terjadi pada semua komponen bahasa yaitu fonologi, morfologi, dan kosakata. Akan tetapi, interferensi yang dibahas dalam penelitian ini hanyalah interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Inggris yang ditemukan dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV?

2. Komponen tutur apa saja yang terlihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunculan interferensi dalam tuturan para pengisi acara di program ”eight – eleven show” Metro TV dan kenapa interferensi ini muncul dalam tuturan mereka. Hal ini menarik untuk


(12)

dipahami lebih lanjut karena para pengisi acara di program ini merupakan orang-orang yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Jadi, keberadaan interferensi mungkin saja memiliki keterkaitan dengan faktor ini. Secara khusus, tujuan penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Inggris yang ditemukan dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV.

2. Mendeskripsikan komponen tutur yang terlihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight

– eleven show” di Metro TV.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menjelaskan tentang bentuk tuturan yang terinterferensi bahasa Inggris dan apa saja hal-hal yang memicu terjadinya interferensi dalam tuturan para pengisi acara ”eight – eleven show” di Metro TV, khususnya faktor-faktor sosialnya. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi dan memperkaya khasanah bahasa Indonesia yang sudah ada, khususnya di bidang sosiolinguistik. Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi tentang bagaimana cara menanggapi atau menghadapi orang-orang yang mengalami interferensi dalam tuturannya karena penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor sosial yang memicu terjadinya interferensi bahasa Inggris.


(13)

Jika seseorang mengetahui komponen tutur apa yang terlihat dari kemunculan interferensi bahasa Inggris dalam tuturannya, serta sebab-sebab atau alasan yang memicu orang lain menggunakan bentuk-bentuk yang terinterferensi bahasa Inggris dalam tuturannya; orang itu akan dapat menjalankan komunikasi dengan baik dan informasi-informasi yang seharusnya tersampaikan dalam suatu komunikasi dapat tersampaikan dengan tuntas. Di samping itu, penelitian ini akan membantu mengasah kemampuan seseorang dalam berbahasa, dapat menggunakan bahasa atau tuturan yang tepat untuk masing-masing kondisi tanpa menyakiti hati atau melukai harga diri lawan tutur. Jika seorang penutur yang memakai bentuk tuturan yang terinterferensi bahasa Inggris mendapat tanggapan yang meremehkan, mematahkan semangat dalam berbicara atau bahkan menghina dari lawan tuturnya, si penutur tersebut mungkin akan tersinggung dan tidak jadi melanjutkan percakapan sehingga tujuan awal komunikasi, yaitu pembagian informasi tidak tercapai.


(1)

komposisi sehingga menjadi kompositum vegetable. Kata vegetable mengalami proses sintaksis kategorisasi (penempatan ke dalam kelas kata) ke dalam kategori nomina.

(3) “Untuk membahas establishment terbaru dari Kidzania, kita sudah mengundang dua narasumber terkait; yang pertama mbak Ari Kartika dan bu Herlina.” (Rekaman 19 April 2011)

Kalimat pada data ini diucapkan oleh pembawa acara ”eight – eleven show” yang bernama Tommy Tjokro ketika ia memperkenalkan narasumber yang akan diwawancarainya. Dari kutipan di atas terlihat kemunculan kata bahasa Inggris yaitu establishment. Kata establishment dikelompokkan sebagai interferensi leksikal. Kata ini dikelompokkan sebagai salah satu bentuk interferensi karena kata bahasa Inggris establishment muncul pada kalimat bahasa Indonesia yang dituturkan Tommy Tjokro. Tommy tidak mempunyai alasan yang melatarbelakangi kemunculan istilah bahasa Inggris ini karena wawancara yang dilakukan Tommy dengan narasumbernya memakai bahasa Indonesia. Jadi, kemunculan istilah bahasa Inggris dalam kalimat ini tidak dapat dikelompokkan pada fenomena alih kode. Bentuk interferensi leksikal dari kata establishment adalah kata tunggal. Kelas kata dari kata establishment adalah nomina. Untuk dapat menguraikan proses yang dilalui kata establishment hingga akhirnya dikategorikan sebagai nomina, saya harus menentukan leksem dari kata establishment terlebih dahulu. Leksem dari kata establishment adalah ESTABLISH. Leksem ESTABLISH ini mengalami proses morfologis derivasi zero menjadi kata establish. Kata establish mengalami proses sintaksis kategorisasi (penempatan ke dalam kelas kata) ke dalam kategori verba. Kata establish mengalami proses


(2)

leksikalisasi untuk menjadi leksem ESTABLISH. Leksem ESTABLISH mengalami proses morfologis afiksasi. Afiksasi yang terjadi adalah penempatan sufiks –ment setelah leksem ESTABLISH sehingga leksem ESTABLISH menjadi kata establishment. Kata establishment mengalami proses sintaksis kategorisasi ke dalam kategori nomina. Dari penjabaran sebelumnya terlihat bahwa sufiks –ment merupakan morfem derivatif. Katamba (1993: 47) menuliskan “derivational morphemes form new words either (i) by changing the meaning of the base to which they are attached, or (ii) by changing the word-class that a base belongs to.” Morfem derivatif adalah morfem yang bisa membuat kata baru dengan merubah makna suatu kata atau merubah kelas kata dari suatu kata. Hal ini terjadi pada kata establishment. Kata establishment berasal dari kata establish yang kelas katanya adalah verba namun setelah digabungkan dengan sufiks –ment, kelas katanya menjadi nomina.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dan teknologi menuntut munculnya kosakata-kosakata baru yang sebelumnya tidak atau belum ada dalam suatu bahasa, misalnya kata download, software, hardware, dan computer yang telah diindonesiakan menjadi unduh, perangkat lunak, perangkat keras, dan komputer. Akan tetapi, bentuk bahasa Inggris masih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti kata bahasa Inggris software lebih sering digunakan daripada kata bahasa Indonesia „perangkat lunak‟. Kemunculan bentuk kata bahasa Inggris dalam tuturan penutur bahasa Indonesia menunjukkan bahwa interferensi bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia mungkin terjadi, khususnya dalam tataran leksikal. Hal yang juga perlu ditelaah lebih lanjut adalah komponen tutur apa saja yang dapat dilihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris dalam acara


(3)

”eight – eleven show” di Metro TV. Dengan kata lain, apa saja faktor-faktor yang dapat digambarkan sebagai pemicu kemunculan interferensi bahasa Inggris dalam penggunaan bahasa Indonesia para pengisi acara ”eight – eleven show” di Metro TV, khususnya faktor sosial?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai hal itu. Kajian atau penelitian yang dilakukan terhadap fenomena interferensi leksikal bahasa Inggris terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam program ”eight – eleven show” di Metro TV serta komponen tutur yang menyertainya akan membuka tabir alasan atau faktor sosial apa yang dapat menjadi pemicu kemunculan interferensi.

1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada interferensi leksikal bahasa Inggris yang terjadi dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV. Program Metro TV yang dijadikan sumber data adalah program ”eight – eleven show” Metro TV yang tayang dari tanggal 18 April sampai 2 Mei 2011. Alasan penulis memilih stasiun TV Metro TV karena stasiun TV ini merupakan salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia yang minim program hiburan. Dengan kata lain, hal-hal yang berkaitan dengan dunia keartisan tidak begitu banyak. Selanjutnya, alasan pemilihan program ”eight – eleven show” adalah pertama, topik yang dibahas dalam program ini cukup beragam seperti hiburan, ekonomi bisnis, kuliner, kesehatan, dan lain-lain. Topik yang beragam ini memungkinkan adanya perbendaharaan kata yang banyak dan beragam pula dengan kata lain unsur leksikal bahasa Inggris yang mungkin muncul


(4)

dalam pembicaraan juga lebih luas. Kedua, partisipan yang terlibat dalam program ini juga berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga kemungkinan partisipan memiliki pengetahuan yang lebih dari satu bahasa juga besar. Ketiga, program ini tayang dengan durasi waktu yang cukup lama yakni tiga jam dari jam 8 pagi sampai 11 pagi dan disiarkan secara langsung.

1.3 Rumusan Masalah

Interferensi bahasa Inggris dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV merupakan topik yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Interferensi terjadi pada semua komponen bahasa yaitu fonologi, morfologi, dan kosakata. Akan tetapi, interferensi yang dibahas dalam penelitian ini hanyalah interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Inggris yang ditemukan dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV?

2. Komponen tutur apa saja yang terlihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunculan interferensi dalam tuturan para pengisi acara di program ”eight – eleven show” Metro TV dan kenapa interferensi ini muncul dalam tuturan mereka. Hal ini menarik untuk


(5)

dipahami lebih lanjut karena para pengisi acara di program ini merupakan orang-orang yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Jadi, keberadaan interferensi mungkin saja memiliki keterkaitan dengan faktor ini. Secara khusus, tujuan penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi leksikal bahasa Inggris yang ditemukan dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV.

2. Mendeskripsikan komponen tutur yang terlihat dari kemunculan interferensi leksikal bahasa Inggris pada penggunaan bahasa Indonesia dalam acara ”eight – eleven show” di Metro TV.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menjelaskan tentang bentuk tuturan yang terinterferensi bahasa Inggris dan apa saja hal-hal yang memicu terjadinya interferensi dalam tuturan para pengisi acara ”eight – eleven show” di Metro TV, khususnya faktor-faktor sosialnya. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi dan memperkaya khasanah bahasa Indonesia yang sudah ada, khususnya di bidang sosiolinguistik. Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi tentang bagaimana cara menanggapi atau menghadapi orang-orang yang mengalami interferensi dalam tuturannya karena penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor sosial yang memicu terjadinya interferensi bahasa Inggris.


(6)

Jika seseorang mengetahui komponen tutur apa yang terlihat dari kemunculan interferensi bahasa Inggris dalam tuturannya, serta sebab-sebab atau alasan yang memicu orang lain menggunakan bentuk-bentuk yang terinterferensi bahasa Inggris dalam tuturannya; orang itu akan dapat menjalankan komunikasi dengan baik dan informasi-informasi yang seharusnya tersampaikan dalam suatu komunikasi dapat tersampaikan dengan tuntas. Di samping itu, penelitian ini akan membantu mengasah kemampuan seseorang dalam berbahasa, dapat menggunakan bahasa atau tuturan yang tepat untuk masing-masing kondisi tanpa menyakiti hati atau melukai harga diri lawan tutur. Jika seorang penutur yang memakai bentuk tuturan yang terinterferensi bahasa Inggris mendapat tanggapan yang meremehkan, mematahkan semangat dalam berbicara atau bahkan menghina dari lawan tuturnya, si penutur tersebut mungkin akan tersinggung dan tidak jadi melanjutkan percakapan sehingga tujuan awal komunikasi, yaitu pembagian informasi tidak tercapai.