PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT.

(1)

ii

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING

DALAM

MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN

BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh Adi Irvansyah

1103232

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING

DALAM

MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN

BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Oleh Adi Irvansyah S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Adi Irvansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

iv

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN

USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd. NIP. 196111091987031001

Dosen Pembimbing II,

Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 195109141975011001

Kaprodi Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata,M.Pd NIP.195908261986031003


(4)

(5)

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

ABSTRAK

ADI IRVANSYAH. Penerapan Model Appreciative Coaching Dalam Memberikan Kemampuan Dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Program Keaksaraan Usaha Mandiri Di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat. Tesis, Bandung: Program Magister Pendidikan Luar Sekolah, Sekloah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar landasan teori pendampingan appreciative coaching yang dikemukakan oleh Johnson dan Leavitt ( 1980 ) mengenai belajar dari keberhasilan dalam memandang warga belajar dari sisi positif dan prestasi. Selain itu peneliti merujuk pada landasan teori pendidikan orang dewasa dan kemampuan dasar kewirausahaan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun instrumen penelitian yang peneliti buat.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat dengan menggunakan model Appreciative Coaching. Penelitian ini diterapkan di kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Subyek penelitian ini adalah warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri yang berjumlah 10 orang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen angket, tes evaluasi, serta portofolio atau yang biasa disebut dengan multi instruments. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis dengan jenis penelitian kuantitatif dengan mendeskripsikan data serta penyajian secara persentase.

Hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching ini diperoleh melalui pre test dan post test kepada warga belajar di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat, dari 20 item soal yang diujikan maka diperoleh nilai rata - rata uji pemahaman materi pada pre test sebesar 58, pada post test terjadi kenaikan mencapai 78,5. Data mengenai peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching diperoleh dengan menggunakan pendekatan one-group, pretest-post test design, yakni 78,5 – 58 = 20,5 atau meningkat sebanyak 35,34 %.

Melalui penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Appreciative Coaching terbukti mampu memberikan kemampuan dasar kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat.


(6)

ABSTRACT

ADI IRVANSYAH. Application of Appreciative Coaching Model Capabilities in Providing Basic Entrepreneurship Learning Literacy Program For Student Economy Literacy In Al-Islah CLC Central Jakarta. Thesis, London: School Education Masters Program, Graduate Sekloah, University of Indonesia, 2013. The research was conducted on the basis of the theoretical basis of Appreciative coaching assistance proposed by Johnson and Leavitt (1980) regarding the study of success in seeing people learn from the positives and achievements. In addition, researchers refer to the basic theory of adult education and basic skills of entrepreneurship as a basis for consideration in preparing instruments for research studies.

This study aims to provide the ability for Student Economy Literacy to learn basic entrepreneurial literacy efforts in the CLC Independent Al-Islah Central Jakarta using a model of Appreciative Coaching. This research is applied in the study group Student Economy Literacy. The subjects of this study were residents Independent Business Literacy learning which amounted to 10 people.

This study used a pre-experimental research methods to approach One Group Pretest-Posttest Design. Collecting data in this study using a questionnaire instrument, test evaluation, as well as a portfolio or commonly referred to as multi-instruments. Data analysis techniques used analysis techniques with quantitative research by describing the data and the presentation by percentage. Results of basic entrepreneurial capabilities through the application of Appreciative Coaching models are obtained through pre-test and post-test to the participants in the CLC Al-Islah Central Jakarta, from about 20 items tested the obtained value - average test understanding of the material in the pre-test was 58, on test post an increase reaching 78.5. Data on yield increase entrepreneurial base capabilities through the application of Appreciative Coaching models obtained using the approach of one-group, pretest-post test design, ie from 78.5 to 58 = 20.5 or increased by 35.34%.

Through this research can be concluded that the application of Appreciative Coaching models proved able to provide the ability for Student Economy Literacy in Al-Islah CLC Central Jakarta.


(7)

ii

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN……….. i

ABSTRAK ………... ii

KATA PENGANTAR ……….... iv

LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……….………... viii

DAFTAR GAMBAR …….………..………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian……… 6 7 E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan Tesis 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Teori ... 9

1.Hakikat Pendidikan Luar Sekolah... 9

2. Hakikat Literasi Ekonomi ... 13

3. Hakikat Kemampuan Dasar Kewirausahaan... 15

4. Hakikat Pendidikan Orang Dewasa... 18

5. Hakikat Pendampingan appreciative coaching... 21

B. Kerangka Berfikir ... C. Penelitian Relevan……… 26 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian……… 2. Populasi Penelitian……….. 3. Sampel Penelitian……….. 31 31 31 31 B. Desain Penelitian ... 31 C. Metode Penelitian ...

D. Devinisi Operasional...

35 35


(8)

E. Instrumen Penelitian... F. Pengembangan Instrumen

G. Teknik Pengumpulan Data... H. Analisis Data...

37 39 39 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ... 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA... 87


(9)

iv

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Hal

Tabel II.1 Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah... 11 Tabel III.1. Daftar Nilai Skala Likert .. ... 39 Tabel IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Tabel IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Tabel IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45 Tabel IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46 Tabel IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan. 47 Tabel IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Tabel IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Tabel IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan

kebutuhan

50 Tabel IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap

pendampingan

51 Tabel IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan,

feedback, evaluasi dan refleksi

52 Tabel IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama

mengikuti seluruh tahap pendampingan

53 Tabel IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Tabel IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya

pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan

55 Tabel IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai usaha

sederhana pada tahap definition

56 Tabel IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses

pendampingan

57 Tabel IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses

pendampingan di kedepannya

58 Tabel IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah

pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design

59

Tabel IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan

60 Tabel IV.19. Pernyataan berpartisipasi dalam setiap langkah yang telah 61


(10)

diterapkan

Tabel IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala dalam setiap proses pendampingan

62 Tabel IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan

pendampingan yang telah dilakukan

63 Tabel IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap

pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar

64 Tabel IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap

pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan

65

Tabel IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif

66 Tabel IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Tabel IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan kebutuhan

akan perbaikan di kedepannya

68 Tabel IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu

keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator

69 Tabel IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan yang

lebih baik dan mudah di terapkan

70

Tabel IV.29. Kriteria Penilaian 71

Tabel IV.30. Nilai Pretest dan Postest 72

Tabel IV.31. Lembar Penilaian Portofolio Kemampuan Dasar Kewirausahaan


(11)

vi

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Hal

Gamabr II.1 Gambar II.2.

Tahapan Penerapan Model Appreciative Coaching…… Bagan Kerangka Berpikir

24 27 Gambar III.1. Perancanaan dan Penyusunan Model

Appreciative Coaching

32 Gambar III.2. Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching 33 Gambar III.3. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan 37 Gambar IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Gambar IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Gambar IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45

Gambar IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46

Gambar IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan 47 Gambar IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Gambar IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Gambar IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan

kebutuhan

50 Gambar IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap

pendampingan

51 Gambar IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan,

feedback, evaluasi dan refleksi

52 Gambar IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama

mengikuti seluruh tahap pendampingan

53 Gambar IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Gambar IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya

pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan

55 Gambar IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai

usaha sederhana pada tahap definition

56 Gambar IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses

pendampingan

57 Gambar IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses

pendampingan di kedepannya


(12)

Gambar IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design

59

Gambar IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan

60 Gambar IV.19. Pernyataan berpartisipasi dalam setiap langkah yang telah

diterapkan

61 Gambar IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala

dalam setiap proses pendampingan

62 Gambar IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan

pendampingan yang telah dilakukan

63 Gambar IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap

pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar

64 Gambar IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap

pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan

65

Gambar IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif

66 Gambar IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Gambar IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan

kebutuhan akan perbaikan di kedepannya

68 Gambar IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu

keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator

69 Gambar IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan

yang lebih baik dan mudah di terapkan

70 Gambar IV.29. Peningkatan Kemampuan Dasar kewirausahaan melalui

model appreciative coaching


(13)

1 Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aksara merupakan alat pemberdayaan yang memiliki nilai strategis, informatif dalam memecahkan permasalahan kehidupan dimasyrakat. Keaksaraan ditinjau sebagai alat ukur untuk memperoleh informasi yang luas dalam membuka cakrawala kehidupan, serta mampu memberikan inspirasi yang signifikan dalam pembangunan masyrakat. Sehingga keaksaaran merupakan modal dasar yang diperlukan masyrakat dalam meningkatkan potensi diri yang selaras dengan perkembangan zaman.

Dalam struktur ekonomi modern, kemiskinan itu sangat terkait dengan kebutaaksaraan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat. Kebodohan, keterbelakangan, penindasan dan kemiskinan menjadi fenomena dunia, tidak terkecuali di negara-negara maju sekalipun dan semua predikat itu sangat dekat dengan dunia orang buta huruf.

Menurut Djuju Sudjana (2004: 14) Pendidikan nonformal akan memperoleh dukungan dari peserta didik apabila program-programnya disusun berdasarkan kebutuhan mereka dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan nonformal seperti program Keaksaraan diupayakan eksistensinya dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat akan merasakan belajar berdasarkan apa yang dikehendaki oleh masyrakat itu sendiri.

Fakta menunjukkan bahwa sebagian warga negara Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan, dengan kemampuan perekonomian yang rendah. Kebutaaksaraan yang mereka alami hambatan dalam mengakses informasi dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, sehingga mereka sulit beradaptasi dan berkompetensi dalam situasi yang selalu berubah dan makin kompotitif, akibat selanjutnya masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar pada umumnya sulit keluar dari jerat kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu setiap warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar perlu memiliki kesempatan untuk memelihara dan mengembangkan


(14)

2

kemampuan keaksaraan yang fungsional bagi peningkatan kualitas diri dan kehidupannya.

Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri (2010) setiap warga masyarakat perlu memiliki kompetensi keaksaraan tertentu yang dapat membantu dirinya untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan itu dikembangkan program Keaksaraan Usaha Mandiri, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berusaha secara mandiri.

Kegiatan usaha mandiri dimaksudkan sebagai wahana pemberian bekal awal kepada peserta didik, agar tumbuh dan berkembang kesiapan mental dan usahanya untuk mandiri, menguasai teknik keterampilan tertentu dan dasar-dasar pengelolaan usaha dalam rangka mengatasi permasalahan hidupnya.

Program Keaksaraan Usaha Mandiri mempunyai peranan bagi kaum wanita terutama para ibu-ibu yang buta aksara untuk mengembangkan kemampuan warga belajar seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dan juga keterampilan life skill yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga para warga belajar yang sebelumnya buta aksara menjadi melek aksara dan mempunyai bekal keterampilan life skill guna menambah penghasilan dan meumbuhkan tingkat perekonomian ibu-ibu rumah tangga.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian, pada kenyataanya program keaksaraan Usaha Mandiri belum sepenuhnya dirasakan kebermanfaatannya bagi masyrakat. Menurut Wiwi Widiastuti (2013) selaku ketua PKBM Al-Islah mengatakan, program keaksaran Usaha Mandiri yang pernah dilaksanakan belum sepenuhnya mencapai pada capaian aplikasi berwirausaha pada warga belajar yang menjalani program ini karena program yang dijalankan hanyalah singkat dan tenaga pendidik belum mampu menstimulasi warga belajar untuk mengaplikasikan teori


(15)

3

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

dikarenakan terbentur dengan modal dan kurang siapnya warga belajar, karena selama ini warga belajar hanya mendapatkan proses pembelajaran yang bersifat calistung dan praktek Life Skill menjahit dan tata rias sehingga dalam mengelola kegiatan usaha, warga belajar belum mendapatkannya. Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah warga belajar memiliki kemampuan menjelaskan konsep kewirausahaan dibidang jasa usaha makanan yang terintegrasi dengan membaca, menulis dan berhitung. Warga belajar juga mampu memasarkan produksi sehingga warga belajar mandiri. Hasil pembelajaran tersebut untuk diterapkan pada diri sendiri, lingkungan keluarganya, maupun orang lain di lingkungan sekitarnya. Sehingga di samping dimanfaatkan oleh diri dan keluarganya juga dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

PKBM Al Ishlah merupakan “satuan pendidikan yang dilaksanakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah dengan bentuk kelompok belajar”. Program ini dikembangkan setara dengan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah umum. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat. Kebanyakan warga belajar PKBM Al Ishlah dari tiga kelurahan tersebut, adapun beberapa warga belajar datang dari wilayah yang jauh, namun tidak banyak. Lokasi PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di Jalan Pintu Besi I No. 42. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar kotamadya Jakarta Pusat merupakan salah satu dari lima kelurahan yang ada di Sawah Besar, sebetulnya di Kelurahan Pasar Baru sendiri masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi lemah tidak terlalu banyak dibandingkan dengan tiga kelurahan yang ada di dekatnya, seperti kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Kartini, Kelurahan Gunung Sahari Utara.

Pada realitasnya PKBM Al-Islah Jakarta Pusat memiliki potensi yang sangat mendukung dalam kegiatan Program Keaksaraan Usaha Mandiri. Potensi yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah satunya adalah lokasi yang strategis dan dikelilingi oleh lingkungan dunia usaha dan dunia industri. Potensi yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah sangat mendukung pada proses jejaring kewirausahaan yang mumpuni dilaksanakan oleh warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Selaim memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan oleh warga belajar, PKBM Al-Islah


(16)

4

Jakarta pusat memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat berpengaruh pada kompetensi warga belajar. Kelemahan yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah satunya adalah masalah sumber daya manusia yaitu tutor program Keaksaraan Usaha Mandiri belum mampu berperan layaknya pendidik orang dewasa yang mampu menyediakan strategi fasilitasi dengan baik kepada warga belajar. Hal ini sangat berpengaruh pada proses pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri yang masih terlihat sangat kaku yaitu berupa ceramah dan praktek.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran, tutor program Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah belum sepenuhnya memiliki kompetensi Andragogy Knowladge yang seyogyanya harus dimiliki oleh pendidik orang dewasa, realitasnya tutor hanya memiliki kompetensi Content Knowladge, hal ini berimpilikasi pada proses pembelajaran berupa Transfer of Knowladge dengan pola pembelajaran satu arah. Melihat realitas tersebut, banyak warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak aplikatif dalam memaknai kewirausahaan sehingga banyak lulusan program Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak melakukan kegiatan wirausaha dan mereka masih berorientasi menjadi pekerja.

Berdasarkan permaslahan yang terjadi di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat, terdapat peluang-peluang yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu potensi kearifan lokal yang ada di PKBM Al-Islah berupa lingkungan PKBM terintegrasi dengan dunia Usaha dan Dunia Industri. Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu dapat melaksanakan jejaring kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar praktisi dari dunia usaha dan dunia industri yang berada di sekitar PKBM Al-Islah. Apabila potensi-potensi tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran kewirausahaan dapat menjadi sebuah Enviromental Input pada program Keaksaraan Usaha Mandiri yang sinergis dengan aplikasi berwirausaha pada warga belajar. Terlepas dari peluang-peluang yang dimiliki oleh PKBM Al-islah dalam menjalankan progran Keaksaraan


(17)

5

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

usaha antara PKBM dan dunia usaha dan Industri, seyogyanya Dunia Usaha dan Dunia Industri akan bermitra dengan PKBM apabila dunia usaha dan dunia industri mengenal dan memahami eksistensi PKBM.

Melihat kenyataan dilapangan baik itu masalah yang nampak maupun potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena melihat adanya suatu kebutuhan bagi PKBM dalam pengembangan program keaksaraan usaha mandiri. Dimana kegiatan penelitian ini mengembangkan kegiatan pendampingan pada proses pembelajaran. Pendampingan diambil karena proses pendampingan sejatinya terjadi diluar dari system kegiatan utama yakni bimbingan kelompok usaha itu sendiri. Hal ini merujuk pada pendapat Winston Connor ( 2006) bahwa Coaching is a different delivery system for training, since training especially with long term managers and people who are further along in their careers, is not working.

Lebih lanjut fokus dalam pendampingan ini adalah pendampingan yang berbasiskan Appreciative Choaching dimana pendekatan ini memandang manusia sebagai sebuah kapasitas yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini diaggap sebagai suatu hal yang mustahil atau bahkan hal yang dianggap hanya sebagai sebuah mimpi belaka. Hal tersebut sejalan dengan apa yang nampak dalam realitas kelompok belajar usaha mandiri bahwa sejatinya para warga belajar juga tidak serta merta pasrah dan tidak memiliki pengetahuan dan daya juang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya agar mampu serta siap berwirausaha .

Dengan demikian maka penerapan model Appreciative Coaching yang akan peneliti lakukan diharapkan mampu menjembatani apa yang menjadi kebutuhan pendidikan para warga belajar akan kemampuan melaksanakan wirausaha mandiri sampai pada akhirnya ia mampu melaksanakan kegiatan usaha .

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dipaparkan pada latar belakang tersebut, dapat disimpulkan dalam identifikasi masalah sebagai berikut:


(18)

6

1. Bagaimanakah gambaran proses pendampingan kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri pada PKBM Al-Islah Jakarta Pusat?

2. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan warga belajar sampai pada akhirnya ia dikatakan mampu dan siap melaksanakan usaha mandiri?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidak optimalan proses bimbingan Usaha Mandiri pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah?

4. Potensi-potensi apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai keoptimalan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM Al-Islah?

5. Apakah penerapan model Appreciative Coaching mampu memberikan kemapuan dasar wirausaha pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan peneliti maka penelitian ini dibatasi pada masalah sampai sejauh mana penerapan model

Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar wirausaha pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah?

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalahnya adalah

1. Bagaimana efektifitas model appreciative coching pada proses pendampingan warga belajar program Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM Al-Islah?

2. Apakah model Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar kewirausahaan pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM Al-Islah?


(19)

7

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

2. Meningkatkan kemampuan dasar kewirausahaan pada warga belajar program Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat

F. Manfaat Penelitian 1. Teoritik

Penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan suatu solusi dalam rangka memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.

2. Praktis a. Bagi Peneliti

Mengadakan eksperimen dan melihat sampai sejauh mana penerapan model berbasis Appreciative Coaching mampu menjadi suatu solusi dalam dalam rangka memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.

b. Bagi Mahasiswa Pascasarjana UPI

Informasi dan bahan rujukan bagi mahasiswa bahwa suatu proses pembelajaran tertentu akan lebih efektif apabila ditambah dengan proses pendampingan diluar dari proses pembelajaran itu sendiri yang juga disesuaikan dengan karakteristik kondisi dan waktu dari peserta didiknya.

c. Bagi Pascasarjana UPI

Menambah referensi bagi mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah UPI dalam hal penerapan model Appreciative Coaching yang efektif dan mampu memberikan kemampuan dasar bagi peserta didik dalam setiap program pembelajaran tertentu yang juga mampu melengkapi proses pembelajaran yang telah terjadi sebelumnya.

d. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Salah satu referensi serta rujukan bagi penelitian yang serupa.


(20)

8

Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan solusi dan menambah kualitas pelayanan dalam bimbingan Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.

G. Sistematika Penulisan Tesis

BAB I Berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Berupa Landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti beberapa teori dan konsep tentang pendidikan luar sekolah, konsep pendidikan orang dewasa, dan konsep kemampuan dasar kewirausahaan.

BAB III Membahas tentang prosedur penelitian, berisi tentang uraian metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, prosedur pengolahan dan analisis data serta teknik pengolahan data, dan analisis data.

BAB IV Berisi analisa data hasil penelitian dan pembahasan yang berisi gambaran singkat tentang daerah penelitian, pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian.


(21)

31 Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKBM Al-Islah yang berlokasi di Jl. Pintu Besi Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, terhitung sejak bulan Maret 2013 sampai dengan bulan September 2013.

2. Populasi Penelitian

Responden dalam penelitian ini ialah warga belajar Pusat Kegiatan Belajar nmasyrakat Al-Islah Jakarta Pusat pada program keaksaraan usaha mandiri dengan populasi 20 orang.

3. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling bertujuan (purposive sampling) karena warga belajar yang aktif dan berkelanjutan dalam mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri sebanyak 10 orang warga belajar Program Keaksaraan Usaha Mandiri, dengan tujuan mendapatkan data yang spesifik dari penerapan model appreciative coaching.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen, dimana peneliti mengukur sebelum dilaksanakan threathment pada warga belajar keaksaraan usaha mandiri. Setelah peneliti melaksanakan threathment pada warga belajar keaksaraan usaha mandiri di PKBM Al-islah Jakarta Pusat, peneliti mengukur peningkatan kemampuan dasar kewirausahaan warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Oleh karena itu peneliti mengukur pelaksanaan pre test dan post test pada penelitian ini, selain itu peneliti mengukur efektifitas model appreciative coaching ketika diterapakan pada warga belajar keaksaraan usaha mandiri. Adapun alur pemikiran peneliti dalam merancang penerapan model Appreciative Coaching adalah sebagai berikut


(22)

32

Gambar III.1

Perancanaan dan Penyusunan Model

Appreciative Coaching

Adapun desain penerapan model Appreciative Coaching yang Penerapan model Appreciative Coaching

Tahap definition

Tahap Destiny

Program Keaksaraan Usaha Mandiri

SK : Warga Belajar memiliki kemampuan dasar

kewirausahaan

Permasalahan

1. Materi kewirasuhaaan yang begitu banyak namun waktu pelaksanaan pendampingan yang terbatas

2. Jumlah fasilitattor yang tidak sebanding dengan banyaknya warga belajar 3. Adanya alumni warga belajar memiliki potensi untuk membagikan pengatuhaan

yang belum dioptimalkan

4. Karakteristik latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda pada warga belajar i yang berkaitan dalam proses penyerapan pengetahuan yang berbeda-beda pula

Analisis Kebutuhan

Dibutuhkan suatu pendampingan diluar dari pembimbingan yang diberikan

Dibutuhkan model pendampingan yang dapat mengoptimalkan potensi-potensi positif yang dimiliki warga belajar

Merancang model appreciative coaching

Tahap Design

Tahap Dream

Tahap Discovery


(23)

33

Gambar III.2

Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching

Berdasarkan konstruksi desain model Appreciative Coaching di atas, tahap-tahap yang akan dilakukan oleh fasilitator pada sasaran peserta didik adalah :

1. Tahap Definition

Fasilitator menyampaikan tujuan, manfaat serta hasil yang dicapai dengan adanya proses pendampingan ini. Fasilitator membahas satu topik tentang peluang usaha di darah sekitar .Sedangkan peserta didik pada tahap ini menyepakati terlaksananya proses pendampingan yang dibuat bersama-sama oleh fasilitator

Tahap definition

Memiliki kemampuan dasar Kewirausahaan

Usaha Sederhana DUDI

Penerapan model appreciative coaching

WB Tahap Design

Tahap Dream

Tahap Discovery

Pelatihan Kemampuan Dasar Kewirausahaan


(24)

34

2. Tahap Discovery

Pada tahap ini, Fasilitator menggali pengetahuan dan pemahaman peserta terkait materi dasar kewirausahaan serta mempraktekan keterampilan sederhana. Sedangkan peserta mengungkapkan sampai sejauh mana pengetahuan mereka mengenai materi kewirausahaan dasar serta memberikan pendapat mengenai kesinambungan antara proses bimbingan yang selama ini terjadi .

3. Tahap Dream

Pada tahap ini, peserta akan diajak berimajinasi dan mengeluarkan harapan mereka mengenai segala hal pengetahuan yang mereka butuhkan agar memiliki kemampuan menjalankan usaha serta proses bimbingan yang mampu menghantarkan mereka memiliki kemampuan tersebut sekaligus memikirkan hal apa yang akan dilakukan selama berwirausaha yang juga memberi manfaat banyak bagi mereka untuk mereka dan oleh mereka yang bermanfaat pula kepada orang sekitar.

4. Tahap Design

Fasilitator bersama-sama peserta membuat suatu rancangan proses pendampingan dalam pelaksanaan pemberian materi kewirausahaan secara lengkap yang didahului dengan pemberian pendampingan dengan memaksimalkan potensi dari para warga belajar terkait pengetahuan yang dapat mengantarkan para warga belajar memilki kemampuan dasar kewirausahaan sekaligus merencanakan hal apa yang akan dilakukan para warga belajar.

Selain itu pada tahap design ini dilakukan suatu pelatihan kemampuan dasar kewirasahaan sebagai bentuk nyata karena dengan pelatihan tersebut para warga belajar dalam hal ini peserta didik memiliki kemampuan dasar kewirausahaan disamping materi lain yang juga tak kalah pentingnya yang nantinya akan diberikan langsung oleh fasilitator.


(25)

35

tujuan yang telah ditetapkan, maka fasilitator dan peserta pendampingan akan mengevaluasi kembali hal-hal yang menjadi kekurang tercapaian dan menilai proses-proses yang telah dilakukan untuk dapat menemukan rancangan yang terbaik. Disamping membuat suatu kesepakatan yang baik akan adanya jalinan yang terus berlanjut akan proses pendampingan ini.

C. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan

One Group Pretest-Posttest Design. Metode ini digunakan dengan pertimbangan bahwa hasil dari penelitian dapat diketahui secara akurat, karena dapat langsung dibandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi treatment) X = Pemberian treatment / perlakuan O2 = Nilai posttest (setelah diberi treatment)

Pengaruh treatment model pendampingan berbasis Appreciative Coaching

terhadap kemapuan dasar kewirausahaan = (O2 - O1). D. Devinisi Operasional

1. Appreciative Coaching Sebagai Model Pendampingan Warga Belajar

Pendampingan berbasis appreciative coaching merupakan pendampingan dengan menggunakan prinsip-prisip dan pendekatan pendidikan orang dewasa.

Menurut Robyn Stratton-Berkessel appreciative coaching merupakan pendekatan yang berpijak pada asumsi bahwa seseorang memiliki berbagai bakat, keahlian, cerita sukses, dan sumber daya di dalam dirinya dan semua itu dapat ditemukan dan dikembangkan oleh dirinya sendiri.Pendekatan ini memandang manusia dan komunitas sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang mustahil, atau hal-hal yang selama ini dianggap hanya sebuah mimpi. (Robyn Stratton,2010:1).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia menegaskan bahwa kata apresiasi berarti tindakan dengan memberikan penghormatan, dengan memberikan penilaian dan


(26)

36

dengan rasa terima kasih. Dengan kata lain, apresiatif adalah tindakan-tindakan yang bersifat penghormatan dan penilaian positif. (2008:34).

Sedangkan menurut Diana Whitney pendekatan appreciative coaching

dalam pelaksanaannya memiliki empat tahap yang harus dilalui untuk mencapai ke arah perubahan yang positif, empat tahap tersebut seringkali dikenal dengan siklus 4-D yaitu discovery, dream, design dan destiny. (Diana Whitney, 2002:134).

Appreciative coaching dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat diatas yaitu sebagai model dalam proses pendampingan untuk warga belajar yang bertujuan menggali pengalaman orang dewasa dalam konteks pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri. Model pendampingan ini dimaksudkan untuk menciptkan iklim pembelajaran orang dewasa yang bersifat partisipatif. Melalui model ini warga belajar dapat mengungkapkan potensi positif dalam dirinya yang dijadikan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya.

2. Kemampun Dasar Wirausaha

Robert R.Bo ( 1995:76 ) menunjukkan kaitan antara kemampuan dengan proses pembelajaran dimana didalamnya terdapat peserta didik. Menurutnya Kemampuan adalah semua potensi yang mencakup segi kognitif, afektif, psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik sebagai karunia Allah.

Dalam bukunya Taxonomy Of Education Objective, Benyamin S. Bloom (Hurlock, 2009: 79 ) menjelaskan sebagai berikut.

Tujuan pembelajaran terbagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut memiliki peranan yang penting dan saling berkaitan ketika kita ingin melihat sampai sejauh mana kemampuan peserta didik dalam prosesnya didalam pembelajaran.

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia pada awalnya dikenal istilah wiraswasta yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu


(27)

37

3. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri

Menurut acuan penyelenggaraan program Keaksaraan Usaha mandiri (2009), Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran ketrampilan usaha yang dapat meningkatan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi warga belajar yang telah mengikuti atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan pasca keaksaraan dasar untuk memberikan kecakapan vokasional membuat usaha sederhana. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan selama 12 kali pertemuan yang dilaksanakan di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat.

Program keaksaraan Usaha Mandiri yang dilakukan oleh PKBM Al-Islah mengedepankan proses pembelajaran calistung dengan mengintegrasikan pembelajaran kewirausahaan, sehingga warga belajar memiliki kemampuan dasar melakukan usaha sederhana.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan multi instrument unuk mendapatkan data yang akurat mengenai kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan pendampingan appreciative coaching . Instrumen pengumpul data yang digunakan yakni sebagai berikut :

Gambar III.3.

Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan (Sumber: Analisis Peneliti)

Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan

Variabel Independen Variabel Dependen

Instrumen 1. Angket

Instrumen 1. Tes Evaluasi 2. Portofolio


(28)

38

Berdasarkan variabel dan tahapan kegiatannya, maka instrumen pengumpul data yang digunakan adalah :

1. Variabel Independen

(Proses penerapan model Appreciative Coaching). a. Angket

Penggunaan instrumen angket ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi pada variabel penerapan model Appreciative Coaching terhadap kemampuan dasar Kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan jawaban masing-masing responden sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, foto, serta kemampuan peserta pendampingan terkait dengan pengetahuan dasar kewirausahaan . Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang proses kegiatan pemberian kemampuan dasar kewirausahaan sebelum, sesaat, dan setelah mereka melakukan proses Appreciative Coaching.

2. Variabel Dependen

(Kemampuan dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Keaksaraan usaha Mandiri PKBM Al-Islah ).

a. Tes Evaluasi

Tes evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar kewirasuahaan bagi warga belajar yang diperoleh melalui format evaluasi materi yang diberikan sebelum proses pendampingan dan pada akhir proses pendampingan. Format evaluasi yang diberikan menggunakan tes evaluasi soal materi dasar kewirausahaan.


(29)

39

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen dibuat berdasarkan indikator dari variabel penelitian itu sendiri, lalu dibagikan kepada para warga belajar sebagai respondennya. Pengukuran instrumen ini memakai skala Likert dalam bentuk daftar check list

() dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pendapat yang diberikan responden melalui angket selanjutnya diberikan nilai sesuai dengan skala likert, yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel III.1 Daftar Nilai Skala Likert

Nilai Positif Kategori Jawaban Nilai Negatif

5 Sangat setuju 1

4 Setuju 2

3 Ragu-ragu 3

2 Tidak setuju 4

1 Sangat tidak setuju 5

Sumber: Suharsimi Arikunto (2005) G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan antara lain :

1. Uji hasil penerapan proses pendampingan Appreciative Coaching menggunakan angket.

Lembar uji penerapan proses pendampingan yang berbasiskan

Appreciative Coaching, dengan menggunakan angket tertutup, dimana peneliti dapat memperoleh gambaran kesesuaian antara proses pendampingan yang direncanakan dengan proses pendampingan yang terjadi berdasarkan sudut pandang warga belajar yang mengikuti proses pendampingan dimana para warga belajar sebagai subyek dari penerapan model pendampingan


(30)

40

2. Tes evaluasi kemampuan dasar kewirausahaan peserta penerapan Appreciative Coaching

Digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar kewirausahaan. Tes evaluasi menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar kewirausahaan yang diperoleh melalui format evaluasi materi yang diberikan sebelum proses pelatihan dan pada akhir proses keaksaraan usaha mandiri yang dilakukan pada tahap design di dalam prndampingan berbasis

appreciative coaching yang diterapkan. Format evaluasi terhadap kemampuan dasar kewirausahaan setelah mengikuti proses pendampingan

Appreciative Coaching menggunakan tes evaluasi soal materi untuk mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah kognitif dan afektif serta lembar portofolio untuk mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah psikomotorik .

Tingkat keberhasilan berupa pencapaian standar kompetensi yang diharapkan dengan tujuan mampu memberikan kemampuan dasar kewirausahaan terhadap warga belajar yang mengikuti proses pendampingan berbasis Appreciative Coaching maka ditetapkan kriteria ketuntasan minimum yang dirancang oleh peneliti dengan nilai minimum 70. H. Analisis Data

Langkah-langkah analisa data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap:

a. Editing data: merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat


(31)

41

Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum mencakup semua variabel yang sedang diteliti.

c. Pengkodean data: pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka.

d. Membuat struktur data: peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk analisa kemudian dipindahkan ke dalam komputer.

2. Menggunakan statistik sederhana: data ditabulasikan berdasarkan butir pertanyaan dengan jawaban yang diberikan responden lalu diprosentasekan dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = Jumlah prosentase

∑F = Jumlah frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden

Penelitian ini menggunakan kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan. Kriteria ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa dilakukan dengan membagi rentangan. Dengan kriteria evaluasi sebagai berikut.

100% = Baik sekali > 75 % = Baik > 50 % = Cukup > 25 % = Kurang baik 0% = Tidak baik

P =

F x 100%

N


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang didapat peneliti di lapangan, dalam hal ini penerapan model pendampingan appreciative coaching dalam meningkatkan kemampuan dasar kewirausahaan, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Penerapan model appreciative coaching sangat efektif dilaksanakan warga belajar PKBM Al-Islah Jakarta-Pusat karena sebagai berikut:

a. Pada tahap definition fasilitaror mempersiapkan pra pendampingan dengan topik-topik yang relevan sesuai kebutuhan belajar warga belajar,

b. Pada tahap discovery warga belajar mengemukakan pengalaman-pengalamannya sebagai sumber belajar untuk belajar dan membelajarkan kepada warga belajar lainnya.

c. Pada tahap dream warga belajar mampu merumuskan usaha sederhana dan menuangkan suatu usaha yang sesuai dengan pengalaman dan kapasitasnya sebagai wirausaha pemula.

d. Pada tahap design warga belajar mulai melakukan proses pembelajaran kewirausahaan dengan merancang usaha dengan rasa percaya diri dan menjalankan usaha yang terintegrasi dengan keberaksaraannya.

e. Pada tahap destiny fasilitator dan warga belajar mampu merefleksikan capaian pembelajaran kewirausahaan secara aplikatif

2. Bahwa terjadi peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan dalam penerapan model appreciative coaching. Peningkatan hasil kemampuan dasar


(33)

86

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

3. Adapun temuan lapangan yang yang menarik pada proses pendampingan antara lain:

a. Warga belajar bersikap apresiatif. Hal ini dikarenakan menurut warga belajar model appreciative coaching merupakan hal baru. Warga belajar tertarik dengan pola pendampinngan karena sesuai dengan karakteristik orang dewasa.

b. Motivasi belajar para warga belajar meningkat, hal ini dikarenakan warga belajar mampu menggali dan mengembangkan potensi dirinya untuk dijadikan sumber belajar sesame warga belajar keaksaraan usaha mandiri.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan dalam penerapan model appreciative coaching adalah sebagai berikut.

Bagi warga belajar

1. Perlunya koordinasi antara peserta pendampingan dengan fasilitator untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang optimal, sehingga mampu meminimalisir kekurangan yang terjadi selama pembelajaran.

2. Peserta pendampingan yang memiliki keterbatasan untuk mengupayakan kemampuannya dalam proses pendampingan sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Bagi Fasilitator

1. Fasilitator selayaknya menganggap peserta pendampingan sebagai subyek belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta pendampingan akan lebih variatif. Hal ini disebabkan peserta pendampingan akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI.

1. Diadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam lingkup pembelajaran yang lain.

2. Perlu dirancang suatu desain pembelajaran serupa yang mampu menjawab kebutuhan belajar masyarakat.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Djuju, Sudjana. (2004). Wawasan,Sejarah dan Konsep Pendidikan Nonformal, Bandung: Falah Production.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Metode Pembelajaran Konstruktif,

Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Masyrakat. (2010). Acuan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.

Fakhruddin Arbah. (2002). Bahan Ajar Mata Kuliah Andragogi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Hosfiar, Hervy Hosfiar. (2008). Naskah BP3LS Metodologi Belajar Orang Dewasa, Jakarta: BP3LS.

Holliday, Micki. (1992). Coaching, Mentoring, and Managing. California: Corwin Press.

Johnson, Elain B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press.

Leonard, David C. (2002). Learning theories, California: Greenwood publishing group.

LPPM.(2001). Kamus Manajemen, Jakarta:LPPM.

Mark K. Smith. (1996). Self Directed,. (http://www.infed.org/self-direction/) Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Santyasa, I Wayan Santyasa. (2007). Makalah Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Universitas Pendidikan Ganesha.


(35)

88

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Stratton, Robyn. (2010). Encyclopedia of Distributed Learning. London :Sage Publications, Inc. 2004.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Surabaya: Prestasi Pustaka.

http://bataviase.co.id/node/475131 Kasus Data Perilku Remaja. (2 Agustus 2013). http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Fungsi

dan Manfaat Media Pembelajaran. (13 September 2013).

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Pengertian cd, interaktif, cd interaktif. (1 Oktober 2013).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Jakarta : Transmedia. 2007.)

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.(2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.. Jakarta : Balai Pustaka.


(1)

2. Tes evaluasi kemampuan dasar kewirausahaan peserta penerapan

Appreciative Coaching

Digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar kewirausahaan. Tes evaluasi menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar kewirausahaan yang diperoleh melalui format evaluasi materi yang diberikan sebelum proses pelatihan dan pada akhir proses keaksaraan usaha mandiri yang dilakukan pada tahap design di dalam prndampingan berbasis

appreciative coaching yang diterapkan. Format evaluasi terhadap kemampuan dasar kewirausahaan setelah mengikuti proses pendampingan

Appreciative Coaching menggunakan tes evaluasi soal materi untuk mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah kognitif dan afektif serta lembar portofolio untuk mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah psikomotorik .

Tingkat keberhasilan berupa pencapaian standar kompetensi yang diharapkan dengan tujuan mampu memberikan kemampuan dasar kewirausahaan terhadap warga belajar yang mengikuti proses pendampingan berbasis Appreciative Coaching maka ditetapkan kriteria ketuntasan minimum yang dirancang oleh peneliti dengan nilai minimum 70. H. Analisis Data

Langkah-langkah analisa data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap:

a. Editing data: merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data.

b. Pengembangan variabel: ialah spesifikasi semua variabel yang diperlukan oleh peneliti yang tercakup dalam data yang sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang diperlukan sudah termasuk dalam data.


(2)

41

Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum mencakup semua variabel yang sedang diteliti.

c. Pengkodean data: pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka.

d. Membuat struktur data: peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk analisa kemudian dipindahkan ke dalam komputer.

2. Menggunakan statistik sederhana: data ditabulasikan berdasarkan butir pertanyaan dengan jawaban yang diberikan responden lalu diprosentasekan dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = Jumlah prosentase

∑F = Jumlah frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden

Penelitian ini menggunakan kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan. Kriteria ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa dilakukan dengan membagi rentangan. Dengan kriteria evaluasi sebagai berikut.

100% = Baik sekali > 75 % = Baik > 50 % = Cukup > 25 % = Kurang baik 0% = Tidak baik

P =

F x 100%

N


(3)

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang didapat peneliti di lapangan, dalam hal ini penerapan model pendampingan appreciative coaching dalam meningkatkan kemampuan dasar kewirausahaan, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Penerapan model appreciative coaching sangat efektif dilaksanakan warga belajar PKBM Al-Islah Jakarta-Pusat karena sebagai berikut:

a. Pada tahap definition fasilitaror mempersiapkan pra pendampingan dengan topik-topik yang relevan sesuai kebutuhan belajar warga belajar,

b. Pada tahap discovery warga belajar mengemukakan pengalaman-pengalamannya sebagai sumber belajar untuk belajar dan membelajarkan kepada warga belajar lainnya.

c. Pada tahap dream warga belajar mampu merumuskan usaha sederhana dan menuangkan suatu usaha yang sesuai dengan pengalaman dan kapasitasnya sebagai wirausaha pemula.

d. Pada tahap design warga belajar mulai melakukan proses pembelajaran kewirausahaan dengan merancang usaha dengan rasa percaya diri dan menjalankan usaha yang terintegrasi dengan keberaksaraannya.

e. Pada tahap destiny fasilitator dan warga belajar mampu merefleksikan capaian pembelajaran kewirausahaan secara aplikatif

2. Bahwa terjadi peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan dalam penerapan model appreciative coaching. Peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan nilai rata - rata uji pemahaman materi pada pre test sebesar 58, pada post test terjadi kenaikan mencapai 78,5.


(4)

86

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

3. Adapun temuan lapangan yang yang menarik pada proses pendampingan antara lain:

a. Warga belajar bersikap apresiatif. Hal ini dikarenakan menurut warga belajar model appreciative coaching merupakan hal baru. Warga belajar tertarik dengan pola pendampinngan karena sesuai dengan karakteristik orang dewasa.

b. Motivasi belajar para warga belajar meningkat, hal ini dikarenakan warga belajar mampu menggali dan mengembangkan potensi dirinya untuk dijadikan sumber belajar sesame warga belajar keaksaraan usaha mandiri.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan dalam penerapan model appreciative coaching adalah sebagai berikut.

Bagi warga belajar

1. Perlunya koordinasi antara peserta pendampingan dengan fasilitator untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang optimal, sehingga mampu meminimalisir kekurangan yang terjadi selama pembelajaran.

2. Peserta pendampingan yang memiliki keterbatasan untuk mengupayakan kemampuannya dalam proses pendampingan sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Bagi Fasilitator

1. Fasilitator selayaknya menganggap peserta pendampingan sebagai subyek belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta pendampingan akan lebih variatif. Hal ini disebabkan peserta pendampingan akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI.

1. Diadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam lingkup pembelajaran yang lain.

2. Perlu dirancang suatu desain pembelajaran serupa yang mampu menjawab kebutuhan belajar masyarakat.


(5)

87

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Djuju, Sudjana. (2004). Wawasan,Sejarah dan Konsep Pendidikan Nonformal, Bandung: Falah Production.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Metode Pembelajaran Konstruktif,

Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Masyrakat. (2010). Acuan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.

Fakhruddin Arbah. (2002). Bahan Ajar Mata Kuliah Andragogi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Hosfiar, Hervy Hosfiar. (2008). Naskah BP3LS Metodologi Belajar Orang Dewasa, Jakarta: BP3LS.

Holliday, Micki. (1992). Coaching, Mentoring, and Managing. California: Corwin Press.

Johnson, Elain B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press.

Leonard, David C. (2002). Learning theories, California: Greenwood publishing group.

LPPM.(2001). Kamus Manajemen, Jakarta:LPPM.

Mark K. Smith. (1996). Self Directed,. (http://www.infed.org/self-direction/) Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Santyasa, I Wayan Santyasa. (2007). Makalah Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Suprijanto. (2008). Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara.


(6)

88

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Stratton, Robyn. (2010). Encyclopedia of Distributed Learning. London :Sage Publications, Inc. 2004.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Surabaya: Prestasi Pustaka.

http://bataviase.co.id/node/475131 Kasus Data Perilku Remaja. (2 Agustus 2013). http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Fungsi

dan Manfaat Media Pembelajaran. (13 September 2013).

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Pengertian cd, interaktif, cd interaktif. (1 Oktober 2013).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Jakarta : Transmedia. 2007.)

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.(2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.. Jakarta : Balai Pustaka.


Dokumen yang terkait

Peran program keaksaraan fungsional dalam mempertahankan kemampuan aksara warga belajar di PKBM saraga lekas insan mandiri Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

0 3 81

PENGARUH KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MINAT BELAJAR WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM ASUHAN AYAH BUNDA KOTA BINJA.

0 2 24

PENYELENGGARAAN PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR: Studi Deskriptif Pada Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) Di PKBM Tunas Harapan Subang.

0 6 32

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS POTENSI LOKAL DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DI KABUPATEN KARAWANG.

0 1 67

MOTIVASI BELAJAR WARGA KELOMPOK KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PERSADA BANTUL.

2 3 215

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM CANDIREJO CANDEN, JETIS, BANTUL.

0 10 239

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (STUDI KAJIAN DI PKBM HANDAYANI, KABUPATEN BANJARNEGARA).

0 1 210

UPAYA TUTOR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM MANDIRI KRETEK BANTUL.

4 38 162

PERANAN TUTOR DALAM PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN USAHA WARGA BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DI PKBM INGIN WASIS TEMON WETAN KULON PROGO YOGYAKARTA.

0 6 298

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (DI PKBM HANDAYANI, DESA RAKITECAMATAN RAKITABUPATEN BANJARNEGARA)

0 0 76