DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM CANDIREJO CANDEN, JETIS, BANTUL.

(1)

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM CANDIREJO

CANDEN, JETIS, BANTUL, YOGYAKARYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Lailatul Mubarokah NIM.12102241008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

 Hari kemarin adalah pengalaman maka perbaikilah kesalahan, hari esok adalah impian maka persiapkanlah dengan apa yang menjadi tujuan

 “sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Terjemahan Q.S. Alam Nasyrah: 6-7)


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah karya saya sendiri dan dengan rahmad Allah SWT dan penuh dengan rasa syukur yang dalam, karya ini saya persembahkan pada:

1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberiku ilmu dan pengalaman

2. Nusa, Bangsa, dan Agama

3. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak Anwari dan Ibu Siti Masrichah yang memberikan dukungan penuh dan doa-doanya.


(7)

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM CANDIREJO CANDEN, JETIS, BANTUL

Oleh Lailatul Mubarokah NIM 12102241008 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak keaksaraan usaha mandiri dalam perkembangan kewirausahaan katering di PKBM Candirejo secara ekonomi dan sosial, serta faktor pendukung dan penghambat warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian yaitu warga belajar lulusan keaksaraan usaha mandiri tahun 2014. Pembuktian keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan metode. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) dampak keaksaraan usaha mandiri secara ekonomi adalah meningkatkan kegiatan berwirausaha, meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga, peningkatan kemampuan menabung, peningkatan kesejahteraan ekonomi. 2) dampak keaksaraan usaha mandiri secara sosial adalah peningkatan status sosial, peningkatan relasi, peningkatan kepercayaan diri. 3) faktor pendukung dalam mengimplementasikan hasil belajar adalah memiliki bekal keterampilan, dukungan keluarga, tuntutan kebutuhan, ketersediaan potensi lokal. Faktor penghambat dalam mengimplementasikan hasil belajar adalah modal terbatas dan keterbatasan mitra usaha.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Dampak Keaksaraan Usaha Mandiri Dalam Perkembangan

Kewirausahaan Katering Warga Belajar di PKBM Candirejo Canden Jetis,

Bantul”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan atau uluran tangan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itulah pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Hiryanto M. Si selaku Dosen Pembimbing sekripsi dalam penulisan skripsi, atas kesabaran dan bimbingannya kepada penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pegetahuan.

6. Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Anwari dan Ibu Siti Masrichah terima kasih atas doa, kasih sayang, Kakak-kakakku tercinta mbak Niswah, Mas Arifin,


(9)

Mas Tahdin dan adikku Zidan. Sehingga tercapainya cita-citaku dan pengorbanan yang tak terhingga.

7. PKBM Candirejo beserta pengelola yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan skripsi.

8. Warga belajar dan masyarakat sekitar PKBM Candirejo yang telah memberikan bantuan kepada penulis, serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

9. Teman-teman seperjuanganku PLS 2012, terimakasih telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Intan, Diah Ayu, Afri, Ambar, Risca, Citra, Lina, Ayu, Atun, Kusnul, yang telah memberiku semangat yang luar biasa.

11. Kepada Mas Toni yang selalu memberikan semangat sehingga terselesaikan sekripsi ini.

Yogyakarta, Oktober 2016 Penulis,

Lailatul Mubarokah NIM 12102241008


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 11

1. Pendidikan nonformal ... 11

2. Keaksaraan usaha Mandiri ... 14

3. Dampak Program... 17

4. Warga Belajar ... 20

5. PKBM ... 21

6. Pemberdayaan ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 24


(11)

D. Pertanyaan Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

C. Subyek Penelitian ... 36

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 42

G. Keabsahan Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil PKBM ... 46

1. Sejarah PKBM Candirejo ... 46

2. Program PKBM Candirejo... 46

3. Visi Misi Lembaga ... 47

4. Tujuan Lembaga ... 48

B. Deskripsi Data Penelitian ... 48

1. Penyelenggaraan Program ... 48

2. Dampak KUM ... 62

3. Faktor Pendorong dan Penghambat ... 73

C. Pembahasan ... 79

1. Penyelenggaraan Program ... 79

2. Dampak KUM ... 82

3. Faktor Pendorong dan Penghambat ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 90

2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kerangka Berfikir ... 30

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data... 41

Tabel 3. Karakteristik Warga Belajar ... 52

Tabel 4. Jadwal Penyelenggaraan ... 53


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Gambaran Umum PKBM ... 96

Lampiran 2. Catatan wawancara... 100

Lampiran 3. Catatan Lapangan ... 154

Lampiran 4. Reduksi ... 203


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah sebuah dampak dari jumlah penduduk yang pesat dan dengan tidak meratanya pembangunan daerah. Data dari BPS Yogyakarta, Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk yang tinggal di wilayah DIY mencapai 3.457.491 jiwa, dengan komposisi 49,43 persen laki-laki dan 50,57 persen perempuan yang tersebar di lima kabupaten/kota. Jumlah penduduk DIY semakin bertambah setiap tahun dengan laju pertumbuhan yang berfluktuasi, namun masih cukup terkendali. Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 mencatat jumlah penduduk DIY sebanyak 2,49 juta jiwa dan terus meningkat menjadi 3,46 juta jiwa di tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk yang tercepat selama empat dekade terakhir terjadi di Kabupaten Sleman dan Bantul. Selama periode 2000-2010 kedua daerah ini memiliki laju pertumbuhan penduduk per tahun masing-masing sebesar 1,92 persen dan 1,55 persen (www.bps.go.id: Yogyakarta: 2 Desember 2015).

BPS Yogyakarta menyatakan Angka Melek Huruf (AMH) menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pendidikan di masa lampau yang sekaligus mencerminkan kualitas pencapaian stok modal manusia di suatu wilayah. Indikator ini menggambarkan tingkat kecerdasan dan kemampuan dasar penduduk suatu wilayah dalam berkomunikasi baik secara lisan (verbal) dan secara tertulis maupun kemampuan untuk menyerap informasi dari berbagai media. AMH diukur dari proporsi penduduk 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis


(15)

sebuah kalimat sederhana baik dalam huruf latin maupun huruf lainnya. Perkembangan AMH di DIY selama periode 2003-2013 menunjukkan pola yang semakin meningkat. Pada tahun 2003, AMH tercatat sebesar 85,75 persen dan secara bertahap meningkat hingga menjadi 92,86 persen di tahun 2013(www. bps.go.id: Yogyakarta: 2 Desember 2015). Hal ini berarti sebanyak 93 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas telah memiliki kemampuan baca tulis, sementara sisanya sebesar 7 persen masih berstatus buta huruf (tidak memiliki kemampuan baca tulis). Kusnadi (2013:64) mengatakan bahwa:

“Lebih dari 90% penduduk pada waktu itu menderita buta aksara. Hingga akhir tahun 2009 populasi buta aksara masih sekitar 8,7 juta atau 5,35 dari penduduk berusia 15 tahun. Dari jumlah tersebut sebagian besar berusia diatas 45 tahun dan 645 diantaranya perempuan”

Baskara Aji mengatakan pada survei sosial dan ekonomi nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) 2003-2013, jumlah buta aksara di DIY mencapai 7,14 persen penduduk, di usia 15 hingga 59 tahun. Sedangkan berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 terdapat 66.076 orang buta aksara usia 15 hingga 59 tahun.(koran republika online, 2 Januari 2016). Mereka mengalami ketimpangan ekonomi dan sosial serta tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Salah satu alternatif untuk mendorong kelompok-kelompok buta aksara agar teribat dalam proses pembangunan adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan keaksaraan merupakan upaya mendidik rakyat agar mereka lebih bertanggungjawab. Dengan kata lain pendidikan keaksaraan adalah untuk menumbuhkan dan mendorong kelompok-kelompok buta aksara agar secara ekonomi dan sosial lebih aktif dalam proses pembangunan. Peningkatan pelayanan pendidikan keaksaraan akan


(16)

membuat kelompok-kelompok buta aksara mempunyai kemampuan untuk menguasai pengetahuan berkomunikasi, belajar untuk hidup, serta berproduksi.

Pendidikan keaksaraan merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan nonformal di Indonesia yang harus terus dikembangkan dalam rangka menurunkan angka buta huruf. Program ini selain memenuhi amanat Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang-Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, juga merupakan komitmen bersama masyarakat internasional melalui Menteri Pendidikan. Masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar pada umumnya sulit keluar dari jerat kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu, setiap warga masyarakat paca pendidikan keaksaraan dasar perlu memiliki kesempatan untuk memelihara dan mengembangkan kemampuan sebagai upaya peningkatan kualitas diri dan kehidupannya. Dengan kata lain, setiap warga masyarakat perlu memiliki kompetensi keaksaraan tertentu yang dapat membantu dirinya untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Untuk meningkatkan kualitas diri dalam diri warga belajar keaksaraan dasar maka diadakannya program lanjutan yaitu program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), tujuan utamanya untuk meningkatkan keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Program ini tidak hanya untuk memberantas buta huruf namun juga untuk memberikan pengetahuan tentang membuat usaha. Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri juga bertujuan untuk memfasilitasi penyelenggaraan program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri yang diselenggarakan oleh


(17)

lembaga/organisasi yang memenuhi syarat yang ditentukan, sehingga warga belajar yang telah mengikuti program pendidikan keaksaraan dasar (pasca program) atau telah mencapai kompetensi keaksaraan dasar atau masyarakat yang berpendidikan keaksaraan rendah, dapat memiliki akses untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilannya.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Candirejo merupakan salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan nonformal di Kabupaten Bantul yang mewadai berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat. Program pendidikan yang dilaksanakan di PKBM Candirejo salah satunya adalah pendidikan keaksaraan usaha mandiri (KUM) yang dirancang untuk memberikan kemampuan atau katerampilan dasar usaha yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata pencaharian yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan warga belajar, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai salah satu upaya penguatan keaksaraan sekaligus pementasan kemiskinan. Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Candirejo dipadukan dengan pendidikan keterampilan membuat usaha katering dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di lingkungan masyarakat. Warga belajar yang mengikuti program keaksaraan usaha mandiri adalah lulusan program keaksaraan dasar.

Program KUM ini memberikan pengaruh besar kepada warga belajarnya untuk mereka belajar melakukan usaha dan menjadi seorang wirausahawan. Dalam kenyataannya kewirausahaan sangat diperlukan di negara maju. Negara


(18)

yang maju memiliki masyarakat yang sadar tentang kewirausahaan dan mampu menjalankannya.

Kewirausahaan, menurut ejaan Bahasa Indonesia, kewirausahaan terdiri dari beberapa suku kata, yaitu Ke-wirausaha- an, istilah Wirausaha adalah : seseorang yang mampu melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut untuk memulai suatu bisnis yang baru atau kemampuan setiap orang untuk menangkap setiap peluang usaha, dan dimanfaatkanya sebagai lahan usaha, atau bisnis dan seluruh waktunya dicurahkan untuk menemukan peluang-peluang bisnis. Wirausaha adalah jalan pekerjaan seseorang yang dijalankan dengan kemungkinan memperoleh keuntungan dan kemungkinan memperoleh kerugian yang tak terhingga berdasarkan skala kualitas seseorang tersebut, sehingga untuk melangkah berwirausaha diperlukan pribadi-pribadi tangguh, pribadi pantang menyerah, percaya diri, kemampuan mental-emosional dan kemampuan membaca peluang. (Alfianto Agus, 3 Januari 2016 ).

Kemampuan berwirausaha didasari atas sebuah kepentingan membaca peluang untuk pengembangan sebuah usaha, tersedianya cukup waktu untuk mengimprofisasikan kreativitas usahanya, dan dorongan yang kuat dalam menguasai pasar. Dalam rangka untuk menciptakan wirausha-wirausaha baru KUM berperan penting di dalam pelaksanaan menciptakan wirausaha, dengan adanya program KUM yang tidak hanya belajar membaca, menulis dan berhitung (Calistung) juga belajar tentang bagaimana membuat usaha mandiri. Seperti di lembaga PKBM dan SKB yang memiliki program KUM ini telah menciptakan wirausahawan baru dari lulusan program KUM. Dengan memberikan ilmu pengetahuan juga memberikan modal kepada warga belajar sehingga setelah lulus dapat mendirikan suatu usaha.

Namun tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan karena kenyataannya hanya beberapa kelompok lulusan KUM yang mampu mendirikan sebuah usaha dengan mandiri. Sebagian setelah diberikan bekal dan dana mereka


(19)

hanya melakukan usaha sekali setelah dana habis warga belajar kembali ke rutinitas awal yang sebagian besar adalah buruh tani. Seperti di Lembaga PKBM di Bantul banyak yang telah merintis usaha namun juga banyak yang berhenti dan menjadi buruh. Dibutuhkan pendidik yang giat dan yang mampu menyadarkan warga belajar sehingga dalam pelaksanaan program KUM dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Warga belajar program keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo sebelum mengikuti program merupakan masyarakat miskin akibat ketimpangan sosial dan ekonomi. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan mengakibatkan rendahnya kesadaran mengelola sumber daya alam sehingga kesejahteraan ekonomi rendah. Secara ekonomi sebagian warga belajar bermata pencaharian sebagai ibu rumah tangga, petani dan buruh dengan pendapatan rata-rata yang rendah. Sedangkan secara sosial, warga belajar merasa rendah diri, kurang percaya diri, kurang berpendidikan dan minder dalam bersosialisasi. Dalam penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri, ada kekhawatiran bahwa program ini akan bernasib sama dengan program-program keaksaraan lain yang diluncurkan pemerintah tetapi keberhasilannya meragukan. Pengalaman program yang gagal, tentunya akan berimbas bagi keberlangsungan program itu sendiri.

Kelompok ini telah menempuh pendidikan keaksaraan sejak tahun 2014 akhir pada setiap periodenya di akhir tahun yang kini telah menjadi sekelompok usaha mandiri yang membuat usaha ketering. Kumpulan usaha ketering ini memiliki anggota 10 orang, 8 diantaranya masih berusia produktif. Usaha yang telah dilakukan selama ini belum memiliki hasil yang maksimal karena keterbatasan


(20)

ilmu pengetahuan. Keterbatasan ilmu pengetahuan tentang pemasaran produk membuat produk belum dikenal banyak orang. Selain itu kemitraan yang dimiliki belum meluas karena keadaan biaya dan kurangnya pengetahuan teknologi membuat kumpulan usaha ketering ini hanya dapat terdengar dari mulut ke mulut. Tanggung jawab PKBM sebagai lembaga penyelenggara tidak hanya berhenti setelah warga belajar mengikuti ujian dan dinyatakan lulus, melainkan tetap malakukan pendampingan pasca program selesai. Pendampingan tersebut antara lain berupa pendampingan teknis oleh pamong belajar kepada kelompok usaha mandiri, layanan konsultasi kepada warga belajar apabila menemui kendala dalam kegiatan praktik atau pemasaran, memberikan motivasi dengan tujuan memberikan semangat warga belajar. Program keaksaraan usaha mandiri sampai saat ini belum menunjukkan dampak yang jelas bagi warga belajar belajar baik segi ekonomi maupun sosial. Program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo belum ada data mengenai berhsil atau tidaknya PKBM dalam menyelenggarakan program. Dengan demikian perlu pengkajian yang dapat mengungkap realita dan jawaban atas kekhawatiran tersebut yang terkait dengan penyelenggaraan program KUM dilihat dari outcomes pembelajaran, sikap, dan manfaat program. Pada penelitian ini ditekankan pada dampak penyelenggaraan program KUM bagi warga belajar dari aspek ekonomi dan sosial.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:


(21)

1. Pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga mengakibatkan banyaknya masyarakat miskin

2. Masih adanyanya penyandang buta aksara di Yogyakarta 3. Belum diketahui dampak KUM dalam perkembangan usaha

4. Belum diketahui factor pendorong dan penghambat terlaksananya usaha ketering

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang luas mengenai pelaksanaan program keaksaraan. Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan materi yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dengan mengambil penelitian mengenai dampak dan perubahan pembelajaran keaksaraan usaha mandiri secara ekonomi dan sosial. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, pembatasan masalah skripsi yang akan kami teliti dan bahas yang berjudul “DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BAGI WARGA BELAJAR DI PKBM CANDIREJO CANDEN, JETIS, BANTUL, YOGYAKARYA” dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak sosial dan ekonomi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat bagi warga belajar dalam keaksaraan usaha mandiri?


(22)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian. Secara umum tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan yang terjadi setelah terlaksana KUM sampai dengan perkembangan memiliki usaha ketering dan jahe merah instan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dampak penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar di PKBM Candirejo secara ekonomi dan sosial

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar

F. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat Penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Praktis

a. Bagi penyelenggara program dan pengurus PKBM, diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang brarti dalam upaya pengembangan layanan agar mutu pendidikan dan dampak yang dihasilkan menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan

b. Bagi masyarakat, diharapakan dapat menjadi sarana penyebarluasan informasi mengenai fungsi, peran serta kegiatan yang dialaksanakan di PKBM. Selain itu masyarakat diharapkan mampu mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh PKBM


(23)

c. Bagi peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana belajar dalam mengungkapkan permasalahan, penyusunan laporan karya ilmiah dan mengetahui dampak penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan nonformal terutama dampak penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri yang diharapkan dapat menjadi pedoman teoritis dalam melakukan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di tempat lain.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Tentang Pendidikan nonformal

Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikann nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal terjadi secara hierarkis, struktur, berjenjang dan terdapat studi akademik secara umum. Pendidikan nonformal terjadi secara terorganisasi dan tidak sistematis, tetapi hal tersebut berarti penting dalam proses pembentukan kepribadian.

Pendidikan nonformal mencangkup aktivitas pendidikan atau pembelajran yang terorganisasi di luar pendidikan formal. Pendidikan merujuk pada proses membantu kelompok peserta didik untuk belajar. Program pembelajaran pendidikan nonformal diselenggarakan secara terencana untuk melayani dan memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Marzuki (2010:136) menyebutkan terdapat empat konsep dasar dalam pendidikan nonformal, sebagai berikut:

a. Pendidikan sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya atau orang lain selama hidup. Pendidikan seharusnya dapat mencakup sebagai kecakapan yang diperlukan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

b. Kebutuhan belajar minimum yang esensial. Yang dimaksud dengan kebutuhan belajar adalah sesuatu yang harus diketahui dan dapat dikerjakan oleh anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, sebelum mereka merasa bertanggungjawab sebagai orang dewasa.

c. Proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat transisi memerlukan layanan pendidikan guna membantu pertumbuhan individu secara efektif


(25)

d. Peran pendidikan dalam pengembangan pedesaan. Tujuan pembangunan pedesaan berkembang bersama peningkatan produksi dan pendapatan, pemerataan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, land reform, kesehatan yang baik, nutrisi dan perumahan bagi penduduk, perluasan pendidikan bagi semua, memeperkuat sarana lokal bagi pemerintahan sendiri dan koperasi, penghapusan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan sosial.

Pendidikan nonformal memiliki program yang fleksibel. Hal tersebut ditandai dengan adanya beberapa program dan menjadi tanggungjawab berbagai pihak baik pemerintah, swasta, perorangan atau kelompok. Pengendalian dan pengawasan secara terpusat dilakukan sesederhana mungkin. Otonomi dikembangkan pada tingkat peaksanaan program dan daerah sehingga dapat mendorong program yang bercorak ragam yang sesuai dengan keragaman daerah., dan perubahan atau pengembangan program yang disesuaikan dengan perubahan kelompok belajar dan perkembangan lingkungan. Dengan demikian program pendidikan yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan cepat diketahui dan dapat segera dimodifikasi atau diakhiri. Pendidikan nonformal terdiri dari beberapa ranah pendidikan yang salah satunya yaitu pendidikan keaksaraan. Pendidikan keaksaraan terbagi menjadi tiga kelompok pendidikan yaitu pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan fungsional dan pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Keaksaraan usaha mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata pencaharian Program keaksaraan usaha mandiri diharapkan dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui upaya pemberian kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermatapencaharian.


(26)

3. Kajian tentang Keaksaraan usaha Mandiri a. Pengertian Pendidikan Keaksaraan

Penduduk buta aksara sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat pendapatan rendah atau banyak pengangguran. Ketertinggalan penduduk tersebut dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental pembaharuan dan pembangunan diakibatkan kemampuan keaksaraan yang dimiliki tidak memadai. Pendidikan keaksaraan sangat dibutuhkan masyarakat yang tertinggal dan belum mengenyam pendidikan dasar. Upaya pemberian pendidikan keaksaraan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.

Pendidikan keaksaraan merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan mengembangkan kemampuan calistung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan (Sudjana, 2004: 43). Pendidikan keaksaraan tidak hanya membelajarkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung tetapi pemanfaatan hasil belajar untuk kehidupannya. Pendidikan keaksaraan terdiri dari keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan usaha mandiri.

b. Pengertian Keaksaraan Usaha Mandiri

Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan bagi warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas warga belajar, baik secara perorangan maupun kelompok sehinggga diharapkan dapat memiliki mata


(27)

pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya (Dikmas,2010: 54).

Keaksaraan usaha mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata pencaharian yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok sebagai salah satu upaya penguatan keaksaraan sekaligus pengentasan kemiskinan.

Pendidikan keaksaraan usaha mandiri merupakan lanjutan dari keaksaraan dasar yang dimaksudkan untuk memberikan penguatan keberaksaraan agar warga belajar yang sudah mengikuti pendidikan keaksaraan dasar tidak kembali buta aksara, dengan penekanan peningkatan keterampilan atau berusaha (kewirausahaan), sehingga dapat memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Sebelum program keaksaraan usaha mandiri dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan program keaksaraan dasar. Program keaksaraan dasar dilakukan untuk memberantas buta aksara. Kemudian program keaksaraan usaha mandiri muncul untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan keaksaraan. Program kelanjutan diperlukan bagi aksarawan baru tersebut karena kecenderungan para aksarawan baru atau penduduk dewasa yang berkeaksaraan rendah dapat kembali buta aksara jika kemampuan keaksaraan tidak dipergunakan secara fungsional dan berkelanjutan (Kemendibut, 2012: 5).

Dari beberapa pernyataan di atas maka Keaksaraan Usaha mandiri adalah kemampuan meningkatkan keberaksaraan dan meningkatkan keterampilan yang


(28)

dimiliki atau yang belum memiliki keterampilan sehingga dapat memiliki usaha dan dapat meningkatkan taraf hidup seseorang atau kelompok.

c. Tujuan program Keaksaraan Usaha Mandiri

Program keakaraan usaha mandiri merupakan upaya penguatan keaksaraan sekaligus sebagai salah satu saran untuk membantu warga belajar untuk berwirausaha. Tujuan Program KUM, sebagai berikut:

1) Meningkatkan partisipasi penduduk berusia 15 tahun ke atas, dengan prioritas usia 15-59 tahun yang berkeaksaraan rendah dalam mengikuti kegiatan KUM.

2) Meningkatkan keberdayaan penduduk usia 15 tahun ke atas yang beraksaraan rendah melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta berusaha secara mandiri.

3) Memelihara dan melestarikan tingkat keberaksaraan melalui kegiatan ragam-keaksaraan (Kemendikbut, 2012: 6)

Sebagai salah satu program yang melayani pendidikan masyarakat, terdapat beberapa hasil yang diharapkan setelah peserta mengikuti program tersebut, sebagai berikut:

1) Meningkatkan partisipasi penduduk berusia 15 tahun ke atas, dengan prioritas usia 15-59 tahun yang berkeaksaraan rendah dalam mengikuti kegiatan keaksaraan usaha mandiri.

2) Meningkatkan keberdayaan penduduk usia 15 tahun ke atas yang beraksaraan rendah melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta berusaha secara mandiri.

3) Terpelihara dan terlestarinya tingkat keberaksaraan penduduk melalui kegiatan multi-keaksaraan.

Indikator keberhasilan keaksaraan usaha mandiri

1) Minimal 80% peserta didik memperoleh STSB (Surat Tanda Selesai Belajar).

2) Minimal 80% peserta didik mampu meningkatkan kompetensi mendengarkan, berbicara, menulis, dan berhitung dalam Bahasa Indonesia, serta berketerampilan dasar berwira usaha sesuai dengan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK) (Kemendikbud, 2012: 7).


(29)

d. Penyelenggaraan Program Keaksaraan Usaha Mandiri

Untuk dapat menyelenggarakan program KUM dengan baik dan sesui dengan yang disebutkan dalam petunjuk pelaksanaan program KUM, lembaga penyelenggaraan seharusnya melalui beberapa tahapan dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan KUM, terdapat tahap-tahapan mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan. Pada tahap persiapan yang dialakukan adalah melakukan penyiapan rencana dan jadwal kegiatan yang dituangkan dalam acuan pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan sosialaisasi dan dikoordinasi pelaksanaan kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan merupakan tahapan kegiatan tersebut dilakukan. Dalam tahap pelaksanaan hal yang dilakukan oleh penyelenggara, sebagai berikut: (1) mengacu pada Standar Kompetensi KUM. (2) Penyelenggara bersama tutor menentukan kelompok belajar minimal 10 warga belajar setiap kelompok. (3) Penyelenggara bersama tutor atau narasumber teknis dan warga belajar membuat kontrak belajar. (4) Tutor atau narasumber teknis dan warga belajar melaksanakan kegiatan pembelajaran atau keterampilan dasar usaha. (5) Kegiatan pembelajaran dilakukan menggunakan metode dan pendekatan belajar orang dewasa serta memanfaatkan ptensi local.

3. Tahap penilaian hasil pembelajaran. Penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran. Warga belajar yang telah dinyatakan kompetensi minimal dinyatakan lulus dan diberikan STTB (Kemendikbud, 2012: 9-10)

e. Dampak Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri

Penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri menimbulkan beberapa dampak baik positif maupun negatif. Dampak merupakan pengaruh yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh masukan dari dukungan lain.

Pengaruh dapat diukur dalam tiga aspek kehidupan yaitu pertama, peninggkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, kesehatan, pendidikan, penampilan dari dan sebagainya.


(30)

Kedua, upaya pembelajarkan orang lain baik perorangan, kelompok, dan atau komunitas. Ketiga, keikutsertaan dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat seperti partisipasi buah pikiran, tenaga, keterampilan dana atau harta benda (Sudjana, 2006: 95).

3. Kajian tentang Dampak Program a. Pengertian Dampak Program

Dampak adalah pengaruh yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan orang lain (Djuju Sudjana, 2006: 95) . Dampak merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh perilaku atau tindakan dari atau ditujukan bagi individu maupun kelompok. Menurut KBBI (2005: 234), dampak berarti benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif ataupun positif). Pembahasan tentang dampak, tidak terlepas dengan pembahasan keluaran dan pengaruh. Keluaran mencakup kuantitas lulusan disertai kualitas perbahan perilaku yang dapat memulai proses pembelajaran. Sedangkan pengaruh merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan. Pengaruh ini menurut Djuju Sudjana (2006:95) meliputi :

1) Peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, pendidikan, penampilan diri, dan sebagainya.

2) Upaya pembelajaran orang lain baik kepada perorangan, kelompok, dan atau komunitas.

3) Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga, harta benda, dan dana Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2008:3-4) mengatkan ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum “program” dapat diartikan sebagai “rencana”.


(31)

Program juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan pelaksanaannya berlangsung secara berkesinambungan. Eko (2013: 8) mengatakan terdapat 4 unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

1) Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.

2) Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya.

3) Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi nonformal bukan kegiatan individual.

4) Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian program di atas, dapat diketahui bahwa program merupakan suatu kegiatan atau rencana yang direncanakan secara terstruktur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dampak program merupakan suatu pengaruh baik pengaruh positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan atau rencana yang direncanakan secara terstruktur. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dampak positif yang dihasilkan oleh program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo untuk warga belajar di Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.

b. Dampak Ekonomi Penyelenggaraan Program Keasksaraan Usaha Mandiri

Dampak Ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian (Depdiknas, 2005: 234). Sesuatu dapat bernilai ekonomi apabila dapat menambah penghasilan atau


(32)

pendapat pekerjaan dari suatu keterampilan yang dimilikinya kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami peningkatan kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, serta kesehatan serta terjadinya keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dengan ketersediaan alat untuk memenuhi kebutuhan (Ainur, 2012: 31). Pada sudut pandang ekonomi dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakan tinggi tingkat kesejahteraannya karena semakin memenuhi kebutuhannya.

Konstribusi pendidikan keaksaraan dalam perspektif ekonomi dijelaskan oleh studi yang dilakukan Claudri pada tahun 1968 dan Fane tahun 1974 dalam Kusnadi (2005:229) yang menunjukkan adanya hubungan fungsional antara tingkat pendidikan keaksaraan dengan tingkat produktifitas hasil pertabian, serta tingkat efisiensi petani dalam pengelolaan pertanian. Berdasarkan studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan pengusaaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, diharapkan seseorang tersebut mempunyai nilai jual yang menjadikannya bernilai secara ekonomi dan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan

c. Dampak Sosial Penyelenggaraan Program Keasksaraan Usaha Mandiri Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat dan suka memperhatikan kepentingan umum seperti suka menolong dan menderma (Depdiknas, 2005:1085). Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin suatu hubungan dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lain dalam kehidupan masyarakat. Manusia tidak dapat dipisahkan dari masyarakat sebab seorang tidak akan mamapu melakukan segala aktivitasnya


(33)

sendiri tanpa adanya masyarakat. Hubungan sosial antar manusia terjadi dan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan suatu keluarga, kelompok organisasi, maupun masyarakat luas.

4. Kajian tentang Warga Belajar

“Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik” (Warsita,2008:85) .

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan” (Sudjana , 2004: 28).

“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”( Corey , 1986: 195).

“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar” (Dimyati dan Mudjiono , 1999: 297).

“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru


(34)

untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010 :17). Dari pernyataan beberapa sumber dapat di simpulkan bahwa pengertia dari Warga Belajar adalah sekelompok masyarakat yang melakukan pembelajaran dalam system pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

5. Kajian tentang PKBM

a. Pengertian PKBM

Ada beberapa definisi yang teridentifikasi tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Imam Prihadiyoko dalam Mustofa Kamil (2009: 85) menyatakan bahwa PKBM merupakan pusat seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi atau bakatnya yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) adalah satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat ( PP 17 tahun 2010). Umberto Sihombing (1999: 113), menyebutkan PKBM adalah sebuah model pelembagaan yang diartikan sebagai basis pendidikan masyarakat, dikelola secara profesional oleh LSM atau organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga masyarakat dengan mudah dapat berhubungan dengan PKBM dan meminta informasi tentang berbagai program pendidikan masyarakat, persyaratannya, dan jadwal pelaksanaannya.

Pelembagaan artinya menempatkan PKBM sebagai basis penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di tingkat operasional (desa/kelurahan). Program pendidikan masyarakat yang selama ini terpisah-pisah dan dilaksanakan di


(35)

berbagai tempat seperti di rumah penduduk, gedung sekolah, balai desa, dan tempat lainnya serta berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, diupayakan untuk dipusatkan di PKBM.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya, UNESCO dalam Mustofa Kamil (2009: 85).

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga dengan definisi tersebut, PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atau keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana, dan potensi yang ada di sekitar lingkungannya (desa dan kota), agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup.

b.Tujuan dan Tugas-tugas PKBM

Ada tiga tujuan penting dalam rangka pendirian dan pengembangan PKBM: (a) memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya), (b) meningkatkan


(36)

kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi, (c) meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya sehingga mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut. Sihombing (1999: 116) menyebutkan, bahwa tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat, untuk sebesar-besarnya pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

6. Kajian tentang Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan atau kekuasaan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris.

Dalam pendapat lain pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan (Totok, 2015:61).

Pemberdayaan dapat bermakna bermacam-macam dan dilakukan dengan berbagai cara menurut kondisi masyarakat masing-masing. Menurut berbagai pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan merupakan upaya pemberian kekuatan kepada seseorang agar dapat melakukan suatu tindakan yang membawa perubahan bagi dirinya. Memberikan kekuatan bagi diri seseorang


(37)

untuk berani dalam mengembangkan diri dan menentukan nasibnya sendiri melalui pendidikan maupun melalui hal lain.

Carlzon dan Macauley mengatakan sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998 :46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan member orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakantidakanya.

Sementara Shardlow (1998 : 32) mengatakan bahwa pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Menurut Pranarka konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain (Sri Widayanti, 2012 :98).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu usaha menuju kebebasan dan untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup. Adanya pemberdayaan memberikan keleluasaan terhadap seseorang untuk mengembangakan diri sesuai dengan kehendak diri mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan dengan penelitian yang menyangkut dampak keaksaraan usaha mandiri, diantaranya sebagai berikut:


(38)

1. Hasil penelitian dari Puspita Handayani (2013) tentang :“Dampak penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri bagi warga belajar di pusat kegiatan belajar masyarakat Ngudi Makmur Desa Pengasih Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo”. Penelitian ini menjelaskan tentang dampak penyelenggara program pendidikan keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Ngudu Makmur secara ekonomi adalah meningkatkan kegiatan berwirausaha, meningkatkan pengasilan ekonomi keluarga, pemenuhan kebutuhan hidup, peningkatan kemampuan menabung, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Dampak penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar secara sosial adalah peningkatan status sosial, peningkatan partisipasi aktif warga belajar dalam organisasi masyarakat, peningkatan kepedulian sosial, peningkatan relasi, dan peningkatan kemampuan membelajarkan ilmu kepada orang lain. Faktor pendukung bagi warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar adalah: memiliki bekal keterampilan, semangat warga belajar dalam berwira usaha, dukungan keluarga dan masyarakat, tuntutan kebutuhan, peluang membuka usaha, ketersediaan potensi lokal.

2. Hasil penelitian dari Gasti Ratnawati (2012) penelitian tentang: “Output program keaksaraan usaha mandiri sebagai upaya pemberdayaan kelompok belajar keaksaraan Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing Kota Malang. Penelitian ini menjelaskan tentang output program KUM sebagai upaya pemberdayaan kelompok belajar keaksaaan. Hasil penelitian menunjukkan


(39)

bahwa output program terhadap keterampilan beraksara adalah, warga belajar dapat menuliskan kata serapan dengan pengejaan huruf yang benar, warga belajar memahami cara menghitung satuan masa , dan pengetahuan warga belajar bertambah. Output program KUM terhadap peningkatan secara langsung karena warga belajar belum menerapkan sebagai pekerjaan utama, kegiatan produksi kue basah dilakukan dalam skala kecil. Kendala yang dihadapi untuk memproduksi secara besar adalah pemasaran kepada konsumen secara langsung yang sulit, modal yang diberikan belum mampu untuk dipergunakan sebagai biaya produksi, alat-alat yang dimiliki belum memadai karena warga belajar belum berani membeli peralatan tersebut dengan harga yang cukup mahal, dan biaya yang dikeluarkan tidak seimbang dengan harga jual. Penyelenggara dan fasilitator berusaha membantu, misalnya memesan kue jika ada acara pengajian, dijual ke teman-teman, dan dikonsumsi sendiri. Fasilitator mencari tempat untuk pemasaran, namun belum diterima berbagai alasan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Syahrani tahun 2013 mengenai “Dampak Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) Terhadap Peningkatan Pendapatan Warga Belajar (Studi Kajian di PKBM Handayani, Kabupaten Banjarnegara)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program keaksaraan usaha mandiri dilakukan dengan tahapan perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi dimana pasca program keaksaraan usaha mandiri (KUM) di PKBM Handayani memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan warga belajar, tetapi dampak yang diperoleh belum signifikan


(40)

dalam meningkatkan pendapatan sehari-hari seluruh warga belajar kelompok Al-Ahsan yang berjumlah 10 (sepuluh) warga belajar, hanya 6 (enam) warga belajar atau 60 % dari jumlah warga belajar yang mengungkapkan bahwa keadaan ekonomi mereka ada perbedaan, sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan KUM. Dampak dari program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) terhadap peningkatan pendapatan warga belajar tidak hanya berupa uang yang jumlah 36 yang meningkatkan dari sebelum dan sesudah mengikuti program tetapi berpengaruh besar terhadap kesejahteraan keluarga, yaitu: a) adanya perubahan pemenuhan kebutuhan pokok pangan sehari-hari; b) akses kepemilikan rumah dan terpenuhinya kebutuhan sandang; dan c) kepemilikan barang berupa perhiasan, kendaraan, serta tabungan. Penelitian ini hanya mengkaji dampak program pada peningkatan ekonomi, dan pendapatan keluarga. Sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan tidak hanya mengkaji pada aspek ekonomi saja namun mengkaji dampak program pada kemampuan akademik, sosial, ekonomi, dan personal pada sasaran program yaitu kaum perempuan. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan mengkaji lebih dalam mengenai dampak program dari empat aspek/kecakapan.

4. Hasil penelitian dari Shobichatul Aminah (2014) tentang : ”Peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Dalam Pembelajaran Sekelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Pedukuhan Kali Tengah Kidul Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini menjelaskan tentang peran, pemberdayaan yang dilakukan, dan damapak pemberdayaan


(41)

bagi masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa (1) Peran PSM dalam pemberdayaan KUBE adalah PSM sebagai pendorong atau penggerak pemberdayaan KUBE, pendamping soaial, mitra pemerintah, dan sejawat masyarakat serta memantau kegiatan kesejahteraan sosial;(2) pemberdayaan dimulai dari pembentukan kepercayaan, membengun kesepakatan, membentuk tim, identifikasi dan mobile sumber, peningkatan kapasitas kelembagaan, perencanaan, saluran bantuan, pengawasan, pencatatan keberhasilan serta kegagalan;(3) Dampak masyarakat sebagai anggota KUBE adalah hasil penjualan sapi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat menjadi mandiri da memiliki penghasilan, pertukaran ilmu saat diskusi dan penghasilan tiap bulan. Factor penghambat dalam pelaksanaan adalah sulit memberikan penjelasan kepada anggota KUBE, perbedaan pendapat antar anggota, sulit mencari makanan sapi ketika musim kemarau, kurangnya pengetahuan tentang standar kandang untuk pemnafaatan kotoran sapid an kesehatan sapai, masih ada erupsi kecil dari Merapi. Sedang fakor pendukung dalam pemberdayaan ini adalah kondisi lingkungan yang strategis untuk beternak sapid an pemantauan yang intensif dari PSM.

C. Kerangka Berpikir

Berbagai masalah persebaran penduduk yang tidak merata, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan pengangguran adalah contoh permasalahan yang sedang dihadapi di Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut maka kementrian pendidikan dan kebudayaan melaksanakan pendidikan keaksaraan dan keaksaraan


(42)

usaha mandiri di berbagai jalur, jenis, dan jenjang. Pendidikan keaksaraan usaha mandiri pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan keberdayaan penduduk pasca keaksaraan agar tidak kembali mengalami buta aksara melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta berusaha secara mandiri.

Seperti halnya di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang salah satunya melaksanakan pendidikan keaksaraan usaha mandiri. PKBM sebagai penyelenggara program pendidikan usaha mandiri berupaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan warga belajar di bidang tertentu sesuai dengan potensi lingkungan yang ada di sekitar mayarakat sehingga memiliki bekal dan kemampuan untuk melakukan suatu usaha secara mandiri dalam rangka meningkatan taraf hidupnya.

Warga belajar keaksaraan usaha mandiri memiliki latar belakang pendidikan dan kesadaran yang rendah. Oleh karena itu, tanggung jawab lembaga PKBM tidak berhenti setelah warga belajar selesai mengikuti program dan telah memiliki STSB, melainkan pendampingan pasca kelulusan hingga mereka mandiri. Namun dalam kenyataannya, banyak banyak yang tidak sesuai dengan pedoman. Dengan demikian, program keaksaraan usaha mandiri perlu diteliti untuk melihat sejauh mana keberhasilan penyelenggaraan dilihat dari dampak program KUM bagi warga belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak program keaksaraan usaha mandiri terhadap perkembangan kewirausahaan ketering warga belajar ditinjau dari aspek ekonomi dan sosial. Selain itu juga mengetahui faktor penghambat dan


(43)

pendukung bagi warga belajar dalam mengimplementasikan hasil program pendidikan keaksaraan usaha mandiri.

Tabel 1. Kerangka berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Bagaimana keadaan ekonomi warga belajar sebelum mengikuti KUM? 2. Bagaimana keadaan sosial warga belajar sebelum mengikuti KUM?

Analisis masalah 1. Persebaran pembengunan yang tidak merata 2. Masih banayak penyandang buta huruf

3. Masyarakat miskin, pengangguran, keterbelakangan dan kebodohan 4. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan

Keaksaraan Usaha Mandiri

1. Pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung) 2. Pembelajaran keterampilan dasar usaha dan keterampilan

produktif

Keluaran (Output) 1. Kuantitas (jumlah lulusan)

2. Kualitas (kemampuan calistung, dan berwirausaha ketering)

Dampak (outcome) 1. Dampak ekonomi ( peningkatan taraf hidup)

2. Dampak sosial (keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat)


(44)

3. Bagaimana latar belakang warga belajar KUM?

4. Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan warga belajar?

5. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan sebagai upaya pelaksanaan KUM?

6. Mengapa warga belajar mengikuti program KUM?

7. Apa aktivitas atau pekerjaan warga belajar sebelum mengikuti KUM? 8. Bagaimana proses perekrutan warga belajar?

9. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program KUM di PKBM Candirejo ?

10.Apakah ada keterlibatan masyarakat dalam proses kegiatan KUM?

11.Bagaimana peran Tutor dan pengelola dalam mendorong masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan program KUM?

12.Bagaimana dampak program KUM secara ekonomi dan sosial? 13.Adakah keinginan warga belajar untuk melakukan usaha lain?

14.Bagaimana cara tutor untuk memberikan motivasi kepada warga belajar untuk meningkatkan usaha catering?

15.Apa sajakah faktor pendukung warga belajar dalam pelaksanaan kewirausahaan ketering?

16.Apa sajakah faktor penghambat warga belajar dalam pelaksanaan kewirausahaan ketering?

17.Apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan KUM?

18.Adakah perubahan ekonomi yang terjadi sebelum adanya pembelajaran dan setelah adanya pembelajaran?


(45)

19.Adakah perubahan sosial yang terjadi sebelum adanya pembelajaran dan setelah adanya pembelajaran?


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penedekatan kualitatif, Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012: 4) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.

Penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Sugiyono, 2011: 15). Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2012: 4). Penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka melainkan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Untuk memperoleh infomasi dan data yang akurat, maka peneliti berusaha untuk tidak merubah suasana pada lokasi penelitian, juga tidak akan mempengaruhi kondisi responden.

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, artinya suatu penelitian yang menggambarkan/melukiskan suatu peristiwa untuk diambil kesimpulannya secara umum, oleh karena itu penelitian ini hanya berusaha untuk memfokuskan pada gambaran pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dengan memusatkan perhatian pada permasalahan yang


(47)

tengah dihadapi dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dan kemudian dianalisis secara akurat dan sistematis, sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang dihadapi (Suharsimi Arikunto, 1993: 291).

Penelitian ini merupakan bentuk penelitan deskriptif kualitatif karena bermaksud membuat deskripsi atau keterangan secara sistematik tentang data yang ada di lapangan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau peilaku yang diamati pada proses pembelajaran pada program KUM di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Candirejo.

Penelitian deskriptif kualitatif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis melainkan hanya dengan cara data yang diperoleh disajikan melalui ungkapan verbal yang dapat menggambarkan sebagaimana kondisi yang sebenarnya.

Alat pengumpul data yang utama adalah peneliti sendiri dengan memilih dan menentukan informasi dengan menggunakan pengamatan dan wawancara, di samping itu peneliti harus mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungan tempat responden, sehingga dapat mengumpulkan data yang beraneka ragam.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yaitu mulai tanggal 9 Februari sampai dengan 30 Agustus 2016. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


(48)

1. Waktu

a. Tahap pengumpulan data awal, yaitu observasi awal untuk mengetahui suasana tempat, program-program lanjutan KUM yang dilaksanakan, wawancara formal pada obyek penelitian.

b. Tahap penyusunan proposal penelitian. Dalam tahapan ini dilakukan penyusunan proposal dari data-data yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal.

c. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan ijin untuk penelitian ke PKBM Candirejo.

d. Tahap pengumpulan data, dan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah didapat dan dilakukan analisis data untuk pengorganisasian data, tabulasi data, prosentase data, interpretasi data dan penyimpulan data.

e. Tahap penyusunan. Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh data dari hasil penelitian yang didapat, selanjutnya disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian.

2. Tempat

Lokasi penelitian ini adalah PKBM Candirejo yang beralamatkan di Dusun Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Penelitian memfokuskan pengamatan pada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program, guna mengetahui aktivitas subyek penelitian meliputi kegiatan masyarakat di dalam program KUM.


(49)

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang dijadikan sebagai sumber data adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang terdiri dari key informan dan informan biasa. Dalam penelitian ini informan ditentukan secara purposive sampling yang dilakukan secara sengaja dan juga tidak dipersoalkan tentang ukuran dan jumlahnya. Spradley yang dikutip dan dijelaskan dalam Burhan Bungin (2012: 54-55) menentukan kriteria informan atau subjek penelitian pada penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau bidang kajian peneliti.

2. Subjek penelitian terlibat penuh dalam kegiatan bidang tersebut.

3. Subjek penelitian mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi. 4. Subjek penelitian dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dipersiapkan terlebih dahulu.

5. Subjek penelitian yang sebelumnya tergolong masih asing dengan penelitian berfungsi sebagai guru baru bagi peneliti.

Subyek penelitian adalah benda, orang, yang melekat dan dipermasalahkan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 106) subyek merupakan sumber dari mana data diperoleh. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif bukan merupakan pilihan jumlah yang mewakili populasinya, tetapi pengambilan sampel tersebut bersifat selektif di mana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap lebih mengetahui partisipasi masyarakat secara mendalam sehingga dapat


(50)

adalah penyelenggara : (1) ketua PKBM, (2) koordinator KUM, (3) tutor, dan masyarakat : (1) tokoh masyarakat, (2) warga belajar, (3) masyarakat umum yang tinggal di sekitar PKBM Candirejo yang mempunyai keterlibatan secara aktif maupun pasif dalam pelaksanaan program KUM.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling uatama dalam penelitian, karena tujuan utamanya dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknikpengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan menyelidiki kejadian, gerak atau proses yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010:272). Observasi dilakukan untuk mencari data dan informasi yang diperlakukan melalui pengamatan. Sugiyono (2010: 203) mengatakan observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mendiskripsikan fenomena yang berupa perestiwa dan


(51)

aktivitas sosial melalui pengamatan. Menurut Tohirin (2012:62), terdapat beberapa alasan memanfaatkan observasi (pengamatan) dalam penelitian kualitatif:

a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

c. Bisa menghindari kekeliruan dan bias karena kurang mampu mengingat data hasil wawancara.

d. Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. e. Dalam kondisi tertentu di mana teknik lain tidak memungkinkan,

pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Metode pengumpulan data ini mampu menghimpun informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai dampak program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo. Program pendidikan kecakapan hidup memberikan bekal kemampuan yang meliputi kemampuan sosial, akademik, personal, dan vokasional.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2012: 186). Wawancara digunakan sebagai teknik


(52)

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2010:194) Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2010:194) mengatkan anggapan yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah:

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Sarosa (2012:45) berpendapat wawancara tidak menggali data yang faktual (kecuali dari diri sang partisipan). Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan partisipan terhadap suatu hal. Apa yang diucapkan oleh partisipan belum tentu dipahami oleh peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semitruktur yaitu jenis wawancara yang termasuk dalam kategori in-depth interview yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lebih terbuka. Peneliti meminta pihak yang diwawancarai untuk menyampaikan pendapat dan gagasan yang dimilikinya mengenai dampak program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo. Selain itu, peneliti juga menanyakan informasi-informasi yang berkaitan dengan program-program pendidikan kecakapan hidup tersebut secara detail kepada sumber data (informan) agar data yang diperoleh lengkap dan jelas.


(53)

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis atau catatan peristiwa yang telah berlalu. Sedangkan dokumentasi merupakan kegiatan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201). Dokumentasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan orang lain. Dokumen digunakan sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2012:217). Sedangkan menurut Sugiyono (2010:329), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen terdiri atas dua macam yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi (Tohirin, 2012: 68).

a. Dokumen pribadi, seperti buku harian yang dibuat oleh subjek yang diteliti, surat pribadi yang dibuat dan diterima oleh subjek yang diteliti dan otobiografi, yaitu riwayat hidup yang dibuat sendiri oleh subjek penelitian atau informasi penelitian.

b. Dokumen resmi, seperti Surat Keputusan (SK) dan surat-surat resmi lainnya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh data tambahan mengenai dampak program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo yang sebelumnya menggunakan metode wawancara dan observasi untuk memperoleh datanya.


(54)

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu dengan mencari informasi melalui foto, materi, karya seseorang, dan buku tamu atau daftar hadir peserta. Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan informasi yang ingin diperoleh dan sumber informasi untuk memperoleh data tersebut.

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

NO. Aspek Sumber Data

Teknik Pengumpulan

Data

1. Keadaan ekonomi dan sosial warga belajar sebelum mengikuti KUM Pengelola PKBM Tutor Warga Belajar Mayarakat sekitar Wawancara Dokumentasi

2. Penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri

Pengelola PKBM Tutor Warga Belajar Masyarakat sekitar Wawancara Dokumentasi

3. Dampak penyelenggaraan program KUM kepada warga belajar Pengelola PKBM Tutor Warga Belajar Masyarakat sekitar Observasi Wawancara Dokumentasi 4.

Faktor pendukung dan

penghambat bagi warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar Pengelola PKBM Tutor Warga Belajar Wawancara


(55)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau disebut juga dengan alat pengumpul data diperlukan sebagai alat pendukung bagi peneliti dalam pengumpulan data. Suharsimi Arikunto (1999: 150) mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini, peneliti terjun secara langsung dalam pengambilan data dengan menggunakan teknik pengamatan untuk mendapatkan data murni di lapangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka instrumen penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang dibantu dengan pedoman sederhana dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Pedoman tersebut meliputi panduan wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi. Peneliti mencatat segala aspek perilaku masyarakat adalam ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Selain pedoman observasi, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara, wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data yang sesungguhnya tentang pendidik dan pengelola dan memberitahukan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat untuk ikut serta dalam seluruh pelaksanaan program KUM.

F. Teknik Analisis Data

Moleong (2012 :248) menjelaskan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa saja yang penting dan apa saja yang


(56)

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Artinya data yang diperoleh dalam penelitian dilaporkan apa adanya kemudian diintepretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan. Dalam penelitian ini kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperoleh dari tutor, warga belajar program KUM di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Candirejo, terkait dengan proses pembelajaran yang kemudian dilanjutkan dengan intepretasi dari jawaban-jawaban yang diperoleh. Adapun tahap-tahap teknik analisis data yang dilakukan meliputi:

1. Display

Display data dalam penelitian kualitatif yang berupa uraian deskriptif yang panjang akan sukar dipahami dan menjemukan untuk dibahas, maka diusahakan penyajian data secara sederhana tetapi kebutuhannya dapat terjamin.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh yang berbentuk uraian dan berjumlah besar akan menyulitkan dalam analisis maka perlu direduksi, dirangkum, dan dipilih yang penting disusun secara sistematis, ditonjolkan pokok-pokok sehingga memberi gambaran yang jelas.

3. Kesimpulan

Kesimpulan yaitu memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang sedang diteliti. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan dengan lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.


(57)

G. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Menurut William dalam Sugiyono (2010: 372) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Tohirin (2012:77) menjelaskan, penggunaan metode triangulasi telah membantu peneliti menangani masalah yang timbul dalam kebenaran konstruk karena melalui berbagai bahan bukti dapat menyediakan berbagai ukuran terhadap fenomena yang sama.

Moleong (2012:330) mengatkan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

2. Triangulasi metode, menurut Patton (1987) dalam Moleong (2012:331) terdapat dua strategi yaitu: a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi peneliti, memanfaatkan peneliti lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.


(58)

4. Triangulasi teori, maksudnya membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan oleh para pakar.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2010: 373). Data dalam penelitian kualitatif dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber yang ada. Dasar pertimbangannya adalah bahwa untuk memperoleh satu informasi dari satu responden perlu diadakan cross cek antara informasi yang satu dengan informasi yang lain sehingga akan diperoleh informasi yang benar-benar valid. Informasi yang diperoleh diusahakan dari nara sumber yang betul-betul mengetahui permasalahan dalam penelitian ini.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil PKBM

1. Sejarah PKBM Candirejo

Berdasarkan hasil wawancara dari pengelola PKBM Candirejo dalam sejarah berdirinya PKBM Candirejo berawal dari tahun tahun 1997 Dusun Canden mengalami krisis pendidikan dan banyak pengangguran. Dalam suatu perbincangan wakil masyarakat yaitu Bapak Drs. Badiman dengan Bapak Lurah Dusun Canden maka diusulkanlah pendirian suatu lembaga untuk membantu kesejahteraan masyarkat dari pendidikan dan mata pencaharian. Lembaga yang didirikan adalah lembaga PKBM dengan diberi nama PKBM Candirejo yang terletak di Dusun Canden, Jetis, Bantul yang diresmikan pada tahun 1999 oleh Bapak Lurah Canden Bapak Subagio dan Bapak Drs. Badiman yang menjabat sebagai kepala PKBM Candirejo. Luas bangunan yang digunakan untuk mendirikan PKBM adalah 90 m2.

2. Program-program yang diselenggarakan PKBM Candirejo

a) Pendidikan Kesetaraan. Pendidikan kesetaraan dimulai dari tahun 2000, dengan program pendidikan kesetaraan paket A setara SD dan paket C setra SMA. PKBM Candirejo dalam program pendidikan kesetaraan paket A telah meluluskan sebanyak 292 siswa dan program keaksaraan paket C telah meluluskan 304 siswa sampai dengan tahun 2016 Pendidikan Keaksaraan. b) Pendidikan Keaksaraan Fungsional yang dimulai dari tahun 2001 yang telah


(60)

c) Keaksaraan usaha mandiri yang dimulai sejak tahun 2010

d) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD telah berdiri sejak PKBM mulai dirintis yaitu tahun 1999, program anak usia dini sampai tahun 2016 telah meluluskan 320 siswa.

e) Pendidikan Pemberdayaan Perempuan. Program pemberdayaan perempuan dimulai dari tahun 2005 dengan membentuk suatu kelompok dengan kriteria tertentu dan diberikan pembelajaran keterampilan. Sampai tahun 2016 PKBM Candirejo telah memiliki 114 alumni dari pendidikan pemberdayaan perempuan.

f) Dinniyah adalah kegiatan kajian Al-Qur’an. Program dinniyah dimulai dari tahun 2007, dan telah meluluskan 93 siswa. (Hasil dokumentasi di PKBM Candirejo)

3. Visi dan Misi Lembaga a) Visi

Terwujudnya manusia yang berakhlak mulia, terampil, mandiri, berkarakter, berwawasan, berwirausaha, dan berkepribadian.

b) Misi

1) Mengembangkan sikap dan perilaku melalui pengamalan agama 2) Mengembangkan budaya berwirausaha, terampil, mandiri, jujur 3) Menciptakan lingkungan sehat, bersih, rapi dan aman

4) Menciptakan pembelajaran yang rukun, damai, kekeluargaan, aktif, kreatif dan menyenangkan


(61)

5) Membudayakan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun). (Hasil dokumentasi di PKBM Candirejo)

4. Tujuan Lembaga dan Sasaran Lembaga PKBM Candirejo a) Tujuan Lembaga PKBM Candirejo

1) Menguasai ilmu dasar baca, tulis, hitung dan ketrampilan

2) Mengamalkan ajaran pendidikan dalam berwirausaha menjadi pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar

3) Membina kerukunan hidup sesama warga

4) Menjadikan PKBM yang diminati masyarakat. (Hasil dokumentasi di PKBM Candirejo)

b) Sasaran Lembaga PKBM Candirejo

Sasaran lembaga PKBM Candirejo cukup luas karena masuk ke pelosok-pelosok di Desa Canden. Kriteria sasaran program pendidikan yang dilaksanakan di PKBM Candirejo adalah masyarakat Desa Canden dan sekitar yang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. (Hasil dokumentasi di PKBM Candirejo)

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Candirejo

Penyelenggraan program pendidikan keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo pada tahun 2014 telah dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2014. Program ini secara umum telah dilaksanakan dengan Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Penyelenggaraan Keaksaraan Dasar dan Keaksaraan


(62)

Usaha Mandiri tahun 2014 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Derektorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Latar belakang pelaksanaan penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri yaitu sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan keaksaraan agar tidak buta aksara kembali serta mengembangkat keterampilan lokal.

Penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri dibagi menjadi tiga yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran atau evaluasi. Di bawah ini akan di uraikan hal-hal pokok penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri di PKBM Candirejo dari hasil penelitian di lapangan.

a. Persiapan

Sebelum pelaksanaan keaksaraan usaha mandiri dilaksanakan harus dilakukan persiapan. Persiapan perencanaan program merupakan kegiatan penting dalam menunjang keberhasilan suatu program. Persiapan dilakukan sebelum proses pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan dapat mencapai tujuan atau indicator yang sudah ditentukan sebelumnya. Kegiatan persiapan meliputi :

1) Penyelenggaraan melakukan verifikasi calon tutor dan pelatih serta peserta didik, tutor bersama penyelenggara melakukan identifikasi kebutuhan berdasarkan minat potensi peserta didik serta potensi lokal yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai usaha.

Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu “ YW” selaku pengelula PKBM dan Koordinator pendidikan KUM PKBM Candirejo :


(1)

10.Usaha apa yang dilakukan anda setelah mengikuti program KUM ? J “Katering makanan ringan dan makanan

berat. katering ini sudah memiliki pelanggan tetap mbak di kelurahan, selain itu juga sudah pernah di pesen untuk mantenan (pernikahan), selain itu juga snek-snek juga sudah banyak mbk alhamdulillah, untuk penghasilannya ya lumayan mbak”.

“Katering makanan ringan dan makanan berat. katering ini sudah memiliki pelanggan tetap mbak di kelurahan, selain itu juga sudah pernah di pesen untuk mantenan (pernikahan), selain itu juga snek-snek juga sudah banyak alhamdulillah, untuk penghasilannya ya lumayan mbak”.

Usaha yang dirintis dan dikembangkan oleh warga belajar adalah usaha katering

N “ Usaha Katering makanan ringan dan

makanan berat.”. “ Usaha Katering makanan ringan dan makanan berat.”. S “ Usaha mengolah makanan ringan dan

makanan berat hasil pertanian”. “ Usaha mengolah makanan ringan dan makanan berat hasil pertanian”. T “ Katering mengolah makanan ringan

dan makanan berat”. “ Katering mengolah makanan ringan dan makanan berat”.

11.Apa saja faktor pendukung warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar ? J “dukungan dari suami saya, memasak

sudah menjadi kebiasaan seorang wanita”.

“dukungan dari suami, memasak sudah

menjadi kebiasaan seorang wanita”. Faktor keluarga,memiliki pendukung keterampilan, yaitu dan semangat yang luar biasa dari diri warga belajar

N “pendukungnya ya karena memang dasarnya kebanyakan anggota sudah memiliki keterampilan memasak mbak,

“pendukungnya ya karena memang dasarnya kebanyakan anggota sudah memiliki keterampilan memasak, apalagi


(2)

apalagi kita ini kan perempuan yang

sudah tiap hari didapur masak”. kita ini kan perempuan yang sudah tiap hari didapur masak”. S “dari keluarga mendukung penuh mbak

selain itu juga untuk tambahan pendapatan saya untuk membantu suami”.

“dari keluarga mendukung penuh selain itu juga untuk tambahan pendapatan saya untuk membantu suami”.

T “Pendukungnya karena kami memang butuh keterampilan untuk mendapatkan uang juga kebanyakan sudah bisa memasak”.

“Pendukungnya karena kami memang butuh keterampilan untuk mendapatkan uang juga kebanyakan sudah bisa memasak”.

12.Apa saja faktor penghambat warga belajar dalam mengimplementasikan hasil belajar ? J ”uangnya yang kurang untuk beli

peralatan lagi, nek ada pesanan ya iuran sek buat beli bahan”.

”uangnya yang kurang untuk beli peralatan lagi, nek ada pesanan ya iuran sek buat beli bahan”.

Faktor penghambat yaitu kurangnya modal dan keterbatasan mitra usaha


(3)

besar kami minta DP dulu mbak. selain itu hambatannya itu wawasannya tidak luas mbak usahanya itu, jadi ya belum banyak yang tau tentang katering saya, hanya beberapa itu juga dari mulut kemulut”.

mbak. selain itu hambatannya itu wawasannya tidak luas mbak usahanya itu, jadi ya belum banyak yang tau tentang katering saya, hanya beberapa itu juga dari mulut kemulut”.

S Penghambatnya kurangnya modal yang diberi dai PKBM mbak, kami iuran mbak jika ada pesanan sama belum mengenal katering dari kami, kateringnya yang tahu yo warga sekitar dan belum memiliki kerjasama dengan yang lain"

Penghambatnya kurangnya modal yang diberi dai PKBM mbak, kami iuran mbak jika ada pesanan sama belum mengenal katering dari kami, kateringnya yang tahu yo warga sekitar dan belum memiliki kerjasama dengan yang lain"

T “Penghambatnya kurangnya pengetahuan mbak jadi menurut saya masakan yang di buat kurang lengkap juga masih bodo mbak dereng saget komputer-komputer”.

“Penghambatnya kurangnya pengetahuan jadi masakan yang di buat kurang lengkap juga masih bodo mbak dereng saget komputer-komputer”.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MINAT BELAJAR WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM ASUHAN AYAH BUNDA KOTA BINJA.

0 2 24

PENYELENGGARAAN PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP BERWIRAUSAHA WARGA BELAJAR: Studi Deskriptif Pada Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) Di PKBM Tunas Harapan Subang.

0 6 32

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT.

0 2 35

MOTIVASI BELAJAR WARGA KELOMPOK KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PERSADA BANTUL.

2 3 215

STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM)DI PKBM KYAI SURATMAN KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL.

0 5 149

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (STUDI KAJIAN DI PKBM HANDAYANI, KABUPATEN BANJARNEGARA).

0 1 210

UPAYA TUTOR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM MANDIRI KRETEK BANTUL.

4 38 162

PERANAN TUTOR DALAM PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN USAHA WARGA BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DI PKBM INGIN WASIS TEMON WETAN KULON PROGO YOGYAKARTA.

0 6 298

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI BERBASIS KETERAMPILAN MEMBUAT KUE DONAT DI PKBM BINA SEKAR MELATI BANTUL.

0 0 138

DAMPAK PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN WARGA BELAJAR (DI PKBM HANDAYANI, DESA RAKITECAMATAN RAKITABUPATEN BANJARNEGARA)

0 0 76