EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI.

(1)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1. Karakteristik Olahraga Prestasi

Istilah olahraga prestasi atau olahraga kompetitif, seperti tercantum dalam UU No. 3 Tahun 2005, sesuai dengan sifatnya memperlihatkan beberapa ciri olahraga modern yang menekankan karakteristik seperti paparan Guttmann (1978, 1988: dalam Coacley dan Dunning (ed), 2006:250) meliputi struktur formal, seperti sekulerisme, persamaan hak, rasionalisasi, spesifikasi, birokratisasi, kuantifikasi dan perjuangan untuk mengejar rekor. Selanjutnya sekulerisme, seperti pernyataan Coakley dan Dunning (ed.) ( 2006 : 253) berarti meniadakan pengaruh kekuatan Illahi di balik yang riil, hanya menekankan upaya manusia. Persamaan hak atau equality berarti membuka kesempatan bagi semua orang tanpa pandang bulu masalah asal usul, suku bangsa, ras, atau status sosial dan gender sehingga terbuka peluang bagi semua orang ke arah perubahan mobilitas sosial ke arah vertikal, seperti peningkatan pendidikan dan status ekonomi. Rasionalisasi, maksudnya adalah bahwa olahraga terorganisasi dan terlembaga, yang tersusun dalam aneka bentuk lengkap dengan peraturan, misalnya alat yang digunakan dan ketentuan permainan serta sanksi bagi pelaku, agar ketetapan tersebut dilaksanakan, yang diawasi oleh organsiasi yang bersangkutan.

Terkait dengan karakteristik struktur formal organisasi olahraga, birokra-tisasi merupakan ciri penting olahraga modern, seperti diperlihatkan oleh


(2)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

International Olympic Committe (IOC,), komite olahraga indonesia (KOI) atau federasi olahraga internasional misalnya FIFA yang dilengkapi dengan statuta, struktur organisasi dan kewenangan yang ketat untuk mengontrol atau menjatuh-kan sanksi bagi organisasi di bawahnya seperti kasus PSSI akhir-akhir ini.

Sementara itu spesifikasi dalam olahraga terwujud berupa kekhasan cabang olahraga, dan bahkan nomor-nomor yang dipertandingkan atau diperlombakan. Selanjutnya kuantifikasi merupakan satu ciri yang sangat menonjol dalam bentuk prestasi atau performa serba teramati dan terukur secara numerik seperti terkandung dalam istilah “Messen” dalam bahasa Jerman atau “measure” dalam bahasa Inggris (Guttman, 2004; dalam Coakley dan Dunning, (ed), 2006: 250).

Dalam kaitannya dengan karakteristik olahraga modern tersebut, filosof olahraga Hans Lenk cenderung menyarankan interpretasi asal usul olahraga modern, atau “achievement sport”, yakni cabang-cabang olahraga yang prestasi-nya menjangkau jauh dibalik yang dicapai kini dan selanjutprestasi-nya”measured comparisons and are closey connected to the scientific experimental atittudes of modern West.” (Lenk, 1972; dalam Coakley dan Dunning, (ed), 2006: 256). Pengejaran dan penciptaan rekor dengan perbandingan prestasi antaratlet atau antarwaktu menyebabkan upaya tersebut seolah tanpa henti dan tanpa limit, bergerak maju dalam sebuah pencarian. Karakteristik ini rupanya sangat cocok dengan “theory of progress” yang diutarakan oleh Ullmann, 1971; dalam Coakley dan Dunning, (ed), 2006 : 250). Bila tercipta sebuah rekor olahraga, berikutnya terkandung sebuah potensi, yaitu munculnya rekor baru.


(3)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bila diurut ke belakang ungkapan filsafat Progress yang diajukan pertama oleh Anne Robert Turgot (Solzhenitsyn, 1996; dalam Gardels, (ed.), 1996) merujuk kepada kemajuan ekonomi, yang pada gilirannya, menurut Solzhenitsyn, menyebabkan “ a general modification of human temperament.” Optimisme pada filsafat progress ini dalam olahraga prestasi, tersimpul dalam ikhtiar penciptaan rekor demi rekor, yang pada dasarnya merupakan perjuangan untuk “mengakali” batas kemampuan biologik manusia melalui dukungan iptek dan penelitian olahraga. Penggunaan doping dan jenisnya seperti steroid yang marak di kalangan atlet bina raga, angkat besi dan berat dan cabang lain. Misalnya, merupakan bentuk ikhtiar tanpa moral, sebuah pelecehan terhadap harkat manusia sebagai sebuah kesisteman yang sangat sempurna (perfect).

Manakala kita simak dengan cermat beberapa karakteristik olahraga modern tersebut, nilai yang terkandung di dalamnya adalah „meritokrasi‟ yang menekankan prestasi pribadi tanpa bantuan, sokongan atau sikap memihak dari yang lain. Lebih lanjut, karakteristik olahraga modern, tak terkecuali cabang angkat besi atau berat misalnya kian kompleks. Selain bersifat mendunia atau global karena pengaruh “revolusi dalam transportasi dan teknologi komunikasi” (Guttmann, 1978; dalam Coakley dan Dunning, (ed), 2006 : 251), motif partisi-pasi individu dan kelompok masyarakat dalam olahraga juga berubah, seperti motif nasionalisme yang diungkapkan oleh Allison (1986; dalam Coakley dan Dunning, (ed), 2006:352) dalam beberapa kasus, seperti kekuatan Uni Soyet dalam olahraga sebelum runtuh, kasus Kanada dengan kebijakan pembangunan olahraga untuk persatuan nasional, atau Brasil dengan keberhasilan sepakbolanya,


(4)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

atau Cuba dengan prestasi tinju amatirnya yang menunjukkan tendensi untuk mengaitkan identitas nasional dengan tim dan prestasinya.

Meskipun tidak ada standar umum tentang bagaimana hubungan antara olahraga dan nasionalisme itu, tetapi secara empirik dan tak terbantahkan, misalnya dalam konteks PON atau kejurnas, prestasi atlet suatu daerah diinter-pretasikan oleh kelompok masyarakat setempat sebagai keberhasilan yang menjadi prestise daerah, dan bahkan secara politis diakui sebagai keberhasilan pemerintah daerah. Dalam konteks yang lebih luas misalnya, keberhasilan Cina dalam Olympiade Beijing 2008 dapat dipandang sebagai metamorfosis kekuatan Cina sebagai kekuatan baru dalam olahraga internasional (misalnya dalam Lutan, 2010: 2494) atau di Indonesia sendiri dalam bungkus visi olahraga sebagai alat bagi “nation and character building”, olahraga merupakan bagian dari platform politik semasa pemerintahan Bung Karno tahun 1960-an (Lutan, 2003:82).

Semakin kompleks karakteristik olahraga modern bila disimak kutipan dari tulisan Coakley (1998, dalam Maguire, et,al, 2002 : 121) di bawah ini.

“Sport have never been so pervasive and influential in the lives of people as they are in many socities today, and never before have physical activities and games been so closely linked to profit making, character building, patriotism, and personal health. Organised sports in the United States have become a combination of business, entertainment, education, moral taining, masculinity, ritual, technology transfer, declaration of identity, and endorsements of allegiance to countries and corporate sponsor”.

Kutipan di atas menggambarkan “watak” olahraga sebagai sebuah konglo -merasi sifat, dan kemudian penjabarannya, bergantung pada pembuat kebijakan dan pelakunya, ke arah mana pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat luas yang dirasakan mendesak.


(5)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari sudut pandang pengembangan keolahragaan nasional sangat jelas bahwa tantangan yang dihadapi para pendidik bidang pendidikan jasmani dan pembina olahraga sangat kompleks, sehingga dibutuhkan dua hal utama. Pertama, setiap kajian membutuhkan sebuah paradigma penelitian yang mengarah kepada pengintegrasian sub-sub disiplin ilmu keolahragaan serta ilmu-ilmu sosial-humaniti lainnya. Kedua, proses pembinaan olahraga harus dibangun di atas landasan yang kokoh, berpegang pada tumbuhnya sebuah kesisteman yang sehat dan berorientasi jangka panjang, prinsip umum: 10 tahun. Landasan atau sistem itu adalah terbentuknya lembaga-lembaga pembinaan yang mampu bertahan hidup berkelanjutan.

2. Sistem Pembinaan Olahraga Prestasi

Tidak bisa diabaikan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari suatu performa diperlukan adanya Sistem Pembinaan Olahraga Nasional yang meliputi sepuluh pilar kebijakan, antara lain (1) dukungan dana (finansial), (2) lembaga olahraga terdiri dari struktur dan isi kebijakan olahraga terpadu, (3) pemasalan (landasan & partisipasi), (4) pembinaan prestasi (promosi dan identifikasi bakat), (5) elit atau prestasi top (sistem penghargaan & rasa aman), (6) fasilitas latihan, (7) pengadaan & pengembangan pelatih, (8) kompetisi nasional, (9) riset atau iptekor, dan (10) lingkungan, media dan sponsor (Lutan, 2011 dan Mutokhir, Toho Cholik 2009).

Dana atau finansial merupakan faktor yang tidak terbantahkan lagi untuk mencapai tujuan, lebih-lebih dalam olahraga prestasi yang syarat dengan berbagai kepentingan dan motivasi. Karena itu, tidak salah bila (Mock, Shultz, Shultz &


(6)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Shuckett, 1968, dalam Park & Quarterman, 2003:242) mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah ”application of skills in the manipulation, use, and control of funds”. Dengan kata lain bagaimana suatu organisasi berhubungan dengan masalah keuangan. Pada tataran global seperti dipaparkan oleh Rusli Lutan (2003:71), yaitu dari salah satu fenomena yang muncul akibat konteks globalisasi olahraga yang terjadi kecenderungan interdependensi antarbangsa dan batas politik yang kabur, yaitu “perpindahan uang dalam pola arus dana, seperti uang transfer pemain profesional”. Pada akhirnya, “dukungan dana yang mencukupi memungkinkan pembinaan dapat berlanjut secara konsisten” (Lutan, 2003:2009).

Selanjutnya, lembaga olahraga adalah organisasi yang menaunginya yang mengelola pembinaan dengan cara atau pendekatan tersendiri, sehingga pembina-an ypembina-ang dilakukpembina-an memiliki ciri ypembina-ang berbeda dengpembina-an ypembina-ang dilakukpembina-an oleh lembaga lainnya. Sebagai perbandingan, pembinaan sepakbola di Brazil, bertumpu pada klub dengan kapabilitas manajemen yang sudah berkembang dan sangat efektif untuk menghasilkan prestasi. Dalam kaitan ini pula, maka kemajuan pembinaan di satu pihak merangsang tumbuhnya spesialisasi, seperti keahlian profesional sesuai kebutuhan sepak bola di Brazil. Misalnya, ahli fisioterapi sudah merupakan kebutuhan mutlak pada setiap klub, sehingga mereka bekerja tidak lagi sambilan karena hobi, tetapi sudah merupakan profesi (Lutan, 2003:178).

Pemasalan. Merupakan cara untuk mempertahankan eksistensi dan kesinambungan pembinaan, terutama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat


(7)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam olahraga dan kemampuan multilateral pada tahap anak usia dini, kemudian spesialisasi kecabangan pada usia remaja, dan selanjutnya mencapai prestasi puncak (Harsono, 1988; Bompa, 1990). Model pemasalan setiap cabang olahraga atau klub berbeda tergantung tujuan yang ingin dicapai dan strategi yang diterapkan.

Pembinaan prestasi (promosi dan identifikasi bakat), secara berlanjut dan berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan yaitu, beban lebih, individual, reversibility, variasi, dan beban bertambah (Bompa, 1990; Harsono, 1988). Dalam hubungan Olahraga, Kebijakan dan Politik, Sebuah Analisis, Lutan (2003:179) mengatakan bahwa “pembinaan usia dini dan yunior melalui penjenjangan usia perlu digiatkan berdasarkan kaidah pelatihan ilmiah dan dukungan iptek olahraga tepat guna, disesuaikan dengan kondisi ekonomi di Indonesia. Club, lembaga olahraga atau apapun namanya didirikan bukan untuk waktu yang terbatas, tetapi diharapkan tetap eksis sebagai bagian yang tidak terpisahkan pada visi dan misinya club atau lembaga olahraga itu dibentuk. Karena itu, penyebar luasan tentang keberadaan club perlu diketahui oleh khalayak agar peminat untuk menjadi atlet pada cabang yang bersangkutan akan berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri. Sementara itu, agar prestasi yang dicapai tetap konsisten maka kemampuan pelatih dalam memilih calon atlet sangat dituntut sekali, apalagi bagi pelatih yang ditunjang oleh landasan iptek dan memiliki intuisi berdasarkan pengalaman sebagai seorang atlet yang berhasil. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari promosi dan sistem perekrutan pada club atau lembaga olahraga yang cukup ideal.


(8)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Elit atau prestasi top (sistem penghargaan & rasa aman). Proses pembinan yang intensif dan kompetisi atau petandingan yang diikuti cukup besar pesaingnya (competitor), bila menjadi juara tentu saja akan melahirkan seorang atlet dengan prestasi yang sungguh luar biasa atau dengan kata lain atlet top. Sebagai atlet yang memiliki catatan juara yang pesaingnya cukup tinggi adalah langka, karena itu sebagai atlet juara atau elit atlet maka perlu dilindungi dan dijaga keberadaan-nya, karena akan menjadi incaran dari klub lain, daerah lain bahkan negara lain. Bila atlet telah mencapai atau memiliki prestasi yang cukup baik, tentu saja penghargaan merupakan pilihan yang sangat tepat dan bijaksana sekali, karena selain menjadi motivasi untuk tetap semangat mengikuti latihan dan pertandingan, juga merupakan modal keamanan dan kenyamanan bagi dirinya, terutama dalam menghadapi lehidupan di masa depan. Di lain pihak, menandakan bahwa club atau lembaga olahraga itu sudah memiliki kepedulian terhadap atlet, sekaligus pula bahwa lembaga itu sudah memiliki sistem pembinaan yang profesional.

Fasilitas latihan. Ketersediaan sarana-prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan geliat dan prestasi olahraga. Tanpa adanya fasilitas yang memadai, meraih prestasi mungkin hanya sekadar mimpi (http://lampungpost.com/olahraga-aktual/23232-fasilitas-prasarana-minim-prestasi-merosot). Pada zaman yang serba canggih dan moderen seperti sekarang ini, peralatan latihan (fasilitas) bukan lagi menjadi penghalang bagi pelaksanaan latihan di club atau lembaga olahraga. Apalagi lembaga olahraga yang sudah memiliki reputasi cukup baik, karena para atlet binaannya sudah mencapai prestasi, bukan saja tingkat nasional bahkan tingkat dunia. Karena itu, segala


(9)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

macam keperluan latihan akan dibantu oleh pemerintah dan KONI, baik daerah maupun pusat.

Pengadaan & pengembangan pelatih. Bukan atlet saja yang harus diperhatikan dari segi pemasalan maupun peningkatan prestasinya, tetapi pelatih pun harus pula mendapat perhatian yang serius dari sebuah club atau lembaga olahraga agar pembinaan akan berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, aspek pengadaan dan pengembangan pelatih perlu ditata sedemian rupa sehingga keberadaan pelatih akan tetap terjaga, dan pengembangan kemampuan baik skill maupun pengetahuannya akan terus meningkat dan karir pun akan berkembang pula. Sebagai rujukan dapat mengadopsi penjenjangan pelatih dari pedoman Pusdiktar KONI Pusat (1995) tentang pengadaan dan penataran pelatih, tingkat pemula, muda, madya dan utama. Seperti Harsono (1988:7) menekankan bahwa, ”tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya”.

Kompetisi. Betapapun berat dan intensifnya latihan seorang atlet tentu tidak akan berarti apa-apa bila tidak mengikuti pertandingan atau kompetisi. Karena itu, kompetisi baik tingkat lokal, nasional lebih-lebih tingkat internasioanl merupakan sarana atau alat ukur sejauhmana para atlet dapat membuktikan kemajuan prestasinya. Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi. Demikian pula Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau


(10)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi) .

Riset atau iptekor. Kesadaran akan pentingnya riset serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang olahraga dimulai sejak tahun 1950, hal ini sesuai pernyataan Lutan (2003:76), bahwa riset sistematik, terutama pemandu-an bakat ypemandu-ang ilmiah mulai dirintis. Padahal, salah satu faktor utama ypemandu-ang memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi yang tinggi dalam olahraga dan pemahaman masalah pembinaan olahraga yang kompleks yaitu penerapan metode ilmiah. Sebagai contoh, Brazil berhasil mengembangkan prinsip pelatihan dan menerapkan iptek olahraga tepat guna, sederhana tetapi efektif, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi dan budaya (Lutan, 2003:179). Lebih lanjut Rusli Lutan menekankan bahwa,

“Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam olahraga merupakan sebuah kebutuhan sehingga iptek olahraga dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan dalam olahraga. Akan tetapi iptek tak lepas dari aspek moral, baik dalam pengembangan maupun penerapannya. Dengan mewaspadai akses iptek yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, tantangan bagi kita di Indonesia ialah bagaimana mengembangkan iptek sederhana, tetapi bermanfaat untuk memecahkan masalah pembinaan.”

Faktor lingkungan, media, dan sponsor sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan atlet. Lingkungan terutama tempat tinggal dan tempat latihan merupakan faktor yang langsung dan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan atau perkembangan anak atau siswa/atlet. Seperti ditegaskan Lutan (2005:425) bahwa “faktor lingkungan sosial-budaya yang merupakan landasan perilaku anggota masyarakat yang menyebabkan terjadinya pembedaan


(11)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesempatan dan pemanfaatan peluang yang ada untuk melakukan aktivitas jasmani”. Anggota keluarga, seperti kakak dalam suatu keluarga memberikan pengaruh terhadap pembentukan minat dan keterlibatan dalam kegiatan olahraga. Teman sepermainan juga merupakan sumber pengaruh yang potensial dalam proses sosialisasi olahraga yang dimulai di lingkungan keluarga, bahkan pelatih dan guru olahraga merupakan agen sosial yang penting yang mempengaruih keterlibatan anak dalam olahraga (Greendorfer & Lewko, 1978b, dalam Lutan, 2005:426). Media seperti dikatakan Leonard (1998, dalam Park dan Quarterman, 2003:215) bahwa, hubungan antara olahraga dan mass media digambarkan sebagai “simbiosis”. Berarti bahwa dua entitas selalu saling ketergantungan, atau

satu pihak dengan pihak yang lain saling menguntungkan.

Sedangkan sponsor sebagai faktor yang tidak bisa dianggap kecil dalam mendukung keberlangsungan dan pelaksanaan suatu kegiatan baik dalam proses pembiaan maupun pertandingan, sehingga dengan kehadiran sponsor kedua kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar.

3. Kasus Padepokan Gajah Lampung

Pembinaan di Pusat pelatihan (Padepokan) angkat besi dan angkat berat Lampung telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan dan kemajuan olahraga Indonesia, hal ini dibuktikan dengan perolehan prestasi dari para lifter cabang olahraga tersebut pada berbagai kejuaraan baik pada tingkat Asia Tenggara seperti Sea Games, kejuaran Asia dan dunia. Catatan prestasi yang pernah diraih oleh para atlet Padepokan Gajah Lampung sepanjang dasa warsa terakhir (1999-2009). Dapat didiskripsikan bahwa para lifter putra dari Padepokan


(12)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gajah Lampung yang telah meraih medali di tingkat Asia Tenggara, sebanyak 11 orang, untuk tingkat Asia sebanyak 4 orang dan Dunia sebanyak 2 orang. Dengan perincian jumlah medali emas, untuk tingkat Asia Tenggara sebanyak 24 buah, tingkat Asia sebanyak 13 buah, dan tingkat dunia sebanyak 16 buah.

Para atlet putri pun memiliki reputasi yang tidak kalah dibandingkan dengan atlet putra, terutama prestasi yang telah diukir oleh W dan SI yang telah meraih medali perunggu pada Olympiade Sydney tahun 2000 di Australia dan kejuaran internasional lainnya. Lebih jelasnya dapat digambarkan secara singkat, yang meraih medali emas di tingkat internasional sebanyak 10 orang, secara rinci yaitu tingkat Asia Tenggara 15 medali, tingkat Asia sebanyak 6 medali dan tingkat dunia 2 medali.

Prestasi yang telah dicapai para atlet tersebut diperoleh dari berbagai kejuara-an, di tingkat Asia Tenggara seperti Sea Games. Di tingkat Asia seperti Asian Games dan kejuaraan Asia baik untuk tingkat yunior maupun senior. Sedangkan untuk tingkat dunia adalah Olympiade, kejuaraan dunia (yunior dan senior) dan World Games. Selain membawa kebanggaan bagi negara pada berbagai event, juga cabang olahraga angkat besi dan angkat berat telah menjadi cabang olahraga unggulan atau prioritas utama bagi daerah Lampung dalam menghadapi kejuaraan tingkat nasional, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dan kejuaraan lainnya (Buletin Sportif, 2000: 1-4; Agenda Raker KONI Propinsi Lampung, 2004). Keberhasilan para lifter angkat besi dan angkat berat Lampung pada setiap PON dapat dijelaskan secara singkat, bahwa sebagai cabang olahraga unggulan angkat besi dan angkat berat Lampung lebih dari lima kali juara umum dalam keikut sertaannya dalam Pekan


(13)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Olahraga Nasional (PON), yakni mulai dari PON XI sampai PON XVII tahun 2008 yang lalu, dan jumlah medali emas terbanyak adalah pada PON XII tahun 1989 sebanyak 20 medali.

Prestasi para atlet Lampung tersebut menunjukkan bahwa, selain cabang olahraga angkat besi dan angkat berat telah memberi andil yang sangat besar untuk menentukan posisi Propinsi Lampung dalam keikut sertaannya di Pekan Olahraga Nasional (PON), juga telah menjadikan Propinsi Lampung sebagai Pusat Latihan Pembinaan cabang olahraga angkat besi dan angkat berat nasional. Oleh karena itu, cabang angkat besi dan angkat berat cukup menarik dan fenomenal. Menarik, karena cabang ini telah banyak menorehkan prestasi, baik regional seperti SEA Games maupun internasional seperti Asia dan Dunia. Sedangkan fenomenal, karena cabang ini hampir setiap ikut event selalu memperoleh penghargaan atau juara. Artinya, prestasi yang dicapai selalu konsisten, namun kepopulerannya sangat kurang bila dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya terutama cabang olahraga permainan.

Berdasarkan catatan di atas, ternyata prestasi yang dicapai para atlet angkat besi dan angkat berat Lampung menujukkan kemampuan yang sama antara putra maupun putri. Hal ini mengisyaratkan bahwa, perbedaan jenis kelamin (gender) tidak menjadi halangan bagi seseorang untuk berprestasi. Sementara itu ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa wanita adalah makhluk lemah, yang tidak cocok bekerja pada bidang yang dianggap keras dan berbahaya, bahkan lebih cocok bagi pria. Apalagi kegiatan olahraga seperti angkat besi dan angkat berat yang kegiatannya mengangkat beban atau besi setiap saat, yang sering kali terjadi cedera


(14)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena salah mengangkat maupun tertimpa beban, bahkan tidak mustahil terjadi cedera yang sangat fatal. Misalnya, keseleo (sprain), sobek (strain), bahkan patah tulang (fraktura).

Sebagian besar para atlet yang berprestasi tersebut bukan hanya atlet yang relatif usia muda saja, tetapi banyak juga yang telah berumah tangga yang tidak bisa dibilang muda lagi, karena mereka berusia di atas 30 tahun. Oleh karena itu, usia bukanlah faktor penyebab seseorang berprestasi atau tidak. Demikian pula bila kita amati dari segi postur tubuh, ternyata tidak semua atlet di Padepokan Gajah Lampung memiliki tinggi badan yang pendek (dibawah 150 cm), namun masih bayak pula yang tingginya di atas 160 cm, bahkan prestasi kedua kelompok sama sekali bukan faktor penentu keberhasilan dari prestasi yang mereka capai. Seperti yang selama ini diduga banyak orang bahwa, syarat untuk menjadi atlet yang berprestasi pada cabang angkat besi dan angkat berat adalah postur tubuh yang pendek dan kekar.

Dari uraian di atas tersebut, nampak sekali bahwa faktor usia, jenis kelamin dan postur tubuh bukan faktor penentu keberhasilan seorang atlet untuk mencapai prestasi, khususnya pada cabang angkat besi dan angkat berat. Faktor yang dianggap sangat besar pengaruhnya terhadap atlet angkat besi dan angkat berat adalah fisik. Dengan fisik besar atau otot-otot yang nampak kelihatan besar belum jaminan bisa mengangkat barbel secar a maksimal, demikian pula badan yang pendek maupun tinggi bukan jaminan pula bisa mengangkat barbel dengan mudah. Sedangkan faktor fisiologis yang dicerminkan dengan adanya perubahan organisme tubuh seperti perubahan tonus otot dan kepekaan syaraf mengantarkan impuls yang ditunjukan


(15)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan kemampuan seseorang seperti kekuatan, daya ledak (power) dan kelentukan dapat mempengaruhi kemampuan atlet untuk mengangkat beban secara maksimal.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai prestasi, terutama sekali dimana ia atau atlet itu berada, dan sering disebut interaksi sosial. Interaksi sosial didasarkan atas berbagai faktor “antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati” (Herimanto dan Winarno, 2010:53). Salah satu faktor yang menarik untuk dibahas dari pencapaian prestasi yang telah diukir oleh para lifter angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung adalah identifikasi. Seperti Herimanto dan Winarno jelaskan bahwa, identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Demikian pula halnya yang terjadi pada atlet pemula, bahkan para remaja yang berdomisili di sekitar Padepokan, mereka selalu berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan atlet yang sudah berhasil, terutama keinginan untuk merubah taraf hidupnya. Kondisi ini tentu saja sangat menguntungkan bagi pembinaan angkat besi dan angkat berat, terutama dalam segi promosi, karena tidak perlu melakukan upaya untuk menjaring calon atlet secara khusus, tetapi dengan banyaknya atlet yang berminat maka peluang pembinaan atlet usia muda cukup terbuka. Anjuran dari Depdiknas (2004:xiv) mengenai “Pembangunan olahraga Indonesia hakikatnya adalah suatu proses yang membuat manusia memiliki banyak akses untuk melakukan aktifitas fisik”, patut diperhatikan. Karena dengan banyaknya akses atau kesempatan yang sangat luas pada masyarakat maka terbuka pula peluang banyak orang untuk ikut terlibat dalam cabang olahraga yang bersangkutan.


(16)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keberhasilan para lifter angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung yang selama ini yang diraih dari kemenangan dan penghargaan pada berbagai event baik nasional maupun internasional yang diwujudkan berupa pekerjaan tetap, tanah atau sawah, rumah tinggal dan kendaraan. Dari sekian banyak atlet yang ada dan pernah menjadi anggota di Padepokan Gajah Lampung, tercatat sekitar 20 orang sudah memiliki tanah atau lahan pertanian, dan sekitar 20 orang pula sudah memiliki rumah tinggal yang layak, serta sekitar 13 orang telah mempunyai pekerjaan tetap (PNS), 5 orang wiraswasta dan 3 orang menjadi pelatih di daerah lain. Sedangkan yang telah memiliki kendaraan roda empat (mobil) sebanyak 12 orang, tentunya di luar sepeda motor. Keadaan ini menjadi penting untuk memicu dan pemacu bagi para atlet dan calon atlet muda yang berminat menjadi anggota di Padepokan Gajah Lampung. Hasil yang dicapai olah para atlet selama ini melalui berbagai penghargaan atau medali, mulai PON, SEA Games, Asian Games dan kejuaraan Asia, kejuaraan dunia dan Olympic Games sampai pada World Games. Penghargaan yang diterima berupa bonus atau hadiah lainnya telah merubah kehidupan sosial mereka yang semula dengan kondisi ekonomi tergolong kurang sejahtera (miskin), kini berubah menjadi lebih sejahtera. Tidaklah heran bila disinyalir “pembangunan bangsa selama ini telah dikendalikan oleh semangat kapitalisme dengan ekonomi sebagai panglima” (Depdiknas, 2004:xvi)

Keberhasilan pembinaan tersebut telah memberikan aspirasi pada pembinaan cabang olahraga lainnya, sekaligus pula telah memberikan kontribusi yang positif terhadap pembinaan olahraga secara nasional, maka tidak heran bila para petinggi organisasi olahraga nasional pun sering kali menunjukan perhatiannya untuk


(17)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mendukung pengembangan pembinaan cabang olahraga ini, bahkan tidak jarang menyarankan untuk memindahkan camp katihan ini ke tempat lain yang lebih luas dan representatif.

Pencapaian prestasi seperti itu tentu saja tidak datang dengan sendirinya tetapi melalui perjuangan dan kerja keras yang dilakukan oleh pelatih beserta atlet yang didukung pula oleh berbagai faktor, baik dari dalam dirinya (endogen) maupun faktor luar (eksogen) yang selalu mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian prestasi, hal ini seperti dikemukakan oleh Rusli Lutan dalamTeori Belajar Keterampilan Motorik; Konsep dan Penerapannya (2005:13) bahwa yang dimaksud dengan faktor endogen ialah atribut atau ciri-ciri yang melekat pada aspek fisik dan psikis seseorang seperti aspek fisik (kekuatan, kecepatan, kelentukan, koordinasi dan daya ledak (explosive power), di tambah pula oleh aspek psikis, yakni motivasi atau keinginan untuk meraih kemenangan (need achievement) di bawah tekanan (stress) atau toleransi terhadap pembebanan, dan (2) eksternal (eksogen), yakni faktor-faktor di luar individu, dan bisa dipersepsikan sebagai lingkungan tempat atlet berada atau lingkungan tempat berlatih maupun di lingkungan yang lebih umum pengertiannya seperti lingkungan fisikal-geografis, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan tradisi kegiatan yang telah melekat di suatu lingkungan masyarakat tertentu, serta orientasi dan kemampuan ekonomi keluarga. Dengan kata lain keberhasilan seorang lifter angkat besi dan berat, sesungguhnya ditentukan oleh bermacam-macam faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, tinggi badan, panjang lengan, panjang badan, panjang tungkai, kekuatan, daya ledak, kelentukan dan lingkungan sosial


(18)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mempengaruhi penampilan (performance) atlet telah dikemukakan pula oleh Bompa (1990), Stillwell dan Willgoose (1997:38), bahkan menyangkut kinerja fisik Berger (1982: 242) membaginya dalam dua kekuatan otot, yaitu kekuatan otot tinggi dan kekuatan otot rendah. Adapun faktor internal, dapat dipersepsikan sebagai kemampuan fisik, penguasaan teknik, dan taktik serta mental (Harsono, 1988 dan Bompa,1990) Sedangkan faktor yang datang dari luar (eksternal) adalah pelatih, iklim latihan, sosial, asal-usul, dan gizi. Di samping itu masih terdapat pula faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi, seperti, sarana dan prasarana yang memadai, dana, dan kebijakan.

B. Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam olahraga terhadap pembinaan prestasi angkat besi dan angkat berat ditinjau dari lingkungan sosial budaya dan peranan figur pembina serta kepemimpinan (orientasi nilai), sehingga tercipta proses pembinaan berkelanjutan?

2. Terkait dengan keberadaan LSM tersebut bagaimana pola partisipasi para atlet usia muda, serta sosialisasi cabang olahraga angkat besi dan angkat berat sejak tahap pengenalan latihan intensif dan berprestasi hingga kemudian mencapai puncak prestasi, dengan memperhitungkan peranan para atlet pendahulu sebagai model?


(19)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Sejauhmana peranan kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan pembinaan prestasi olahraga yang dilakukan oleh LSM tersebut yang berkait dengan penghargaan dan bantuan?

4. Bagaimana hubungan fungsional antara prestasi angkat besi dan angkat berat dengan faktor fisik, fisiologis, dan motivasi para atlet yang bersangkutan?

Manakala ditinjau dari faktor fisik, fisiologis, dan motivasi terhadap prestasi maka uraian pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor fisik (tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai, tinggi duduk, lingkar lengan, lemak paha), motivasi, dan faktor fisiologis (genggam kanan, genggam kiri, tarikan lengan, dorongan lengan, kekuatan tungkai, fleksibilitas, dan daya ledak (power)) terhadap prestasi secara simultan pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

2. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tinggi badan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

3. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor berat badan badan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

4. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor panjang lengan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?


(20)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor panjang tungkai (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

6. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tinggi duduk (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

7. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor lingkar lengan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

8. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor lemak paha (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

9. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor motivasi terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

10.Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor genggam kanan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

11.Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor genggam kiri (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?


(21)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tarikan lengan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

13. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor dorongan lengan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

14. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor kekuatan tungkai (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

15. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor fleksibilitas (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

16. Apakah terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara faktor daya ledak (power) (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian secara umum adalah

1. Memperoleh gambaran tentang efektivitas kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam olahraga terhadap pembinaan prestasi angkat besi dan angkat berat ditinjau dari lingkungan sosial budaya dan peranan figur pembina serta kepemimpinan (orientasi nilai) sehingga tercipta proses pembinaan berkelanjutan,


(22)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Mengidentifikasi pola partisipasi para atlet usia muda dalam angkat besi dan angkat berat sejak tahap pengenalan latihan yang intensif dan berprestasi hingga kemudian mencapai puncak prestasi, dengan memperhitungkan peranan para atlet pendahulu sebagai model (sosialisasi),

3. Mengkaji lebih jauh peranan kebijakan pemerintah daerah terhadap pelaksanaan pembinaan prestasi olahraga yang dilakukan oleh LSM tersebut yang berkait dengan penghargaan dan bantuan

4. Mengetahui bagaimana hubungan fungsional antara prestasi angkat besi dan angkat berat dengan faktor fisik, fisiologis, dan motivasi para atlet yang bersangkutan di Padepokan Gajah Lampung.

Sedangkan tujuan penelitian secara khusus bertujuan untuk:

1. Mengungkap hubungan fungsional yang signifikan antara faktor fisik (tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai, tinggi duduk, lingkar lengan, lemak paha), motivasi, dan faktor fisiologis (genggam kanan, genggam kiri, tarikan lengan, dorongan lengan, kekuatan tungkai, fleksibilitas, dan daya ledak (power)) terhadap prestasi secara simultan pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri

2. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tinggi badan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

3. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor berat badan badan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?


(23)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor panjang lengan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

5. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor panjang tungkai (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

6. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tinggi duduk (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

7. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor lingkar lengan (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

8. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor lemak paha (fisik) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

9. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor motivasi terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

10.Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor genggam kanan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?


(24)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

11.Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor genggam kiri (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

12. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor tarikan lengan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

13. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor dorongan lengan (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

14. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor kekuatan tungkai (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

15. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor fleksibilitas (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?

16. Mengkaji hubungan fungsional yang signifikan antara faktor daya ledak (power) (fisiologis) terhadap prestasi secara parsial pada atlet angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung, baik putra maupun putri ?


(25)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil kajian ini, antara lain;

1. Secara Teoritis

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama bidang-bidang (sub disiplin) yang mempengaruhi peningkatan prestasi atlet, seperti: lingkungan, sosial dan budaya, fisik, fisiologi, psikologi, manajemen, kesehatan, dan pendidikan. Semua itu merupakan bagian dari sport science yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan pembinaan olahraga, khususnya pada cabang olahraga angkat besi dan angkat berat.

2. Secara Praktis

Dari segi kepentingan praksis, sumbangan penting dari penelitian ini adalah diperolehnya gambaran tentang beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi atlet dan mengidentifikasi berbagai karakteristik suatu cabang olahraga khususnya cabang olahraga perorangan, sehingga akan sangat membantu para pembina (pelatih, pengurus) untuk meningkatkan pembinaan secara berkelanjutan, mulai tahap pengenalan latihan intensif dan berprestasi hingga kemudian mencapai puncak prestasi.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini disusun dan diuraikan menurut urutan sebagai berikut, yaitu Bab I sebagai Bab Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Disertasi.


(26)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bab II membahas Kajian Pustaka, sebagai bahan untuk memperkuat pemahaman tentang teori-teori yang mendukung permasalahan dalam penelitian disertasi. Bab II ini membahas A. Konsep Prestasi, B. Motivasi, C. Fisik (komposisi tubuh), D. Sosial, E. Fisiologis dan F.Manajemen.

Bab III menjelaskan Pendekatan Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel, Definisi Operasional dan Desain Penelitian, Prosedur Penelitian. Pengumpulan Data, validitas dan Reliabilitas Instrumen, dan Teknik Analisis Data

Bab IV tentang Hasil dan Pembahasan Penelitian, dan Bab V berupa Kesimpulan dari uraian yang dikemukakan pada bab sebelumnya, dilengkapi dengan Implikasi dan Rekomendasi sebagai pedoman dalam penelitian berikutnya. Selanjutnya Daftar Pustaka dan lampiran sebagai pendukung dan bahan bacaan kejelasan materi dalam disertasi ini.

Uraian singkat disertasi ini dapat dilihat pada abstrak yang menggambarkan secara lengkap keseluruhan isi disertasi. Selanjutnya promovendus berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(27)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

104

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan survey method. Menurut Nazir (2011:56) bahwa metode survei adalah :

Penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbanding-an-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang.

Sedangkan menurut Masri Singarimbun (2003:21), penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, penjelasan (explanatory atau confirma-tory), yaitu menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Bahkan menurut Riduwan (2011:49-50) bahwa penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (campuran) maka teknik pengumpulan data untuk kualitatif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, sedang data untuk


(28)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

105 kuantitatif melalui tes & pengukuran dan angket. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi atau regressi ganda (multiple regression). Analisis ini digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien korelasi pada setiap hubungan kausal antar variabel fisik (X1), motivasi (X2), dan

fisiologis (X3) terhadap prestasi atlet (Y). B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Camp latihan atlet angkat besi dan angkat berat Propinsi Lampung sekaligus juga tempat latihan para atlet nasional, yang disebut sebagai “Padepokan Atlet Angkat Besi Angkat Berat Gajah Lampung” berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 7 Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung. C.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif yang menjadi perhatian utamanya ada pada populasi. Oleh karena itu, dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2003:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2004:57). Pada umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet angkat besi dan angkat berat yang ada pada Padepokan Gajah Lampung, karena itu peneitian ini menggunakan seluruh atlet angkat besi dan berat yang saat ini tengah berlatih di camp tersebut (Purposive Sample).


(29)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

106 2. Sampel Penelitian

Populasi dinyatakan sebagai totalitas wilayah generalisasi, maka sampel merupakan bagian dari populasi yang secara representatif menggeneralisasikan penelitian. Oleh sebab itu penetapan sampel harus benar-benar terseleksi secara representatif agar dalam menarik kesimpulan nantinya sesuai dengan karakteristik populasi. Populasi penelitian ini adalah para atlet yang memiliki karakteristik hampir sama, yaitu atlet yang dibina dalam tempat latihan (base camp) yang dikelola secara teratur. Arikunto (2003:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2003:135) bahwa, “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitianya.”

Karena penelitian ini adalah kualitatif dan kuntitaif, maka untuk penelitian kualitatif sebagai unit analisisnya adalah Lembaga atau Padepokan Angkat Besi dan Angkat Berat Gajah Lampung, sedangkan untuk penelitian kuantitatif sebagai sampelnya adalah atlet, yang saat ini tengah berlatih di Padepokan tersebut sebanyak 47 orang (20 wanita; 27 pria).

D.Variabel, Definisi Operasional dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: a. Fisik (X1); b. Motivasi (X2); c. Fisiologis (X3); d. Prestasi (Y)


(30)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

107 2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peniliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut Masri.S mengatakan: “dari informasi tersebut akan mengetahui bagaiman caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama dilakukan (diperlukan) prosedur pengukuran baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain, adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut.

a. Motivasi berprestasi

Definisi opersional motivasi berprestasi didasarkan pada teori yang dikem-bangkan oleh David McClelland (1985), sedangkan penjabaran operasional variabel motivasi berprestasi menjadi tiga dimensi kajian, yakni dimensi kebutuhan: achievment, power, dan affiliation. (1) indikator-indikator Need for Achievmenti: (a) dorongan akan tanggung jawab: (b) berani mengAmbil resiko; (c) berprestasi yang lebih tinggi. (2) indikator-indikator Need for Affiliation: (a) berinteraksi sosial; (b) kerjasama; (c) pengakuan kemampuan; dan (d) sportivitas dalam bekerja, dan (3) indikator-indikator Need for Power: (a) pekerjaan yang menantang; (b) keamanan kerja; (c) kebebasan bekerja; (d) kepercayaan lembaga


(31)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

108 untuk berkarya; dan (e) penghargaan sesama atlet. Ketiga dimensi kajian motivasi berprestasi tersebut dikembangkan menjadi 12 indikator penelitian. Keduabelas indikator penelitian diopersionalkan menjadi 20 item kuesioner penelitian yang disusun dengan format Skala Likert.

b. Fisik (Komposisi Tubuh)

Definisi operasional fisik atau postur tubuh menurut Frank M.Verducci (1980:215-227) dapat diukur berdasarkan anthropometri dan komposisi tubuh (body composition). Sedangkan David Doherty (1996:15-45); mengemukakan bahwa untuk mengukur fisik berdasarkan antropometri, komposisi tubuh, dan kematangan, Karena angkat besi dan angkat berat memiliki karakteristik khusus maka untuk pengukuran fisik menggunakan acuan kedua ahli tersebut tetapi yang diambil hanya aspek yang dianggap sangat dominan saja, seperti berat badan, tinggi badan, panjang badan (tinggi duduk), panjang lengan, panjang tungkai, lingkar lengan, usia, dan jenis kelamin

c. Fisiologis

Definisi operasional fisiologis didasarkan pada pendapat Frank .Verducci (1980:215-227) juga dari Johnson dan Nelson (1986:60-76) dalam Practical Measurements for Evaluation in Physical Education untuk mengukur aspek fisik pada cabang olahraga angkat berat dan angkat besi meliputi kemampuan otot seperti daya ledak lengan, kekuatan lengan dan kelentukan togok.

d. Prestasi

Definisi operasional prestasi didasarkan menurut Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005, bahwa “prestasi adalah hasil upaya


(32)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

109 maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga.” Karena angkat besi dan angkat berat memiliki karakteristik sendiri, yaitu kemampuan mengangkat beban/barbel sekuat-kuatnya secara cepat (explossive power), hal ini sesuai dengan pendapat Harre (1982:10) bahwa, power adalah kemampuan seorang atlet untuk mengatasi tahanan/beban dengan suatu kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan yang utuh. Karena itu untuk mengukur prestasi atlet dalam penelitian ini adalah kemampuan mengangkat beban/barbel secara maksimal atau angkatan total pada masing-masing cabang. Sedangkan medali yang diperoleh dalam suatu kejuaraan dari masing-masing lifter angkat besi dan berat di Padepokan Gajah Lampung hanya sebagai pembanding saja.

3. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

ŷ = X1 (X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5, X1.6, X1.7) + X2 + X3 (X3.1, X3.2, X3.3, X3.4, X3.5, X3.6, X3.7)

Keterangan:

X1 = Faktor fisik X3 = Faktor Fsisiologis X1.1 = tinggi badan X3.1 = genggam kanan

X1.2 = berat badan X3.2 = genggam kiri X1.3 = panjang lengan X3.3 = tarikan lengan

X1.4 = panjang tungkai X3.4 = dorongan lengan X1.5 = tinggi duduk X3.5 = kekuatan tungkai X1.6 = lingkar lengan X3.6 = fleksibilitas X1.7 = lemak paha

X2 = Faktor motivasi X3.7 = Daya ledak (power)


(33)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

110 E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam suatu penelitian merupakan langkah-langkah pokok yang harus dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan penelitian tertentu dan dalam waktu tertentu pula. Dalam prosedur penelitian tidak boleh melepaskan diri dari metode ilmiah. Hal ini diharapkan agar hasil yang diperoleh benar-benar berdasarkan fakta yang ada, terlepas dari prasangka pribadi, menggunakan prinsip-prinsip analisis, menggunakan ukuran yang objektif, dan menggunakan teknik kualifikasi (Nazir, 2003:43). Untuk itulah agar dapat memperoleh validitas dan rehabilitasi yang cukup tinggi maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: persiapan, instrumentasi, pengumpulan data yang diperoleh, analis data, pengujian hipotesis, konfirmasi hasil, dan menyimpulkan hasil penelitian. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut

1. Persiapan

Agar pekaksanaan penelitian diharapkan berjalan lancar maka telah ditempuh berbagai langkah antara lain: pembuatan surat izin penelitian, penyiapan alat perekam dan butir penyusunan daftar pertanyaan, pabrikasi alat ukur atau tera di Dinas Metrologi Propinsi Lampung dan pembuatan instrumen penelitian (angket), khususnya untuk variabel motivasi berprestasi.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(a)Untuk memperoleh sejumlah data yang bersifat kualitatif seperti profil Padepokan, pelatih, dan atlet menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.


(34)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

111 (b) Untuk memperoleh sejumlah data yang bersifat kuantitatif, seperti :

- Berat badan, panjang tungkai, tinggi duduk, panjang lengan, panjang tungkau, tebal lemak, lingkar lengan (variabel fisik) menggunakan health scale dengan satuan bilangan sentimeter (cm) merk Lafayette dengan model/seri 012585. - Kekuatan jari (remasan) menggunakan hand grips dynamometer dengan merk

TTM lode 64130044

- Kekuatan dorongan dan tarikan lengan menggunakan push & pull dynamometer dengan merk TTM dengan kode 11773.

- Daya ledak lengan menggunakan two hand medicine ball put - Kekuatan tungkai menggunakan leg dynamometer

- Kelentukan (fleksibilitas) otot punggung (togok)menggunakan flexion meter dengan merk Lafayette kode 012585

Untuk mencapai tingkat akurasi yang tinggi maka semua alat tes dan pengukuran tersebut telah dipabrikasi (tera) di Dinas Metrologi Propinsi Lampung tertanggal 5 Pebruari 2010 (surat terlampir).

F. Pengumpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik


(35)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

112 pengumpulan data yaitu studi tes dan pengukuran lapangan, wawancara, observasi, dokumentasi dan teknik angket.

1. Prosedur Pelaksanaan Tes dan Pengukuran

Sebelum dilaksanakan tes dan pengukuran orang coba (testee) di tengah kegiatan latihan dipanggil satu persatu agar tidak mengganggu jalannya latihan, karena kita tahu bahwa latihan angkat besi dan angkat berat di Padepokan Gajah Lampung sangat disiplin dan ketat sekali. Selanjutnya dilakukan tes dan pengukuran sebagai berikut:

Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan menurut Verducci (1980:221-225) yaitu’ subyek tanpa alas kaki dan tutup kepala, diminta berdiri tegak membelakangi batang pengukur, kedua tumit rapat, punggung dan bagian belakang kepala sejajar dengan batang pengukur, kepala tegak menghadap ke depan (tepi bawah rongga mata setinggi lubang telinga) hasil yang diperoleh dalam sentimeter (cm).

Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan menurut Verducci (1980: 221-225) yaitu; subyek berpakaian seminim mungkin. Hasil penimbangan dicatat dalam satuan kilogram (kg).

Pengukuran Panjang Tungkai

Cara pengukuran menurut Doherty (1996:33) yaitu: subyek penelitian duduk di atas meja dengan kaki terjurai. Mengukurnya adalah dari ujung tulang kaki bagian atas sampai pergelangan/mata kaki, hasil dicatat dalam sentimeter (cm).


(36)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

113 Pengukuran Panjang Lengan

Pengukuran panjang lengan menurut Doherty (1996:31), yaitu subyek berdiri tegak dan posisi lengan lurus. Pengkurannya dilakukan dari ujung tulang lengan bagian atas sampai pergelangan tangan, hasil dicatat dalam sentimeter (cm). (lihat Lampiran)

Pengukuran Panjang Badan/Tinggi Duduk

Subyek duduk di atas meja dengan posisi tegak. pengukuran dilakukan dari acromion (kepala) sampai ke ligamenta inguinal di Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS), hasil dicatat dalam sentimeter (cm) (Doherty, 1996:29). (lihat lampiran). Pengukuran Lingkar Lengan

Subyek berdiri tegak, pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas dengan melingkarkan meteran dan hasilnya dicatat dalam sentimeter (cm), (lihat lampiran).

Pengukuran Kekuatan Otot Lengan Pelaksanaan tes adalah sebagai berikut;

a. Subyek berdiri tegak lurus dngan dua kaki terbuka selebar bahu. Kedua tangan memegang kedua gagang pegangan push dynamometer yang diletakan di depan dada, kira-kiraberjarak 15 cm dan petunjuk angka menghadap ke luar/depan. b. Setelah aba-aba “ya” subyek menekan kedua pegangan alat tersebut secara

serentak tanpa dihentakkan serta posisi badan tetap tegak

c. Kesempatan melakukan adalah tiga kali, catat hasil yang diperoleh dan ambil nilai terbaik (lihat lampiran)


(37)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

114 Pengukuran Kekuatan Jari Tangan

Pelaksanaan tes :

a. Subyek berdiri tegak memegang alat dengan tangan kiri maupun kanan secara bergantian

b. Setelah aba-aba “ya” ubyek menarik alat secara serentak tanpa dihentakkan serta posisi badan tetap tegak (lihat lampiran)

Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai

Pelaksanaan tes kekuatan otot tungkai adalah sebagai berikut:

a. Subyek berdiri tegak lurus dengan dua kaki rapat menginjak alat dan lutut ditekuk. Kedua tangan memegang gagang pegangan leg dynamometer yang diletakan di depan badan, kira-kira berjarak 15 cm dan petunjuk angka menghadap ke luar/depan.

b. Setelah aba-aba “ya” subyek meluruskan tungkai secara serentak tanpa dihentak-kan serta posisi badan tetap tegak

c. Kesempatan melakukan adalah sekali Pengukuran Daya Ledak Otot Lengan

Pelaksanaan tes daya ledak otot lengan adalah sebagai berikut:

a. Subyek duduk di kursi dalam sikap tegak, bebatkan tali dada yang dipegang oleh kawannya

b. Pegang bola medicine dengan keedua tangan di depan dada (jari-jari terbuka seperti posisi chest pass pada bola basket), kedua siku berada di samping badan dengan sudut lemparan kurang lebih 45 derajat


(38)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

115 c. Subyek menolakkan bola medicine sekuat mungkin setelah diberi aba-aba “ya”. Ukur jarak yang dicapai mulai dari garis batas kaki sampai tempat atau tanda jatuhnya bola medicine yang terdekat

d. Kesempatan 3 (tiga) kali diambil nilai yang terbaik. Hasil dicatat dalam satuan sentimeter (cm) (Johnson, B.L. and Nelson, J.K., 1986;217)

Pengukuran Kelentukan Punggung (fleksibilitas) Pelaksanaan tes:

a. Subyek duduk kaki lurus dan menempel pada alat tes

b. Begitu ada aba-aba “ya” tangan dijulurkan selurus mungkin di atas papan yang ada angkanya

c. Hasil dicatat dari ujung jari pada angka yang dicapainya Prestasi atau Kineja Atlet

Merupakan variabel terikat (endogen) adalah kinerja atlet (Y). Data diperoleh berdasarkan tes yang diambil dari angkatan maksimal atau total angkatannya untuk setiap atlet pada ngkat besi maupun ankat berat.

2. Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya mengisyarat. (Suharsimi, 2006 : 231).

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat prestasi yang telah dicapai oleh para atlet angkat besi dan angkat berat Lampung, baik pada tingkat nasional maupun internasional serta penghargaan yang telah diperolehnya


(39)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

116 atau berbagai hal yang dianggap penting yang terkait dengan prestasi yang telah dicapainya. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari lembaga atau Base Camp Padepokan tersebut meliputi buku-buku, laporan kegiatannya yang relevan dengan fokus penelitian.

3. Teknik Wawancara dan Observasi yang bersifat kualitatif

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2005 : 186). Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang digunakan harus jelas dan teratur. Tekhnik wawancara dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu : (1) Pembicaraan formal Wawancara ini sangat tergantung pada pewawancara sendiri tergantung pada spontanitasnya mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai, (2) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden, dan (3) Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini menunjukkan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-kata dan cara penyajian sama untuk setiap responden. Wawancara jenis ini bermanfaat apabila yang diwawancarai jumlahnya banyak (Moleong, 2005 : 187-188)

Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara, dimana sebelum bertemu dengan informan, peneliti


(40)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

117 telah mempersiapkan berbagai hal yang akan ditanyakan sehingga berbagai hal yang ingin diketahui dapat lebih terfokus. Untuk memperoleh sejumlah data berupa profil dan sepak terjang di luar maupun di dalam Padepokan yang fokusnya adalah atlet dan pelatih serta mantan atlet menggunakan wawancara dan observasi atau cacatan lapangan. Demikian pula dengan masyarakat terutama dengan para orang tua atlet.

4. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 37 responden. Pemilihan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel bebas (eksogen) adalah motivasi berprestasi (X2) Selanjutnya pengembangan instrumen ditempuh

melalui beberapa cara, yaitu (a) menyusun variabel penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen; (c) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, (contoh angket tersaji dalam lampiran).


(41)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

118

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi

DIMENSI

INDIKATOR-INDIKATOR

ITEM

1. Need for

Achievment

a. Dorongan akan tanggung jawab b. Berani mengambil resiko c. Berprestasi yang lebih tinggi

1 – 2 3 - 4

5

2. Need for

Affiliation

a. Berinteraksi Sosial b. Kerjasama

c. Pengakuan Kemampuan d. Sportivitas dalam bekerja

6 – 7 8 9 10 – 11

3. Need fo

Power

a. Pekerjaan yang menantang b. Keamanan kerja

c. Kebebasan bekerja

d. Kepercayaan lembaga untuk berkarya e. Penghargaan sesama rekan kerja.

12 – 13 14 15 – 16 17 – 18 19 – 20

Catatan: Motivasi berprestasi (X2) dikembangkan dari David McClelland (1985)

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang diharapkan pada angket motivasi, sebelumnya diadakan uji coba dahulu pada cabang olahraga Panahan, dengan pertimbangan; (1) sama-sama cabang individual, (2) secara kebetulan sama sebagai cabang prioritas, dan (3) para atlet menetap di tempat pemusatan latihan daerah (pelatda). Setelah data hasil uji coba terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara statistik, ternyata dari 25 pernyataan pada angket motivasi secara kebetulan hanya 20 yang dinyatakan valid. Item pernyataan dinyatakan valid apabila t-hitung>t-tabel pada tingkat kepercayaan 95% yaitu 1,83. Nilai reliabilitas angket motivasi sebesar 0.945, hal ini menunjukan angket cukup reliabel dan layak untuk digunakan. Tujuan uji reliabilitas butir tes untuk


(42)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

119 mengungkapkan ketepatan dan kemantapan alat ukur. (Hasil analisis disajikan pada lampiran).

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kualitatif

Dalam pemaparan data kualitatif seperti anjuran Lincoln dan Guba (dikutip oleh Rudestam & Newton, 1992 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2011:31), bahwa dalam pemaparan data kualitatif, ada dua kegiatan yang dilakukan, yakni unitising. Kegiatan memberi kode yang mengidentifikasi unit informasi yang terpisah dari teks, dan categorising yaitu menyusun dan mengorganisasikan catatan berdasarkan persamaan makna.

Adapun pemaparan dan analisiss data kualitatif berdasarkan pertanyaan penelitian dan kategorisasi data, antara lain meliputi: (a) struktur dan manajemen Padepokan Gajah Lampung, (b) lingkungan sosial budaya, (c) figur pembina dan kepemimpinan yang terkait dengan orientasi nilai, (d) pembinaan, (e) profil atlet, (f) catatan prestasi, (g) kebijakan (policy), dan (h) penghargaan dan bonus. 2. Analisis Data Kuantitaif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linier regression). Persiapan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data, baik data hasil tes dan pengukuran pada variabel fisik dan fisiologis maupun data dari variabel motivasi yang berupa kuisoner. Untuk data dari kuisoner kemudian memeriksa lembar kuesioner dan memberikan nilai (skoring) sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk data hasil pengukuran karena beragam jenis


(43)

Rahmat Hermawan, 2012

Efektivitas Kepemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pembinaan Olahraga Prestasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

120 datanya, seperti berat, jarak dan kecepatan maka datanya perlu diolah terlebih dahulu dalam t skor.

Dengan menggunakan analisis regresi ini dapat ditunjukkan hubungan secara fungsional dari satu variabel dengan variabel lainnya terutama dengan variabel akibat melalui koefisien regressi.

Analisis regresi linier berganda mensyaratkan harus dipenuhinya uji asumsi klasik yakni data berdistribusi normal, tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinieritas dan tidak terdapat autokorelasi. Jika semua asumsi klasik terpenuhi maka hasil analisis regresi linier berganda dapat digunakan, sebaiknya jika ada asumsi klasik yang dilanggar maka hasil analisis regresi linier berganda tidak dapat dipercaya keandalannya. Dengan demikian maka setelah dilakukannya analisis regresi linier berganda maka perlu dilakukan uji asumsi klasik.

Dalam analisis ini dilakukan dalam dua kategori, yaitu pada sampel putra dan putri.

a. Sampel Putra

1) Analisis Regresi Linier Berganda

Pada analisis regresi linier berganda berikut digunakan metode Backward dalam mengestimasi parameter. Metode ini pada tahap pertama akan memasukan semua variabel bebas (sejumlah 15 variabel) dalam mengestimasi variabel terikat. Pada tahap berikutnya, akan dilakukan seleksi dengan berturut-turut mengeluar-kan variabel bebas yang paling tidak signifimengeluar-kan, yang ditunjukmengeluar-kan oleh nilai


(1)

Robbins, Stephen P. & Mary Coulter (1999) Manajemen, (edisi Indonesia). Jakarta: Prenhallindo.

Ritzer, George, 1996, Modern Sociological Theory, New York, USA:The Mc Graw-Hill Companies, Inc.,

Razik & Swanson (1995), Fundamental Concepts of Educational

Leadership and Management, New Jersey: Prentice-Hall,

Engelwood Cliffts.

Siagian, Sondang P.(2006) Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Jakarta: PT Bumi Aksara.

Setyobroto, Sudibyo. (1989) Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Anem Kosong Anem.

Sitepu, Nirwana SK. (1994). Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Jurusan Statistika, Universitas Padjadjaran

Santrock, John W. (2007) Child Development. The McGraw-Hill Companies. Inc.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta,

Sugiyono (2004). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Penerbit Alfabeta,

Sudjana (2003) Metode Statistika. Tarsito, Bandung

Sukamto, Soerjono (2005) Sosiologi Suatu Pengantar, Tiara Wacana, Yogyakarta

Sumantri, Surya (2001). Perilaku Organisasi. Universitas Pajajaran. Bandung. Soehardi, Sigit (2003). Esensi Perilaku Organisasi. Bagian penerbit

Fakulltas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta

Safrit, M. J. (1981) Evaluation in Physical Education, Second Edition. Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Syaifuddin (1992) Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat, ECG Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Shangold, Mona M and Mirkin, Gabe (1988) Women and Exercise:


(2)

Strauss, Richard H. (1979) Sports Medicine and Physiology, W.B. Saunders Company, Philadelphia

Stilllwell, Jim L. and Willgoose, Carl E. (1997) The Physical Education

Curriculum, Fifth Edition. Waveland Press, Inc. USA.

Sage, G.H. (1984) Motor Learning and Control; A Neurophysiological

Approach. Dubuque IOWA: WmC Brown,

Supranto, J., 2008. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Sutarto. (2001). Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada Yogyakarta: University Press..

Stoner, J.A.F. (1982). Management. Englewood Cliffts, New Jersey. Printice Hall International Inc.

Stoner, James AF, dan R. Edward Freeman (1992). Manajemen (terj) Intermedia, Jakarta.

Singarimbun, Masri (2003). Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta Tarrington. Derek & Laura Hall. (1991). Personal Management A New

Approach (2nd Ed). Cambridge: Prentice Hall International (UK)

Ltd.

Verducci, Frank M. (1980) Measurement Concepts in Physical Education. CV. Mosby Company, Saint Louis,

Volkwein, Karin A.E. & Caplan, (2004). Culture, Sport, and Physical

Activity. Oxford: Meyer & Meyer Sport (UK) Ltd.

Wilmore, Jack H. and Costill, David L. (1999) Physiology of Sport and

Exercise, Second Edition. Human Kinetics, USA.

Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel (1995). Foundation of Sport and

Exercise Psychology. , USA: Human Kinetics.

Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritis dan

Permasalahan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Disertasi

Aswanti Rini (2007) Faktor-Faktor Determinan yang Berpengaruh terhadap Kinerja Dosen berbasis Mutu (Studi Pengaruh Kepemimpinan Ketua Jurusan, Motivasi Dosen, Kompetensi Dosen, dan Budaya Organisasi


(3)

terhadap Kinerja Dosesn Berbasis Mutu di Universitas Lampung.

Disertasi. SPs UPI Bandung.

Achyar (2011). Manajemen Mutu Kinerja Widyaiswara (Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen, Kompetensi, Individu terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja Widyaiswara di Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan BMTI IPA Pertanian dan Bisnis Pariwisata yang Berbasis ISO 9001-2000).

Disertasi. SPs UPI Bandung.

Guan, Jianmin. (2004) Achievement Goals Among High School Students In Physical Education, Dissertation. Texas A & M University.

Himatul Aliyah.(2008). Pengembangan Kinerja Dosen (Studi tentang Kontribusi Perilaku Kepemimpinan, Iklim Organisani, dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Disertasi. SPs UPI Bandung.

Maya, Cynthia, (2000) Factors Affecting the Achievement Motivation of High School Students in Maine. Laporan Penelitian, University of Southern Maine

Muviani, Via. (2008). Manajemen Sekolah Bermutu (Studi tentang Kontribusi Kepemimpinan, Iklim sekolah, Implementasi Total Quality Management (TQM), dan Kinerja Kepala Sekolah terhadap Sekolah Bermutu di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

Disertasi. SPs UPI Bandung.

Jurnal

Baker, D., Wilson, G., & Carlyon, R. (1994) Periodization: The Effect on Strength of Manipulating Volume and Intensity. Journal of Strength

and Conditioning Research, 8 (4)

Harrison, A.J. & Gaffney, S.D. (2004) Effect of Muscle Damage on stretch Shortening Cycle Function and Muscle Stiffness Control. Journal of

Strength and Conditioning Research, 18 (4).

Harbil, Erbil (2012). “A gender – Based Kinematic and Kinetic Analysis of The snatch lift in Elite Weight- lifters in 69 Kg Category”. Journal of Sport Science and Medicine 11, 162-169.

Kernan, M.C. and Lord, R.G. (1990). Effect of Valence, Expectancy, and Goal Performance Discrepancies in Single and Muiltiple Goal Environments. Journal of Applied Psychology, 75, 194 -203.


(4)

La Iru, 2007. Pengaruh Lingkungan dan Pendidikan terhadap Persepsi kepada Sesama Manusia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 5 Nomor 1, Maret 2007. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Marks, B.L,. and Rippe, J.M. (1996) The Importance of Fat Free Mass Maintenance in Weight Loss Programmes. Journal of Sport

Medicine, 22, 27-28

Marcus, B.H., and Owen, N. (1992) Motivational Readiness, Self Efficacy Decision Making, and Stages of Change: An Integrative Model of Physical Exercise. Journal of Applied Social Psychology, 12 , 31-32 Purnamasari, Ira MN (2011) “Hubungan Kompetensi Pelatih dan Prestasi Atlet

Ditinjau dari Perspektif Atlet”. Jurnal Kepelatihan Olahraga.

Volume 3 No. 2, Desember 2011, 40-50.

Lutan, Rusli. (2010) Post-Beijing 2008: Generating Indonesia’s Self Esteem.

The International Journal of the History of Sport, Volume 27,

Numbers 14-15, September-October 2010. 2493-2509.

Young, W.B. Jenner, A., & Griffiths, K. (1998). Acute Enhancement of Power Performance from Heavy Load Squats. Journal of Strength and

Conditioning Research, 12 (2) Surat Kabar

Buletin Sportif, Angkat Besi Lampung Pendulang Medali bagi Kontingen

PON XV , KONI Provinsi Lampung, Selasa 12 Oktober 2000, hal 1-4

Harian Umum Radar Lampung, All Sport Sea Games XXV, Misi Juara

Umum, Minggu 20 Desember 2009, hal 10

Harian Umum Tribun Lampung, Sport Hot News Sea Games XXV, Minggu 20 Desember 2009, hal 18.

Lampung Post, (2008). 100 Tokoh Terkemuka Lampung, Harian Lampung Post, Bandar Lampung

Makalah

Kim Sato, et al (TT) A New Aspproach to Measure Weighlifting Performance “Introducing an Accelerometer”.

Lutan, Rusli. (2011) “Review Perencanaan Pra-PON & PON 2012 Riau. Prov. Kalteng, Satgas Pra-PON & PON Kalteng” Juli, 2011. Makalah pada


(5)

Mutohir, Toho Cholik (2011). “Kebijakan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Jasmani”, Makalah pada. Seminar Komnas

Penjasor, 25-26 Nopember 2008, di UPI Bandung

Sudono, Sri (2011) “Pengembangan Kebijakan Terpadu dalam Konteks Implementasi Undang-Undang Sistem Keolahragaan”, Makalah pada

Seminar Komnas Penjasor, 27-28 September 2011, di UPI Bandung

Internet

Sansen Situmorang. 2008. Teori Sosial. Online. Tersedia: http://sansigner.wordpress.com/tag/teori-sosial/. 2 Maret 2010 M. Abdul Halim Sani. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. Online. Tersedia: http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/teori-teori-sosial-dari-ilmu-sosial-sekuleristik-menuju-ilmu-sosial-intergralistik/. 17 Januari 2011 http://www.ifinger.com

Mondalorbot. 2010. Pembangunan berkelanjutan. Online.Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan. 28 Januari 2010 http://jurnalilmiaholahraga.blogspot.com

Aldo Samulo. 2010. Nilai Sosial. Online. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial. 4 Juni 2010 http://lampungpost.com/olahraga-aktual

Luckasbot. 2010. Angkat Besi. Online.

Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Angkat besi. 23 Januari 2011 Jandbot. 2010. Kompetisi. Online.

Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi. 5 Juli 2010

http://lutfi09.student.umm.ac.id/2010/10/01/angkat-besi-dan-jenisnya http://www.artikata.com/arti-327217-fisiologis.html


(6)