PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT WARGA BELAJAR PAKET C SEBAGAI SISTEM PEMBELAJARAN PLS DALAM PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN DI KOTA GORONTALO.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 10

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 12

D. Tujuan Penelitian 12

E. Manfaat Penelitian 13

F. Defenisi Operasional 14

BAB II : LANDASAN TEORETIS 19

A. Pendidikan Luar Sekolah 19

B. Kewirausahaan dalam Pendidikan Luar Sekolah 30 C. Model Pembelajaran Kewirausahaan 65

D. Keterampilan Menjahit 78

E. Kerangka Pemikiran 95

BAB III : METODE PENELITIAN 99

A. Metode Penelitian 99

B. Prosedur Penelitian 101


(2)

D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan

Pengembangannya 103

E. Langkah-Langkah Penelitian 107

F. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data 115 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 119

A. Deskripsi Kondisi Objektif Pendidikan Keterampilan di

SKB Gorontalo 119

B. Pengembangan Model Konseptual Pendidikan

Keterampilan Menjahit dal Perspektif Kewirausahaan 137 C. Efektifitas Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga

Belajar Paket C sebagai Sistem Pembelajaran PLS

dalam Perspektif Kewirausahaan 168

D. Pembahasan 218

E. Faktor Pendukung dan Penghambat 236 F. Temuan dan Implikasi Penelitian 237

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 242

A. Kesimpulan 242

B. Rekomendasi 244

DAFTAR PUSTAKA 246


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Level I Keterampilan Menjahit 79 Tabel 2.2 Level II Keterampilan Menjahit 80 Tabel 2.3 Level III Keterampilan Menjahit 80 Tabel 2.4 Level IV Keterampilan Menjahit 81 Tabel 4.1 Profil KualifikasiPendidikan Tutor Paket C 121 Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Perilaku Kewirausahaan Warga Belajar

Paket C 148

Tabel 4.3 Struktur Materi Pendidikan Level II Keterampilan Menjahit 173 Tabel 4.4 Perilaku Kewirausahaan Sebelum Pendidikan 183 Tabel 4.5 Perilaku Kewirausahaan Setelah Pendidikan 194 Tabel 4.6 Komparasi Perilaku Kewirausahaan Sebelum dan Sesudah

Pendidikan 196

Tabel 4.7 Pengamatan Kegiatan Peserta Didik Pasca Pendidikan di


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Hierarki Kebutuhan Maslow 32

Gambar 2.2 Imbalan Bagi Wirausaha 33

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir tentang Kewirausahaan 39

Gambar 2.4 Motivasi Berwirausaha 40

Gambar 2.5 Model Proses Kewirausahaan 50

Gambar 2.6 Model Entrepreneur Lifelong Learning 58

Gambar 2.7 Bagan Model pembelajaran 76

Gambar 2.8 Bagan Model Pembelajaran 77

Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar sebagai Sistem Pembelajaran PLS dalam

Perspektif Kewirausahaan 98

Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C dalam Perspektif

Kewirausahaan 116

Gambar 4.1 Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C

secara Konvensional 137

Gambar 4.2 Hipotetik Pendidikan Keterampilan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai Sistem Pembelajaran PLS

dalam Perspektif Kewirausahaan 154

Gambar 4.3 Pendidikan Keterampilan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai Sistem Pembelajaran PLS dalam

Perspektif Kewirausahaan (Pasca Uji Coba) 166 Gambar 4.4 Grafik Perilaku Kewirausahaan Warga Belajar Sebelum

Pendidikan 183

Gambar 4.5 Grafik Perilaku Kewirausahaan Warga Belajar Setelah


(5)

Gambar 4.6 Grafik Perilaku Kewirausahan Sebelum dan Sesudah

Pendidikan 197

Gambar 4.7 Pendidikan Keterampilan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai Sistem Pembelajaran PLS dalam

Perspektif Kewirausahaan (Pasca Uji Coba) 229 Gambar 4.8 Model Entrepreneur Lifelong Learning 240


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 250 Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tertulis 251

Lampiran 3 Kurikulum Pembelajaran 253

Lampiran 4 Instrumen Pretest Dan Posttest 254

Lampiran 5 Format Observasi/Pengamatan 264

Lampiran 6 Daftar Warga Belajar Paket C Kota Gorontalo 265 Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 267 Lampiran 8 Format Penilaian Unjuk Kerja Menjahit 269

Lampiran 9 Lembar Kerja Warga Belajar 272

Lampiran 10 Hasil Pengamatan Perilaku Kewirausahaan Warga Belajar

Dalam Keterampilan Menjahit sebelum Pelatihan 274 Lampiran 11 Hasil Pengamatan Perilaku Kewirausahaan Warga Belajar

Dalam Keterampilan Menjahit sebelum Pelatihan 276

Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian 277


(7)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA PENGUJI

DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua/Penguji

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed

Ko. Promotor Merangkap Sekretaris/Penguji

Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd

Anggota/Penguji

Dr. Ayi Olim, M.Pd

Penguji

Prof. Dr. H. Tuhpawana S. Senjaya, M.Si


(8)

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd NIP. 195404021980112001


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa telah dirumuskan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi warga belajar agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam dokumen sistem pendidikan nasional ini membahas delapan standar nasional pendidikan di antaranya adalah standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, memuat: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan acuan dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan; (2) beban belajar bagi warga belajar pada program Paket A, Paket B, dan Paket C; (3) kurikulum program, dan Paket C, yang akan dikembangkan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tak


(10)

terpisahkan dari standar isi; dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada program Paket C. Standar Isi tersebut dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Berdasarkan uraian tersebut Jalal dan Supriadi (2001: 33) mengemukakan bahwa jika pendidikan program paket C ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh di masyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh program paket C dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah. Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya melalui program paket C melalui pendekatan dan penerapan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan jiwa wirausaha di kalangan masyarakat, khususnya warga belajar.

Keberhasilan program paket C sangat ditentukan oleh kemampuan para penyelenggara dalam mengelola sumber-sumber daya yang ada namun prinsipnya selalu terbatas dengan kebutuhan yang diinginkan oleh organisasi. Fenomena ini tergambar dari pelaksanaan program paket C dari berbagai kelompok belajar yang ada memperlihatkan keberhasilan yang sangat bervariasi meskipun masing-masing penyelenggara memiliki petunjuk teknis pelaksanaan program paket C yang sama. Demikian halnya dengan pengembangan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan warga belajar. Pembelajaran yang diterapkan berorientasi pada keterampilan tangan atau dalam mata pelajaran disebut keterampilan. Namun hal itu belum dapat


(11)

meningkatkan keterampilan yand dimaksud dikarenakan pelaksanaannya masih dilaksanakan secara konvensional dan belum memberikan motivasi kepada warga belajar untuk mengembangkan keterampilan yang ada dalam dirinya.

Oleh sebab itu, keterampilan tangan dalam hal ini keterampilan menjahit pada warga belajar, khususnya program paket C perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh warga belajar yang kapabel dalam dunia usaha maupun dunia industri. Konsep peningkatan keterampilan tersebut merupakan pencapaian pendidikan yang diselenggarakan oleh seluruh jenjang pendidikan, khususnya program Paket C. Hal ini bertujuan selain memupuk sikap kreatif, sekaligus membangun karakter membangun pada diri warga belajar.

Semua itu menunjukkan bahwa ternyata terminologi pembelajaran memerlukan definisi operasional, agar semua pihak dapat mengacu dan memanfaatkannya untuk melakukan pengawasan maupun perencanaan dalam program peningkatan keterampilan pada warga belajar. Sebagaimana diketahui upaya untuk menjadikan seorang warga belajar sebagai warga belajar yang mandiri, tidak hanya dapat dilakukan dengan memakai pendekatan pembelajaran saja, namun harus diikuti dengan pengembangan model pembelajaran serta program dorongan untuk meningkatkan keterampilan warga belajar, sehingga terbentuk kelompok warga belakar sejenis (sentra) dan dalam bentuk pengembangannya menjadi jaringan klaster. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran yang akan diwujudkan itu melalui pendidikan


(12)

formal, tidak lain dimaksudkan untuk dapat memacu perkembangan keterampilan warga belajar sebagai sarana mengabsorsi sejumlah besar tenaga kerja yang ada.

Keterampilan yang dimiliki warga belajar akan menjadi alat untuk meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja, oleh karena itu keterampilan tersebut dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan kontekstual dalam upaya pengembangan jiwa kewirausahaan.

Berdasarkan uraian di atas tentang sikap kewirausahaan yang diharapkan dimiliki warga belajar pada lembaga pendidikan, maka dalam kurikulum program pembelajaran khususnya pada program paket C harus memuat pembelajaran kewirausahaan untuk meningkatkan keterampilan warga belajar, di antaranya adalah keterampilan menjahit. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa pada umumnya warga belajar yang ikut program paket C adalah warga belajar-warga belajar yang kurang mampu dalam bidang ekonomi, oleh karena itu warga belajar harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan tertentu sehingga dapat mengembangkan diri dalam masyarakat. Dengan adanya keterampilan-keterampilan yang diberikan oleh tutor dalam pelaksanaan pembelajaran, maka warga belajar dapat mengaplikasikannya di luar sekolah sehingga akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Pembelajaran kewirausahaan pada pendidikan kesetaraan Paket C perlu dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Pembelajaran kewirausahaan


(13)

merupakan salah satu faktor penting yang wajib dikembangkan oleh pengelola program kesetaraan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan warga belajar dalam pembelajaran. Pengembangan kurikulum tersebut tidak harus merubah kurikulum yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum yang dikembangkan adalah aspek-aspek tertentu yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan warga belajar.

Usaha-usaha kearah penerapan pembelajaran kewirausahaan dalam kegiatan pendidikan kesetaraan telah dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar warga belajar, yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan pendidikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a). Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam ini seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau warga belajar, tutor atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat; (2). Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk warga belajar belajar. Adalah sangat penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara tutor dan warga belajar. Suatu iklim belajar warga belajar dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau meja secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke belakang. Tutor lebih bersifat membantu bukan menghakimi; (3). Diagnosa


(14)

sendiri kebutuhan belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua pihak, dan hasilnya adalah kebutuhan bersama; (4) Formulasi tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas; (5) Mengembangkan model umum. Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program, di mana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik kelompok-kelompok besar maupun kelompok-kelompok kecil; (6). Perencanaan evaluasi. Seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus sejalan dengan prinsip-prinsip warga belajar, yaitu sebagai pribadi dan dapat mengarahkan diri sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran kewirausahaan tersebut merupakan suatu model yang berorientasi pada keterampilan proses. Proses pembelajaran menekankan pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untuk mengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dilakukan oleh warga belajar. Proses pembelajaran dengan pendekatan ini dimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya dengan menggunakan pengalaman langsung, sehingga warga belajar diharapkan terjun dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih realistis, dan anak juga diajak, dilatih,


(15)

dan dibiasakan melakukan observasi langsung dan membuat kesimpulan sendiri.

Tujuan pembelajaran kewirausahaan sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir warga belajar, sehingga warga belajar bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, tetapi juga memiliki kemampuan kognitif yang baik. Berdasarkan penjelasan di atas, pada keterampilan proses, tutor tidak mengharapkan setiap warga belajar akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat menjadi calon-calon yang memiliki perilaku dan jiwa kewirausahaan.

Selain itu, melalui pendidikan keterampilan yang berorientasi kewirausahaan dilakukan dengan keyakinan bahwa kewirausahaan adalah alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian warga belajar, di mana kepribadian warga belajar yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.

Pembelajaran kewirausahaan pada pendidikan keterampilan menjahit dengan pendekatan pembelajaran proses diharapkan warga belajar dapat mengalami sendiri tentang materi yang disampaikan dengan berinteraksi langsung dengan obyek nyata atau sebenarnya sehingga warga belajar dapat membuat kesimpulan sendiri. Dalam menerapkan keterampilan proses kewirausahaan dalam kegiatan belajar mengajar, ada dua alasan yang melandasinya yaitu: (a). Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju pertumbuhan produk-produk ilmu pengetahuan dan


(16)

teknologi menjadi pesat pula, sehingga tidak mungkin lagi tutor mengajarkan semua konsep dan fakta kepada warga belajar. Jika tutor tetap mengajarkan semua fakta dan konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak mugkin tercapai. Oleh karena itu, warga belajar perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber, dan tidak semata-mata dari tutor; (b). Bahwa kewirausahaan itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan melihat alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi warga belajar untuk mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi warga belajar di masa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.

Pendidikan keterampilan dan perspektif kewirausahaan disesuaikan dengan kondisi daerah atau lingkungan warga belajar sehingga bentuk-bentuk keterampilan yang diharapkan dapat dikuasai oleh warga belajar. Dalam hal ini substansi materi pembelajaran mengacu pada hasil analisis terhadap keunggulan lokal daerah (dalam hal ini hasil analisis penelitian ini adalah keterampilan menjahit) dan diterapkan sesuai dengan tingkat perkembangan warga belajar sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar warga belajar. Dengan adanya program pembelajaran yang sedemikian rupa maka diharapkan keterampilan menjahit warga belajar akan meningkat.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada program paket C yang ada di Kota Gorontalo bahwa pendidikan keterampilan


(17)

dalam perspektif kewirausahaan belum dilaksanakan secara optimal. Materi mata pelajaran keterampilan berorientasi pada keterampilan tangan berupa menjahit dan menyulam (kristik, dan kerawang). Materi-materi yang diajarkan meliputi pengenalan keterampilan tangan menjahit, fungsi alat dan pendayagunaannya, perancangan jahit menjahit, menggunting pola dasar, pengenalan dan pemeliharaan alat menjahit. Pembelajaran tentang menjahit tersebut dilaksanakan secara konvensional dengan menggunakan model-model pembelajaran yang mengutamakan pengetahuan dan keterampilan, namun belum berorientasi pada pengembangan jiwa kewirausahaan sehingga warga belajar tidak dapat mengembangkan kemampuannya dalam berusaha.

Dari hasil observasi tersebut diperoleh bahwa warga belajar lulusan program Pendidikan kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo tahun 2010 adalah 120 orang yang tersebar pada tiga tingkat yaitu kelas X berjumlah 50 orang, kelas XI berjumlah 31 orang dan kelas XII berjumlah 39 orang. Dari jumlah tersebut 2% yang melanjutkan ke perguruan tinggi dan 98% menganggur (Diknas Kota Gorontalo, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya pendidikan keterampilan menjahit dengan memasukkan nilai-nilai kewirausahaan dalam program pembelajaran. Pengembangan pembelajaran tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan warga belajar sehingga melalui pelatihan dapat ditingkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan berwirausaha sebagai keluarannya, serta


(18)

berdampak pada pertumbuhan usaha baru dan pendapatan serta kesejahteraan keluarga.

Pengembangan pendidikan keterampilan yang dibuat yaitu “Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam Perspektif Kewirausahaan (Suatu Studi di SKB Kota Gorontalo)”. Program tersebut diasumsikan dapat meningkatkan jiwa wirausaha warga belajar sebagai output, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga sebagai outcome pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Di dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pasal 26 ayat 3 dinyatakan bahwa program-program pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar. Penyelenggaraan program pendidikan tersebut tidak hanya dapat dilaskanakan oleh pendidikan formal saja namun dapat pula dilaksanakan oleh dinas instansi bahkan oleh lembaga-lembaga masyarakat.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada program paket C Kota Gorontalo ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan menjahit warga belajar sebagai salah satu kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sebagai mata pencaharian dalam mempertahankan


(19)

kelangsungan hidup dan kehidupannya. Program pembelajaran yang dilaksanakan oleh program Paket C di SKB Gorontalo diterapkan pada mata pelajaran keterampilan sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menjahit warga belajar. Berdasarkan hasil observasi pada studi pendahuluan diketahui bahwa kondisi objektif di lapangan terutama setelah pendidikan selesai terbukti bahwa program pembelajaran yang diterapkan belum memperoleh hasil sesuai dengan tujuan, beberapa permasalahan yang menyebabkan program pembelajaran belum memperoleh hasil sesuai dengan tujuan adalah:

1. Pendidikan keterampilan menjahit warga belajar pada program paket C Kota Gorontalo telah berjalan cukup lama tetapi keadaannya belum menunjukkan perkembangan yang berarti.

2. Pendidikan keterampilan program paket C Kota Gorontalo kecenderungannya masih belum profesional dan baru sebagai program tambahan.

3. Kontribusi nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran pendidikan keterampilan sangat kurang.

4. Terbentuknya sikap, jiwa, dan nilai kewirausahaan pada lulusan umumnya cenderung relatif masih kecil.

5. Pemanfaatan hasil belajar keterampilan menjahit oleh para lulusannya relatif masih terbatas dalam kaitannya dengan perolehan penghasilan


(20)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Masalah yang diuraikan di atas cukup kompleks dan luas untuk diteliti, oleh karena itu peneliti akan membatasi dan memfokuskan penelitian pada pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai sistem Pembelajaran PLS dalam Perspektif Kewirausahaan dengan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pendidikan keterampilan menjahit bagi warga belajar paket C Kota Gorontalo telah menjembatani tumbuh kembangnya jiwa kewirausahaan pada lulusannya.

Sejalan dengan fokus penelitian yang dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi pendidikan keterampilan menjahit pada Program Paket C SKB Kota Gorontalo?

2. Bagaimana pengembangan pendidikan keterampilan menjahit program sebagai proses manajemen mikro pembelajaran PLS?

3. Bagaimana efektivitas pendidikan keterampilan menjahit program Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam perspektif kewirausahaan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam Perspektif Kewirausahaan di SKB Kota Gorontalo.


(21)

1. Kondisi pendidikan keterampilan menjahit pada Program Paket C SKB Kota Gorontalo.

2. Pengembangan pendidikan keterampilan menjahit program sebagai proses manajemen mikro pembelajaran PLS.

3. Efektivitas pendidikan keterampilan menjahit program Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam perspektif kewirausahaan.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam Perspektif Kewirausahaan di SKB Kota Gorontalo

Dari segi praktis, kegunaan hasil penelitian ini diharapkan akan dapat: 1. Pemerintah

Sebagai masukan bagi pihak pemerintah dalam menetapkan program pembelajaran pada lembaga pendidikan luar sekolah, terutama Program Kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo.

2. Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan pada jalur pendidikan kesetaraan Paket C Kota Gorontalo 3. Masyarakat

Sebagai informasi tentang peningkatan mutu pendidikan pada program kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo.


(22)

F. Definisi Operasional

a. Keterampilan menjahit

Sudjana (2000:102) menjelaskan bahwa keterampilan mencakup enam kelompok, yaitu keterampilan produktif, teknis, fisik, sosial, pengelolaan, dan intelektual. Keterampilan merupakan dasar bagi sebagian besar tingkah laku warga belajar. Yang dimaksud keterampilan dalam penelitian ini adalah pemerolehan keterampilan produktif, teknis, fisik, sosial, pengelolaan, dan intelektual melalui program pembelajaran di program paket C.

Keterampilan menjahit adalah keterampilan produktif yang ditempuh warga belajar Paket C sebagai kelengkapan program belajarnya sebagai bekal hidup untuk peningkatan kesejahteraan.

b. Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen (Siagian, 1999: 34). Perilaku


(23)

kewirausahaan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan maupun oleh sebab-sebab lainnya.

Geoffrey G. Meredith (dalam Kamil, 2000: 123), memberikan beberapa ciri-ciri sifat-sifat wirausaha, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Sifat-Sifat Wirausaha

No Ciri-Ciri Watak

1 Percaya diri a. Keyakinan

b. Ketidak tergantungan c. Individualitas

d. Optimisme

2 Berorientasi tugas dan hasil a. Kebutuhan akan prestasi b. Berorientasi laba

c. Ketekunan dan ketabahan tekad kerja keras

d. Mempunyai dorongan kuat energic dan inisiatif

3 Pengambilan resiko a. Kemampuan mengambil resiko

b. Suka pada tantangan

4 Kepemimpinan a. Bertingkah laku sebagai pemimpin

b. Dapat bergaul dengan orang lain

c. Menggapai saran dan kritik 5 Keorisinilan a. Inovatif dan kreatif

b. Fleksibel punya banyak sumber

c. Serba bisa

d. Mengetahui banyak

6 Berorientasi masa depan a. Pandangan kedepan dan perspektif

Menurut Sember (dalam Purnomo, 2003: 43), orang yang memiliki jiwa wirausaha umumnya memiliki beberapa ciri berikut yang menonjol,


(24)

(4) forward thinking, (5) semangat, (6) sadar waktu dan sarana, (7) strategi utama, dan (8) lokasi.

Kewirausahaan dalam penelitian ini adalah tahapan atau proses yang dilakukan seseorang sehingga memiliki keunggulan untuk menjadi wirausaha dengan indikator; percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan

c. Pendidikan Program Paket C

Pendidikan program paket C merupakan jenjang pendidikan di luar jalur pendidikan sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan Paket C berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU nomor 20 tahun 2003).

Kurikulum program pembelajaran paket C adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi

Mengacu pada penjelasan di atas, yang dimaksud pendidikan program paket C dalam penelitian ini adalah program pendidikan yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan


(25)

pengetahuan, sikap dan keterampilan warga belajar pada bidang-bidang tertentu.

d. Pembelajaran PLS

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) diartikan sebagai segala kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar sistem persekolahan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, melainkan juga dalam keluarga dan di tengah kehidupan masyarakat luar seperti di lembaga pendidikan, di tempat kerja, di tengah pergaulan, dan di tempat-tempat lain yang sengaja dirancang untuk pendidikan (Moedzakir, 2010: 2). Dalam pendidikan luar sekolah tersebut diterapkan model-model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar dan budaya setempat.

Pembelajaran merupakan merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru/tutor/fasilitator dan peserta didik/peserta pelatihan.

Dalam tulisan ini pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran pada pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah. Menurut Sudjana (2000: 7), Pendidikan Luar Sekolah adalah : ”Setiap usaha pendidikan dalam arti luas yang padanya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah sehingga seseorang atau sekelompok orang memperoleh informasi tentang pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai


(26)

dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang memungkinkan baginya untuk menjadi peserta yang lebih efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaannya, lingkungan masyarakat dan bahkan lingkungan negara.

Mengacu pada pengertian tersebut, yang dimaksud dengan pembelajaran pada pendidikan luar sekolah adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terprogram, terencana, dan dilakukan secara mandiri ataupun merupakan bagian pendidikan yang lebih luas untuk melayani peserta didik dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai seoptimal mungkin serta untuk mencapai kebutuhan hidupnya.


(27)

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode ini dipilih untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hasil temuan penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Mulyana, 2001: 119). Penelitian ini juga sering disebut non eksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (Mulyana, 2001: 120). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan


(28)

sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Di samping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik melalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-post facto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptif, peneliti memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan


(29)

dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antarvariabel.

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif dalam bentuk studi pengembangan dan studi lanjutan. Studi perkembangan atau devlopmental study banyak dilakukan oleh peneliti di bidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku, sasaran penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku secara individual maupun dalam kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang utamakan membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti. Studi perkembangan dalam penelitian ini di lakukan untuk mengukur perilaku kewirausahaan peserta didik setelah menerima pendidikan keterampilan di SKB Gorontalo.

Studi kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memperoleh perlakuan. Dalam penelitian ini studi kelanjutan dilaksanakan untuk mengukur perubahan perilaku kewirausahaan warga belajar setelah mengikuti pendidikan keterampilan menjahit.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif mempunyai langkah seperti berikut.

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.


(30)

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.

6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo. Tempat ini dijadikan lokasi penelitian atas dasar pertimbangan:

1. SKB ini sudah menyelenggarakan pendidikan keterampilan menjahit

2. SKB ini menyelenggarakan pendidikan secara kontinu dan secara sistemik berjalan dengan baik

3. Adanya kesediaan penyelenggara, warga belajar dan warga belajar untuk dijadikan lokasi penelitian

Dengan mempertimbangkan bahwa fokus penelitian ini adalah pendidikan keterampilan menjahit warga belajar Paket C dalam perspektif


(31)

kewirausahaan, maka sumber utama sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kepala SKB, tutor dan warga belajar.

D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan

Pengembangannya

Dalam pelaksanaan penelitian ini, dari studi pendahuluan dan implementasi ujicoba model, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) tes, (2) observasi, (3) wawancara, dan (4) dokumentasi. Tes diberikan sebelum perlakuan (freetest) dan setelah perlakuan (posttest). Observasi dilakukan terhadap perilaku kewirausahaan warga belajar dalam pembelajaran. Observasi yang dilakukan bersifat observasi partisipatif mengingat peneliti sendiri menjadi instrumen penelitian, karena proses perumusan hasil penelitian berbasis pada proses. Oleh karena itu, sepanjang proses penelitian berlangsung, peneliti terlibat aktif dalam setting penelitian. Wawancara dilakukan pada studi pendahuluan terhadap pihak terkait dalam hubungannya dengan penyelenggaraan program paket C, dan program pendidikan keterampilan menjahit. Sedangkan dokumentasi yang digunakan ada dua macam, yang pertama memotret data tentang profil keterampilan menjahit warga belajar pada studi pendahuluan, dan yang kedua digunakan untuk mengamati perilaku kewirausahaan warga belajar pada pelaksanaan model yang dikembangkan dalam implementasi model (uji lapangan).

Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menjaring data, baik data dalam memotret perilaku kewirausahaan


(32)

dikembangkan, dan data penguasaan keterampilan menjahit dalam kaitannya dengan pengembangan model. Penguasaan keterampilan menjahit didasarkan pada komponen yang meliputi: (l) memahami konsep kewirausahaan, meliputi kewirausahaan dan pembelajaran kewirausahaan, (2), pengenalan dunia busana; pengetahuan dasar busana, dan pemilihan busana (3) penggunaan dan pemeliharaan piranti menjahit; mesin jahit dan perlengkapannya, dan alat bantu jahit, (4) persiapan menjahit; pemilihan desain busana, pola busana dan penggunaannya, dan pengepasan busana, dan (5) penjahitan dan penilaian hasil praktik; mempraktekkan teknik dasar menjahit, mempraktekkan penjahitan busana sesuai dengan desain busana, dan memahami penilaian hasil jahitan

Pengembangan instrumen penelitian yang digunakan, ditujukan untuk mengefektifkan proses penelitian. Ada empat jenis alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yakni:

1. Tes, dikembangkan dan digunakan untuk menjaring data yang bersifat pengetahuan dalam penguasaan keterampilan menjahit meliputi komponen: (l) memahami konsep kewirausahaan, meliputi kewirausahaan dan pembelajaran kewirausahaan, (2), pengenalan Dunia Busana; pengetahuan dasar busana, dan pemilihan busana (3) penggunaan dan pemeliharaan piranti menjahit; mesin jahit dan perlengkapannya, dan alat bantu jahit, (4) persiapan menjahit; pemilihan desain busana, pola busana dan penggunaannya, dan pengepasan busana, dan (5) penjahitan dan penilaian hasil praktik. Tes dilakukan terhadap


(33)

warga belajar subyek penelitian sebelum treatment implementasi model (pretest), dan sesudah treatment implementasi model (posttest). Jawaban atas butir tes merupakan skor, yang selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan secara kuantitatif.

2. Observasi dikembangkan dengan menggunakan skala ordinal, digunakan untuk menjaring data yang dikuantifikasi (berupa skor) penguasaan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan praktek pembelajaran aktual warga belajar, yang meliputi komponen kompetensi: (l) memahami konsep kewirausahaan, (2), pengenalan dunia busana, (3) penggunaan dan pemeliharaan piranti menjahit, (4) persiapan menjahit, dan (5) penjahitan dan penilaian hasil praktik. Observasi dilaksanakan sebelum dan sesudah treatment implementasi model yang dikembangkan. Obeservasi dilakukan kepada warga belajar dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui perkembangan kemampuan. Data hasil observasi setiap aspek dianalisis dan dideskipsikan secara kuantitaif. 3. Pedoman wawancara, dikembangkan untuk mengumpulkan infonnasi

dalam studi pendahuluan terkait dengan penyelenggaraan program paket C, dan program pendidikan keterampilan menjahit dengan sasaran utamanya adalah pihak SKB (kepala SKB dan tutor), dan Subdin Pendidikan Kesetaraan Dinas Pendidikan Kota Gorontalo. Pedoman wawancara untuk menggali informasi tersebut, adalah pedoman wawancara terbuka disusun untuk memberikan keleluasaan kepada


(34)

sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang lebih terbuka, sesuai dengan pendapat masing-masing. Jawaban yang diperoleh dari setiap butir pertanyaan dideskripsikan secara kualitatif. Sedangkan wawancara untuk mengumpulkan infomasi pelengkap dan menjadi faktor-faktor pendukung ataupun kendala dalam proses ujicoba dan implementasi model yang dikembangkan, peneliti sendiri bertindak sebagai instrumennya jawaban yang diperoleh dideskipsikan secara kualitatif.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dokumen-dokumen yang ada di Dinas Pendidikan Kota Gorontalo, dan SKB Gorontalo yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap keluasan analisis data. Teknik studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah kompetensi tutor, kompetensi warga belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, serta setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan keterampilan menjahit yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi dijadikan alat untuk mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara

E. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pendidikan keterampilan menjahit warga belajar Paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam perspektif


(35)

kewirausahaan. Penelitian merupakan kegiatan penelaahan terhadap suatu masalah secara terancang dengan menggunakan metode dan langkah-langkah sistematis, Metode itu sendiri merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis (Sugiyono, 2007: 19). Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan sebuah model pendidikan keterampilan menjahit dalam perspektif kewirausahaan yang tervalidasi untuk direkomendasikan, maka kegiatan penelitian diarahkan pada empat tahap kegiatan utama, meliputi: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model konsep, (3) melakukan ujicoba terbatas, (4) implementasi model (ujicoba lapangan), (5) penyusunan model yang direkomendasikan. Setiap tahap dari kegiatan penelitian ini selanjutnya diuraikan sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Kegiatan yang ditempuh pada studi pendahuluan melalui langkah-langkah:

a. Melakukan kajian teoritik yang meliputi kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Mengkaji konsep, model, asas dan manfaat pendidikan, teori, konsep-konsep pembelajaran, teori belajar orang dewasa, dan konsep-konsep kompetensi ideal warga belajar dalam pembelajaran.

2) Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model pendidikan keterampilan menjahit.


(36)

3) Analisis yuridis dan kebijakan implementasi program pendidikan keterampilan menjahit yang selama ini dilaksanakan baik oleh SKB maupun lembaga pendidikan di Kota Gorontalo.

4) Menetapkan konsep dan teori pokok, sebagai landasan pengembangan model, meliputi: pengertian, model, asas pendidikan keterampilan, profil kompetensi warga belajar paket C, konsep pembelajaran paftisipatif pendekatan teori pembelajaran dalam pendidikan.

b. Melakukan survey terkait penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan paket C pada SKB Kota Gorontalo, kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1) Melakukan kajian awal tentang profil kompetensi warga belajar

pendidikan kesetaraan paket C.

2) Melakukan potret awal tentang kondisi pelaksanaan pendidikan keterampilan menjahit pada program kesetaraan paket C pada SKB di Kota Gorontalo

3) Melakukan kajian awal program pelaksanaan pendidikan keterampilan menjahit, di SKB Kota Gorontalo.

4) Mendeskripsikan temuan penelitian pendahuluan tentang komponen kegiatan yang dilaksanakan.

2. Pengembangan Model Konseptual

Kegiatan yang ditempuh pada tahap pengembangan model konsep ini, meliputi:


(37)

1) Merancang model hipotetik pendidikan keterampilan menjahit berdasarkan hasil kajian teoritik, kondisi obyektif lapangan, hasil-hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan, serta ketentuan-ketentuan formal tentang pelaksanaan pendidikan keterampilan menjahit pada program kesetaraan paket C.

2) Menganalisis kesenjangan antara profil perilaku kewirausahaan warga belajar dalam melaksanakan pembelajaran program kesetaraan paket C dengan perilaku kewirausahaan ideal sesuai ketentuan formal (standar kompetensi warga belajar kesetaraan paket C).

3) Mendeskripsikan struktur program model pendidikan keterampilan menjahit dalam perspektif kewirausahaan, dan kerangka model pendidikan keterampilan menjahit dilakukan atas dasar masukan dari praktisi dan pakar, dalam upaya menguji kelayakan model hipotetik yang dikembangkan.

b. Verifikasi model hipotetik, kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Dilakukan validasi teoretik konseptual model hipotetik kepada para ahli.

2) Dilakukan validasi kelayakan model hipotetik kepada para praktisi di lapangan.

3) Revisi model hipotetik, dan siap untuk dilakukan ujicoba model secara terbatas (uji terbatas)


(38)

3. Melakukan Ujicoba Terbatas

Melakukan ujicoba model terbatas, kegiatan yang ditempuh pada tahap ini adalah:

1) Melaksanakan ujicoba model secara terbatas sebagai ujicoba oleh peneliti terhadap warga belajar di SKB.

2) Melakukan diskusi tentang hasil ujicoba untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam komponen model yang telah didesain dan divalidasi melalui uji kelayakan pakar dan praktisi.

3) Merumuskan upaya-upaya mengatasi kelemahan-kelemahan dalam rangka penyempurnaan model, didasarkan pada temuan, saran, pendapat peserta selama uji terbatas.

4) Mendeskripsikan hasil pelaksanaan ujicoba model, dan sekaligus, melakukan revisi/penyempurnaan model.

5) Hasil revisi/penyempurnaan model, dianggap sudah siap untuk di implementasikan dalam uji lapangan uji empirik.

4. Implementasi Model (Ujicoba Lapangan)

Pada implementasi model tahap kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan implementasi model pendidikan keterampilan menjahit dilakukan pada kelompok treatment, melalui eksperimen quasi, dengan langkah kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


(39)

1) Sebelum pelaksanaan pendidikan (implementasi model), melakukan pengamatan awal tentang perilaku kewirausahaan warga belajar (peserta) melalui observasi terhadap kegiatan pembelajaran, dan pretest dikenakan pada kelompok treatment dan kelompok kontrol.

2) Melaksanakan pelatihan, yaitu menerapkan model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan pada kelompak treatment. 3) Kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan implementasi

model meliputi: evaluasi proses pendidikan (keterlaksanaan model), evaluasi hasil pendidikan pasca implementasi pendidikan melalui posttest, dan observasi tentang perilaku kewirausahaan warga belajar dalam kegiatan refleksi hasil pendidikan.

Analisa terhadap hasil implementasi model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan, dengan langkah kegiatan yang dilakukannya adalah:

1) Melakukan analisis data sebelum pelaksanaan pendidikan/implementasi model pretest (data test dan data observasi pembelajaran warga belajar sebelum pendidikan) dengan sesudah pelaksahaan pendidikan/ implementasi model posttest (data test dan data observasi pembelajaran warga belajar pasca pendidikan) pada kelompok treatment, terkait dengan ada tidaknya perubahan perilaku kewirausahaan


(40)

2) Melakukan pengamatan terhadap perilaku kewirausahaan warga belajar, meliputi: rasa percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada tugas.

3) Melakukan analisis data perbedaan hasil pengamatan perilaku kewirausahaan sebelum dan sesudah pelaksanaan pendidikan keterampilan menjahit. Analisis dari kedua gain tersebut, dimaksudkan untuk mengkomparasikan perbedaannya sebagai dasar dalam menguji signifikansi peningkatan perilaku kewirausahaan (kelompok treatment) yang dianggap sebagai pengaruh dari implementasi model pendidikan keterampilan menjahit.

4) Analisis data yang ditempuh seperti tersebut di atas, dimaksudkan untuk mengetahui apakah model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan tersebut efektif untuk peningkatan perilaku kewirausahaan warga belajar pendidikan kesetaraan paket C.

5. Penyusunan Model yang Direkomendasikan.

Pengembangan model pendidikan keterampilan menjahit pada konteks kewirausahaan warga belajar kesetaraan paket C, dideskripsikan sebagai berikut: Pertama, dilakukan pengkajian berbagai teori yang relevan dengan pendidikan utamanya terkait dengan model pendidikan keterampilan menjahit, teori pendidikan orang dewasa, konsep dasar kewirausahaan. Agar peneliti memiliki gambaran awal yang lebih lengkap tentang model yang akan dikembangkan, peneliti juga melakukan pengkajian hasil-hasil penelitian lain


(41)

yang dianggap relevan, Kedua, dilakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan upaya peningkatan keterampilan menjahit dalam perspektif kewirausahaan warga belajar program paket c. Survey pada studi pendahuiuan dilakukan melalui pihak terkait pada penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan, dan pelaksanaan program pendidikan warga belajar. Survey pada penyelenggaraan pembelajaran pada program paket c dan pihak yang terkait pada penyelenggaraan pendidikan warga belajar. Seluruh informasi diperoleh dari pihak-pihak terkait tersebut, serta landasan yuridis formal yang relevan, dan kajian teoretis dijadikan acuan dalam studi pendahuluan untuk merumuskan model dan pengembangan selanjutnya. Ketiga, merancang model hipotetik pendidikan untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan warga belajar, peneliti melakukan analisis kesenjangan antara rnodel hipotetik dengan kondisi aktual pendidikan yang dilakukan warga belajar di lapangan. Selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan dalam merumuskan model hipotetik Keempat, melakukan uji kelayakan model hipotetik melalui judgement pakar untuk perbaikan konseptual dan kesesuaian model hipotetik tersebut. Uji kelayakan model hipotetik tersebut dilakukan melalui penilaian oleh praktisi dan sejawat peneliti, untuk memberikan masukan kesesuaian model tersebut di tingkat lapangan. Uji kelayakan dimaksudkan untuk memperbaiki draf model hipotetik yang telah dirumuskan, sehingga model hipotetik tersebut siap untuk diujicobakan secara terbatas. Kelima, melakukan ujicoba terbatas model


(42)

hipotetik hasil uji kelayakan yang melibatkan warga belajar program paket c. Ujicoba model secara terbatas ini, dimaksudkan untuk memvalidasi model, melalui penyempurnaan model hipotetik yang telah diuji kelayakannya oleh pakar dan praktisi, berdasarkan temuan-temuan dalam ujicoba tersebut, sehingga siap untuk dilakukan implementasi model dalam uji lapangan. Keenam, melakukan uji penguasaan keterampilan menjahit warga belajar kelompok treatment sebelum implementasi model, uji penguasaan kompetensi dilakukan melalui tes dan observasi sebelum implementasi model. Pengamatan perilaku kewirausahaan warga belajar sebelum implementasi model tersebut, dimaksudkan untuk memperoleh data perilaku kewirausahaan warga belajar untuk dikomparasikan dengan perilaku kewirausahaan warga belajar pasca implementasi model pasca pendidikan (sebagai posttest). Analisis komparasi kedua macam data tersebut digunakan untuk menguji efektivitas model yang dikembangkan. Ketujuh, implementasi model uji lapangan, kegiatan implementasi model pada tahap ini dilakukan terhadap kelompok treatment, yaitu kelompok warga belajar kesetaraan paket C. lmplementasi model pendidikan keterampilan menjahit dilangsungkan di ruang praktek menjahit SKB Gorontalo. Kedelapan, evaluasi hasil implementasi model, kegiatan pada tahap ini, dilakukan melalui kegiatan pengujian pasca pendidikan dilakukan untuk memperoleh data perilaku kewirausahaan warga belajar pasca implementasi model. Data yang diperoleh adalah data hasil tes pasca pendidikan, dan data observasi pelaksanaan warga belajar mengajar pasca


(43)

pendidikan. Data hasil posttest dalam analisisnya dikomparasikan dengan data hasil pretest sebagai dasar analisis efektivitas model yang dikembangkan. Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa model yang dikembangkan efektif dan berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi warga belajar, lebih lanjut dilakukan analisis model berdasarkan hasil implementasi model/uji lapangan tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan data pengamatan perilaku kewirausahaan sebelum dan setelah pelaksanaan pendidikan keterampilan menjahit. Dari hasil analisis ini dirancang model "akhir" pendidikan keterampilan menjahit warga belajar paket C sebagai sistem pembelajaran PLS dalam perspektif kewirausahaan sebagai "model yang akan direkomendasikan".

Keseluruhan tahapan dalam pengembangan model akhir pendidikan keterampilan menjahit ini mulai dari langkah pertama sarnpai dengan langkah ke lima dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(44)

3.1. Tahapan Pengembangan Pendidikan Keterampilan Menjahit Warga Belajar Paket C dalam Perspektif Kewirausahaan

F. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data

Tahapan dalam proses penelitian, terdiri atas langkah: (1) meneliti hasil penelitian berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, (2) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (3) uji lapangan, dan (4) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba lapangan.

STUDI PENDAHULUAN Program Pembelajaran Keterampilan Menjahit, Perilaku kewirausahaan warga belajar, Analisis

Kebutuhan Model

MODEL KONSEPTUAL Rasionalisasi, Asumsi Pengembangan Model,

Tujuan Pengembangan, Komponen Pengembangan, Indikator Keberhasilan, dan

Prosedur Pelaksanaan

PRAKTISI VALIDASI MODEL PAKAR

HIPOTETIK

Ujicoba Terbatas

Implementasi Model

MODEL YANG DIREKOMENDASIKAN

1

3

4

5 2


(45)

Merujuk pada tahapan dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu: (l) pekerjaan menuliskan data, (2) mengedit, (3) mengklasifikasikan data, (4) mereduksi, dan (5) interpretasi atau memberi tafsiran. Berdasakan pada rencana analisis data tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Analisis Data Tahap Pertama

Analisis data penelitian tahap pertama, terkait dengan studi pendahuluan, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan untuk memaknai deskripsi obyektif tentang implementasi pendidikan keterampilan menjahit warga belajar pada kondisi aktual dan kontekstual yang pernah dilakukan terkait penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan paket C. Analisis data kuantitatif hasit studi pendahuluan dilakukan untuk memaknai kondisi profil pendidikan keterampilan menjahit warga belajar kesetaraan paket C. Analisis data secara kualitatif yang dimaksudkan di atas, secara keseluruhan untuk mendeskripsikan hasil studi pendahuluan sebagai salah satu komponen penting untuk terumuskannya model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan. Sedangkan analisis data kuantitatif pada studi pendahuluan untuk memotret profil perilaku kewirausahaan warga belajar, sebagai komponen penting sebagai dasar memperoleh gambaran kondisi perilaku


(46)

kewirausahaan warga belajar sebagai faktor pendukung pentingnya peningkatan perilaku kewirausahaan melalui model yang dikembangkan

2. Analisis Data Tahap Kedua

Analisis data pada tahap ini digunakan prosedur kualitatif; dan bentuknya adalah menelaah faktor-faktor yang secara konseptual akan menjadi kendala dalam rnengimplementasikan model pendidikan keterampilan menjahit yang dirancang. Analisis data pada tahap ini untuk memaknai kondisi obyektif atas pandangan para pengelola program paket C, praktisi, dan para pakar (pembimbing). Hasil analisis ini dapat dijadikan pedoman, dalam memverifikasi model awal pendidikan untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan warga belajar.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kondisi objektif pendidikan keterampilan menjahit, memiliki kondisi yang cukup krusial, dimana kualifikasi akademik tutor sebagian besar kualifikasi sudah S1 (qualified) namun mereka dari sarjana non kependidikan, serta terjadinya ketidakcocokan (miss-match) antara bidang keahliannya dengan praktek dalam program paket C. Adanya guru yang mengajar keterampilan menjahit tidak sesuai dengan keahliannya, maka dilakukan perekrutan terhadap masyarakat yang memiliki kemampuan mendidik dan memiliki keterampilan menjahit sesuai standar yang tertuang dalam program kerja pendidikan keterampilan menjahit.

2. Pengembangan model pendidikan keterampilan menjahit sebagai sebuah pendekatan pendidikan yang menitikberatkan pada kegiatan praktis dalam pelaksanaannya, dan sekaligus merupakan sebuah intervensi pembelajaran untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan kesetaraan paket C pada SKB, maka dapat terdeskripsikan bahwa: (a). Proses pengembangan model pendidikan yang dilakukan melalui uji kelayakan baik melalui analisis kualitas model dan penilaian pakar dan praktisi, telah memantapkan


(48)

kelayakan model hipotetik dan model pendidikan yang dikembangkan. Mantapnya kelayakan model hipotetik yang dikembangkan, terbukti dari adanya sistematika dan hubungan antar komponen model yang memudahkan implementasi ujicoba model bagi fasilitator dan warga belajar. (b). Model hipotetik pendidikan yang dikembangkan, telah disempurnakan, dan layak diujicobakan, mampu diterima secara positif dan telah mengkondisikan peserta dalam implementasinya, menunjukkan kemauan dan kemampuan berpartisipasi positif dalam melakukan kegiatan belajar, dan terciptanya komunikasi edukasi dalarn pembelajaran akibat intervensi model pendidikan yang dilakukan fasilitator terhadap warga belajar. (c). Model pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan telah mampu memfasilitasi tutor SKB, sehingga mereka mampu melakukan proses pembelajaran secara partisipatif dan kolaboralif berdasarkan kebutuhan belajarnya, dan membuka akses untuk pemenuhan kebutuhan peningkatan perilaku kewirausahaan warga belajar.

3. Efektivitas model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan, telah menunjukkan efektivitas dalam perolehan hasil belajar yang didukung oleh sistematika dan hubungan antar komponen yang adaptif sehingga dapat dilaksanakan oleh fasilitator sebagai sumber belajar dan oleh warga belajar dalam melakukan upaya pengembangan perilaku kewirausahaannya. Peningkatan perilaku kewirausahaan tersebut merupakan perilaku wirausaha tingkat dasar, yang meliputi indikator: (1)


(49)

percaya diri terdiri dari; keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. (2) Berorientasi pada tugas dan hasil terdiri atas: kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan tekad kerja keras, dan mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif. (3) pengambilan resiko terdiri atas; kemampuan mengambil resiko, dan suka pada tantangan. (4) perilaku kepemimpinan terdiri atas : bertingkah laku sebagai pimpinan, dapat bergaul dengan orang lain, menggapai saran dan kritik. (5), keorinalitas terdiri atas: inovatif dan kreatif, fleksibel dan punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak. (6) berorientasi masa depan warga belajar.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam upaya desiminasi model pendidikan yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

Pertama: Rekomendasi untuk Desiminasi Model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan dalam penelitian ini, telah menunjukkan efektif berpengaruh signifikan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan pendidikan kesetaraan paket C di SKB. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan para pengambil keputusan (pemerintah) dapat mendiseminasikan model ini sebagai alternatif untuk mendukung keberlanjutan program pendidikan yang efektif dan efisien dalam hubungannya dengan pengembangan perilaku kewirausahaan warga belajar paket C khususnya, dan warga belajar kesetaraan pada umumnya.


(50)

Kedua, bagi pengelola SKB; proses pendidikan berfokus pada pertimbangan pada pengembangan komponen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi hasil Pendidikan.

Ketiga, bagi warga belajar dapat mengembangkan jiwa kewirausahaannya dalam pelaksanaan menjahit. Warga belajar tidak saja melakukan inovasi-inovasi dalam menjahit, tetapi bekerja keras untuk menemukan hasil terbaik sehingga konsumen atau pelanggan puas. Dengan kepuasan konsumen/pelanggan tersebut maka jumlah konsumen/pelanggan akan meningkat sehingga pendapatanpun akan meningkat dengan baik dan akan berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan.

Keempat, Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut Penelitian tentang pengembangan model pendidikan keterampilan menjahit, telah memberikan bukti efektif meningkatkan perilaku kewirausahaan pendidikan kesetaraan paket C di SKB. Namun tentu masih terdapat kelemahan, serta keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak bisa dihindari, terlebih berkaitan dengan metode penelitian ini bersifat riset pengembangan sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi. Oleh sebab itu penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang memungkinkan dihasilkannya model baru yang lebih efektif dan perlu terus dikembangkan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Ubbiyati, (2001). “Ilmu Pendidikan”, Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Alma, Buchori. (2002). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

________, (2005). Kewirausahaan untuk mahasiswa dan umum. Bandung: CV Alfabeta.

Anonim,( 2000). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

________, 2000. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

Buchari, Zainun, (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Manajemen Personalia. Jakarta:Perpustakaan Nasional RI.

Bodgan, RC dan Biklen SK, 1982. Research in Education and Social. Kogakusha.

Bygrave, L. and McConnell, C. (1994). Community Education and Community Deffietopmenf, Dundee: Dundee College of Education.

Charles Harvie, (2003). Regional SME.s and Competration in The Wake of the

Financial and Economis Criteria. New Asian Regionalism.

Responses to Globalisation and Crises. Editor: TanVan Hoa and Charles Harvie. Pargrave Macmillan.

Coombs, P. (1985). The World Crisis in Education, New York: Oxford University Press.

Danuhadimedjo, D. R. (1998). Kewiraswastaan dan Pembangunan. Bandung: Alfabeta

Departemen Pendidikan Nasional RI (2006). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.


(52)

________, 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang

________, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.

________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. Departemen Pendidikan Nasional, (2004), National Plan of Action,

Indonesia’s Education For All. Proyek Pendidikan Luar Sekolah (PLS) , Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Education for All Pendidikan Untuk

Semua, Persiapan Rencana Kerja Nasional, Direktorat Jenderal

Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional RI.

Dirha, Alexander Nugraha (2003), 8 Revolusi Sikap Menjadi Entrepreneur, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta.

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan yang

Terserak, menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang

Tercerai. Editor: Dudung R.H. Bandung: Alfabeta.

Fattah, Nanang. (2001). Manajemen personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.

Jacius, Michael J. (1996) Growing Old in the Twentieth Century, London: Routledge.

Kamil, Mustofa, (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan, (Konsep dan Aplikasi). Bandung. Alfabeta

Kasmir, (2006). Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta

Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat melalui Kursus dan Pelatihan. 2010


(53)

Kemmis S. & McTaggart C. (1988). The Action Research Planner. Deakin: Deakin University Press

Knowles Malcolm, (1984) The Adult Learner :A Neglected Species,Third Edition, Houston:: Gulf Publishing Company Book Devision

Longenecker, Justin G. Moore Carlos W, Petty J. William. (2001). Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Jakarta: Salemba Empat. Maryadi. (2005). Pemberdayaan Potensi Masyarakat Melalui Pendidikan

Kecakapan Hidup. Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Edisi 6, Th X, September 2005. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Merriam, (1989). Produktivitas dan Kewirausahaan dalam Pendidikan Luar Sekolah. Artikel. Tidak dipublikasikan

Muhandri, T. 2002. Kewirausahaan, Pengenalan Manajemen Usaha Kecil. http:///www.kewirausahaan-pengenalan-manajemen-usaha – kecil.html) diakses tanggal 23 Januari 2012 pukul 21.00

Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Enceng. (2008). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta

Nasution S. (1986). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: CV. Jemars Oyi, Alim, (2010). Pembelajaran Kewirausahaan. Materi Perkuliahan.

Paul G. Stoltz (2000), Adversity Quotient (terjemahan T. Hermaya), Gramedia. Widiasarana, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991

Purnomo, Bambang Hari. (2005). Membangun semangat Kewirausahaan. Yogyakarta. LaksBang PRESSindo

Riyanti, A. (2003). Upaya Penumbuhan Wirausaha Baru. Jurnal. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006. Jakarta.

Sembel, Roy. (2007). Apakah Anda Memiliki Jiwa Wirausaha?. (www.roy-sembel.com, Sandra Sembel, pemerhati dan praktisi pengembangan SDM sembel@yahoo.com.2007. diakses tanggal 23 Januari 2012 pukul 21.00


(54)

Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Simarmata, Djoko. (1983). Pelatihan bagi Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka Siswoyo, D. Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press.

Sudjana, D. (2000), Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung, serta Asas, Bandung: Falah Production.

________. (2004). “Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah“.Bandung

Sudrajat, Akhmad. (2010). Konsep Manajemen Sekolah. (Konsep Manajemen Sekolah « AKHMAD SUDRAJAT LET’S TALK ABOUT EDUCATION !2.htm) diakses tanggal 23 Januari 2012 pukul 21.00 Suprodjo, Pusposutardjo (1999). “Pengembangan Budaya Kewirausahaan

Melalui Matakuliah Keahlian”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka

Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999

Suryana, (2006), Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat

Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (No. 20 Tahun 2003). Bandung: Fokusmedia.

Trisnamansyah. (2003). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit Falah Production.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Usman, Iskandar, (1997). Manajemen Bisnis. Jakarta: Pustaka Jaya

West, Michael A. (2000). Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius, Yogyakarta.

www.entre-ed.org. Entrepreneushi Education. Diakses tanggal 26 Maret 2012


(1)

percaya diri terdiri dari; keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. (2) Berorientasi pada tugas dan hasil terdiri atas: kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan tekad kerja keras, dan mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif. (3) pengambilan resiko terdiri atas; kemampuan mengambil resiko, dan suka pada tantangan. (4) perilaku kepemimpinan terdiri atas : bertingkah laku sebagai pimpinan, dapat bergaul dengan orang lain, menggapai saran dan kritik. (5), keorinalitas terdiri atas: inovatif dan kreatif, fleksibel dan punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak. (6) berorientasi masa depan warga belajar.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam upaya desiminasi model pendidikan yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

Pertama: Rekomendasi untuk Desiminasi Model pendidikan keterampilan menjahit yang dikembangkan dalam penelitian ini, telah menunjukkan efektif berpengaruh signifikan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan pendidikan kesetaraan paket C di SKB. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan para pengambil keputusan (pemerintah) dapat mendiseminasikan model ini sebagai alternatif untuk mendukung keberlanjutan program pendidikan yang efektif dan efisien dalam


(2)

Kedua, bagi pengelola SKB; proses pendidikan berfokus pada pertimbangan pada pengembangan komponen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi hasil Pendidikan.

Ketiga, bagi warga belajar dapat mengembangkan jiwa kewirausahaannya dalam pelaksanaan menjahit. Warga belajar tidak saja melakukan inovasi-inovasi dalam menjahit, tetapi bekerja keras untuk menemukan hasil terbaik sehingga konsumen atau pelanggan puas. Dengan kepuasan konsumen/pelanggan tersebut maka jumlah konsumen/pelanggan akan meningkat sehingga pendapatanpun akan meningkat dengan baik dan akan berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan.

Keempat, Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut Penelitian tentang pengembangan model pendidikan keterampilan menjahit, telah memberikan bukti efektif meningkatkan perilaku kewirausahaan pendidikan kesetaraan paket C di SKB. Namun tentu masih terdapat kelemahan, serta keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak bisa dihindari, terlebih berkaitan dengan metode penelitian ini bersifat riset pengembangan sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi. Oleh sebab itu penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang memungkinkan dihasilkannya model baru yang lebih efektif dan perlu terus dikembangkan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Ubbiyati, (2001). “Ilmu Pendidikan”, Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Alma, Buchori. (2002). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

________, (2005). Kewirausahaan untuk mahasiswa dan umum. Bandung: CV Alfabeta.

Anonim,( 2000). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar

Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

________, 2000. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar

Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Buchari, Zainun, (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Manajemen Personalia. Jakarta:Perpustakaan Nasional RI.

Bodgan, RC dan Biklen SK, 1982. Research in Education and Social. Kogakusha.

Bygrave, L. and McConnell, C. (1994). Community Education and Community

Deffietopmenf, Dundee: Dundee College of Education.

Charles Harvie, (2003). Regional SME.s and Competration in The Wake of the

Financial and Economis Criteria. New Asian Regionalism.

Responses to Globalisation and Crises. Editor: TanVan Hoa and Charles Harvie. Pargrave Macmillan.

Coombs, P. (1985). The World Crisis in Education, New York: Oxford University Press.

Danuhadimedjo, D. R. (1998). Kewiraswastaan dan Pembangunan. Bandung: Alfabeta


(4)

________, 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan

Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur

Balitbang

________, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.

________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. Departemen Pendidikan Nasional, (2004), National Plan of Action,

Indonesia’s Education For All. Proyek Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ,

Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Education for All Pendidikan Untuk

Semua, Persiapan Rencana Kerja Nasional, Direktorat Jenderal

Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional RI.

Dirha, Alexander Nugraha (2003), 8 Revolusi Sikap Menjadi Entrepreneur, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta.

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan yang

Terserak, menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang

Tercerai. Editor: Dudung R.H. Bandung: Alfabeta.

Fattah, Nanang. (2001). Manajemen personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.

Jacius, Michael J. (1996) Growing Old in the Twentieth Century, London: Routledge.

Kamil, Mustofa, (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan, (Konsep dan Aplikasi). Bandung. Alfabeta

Kasmir, (2006). Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta

Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan.

Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat melalui Kursus dan


(5)

Kemmis S. & McTaggart C. (1988). The Action Research Planner. Deakin: Deakin University Press

Knowles Malcolm, (1984) The Adult Learner :A Neglected Species,Third Edition, Houston:: Gulf Publishing Company Book Devision

Longenecker, Justin G. Moore Carlos W, Petty J. William. (2001).

Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Jakarta: Salemba Empat.

Maryadi. (2005). Pemberdayaan Potensi Masyarakat Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup. Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Edisi 6, Th X, September 2005. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Merriam, (1989). Produktivitas dan Kewirausahaan dalam Pendidikan Luar Sekolah. Artikel. Tidak dipublikasikan

Muhandri, T. 2002. Kewirausahaan, Pengenalan Manajemen Usaha Kecil. http:///www.kewirausahaan-pengenalan-manajemen-usaha – kecil.html) diakses tanggal 23 Januari 2012 pukul 21.00

Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Enceng. (2008). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam

Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta

Nasution S. (1986). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: CV. Jemars Oyi, Alim, (2010). Pembelajaran Kewirausahaan. Materi Perkuliahan.

Paul G. Stoltz (2000), Adversity Quotient (terjemahan T. Hermaya), Gramedia. Widiasarana, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991

Purnomo, Bambang Hari. (2005). Membangun semangat Kewirausahaan. Yogyakarta. LaksBang PRESSindo

Riyanti, A. (2003). Upaya Penumbuhan Wirausaha Baru. Jurnal. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006. Jakarta.


(6)

Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Simarmata, Djoko. (1983). Pelatihan bagi Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka Siswoyo, D. Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press.

Sudjana, D. (2000), Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung, serta Asas, Bandung: Falah Production.

________. (2004). “Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar

Sekolah“.Bandung

Sudrajat, Akhmad. (2010). Konsep Manajemen Sekolah. (Konsep Manajemen Sekolah « AKHMAD SUDRAJAT LET’S TALK ABOUT EDUCATION !2.htm) diakses tanggal 23 Januari 2012 pukul 21.00 Suprodjo, Pusposutardjo (1999). “Pengembangan Budaya Kewirausahaan

Melalui Matakuliah Keahlian”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999

Suryana, (2006), Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses, Salemba Empat

Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional (No. 20 Tahun 2003). Bandung: Fokusmedia.

Trisnamansyah. (2003). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit

Falah Production.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Usman, Iskandar, (1997). Manajemen Bisnis. Jakarta: Pustaka Jaya

West, Michael A. (2000). Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius, Yogyakarta.

www.entre-ed.org. Entrepreneushi Education. Diakses tanggal 26 Maret 2012 Zainun, B. (1989). Manajemen dan Motivasi. Balai Aksara. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR LEMBAGA PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT ZETA

0 11 20

Model Pembelajaran Warga Belajar Kejar Paket C Di Tinjau Dari Prestasi Belajar Di Sanggar Kegiatan Belajar Gunungpati Kota Semarang

0 7 138

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus Warga Belajar Paket C Pada Kursus Tata Kecantikan Rambut di SKB Grobogan Jawa Tengah Tahun 2012)

2 16 197

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL MELALUI KECAKAPAN HIDUP WARGA BELAJAR PAKET C PADA KETERAMPILAN MENJAHIT DI SKB SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

2 55 121

KESEJAHTERAAN HIDUP WARGA BELAJAR KESETARAAN PAKET C DITINJAU DARI MINAT BELAJAR, KETRAMPILAN, Kesejahteraan Hidup Warga Belajar Kesetaraan Paket C Ditinjau dari Minat Belajar, Keterampilan, dan Kemampuan Warga Belajar Pendidikan Kesetaraan di Kecamatan

0 1 16

KESEJAHTERAAN HIDUP WARGA BELAJAR KESETARAAN PAKET C DITINJAU DARI MINAT BELAJAR, KETRAMPILAN, Kesejahteraan Hidup Warga Belajar Kesetaraan Paket C Ditinjau dari Minat Belajar, Keterampilan, dan Kemampuan Warga Belajar Pendidikan Kesetaraan di Kecamatan

0 1 128

PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN: Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar.

0 2 37

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR PAKET C: Studi di SKB Kota Gorontalo.

0 0 63

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN FUNGSIONAL TERHADAP KEWIRAUSAHAAN WARGA BELAJAR.

0 1 104

pengembangan model pembelajaran kolaboratif dalam meningkatkan hasil belajar warga belajar paket c studi di skb kota gorontalo

0 0 259