PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN: Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar.

(1)

PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI

WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh : Sri Rohmawati

1003191

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)

Oleh Sri Rohmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sri Rohmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Sri Rohmawati, (2013) Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Pada Pelatihan Kewirausahaan (Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar).

Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan pokok yaitu bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar kepada warga belajar paket C usia remaja.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar pelatihan kewirausahaan, 2) Untuk memperoleh gambaran tentang peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada warga belajar dan 3) Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep pendidikan luar sekolah, konsep motivasi belajar, konsep peran instruktur, konsep hasil belajar dan konsep pelatihan kewirausahaan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan triangulasi. Sampel yang dijadikan responden ialah satu instruktur, satu orang pengelola, dua warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah diambil dari populasi sebanyak 22 orang, dan dua orang tua dari warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar yang tinggi dan rendah.

Dari hasil penelitian maka diperoleh : 1) Kondisi awal motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan secara umum rendah, dibuktikan dengan kurangnya kemauan untuk belajar. 2) Peran instruktur menumbuhkan motivasi warga belajar berdasarkan perannya sebagai informator, organisator, motivator, penengah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator dapat dilakukan dengan baik dalam membina, melatih, mengajar dan mendidik warga didiknya. 3) Hasil belajar warga belajar berdasarkan kognitif mendapatkan wawasan berwirausaha, afektif terjadi perubahan sikap kemandirian, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Psikomotorik mampu mengelola suatu usaha bersama di PKBM Misykatul Anwar.

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, paling tampak motivasi ekstrinsiklah yang mendorong peserta untuk mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan lalu berangsur-angsur memiliki motivasi intrinsik. Peran instruktur cenderung baik dengan kemampuan pendidik yang dimiliki. Hasil belajar yang diperoleh warga belajar cenderung baik dengan dibuktikan praktik kesehariannya dan mengalami perubahan sikap belajar ke arah yang lebih baik dan perubahan kesejahteraan.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... ... 9

E. Struktur Organisasi ... ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... ... 11

B. Konsep Instruktur ... ... 14

C. Konsep Motivasi Belajar ... ... 19

D. Konsep Hasil Belajar ... ... 28

E. Konsep Pelatihan Kewirausahaan ... ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi Subjek Populasi/Sampel ... ... 38.

B. Desain Penelitian ... ... 39

C. Metode Penelitian ... ... 41

D. Definisi Operasional ... ... 44

E. Instrumen Penelitian ... ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Analisis Data ... ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum ... 51

1. Profil PKBM ... 51

2. Gambaran Umum Pelatihan Kewirausahaan ... 54

B. Hasil Penelitian ... ... 55

1. Data Responden ... ... 55


(6)

4. Hasil Belajar yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 85

C. Pembahasan ... ... 91 1. Gambaran Tentang Motivasi Warga Belajar Pelatihan Kewirausahaan ... ... 92

2. Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Melalui Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 95 3. Hasil Belajar Yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... . 104 B. Saran ... .... 105 DAFTAR PUSTAKA ... 107 DAFTAR LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri atau Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah ... 12

Tabel 2.2 Karakterisitk Kewirausahaan ... 36

Tabel 4.1 Data Instruktur Pelatihan Kewirausahaan ... 54

Tabel 4.2 Data Materi dan Bahan Ajar Pelatihan Kewirausahaan ... 55


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasional, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Kedua subsistem ini memiliki andil dalam mencerdaskan bangsa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu “ … turut mencerdaskan kehidupan bangsa”. Betapa tidak, pendidikan merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu negara, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3, bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang telah dikemukakan pada Pasal 3 di atas, merupakan hal mendasar bagi pembangunan. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari pendidikan, dimana pendidikan mempunyai makna sebagai proses yang menjadikan manusia memiliki kemampuan, memiliki sains dan teknologi serta kepandaian. Pendidikan bagi setiap warga negara ditujukan untuk membangun manusia yang beradab, manusia yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.


(10)

Tujuan umum pendidikan Nasional Indonesia secara jelas dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebebasan.

Oleh karena itu, pendidikan mempunyai tanggung jawab besar terhadap pembentukan karakter bagi setiap warga negara tanpa terkecuali seperti apa yang sudah termaktub dalam UU di atas. Pendidikan pun merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu bagi semua pihak yang peduli dengan kemajuan bangsa ini, harus bersiap sedia dalam meningkatkan kualitas pendidikan seperti apa yang diharapkan.

Salah satu jalur yang dapat mengantarkan kita kepada kualitas pendidikan yang mumpuni ialah melalui pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah). Hal ini dikarenakan pada jalur pendidikan ini terdapat kurikulum pembelajaran yang menekankan pada pengembangan diri dan lifeskill seseorang. Senada dengan hal itu Sudjana ( 2004 : 3 ) menjelaskan bahwa :

Pendidikan mencakup semua komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan yang diselenggarakan dalam kehidupan nyata di masyarakat, lingkungan keluarga, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan kehidupan lainnya. Dalam kaitannya dengan pembangunan di negara-negara berkembang, meliputi pengembangan semua aspek kehidupan dengan

menggarap program-program pendidikan yang berorientasi pada

pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, lapangan usaha, kewirausahaan dan pembangunan pada umumnya.

Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah pendidikan yang bisa menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian yang lebih baik. Salah satu langkah dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter yang lebih baik ialah melalui lembaga pelatihan. Maraknya pelatihan-pelatihan motivasi dan pengembangan diri sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah


(11)

3

kehidupan sosial yang ada. Salah satu pelatihan motivasi dan pengembangan diri yaitu melalui pelatihan kewirausahaan. Pelatihan sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, dan majelis taklim, serat satuan pendidikan yang sejenis.”

Salah satu lembaga penyelenggara pelatihan motivasi, pengembangan diri dan kewirausahaan adalah PKBM Misykatul Anwar di Cimahi. Lembaga ini berperan sebagai sarana pemupuk semangat bagi warga belajar yang memiliki keinginan dan kemauan dalam meningkatkan pengembangan dirinya melalui kewirausahaan. Hal ini diperlukan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri bagi warga belajar tersebut dalam menghadapi tantangan dunia global sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI bagan kelima pasal 26 ayat 2, bahwa “Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.”

Dan ayat 5, bahwa :

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Seperti apa yang telah dikemukakan mengenai pelatihan merupakan salah satu media pendidikan keterampilan bagi setiap orang, dalam hal ini ialah pelatihan kewirausahaan. Pelatihan memegang peranan penting dalam mempersiapkan generasi penerus. Peran tenaga pendidik di dalamnya pun sangat besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Oleh karena tenaga pendidik memiliki peranan yang besar, maka pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik agar ia dapat menjalankan tugasnya secara profesional, sebagaimana telah dituliskan pada Pasal 28 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yaitu,


(12)

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :

1. Kompetensi pedagogik, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi profesional, dan 4. Kompetensi sosial.

Tenaga pendidik dalam pelatihan disebut instruktur sebagaimana telah diungkapkan pada Pasal 30 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidika yang berbunyi “(8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur dan penguji.” Instruktur merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, instruktur harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Pada setiap diri tenaga pendidik itu terletak tanggung jawab untuk membawa para peserta didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini, instruktur tidak semata-mata sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik dan pelatih, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sardiman (2011 : 125) bahwa “Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of value, sekaligus sebagai pembimbing.”

Jadi tugas instruktur bukan hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hendaknya instruktur dapat menanamkan konsep-konsep yang benar dari materi pembelajaran yang disampaikan, serta dapat mengarahkan dan menuntun warga belajarnya dalam belajar. Sehingga ilmu yang dipelajari warga belajar dapat bermanfaat dalam kehidupan warga belajar, di waktu sekarang dan yang akan datang. Peranan instruktur pun begitu kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan warga belajarnya ke taraf yang dicita-citakan. Salah satu peran instruktur ialah mendidik. Mendidik


(13)

5

berarti mentransfer nilai-nilai kepada warga belajarnya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik pun suatu usaha memanusiakan manusia. Dengan dimikian, secara esensial dalam proses pendidikan, seorang instruktur tidak hanya pembawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan instruktur harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan warga belajar khususnya untuk memotivasi warga belajar, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Selain persiapan dari instruktur, yang paling penting adalah bagaimana kesiapan warga belajar dalam menerima pembelajaran dalam pelatihan tersebut. Jika warga belajar siap baik secara fisik maupun mental, maka materi ajar yang diberikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh warga belajar serta memperoleh hasil yang baik.

Kesiapan peserta didik atau warga belajar merupakan faktor penting dan sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar, disamping kesiapan yang lain. Pada diri warga belajar terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Penggerak belajar ini dinamakan motivasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdorrakhman (2010, 114), “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat”.

Motivasi warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran merupakan bentuk respon dari warga belajar mengikuti proses pembelajaran dimana motivasinya mengikuti dorongan dari dalam (motivasi intrinsik) dan dari luar (motivasi ekstrinsik), serta responnya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran tersebut. Hal ini merupakan upaya untuk mecapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran terkait erat dengan tinggi rendahnya motivasi dan ada tidaknya respon dari warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.

Hal ini pun berlaku pada warga belajar Paket C yang mengikuti pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Pelatihan yang peneliti teliti di PKBM Misykatul Anwar ini ialah pelatihan kewirausahaan dimana subjek


(14)

pelatihan tersebut ialah warga belajar usia remaja dengan rentang usia 12 sampai 20 tahun, sebanyak 22 orang. Pelatihan ini diselenggarakan dalam upaya menumbuhkembangkan sikap dan mental untuk mau belajar pada warga belajar tersebut dan dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri remaja dengan mayoritas berlatar belakang broken home, ekonomi lemah, dan kurangnya perhatian orang tua dan keluarga akan pendidikan terhadap anaknya. Hal inilah yang membuat sebagian besar warga belajar memiliki motivasi belajar rendah dan cenderung acuh tak acuh dalam belajar di kelas maupun diluar kelas. Seperti tidak memperhatikan tutor atau instruktur ketika mengajar, kurang aktif di kelas, dan jarang bertanya, serta adanya rasa bosan bagi warga belajar tersebut. Sehingga mengakibatkan kurangnya kehadiran warga belajar di setiap pertemuan.

Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh instruktur dalam proses pelatihan ialah metode ceramah, diskusi, simulasi, role play dan demonstrasi. Bahan ajar yang dipakai sudah mengacu kepada rumusan materi ajar dari dinas pendidikan kota yaitu mengenai aspek soft skill dan hard skill. Materi soft skill seperti kepercayaan diri, memiliki impian, berpikir kreatif, etika usaha, kepemimpinan, berani mengambil risiko dan lain sebagainya. Sedangkan materi hard skill seperti berani berbicara di depan umum (public speaking), pemasaran produk, memahami laporan keuangan, keterampilan membuka usaha, keterampilan merencanakan usaha dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut diajarkan oleh empat instruktur yang berlatar belakang pendidikan SMA dan S1. Dari materi yang telah disampaikan selama proses pembelajaran dilakukan evaluasi pembelajaran baik secara tes maupun nontes. Secara tes, dilakukan dengan sistem tertulis dan praktik. Sedangkan secara nontes dilakukan evaluasi berupa kuesioner, skala dan studi kasus terhadap kasus yang terjadi pada warga belajar selama proses kegiatan pelatihan berlangsung.

Sistem pembelajaran yang telah disebutkan di atas dapat menjadi faktor penentu motivasi belajar peserta pelatihan kewirausahaan, baik rendah ataupun tinggi. Motivasi belajar yang telah disebutkan sebelumnya terjadi pada sebagian warga belajar, namun masih ada warga belajar yang memiliki motivasi belajar


(15)

7

yang cukup tinggi dengan dibuktikan pada proses pembelajaran di kesehariannya. Seperti rajin mengikuti seluruh rangkaian proses belajar pada pelatihan tersebut, aktif ketika proses kegiatan belajar berjalan, dan dapat mempraktikan secara baik bagaimana menjadi seorang wirausaha.

Berkaitan dengan proses belajar di atas, maka akan ada hasil belajar dari pelatihan kewirausahaan yang didapatkan. Salah satu hasil belajar yang didapatkan ialah kemampuan mandiri dalam mengembangkan usaha produksi makanan olahan ubi ungu. Usaha yang dilakukan oleh 11 warga belajar ini telah dijalankan selama dua tahun. Selama itu pula, seluruh proses perencanaan, produksi dan pemasaran dilakukan secara mandiri oleh warga belajar tersebut. Jika dilihat dari segi keuntungan, omset yang dapat diraih setiap bulannya sekitar Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00. Suatu angka yang cukup baik bagi warga belajar di usia remaja seperti mereka dengan latar belakang ekonomi yang kurang. Bertalian dengan hal-hal yang telah dipaparkan, peneliti telah mengamati proses pembelajaran yang diberikan instruktur dan hasil belajar yang diraih dari ke 22 warga belajar dengan berbagai perbedaan pencapaian hasil belajar tersebut. Ada sebagian warga belajar yang begitu antusias dalam mengikuti pelatihan kewirausahaan sehingga mampu membangun suatu usaha bersama di bidang produksi makanan ringan olahan ubi ungu dengan berbagai kemampuan dan kemandirian yang dimiliki. Namun, ada pula warga belajar yang kurang antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut, sehingga dapat dilihat hasil belajar yang kurang memuaskan dari segi sikap belajar dan kemampuan lainnya. Tentunya semua ini berkaitan dengan motivasi belajar yang ada pada diri warga belajar tersebut.

Pelatihan kewirausahaan ini merupakan salah satu langkah instruktur dalam memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar warga belajar yang telah ada. Penguatan motivasi belajar berada di tangan instruktur sebagai tenaga pendidik, dan tentunya keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Jika langkah-langkah dalam memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dilakukan dengan baik, maka motivasi belajar yang ada akan sangat berperan aktif dalam meningkatkan kualitas diri peserta didik dalam hal ini hasil belajarnya.


(16)

Oleh karena itu, melihat dua kondisi yang ada, maka peneliti ingin meneliti mengenai seberapa besar peranan instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar seseorang dan hasil belajar yang diharapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang ada dalam pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu stimulan dari instruktur kepada warga belajarnya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka peneliti mengidentifikasi permasalahan tersebut yaitu :

1. Motivasi peserta didik yang beragam pada pelatihan kewirausahaan yang diasumsikan karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda, sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan tersebut.

2. Mayoritas warga belajar berekonomi lemah dan belum memiliki keterampilan

berwirausaha.

3. Warga belajar paket C usia remaja masih sering mengisi waktu luangnya dengan hal yang kurang bermanfaat dan kurang produktif, sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan kemampuan diri. 4. Adanya keinginan dari diri warga belajar untuk membantu perekonomian

keluarga, namun tidak direalisasikan secara nyata.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan?

2. Bagaimana upaya instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan?

3. Bagaimana hasil belajar yang didapatkan warga belajar dalam pelatihan kewirausahaan?


(17)

9

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar

pelatihan kewirausahaan.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran tutor dalam menumbuhkan

motivasi belajar pada warga belajar.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat dijadikan sebagai bahan analisis dan kajian bagi PKBM Misykatul Anwar, dalam mempertahankan ataupun memperbaiki motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan kewirausahaan. Hendaknya semakin menyadari pentingnya manfaat pengembangan dan diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi para peserta pelatihan untuk lebih meningkatkan prestasinya bagi peningkatan taraf hidup di pelatihan kewirausahaan yang dipelajarinya.

2. Untuk kepentingan sebagai kajian ilmu bagi tenaga pendidik dan

kependidkan nonformal.

3. Sebagai pengalaman praktis bagi peneliti dalam mengaplikasikan/

menerapkan konsep dan teori yang telah diperoleh di bangku kelas perkuliahan PLS, dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Dalam hal ini berkaitan dengan konsep instruktur, konsep motivasi, konsep hasil belajar, konsep pelatihan dan konsep PLS.


(18)

E. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, merupakan uraian tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, merupakan Landasan Teori dan gambaran umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN, merupakan penjelasan mengenai Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, merupakan penjelasan mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan penjelasan mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode dan teknik penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian dan proses pengembangan instrumen, serta analisis data dalam melakukan penelitian.

A. Lokasi atau Subjek Populasi/Sampel 1. Lokasi Penelitian

Lembaga : PKBM Misykatul Anwar

Alamat : Jl. Sentral No.43 RT.03 RW.04 Kelurahan Cibabat

Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Adapun subjek adalah sumber data dari mana data diperoleh. Menurut Arikunto S (2004:47) sumber data diidentifikasikan menjadi tiga yaitu person, place, paper.

1. Person yaitu sumber data berupa orang yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah instruktur, 22 warga belajar yang diobservasi secara umum dan dua warga belajar yang diobservasi secara mendalam, pengelola PKBM Misyaktul Anwar serta dua orang tua warga belajar.

2. Place yaitu sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, meliputi fasilitas gedung, kondisi lokasi, kegiatan belajar-mengajar, kinerja, aktifitas dan sebagainya yang ada di PKBM Misykatul Anwar, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

3. Paper yaitu berupa simbol atau sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf, angka, gambar, simbol-simbol dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi paper adalah berupa banda-benda tertulis seperti buku-buku arsip, catatan-catatan, dokumen yang ada di PKBM Misykatul Anwar,


(20)

Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi seperti catatan harian intruktur, daftar absensi kehadiran, dokumentasi kegiatan pelatihan.

B. Desain Penelitian

Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Dalam hal ini penelitian kualitatif menurut Moleong (2008 : 6) adalah :

Penelitian yang secara holistik bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Adapun mengenai desain penelitian kualitatif menggunakan tiga tahapan dalam merancang suatu penelitian diantaranya ialah :

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum pengumpulan data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini, diantaranya :

a. Menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini biasa disebut proposal penelitian. Pada tahap ini penulis memilih la

b. pangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, memilih alat penelitian, rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan dasar dalam menentukan fokus yaitu mencari teori atau konsep yang berkaitan dengan peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan.

c. Memilih lapangan fokus penelitian. Dalam memilih lokasi penelitian, penulis melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis dengan kenyataan/praktek dilapangan.

d. Mengurus perizinan. Perizinan dibuat kepada pihak-pihak yang berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

e. Menjajagi dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu membaca dari kepustakaan dan mengetahui dari orang tentang objek penelitian


(21)

40

sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat penelitian yang akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang keadaan di lapangan.

f. Memilih dan memanfaatkan responden. Responden yang dipilih oleh penulis

sendiri disesuikan dengan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Tuntutan kredibilitas penelitian terutama untuk menguji kesahihan data, karenanya ditetapkan narasumber yang kredibel yaitu instruktur, dua warga belajar, dua orang tua dan pengelola PKBM Misykatul Anwar.

g. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Perlengkapan yang dipersiapkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya yaitu pedoman penelitian yang memuat pokok yang menjadi subjek kajian, perlengkapan fisik, surat izin mengadakan penelitian dari universitas, kontak dengan lembaga tempat penelitian yaitu PKBM Misykatul Anwar.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan langsung di tempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis mengklasifikasi subjek penelitian yang sesuai dengan alat pengumpul data yang digunakan dengan melihat kepada subjek penelitian yang ada pada latar penelitian serta data yang harus dikumpulkan.

b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga dapat terjadi keakraban dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis dan subjek penelitian. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti, diantaranya :

1). Mengadakan wawancara dengan instruktur, warga belajar, orang tua dan pengelola PKBM Misykatul Anwar sebagai subjek penelitian yang difokuskan pada bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan.

2). Melakukan observasi terhadap lingkungan dan kegiatan yang dilakukan pengelola, instruktur dan warga belajar.


(22)

3. Tahap Akhir

Untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang telah diperoleh dapat dipercaya maka perlu dilakukan member check dan tringulasi sehingga setiap data atau informasi yang diperoleh selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada sumber datanya. Triangulasi juga dilakukan dengan merujuk pada sumber yang ada dimana peneliti menerapkan triangulasi dengan mengadakan pengecekan drajat kepercayaan beberapa subjek penelitian selaku data yaitu membandingkan data hasil wawancara mendalam dari instruktur dengan data hasil wawancara dengan warga belajar dan pengelola dengan menggunakan metode yang sama. C. Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional dan dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Penggunaan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti membuahkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan fokus telaahan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui tentang bagaimana Peran Instruktur Dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Paket C Melalui Pelatihan Kewirausahaan diperlukan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara ataupun teknik tertentu yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno (1990 : 131), bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu.”


(23)

42

Masalah yang diteliti adalah masalah-masalah aktual yang terjadi pada masa sekarang. Oleh karena itu, metode yang sesuai adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2001 : 64) bahwa :

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Studi deskriptif terutama berkenaan dengan masa kini, meskipun tidak jarang memperhitungkan peristiwa masa lampau dan pengaruhnya terhadap kondisi masa kini. Pandangan Suharsimi Arikunto tentang penelitian deskriptif bahwa metode deskriptif merupakan penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu memerlukan hipotesis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif hal ini dikarenakan penulis meneliti tentang kejadian yang sedang berlangsung.

Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 139) “Metode deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi arti data”. Hal yang sama diungkapkan oleh Sumadi Suryabrata (2003 : 76) menyatakan bahwa,

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuannya untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Metode penelitian deskiptif bertujuan mengungkapkan data dari subjek penelitian secara akurat dan sistematis. Sebagaimana diungkapkan Saifuddin Azwar (2004 : 7) bahwa,

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguiji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.


(24)

Penelitian mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong (2011:4) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari lisan orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 1982 : 39) diantaranya ialah :

1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.

2. Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpulan data.

3. Analisis data dilakukan secara induktif.

4. Penelitian bersifat deskriptif analitik (data berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan/angka statistik.

5. Tekanan penelitian berada pada proses, penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.

6. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus. 7. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka.

8. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama. 9. Pembentukan teori berasal dari dasar.

10.Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif. 11.Teknik sampling cenderung bersifat purposive.

12.Penelitian bersifat menyeluruh (holistik). 13.Makna sebagai perhatian utama penelitian.

Karakteristik umum penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 1982 : 27) ada sebelas karakter, yaitu :

1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity).

2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain.

3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.

4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.

6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka.

7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.

8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.


(25)

44

9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

10.Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).

11.Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada penelitian ini berdasarkan kepada permasalahan yang diteliti yaitu mendeskripsikan mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan, serta menganalisis data yang telah diperoleh.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam mengartikan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan istilah-istilah itu sebagai berikut :

1. Peran Instruktur

Peran pendidik merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh pendidik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ridwan (Eko, 2012 : 201) bahwa,

Peran pendidik merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari peran pendidik direalisasikan oleh kompetensi.

Peran instruktur yang dimaksud dalam hal ini ialah suatu upaya kinerja instruktur dengan berbagai kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya dalam melakukan proses pembelajaran pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar kepada warga belajar paket C.


(26)

2. Motivasi belajar pelatihan kewirausahaan

Omrod dalam Eko (2012 : 233) menguraikan tentang motivasi belajar ialah sebagai berikut:

Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik.

Simamora (1999:345), “Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau perubahan sikap seseorang.”

Kewirausahaan menurut Drucker (Mustofa Kamil, 2010 : 118) mengemukakan bahwa „Kewirausahaan akan tampak menjadi sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.‟

Motivasi belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana motivasi dapat tumbuh pada diri warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar.

E. Instrumen Penelitian

Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian ialah kualitas instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen penelitian yang tepat untuk mendapatkan data yang diperlukan.

“Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.” (Eko, 2012 : 51). Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 102), ”Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.”


(27)

46

Instrumen dalam penelitian sosial secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah instrumen non tes berupa observasi, wawancara dan tringulasi.

Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian non tes menurut Eko (2012 : 127) ialah sebagai berikut :

1. Menetapkan variabel yang akan diteliti 2. Merumuskan definisi konseptual 3. Menyusun definisi operasional 4. Menyusun kisi-kisi instrumen 5. Menyusun butir-butir instrumen

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa penulis menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi menurut Ngalim Purwanto (Basrowi, 2009 : 93) ialah “Metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.”

Begitu pula seperti yang diungkapkan oleh Eko (2012 : 47), observasi diartikan sebagai “Pengamatan dan pencatatan secaar sistematik terhadap unsur -unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.”

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut : 1. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

2. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi. 3. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.

4. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

5. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.


(28)

b. Wawancara

Wawancara (interview) menurut Eko Putro (2012 : 41) merupakan “Suatu

proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.”

Wawancara memiliki tujuan yang pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar seperti yang dijelaskan oleh Sutrisno (Eko, 2012 : 41) yaitu :

1. Sebagai metode primer

Bilamana wawancara dijadikan sebagai satu-satunya alat pengumpul data. 2. Sebagai metode pelengkap

Jika digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

3. Sebagai kriterium

Digunakan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh dengan metode lain.

Wawancara yang peneliti lakukan untuk mengumpulkan data kepada pengelola, instruktur dan warga belajar sebagai peserta didik. Hal ini dikarenakan dari mereka pula data yang diperoleh dan harus sesuai dengan apa yang terjadi saat pelaksanaan pelatihan di lapangan.

Jenis wawancara yang peneliti ambil ialah wawancara tidak terstruktur, sebagaimana diungkapkan oleh Eko (2012 : 42) bahwa “Wawancara tidak terstruktur atau terbuka adalah wawancara bebas, dimana pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.” Tujuan menggunakan wawancara tidak terstruktur agar responden dapat mengemukakan pendapatnya secara terbuka dan mendalam.

Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara menurut Sugiyono (2010 : 322), yaitu

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan,

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan,

3. Mengawali atau membuka alur wawancara,

4. Melangsungkan alur wawancara,


(29)

48

6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan,

7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. c. Triangulasi

Menurut Moleong (2006:49), triangulasi adalah “Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.

Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan triangulasi. “Sebagai metode ilmiah observasi sering diartikan sebagai kegiatan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Ridwan, 2005 : 76).

Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara langsung dengan cara mengamati dan berinteraksi langsung antara peneliti dengan responden. Observasi secara langsung disebut juga sebagai observasi partisipatif. Observasi yang dilakukan pun bersifat terbuka. Dalam observasi menurut Basrowi (2009 :

104), “Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.”

Maksud observasi bersifat terbuka yang peneliti lakukan maksudnya ialah subjek penelitian mengetahui tentang penelitian yang peneliti lakukan. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Basrowi (2009 : 105),

Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.

Wawancara atau sering juga disebut interview merupakan alat pengumpul informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Menurut M. Nasir (1988 : 234) wawancara adalah :

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si


(30)

penjawab atau responden dengan menggunakan pewawancara alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).

Selanjutnya penulis melakukan wawancara yang dilakukan kepada instruktur dengan tujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan dalam menumbuhkan motivasi kepada warga belajar pelatihan kewirausahaan. Wawancara kepada warga belajar bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar dalam mengikuti pelatihan kewirausahaan. Mewawancarai pengelola, untuk mengetahui peran instruktur dalam membelajarkan warga belajarnya, sedangkan wawancara kepada orang tua ialah untuk mengetahui motivasi belajar anak dan kesan orang tua terhadap sikap instruktur.

G. Analisis Data

Konsep analisis data kualitatif sebagaimana diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (Basrowi, 2009 : 193) merupakan,

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis (memadukan), mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian kualitatif yaitu diinterpretasikan dan dianalisis secara terus menerus dari awal hingga selesai penelitian. Analisis data dimulai sejak di lapangan, sejak itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori dan kawasannya serta sudah ada upaya yang dimulai dalam rangka menyusun historis yaitu teorinya sendiri.

Berkaitan dengan proses penganalisaan data kualitatif di atas, telah dikemukakan pula oleh Djudju Sudjana (2006 : 214) bahwa analisis data dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Yaitu kegiatan menelaah kembali seluruh catatan yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan sebagainya. Reduksi data merupakan kegiatan mengabstraksi atau merangkum data dalam suatu laporan evaluasi yang sistematis dan difokuskan pada hal-hal yang inti.


(31)

50

b. Display Data

Yaitu merangkum hal-hal pokok dan kemudian disusun dalam bentuk deskripsi yang naratif dan sistematik sehingga dapat memudahkan untuk mencari tema sentral sesuai dengan fokus atau rumusan unsur-unsur yang dievaluasi serta mempermudah untuk memberi makna. Kegiatan ini pun untuk mempermudah peneliti dalam melihat gambaran unsur-unsur yang dievaluasi secara menyeluruh. Display data disajikan dala berbagai macam tampilan seperti matrik, grafik, chart, bagan alur, gambar dan sebagainya. c. Verifikasi Data

Yaitu melakukan pencarian makna dari data yang dikumpulkan secara lebih teliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari pola, tema, bentuk, hubungan, persamaan dan perbedaan, faktor-faktor yang mempengaruhi dan sebagainya. Hasil kegiatan ini adalah kesimpulan hasil penelitian secara menyeluruh, utuh dan akurat.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian. Sebagaimana diketahui kesimpulan adalah pemaknaan atau penafsiran peneliti secara terpadu terhadap pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV.

A. Kesimpulan

Kinerja instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar sangatlah memiliki kedudukan penting. Instruktur harus memiliki kemampuan-kemampuan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk melatih, mengajar dan mendidik peserta latihnya. Dimana seorang instruktur harus mampu memiliki peran sebagai informator, organasitor, moivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator. Apabila instruktur selaku tenaga pendidik telah memiliki beberapa kemampuan tersebut, maka tujuan belajar yang diharapkan dapat secara efektif terlaksana.

Sebagaimana yang telah diupayakan oleh instruktur pada pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Instruktur berupaya memberikan yang terbaik dalam mengemban tugasnya. Hal-hal yang dilakukannya dalam menumbuhkan motivasi belajar warga binaannya ialah dengan kemauan untuk meluangkan waktu kepada warga belajarnya, memberikan sikap yang positif, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memakai metode belajar yang menarik, memberikan penghargaan, dan menumbuhkan selera atau semangat belajar pada warga didiknya. Hal ini memunculkan motivasi belajar pada diri warga belajar. Secara umum motivasi belajar timbul karena rangsangan dari luar (ekstrinsik) seperti segala pelayanan yang telah diupayakan oleh instruktur kepada warga belajarnya. Sehingga lama kelamaan warga belajar akan memiliki dorongan dari dalam diri warga belajar sendiri (intrinsik), dan akan tumbuh kesadaran untuk belajar.


(33)

105

Hasil belajar pelatihan kewirausahaan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dimana dalam aspek pengetahuan, warga belajar mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana menjadi seorang yang memiliki karakter wirausaha. Selanjutnya dalam aspek sikap, warga belajar memiliki kepercayaan terhadap dirinya bahwa ia memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa wirausaha, berorientasi tugas dan hasil seperti yang dilakukan warga belajar mulai rajin mengerjakan tugas dan berorientasi ke masa depan dengan memiliki dream book sebagai media pengigat dan pendorong untuk mencapai cita-cita yang diharapkan. Sedangkan dalam aspek keterampilan, warga belajar dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan setelah mengikuti pembelajaran dengan melakukan usaha bersama yang ada di PKBM Misykatul Anwar yaitu berwirausaha di bidang produksi makanan ringan olahan ubi ungu. Melalui usaha ini, warga belajar dapat memperoleh keuntungan secara pengembangan kualitas diri dan keuntungan pundi rupiah. Dalam hal keuntungan, mereka dapat meraup keuntungan sebesar Rp 250.000,00 sampai Rp 1.000.000,00.

B. Saran

Berdasarkan data dan kesimpulan serta beberapa temuan di lapangan, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, diantaranya :

1. Saran Untuk Instruktur

Hendaknya instruktur menyadari bahwa pembelajaran yang diberikan kepada warga bealjar tidak selamanya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Maka dengan hal tersebut instruktur bersedia menerima masukan dan saran maupun kritikan yang membangun demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

2. Saran Untuk Pengelola

Media pembelajaran yang disediakan sudah cukup, namun alangkah lebih baiknya jika LCD atau infocus diperbaiki demi kenyamanan para peserta latih. Selain itu sarana dan prasarana masih kurang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Lalu, mencoba untuk lebih terbuka dengan pihak luar dalam


(34)

mengumpulkan berbagai informasi penting guna kemajuan dan keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar.

3. Saran Untuk Warga Belajar

Menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan belajar seperti sesama peserta pelatihan, instruktur, pengelola dan orang tua. Hal ini dikarenakan peserta pelatihan kewirausahaan ini berasal dari latar belakang yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama. Pelatihan ini pun memerlukan kerjasama tim yang baik. Selain itu, peserta diharapkan memiliki kedisiplinan waktu yang lebih baik di kemudian hari agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lebih efektif dan maksimal.

4. Saran Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini berusaha mengungkapkan suatu fenomena secara deskriptif kualitatif mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada pelatihan kewirausahaan. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti hal yang sama secara berlanjut dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, agar dapat dilihat parameter kemajuannya. Misalnya menggunakan statistik parametik.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2004). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Arep, I & Tanjung, H. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta : Grasindo. Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka

Cipta.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Gavin, R. (2009). Memotivasi Siswa Di Kelas. Jakarta : PT. Indeks.

Handoko, H.T. dan Sukanto, R. (1996). Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Kamil, M. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Mahfudz, A. (2012). Cara Cerdas Mendidik yang Menyenangkan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan. Malang : IKIP Malang. Meredith, G.G. et al. (2000). Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta : LM

PPM dan Pustaka Binaman Pressindo.

Moekijat. (1990). Pengembangan dan Motivasi. Bandung : Pionir Jaya.

Moleong, LJ. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya.

Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.


(36)

Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara 68. Priyitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : P2LPTK.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sobur, A. (2009). Psikolgi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Suryana, A. (2006). Panduan Praktis Mengelola Pelatihan. Jakarta : EDSA Mahkota.

Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.

---, (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Falah Production. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sukamadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Teknik). Bandung : Tarsito.

Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Fakultas Psikologi UNPAD.

Suryabrta, S. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

---, (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suryana. (2003). Pedoman Praktis, Kiat dan ProsesMenuju Sukses. Jakarta :

Salemba Empat.

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Press.

Uno, H. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan). Jakarta : Bumi Akasar

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(37)

Wlodkowski, R.J. dan Jaynes, J.H. (2004). Motivasi Belajar. Jakarta : Cerdas Pustaka.

Zimmerer, T.W. (2005). Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Prenhalindo.

Sumber dari Skripsi :

Kartika, Prita. (2010). Peran Tutor dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Komunikatif. Skripsi pada FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sumber dari Internet :

Sudrajat, A. (2008). Peran Guru Sebagai Fasilitator. [Online]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/18/peran-guru-sebagai-fasilitator/ [18 Agustus 2013]


(1)

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian. Sebagaimana diketahui kesimpulan adalah pemaknaan atau penafsiran peneliti secara terpadu terhadap pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV.

A. Kesimpulan

Kinerja instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar sangatlah memiliki kedudukan penting. Instruktur harus memiliki kemampuan-kemampuan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk melatih, mengajar dan mendidik peserta latihnya. Dimana seorang instruktur harus mampu memiliki peran sebagai informator, organasitor, moivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator. Apabila instruktur selaku tenaga pendidik telah memiliki beberapa kemampuan tersebut, maka tujuan belajar yang diharapkan dapat secara efektif terlaksana.

Sebagaimana yang telah diupayakan oleh instruktur pada pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Instruktur berupaya memberikan yang terbaik dalam mengemban tugasnya. Hal-hal yang dilakukannya dalam menumbuhkan motivasi belajar warga binaannya ialah dengan kemauan untuk meluangkan waktu kepada warga belajarnya, memberikan sikap yang positif, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memakai metode belajar yang menarik, memberikan penghargaan, dan menumbuhkan selera atau semangat belajar pada warga didiknya. Hal ini memunculkan motivasi belajar pada diri warga belajar. Secara umum motivasi belajar timbul karena rangsangan dari luar (ekstrinsik) seperti segala pelayanan yang telah diupayakan oleh instruktur kepada warga belajarnya. Sehingga lama kelamaan warga belajar akan memiliki dorongan dari dalam diri warga belajar sendiri (intrinsik), dan akan tumbuh kesadaran untuk belajar.


(2)

105

Hasil belajar pelatihan kewirausahaan meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dimana dalam aspek pengetahuan, warga belajar mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana menjadi seorang yang memiliki karakter wirausaha. Selanjutnya dalam aspek sikap, warga belajar memiliki kepercayaan terhadap dirinya bahwa ia memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa wirausaha, berorientasi tugas dan hasil seperti yang dilakukan warga belajar mulai rajin mengerjakan tugas dan berorientasi ke masa depan dengan memiliki

dream book sebagai media pengigat dan pendorong untuk mencapai cita-cita yang

diharapkan. Sedangkan dalam aspek keterampilan, warga belajar dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan setelah mengikuti pembelajaran dengan melakukan usaha bersama yang ada di PKBM Misykatul Anwar yaitu berwirausaha di bidang produksi makanan ringan olahan ubi ungu. Melalui usaha ini, warga belajar dapat memperoleh keuntungan secara pengembangan kualitas diri dan keuntungan pundi rupiah. Dalam hal keuntungan, mereka dapat meraup keuntungan sebesar Rp 250.000,00 sampai Rp 1.000.000,00.

B. Saran

Berdasarkan data dan kesimpulan serta beberapa temuan di lapangan, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, diantaranya :

1. Saran Untuk Instruktur

Hendaknya instruktur menyadari bahwa pembelajaran yang diberikan kepada warga bealjar tidak selamanya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Maka dengan hal tersebut instruktur bersedia menerima masukan dan saran maupun kritikan yang membangun demi tercapainya tujuan yang diharapkan. 2. Saran Untuk Pengelola

Media pembelajaran yang disediakan sudah cukup, namun alangkah lebih baiknya jika LCD atau infocus diperbaiki demi kenyamanan para peserta latih. Selain itu sarana dan prasarana masih kurang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Lalu, mencoba untuk lebih terbuka dengan pihak luar dalam


(3)

106

mengumpulkan berbagai informasi penting guna kemajuan dan keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar.

3. Saran Untuk Warga Belajar

Menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan belajar seperti sesama peserta pelatihan, instruktur, pengelola dan orang tua. Hal ini dikarenakan peserta pelatihan kewirausahaan ini berasal dari latar belakang yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama. Pelatihan ini pun memerlukan kerjasama tim yang baik. Selain itu, peserta diharapkan memiliki kedisiplinan waktu yang lebih baik di kemudian hari agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lebih efektif dan maksimal.

4. Saran Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini berusaha mengungkapkan suatu fenomena secara deskriptif kualitatif mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada pelatihan kewirausahaan. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti hal yang sama secara berlanjut dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, agar dapat dilihat parameter kemajuannya. Misalnya menggunakan statistik parametik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2004). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Arep, I & Tanjung, H. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta : Grasindo. Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka

Cipta.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Gavin, R. (2009). Memotivasi Siswa Di Kelas. Jakarta : PT. Indeks.

Handoko, H.T. dan Sukanto, R. (1996). Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Kamil, M. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Mahfudz, A. (2012). Cara Cerdas Mendidik yang Menyenangkan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan. Malang : IKIP Malang. Meredith, G.G. et al. (2000). Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta : LM

PPM dan Pustaka Binaman Pressindo.

Moekijat. (1990). Pengembangan dan Motivasi. Bandung : Pionir Jaya.

Moleong, LJ. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya.

Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.


(5)

Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara 68. Priyitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : P2LPTK.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sobur, A. (2009). Psikolgi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Suryana, A. (2006). Panduan Praktis Mengelola Pelatihan. Jakarta : EDSA Mahkota.

Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.

---, (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Falah Production.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukamadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Teknik). Bandung : Tarsito.

Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Fakultas Psikologi UNPAD.

Suryabrta, S. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

---, (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suryana. (2003). Pedoman Praktis, Kiat dan ProsesMenuju Sukses. Jakarta :

Salemba Empat.

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Press.

Uno, H. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang

Pendidikan). Jakarta : Bumi Akasar

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(6)

Wlodkowski, R.J. dan Jaynes, J.H. (2004). Motivasi Belajar. Jakarta : Cerdas Pustaka.

Zimmerer, T.W. (2005). Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Prenhalindo.

Sumber dari Skripsi :

Kartika, Prita. (2010). Peran Tutor dalam Mengembangkan Kemampuan

Berbahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Komunikatif. Skripsi

pada FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sumber dari Internet :

Sudrajat, A. (2008). Peran Guru Sebagai Fasilitator. [Online]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/18/peran-guru-sebagai-fasilitator/ [18 Agustus 2013]