KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIFITAS SEKOLAH:Sebuah Analisis Deskriptif pada SMK di Kabupaten Cianjur.

(1)

ii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 12

C. Pertanyaan Penelitian 15

D. Tujuan Penelitian 16

E. Manfaat Penelitian 17

F. Metode Penelitian 18

G. Paradigma Penelitian 23

H. Hipotesis Penelitian 24

I. Responden Penelitian 25

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 27

A. Produktifitas Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan 27

B. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah 40

C. Iklim Sekolah 53

D. Hubungan Antara Kinerja Manajerial Kepala Sekolah, Iklim

Sekolah dan Produktifitas Sekolah 68

E. Kajian Terdahulu Yang Relevan 74

BAB III. METODE PENELITIAN 81

A. Metode Penelitian 81

B. Populasi Dan Sampel Penelitian 83

C. Operasional Variabel Penelitian 89

D. Teknik Pengumpulan Data 98


(2)

iii

2. Penyusunan alat pengumpul data 101

3. Uji coba alat pengumpul data 102

E. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 111

1. Analisis deskriptif 112

2. Uji normalitas data 113

3. Analisis korelasi dan regresi 115

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 123

A. Hasil Penelitian 123

1. Hasil analisis deskriptif 123

2. Hasil analisis korelasi 128

3. Hasil analisis regresi 146

4. Analisis jalur (Path analysis) 160

B. Pembahasan 165

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 177

A. Kesimpulan 177

B. Implikasi 180

C. Rekomendasi 181

DAFTAR PUSTAKA 184


(3)

iv

DARFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1. Data SMK dan Jumlah Guru SMK di Kabupaten Cianjur 83

3.2. Data Jumlah Sampel Penelitian 88

3.3. Kisi-kisi Instrument Penelitian 91

3.4. Rekaputilasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 105 3.5. Contoh Tabel Penolong Untuk Uji Normalitas Data 115

4.1. Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif 124

4.2. Normalitas Data Produktifitas Sekolah (Responden Guru) 129 4.3. Normalitas Data Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

(Responden Guru) 130

4.4. Normalitas Data Iklim Sekolah (Responden Guru) 130 4.5. Normalitas Data Produktifitas Sekolah (Responden Pengawas) 131 4.6. Normalitas Data Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

(Responden Pengawas) 131

4.7. Normalitas Data Iklim Sekolah (Responden Pengawas) 132 4.8. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi (Responden Guru) 133 4.9. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi (Responden Pengawas) 133 4.10. Pengelompokan Data Hasil Penelitian Untuk Analisis Chi Kuadrat 143 4.11. Data Untuk Analisis Chi Kuadrat Pada X1 143 4.12. Data Untuk Analisis Chi Kuadrat Pada X1 144

4.13. Data Untuk Analisis Chi Kuadrat Pada Y 145

4.14. Model Summary (b) Untuk Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Guru) 146

4.15. Annova Untuk Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Guru) 147

4.16. Koefisien Korelasi Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Guru) 147

4.17. Model Summary (b) Untuk Hasil Analisis Linearitas X2Y

(Untuk Data Dari Guru) 149

4.18. Annova Untuk Hasil Analisis Linearitas X2Y

(Untuk Data Dari Guru) 150

4.19. Koefisien Korelasi Hasil Analisis Linearitas X2Y

(Untuk Data Dari Guru) 150

4.20. Model Summary (b) Untuk Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Pengawas) 151

4.21. Annova Untuk Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Pengawas) 152

4.22. Koefisien Korelasi Hasil Analisis Linearitas X1Y

(Untuk Data Dari Pengawas) 152

4.23. Model Summary (b) Hasil Analisis Linearitas X2Y

Untuk Data Dari Pengawas) 153

4.24. Annova Untuk Hasil Analisis Linearitas X2Y


(4)

v

4.25. Koefisien Korelasi Hasil Analisis Linearitas X2Y

(Untuk Data Dari Pengawas) 154

4.26. Hasil Analisis Regresi Untuk Summary (b)

(Versi Responden Guru) 156

4.27. Tabel Analisis Anova (Versi Responden Guru) 156 4.28. Hasil Analisis Regresi Untuk Koefisien Regresi (Versi Responden

Guru) 157

4.29. Hasil Analisis Regresi Untuk Summary (b)

(Versi Responden Pengawas) 159

4.30. Tabel Analisis Anova (Versi Responden Pengawas) 160 4.31. Hasil Analisis Regresi Untuk Koefisien Regresi (Versi Responden


(5)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Sekolah 13

Gambar 1.2. Kerangka Fikir Penelitian 23

Gambar 2.1. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan 32 Gambar 4.1. Kedudukan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dalam Garis

Kontinum 125

Gambar 4.2. Kedudukan Iklim Sekolah Dalam Garis Kontinum 127 Gambar 4.3. Kedudukan Produktifitas Sekolah Dalam Garis Kontinum 128 Gambar 4.4. Diagram Hubungan Linearitas X1-Y (data bersumber dari guru) 149 Gambar 4.5. Diagram Hubungan Linearitas X2-Y (data bersumber dari guru) 151 Gambar 4.6. Diagram Hubungan Linearitas X1-Y

(data bersumber dari pengawas) 153

Gambar 4.7. Diagram Hubungan Linearitas X2-Y

(data bersumber dari pengawas) 155

Gambar 4.8. Gambar Penyebaran Data Pada Garis Regresi (versi guru) 159 Gambar 4.9. Nilai Korelasi dan Koefisien Regresi Antar Variabel

(versi guru) 162

Gambar 4.10. Nilai Korelasi dan Koefisien Regresi Antar Variabel


(6)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian Untuk Uji coba 188

Lampiran 2. Data Hasil Uji coba 200

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Uji coba Instrumen Penelitian 204 Lampiran 4. Alat Pengumpul Data (Instrumen Penelitian 211


(7)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan penelitian merupakan salah satu rangkaian tugas yang harus penulis laksanakan guna menyelesaikan Program Magister pada Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Karena Program Studi yang penulis pilih adalah Administrasi Pendidikan, maka masalah yang harus diangkat oleh penulis dalam penelitian akhir ini adalah masalah yang berhubungan dengan administrasi pendidikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis memilih produktifitas sekolah sebagai masalah utama, dengan alasan bahwa produktifitas sekolah merupakan tujuan akhir dari diselenggarakannya pengadministrasian pendidikan. (Engkoswara, 1987:1 dan 2001:3; Komariah dan Triatna, 2005:30).

Disamping alasan tersebut di atas, penulis mensinyalir bahwa rendahnya produktifitas merupakan masalah yang sering dihadapi oleh banyak lembaga pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga tidak jarang berbagai upaya dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut untuk meningkatkan produktifitasnya, diantaranya dengan perbaikan tata kelola atau manajemen keorganisasian, penambahan sumber-sumber daya, bahkan kadang-kadang dengan cara melakukan restrukturisasi organisasi.


(8)

2

Mengingat pentingnya arti produktifitas bagi sebuah lembaga pendidikan, telah banyak ahli pendidikan yang melakukan studi mengenai hal tersebut. Masing-masing menggunakan batasan dan parameter yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya serta sudut pandang kepentingan yang mendorongnya untuk melakukan studi tersebut. Berikut ini penulis kemukakan beberapa contoh hasil studi terdahulu tentang produktifitas sekolah.

Hadderman (1998:1) mengukur produktifitas sekolah dengan menggunakan outcome sebagai parameter. Outcomes yang diukurnya meliputi hasil-hasil tes terstandar, persentase lulusan, persentase drop out, animo masuk dan keterserapan tamatan.

Reyes (1997:2) mengukur produktifitas sebuah lembaga pendidikan melalui dua hal yaitu produktifitas jangka panjang, misalnya keberhasilan tamatan pada dunia kerja atau pada pendidikan tingkat lanjut dan produktifitas jangka pendek yaitu kemajuan belajar siswa dan perubahan sikap/perilaku siswa.

Reyes (1997), dalam penelitiannya yang bertajuk School productivity: Teachers as resources, mengukur produktifitas sebuah sekolah dari prestasi belajar siswa. Reyes menemukan bahwa pengetahuan guru, tingkatan keterampilan, kepedulian, dan kapasitas organisasi sekolah berhubungan erat dengan kebutuhan para siswa yang berasal dari lingkungan keluarga kurang beruntung.


(9)

3

Selanjutnya McMilan (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Competition, parental involvement, and public school performance” berkesimpulan bahwa produktifitas belajar para siswa dipengaruhi secara beragam oleh adanya kompetisi dan keterlibatan orangtua, khususnya pada keluarga yang berekonomi lemah.

Rothstein (2003) dalam penelitian yang berjudul “Good Principals or Good Peers? Parental Valuation of School Characteristics, Tiebout Equilibrium, and the Incentive Effects of Competition among Jurisdictions” Menemukan dan menyarankan bahwa produktifitas sebuah sekolah dapat ditingkatkan melalui perluasan pilihan para orang tua siswa.

Leigh dan Ryan (?), dalam sebuah penelitian yang berjudul “How Has School Productivity Changed in Australia?” Mendefinisikan produktifitas sekolah sebagai kemampuan siswa dalam membaca dan berhitung. Dalam temuannya disimpulkan bahwa terdapat penurunan kemampuan produktifitas siswa Australia selama 3-4 dekade terakhir dalam hal kemampuan membaca dan menulis.

Hasil penelitian Mott (Hoy dan Miskel, 2001:306) menunjukan bahwa dalam sebuah organisasi, efektifitas tinggi akan dicapai apabila seorang pemimpin mampu menyediakan struktur tugas yang baik bagi para anggotanya serta adanya iklim kerja yang terbuka. Selanjutnya Miskel, Fevurly dan Stewart (Hoy dan Miskel, 2001:306) memperkuat pendapat sebelumnya, bahwa efektifitas sebuah organisasi sekolah akan dicapai


(10)

4

apabila terdapat formalisasi dan kompleksitas struktur organisasi sekolah serta adanya iklim kerja yang partisipatif.

Miskel, McDonald dan Bloom (Hoy dan Miskel, 2001:306), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas sebuah organisasi sekolah meliputi keterkaitan yang erat kepala sekolah dengan disiplin siswa, dukungan dari para ahli pendidikan tertentu, ketersediaan waktu untuk aktifitas kelas serta adanya motivasi harapan yang tinggi.

Terakhir, Hoxby (2002) dengan penelitian yang berjudul “School Choice and School Productivity (or Could School Choice Be a Tide that Lifts All Boats?)” Mengukur produktifitas sekolah dari jumlah biaya yang dikeluarkan dengan prestasi siswa dan pengaruhnya terhadap animo. Hoxby menyatakan bahwa sekolah yang produktif adalah sekolah yang mampu menghasilkan kualitas sekolah yang baik, yaitu yang animo dan prestasinya tinggi, dalam satuan biaya yang paling efisien.

Hasil-hasil penelitian di atas telah menunjukan bahwa betapa beragamnya pendapat para ahli dalam memberikan batasan tentang produktifitas sebuah lembaga pendidikan. Disamping itu, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktifitas sebuah lembaga pendidikan. Dengan demikian penelitian-penelitian tentang produktifitas sebuah lembaga pendidikan memiliki keragaman yang luas dan parameter yang digunakanpun dapat beraneka ragam sesuai dengan sudut pandang peneliti serta tujuan dilakukannya penelitian tersebut.


(11)

5

Sebagai bahan pembanding, selain hasil-hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan di atas, penulis mencoba membaca beberapa hasil penelitian tentang produktifitas sekolah yang dilakukan oleh mahasiswa UPI, dalam bentuk tesis. Berikut ini penulis paparkan ringkasan hasil-hasil penelitian tersebut.

Sulaiman (1986), melakukan studi tentang pengaruh sistem kegairahan dan penampilan kerja guru pada hasil-hasil belajar murid SD proyek uji coba supervisi di Kecamatan Cianjur Kota sebagai daerah uji coba. Dalam studinya Sulaiman menekankan pentingnya kegairahan guru, penampilan kerja guru serta peran supervisi terhadap produktifitas sekolah. Mengenai batasananya terhadap produktifitas sekolah, yang bersangkutan mengajukan parameter berupa keberhasilan belajar siswa yang meliputi perubahan sikap, perilaku dan prestasi belajar siswa. Khusus untuk prestasi belajar siswa, Sulaiman menggunakan parameter perolehan angka hasil tes.

Sastradinata (1989), melakukan penelitian yang bertajuk produktifitas kerja guru. Sastradinata menggaris bawahi pentingnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap para siswanya dan menyebutkan bahwa efektifitas kegiatan pembelajaran akan terlihat pada produk yang dihasilkan, yaitu perubahan tingkah laku siswa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam penelitiannya, yang bersangkutan berupaya membuktikan adanya


(12)

6

pengaruh variabel-variabel kemampuan profesional guru, motif kerja guru serta disiplin guru terhadap perubahan perilaku siswa.

Longdong (1986), melakukan penelitian yang berjudul “Perilaku Birokratik, Perilaku Profesional dan Kreatifitas dalam Menunjang Prestasi Lulusan”. Yang bersangkutan menitik-beratkan pengaruh variabel-variabel perilaku birokratik kepala sekolah, perilaku profesional kepala sekolah dan kreatfitas sekolah terhadap prestasi belajar para siswa di Manando. Longdong mendefinisikan produktifitas sekolah dengan prestasi belajar siswa. Ia mengajukan aspek-aspek kuantitatif, aspek-aspek kualitatif atau kedua-duanya sebagai parameter untuk mengukur produktifitas tersebut.

Bharata (2002), dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Problem Posing Dibandingkan dengan Pembelajaran Biasa terhadap Hasil Belajar Aritmatika”, melihat produktifitas belajar melalui skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam pelajaran aritmatika. Ia mengukur produktifitas belajar dalam arti yang lebih sempit dibandingkan dengan peneliti-peneliti lainnya. Hasilnya adalah bahwa metode pembelajaran tersebut berpengaruh positif terhadap kemampuan aritmatika para siswa.

Yuliani (2004), melakukan studi untuk mengukur keberhasilan program penyetaraan D2 terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran agama islam. Dalam penelitiannya, ia lebih menekankan pada kontribusi program peningkatan kualifikasi guru pendidikan agama islam terhadap produktifitas belajar siswa. Sedangkan produktifitas belajar siswa itu sendiri diukur dengan menggunakan parameter berupa hasil belajar


(13)

7

siswa dalam mata pelajaran agama islam. Menurut penelitiannya, program penyetaraan D2 memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa, dalam hal ini pelajaran agama islam.

Karyana (2003), melakukan penelitian yang berjudul “Penempatan dan Kepuasan terhadap Produktifitas Kerja Guru”. Dalam penelitiannya Karyana mencoba membuktikan pengaruh variabel penempatan dan kepuasan terhadap produktifitas kerja guru. Sedangkan dalam mendefinisikan istilah produktifitas, yang bersangkutan lebih banyak menganalogikan produktifitas lembaga sekolah dengan teori-teori produtifitas ekonomi. Ia menemukan bahwa produktifitas kerja guru dipengaruhi secara nyata oleh penempatan dan kepuasan mereka.

Putranti (2005), melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Perencanaan Strategik Terhadap Produktifitas Sekolah di SMA Kota Madya Cimahi”. Ia menggunakan parameter proses pembelajaran, kualitas kelulusan siswa, motivasi belajar, kedisiplinan dan performace guru serta tingkat kepercayaan masyarakat untuk mengukur produktifitas sebuah sekolah. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan sekolah dengan produktifitas sekolah, terdapat hubungan positif dan tidak signifikan antara perencanaan strategik dengan produktifitas sekolah, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan perencanaan strategik, terdapat


(14)

8

hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan perencanaan strategik.

Kurniawan (2006), meneliti pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen pembiayaan pendidikan terhadap produktifitas sekolah. Kurniawan menggunakan dimensi-dimensi sebagaimana dikemukakan oleh Engkoswara, yaitu efektifitas (prestasi), proses dan efisiensi (hasil) sebagai parameter untuk mengukur produktifitas sekolah. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah: (1) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan nyata terhadap produktifitas sekolah, (2) Manajemen pembiayaan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas sekolah, (3) Kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen pembiayaan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas sekolah.

Samsori (2005), meneliti kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap kualitas lulusan pada SMK Bidang Bisnis Manajemen di Kota Cimahi. Samsori menggunakan parameter hasil uji kompetensi untuk mengukur kualitas lulusan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa: (1) kemampuan manajerial kepala sekolah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kualitas lulusan, (2) kinerja mengajar guru mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kualitas lulusan, (3) kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kualitas lulusan.


(15)

9

Dari studi literatur terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan di atas, baik peneliliatn-penelitian yang dilakukan oleh profesional mapun penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UPI Bandung dalam rangka menyelesaikan tugas akhirnya, penulis berkesimpulan bahwa:

1. Produktifitas sekolah merupakan isu sentral yang menarik banyak pemikir untuk melakukan studi tentang hal tersebut.

2. Parameter yang digunakan untuk mengukur produktifitas sekolah sangat beragam, tergantung kepada latar belakang dan kepentingan pelaku penelitian.

3. Penulis tidak menemukan satupun penelitian yang mengangkat permasalahan yang persis sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

4. Dari Sembilan buah tesis bertajuk produktifitas sekolah yang penulis temukan dan baca di Perpustakaan UPI, hanya satu tesis yang mengambil obyek SMK.

Selain alasan-alasan tersebut di atas, menurut hemat penulis, penelitian yang bertajuk poduktifitas SMK adalah penelitian yang sangat relevan dilakukan saat ini karena secara teoritis telah dikemukakan pada awal Bab ini bahwa pada dasarnya tujuan dari diselenggarakannya adminitrasi pendidikan adalah untuk mencapai produktifitas tertinggi dari sekolah (Engkoswara, 1987:1; Komariah dan Triatna, 2005:30). Sedangkan


(16)

10

secara praktis, produktifias sekolah, khsusunya produktifitas SMK, penting untuk senantiasa ditelaah karena:

1. Produktifitas sekolah merupakan permasalahan sehari-hari yang selalu dihadapi oleh berbagai lembaga pendidikan, dari mulai pendidikan usia dini sampai dengan pendidikan tinggi.

2. Khusus bagi SMK, lebih khusus lagi bagi SMK di Kabupaten Cianjur, permasalahan produktifitas sekolah merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus, karena SMK merupakan lembaga pendidikan khas yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan ekonomi yang selama ini dihadapi oleh Bangsa Indonesia. SMK harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan tamatan yang memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi masayarakat dan hanya SMK yang memiliki produktifitas yang baik yang mampu melakukaknnya. Sedangkan sejauh ini, dari berbagai sumber yang penulis peroleh, masih sangat sedikit SMK yang memiliki kemampuan seperti itu.

3. Pada saat ini Pemerintah sedang gencar-gencarnya mempromosikan pengembangan SMK dengan target adanya perbandingan SMA:SMK sebesar 30:70 pada tahun 2014. Program tersebut perlu didukung oleh berbagai lini, termasuk diantaranya dukungan dari sisi keilmuan. Dengan demikian, para akademisi dituntut untuk lebih banyak melakukan penelitian tentang upaya-upaya pengembangan pendidikan kejuruan, sehingga cita-cita pemerintah untuk mewujudkan pendidikan


(17)

11

kejuruan di Indonesia yang mampu menyokong perekonomian bangsa, segera dapat terwujud.

4. Telah disebutkan pada awal tulisan ini bahwa pada dasarnya tujuan dari diselenggarakannya administrasi pendidikan adalah untuk mencapai produktifitas tertinggi dari penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian penelitian-penelitian tentang produktifitas pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan metode yang benar dan dilakukan oleh peneliti yang memiliki integritas yang tinggi akan memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi pengembangan ilmu-ilmu dan praktik-praktik pendidikan. Sebaliknya, tidak-adanya penelitian atau tidak bermutunya penelitian yang dilakukan untuk mengungkap permasalahan-permasalahan produktifitas pendidikan, akan sangat merugikan bagi perkembangan ilmu-ilmu dan praktik-praktik pendidikan.

Dilatar-belakangi oleh kondisi-kondisi saat ini sebagaimana telah penulis paparkan, penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang bertema produktifitas pendidikan dengan judul “Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Produktifitas Sekolah (Sebuah Analisis Penelitian Deskriptif pada SMK di Kabupaten Cianjur)”.


(18)

12

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari uraian tentang latar belakang masalah sebagaimana telah penulis paparkan, serta berdasarkan pengalaman yang sering penulis temukan, penulis berpendapat bahwa pada prinsipnya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas sebuah lembaga pendidikan (sekolah). Berdasarkan pengamatan penulis, faktor-faktor yang mempengaruhi produktifas sekolah dapat berupa:

1. Kepemimpinan sekolah 2. Kebijakan pemerintah 3. Iklim sekolah

4. Ketersediaan sumber-sumber

5. Kemampuan manajerial kepala sekolah 6. Kinerja guru

7. Dukungan orang tua siswa

8. Dukungan masyarakat secara umum 9. Kondisi sosial ekonomi masyarakat 10.Politik dan lain-lain.

Khusus untuk SMK, peran serta dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) dalam kegiatan pendidikan, seringkali sangat menentukan produktif atau tidaknya sekolah tersebut. Sehingga upaya-upaya penggalangan kerjasama dengan DU/DI yang dilakukan oleh manajemen SMK, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya produktifitas SMK yang bersangkutan.


(19)

13

Apabila merujuk pada peraturan perundang-undangan pendidikan yang berlaku, khususnya Peraturan Pemeritah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setidaknya terdapat delapan variabel besar yang harus diperhatikan dalam rangka mencapai produktifitas sebuah sekolah. Kedelapan variabel tersebut meliputi kurikulum, kompetensi lulusan, proses belajar mengajar, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan fasilitas belajar, pembiayaan, pengelolaan dan evaluasi pendidikan. Sehingga apabila hubungan variabel-variabel tersebut terhadap produktifitas sekolah digambarkan dengan bagan, maka akan didapat bagan sebagai berikut:

Kurikulum

Kompetensi lulusan Evaluasi

Pengelolaan n

PBM

Biaya Pendidik&

Ten.Kepen didikan Sarana&Fasi

litas Produktifitas

Sekolah


(20)

14

Kedelapan variabel tersebut pada dasarnya dapat diuraikan menjadi variabel-variabel yang lebih sempit, misalnya untuk pengelolaan mungkin dapat diuraikan menjadi kinerja guru, kepemimpinan sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah dan lain-lain. Proses mungkin dapat dijabarkan menjadi kualitas pembelajaran, iklim sekolah, metode mengajar guru dan lain-lain. Sehingga jumlah variabel-variabel yang dapat diteliti dan diangkat sebagai permasalahan penelitian akan menjadi sangat banyak, namun mengingat terbatasnya waktu dan dana yang tersedia, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membatasi permasalahan yang mempengaruhi produktifitas sekolah sebagai variabel penelitian menjadi dua hal saja, yaitu:

1. Bagaimana kondisi kinerja manajerial kepala sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur?

2. Bagaimana iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur?

Adapun alasan yang melatar-belakangi dipilihnya masalah tersebut adalah:

1. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam menjamin terciptanya iklim sebuah sekolah yang pada akhirnya akan bermuara pada terciptanya produktifitas sekolah tersebut. (Komariah dan Triatna, 2005; Marzano et al., 2005:6; Meyer dan Macmilan, 2001:1). 2. Sedangkan iklim sekolah yang kondusif, yang ditunjukan oleh adanya

perilaku kepala sekolah yang baik, perilaku guru yang baik, dinamika organisasi yang baik serta pengendalian siswa yang humanistik,


(21)

15

merupakan kondisi ideal yang akan mendorong terwujudnya produktifitas sekolah yang tinggi. (Hoy dan Miskel, 2001; Turney et. al., 1992).

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan pada penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana gambaran umum produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana gambaran umum kinerja manajerial kepala sekolah pada

SMK di Kabupaten Cianjur?

3. Bagaimana gambaran umum iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur?

4. Seberapa besar korelasi kinerja manajerial kepala sekolah dengan iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur?

5. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah terhadap produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur?

6. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur?

7. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur?


(22)

16

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagiamana telah disebutkan di atas, yaitu:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran kualitas kinerja manajerial kepala sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran kualitas iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

4. Menganalisis besaran korelasi kinerja manajerial kepala sekolah terhadap iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

5. Menganalisis besaran kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah terhadap produktifitas sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur. 6. Menganilisis besaran kontribusi iklim sekolah terhadap produktifitas

sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

7. Menganalisis besaran kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap produktifitas SMK di Kabupaten Cianjur.


(23)

17

E. Manfaat Penelitian

Pada prinsipnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat dari sisi kelimuan atau teoritis dan manfaat dari sisi praktis.

Dilihat dari sisi teoritis, bagi penulis penelitian ini diharapkan berguna sebagai wahana untuk memperdalam kajian tentang teori-teori administrasi pendidikan, khususnya kepemimpinan pendidikan, dan aplikasinya di dalam dunia pendidikan. Dengan demikian penulis berharap, melalui penelitian ini akan diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang teori-teori administrasi pendidikan, khususnya kepemimpinan pendidikan, sehingga hasil-hasil kajian dari penelitian ini mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya kepemimpinan pendidikan.

Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa:

1. Sebagai upaya untuk menggali informasi tentang efektifitas manajerial kepala sekolah dalam perannya menciptakan iklim sekolah yang kondusif, guna memotivasi seluruh staf yang menjadi anggotanya, agar mereka menunjukan kinerja yang terbaiknya dalam rangka mencapai produktifitas tertinggi dari sekolah tersebut.

2. Informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, akan dijadikan dasar oleh penulis untuk mengadakan perbaikan dalam pengelolaan lembaga yang menjadi tanggung-jawab penulis.


(24)

18

3. Selain itu, penulis berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para kepala sekolah yang sekolahnya digunakan sebagai sumber data. Mudah-mudahan hasil penelitian tersebut berguna bagi para kepala sekolah tersebut sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi kepemimpinan yang akan digunakannya pada masa-masa selanjutnya.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu studi yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya (Sudjana dalam Riduwan dan Akdon, 2007:182). Dalam hal ini, penelitian ini bermaksud melakukan analisis terhadap variabel-variabel produktifitas sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah serta mendeskripsikan kondisi saat ini dari hasil analisis terhadap variabel-variabel tersebut tanpa memperhatikan kondisi-kondisi sebelum atau sesudah penelitian dilaksanakan.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan perhitungan statistik (Riduwan dan Akdon,


(25)

19

2007:182). Karena yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa korelasi antar variabel, maka perhitungan yang akan digunakan adalah statistik parametrik (Sugiyono, 2003:192).

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan melalui penyebaran angket. Teknik ini digunakan karena penyebaran kuesioner atau angket merupakan teknik yang efisien dan cocok digunakan untuk penelitian dengan jumlah responden yang besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2003:162). Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah sikap atau persepsi responden, yang terdiri atas guru SMK dan pengawas SMK yang berada diwilayah Kabupaten Cianjur yang jumlahnya cukup banyak dengan sebaran yang cukup luas. Dengan demikian teknik angket atau kuesioner adalah teknik yang cocok digunakan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini akan menganilis tiga variabel yaitu produktifitas sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah. Definisi operasional terhadap ketiga variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Produktifitas sekolah

Yang dimaksud dengan produktifitas sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan sekolah dalam menghasilkan performa layanan terhadap pengguna jasa yang dilayaninya, yang meliputi (1) Produktifitas proses (Efisiensi), (2) Produktifitas hasil (efektifitas)


(26)

20

dan (3) Hasil akhir kegiatan pembelajaran (Produktifitas outcomes). Ketiga sub variabel tersebut kemudian dijabarkan menjadi dimensi-dimensi sebagai berikut:

a. Proses, meliputi: animo belajar siswa, kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru, kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para siswa, kepuasan siswa belajar, serta peran serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung kegiatan pendidikan.

b. Hasil, meliputi: persentase lulusan, prestasi akademis siswa, prestasi non akademis siswa dan prestasi guru.

c. Outcomes, meliputi: Keterserapan tamatan dan kesan (kepercayaan) masyarakat terhadap tamatan.

Adapun alasan dipilihnya definsi operasional seperti tersebut di atas adalah karena setelah penulis membaca beberapa referensi, pada dasarnya sekolah dikatakan produktif jika mampu menunjukan performa terbaiknya dalam hal proses pendidikan yang dilakukannya, prestasi siswa dan guru yang ditunjukannya, serta outcomes yang dihasilkannya.

2. Kinerja manajerial kepala sekolah

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kinerja manajerial kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan organisasi sekolah yang meliputi kemampuannya dalam perencanaan (planning), mengkomunikasikan (communicating),


(27)

21

memberi motivasi (motivating), mengorganisasikan (organizing) dan pengendalian (controlling), sebagaimana dikemukakan oleh Turney (1992 : 92-108) . Sub variabel sub variabel tersebut di atas kemudian dijabarkan menjadi dimensi-dimensi sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning), meliputi: Menentukan visi dan misi, menentukan kebijakan dan menetapkan tujuan, menyusun program, menentukan dan mengalokasikan sumber-sumber serta menyusun rencana kebijakan.

b. Mengkomunikasikan (communicating), meliputi: Menciptakan sistem komunikasi, melakukan konsultasi dengan individu dan kelompok, mengembangkan keterampilan dan mengatasi masalah. c. Memotivasi (motivating), meliputi: Mendorong keterlibatan,

meningkatkan kondsi pembelajaran, memberikan dorongan kepada individu dan kelompok serta menunjukan iklim dan moral.

d. Pengorganisasaian (Organizing), meliputi: Mengembangkan dan melakukan modifikasi terhadap struktur organisasi, berorientasi pada peserta dan membangun harapan yang tinggi, memberikan tugas dan mendelegasikan wewenang, serta mengkoordinasikan kontribusi individu dan kelompok.

e. Pengendalian (controlling), meliputi: Menetapkan standar, mempengaruhi kinerja, melakukan pengawasan dan evaluasi, dan menciptakan tindakan korektif.


(28)

22

Penulis memilih definisi operasional kinerja manajerial kepala sekolah seperti tersebut di atas didasarkan atas argumentasi bahwa, Turney telah memberikan rincian yang lengkap dan menyeluruh tentang dimensi-dimensi dari masing-masing sub variabel, sehingga sangat memudahkan penulis untuk menyusun instrumen penelitian. Disamping itu, karena definsi operasional yang diberikan sangat rinci, maka penulis beranggapan bahwa definisi tersebut di atas telah mencerminkan keseluruhan dari kinerja manajerial yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah.

3. Iklim sekolah

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan iklim sekolah adalah keadaan keseluruhan sebuah sekolah yang dirasakan oleh seluruh warga yang ada didalamnya dan mungkin merupakan ciri khas yang dapat membedakan sekolah tersebut dari sekolah lainnya. Karena pada dasarnya iklim tersebut terbentuk oleh adanya interaksi warga yang ada didalamnya, maka dalam penelitian ini yang akan diukur meliputi tiga hal yaitu perilaku guru dan kepala sekolah, dinamika organisasi dan orientasi pengendalian para siswa. Komariah dan Triatna (2005:26); Miskel (2001: 189); Gilmer (Hoy dan Miskel, 2001: 189).

Sub variabel - sub variabel di atas kemudian dijabarkan kedalam dimensi-dimensi sebagai berikut:


(29)

23

P

1

P

2

r

x1x2

R

2

a. Perilaku kepala sekolah, meliputi: Suportif, direktif, dan restriktif. b. Perilaku guru/staf, meliputi: Collegial, intimate dan disengaged. c. Dinamika organisasi, meliputi: Integritas kelembagaan, pengaruh

kepala sekolah, perhatian, membentuk struktur, dukungan sumber-sumber, moral dan penekanan akademik.

d. Orientasi pengendalian siswa, meliputi: custodial school climate dan humanistic school climate.

G. Paradigma Penelitian

Penulis menggambarkan kerangka fikir penelitian (paradigma) yang penulis akan lakukan sebagaimana tertuang dalam gambar berikut ini:

Gambar 1.2. Kerangka fikir penelitian

X

1

X

2

Y


(30)

24

Keterangan:

X1 = Kinerja manajerial kepala sekolah X2 = Iklim sekolah

Y = Produktifitas sekolah

H. Hipotesis Penelitian

Pada gambar yang penulis sajikan dalam paradigma penelitian, dapat diinterpretasikan tentang adanya hubungan antar variabel yang penulis ingin teliti, yang meliputi produktifitas sekolah (Y), kinerja manajerila kepala sekolah (X1) dan iklim sekolah (X2). Dalam gambar tersebut tersirat bahwa kinerja manajerial kepala sekolah mempunyai keterkaitan dengan iklim sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah berkontribusi terhadap produktifitas sekolah, iklim sekolah berkontribusi terhadap produktifitas sekolah dan kinerja manajerial kepala sekolah serta iklim sekolah secara bersama-sama berkontribusi terhadap produktifitas sekolah. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi:

1. Terdapat korelasi kinerja manajerial kepala sekolah yang signifikan dengan iklim sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

2. Terdapat kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah yang signifikan terhadap produktifitas sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.


(31)

25

3. Terdapat kontribusi iklim sekolah yang signifikan terhadap produktifitas sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

4. Terdapat kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama yang signifikan terhadap produktifitas sekolah pada SMK di Kabupaten Cianjur.

I. Responden Penelitian

Yang menjadi responden utama dalam penelitian ini adalah guru SMK di Kabupaten Cianjur. Sebagai pembanding, digunakan juga pengawas SMK. Jumlah guru yang dipilih menjadi responden ditentukan melalui teknik sampling. Sedangkan untuk pengawas, karena jumlahnya sangat terbatas maka seluruhnya akan digunakan sebagai responden. Untuk selanjutnya, teknik sampling dan jumlah responden sampel yang akan digunakan dibahas pada Bab III. Adapun alasan digunakannya guru dan pengawas SMK sebagai reponden adalah sebagai berikut:

a. Guru pada masing-masing SMK adalah mereka yang melihat, mendengar dan merasakan secara langsung kondisi keseharian sekolahnya masing-masing, dengan demikian penulis berasumsi bahwa mereka akan mampu memberikan penilain secara obyektif terhadap produktifitas sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah pada sekolah mereka.

b. Pengawas SMK Kabupaten Cianjur adalah mereka yang senantiasa melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap seluruh SMK yang ada


(32)

26

di wilayah Kabupaten Cianjur. Dengan demikian penulis berasumsi bahwa mereka mengetahui dengan baik tentang kondisi masing-masing sekolah binaannya, sehingga mereka akan dapat memberikan data yang obyektif guna kepentingan penelitian ini. Perlu diinformasikan bahwa seluruh pengawas SMK di Kabupaten Cianjur mempunyai kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap seluruh SMK di wilayah Kabupaten Cianjur. Untuk keperluan tersebut Koordinator Pengawas menyusun jadwal kunjungan pengawas.


(33)

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan pada Bab I, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptip dengan menggunakan pendekatan analisis kuantiatif. Menurut Sugiyono (2007 : iii):

“Secara umum terdapat dua metode dalam penelitian, yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, namun keberadaannya saling melengkapi. Metode penelitian kuantitatif lebih cocok digunakan untuk meneliti bila permasalahan sudah jelas, datanya teramati dan terukur, peneliti bermaksud menguji hipotesis dan membuat generalisasi”.

Sesuai dengan definisi di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk metode penelitian asosiatif dengan teknik pengolahan data secara kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003:36), yang dimaksud penelitian asosiatif adalah: ”penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih”. Masih menurut Sugiyono:

“… bentuk hubungan antar varibel ada tiga, yaitu: simetris, kausal dan interaktif/resiprok. Yang dimaksud hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama, hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, dan hubungan resiprok adalah hubungan timbal balik”.

Sedangkan menururt Mc. Millan dan Schumacher (Edisi Bahasa Indonesia, ?: 49):

“Model penelitian kuantitatif awalnya dikembangkan dari penelitian dalam bidang pertanian dan ilmu pengetahuan yang rumit. Bidang tersebut mengadopsi filsafat posistifisme yang lebih menekankan pada prinsip objektifitas dan fenomena kuantifikasi. Sebagai hasilnya, disain


(34)

82

penelitian lebih menekankan pada upaya memaksimalkan objektifitasnya dengan penggunaan angka, statistik, struktur, dan kontrol eksperimen”.

Selanjutnya, menurut Suriasumantri (Sugiyono, 2003:16): “Penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma posistifisme yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris”.

Dalam memberikan penjelasannya tentang perbedaan antara penelitian kuantitaif dengan penelitian kualtitatif, Sugiyono (2007:11) menyebutkan bahwa tujuan dari penelitian kuantitatif memiliki karakterisitik:

1) Menunjukan hubungan antar variabel 2) Menguji teori

3) Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

Sedangkan teknik yang dapat digunakan meliputi: 1) Eksperimen, survey

2) Kuesioner

3) Observasi dan wawancara terstruktur.

Mengacu pada teori-teori tentang metodologi penelitian sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan penulis lakukan termasuk penelitian eksperimen. Menurut Riduwan (2008:50-51) dan Sugiyono (2006:6-7): “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat”.


(35)

83

Selanjutnya disebutkan bahwa “penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan pada laboratorium”. Dengan demikian, karena penelitian yang akan dilakukan penulis akan dilaksanakan di luar laboratorium dengan kontrol yang tidak terlalu ketat, penelitian ini termasuk kedalam kelompok penelitian quasi experiental. Adapun instrumen untuk mengumpulkan data berupa angket yang dapat dilengkapi dengan instrumen lain, misalnya wawancara.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Telah disebutkan pada Bab Pendahuluan bahwa penelitian ini akan dilakukan pada SMK di wilayah Kabupaten Cianjur dengan menggunakan guru dan pengawas SMK sebagai sumber data, dengan demikian populasi penelitian adalah SMK di wilayah Kabupaten Cianjur. Sebagai gambaran, dalam Tabel 3.1 berikut ini penulis sajikan data SMK di Kabupaten Cianjur serta jumlah guru untuk masing-masing sekolah tersebut.

Tabel 3.1.

DATA SMK DAN JUMLAH GURU SMK DI KABUPATEN CIANJUR

No. Nama Sekolah Status

Jumlah Guru Jumlah Non Guru

Kete-rangan

PNS Non

PNS Jml

P N S

Non PNS Jml.

1 SMKN 1 CIANJUR Negeri 38 22 60 5 6 11 2 SMKN 1 CILAKU Negeri 54 24 78 4 12 16

3 SMKN 2 CILAKU Negeri 36 5 41 10 8 18


(36)

84

5 SMKN 1 PACET Negeri 26 21 47 0 10 10

6 SMKN 1

PAGELARAN Negeri 11 21 32 0 9 9

7 SMKN 1 CIKALONG

KULON Negeri 19 28 47 0 10 10

8 SMKN 1

TANGGEUNG Negeri 8 28 36 0 15 15

9 SMKN 1

BOJONGPICUNG Negeri 12 36 48 0 8 8

10 SMKN 1 CIJATI Negeri 3 20 23 0 8 8

11 SMKN 1

NARINGGUL Negeri 0 18 18 0 7 7 Rintisan

12 SMKN 1

KARANGTENGAH Negeri 1 32 33 0 6 6 Rintisan

13 SMKN 1

CUGENANG Negeri 0 25 25 0 2 2 Rintisan

14 SMKN 1 CIBINONG Negeri 0 24 24 0 4 4 Rintisan 15 SMKN 1 TAKOKAK Negeri 0 23 23 0 2 2 Rintisan 16 SMKN 1 CIPANAS Negeri 0 30 30 0 4 4 Rintisan 17 SMKN 1 CAMPAKA Negeri 0 24 24 0 3 3 Rintisan 18 SMKN 1

SUKANAGARA Negeri 0 25 25 0 4 4 Rintisan

19 SMKN 1 LELES Negeri 0 33 33 0 8 8 Rintisan 20 SMKN 1

SUKALUYU Negeri 0 23 23 0 4 4 Rintisan

21 SMKN 1 CIKADU Negeri 0 20 20 0 7 7 Rintisan

22 SMK ARRAHMAH Suasta 8 43 51 0 11 11

23 SMK PGRI 1 Suasta 4 25 29 0 5 5

24 SMK PGRI 2 Suasta 7 41 48 0 8 8

25 SMK PGRI 3 Suasta 24 29 53 1 9 10

26 SMK PASUNDAN Suasta 12 46 58 0 12 12

27 SMK AMS Suasta 0 18 18 0 3 3

28 SMK

MARDIYUANA Suasta 2 13 15 0 3 3

29 SMK

BINANUSANTARA Suasta 5 36 41 0 6 6

30 SMK TARUNA

BHAKTI Suasta 0 31 31 0 3 3

31 SMK PROGRESIA Suasta 0 30 30 0 3 3

32 SMK NURUL

ISLAM Suasta 0 25 25 0 14 14

33 SMK IPPS CIPANAS Suasta 1 16 17 0 3 3 34 SMK HASS

ASH-HABUL YAMIN Suasta 1 22 23 0 4 4


(37)

85

36 SMK BINAPUTRA

NUGRAHA Suasta 0 17 17 0 4 4

37 SMK AL-ITIHAD Suasta 2 21 23 0 4 4

38 SMK KARISMA Suasta 4 10 14 0 2 2

39 SMK

MUHAMMADIYAH Suasta 0 49 49 0 3 3

40 SMK BINATEKNIK

CIKALONG Suasta 0 15 15 0 3 3

41 SMK AN-NAHL Suasta 0 20 20 0 3 3

42 SMK UTAMA

CIRANJANG Suasta 0 38 38 0 5 5

43 SMK FUTUHIYAH

CIPANAS Suasta 0 20 20 0 2 2

44 SMK AL-I'ANAH Suasta 0 21 21 0 6 6

45 SMK

AL-FATHONAH Suasta 0 24 24 0 5 5 Rintisan

46 SMK TUNAS

HARAPAN BANGSA Suasta 0 25 25 0 5 5 Rintisan 47 SMK

AL-HASYIMIYAH Suasta 0 24 24 0 3 3 Rintisan

48 SMK BHAKTI

MEDIKA Suasta 0 21 21 0 3 3 Rintisan

49 SMK ISLAMIYAH Suasta 0 20 20 0 3 3 Rintisan 50 SMK AL-MADINA Suasta 0 19 19 0 3 3 Rintisan 51 SMK

COKROAMINOTO Suasta 0 17 17 0 1 1 Rintisan

52 SMK FAUZAN Suasta 0 19 19 0 4 4 Rintisan

Jumlah 298 1276 1574 21 293 314

Untuk memperoleh data yang valid dan reliable, maka dari populasi tersebut perlu diambil jumlah sampel yang proporsional.

Terdapat bebagai cara untuk menentukan jumlah sampel dari populasi penelitian. Menurut Sugiyono (2007 : 57):

“Terdapat dua cara menentukan sample (sampling technic) yaitu probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling meliputi simple random sampling, proporsionate stratified random sampling, dispproporsionate stratified random sampling dan cluster sampling. Non probability sampling meliputi sampling


(38)

86

sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, proporsif sampling, sampling jenuh dan snowball sampling”.

Sesuai dengan karakteristiknya, yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan jumlah populasi yang relatif besar, maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan tiga macam teknik pengambilan sampel, yaitu simple random sampling, proporsionate stratified sampling dan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2003:93): “Yang dimaksud dengan simple random sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Proposrsionate stratified sampling adalah teknik yang digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen Sugiyono, 2003:93). Sedangkan sampling jenuh adalah teknik sampling dengan menggunakan seluruh populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2003:96).

Teknik proporsionate stratified sampling digunakan untuk menentukan SMK yang gurunya akan digunakan sebagai responden. Teknik ini dipilih sehubungan beragamnya kondisi SMK yang ada di Kabupaten Cianjur dan luasnya penyebaran SMK di wialayah tersebut, sehingga sangat sulit untuk dapat menjangkau seluruh SMK dalam tempo yang singkat. Untuk menjamin keterwakilan keragaman guru sebagai responden, penulis memilih 25% SMK sumber responden dengan kriteria utama berupa nilai akreditasi, artinya SMK yang dipilih dipilah menurut nilai akreditasinya, sehingga akan didapat jumlah SMK wakil sebagai berkut:


(39)

87

• Total SMK sampel: 25% x 52 sekolah = 13 sekolah, terdiri atas: 25 % yang teraktreditasi A, 25 % yang terakterditasi B, 25 % yang terakreditasi C dan 25 % yang belum terakreditasi.

Namun, karena SMK di Kabupaten Cianjur tidak ada yang terakreditasi C (yang ada A, B dan belum terakreditasi), maka jumlah wakilnya menjadi masing-masing 33 % untuk yang terakreditasi A, B dan belum terakreditasi. Dengan demikian wakil dari masing-masing SMK tersebut adalah:

• SMK terakreditasi A: 33% x 13 sekolah = 4,29 sekolah

• SMK yang terakreditasi B : 33% x 13 sekolah = 4,29 sekolah

• SMK yang belum terakreditasi : 33% x 13 sekolah = 4,29 sekolah. Untuk mempermudah, maka sampelnya dibulatkan menjadi lima SMK terakreditasi A, empat SMK terakreditasi B dan empat SMK yang belum terakreditasi. Adapun nama-nama SMK yang dipilih sebagai sampel dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Untuk pengawas, jumlah sampel yang akan digunakan adalah empat orang, yaitu sebanyak jumlah pengawas SMK di Kabupaten Cianjur.

Sedangkan untuk populasi guru, maka sampel yang akan digunakan akan dipilih secara acak dari SMK-SMK yang telah ditetapkan sebagai sampel secara terstrata. Adapun penentuan jumlah sampel akan dihitung sesuai dengan kaidah penentuan jumlah sampel sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2006, 97-101): “Jumlah sampel dapat dihitung dengan menggunakan Rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael”. Adapun rumusnya sebagai berikut:


(40)

88 Q P N

d

Q P N s

. . ) 1 (

. . .

2 2

2

λ λ

+ − =

Dimana:

S = jumlah sampel

2

λ dengan dk=1, taraf kesalahan bisa 1%, 5% atau 10%. P=Q= 0,5

N= jumlah populasi.

Masih menurut Sugiyono, “… sebenarnya masih banyak cara yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel, misalnya Rumus Cochran, Rumus Cohen atau dapat juga menggunakan nomogram Harry King”.

Untuk mempermudah penghitungan, selanjutnya penulis menentukan jumlah sampel dengan menggunakan tabel yang telah tersedia tentang ketentuan jumlah sampel penelitian (Sugiyono, 2003:99). Dari Table 3.1. terlihat bahwa jumlah guru SMK di Kabupaten Cianjur adalah 1574 orang, dengan demikian menurut tabel penetuan sampel, jika populasi 1574 dengan tingkat kepercayaan 95 %, maka sampel yang dapat digunakan adalah 285. Adapun sebaran sampel dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2.

DATA JUMLAH SAMPEL PENELITIAN

No Nama Sekolah Akreditasi Jumlah

guru

Jml. Sampel

1. SMKN 1 Cilaku A 78 46

2. SMK Pasundan A 58 35


(41)

89

4. SMK PGRI 3 A 53 32

5. SMK Al-Ittihad B 23 14

6. SMK HASS Ashabul Yamin

B 23 14

7. SMK PGRI 1 A 29 17

8. SMK AMS B 18 11

9. SMK Progresia B 30 18

10. SMKN 1 Takokak Belum terakreditasi

23 14

11. SMKN 1 Campaka Belum terakreditasi

24 15

12. SMKN 1 Cipanas Belum terakreditasi

30 18

13 SMKN 1 Cibinong Belum terakreditasi

24 15

Jumlah 473 285

C. Operasional Variabel Penelitian

Telah dikemukakan dalam pendahuluan bahwa penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan membuktikan korelasi tiga variabel, yaitu produktifitas sekolah, kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah. Pengertian dari ketiga operasional variabel tersebut secara ringkas dijelaskan sebagai berikut:


(42)

90 1. Produktifitas sekolah (Y)

Yang dimaksud dengan produktifitas sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan sekolah dalam menghasilkan performa layanan terhadap pengguna jasa yang dilayaninya, yang meliputi (1) Produktifitas proses (Efisiensi), (2) Produktifitas hasil (efektifitas) dan (3) Hasil akhir kegiatan pembelajaran (Produktifitas outcomes).

Efisiensi yang ingin dibuktikan meliputi kondisi layanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, pemanfataan sarana, fasilitas dan waktu, kegairahan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta kegairahan guru dalam mengajar. Efektifitas meliputi hasil-hasil belajar yang ditunjukan siswa, hasil-hasil yang ditunjukan oleh guru dan hasil-hasil yang ditunjukan oleh organisasi sekolah secara keseluruhan. Sedangkan outcomes meliputi keadaan yang ditunjukan oleh para tamatan setelah mereka berada di luar lingkungan sekolah, termasuk diantaranya keterserapan tamatan pada pendidikan tingkat lanjutan, keterserapan tamatan pada dunia kerja, serta kesan atau kepercayaan masyarakat terhadap tamatan.

2. Kinerja manajerial kepala sekolah (X1)

Dalam penelitian ini kinerja manajerial yang ingin dibuktikan adalah kemampuan kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan organisasi sekolah yang meliputi kemampuannya dalam perencanaan (planning),


(43)

91

mengkomunikasikan (communicating), memberi motivasi (motivating), mengorganisasikan (organizing) dan pengendalian (controlling).

3. Iklim sekolah (X2)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan iklim sekolah adalah keadaan keseluruhan sebuah sekolah yang dirasakan oleh seluruh warga yang ada didalamnya dan mungkin merupakan ciri khas yang dapat membedakan sekolah tersebut dari sekolah lainnya. Karena pada dasarnya iklim tersebut terbentuk oleh adanya interaksi warga yang ada didalamnya, maka dalam penelitian ini yang akan diukur meliputi tiga hal yaitu perilaku guru dan kepala sekolah, dinamika organisasi dan orientasi pengendalian para siswa.

Selanjutnya, definisi operasional variabel penelitian tersebut diatas dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi intrumen sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3.

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN No

.

Variabel Sub Variabel

Dimensi Indikator

Nomor Item

Kuesion-er 1. Produktif

-itas sekolah

Proses Animo belajar Tingginya jumlah calon siswa, rendahnya angka drop out dan tingginya kehadiran siswa dan antusiasme siswa belajar

1,2,3,4,5

Kualitas proses pengajaran yang dilakukan oleh guru

Guru melakukan kegiatan mengajar menggunakan prinsip “PAKEM”

(Pembelajaran aktif, kreatif


(44)

92 dan menyenagkan Kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para siswa

Siswa belajar aktif, kreatif, dan inovatif

10,11,12

Kepuasan siswa dalam belajar

Siswa merasa puas belajar 13,14 Peran serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung kegiatan pendidikan

Adanya peran-serta yang maksimal dari orangtua siswa dan masyarakat dalam

memajukan proses pendidikan di sekolah.

15,16,17 ,18

Hasil Persentase lulusan. Tinginya persentase siswa lulus yang diperoleh setiap tahun

19,20

Prestasi akademis siswa

Tingginya prestasi siswa dalam bidang akademis

21,22 Prestasi non

akademik siswa

Tingginya prestasi non akademis siswa

23,24 Prestasi guru Tingginya prestasi guru, baik

bidang akademis maupun non akademis 25,26,27 ,28,29 Out-comes Keterserapan tamatan Tingginya ketersearapan tamatan pada dunia kerja, wira usaha atau pendidikan lanjutan

30,31,32

Kesan

(kepercayaan) masyarakat

terhadap tamatan sekolah

Tingginya kepercayaan dan apresiasi masyarakat terhadap tamatan

34,35,36

2 Kinerja manageri al kepala sekolah Planning (Perenca naan) Visioning and formulating mission (Menentukan visi dan misi)

Mampu membuat visi organisasi sekolah yang “SMART” (specific, manageable, agreed-upon, resources-supported, time bound)

1,2,3,4,5 ,6

Mampu menjabarkan visi menjadi misi organisasi dengan rincian yang selaras dan misi menggambarkan langkah untuk pencapain visi. Selain itu misi difahami oleh seluruh anggota organisasi sekolah.


(45)

93 Policy making and goal setting

(menentukan kebiajakan dan menetapkan tujuan)

Mampu mengambil keputusan yang bijaksana

11,12,13 ,14 Mampu menetapkan tujuan

organisasi sekolah dengan jelas, rasional dan achievable.

15,16,17

Designing programmes (menyusun program)

Mampu membuat program kerja sekolah berupa rencana strategis, dan program tahunan. 18,19,20 ,21 Determining and allocating resources (menentukan dan mengalokasikan sumber-sumber) Mampu mengalokasikan sumber-sumber daya dengan proposional, efektif dan efisien dalam rangka upaya

pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah.

22,23,24

Modifying policy plan (menyusun rencana kebijakan)

Mampu menyusun kebijakan yang didasarkan atas hasil evaluasi diri terhadap kondisi sekolah 25,26,27 Commu-nicating (mengko-munikasi -kan) Creating communication system (menciptakan sistem komunikasi)

Mampu menciptakan sistem komunikasi organisasi sekolah yang fungsional

28,29,30 ,31 Mampu melakukan

komunikasi yang efektif dengan anggota organisasi

32,33,34 Consulting with individual and groups (melakukan konsultasi dengan individu dan kelompok) Mampu mengkonsultasikan visi, misi, rencana kebijakan, program, dan tujuan organisasi dengan staf, baik secara

kelompok maupun individu.

35,36.37

Developing skills (mengembangkan keterampilan)

Mampu memfasilitasi upaya peningkatan profesionalisme staf. 38,39,40 Overcoming problems (mengatasi masalah)

Mampu mengatasi permasalah organisasi sekolah. 41,42,43 ,44 Motivat-ing (memotiv -asi) Encouraging involvement (mendorong keterlibatan)

Mampu memberikan motivasi secara efektif kepada staf sehingga staf memiliki

kesadaran diri untuk berupaya melakukan kinerja terbaiknya.

45,46,47 ,48


(46)

94 Enhancing teaching condition (meningkatkan kondisi pembelajaran)

Mampu mempengaruhi para guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. 49,50,51 ,52 Supporting individual and groups (memberikan dorongan kepada individu dan kelompok)

Mampu memberikan dukungan positif (moral dan spiritual) kepada staf pada saat staf memerlukannya. 53,54,55 Fostering climate and morale (menunjukan iklim dan moral)

Mampu menunjukan standar iklim dan moral oganisasi serta menunjukan cara-cara untuk mencapainya. 56,57,58 Organiz-ing (pengor- ganisasi-an) Developing and modifying organizational structures (mengembangkan dan melakukan modifikasi terhadap struktur organisasi)

Mampu menciptakan struktur organisasi yang efisien, melakukan pembagian tugas yang jelas dan uraian kerja yang jelas dan rinci.

59,60,61 ,62

Mampu melakukan penyesuaian struktur

organisasi dengan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan terkini 63,64,65 Orienting participants and establishing high expectation (berorientasi pada peserta serta membangun harapan yang tinggi)

Mampu meyakinkan staf akan harapan-harapan yang

diinginkannya dalam upaya untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.

66,67,68

Assigning task and delegating authority (memberikan tugas dan mendelegasikan wewenang) Mampu memberikan

penugasan dan pendelegasian wewenang kepada staf secara proporsional dan professional.

69,70,71 ,72 Coordinating contributions of individuals and Mampu mengkoordinasikan kontribusi setiap anggota organisasi dalam mencapai


(47)

95 groups

(mengkoordinasika n kontribusi individu dan kelompok)

visi, misi dan tujuan sekolah secara proporsional. Controll-ing (pengen-dalian) Establishing standards (menetapkan standar)

Mampu menetapkan standar prosedur operasi yang jelas dan kriteria ketercapaian target untuk setiap kegiatan.

76,77,78 ,79 Influencing performance (mempengaruhi kinerja)

Mampu mempengaruhi kinerja staf. 80,81 Monitoring and evaluating (melakukan pengawasan dan evaluasi)

Mampu melakukan program monitoring dan evaluasi serta rencana tindak-lanjut terhadap hasil evaluasi.

82,83,84

Initiating corrective action (menciptakan tindakan korektif)

Mampu menciptakan budaya kritis dalam organisasi

sekolah.

85,86

3 Iklim sekolah

Perilaku Kepala sekolah

Supportive Kepala sekolah terbuka dalam mendengarkan saran dan

masukan dari staf

1,2,3

Penghargaan diberikan secara tepat dan sering

4,5, Kepala sekolah menghargai

staf dari sisi profesi dan individu secara berimbang

6,7,8,

Directive Kepala sekolah melakukan pengendalian secara terus menerus, ketat dan rinci kepada para guru dan kegiatan-kegiatan sekolah

9,10,11

Restrictive Kepala sekolah membebani para guru dan staf dengan pekerjaan, tuntutan komite dan tugas-tugas rutin yang

berkaitan dengan tugas-tugas mengajar.

12,13,14

Perilaku guru/staf

Collegial Adanya interaksi yang saling mendukung dan professional diantara para guru


(48)

96

Guru bangga dengan lembaganya

17,18 Senang bekerja dengan

koleganya (timnya)

19,20 Antusias, saling menghargai

dan saling menerima dalam hal kompetensi profesi diantara para guru.

21,22,23 ,24

Intimate Adanya jaringan kerja yang kuat dan erat diantara para guru/staf.

25,26,27

Para guru saling mengenal dengan baik

28,29 Para guru memiliki hubungan

pertemanan secara professional

30,31,32 Bersosialisasi secara teratur 33,34 Adanya saling dukung yang

kuat diantara para guru

35,36

Disengaged Tidak ada kerja tim yang produktif diantara para guru

37,38,39 ,40 Guru hanya melaksanakan

tugas sesuai dengan jadwal yang ia miliki

41,42,43

Guru tidak memiliki orientasi tehadap tujuan organisasi sekolah

44,45,46 ,47 Berperilaku negatif, selalu

melakukan kritik terhadap teman dan lembaganya.

48,49,50 ,51 Dinamika organisa-si Integritas kelembagaan

Sekolah tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan yang sempit dari orangtua siswa dan masyarakat

52,53

Sekolah memiliki ketahanan dalam mengatasi pengaruh-pengaruh destruktif dari luar

54,55

Pengaruh kepala sekolah

Kepala sekolah mempangaruhi staf secara persuasif

56,57 Kepala sekolah memiliki

hubungan kerjasama yang baik dengan pengawas

58,59,60

Kepala sekolah memiliki kemandirian dalam berfikir


(49)

97

dan bertindak

Perhatian Kepala sekolah berperilaku yang bersahabat, terbuka, memberikan dorongan dan ramah.

63,64,65 ,66

Membentuk struktur

Adanya perilaku kepala

sekolah yang berorientasi pada tugas dan pencapaian tujuan.

67,68

Dukungan sumber-sumber

Adanya ketersediaan yang memadai akan sarana kebutuhan mengajar serta kemudahan dalam memperoleh sarana tersebut.

69,70

Moral Adanya saling percaya, kepercayaan diri, antusiasme, dan keramah-tamahan yang ditunjukan oleh ara guru.

71,72,73

Penekanan akademik

Tujuan ketecapaian

pembelajaran siswa ditetapkan tinggi tapi memungkinkan untuk dicapai

74,75

Lingkungan belajar tertib dan sungguh-sungguh

76,77 Guru mempercayai

kemampuan para siswa dalam mencapai tujuan belajarnya

78,79

Para siswa bekerja keras dan mengahargai setiap orang yang melakukan pekerjaan dengan baik.

80,81,82

Orientasi pengenda lian siswa

Custodial school climate

Adanya kendali yang kuat dari guru terhadap murid dan menganggap bahwa murid adalah objek.

83,84,85

Humanistic school climate

Sekolah merupakan komunitas belajar dimana para siswa belajar melalui hubungan kerjasama dan pengalaman.

86,87,88 ,89


(50)

98 D. Teknik Pengumpulan Data

1. Menentukan alat pengumpul data

Dalam penelitian kuantitatif, alat pengumpul data dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. “Bila variabel penelitian lima, maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima” (Sugiyono, 2006:105). Selanjutnya Sugiyono mengemukakan bahwa: “… karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.”

Menurut Riduwan dan Akdon (2007:11) skala pengukuran dimaksudkan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Sedangkan menurut Sugiyono (2006:105) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Sugiyono (2006:106) mengemukakan bahwa menurut fenomena sosial yang diukur, terdapat dua macam skala pengukuran yaitu:


(51)

99

b) Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya dan lingkungan sosial.

Selanjutnya Riduwan dan Akdon (2007:12-13) serta Sugiyono (2006: 106) mengemukakan bahwa: “Skala pengukuran dalam penelitian sosial meliputi skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala ratio”.

Skala nominal adalah skala yang digunakan untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Skala ini tidak memiliki bilangan pecahan, angka yang tertera hanya merupakan label, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baku dan tidak mempunyai nol mutlak. Analisis statistik yang digunakan untuk skala nominal adalah analisis statistik non parametrik.

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang tertinggi sampai yang terendah atau sebaliknya. Analisis untuk skala ordinal adalah analisis statistik non parametrik.

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama, contohnya adalah data tentang umur manusia dan timbangan, kedua-duanya memiliki angka nol mutlak dan tidak memiliki nilai negatif.

Sedangkan skala interval adalah skala dalam bentuk perbandingan, misalnya usia orang yang 50 tahun memiliki usia dua kali lipat orang yang berusia 25 tahun atau orang yang berumur 20 tahun memiliki umur setengah dari orang yang berumur 40 tahun. Analisis statistik untuk skala ratio dan skala interval adalah analisis statistik parametrik.


(52)

100

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen yang didasarkan atas skala sikap, karena yang akan penulis ukur adalah sikap atau persepsi orang terhadap suatu gejala sosial, dalam hal ini tiga variabel berupa kinerja manajerial kepala sekolah, iklim sekolah dan produktifitas sekolah.

Menurut Sugiyono (2006 : 107) dan Riduwan dan Akdon (2007 : 16): “Ada lima skala sikap yang biasa digunakan dalam penelitian administrasi, yaitu: skala Likert, skala Guttman, rating scale, semantik diferensial dan skala Thurstone”. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan skala Likert dalam menyususn instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 107): “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dengan skala Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju


(53)

101

Sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Atau:

a) Selalu b) Sering

c) Kadang-kadang d) Tidak pernah.

Selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1. Dan lain-lain.

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk check list atau pilihan ganda (Sugiyono, 2006 : 108). Selanjutnya, karena skala sikap ini termasuk kedalam skala interval, maka analisis statistik yang akan digunakan adalah analisis statistik parametrik. Menurut Sugiyono (2003:199), analisis statistik parametrik dapat dilanjutkan jika data penelitian memiliki sebaran yang normal. Dengan demikian, sebelum dilakukan analisis lebih lanjut maka perlu dilakukan analisis normalitas data terlebih dahulu.

2. Penyusunan alat pengumpul data

Setelah jenis instrumen penelitian ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen penelitian. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa penelitian ini menggunakan instrumen penelitian


(54)

102

berupa angket atau kuesioner dengan skala sikap yaitu Skala Likert. Adapun langkah kegiatannya meliputi:

a. Menjabarkan variabel-variabel menjadi sub sub variabel. b. Menjabarkan sub-sub variabel menjadi dimensi.

c. Menjabarkan dimensi-dimensi menjadi indikator-indikator.

d. Menjabarkan indikator-indikator manjadi pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan.

Untuk lebih jelasnya, intrumen penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 laporan penelitian ini.

3. Uji coba alat pengumpul data

Untuk memperoleh data yang valid maka instrumen penelitian yang digunakan harus valid dan reliabel. Menurut Sugiyono (2006:137):

“...valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

a. Uji validitas

Validitas instrumen dapat diuji dengan berbagai pengujian yaitu: pengujian validitas konstruksi (construct validity), pengujian validitas


(55)

103

isi (content validity) dan pengujian validitas eksternal (Sugiyono, 2006 : 141-147). Masih menurut Sugiyono:

“…pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun berdasarkan teori tertentu kepada para ahli (minimal tiga ahli), setelah instrumen tersebut oleh para ahli dianggap layak lalu diuji-cobakan. Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan analisis korelasi, yaitu dengan mengkorelasikan skor masing-masing item instrumen dengan skor total. Instrumen dikatakan valid apabila berdasarakan analisis korelasi tersebut menunjukan perbedaan yang nyata, yaitu lebih besar dari r kritis 0,3. Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengujian validitas eksternal dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan”.

Dalam penelitian ini, uiji validitas yang akan digunakan adalah pengujian validitas konstruksi, hal ini disebabkan penulis melakukan penelitian dibawah bimbingan dosen pembimbing dan instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang dibuat oleh penulis. Uji validitas dilakukan dengan cara menguji-cobakan instrumen yang sudah dibuat kepada beberapa responden, dalam hal ini penulis akan menggunakan guru-guru SMK Negeri 2 Cilaku - Cianjur. Sedangkan untuk melakukan analisis validitas terhadap instrumen yang digunakan, penulis akan memanfaatkan teknik pengolahan data SPSS.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas instrumen dapat diuji secara eksternal dan secara internal. Secara eksternal pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan


(56)

104

menggunakan berbagai metode yaitu: test-retest (stability), equivalent dan gabungan kaduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsitensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2006:147). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang akan digunakan oleh penulis adalah uji internal, yaitu uji internal consistency. Menurut Sugiyono (2006:149): “Pengujian reliabilitas instrumen dengan uji internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu”.

Masih menurut Sugiyono: “Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half), KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt”. Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan oleh penulis adalah teknik split half dari Spearman Brown. Adapun rumus Spearman Brown adalah (Sugiyono, 2006: 149):

r

r

r

b b

i= +

1 2

Dimana:

ri = reliabilitas internal seluruh inastrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dengan belahan kedua.

Teknik belah dua ini dilakukan dengan cara membagi dua antara item-item instrumen yang bernomor gasal dengan item-item instrumen


(57)

105

yang bernomor genap. Selanjutnya skor total antara kelomok gasal dengan kelompok genap dicari korelasinya lalu dimasukan ke dalam rumus di atas. Jika nilainya lebih besar dari 0,3 maka keseluruhan instrumen dikatakan reliabel. Namun demikian, untuk mempercepat analisis dan untuk memperoleh akurasi hasil perhitungan yang tinggi, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan SPSS. Rekapitulasi data hasil uji-coba instrumen penulis sajikan pada Tabel 3.4. berikut ini.

Tabel 3.4.

REKAPITULASI HASIL UJICOBA INSTRUMEN PENELITIAN

No .

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Item Kuesion-er

Hasil Uji Coba No. Item Valid No. Item Tdk Valid 1. Produktif

-itas sekolah

Proses Tingginya jumlah calon siswa, rendahnya angka drop out dan tingginya kehadiran siswa dan antusiasme siswa belajar

1,2,3,4,5 1,2,3,4,5

Guru melakukan kegiatan mengajar menggunakan prinsip “PAKEM” (Pembelajaran aktif, kreatif dan menyenagkan

6,7,8,9, 6 7,8,9

Siswa belajar aktif, kreatif, dan inovatif

10,11,12 10,11,12 Siswa merasa puas belajar 13,14 13 14 Adanya peran-serta yang

maksimal dari orangtua siswa dan masyarakat dalam

memajukan proses pendidikan di sekolah.

15,16,17, 18

15,17 16,18

Hasil Tinginya persentase siswa lulus yang diperoleh setiap tahun


(1)

182

dalam sebuah organisasi sekolah, yaitu sebagai edukator, sebagai leader,

sebagai manajer, sebagai motivator, sebagai inisiator dan bahkan sebagai

enterpreneur.

Telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa menurut hasil penelitian Mott (Hoy dan Miskel, 2001:306) menunjukan bahwa dalam sebuah organisasi, efektifitas tinggi akan dicapai apabila seorang pemimpin mampu menyediakan struktur tugas yang baik bagi para anggotanya serta adanya iklim kerja yang terbuka. Selanjutnya Miskel, Fevurly dan Stewart (Hoy dan Miskel, 2001:306) menemukan bahwa efektifitas sebuah organisasi sekolah akan dicapai apabila terdapat formalisasi dan kompleksitas struktur organisasi sekolah serta adanya iklim kerja yang partisipatif.

Atas dasar temuan-temuan hasil penelitian penulis serta temuan-temuan para peneliti sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis mengajukan saran bahwa masih sangat perlu bagi para kepala SMK di Kabupaten Cianjur untuk lebih meningkatkan produktifitas sekolahnya. Produktifitas sekolah tersebut dapat dicapai melalui upaya peningkatan kualitas kinerja manajerial kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama dan karena kinerja manajerial kepala sekolah memiliki korelasi yang kuat dengan iklim sekolah, maka peningkatan pada kualitas kinerja manajerial kepala sekolah pada akhirnya akan berimplikasi pada adanya peningkatan pada iklim sekolah. Untuk itu, menurut hemat penulis yang harus menjadi prioritas dalam meningkatkan produktifitas sekolah adalah bagaimana mengupayakan peningkatan kualitas kinerja manajerial kepala sekolah.


(2)

183

Untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja manajerial sebagaimana disebutkan di atas, banyak cara yang dapat ditempuh diantaranya melalui kegiatan pelatihan, bench marking dan pendidikan lanjutan. Disisi lain, dalam rangka menjaga agar kepala sekolah yang baru dapat memiliki kualitas yang lebih baik dari kualitas kepala sekolah-kepala sekolah yang ada pada saat ini, maka perlu adanya perbaikan sistem recruitment yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, diantaranya dengan lebih memperketat seleksi rekam jejak dan integritas para calon kepala SMK pada saat penjaringan bakal calon dilakukan, serta memperketat kriteria kelulusan pada saat seleksi dilaksanakan, termasuk didalamnya menekankan pada kompetensi manajerial peserta seleksi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

……….. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Bharata, H. (2002). Pembelajaran Problem Posing Dibandingkan dengan

Pembelajaran Biasa Terhadap Hasil Belajar Aritmatika. Tesis S2

pada Program Studi Administrasi Pendidikan - Progam Pasca Sarjana UPI – Bandung: Tidak diterbitkan.

Bogdan, R. C. dan Sari Knopp Biklen. (1990). Riset Kualitatif untuk

Pendidikan (Edisi Bahasa Indonesia). Dirjen Dikti – Depdikbud.

Jakarta.

BRIEF. (2004). “School Climate and Learning”. (31). December 2004 (1-10) .

Cavanagh, R. et.al. (2006). Development of model of school principal behaviours: Rash model and structural education model analyses of

teacher observation. Annual Meeting of the Australian Association

for Research in Education: Adelaide.

CSEE (Central For Social and Emotional Education). (2009). School

Climate A Foundation For Teaching And Learning. (Online)

Tersedia: CSEE. Com. (23 Januari 2009).

Cooper and Lybrand L.L.P., (1995). Reinventing The University. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Coyle, M. (1997). “Teacher leadership vs school management: Flatten the hierarchies”. The Clearing House, 70 (5), 236-240.

Davis, S. et. al. (2005). Developing school principals. Standford Educational Leadership Institute.

Dunn, R. and Robert Brasco. (2006). “Supervisory Styles of Instructional Leaders”. School Administrator 63 (8).

Eichinger, R. W. and Michael M. Lombardo. (2003). School Principal.

Leadership Architec. (Online). Tersedia: Microsoft Corporation.

(24 Januari 2009).

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong


(4)

185

Gilley, A. et. al. (2008). “Characteristic of Leadership Effectiveness: Implementing Change and Driving Innovation in Organizations”.

Human Resource Development Quarterly. 19 (2). 153-166.

Hadderman, M. (1998). “School Productivity”. Eric Digest - Number 119 EDO-EA-98.

Hoy, W. K. and Cecil G. Miskel. (2001). Educational Administration. Mc. Grow Hill. Singapore.

Hoy, W. K. (2009). School Climate - Measuring School Climate, School

Climate and Outcomes, Issues Trends and Controversies.

University of Phoenix.

Hoxby, C. M. (2002). “School Choice and School Productivity”. Stanford

University: National Bureau of Economic Research (NBER). NBER

Working Paper No. W8873.

Jones, P. (?). “The Role of The Principal”– How it has Developed and

Changed since ‘Tomorrow’s Schools’. (Online) Tersedia: Eric

Digest. (24 Januari 2009).

Karyana, A. (2003). Pengaruh Penempatan dan Kepuasan Terhadap

Produktifitas Kerja Guru. Tesis S2 pada Program Studi Adminstrasi

Pendidikan - Program Pasca Sarjana UPI - Bandung: Tidak diterbitkan.

Kester, D. (2007). “Building for future”. Knowledge Tree, International

Journal of Education. December 2007 Edition.

Komariah, A. dan Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership Menuju

Sekolah Efektif. Bumi Aksara. Bandung.

Kurniawan, A. (2006). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Manajemen Pembiayaan Pendidikan terhadap Produktifitas Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Bandung.

Tesis S2 pada Progam Pasca Sarjana UPI – Bandung: Tidak diterbitkan.

Leigh, A. and Chris Ryan. (?). “How Has School Productivity Changed in

Australia?”. JEL. (H52, I21, I22). 1-47.

Longdong, J.F. (1986). Perilaku Birokratik, Perilaku Profesional dan

Kreatifitas dalam Menunjang Prestasi Lulusan Sekolah. Tesis S2


(5)

186

Luthan, F. (2001). Organizational Behavior. McGrow Hill. Irwin. Marzano, R. J. et. al. (2005). School Leadership That Work From

Research to Result. (Online) Tersedia: Amazon. Com. (24 Januari

2009).

Mc. Millan, J. and Sally Schumacher. (?). Research in Education. Longman. New York and London.

Meyer and Macmillan. (2001). “The principal's role in transition: Instructional leadership ain't what it used to be”. International Electronic Journal For Leadership in Learning - A refereed

academic journal, 5(13).

Nawawi, H. (1994). Administrasi Pendidikan. C.V. Haji Masagung. Jakarta.

Niebuhr, K . (1995). “The effect of motivation on the relationship of school climate, family environment and students characteristic to academic

achievement”. University of Montevalo, Presented on annual

meeting of the mid-south educational research association – Biloxy – MS. (Online) Tersedia: ERIC Digest (24 Januari 2009).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (2006). Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Plack, M. (2005). “Human nature and research paradigms: Theory meets

physical therapy practice”. The qualitative report. 10 (2) 223-245. The George Washington University, Washington, DC.

Putranti, T. S. E. (2005). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Perecanaan Strategik Terhadap Produktifitas Sekolah di SMA Kota

Madya Cimahi – Jawa Barat. Tesis S2 pada Program Studi

Administrasi Pendidikan - Progam Pasca Sarjana UPI – Bandung: Tidak diterbitkan.

Reyes, A. (1997). School Productivity: Teachers as Resources. Department of Educational Administration – Texas A&M University.

Razik, T. A. and Austin D. Swanson. (1995). Fundamental Concepts of

Educational Leadership and Management. Prentice Hall.


(6)

187

Riduwan dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfa Beta. Bandung.

Riduwan. (2007). Teknik Menyusun Tesis. Alfa Beta. Bandung.

Rothstein, J. M. (2003). “Good Principals or Good Peers? Parental Valuation of School Characteristics, Tiebout Equilibrium, and the Incentive Effects of Competition among Jurisdictions”. Princeton

University Education Research Section. (October, 2003) (1-54)

Samsori. (2005). Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan

Kinerja Mengajar Guru Terhadap Kualitas Lulusan. Tesis S2 pada

Progam Pasca Sarjana UPI – Bandung: Tidak diterbitkan.

Sastradinata, B.L.N. (1989). Kontribusi Kemampuan Progfesional Guru, Motif Kerja dan Disiplin terhadap Produktifitas Kerja Guru Sekolah

Menengah Pertama Negeri di Kota Madya Bandung. Tesis S2 pada

Fakultas Pasca Sarjana – IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Shakeela, M. (2004). “A Measure of Leadership Behaviour: Does the Age – Old Measure Require Redefining?”, Research and practice in

human resource management, 12(2), 140-151.

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian.. Alfabeta. Bandung. Sulaiman, M. N. (1986). Pengaruh Sistem, Kegairahan dan Penampilan

Kerja Guru Pada Hasil Belajar Murid SD Proyek Uji Coba Supervisi Di Kecamatan Cianjur Kota Sebagai Daerah Uji Coba.

Tesis S2 pada Fakultas Pasca Sarjana – IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Sunarsih, S. (2003). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembiayaan

Pendidikan Tinggi. Tesis S2 pada Program Studi Administrasi

Pendidikan - Progam Pasca Sarjana UPI – Bandung: Tidak diterbitkan.

Sururi dan Suharto. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola

Data Penelitian. Dewa Ruchi. Bandung.

Turney C., et al. (1992). Educational Management Roles and Task: The

School Manager. Allen & Unwin Pty. Ltd. North Sidney –


Dokumen yang terkait

Peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK al-Hidayah Cinere

0 3 104

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KEBONAGUNG PACITAN.

0 1 15

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR.

0 1 23

Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dan Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Jatiwangi.

0 1 11

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah Dasar Di Ekskawedanan Ambarawa Kabupaten Semarang

0 2 14

KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.

0 0 51

PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 3 59

KONTRIBUSI DIKLAT KEPALA SEKOLAH SMK (TALENT SCOUTING) DAN KOMPETENSI MANAJERIAL TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH SMK (STUDI PADA SMK SEKABUPATEN GARUT).

1 1 82

KONTRIBUSI KINERJA KOMIOTE SEKOLAH DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH :Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tasikmalaya.

0 1 60

KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN KEMAMPUAN MENGENAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP SE-KABUPATEN SUMEDANG.

0 23 70