KONTRIBUSI KINERJA KOMIOTE SEKOLAH DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH :Studi Deskriptif pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tasikmalaya.
vi DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Asumsi ... 8
G. Hipotesis Penelitian ... 10
H. Definisi Operasional ... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peningkatan Mutu Pembelajaran Dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 14
1. Tujuan dan Sasaran Administrasi Pendidikan ... 19
(2)
vii
3. Desentralisasi Pendidikan ... 27
B. Konsep Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 48
1. Pengertian Mutu Pembelajaran ... 50
2. MBS dan Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 59
3. Manajemen Mutu Dalam Konteks Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 62
C. Komite Sekolah sebagai Wadah Kepedulian Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah ... 69
1. Pengertian Komite Sekolah ... 69
2. Tujuan Pembentukan Organisasi Komite Sekolah ... 71
3. Kinerja Komite Sekolah ... 72
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Konteks Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 80
1. Pengertian Kepemimpinan ... 80
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 85
3. Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 87
4. Standar Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Manajer ... 94
BAB III METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Metode Penelitian ... 100
B. Variabel Penelitian ... 102
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 105
D. Instrumen Penelitian ... 111
(3)
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengolahan dan Analisis Data ... 129
1. Gambaran Pengolahan Data ... 129
2. Hasil Uji Asumsi Statistik ... 131
B. Hasil Analisis Dara Deskriptif ... 134
1. Prosentase Masing-masing Skor Variabel ... 135
2. Kecenderungan Umum Responden Kinerja Komite Sekolah ... 136
3. Kecenderungan Umum Responden tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) ... 141
4. Kecenderungan Umum Responden tentang Peningkatan Mutu Pembelajaran (Y) ... 151
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 156
1. Pengujian Hipotesis I ... 157
2. Pengujian Hipotesis II ... 158
3. Pengujian Hipotesis III ... 160
D. Pembahasan ... 163
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 172
B. Rekomendasi ... 174
DAFTAR PUSTAKA ... 177
(4)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Hal
3.1. Populasi Penelitian Jumlah Guru SD Negeri di
Kabupaten Tasikmalaya ... 105 3.2. Sampel Penelitian Guru SD Negeri di Empat Kecamatan
Kabupaten Tasikmalaya ... 109 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Pen
elitian ... 111 3.4. Hasil Uji Paliditas Instrumen Kinerja Komite Sekolah ... 115 3.5. Hasil Uji Paliditas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah 116 3.6. Hasil Uji Paliditas Instrumen Peningkatan Mutu Pembelajaran 117 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kinerja Komite Sekolah .... 120 3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah 121 3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Peningkatan Mutu Pembelajaran 122 4.1. Hasil Uji Normalitas Distribusi variabel (X1, X2 dan Y) ... 131 4.2. Hasil Uji Homogenitas Variansi Kinerja Komite Sekolah (XI) Dengan Peningkatan Mutu Pembelajaran (Y) ... 133 4.3. Hasil Uji Homogenitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)
Dengan Peningkatan Mutu Pembelajaran (Y) ... 133 4.4. Hasil Uji Homogenitas Kinerja Komite Sekolah (XI) dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) Dengan Peningkatan
Mutu Pembelajaran (Y) ... 134 4.5. Ketetapan Kualifikasi ... 135 4.6. Skor Rata-rata, Skor Minimum, dan Skor Maksimum Variabel (X1) (X2) dan (Y) ... 135
(5)
x
4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Komite Sekolah (X1) 136 4.8. Skor Rata-rata, Skor Minimum, dan Skor Maksimum Masing-
Masing Sub-Variabel dari Variabel Kinerja Komite Sekolah 136 4.9. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Badan Pertimbangan
(Adcisory Agency) ... 137 4.10. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Badan Pendukung
(Supporting Agency) ... 138 4.11. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Badan Pengawasan
(Controlling Agency) ... 139 4.12. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Badan Mediasi
(Mediator Agency) ... 139 4.13. Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X2) ... 140 4.14. Skor Rata-rata, Skor Minimum, dan Skor Maksimum Masing- Masing Sub-Variabel dari Variabel Kepemimpinan Kepala
Sekolah ... 141 4.15. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Penyusunan Perencanaan . 142 4.16. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kepemimpinan ... 143 4.17. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan Tenaga
Kependidikan ... 144 4.18. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan Kesiswaan .... 145 4.19. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan Sarana
Prasarana ... 146 4.20. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan Hubungan
Masyarakat ... 147 4.21. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan KBM ... 148
(6)
xi
4.22. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pengelolaan Keuangan
Sekolah ... 149
4.23. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 150
4.24. Skor Rata-rata, Skor Minimum, dan Skor Maksimum Masing- Masing Sub-Variabel dari Variabel Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 151
4.25. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Mutu Input ... 151
4.26. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Mutu Proses ... 152
4.27. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Mutu Output ... 153
4.28. Gambaran Umum Prosentase Masing-masing Analisis Data 154
4.29. Korelasi Antara Kinerja Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 156
4.30. Penghitungan Koefisien Determinasi Variabel Kinerja Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 157
4.31. Korelasi Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 157
4.32. Koefisien Determinasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 158
4.33. Kontribusi Antara Kinerja Komite Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran .. 159
4.34. Analisis Of Varian Variabel Kinerja Komite Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 160
4.35. Model-model Variabel Kinerja Komite Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 160
(7)
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal
2.1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan ... 23
2.2. Sasaran dan Model Pelaksanaan Administrasi Pendidikan ... 26
3.1. Paradigma Penelitian ... 103
(8)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan ... 183
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 184
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 185
Lampiran 4 Data Mentah Variabel Kinerja Komite Sekolah ... 191
Lampiran 5 Data Mentah Variabel Kinerja Kepala Sekolah ... 193
Lampiran 6 Data Mentah Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 195
Lampiran 7 Penghitungan Normalitas, Homogenitas, Korelasi, Regresi, dan ANOVA ... 197
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya saing tinggi. Di samping itu, diyakini pula oleh berbagai bangsa bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and
character building, yang sangat menentukan perjalanan dan regenerasi suatu
bangsa. Pendidikan selalu menjadi topik diskusi yang hangat (up-to-date topic of
discussion) bagi Negara-negara di penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu developing country telah menunjukkan perhatian yang cukup besar terhadap pendidikan, yang secara yuridis tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran (Pasal 1); pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang (Pasal 2). Disamping itu, masalah pendidikan juga tercermin dalam Rencana Strategis Depdiknas (2004-2009) yang merupakan landasan operasional dalam menjabarkan pedidikan ke dalam kebijakan pendidikan nasional dan program-program kegiatan yang merupakan refleksi dan derived dari tujuan Pendidikan Nasional.
Konsep Otonomi Daerah yang menjadi bagian kebijakan pemerintah sejak era reformasi telah menjadi agenda penting yang diterapkan dalam setiap bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan.
(10)
Desentralisasi pendidikan dalam kontek otonomi daerah memberikan otonomi pada tingkat satuan pendidikan. Karena kepala sekolah adalah pihak yang mengetahui tentang permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Komite Sekolah sebagai wakil dari kepedulian masyarakat terhadap mutu sekolah yang memliiki peran penting dan mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (3) Menampung dan menganalisa aspirasi, ide, tuntutan dari kebutuhan yang diajukan masyarakat, (4) Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi, (5) Mendorong orang tua dan masyarakat untuk peningkatan pendidikan yang bermutu, dan (6) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan.
Indikator input pendidikan di tingkat persekolahan yaitu : (1) Memiliki kebijakan umum, (2) Tersedia sumber daya, (3) Memiliki harapan prestasi yang tinggi, (4) Berfokus pada Stokholder, dan (5) Input manajemen.
Indikator manajemen Bermbasis Sekolah yaitu : (1) Efektivitas belajar mengajar, (2) kepemimpinan, (3) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, (4) Sekolah memiliki budaya mutu (5) Sekolah memiliki team work yang kompak, (6) Sekolah memiliki kewenangan, (7) Partisipasi masyarakat, (8) Keterbukaan, (9) Kemauan untuk berubah, (10) Evaluasi dan perbaikan, (11) Responsive dan antisepatif, (12) Memiliki akuntabilitas, dan (13) Memiliki sustainabilitas.
(11)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti di atas, penelitian ini difokuskan pada konstribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat diidentifikasi pada tiga variable penelitian yang dapat diuraikan seperti di bawah ini :
1. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya yang komponennya meliputi :
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
d. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah mengenai kebijakan dan program pendidikan, rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan tenaga kependidikan dan fasilitas pendidikan, serta berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah
e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan
(12)
f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan
g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah.
2. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar yang komponennya meliputi :
a. Menyusun perencanaan sekolah b. Mengelola kelembagaan sekolah
c. Menerapkan model kepemimpinan dalam pekerjaan d. Mengelola tenaga kependidikan
e. Mengelola kesiswaan
f. Mengelola sarana dan prasarana
g. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat h. Mengelola kegiatan belajar mengajar
i. Mengelola ketatausahaan dan keuangan sekolah
3. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap kepemimpinan kepala, komponennya sejalan dengan peran dan fungsi komite sekolah yang meliputi :
a. Sebagai badan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.
b. Sebagai badan pemberi dukungan (suporting agency) baik yang berwujud financial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
(13)
c. Sebagai badan pengontrol (controlling agency) dalam rangka transportasi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan keluaran pendidikan. d. Sebagai badan mediasi (mediator agency) antara pihak sekolah,
pemerintah, legislative, dan masyarakat.
4. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Masalah mutu pembelajaran di sekolah dapat difokuskan pada :
a. Mutu input pendidikan di sekolah b. Mutu proses pendidikan di sekolah c. Mutu output pendidikan di sekolah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah penelitian ini dapat difokuskan pada :
1) Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya?
2) Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya?
3) Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya?
(14)
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mencapai tujuan umum tersebut dapat dirinci dalam tujuan khusus sebagai berikut :
1) Ingin mengetahui dan menganalisis gambaran nyata tentang kinerja komite sekolah dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
2) Ingin mengetahui besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
3) Ingin mengetahui besarnya kontribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis yang dapat diambil hikmahnya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan wawasan tentang ilmu administrasi pendidikan baik pada tingkatan makro dalam administrasi pendidikan di lembaga birokrasi pendidikan,
(15)
maupun pada tingkatan mikro dalam administrasi pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Khususnya pada tingkat sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menemukan model-model baru dalam kerjasama antara komite sekolah dan lembaga sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil penelitian ini dapat menemukan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama antara komite sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan efektivitas kinerja sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada sekolah, khususnya kepala sekolah agar dapat dan mau melaksanakan pemberdayaan masyarakat untuk bersama-sama dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah melalui wadah independen yang bernama komite sekolah.
b. Memberikan masukan kepada kelapala sekolah dan komite sekolah dalam melakukan kerjasama untuk memajukan sekolah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam menggalang dukungan dan kepedulian masyarakat kepada sekolah.
c. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya sebagai Pemerintah Daerah Otonomi yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam memajukan lembaga pendidikan dalam semangat desentralisasi pendidikan yang harus melibatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara praktis, bagi pemerintah penelitian ini dapat menjadi umpan balik
(16)
evaluasi terhadap dampak dan kendala dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, sehingga dapat diambil langkah-langkah antisipasi maupun upaya pencarian solusi agar implementasi kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
F. Asumsi
Asumsi yang mendasari penelitian tentang kontribusi kinerja Komite Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah adalah bahwa peningkatan mutu pembelajaran itu dapat diwujudkan dengan kepemimpinan Kepala Sekolah yang visibel, yang mendapat dukungan dan kepedulian masyarakat sebagai stakeholder utama pendidikan. Komite sekolah sebagai lembaga independen yang mewadahi dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lembaga pendidikan yang secara terus menerus bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memajukan pendidikan. Yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kinerja Komite Sekolah yang telah hampir 7 tahun semenjak payung hukum yang mendasari pembentukan Komite Sekolah yaitu Permen 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah ditertibkan, dipandang sudah saatnya untuk diteliti dan diketahui keberhasilannya dalam implementasinya. Selanjutnya dalam Permen itu disebutkan bahwa : Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran, pemerataan dan efisiensi pengelolaan
(17)
pendidikan di satuan pendidikan...”. dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 3 bahwa “Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan, tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”.
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang semakin profesional yang telah dikukuhkan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mendorong supaya guru dan kepala sekolah semakin profesional, ditambah dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemandirian sekolah melalui program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan kurikulum KTSP. “Tugas utama yang diemban oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin merumuskan berbagai bentuk kebijakan yang berhubungan dengan visi, orientasi, dan strategi pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien, ...sebagai komitmen dalam meningkatkan mutu pembelajaran...”. (Syaiful Sagala: 2007:88). Isye Mulyani (2006:124) menyimpulkan bahwa “kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci utama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang dalam hal ini akan meningkatkan pula mutu pembelajaran”.
3. Peningkatan mutu pembelajaran yang terus diupayakan oleh Pemerintah baik pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota bahkan sampai pada tingkat satuan pendidikan. Peningkatan SDM kepala sekolah dan guru terus ditingkatkan melalui berbagai penataran dan diklat.
(18)
4. Wadah dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan semacam komite sekolah di Indonesia bukan hal baru, terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada awal berdirinya sekolah dasar dibangun atas kerjasama masyarakat secara gotong royong. Munculnya sejatinya yaitu masyarakat”. (Suryadi, A : 2003), agar supaya masyarakat merasa memiliki sekolah yang ada di lingkungannya, serta memanfaatkannya untuk kepentingan pendidikan generasi muda di sekitarnya.
G. Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis didasarkan kepada variabel-variabel penelitian yang akan dipelajari. “Hipotesis merupakan jawaban sementara atas jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan
1. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
2. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
3. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya
(19)
Karena penelitian ini menggunakan sampel untuk menggambarkan populasi maka hipotesis penelitiannya dapat digambarkan dalam hipotesis statistik. Sebagaimana dinyatakan Sugiyono (2008:96-97) ”....hipotesis statitik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik”. Apabila hipotesis penelitian seperti di atas digambarkan dalam bentuk hipotesis statistik adalah :
H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠µ2
Apabila pada penelitian ini hipotesis riset Ha ditolak pada tingkat signifikansi tertentu (5 persen atau 1 persen), maka hipotesis nihil H0 secara otomatis diterima, atau sebaliknya.
H. Definisi Operasional
Definisi Operasional dimaksudkan untuk menghindari penafsiran yang keliru atau salah pengertian mengenai persoalan yang muncul dalam penelitian ini. Pada bagian ini penulis berusaha memaparkan definisi operasional mengenai variable-variabel yang diteliti sebagai berikut :
1. Kontribusi adalah pengaruh langsung yang disengaja atau sumbangan suatu kegiatan terhadap hasil dari suatu kegiatan. Atau kontribusi adalah pengaruh suatu pekerjaan terhadap hasil-hasil kegiatan yang sedang dilaksanakan. 2. Kinerja adalah perbandingan terbalik antara hasil yang diperoleh dengan
jumlah sumber kerja yang dipergunakan. Kinerja dikatakan rendah apabila hasil yang diperoleh lebih kecil dari sumber kerja yang dipergunakan. Kinerja
(20)
memiliki lima dimensi yaitu : (1) kualitas kerja, (2) tepat waktu, (3) inisiatif, (4) kemampuan, dan (5) komunikasi, (Sutisna, 2008L:21 dari Terry, 1998:43). 3. Kontribusi kinerja komite sekolah adalah besarnya pengaruh langsung dari
kualitas kerja komite sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsiya yaitu sebagai badan pertimbangan, pendukung, mediator dan pengontrol, penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang seharusnya menambah kemajuan sekolah atau peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
4. “Kepemimpinan merupakan norma perilaku (style) yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi perilaku orang lain”. (Miptah Toha, 1995:49). Kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah norma perilaku atau cara seseorang dalam menggerakan orang lain untuk bekerja sesuai dengan tugasnya untuk mencapai tujuan organsiasi yang dipimpinnya.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pembelajaran dengan melalui jaringan komunikasi, motivasi, serta pendekatan-pendekatan persuasive yang dilandasi oleh ability dan skill. Komponen-komponen kepemimpinan kepala sekolah yang harus dimiliki dan dilaksanakan yaitu mempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan : a) penyusunan perencanaan sekolah, b) mengelola kelembagaan sekolah, c) menerapkan model kepemimpinan dalam pekerjaan, d) mengelola tenaga kependidikan, e) mengelola kesiswaan, f) mengelola sarana dan prasarana, g) mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, h) mengelola kegiatan belajar mengajar, i) mengelola ketatausahaan dan keuangan sekolah. Keberhasilan Kepala Sekolah dalam memimpin untuk melaksanakan pengelolaan tersebut di atas akan menghasilkan peningkatan mutu pembelajaran.
(21)
6. “Mutu pembelajaran adalah perubahan proses dan hasil belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan stakeholder pada saat itu” (Nana Karyana, 2007:23). Peningkatan mutu pembelajaran adalah peningkatan upaya proses dan pencapaian hasil belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat sebagai pengguna pendidikan.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survai dengan metode analisis deskriptif. Metode penelitian survey adalah suatu metode penelitian yang mengambil sample pada suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian. Data dan informasi dari lapangan dijaring melalui alat pengumpul data penelitian. Data dan informasi dari lapangan dijaring melalui alat pengumpul data yang berupa kuesioner untuk masing-masing variabel penelitian. Mekanisme pengumpulan data ditempuh dengan menyebarkan kuesioner kepada sample penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data, data yang telah terkumpul diolah menggunakan komputer. Data dan informasi hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan informasi lain sebagai bahan untuk dilakukan analisis data.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat Kerlinger (2000:660) dalam Uus Ustara (2007:85) bahwa “Penelitian survey mengkaji populasi yang besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sample yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relative dari variable-variabel sosiologi dan psikologi”.
Menurut tingkat ekplanasinya penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2003:11) menyatakan bahwa “Penelitian asosiatif ialah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variable dengan
(23)
variable lainnya”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik. Data antara varabel yang diajukan oleh objek penelitian harus jelas pertautannya (koralasinya) sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya realibilitas dan validitasnya, dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.
Suriasumantri, Jujun dalam Sugiono (2005, 16-17) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris”. Selanjutnya dijelaskan asumsinya adalah : 1. Objek atau penomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur,
bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variable tertentu dengan objek penelitian.
2. Determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua, maka penelitian ini dapat memilih variable yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. 3. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau
(24)
B. Variabel Penelitian
Variable penelitian merupakan inti dari penelitian ini yang menjadi pusat perhatian untuk dipelajari melalui data dan informasi kemudian dilakukan analisis, dan akhirnya ditarik kesimpulan “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono : 2007:38). Dalam satu penelitian untuk masing-masing variabel penelitian sebelumnya sudah diasumsikan memiliki keterkaitan, sehingga variable yang satu (variable bebas) mempengaruhi variable lainnya (variable terikat). Variabel-variabel yang tidak memiliki pola hubungan diantara variabel tersebut tidak dapat dilakukan penelitian dan tidak akan dapat ditarik kesimpulan dalam satu penelitian.
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian yang akan dipelajari, bagaimana tingkat kontribusinya dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Karena penelitian ini mempelajari Kepmen Nomor 44/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai variabel independennya, maka semakin besar pengaruhnya variabel bebas tersebut menunjukkan kebijakan tersebut semakin bermanfaat dan sebaliknya.
Variabel-variabel yang dipelajari pada penelitian ini secara rinci adalah : 1. Variabel kinerja komite sekolah (XI) sebagai variabel independen pertama,
yang diasumsikan akan mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
(25)
2. Variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) sebagai variabel kedua yang diasumsikan akan dipengaruhi oleh variabel pertama (X1), dan secara langsung akan mempengaruhi mutu pembelajaran di sekolah
3. Variabel peningkatan mutu pembelajaran di sekolah (Y), sebagai variabel terikat (variabel dependen) yang diasumsikan akan dipengaruhi oleh kinerja komite sekolah (X1) dan kepemimpinan kepala sekolah (X2).
Hubungan antar masing-masing variabel adalah bahwa variabel kinerja komite sekolah (XI) akan mempengaruhi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dan mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah (Y), demikian juga variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) akan mempengaruhi variabel peningkatan mutu pembelajaran di sekolah (Y). Hubungan antara variabel kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran ada yang langsung ada juga yang tidak langsung, demikian juga hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan ada yang langsung, ada juga yang tidak langsung. Pengaruh kinerja komite sekolah dan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah yang tidak langsung terjadi melalui kerjasama yang harmonis antar komite sekolah dan kepala sekolah secara bersama-sama untuk meningikatkan mutu pembelajaran di sekolah
Pola hubungan antar masing-masing variabel penelitian baik yang secara langsung memberikan pengaruh maupun yang pengaruhnya tidak langsung disebut sebagai “paradigma penelitian”. “Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variable masalah yang perlu dijawab melalui penelitian…” (Sugiyono : 2007:43). Pola hubungan antar variable pada penelitian ini adalah variable peningkatan mutu pembelajaran
(26)
yang dipengaruhi langsung oleh kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah, atau variable peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh perpaduan (sirnergy) antara kinerja komite sekolah dan kepemiminan kepala sekolah secara bersama-sama. Kinerja komite sekolah dapat mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah, kemudian secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran.
Pola hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti atau paradigma penelitian pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian di atas menunjukkan bahwa yang paling diharapkan oleh Kepmen Nomor 44/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah terjadinya sinergi atau hubungan kerjasama yang harmonis antara komite sekolah dan kepala sekolah dalam mewujudkan layanan pendidikan yang bermutu yang diharapkan oleh masyarakat. Pada bagan 3.1. di atas, hubungan antar komite sekolah dengan kepala sekolah digambarkan dengan tanda panah yang besar, karena pengaruh kinerja komite sekolah sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keharmonisan hubungannaya dengan kepala sekolah, (Hasil Studi Efektifitas Komite Sekeolah : 2004).
Kinerja Komite Sekolah
X1
Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2
S
in
er
g
i
Peningkatan Mutu Pembelajaran
(27)
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanana penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Wilayah Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 26 Kecamatan, objek penelitian adalah guru-guru pada sekolah dasar negeri (SDN) pada empat kecamatan yang menjadi sample di Kabupaten Tasikmalaya.
2. Populasi Penelitian
Populasi penelitian diambil dari seluruh guru SD Negeri yang berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang tersebar di 26 Kecamatan. Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 7.471 guru dari 683 sekolah, (Tabel 3.1). diharapkan kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan populasi sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Populasi adalah sekelompok orang-orang, lembaga atau organisasi yang menjadi sasaran penelitian. Nana Saodih Sukamandinata (2007:250) membedakan antara “Populasi secara umum dengan populasi target, populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian”.
(28)
Tabel 3.1. Populsi Penelitian
Jumlah Guru Sekolah Dasar Negeri di Kabuaten Tasikmalaya
No Kualifikasi Nama
Kecamatan Jumnlah Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru
1 Kaulifikasi Baik Salawu 36 5.147 395
2 Manonjaya 30 4.889 341
3 Sodonghilir 29 4.987 248
4 Taraju 57 11.871 654
5 Tanjungjaya 28 3.813 282
6 Kualifikasi Sedang
Bojonggambir 22 2.891 248
7 Singaparna 32 5.287 348
8 Puspahiang 32 3.944 282
9 Cikatomas 26 8.488 298
10 Mengunreja 25 7.295 290
11 Padakembang 26 8.352 573
12 Cigalontang 43 9.12 583
13 Sukaratu 24 3.853 230
14 Jamanis 12 1.298 98
15 Leuwisari 26 4.055 231
16 Sukaraja 22 2.111 171
17 Sariwangi 32 5.453 304
18 Kualifikasi Kurang
Rajapolah 11 5.453 124
19 Jatiwaras 24 2.845 272
20 Pagerageung 12 5.973 158
21 Ciawi 27 2.331 311
22 Cikalong 17 3.35 165
23 Cipatujah 30 5.603 421
24 Culamega 13 3.046 174
25 Sukarame 24 3.186 211
26 Panatengah 6 600 59
Jumlah 683 121.892 7.471
Sumber Data, Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikamalaya Tahun 2008. Dari pengertian populasi di atas, apabila diterapkan pada penelitian ini, populasi umumnya adalah semua guru pada semua jenjang sekolah di Kabupaten Tasikmalaya tetapi populasi targetnya adalah semua guru sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya.populasi targetnya adalah semua guru sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya tersebar dalam 26 Kecamatan, yang
(29)
dikelompokkan dalam tiga kategori mutu pendidikan berdasarkan agregasi kecamatan. Ketiga kategori mutu pendidikan itu adalah kategori mutu baik, sedang dan kurang, seperti yang dalam table populasi penelitian di atas.
Dari pengertian populasi di atas, apabila diterapkan pada penelitian ini, populasi umumnya adalah semua guru pada semua jenjang sekolah di Kabupaten Tasikmalaya tetapi populasi targetnya adalah semua guru sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Populasi targetnya adalah semua guru sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya tersebar dalam 26 Kecamatan, yang dikelompokkan dalam tiga kategori mutu pendidikan berdasarkan agregasi kecamatan. Ketiga kategori mutu pendidikan itu adalah kategori mutu baik, sedang dan kurang, seperti yang dalam table populasi penelitian di atas.
3. Teknik Pengambilan Sampel dan ukuran Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan mengambil kelompok sampel (kecamatan) dari semua kelompok kategori mutu pendidikan. Dari kelompok kategori mutu baik diwakili kecamatan Manonjaya kelompok kategori sedang diwakili Kecamatan Singaparna dan Kecamatan Mangunreja dan dari kelompok kategori kurang diwakili oleh Kecamatan Cipatujah.
Sampel penelitian merupakan anggota populasi yang mewakili dan dapat menggambarkan karakteristik populasi. ”Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. (Ridwan 2008:56). Kemudian Sugiyono (2007:91) menjelaskan bahwa ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Bila populasi besar, dan peneliti
(30)
dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi”. Selanjutnya Sugiyono menjelaskan bahwa dengan menggunakan sampel yang representatif, kesimpulan yang digunakan kepada sampel dapat digunakan untuk kesimpulan populasi, sehingga sampel yang digunakan harus representatif atau mewakili karateristik populasi penelitian.
Teknik pengambilan sampel di atas adalah teknik claster random
sumpling atau disebut juga area sumpling. Berkaitan dengan teknik pengambilan
sampel daerah atau sampling klaster ini Sugiyono (2007:83) menjelaskan sebagai berikut :
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telaj ditetapkan.
Sejalan dengan pendapat diatas, Nana Saodih Sukmadinata (2007) menjelaskan bahwa “Kelompok atau klaster tersebut bisa berbentuk wilayah, lembaga, organisasi atau satuan-satuan lainnya”. Dalma hal ini wilayah kecamatan merupakan bentuk klaster atau klelompok. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampek daerah, pada penelitian ini di Kabupaten Tasikmalaya terdapat 26 kecamatan, maka dari 26 kecamatan tersebut diambil sample daerah sebanyak 4 kecamatan yang mewakili kelompok mutu baik, sedang dan kurang. Hasilnya sampel penelitian adalah guru-gruu SD Negeri di Kabupaten Tasikmalaya dari 4 kecamatan yang telah dipilih secara acak.
(31)
Ukuran sample ditentukan dari jumlah populasi seluruh guru SD Negeri di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 7.471 orang. Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin yang dikemukakan oleh Akdon dan Sahlan Hadi (2005:107), sebagai berikut :
N N =
N. + 1 Keterangan
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Dengan menggunakan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sample sebagai berikut :
7.471
N = n = 98.68
7.471.(10%)2 + 1
Pengambilan sample dengan menggunakan rumus di atas menghasilkan jumlah sampel penelitian sebanyak 99 responden, apabila dibulatkan dapat menjadi 100 orang responden. Dari jumlah sample sebanyak 100 orang responden tersebut dibagi dalam empat kelompok kecamatan. Menurut Sugiyono (2007:90) ukuran sampel dapat dibagi ke dalam proforsi sample dari masing-masing kelompok kecamatan. Penghitungan proforsi jumlah guru dalam masing-masing
(32)
kecamatan sample dikalikan dengan jumlah sample yang diperlukan digunakan rumus sebagai berikut.
Table 3.2. Sample Penelitian
Guru SD Negeri di empat Kecamatan Terpilih
No Nama
Kecamatan
Jumlah
Sekolah Penghitungan sample
Sample per Kecamatan
Kategori Mutu 1
Manonjaya 28 282/944 x 99 = 29.57 30 Baik
2
Singaparna 22 248/944 x 99 = 26.01 26 Sedang
3
Mengunreja 25 290/944 x 99 = 30.41 31 Sedang
4
Cipatujah 11 124/944 x 99 = 13.00 13 Kurang
Jumlah 86 100 100
Jumlah samplenya 30,31 + 25,92 + 12,96 + 29,48 = 98,68. jumlah sample pecahan dapat dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sample menjadi 31 + 26 = 13 + 30 = 100. jadi jumlah sampelnya 100 orang responden yang terdiri dari 4 wilayah kecamatan. Pengambilan sample dilakukan secara acak dengan cara membagikan kuesioner pengumpul data kepada guru-guru SD Negeri yang sudah mengikiuti sertifikasi di empat kecamatan terpilih, pada sata guru-guru berkumpul pada kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru).
4. Sampel Penelitian
Sample penelitian yang diambil adalah guru-guru SD Negeri yang dapat mewakili atas menggambarkan karateristik guru SD Negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Dengan menggunakan rumus Taro Yamane, maka diperoleh jumlah sample sebanyak 100 orang responden. Jumlah repsonden tersebut diambil dari
(33)
empat kecamatan yang masing-masing yaitu (1) Kecamatan yang mewakili kategori mutu baik diwakili kecamatan Manonjaya diambil sample sebanyak 30 orang responden dari 28 sekolah, (2) Kecamatan yang mewakili kategori mutu sedang diwakili kecamatan Mangunreja diambil sample sebanyak 31 orang responden dari 25 sekolah, (3) Kecamatan yang mewakili kategori mutu kurang diwakili kecamatan Cikatomas diambil sampel sebanyak 13 orang responden dari 11 sekolah.
Jumlah sample penelitian sebanyak 100 orang responden guru dari 86 sekolah dasar negeri yang tersebar di empat kecamatan. Responden guru yang diambil diwakili oleh guru yang sudah mendapatkan sertifikasi, agar responden tersebut dapat lebih memahami permasalahan yang diteliti. Dari jumlah populasi guru SD negeri di Kabupaten Tasikmalaya yang jumlahnya sangat banyak diambil sample secara acak. Tujuan utama pengambilan sample secara acak adalah dari sample acak dalam batas-batas tertentu dapat ditarik kesimpulan atau generalisasi yang berlaku untuk populasi.
D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan dalam instrumen penelitian menggunakan skala diferensial semantik. Setelah diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) seperti panas, dingin, popular-tidak populer, baik-tidak baik dan sebagainya. (Ridwan : 2008:90).
(34)
Table 3.3.
Kisi-kisi Kuesioner Penelitian A. Variabel Kinerja Komite Sekolah (XI)
Komponen Indikator Butir soal
Sebagai badan pertimbangan
(Advisory Agency)
Berperan aktif dalam penyusunan
perencanaan sekolah (1, 2, dan 3) Pelaksanaan program, kurikulum,
PBM, dan penelitian. (4, dan 5)
Pengelolaan sumber daya pendidikkan, SDM, SDP, dan anggaran.
(6, 7, dan 8) Sebagai badan
pendukung
(supeorting agency)
Mendukung pengelolaan sumber
daya sekolah (9, dan 10)
Mendukung pengelolaan sarana
dan prasarana (11, 12, dan 13)
Mendukung pengelolaan anggaran (14, 15, dan 16) Sebagai badan
pengawasan
(controlling agency)
Mengontrol perencanaan
pendidian di sekolah (17, 18, dan 19) Memantau pelaksanaan program (20, 21, 22, dan 23) Memantau output pendidikan (24, dan 25) Sebagai badan
penghitung
(mediator agency)
Penghubung dalam perencanaan
pendidikan di sekolah (26, 27, dan 28) Penghubung dalam pelaksanaan
program sekolah (29, 30, 31, dan 32) Penghubung dalam perencanaan
(35)
B. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)
Komponen Indikator Butir soal
Menyusun
perencanaan sekolah
Mengembangkan visi, misi dan
tujuan sekolah (1, 2, dan 3)
Menyusun program
pengembangan sekolah (4, 5, 6, dan 7) Menerapkan
kepemimpinan dalam melaksanakan tugas
Mengembangakn kebijaksanaan
operasional sekolah (8, 9, dan 10) Menerapkan komunikasi dan
kerjasama dalam pekerjaan (11, dan 12) Memebrikan motivasi kepada staf
dan karyawan (13, dan 14)
Melakukan pengambilan
keputusan dengan tepat (15, 16, 17 dan 18) Mengelola tenaga
kependidikan
Merencnakan dan menempatkan
tenaga kependidikan (19, dan 20)
Membina guru dan tenaga
kependidikan (21, 22, dan 23)
Mengelola kesiswaan Mengembangkan potensi siswa dsesuai dengan minat bakat dan kemampuannya
(24, 25, dan 26) Memelihara disiplin siswa (27, dan 28) Menerapkan system pelaporan
perkembangan siswa (29, dan 30)
Mengelola sarana dan prasarana
Melaksanakan pengadaan fasilitas
sesuai dengan kebutuhan (31, 32, dan 33) Melaksanakan pemeliharaan
fasilitas (34, dan 35)
Mengelola hubungan
sekolah dan
mayarakat
Menggalang kerjasama dengan
masyarakat dan DUDI (36, 37, dan 38) Mengelola kegiatan
belajar mengajar
Mengembangkan kurikulum (39, dan 40) Mengelola kegiatan belajar
mengajar (41, 42, dan 43)
Mengelola kuangan sekolah
Mengelola keuangan sekolah
(36)
C. Peningkatan Mutu Pembelajaran (Y)
Komponen Indikator Butir soal
Input pembelajaran Penerimaan Siswa Baru (1, dan 2)
Disiplin siswa (3, dan 4)
Motivasi belajar siswa (5, 6, dan 7) Tenaga kependidikan (8, 9, dan 10) Pengembangan kurikulum (11, 12, 13, dan 14) Fasilitas belajar di sekolah (15, 16, dan 17) Kelenegkapan bahan belajar (18, dan 19)
Mutu Proses
Pembelajaran
Suasana belajar di sekolah (20, dan 21)
Kegaitan belajar mengajar (22)
Metode mengajar guru (23, dan 24)
Penilaian hasil belajar (25, dan 26)
Mutu Output
pembelajaran
Prestasi belajar (27, dan 28)
Tanggung jawab (29, 30 dan 31)
Iman dan taqwa (32)
Kompetensi lulusan (33, 34, 35 dan 36)
3. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Instrument yang telah disusun, sebelum digunakan sebagai alat penjaring data dari lapangan dilakukan uji-validitas. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kehandalan atau keahlian suatu alat ukur”. (Ridwan 2008:109). Pengukuran validitas adalah proses melakukan uji-coba kuesioner dalam hal kehandalan atau kehandalan atau ukur (instrument) sebelum digunakan dalam penelitian.
(37)
Uji validitas terdahulu dicari harga korelasi dari masing-masing butir instrumen dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Caranya dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap pertanyaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
n . ( Σ XY) – (Σ X) . (Σ X)
r hitung =
{n. Σ X2 – (Σ X)2 . (Σ Y) . {n. Σ Y2 – (Σ Y)2} Keterangan :
r hitung : koefisien korelasi
Σ X : Jumlah skor butir pertanyaan
Σ Y : Jumlah skor total (seluruh item)
n : jumlah responden (Sumber : Ridwan 2008:110)
Selanjutnya dihitung dengan uji-t yang menghasilkan t hitung dengan rumus sebagai berikut :
r n - 2 t hitung =
1 – r2 Keterangan :
thitung : nilai t hitung
r : Koefisien korelasi hasil r hitung
n : jumlah responden (Sumber : Ridwan 2008:110)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus seperti diatas, untuk masing-masing butir pertanyaan penelitian dibandingkan dengan t tabel pada tingkat kepercayaan (0,01), dan diperoleh hasil seperti pada tabel dibawah ini
(38)
Tabel 3.4.
Hasil Uji-Validitas Instrumen Kinerja Komite Sekolah
No r hitung t hitung t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.647 4.243 1.703 2.787 Valid
2. 0.813 6.979 1.703 2.787 Valid
3. 0.741 5.523 1.703 2.787 Valid
4. 0.472 2.676 1.703 2.787 Tidak valid
5. 0.574 3.506 1.703 2.787 Valid
6. 0.095 0.475 1.703 2.787 Tidak valid
7. 0.454 2.545 1.703 2.787 Tidak valid
8. 0.398 2.168 1.703 2.787 Tidak valid
9. 0545 3.249 1.703 2.787 Valid
10. 0.639 4.156 1.703 2.787 Valid
11. 0.665 4.454 1.703 2.787 Valid
12. 0.592 3.671 1.703 2.787 Valid
13. 0.753 5.725 1.703 2.787 Valid
14. 0.809 6.885 1.703 2.787 Valid
15. 0.724 5.244 1.703 2.787 Valid
16. 0.853 8.159 1.703 2.787 Valid
17. 0.223 1.145 1.703 2.787 Tidak valid
18. 0.439 2.440 1.703 2.787 Tidak valid
19. 0.608 3.828 1.703 2.787 Valid
20. 0.771 6.060 1.703 2.787 Valid
21. 0.700 4.897 1.703 2.787 Valid
22. 0.011 0.056 1.703 2.787 Tidak valid
23. 0.286 1.491 1.703 2.787 Tidak valid
24. 0.402 2.197 1.703 2.787 Tidak valid
25. 0.766 5.967 1.703 2.787 Valid
26. 0.871 8.874 1.703 2.787 Valid
27. 0.867 8.687 1.703 2.787 Valid
28. 0.496 2.854 1.703 2.787 Valid
29. 0.765 5.936 1.703 2.787 Valid
30. 0.684 4.690 1.703 2.787 Valid
31. 0.752 5.697 1.703 2.787 Valid
32. 0.842 7.810 1.703 2.787 Valid
33. 0.727 5.299 1.703 2.787 Valid
34. 0.732 5.377 1.703 2.787 Valid
(39)
Tabel 3.5.
Hasil Uji-Validitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah
No r hitung t hitung t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.696 4.850 1.703 2.787 Valid
2. 0.751 5.693 1.703 2.787 Valid
3. 0.697 4.864 1.703 2.787 Valid
4. 0.511 2.975 1.703 2.787 Valid
5. 0.653 4.313 1.703 2.787 Valid
6. 0.484 2.767 1.703 2.787 Tidak valid
7. 0.691 4.774 1.703 2.787 Valid
8. 0.763 5.909 1.703 2.787 Valid
9. 0.295 1.545 1.703 2.787 Tidak valid
10. 0.471 2.669 1.703 2.787 Tidak valid
11. 0.550 3.293 1.703 2.787 Valid
12. 0.371 1.997 1.703 2.787 Tidak valid
13. 0.536 3.172 1.703 2.787 Valid
14. 0.550 3.289 1.703 2.787 Valid
15. 0.606 3.806 1.703 2.787 Valid
16. 0.702 4.929 1.703 2.787 Valid
17. 0.714 5.093 1.703 2.787 Valid
18. 0.628 4.030 1.703 2.787 Valid
19. 0.724 5.248 1.703 2.787 Valid
20. 0.719 5.166 1.703 2.787 Valid
21. 0.666 4.462 1.703 2.787 Valid
22. 0.624 3.991 1.703 2.787 Valid
23. 0.782 6.281 1.703 2.787 Valid
24. 0.746 5.601 1.703 2.787 Valid
25. 0.784 6.313 1.703 2.787 Valid
26. 0.443 2.468 1.703 2.787 Tidak valid
27. 0.657 4.363 1.703 2.787 Valid
28. 0.740 5.503 1.703 2.787 Valid
29. 0.797 6.595 1.703 2.787 Valid
30. 0.560 3.375 1.703 2.787 Valid
31. 0.499 2.877 1.703 2.787 Valid
32. 0.803 6.746 1.703 2.787 Valid
33. 0.835 7.585 1.703 2.787 Valid
34. 0.800 6.660 1.703 2.787 Valid
35. 0.623 3.985 1.703 2.787 Valid
36. 0.301 1.575 1.703 2.787 Tidak valid
37. 0.606 3.805 1.703 2.787 Valid
38. 0.166 0.840 1.703 2.787 Tidak valid
39. 0.694 4.816 1.703 2.787 Valid
40. 0.760 5.852 1.703 2.787 Valid
41. 0.646 4.228 1.703 2.787 Valid
42. 0.683 4.675 1.703 2.787 Valid
43. 0.776 6.150 1.703 2.787 Valid
44. 0.594 3.690 1.703 2.787 Valid
(40)
Tabel 3.6.
Hasil Uji-Validitas Instrumen Peningkatan Mutu Pembelajaran
No r hitung t hitung t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.481 2.740 1.703 2.787 Tidak valid
2. 0.520 3.041 1.703 2.787 Valid
3. 0.502 2.905 1.703 2.787 Valid
4. 0.475 2.698 1.703 2.787 Tidak valid
5. 0.716 5.132 1.703 2.787 Valid
6. 0.732 5.368 1.703 2.787 Valid
7. 0.520 3.043 1.703 2.787 Valid
8. 0.560 3.382 1.703 2.787 Valid
9. 0.775 6.132 1.703 2.787 Valid
10. 0.862 8.495 1.703 2.787 Valid
11. 0.700 4.899 1.703 2.787 Valid
12. 0.287 1.500 1.703 2.787 Tidak valid
13. 0.237 1.220 1.703 2.787 Tidak valid
14. 0.681 4.656 1.703 2.787 Valid
15. 0.621 3.960 1.703 2.787 Valid
16. 0.424 2.340 1.703 2.787 Tidak valid
17. 0.348 1.857 1.703 2.787 Tidak valid
18. 0.075 0.378 1.703 2.787 Tidak valid
19. 0.281 1.467 1.703 2.787 Tidak valid
20. 0.465 2.628 1.703 2.787 Tidak valid
21. 0.711 5.058 1.703 2.787 Valid
22. 0.643 4.196 1.703 2.787 Valid
23. 0.597 3.720 1.703 2.787 Valid
24. 0.426 2.353 1.703 2.787 Tidak valid
25. 0.504 2.915 1.703 2.787 Valid
26. 0.452 2.536 1.703 2.787 Tidak valid
27. 0.555 3.336 1.703 2.787 Valid
28. 0.594 3.693 1.703 2.787 Valid
29. 0.599 3.738 1.703 2.787 Valid
30. 0.781 6.247 1.703 2.787 Valid
31. 0.824 7.268 1.703 2.787 Valid
32. 0.758 5.808 1.703 2.787 Valid
33. 0.725 5.269 1.703 2.787 Valid
34. 0.757 5.798 1.703 2.787 Valid
35. 0.449 2.510 1.703 2.787 Tidak valid
(41)
Hasil uji validasi dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment sampai menghasilkan t hitung kemudian dibanding dengan t table, maka untuk variable kinerja tekolah yang digambarkan dalam 35 item terdapat 26 item valid dan 9 item tidak valid. Variable kependidikan kepala sekolah yang digambarkan dalam 45 item terdapat 38 item valid dan 7 item valid. Demikian juga untuk variable peningkatan mutu pembelajaran yang digambarkan dalam 35 item terdapat 23 item valid dan 12 item tidak valid.
Dari hasil uji validasi tersebut dapat dilakukan dua cara, yaitu untuk item yang indikatornya sudah terwakili, maka item yang tidak valid dapat dibuang, seperti untuk kuesioner tersebut hanya digunakan butir-butir pernyataan yang valid saja, dan sisanya dibuang. Hal yang berbeda untuk kuesioner peningkatan mutu pembelajaran, karena yang tidak valid sampai 12 butir pernyataan, maka selain yang tidak valid dibuang ditambah dengan melakukan perbaikan pertanyaan bagi butir yang indikatornya belum terwakili. Butir pertanyaan yang dilakukan perbaikan kemudian dilakukan judgenment kepada ahli. Hasil perbaikan butir pertanyaan pada kuesioner peningkatan mutu pembelajaran.
Butir pertanyaan nomor 17 menjadi nomor 12. Apakah sarana ruang kelas di sekolah saudara sudah mencukupi kebutuhan siswa untuk belajar dengan baik? Butir pertanyaan nomor 18 menjadi nomor 13. Apakah bahan pelajaran yang ada di sekolah saudara dapat dimanfaatkan untuk belajar siswa? Butir pertanyaan nomor 20 menjadi nomor 14.suasana di sekolah saudara terasa akrab dan harmonis yang membuat guru merasa nyaman dan betah bekerja di sekolah? Butir pertanyaan yang tidak valid lainnya dibuang.
(42)
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian tingkat reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu metode ganjil (split hapf method). Rumus yang digunakan pada tahap pertama untuk mencari r hitung (rb) adalah rumus Pearson Product
Moment. Caranya dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir pertanyaan
dengan skor total (ganjil atau genap) yang merupakan jumlah skor tiap butir pertanyaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
n . ( Σ XY) – (Σ X) . (Σ X)
r b =
{n. Σ X2 – (Σ X)2 . (Σ Y) . {n. Σ Y2 – (Σ Y)2} Keterangan :
r b : koefisien korelasi (ganjil atau genap)
Σ X : Jumlah skor butir pertanyaan (ganjil atau genap)
Σ Y : Jumlah skor total (seluruh item ganjil atau genap) n : Jumlah responden (ganjil atau genap)
(Sumber : Ridwan 2008:110) Selanjutnya meninghitung reliabilitas untuk seluruh tes dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut :
r n - 2 r 11 =
1 – r2 Keterangan :
t11 : Koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb : Korelasi Product Moment ganjil genap
(Sumber : Ridwan 2008:110) Dari hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus seperti diatas, untuk masing-masing butir pertanyaan penelitian dibandingkan dengan r tabel pada tingkat kepercayaan (0,01), dan diperoleh hasil seperti pada tabel dibawah ini.
(43)
Tabel 3.7.
Hasil Uji-Reliabilitas Instrumen Kinerja Komite Sekolah
No r 11 t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.781 0.396 0.505 Reliabel
2. 0.849 0.396 0.505 Reliabel
3. 0.849 0.396 0.505 Reliabel
4. 0.643 0.396 0.505 Reliabel
5. 0.726 0.396 0.505 Reliabel
6. 0.164 0.396 0.505 Tidak Reliabel
7.
8. 0.561 0.396 0.505 Reliabel
9. 0.707 0.396 0.505 Reliabel
10. 0.780 0.396 0.505 Reliabel
11. 0.794 0.396 0.505 Reliabel
12. 0.741 0.396 0.505 Reliabel
13. 0.859 0.396 0.505 Reliabel
14. 0.894 0.396 0.505 Reliabel
15. 0.838 0.396 0.505 Reliabel
16. 0.921 0.396 0.505 Reliabel
17. 0.371 0.396 0.505 Tidak Reliabel
18. 0.617 0.396 0.505 Reliabel
19. 0.759 0.396 0.505 Reliabel
20. 0.876 0.396 0.505 Reliabel
21. 0.825 0.396 0.505 Reliabel
22. 0.014 0.396 0.505 Tidak Reliabel
23. 0.441 0.396 0.505 Tidak Reliabel
24. 0.578 0.396 0.505 Reliabel
25. 0.873 0.396 0.505 Reliabel
26. 0.933 0.396 0.505 Reliabel
27. 0.928 0.396 0.505 Reliabel
28. 0.666 0.396 0.505 Reliabel
29. 0.864 0.396 0.505 Reliabel
30. 0.818 0.396 0.505 Reliabel
31. 0.862 0.396 0.505 Reliabel
32. 0.917 0.396 0.505 Reliabel
33. 0.843 0.396 0.505 Reliabel
34. 0.845 0.396 0.505 Reliabel
35. 0.796 0.396 0.505 Reliabel
Keterangan :
Dengan menggunakan metode ganjil genap memerlukan jumlah item yang genap sehingga item nomor 7 yang sudah terbukti tidak valid diabaikan guna memenuhi kebutuhan jumlah item menjadi genap.
(44)
Tabel 3.8.
Hasil Uji-Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah
No r 11 t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.830 0.396 0.505 Reliabel
2. 0.870 0.396 0.505 Reliabel
3. 0.834 0.396 0.505 Reliabel
4. 0.695 0.396 0.505 Reliabel
5. 0.788 0.396 0.505 Reliabel
6. 0.672 0.396 0.505 Tidak Reliabel
7. 0.829 0.396 0.505 Reliabel
8. 0.877 0.396 0.505 Reliabel
9.
10. 0.612 0.396 0.505 Reliabel
11. 0.663 0.396 0.505 Reliabel
12. 0.488 0.396 0.505 Tidak Reliabel
13. 0.711 0.396 0.505 Reliabel
14. 0.737 0.396 0.505 Reliabel
15. 0.765 0.396 0.505 Reliabel
16. 0.805 0.396 0.505 Reliabel
17. 0.846 0.396 0.505 Reliabel
18. 0.752 0.396 0.505 Reliabel
19. 0.853 0.396 0.505 Reliabel
20. 0.838 0.396 0.505 Reliabel
21. 0.819 0.396 0.505 Reliabel
22. 0.787 0.396 0.505 Reliabel
23. 0.874 0.396 0.505 Reliabel
24. 0.865 0.396 0.505 Reliabel
25. 0.869 0.396 0.505 Reliabel
26. 0.615 0.396 0.505 Reliabel
27. 0.808 0.396 0.505 Reliabel
28. 0.858 0.396 0.505 Reliabel
29. 0.876 0.396 0.505 Reliabel
30. 0.693 0.396 0.505 Reliabel
31. 0.687 0.396 0.505 Reliabel
32. 0.877 0.396 0.505 Reliabel
33. 0.899 0.396 0.505 Reliabel
34. 0.896 0.396 0.505 Reliabel
35. 0.782 0.396 0.505 Reliabel
36. 0.452 0.396 0.505 Tidak Reliabel
37. 0.725 0.396 0.505 Reliabel
38. 0.289 0.396 0.505 Tidak Reliabel
39. 0.832 0.396 0.505 Reliabel
40. 0.873 0.396 0.505 Reliabel
41. 0.798 0.396 0.505 Reliabel
42. 0.803 0.396 0.505 Reliabel
43. 0.877 0.396 0.505 Reliabel
44. 0.761 0.396 0.505 Reliabel
45. 0.747 0.396 0.505 Reliabel
(45)
Tabel 3.9.
Hasil Uji-Reliabilitas Instrumen Peningkatan Mutu Pembelajaran
No r 11 t tabel (0,05) t tabel (0,01) Keputusan
1. 0.649 0.396 0.505 Reliabel
2. 0.684 0.396 0.505 Reliabel
3. 0.669 0.396 0.505 Reliabel
4. 0.644 0.396 0.505 Reliabel
5. 0.835 0.396 0.505 Reliabel
6. 0.845 0.396 0.505 Reliabel
7. 0.684 0.396 0.505 Reliabel
8. 0.718 0.396 0.505 Reliabel
9. 0.873 0.396 0.505 Reliabel
10. 0.926 0.396 0.505 Reliabel
11. 0.823 0.396 0.505 Reliabel
12. 0.446 0.396 0.505 Tidak Reliabel
13. 0.383 0.396 0.505 Tidak Reliabel
14. 0.811 0.396 0.505 Reliabel
15. 0.766 0.396 0.505 Reliabel
16. 0.595 0.396 0.505 Reliabel
17. 0.516 0.396 0.505 Reliabel
18. 0.140 0.396 0.505 Tidak Reliabel
19. 0.439 0.396 0.505 Tidak Reliabel
20. 0.635 0.396 0.505 Reliabel
21. 0.831 0.396 0.505 Reliabel
22. 0.783 0.396 0.505 Reliabel
23. 0.783 0.396 0.505 Reliabel
24. 0.597 0.396 0.505 Reliabel
25. 0.670 0.396 0.505 Reliabel
26. 0.623 0.396 0.505 Reliabel
27. 0.714 0.396 0.505 Reliabel
28. 0.745 0.396 0.505 Reliabel
29. 0.749 0.396 0.505 Reliabel
30. 0.877 0.396 0.505 Reliabel
31. 0.903 0.396 0.505 Reliabel
32. 0.862 0.396 0.505 Reliabel
33. 0.841 0.396 0.505 Reliabel
34. 0.862 0.396 0.505 Reliabel
35. 0.619 0.396 0.505 Reliabel
(46)
Hasil uji-reliabilitas dengan menggunakan teknik ganjil genap dan dihitung dengan rumus Pearson Product Moment yang menghasilkan r2 kemudian
hitung dengan rumus Spearmen Brown untuk mencari r hitung keseluruhan (r11) selanjutnya dibandingkan dengan r tabel. Vareabel kinerja komite sekolah yang digambarkan dalam 34 item terdapat 30 item yang reliabel 4 item tidak reliabel. Variabel kepemimpinan Kepala Sekolah yang digambarkan dalam 44 item terdapat 41 item reliabel dan 3 item tidak reliabel. Demikian juga untuk variabel peningkatan mutu pembelajaran yang digambarkan dalam 36 item terdapat 32 item reliabel dan 4 item tidak reliabel. Dari hasilk uji-reliabilitas tersebut diperoleh item yang tidak reliabel tidak banyak sehingga ketiga kuesioner setelah dikurangi butir pertanyaan yang tidak reliabel masih bisa mewakili semua indikator dari masing-masing variabel. Hasil uji-reliabilitas tidak memerlukan adanya perbaikan item karena butir-butir pertanyaan yang ada masih cukup banyak dan masih bisa mewakili masing-masing indikator, sehingga butir pertanyaan yang tidak reliabel dapat dibuang.
Hasil akhir dari uji-validitas dan uji reliabilitas, diperoleh kuesioner kinerja komite sekolah sebanyak 26 butir, kuesioner kepemimpinan kepala sekolah sebanyak 28 butir, dan kuesioner peningkatan mutu pembelajaran sebanyak 26 item. Jumlah item kuesioner seluruhnya sebanyak 80 butir pertanyaan.
(47)
E. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari lapangan dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian yang telah teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya melalui uji-coba terhadap responden yang berbeda. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri atas tiga jenis instrumen untuk mengukur tiga variable penelitian yang ingin dipelajari, yaitu instrument kinerja komite sekolah, instrumen kepemimpinan kepala sekolah, dan instrumen peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Penyusunan instrument pengumpul data dilakukan dengan tahapan penyusunan kisi-kisi kuesioner sampai jadi kuesioner. Setelah terbentuk menjadi kuesioner selanjutnya dilakukan uji-coba kelapangan. Uji-coba kuesioner dimaksudkan untuk melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan terdapat data yang telah berhasil dikumpulkan dari lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian seperti di atas. Pengolahan data dilakukan setelah semua kuesioner terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan untuk disajikan dalam bentuk table data dan informasi, yang diperlukan sebagai bahan analisis data. Kegiatan pengolahan data sangat menentukan terhadap kegiatan analisis data, karena apabila pada tahapan pengolahan data terjadi kesalahan, maka akan mengakibatkan interprestasi yang
(48)
salah dalam kegiatan analisis data, bahkan akan mempengaruhi kesimpulan hasil penelitian.
Teknik pengolahan ata akan dilakukan melalui beberapa tahapan yang sudah biasa dilakukan di lembaga-lembaga statistik, yaitu :
1. Administrasi dan pemilihan data 2. Coding, editting, dan marking
3. Proses pemasukkan data ke komputer 4. Pemeriksaan data
5. Pengolahan data dengan komputer (program SPSS-16)
Langkah pertama dalam teknik pengolahan data dilakukan administrasi dan pemilihan data, yaitu data dikelompokkan dari masing-masing klaster yang menjadi sampel penelitian kemudian diperiksa kelengkapannya. Data yang diolah hanya data yang seluruh butir pertanyaannya diisi secara lengkap, dan data yang pengisiannya tidak lengkap dianulir atau dibuang. Langkah kedua sangat berkaitan dengan kepentingan pengolahan data yang menggunakan alat bantu komputer yang memerlukan nomor kunci (id key) yang harus bersifat unik agar data tidak terjadi duplikasi dan tidak terhapus. Coding yaitu memberikan kode atau nomor kunci yang unik terhadap masing-masing ro data, editting adalah melakukan perbaikan terhadap kesalahan pengisian data apabila terjadi dan
marking adalah memberikan tanda-tanda atau mengganti apabila ada komponen
data yang bersifat alfabetic (nama wilayah kecamatan) ke dalam data yang
(49)
Langkah ketiga adalah melakukan pemasukan data ke komputer (entry
data). Setelah data dikumpulkan dan dipilih. Diberikan kode dan dilakukan editting yang diperlukan, kemudian data dimasukkan ke komputer. Pada dasarnya
tidak perlu semua data yang dikumpulkan dari lapangan diolah, tetapi data yang diolah harus merupakan data yang lengkap dan baik berdasarkan pemeriksaan manual. Dengan demikian data yang dikumpulkan dari lapangan jangan hanya sejumlah sampel tetapi harus lebih banyak dari jumlah sampel untuk mengantisipasi adanya data yang tidak dapat diolah. Pada langkah pemasukan data sudah dibantu dengan komputer. Program aplikasi komputer yang dapat digunakan dalam proses pemasukan data bisa menggunakan MS-Excel, atau
Statistic Package for Social Science (SPSS). Khusus untuk program SPSS, karena
memang dibuat khusus untuk mengolah data, maka program pemasukan data sudah disediakan di dalamnya.
Program pengolahan data menggunakan program aplikasi SPSS. Setelah data dari lapangan dimasukkan dalam komputer, maka data secara langsung dapat diolah dengan program SPSS dan akan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna. Output data dan informasi hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel statistik sebagai bahan untuk menggambarkan data deskripsi dan data hasil penelitian, data disajikan dalam bentuk hasil perhitungan statistik untuk menunjukan kontribusi kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu
(50)
pembelajaran, dan kontribusi kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah sterhadap peningkatan mutu pembelajaran.
2. Teknik Analisis Data
Analisis dara dilakukan pada dua tahapan yaitu tahapan analisis deskriptif dan tahapan analisis korelasional. Analisis deskriptif dilakuklan terhadap data dan informasi statistik yang disajikan berbentuk tabel-tabel. Teknik analisis deskriptif ini akan melihat gambaran kondisi dari ketiga variabel data yang dipelajari. Pada analisis deskriptif ini, mungkin tidak dilakukan kepada semua indikator yang diteliti, tetapi dilakukan analisis kepada sub-variabel atau komponen untuk dilakukan analisis.
Pada tahapan analisis korelasional, dilakukan sebagai upaya untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan terhadap semua hipotesis penelitian, sehingga analisis dilakukan pada semua hasil pengujian hipotesis. Kemudian dilakukan analisis koefisien determinasi untuk melihat kontribusi antar variabel XI terhadap variabel Y dan X2 terhadap variabel Y. Pengujian regresi dilakukan untuk memprediksi perubahannya terjadi pada variabel terikat (Y) apabila dilakukan perubahan pada variabel (X1) dan (X2).
(51)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian seperti yang disajikan pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil analisis deskritif terhadap variabel kinerja komite sekolah (X1) termasuk katagori baik (76,89%). Demikian juga dari ke empat sub-variabel dari kinerja komite sekolah semuanya termasuk katagori baik. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja komite sekolah sudah berjalan dengan baik, yang dinyatakan dengan persepsi atau penilaian guru yang sudah baik terhadap kinerja komite sekolah. Dengan demikian organisasi komite sekolah perlu dipertahankan. 2. Gambaran kepemimpinan kepala sekolah pada sekolah dasar negeri di
Kabupaten Tasikmalaya diketahui dengan kecenderungan jawaban responden yang memberikan penilaian ”baik” terhadap kepemimpinan kepala sekolah (84,80%) dari skor idealnya. Apabila dilihat dari masing-masing sub-variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2), ada sub-veriabel termasuk katagori baik yaitu sub-variabel gaya kepemimpinan gaya, sub-variabal pengelolaan sarana dan sub-variabel pengelolaan masyarakat. Ketiga sub-varuabel ini masuk katagori sangat baik dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah sudah berjalan dengan baik, bahkan untuk variabel gaya kepemimpinan,
(52)
variabel pengelolaan sarana, dan sub variabel pengelolaan hubungan masyarakat sudah terlaksana dengan sangat baik.
3. Gambaran peningkatan mutu pembelajaran pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya sudah terlaksana dengan baik (82,47%). Demikian juga dari masing-masing sub-variabelnya yaitu peningkatan mutu input pembelajaran baik, sub variabel peningkatan mutu proses pembelajaran baik, dan peningkatan mutu output pembelajaran juga baik. Kecenderungan jawaban responden guru terhadap variabel peningkatan mutu pembelajaran di sekolah sudah baik.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kinerja komite sekolah terhadap variabel peningkatan mutu pembelajaran, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,43% dan signifikan pada tingkat kepercayaan 0,01. Koefisien determinasi sebesar 0,183 menunjukkan bahwa variabel peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kinerja komite sekolah sebesar 18,30% dan sisanya sebesar 81,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor kinerja komite sekolah. Organisasi komite sekolah perwujudan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan sebagai mitra kepala sekolah perlu dipertahankan karena memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap variabel peningkatan mutu pembelajaran, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,52% dan signifikan pada tingkat kepercayaan 0,01. Koefisien determinasi sebesar 0,275 artinya bahwa variabel peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah
(53)
sebesar 27,50% dan sisanya sebesar 72,50% dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mutu pembelajaran. 6. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kinerja komite sekolah dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap variabel peningkatan mutu pembelajaran, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,556% yang dapat diterima pada tingkatan signifikansi 0,01. hasil perhitungan model regresi diperoleh F hitung sebesar 18.602 dapat diterima pada tingkat signifikan 0,000, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan variabel (Y) dengan perubahan pada variabel (X1) dan (X2), dengan persamaan Y-4,550 + 0,051X1 + 0,395X2. Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa perubahan pada variabel peningkatan mutu pembelajaran (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel kinerja komite sekolah (X1) dan variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2). Upaya peningkatan mutu pembelajaran dapat dilakukan dengan mengubah atau menciptakan perubahan atau perbaikan terhadap kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian dapat disampaikan rekomendasi hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bahwa idealnya komite sekolah dapat membantu kepala sekolah dalam menghadapi berbagai permasalahan penyelenggaraan pendidikan yang dihadapi. Komite sekolah sebagai lembaga independen yang merupakan perwujudan masyarakat pengguna pendidikan, perlu memberikan dukungan baik berupa dukungan moral, dana, natura atau pemikiran untuk memajukan
(1)
pembinaan terhadap kepala sekolah dalam jabatan, alangkah baiknya apabila dilakukan pembinaan kepala sekolah sebelum menduduki jabatan.kompetensi Kepemimpinan kepala sekolah dapat dijadikan alat untuk melakukan seleksi terhadap calon kepala sekolah, supaya setiap guru yang berminat menjadi kepala sekolah akan mempersiapkan diri dengan mempelajari kompetensi Kepemimpinan kepala sekolah.
4. Karena peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat diprediksi dengan peningkatan kinerja komite sekolah dan Kepemimpinan kepala sekolah, maka upaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan melakukan pembinaan terhadap kinerja komite sekolah dan Kepemimpinan kepala sekolah,. Khususnya Pemerintah kabupaten./kota diharapkan melakukan pembinaan terhadap kinerja komite sekolah, dan pembinaan terhadap Kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
5. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, apabila dilakukan penelitian tentang peningkatan mutu pembelajaran dapat dilihat dari variabel lain diluar kinerja komite sekolah dan Kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan temuan dari penelitian ini kontribusi kinerja komite sekolah sebesar 18.30% dan kontribusi Kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran baru berpengaruh sebesar 27,80%. Masih banyak faktor lain yang juga pengaruhnya besar terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Aidar John. (2007). Cara Menumbuhkan Pemimpin (7 Prinsip Kunci
Pengembangan Kepemimpinan yang Efektif) Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
Akdon, dan Handi S. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk
Adminisrtrasi dan Manajemen Bandung Dewa Ruci.
Atmodiwiro Soebagio (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Ardadizya Jaya.
Burhanudin. (1994). Analisis Administras, Manajemen, dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Bush Tony dan Marianne Coleman. (2006) Leadership and Strategic Management
in Education, (Terkejemahan oleh Fathuroji). Jogjakarta : IRCiSoD.
Daryono, HM. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Depdikbud (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan di Indonesia. . Jakarta : Balitbang Depdikbud
Depdikbud (1996). Evaluasi Sistem Indikator Mutu Pendidikan. Jakarta : Balitbang Depdikbud
Depdikbud (1995). Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Menjelang Era
Tinggal Landas. . Jakarta : Balitbang Depdikbud
Depdiknas (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas (2005). Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional Tahun
2005-2009. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Santdar
Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas (2005). Laporan Pencapaian Pembangunan Pendidikan Nasional
(21 Oktober 2004- 20 Oktober 2005). Jakarta : Depdiknas
Depdiknas (2002). Unit Fasilitas Desentralisasi Pendidikan Depdiknas. Jakarta : Depdiknas
(3)
Depdiknas Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Jakarta, 2002.
Depdiknas. Baitbang (2007). Optimalisasi Peran LMPM dan P3G dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, Dirjen Mandikdasmen (2006). Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah 2006-2010. Jakarta, Ditjen
Mandikdasmen Depdiknas.
Depdiknas. Ditjen Mandikdasmen (2006). Arah Pengembangan Manajemen
Pendidikan Dasar Menengah. Jakarta : Ditjen Mandikdasmen Depdiknas
Depdiknas, Ditjen Mandikdasmen. (2005). Panduan Umum Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah. Jakarta, 2002.
Depdiknas, Ditjen Mandikdasmen. (2005). Acuan Operasional dan Indikator
Kinerja Komite Sekolah. Jakarta, Dirjen Mandikdasmen Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah / Madrasah. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. Pusat Informasi dan Humas (2007). Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta : Pusat Informasi dan Humas
Depdiknas.
Engkoswara, (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
_____,(2001), Paradigma Manejemen Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
_____,(2002), Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung : Yayasan Amal Keluarga.
Fattah Nanang, (2004), Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Hasbullah, (2007). Otonomi Pendidikan (Kebijakan Otonomi Daerah da
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Haryadi, Colmin (2007), Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Manajerial
Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Tesis). Bandung : Universitas Pendidikan
(4)
Indonesia Corruption Watch. (2006), Kontraversi Komite Sekolah. Jakarta : http/www.antikporupsi.org/mod.php?=publisher&sop=viewaticle&artid=2 905.
Karyana Nana, (2007), Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja
Mengajar Guru Terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis Magister Pendidikan pada SPS UPI
Bandung : Tidak diterbitkan.
Komariah Aan, dan Cepi Triatna. (2008), Visionari Leadership (Menuju Sekolah
Efektif). Bandung : Bumi Aksara
Komisi Pendidikan Nasional, (2001), Menuju Pendidikan Dasar bermutu dan
Merata, Jakarta : Depdiknas.
Kompas.com. (2004), Komite Sekolah perlu bertahap dan Komitmen Jangka
Panjang. Jakarta : http/www.kompas.com/kompas-cetak/0407/26/
Didaktika/1166549.htm.
_______. (2005), Perkuat Komite Sekolah. Jakarta : http/www.kompas.com/ kompas-cetak/0509/03/humaniora/2018785.htm.
Miles, Matthew B. Dan Huberman, A. Michael (1992), Analisis Data Kualitatif :
Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohadi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mulyasa E. (2007), Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep Strategi, dan
Implementasi). Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyani, Isye. (2006), Kontribusi Kepemiminan Kepala Sekolah dan Kinerja
Mengajar Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Se-Kabupaten Bandung. Tesis Magister Pendidikan pada SPS UPI Bandung :
Tidka diterbirkan.
Nasution S, (1982), Metode Research : Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung : Jemmars.
Nazir, Moh, (1988), Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia
Pidarta Made, (2004), Manajemen Pendidikan di Indonesia Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
PPIM UIN Jakarta, dan Dikdasmen Depdiknas, (2004), Laporan Akhir Studi
(5)
Purwanto Ngalim, MP, (2007), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya
Republik Indonesia, (1999), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
______, (1999), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999
tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
______, (2000), Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
Ridwan (2008), Metode dan TeknikMenyusun Tesis, Bandung : Alfabeta.
Ridwan dan Akdon, (2006), Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung : Alfabeta..
Rivai Veithzal, (2007), Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada...
Sagala, Syaiful, (2007), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan (Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah). Bandung : Alfabeta..
Sallis Edward. (2007), Toral Quality Manajemen In Education (Manajemen Mutu
Pendidikan, Terjemahan oleh Ahmad Ali Triyadi dan Fahrurrozi).
Jogjakarta : IRCiSoD...
Saodih, Nana Sukmadinata, (2007), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Saud, Udin Syaefudin, (2009), Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta. Sugiono, (2007), Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode
R&D. Bandung : Alfabeta.
______, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
______, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
(6)
Sulaiman, Darwis, (2004), Majlis Pendidikan Daerah (MPD) Propinsi Nangro
Aceh Darussalam. Banda Aceh : Majlis Pendidikan Daerah.
Suryadi Ace, dan HAR Tilaar (1993), Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
______, dan Dasim Budimansyah, (2004), Pendidikan Nasional Menuju
Masyarakat Indonesia Baru. Bandung : Angkasa.
Thiha Miftah, (2007), Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Tim Pengembangan DPKS, (2005), Acuan Operasional dan Indikator Kinerja
Komite Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Umaedi, (1999), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Online). Tersedia : http/www.ssep.net/director.btml.
Universitas Pendidikan Indonesia, (2007), Pedoman Penulisan Karya ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Ustara, Uus, (2007), Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pelatihan
Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru. Tesis Magister Pendidikan pada
SPS UPI Bandung : tidak diterbitkan
Wahana Komputer, (2009), Pengelolaan Data Statistik dengan SPSS 16.0 Jakarta : Salemba Infotek.
Waspada.co.id. (2006), Serba Serbi Pendidikan ”Memberdayakan komite
Sekolah”. Jakarta : http/www.waspada.co.id/serba-serbi/pendidikan/
artikel.php.
World. Bank (1995), Priorities and Strategies for Education : A World Bank
Review. Washington D.C. : The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.