KONTRIBUSI DIKLAT KEPALA SEKOLAH SMK (TALENT SCOUTING) DAN KOMPETENSI MANAJERIAL TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH SMK (STUDI PADA SMK SEKABUPATEN GARUT).
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... v
PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan dan Kegunaan ... 8
D. Kerangka Pikir ... 10
E. Asumsi Penelitian... 18
E. Hipotesis ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Administrasi Pendidikan... 21
B. Kinerja Kepala Sekolah ... 25
C. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah... 41
D. Pendidikan dan Pelatihan... 63
E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 70
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional... 71
1.Pendidikan dan Pelatihan KS ... ... 71
2.Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 72
3.Kinerja Kepala Sekolah ... 75
B. Populasi dan Penentuan Sample ... 76
C. Metode Penelitian ... 76
D. Teknik Pengumpulan Data ... 78
1. Mengumpulkan Alat Pengumpul Data... 78
2. Menyusun Alat pengumpul Data... 80
(2)
ii
E. Teknik Analisis Data ... 90
1. Persiapan Analisis ... 91
2. Pengolahan dan Analisis Data ... 91
3. Uji Persyaratan Analisis……… 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 109
1. Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah ……….. 109
2. Kemampuan Manajerial ………. 113
3. Kinerja Kepala Sekolah ……… 116
B. Analisis Data ……… 118
1. Uji Persyaratan Analisis ……… 118
2. Pengujian Hipotesis ……….. 123
a) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah (X1) Terhadap Kinerja Kepala Sekolah(Y) ……… 123
b) Pengaruh Kemampuan Manajerial (X2) Terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y)………. 130
c) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah (X1) Terhadap Kemampuan Manajerial (X2) 137
d) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah (X1) dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Secara Bersama Terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y)……….. 144
C. Pembahasan ……….. 150
1. Kondisi Umum Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah, Kemampuan Manajerial dan Kinerja Kepala Sekolah…….. 151
2. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Kepala Sekolah………... 158 3. Pengaruh Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja KS 160
(3)
iii
4. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah
Terhadap Kemampuan Manajerial KS... 161 5. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah dan
Kemampuan Manajerial KS secara bersama-sama Terhadap
Kinerja Kepala Sekolah... 162 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 165 B. Implikasi ... 167 C. Rekomendasi ... 169
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(4)
iv DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1
Penentuan Jumlah Sampel ... 103 2. Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 109 3. Tabel 3.3
Uji Validitas Impirik Instrumen, Kepemimpinan Entrepreneur
Kepala Sekolah (X1) ... 113 4. Tabel 3.4
Uji Validitas Impirik Instrumen, Budaya Sekolah (X2) ... 114 5. Tabel 3.5
Uji Validitas Impirik Instrumen, Kinerja Inovatif Guru (Y) ... 115 6. Tabel 3.6
Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-rata .. 120 7. Tabel 4.1
Kecenderungan Rata-rata Variabel Kepemimpinan Entrepreneur
Kepala Sekolah (X1) ... 130 8. Tabel 4.2
Kecenderungan Rata-rata Variabel Budaya Sekolah (X2) ... 133 9. Tabel 4.3
Kecenderungan Rata-rata Variabel Kinerja Inovatif Guru (Y) ... 135 10. Tabel 4.4
Koefisien Regresi X1 terhdap Y ... …… 143 11. Tabel 4.5
Uji Signifikansi Regresi X1 terhadap Y ………. 144 12. Tabel 4.6
(5)
v 13. Tabel 4.7
Koefisien Regresi X2 terhdap Y ... …… 149 14. Tabel 4.8
Uji Signifikansi Regresi X2 terhadap Y ………. 150 15. Tabel 4.9
Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ………... 151 16. Tabel 4.10
Koefisien Regresi X1 terhdap X2 ... …. 154 17. Tabel 4.11
Uji Signifikansi Regresi X1 terhadap X2……… 155 19. Tabel 4.12
Koefisien Determinasi X1 terhadap X2 ………... 156 20. Tabel 4.13
Koefisien Regresi X1 dan X2 terhdap Y ... 159 21. Tabel 4.14
Uji Signifikansi Regresi X1 dan X2 terhadap Y ………. 160 22. Tabel 4.15
Koefisien Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ……… 161 23. Tabel 16
(6)
vi DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1
Kerangka Pikir Penelitian ... 18 2. Gambar 3.1
Paradigma Penelitian ... 99 3. Gambar 4.1
Hasil Perhitungan WMS Variabel X1 ... 131 4. Gambar 4.2
Hasil Perhitungan WMS Variabel X2 ... 134 5. Gambar 4.3
Hasil Perhitungan WMS Variabel Y ... 136 6. Gambae 4.4
Korelasi dan Regresi Variabel X1 terhadap Y ………... 146 7. Gambar 4.5
Arah Garis Regresi X1 terhadap Y ………. 146 8. Gambar 4.6
Korelasi dan Regresi Variabel X2 terhadap Y ………. 151 9. Gambar 4.7
Arah Garis Regresi X2 terhdap Y ……… 152 10. Gambar 4.8
Korelasi dan Regresi X1 terhadap X2 ………. 157 11. Gambar 4.9
Arah Garis Regresi X1 terhadap X2 ……… 158 12. Gambae 4.10
Korelasi dan Regresi X1 dan X2 terhadap Y ... 162 13. Gambar 4.11
Arah Garis Regresi X1 dan X2 terhadap Y ………. 162 14. Gambar 4.12
(7)
vii
Korelasi X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, X1 terhadap X2, X1 dan X2
terhadap Y ……… 163
15. Gambar 4.13
Pergeseran Kinerja Guru menjadi Inovatif kemudian rutin ... 180 16. Gambar 4.14
(8)
1
Bab.I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam Upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah
khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai
perubahan dan pembaruan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan
sedang dilakukan, yaitu peningkatan kinerja kepala sekolah sebagai salah satu
ujung tombak pada satuan pendidikan melalui peningkatan kemampuan dalam
mengelola dan memimpin serta peningkatan kesejahteraannya disamping melalui
optimalisasi peran kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan elemen yang penting dalam mewujudkan
sekolah yang bermutu/unggul. Davis, G.A. dan Thomas, M.A. (1989) dalam Dr
Wahyudi (2009:63) menyatakan bahwa kepala sekolah yang efektif mempunyai
karakteristik sebagai berikut: (1) mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu
memimpin sekolah, (2) memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, (3)
mempunyai keterampilan sosial, (4) professional dan kompeten dalam bidang
tugasnya.
Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah
juga disebutkan Imron Arifin dalam disertasinya yang berjudul "Kepemimpinan
(9)
Berprestasi". Namun Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen
dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12 Agustus
2008).
Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana
proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan
pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional selanjutnya
menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui
Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April 2007.
Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat sebagai kepala
sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk
standar kualifikasi meliputi kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum
kepala sekolah yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun,
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat
serendah-rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu berstatus
guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala sekolah) telah
(10)
belum ada yang memiliki sertifikat pendidik. Bahkan guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah setelah Permendiknas No. 13 Tahun 2007
ditetapkan belum ada yang memiliki sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi
karena pemerintah masih disibukkan dengan sertifikasi guru sehingga sertifikasi
kepala sekolah belum terjamah. (Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen
Pendidikan Nasional. 2007)
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus
menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Di Malaysia
menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura dengan
standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga pelatihan
untuk mengeluarkan surat izin atau surat keterangan kompetensi. Bahkan di
Malaysia ada lembaga/institut (semacam P4TK) dalam bidang
kekepalasekolahan yaitu Institut Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting
Highlands, Malaysia. (http://www.tendik.org/).
Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi standar
kompetensi. Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi
yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
(11)
dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi. (Direktorat
Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007)
Pendidikan dan pelatihan kepala sekolah merupakan sesuatu upaya untuk
meningkatkan kemampuan kepala sekolah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Permendiknas No 13 tahun 2007, disamping itu pendidikan dan
pelatihan kepala sekolah yang telah dilaksanakan telah mampu memberikan
suatu bekal bagi para kepala sekolah dari segi teorimaupun praktek untuk mampu
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai kepala sekolah. Walaupun
pendidikan dan pelatihan belum se-formal seorang guru dalam mendapatkan
sertifikat pendidik namun pendidikan dan pelatihan kepala sekolah khususnya di
SMK yang dikenal sebagai pendidikan “talent scouting” telah memberi bekal
awal bagi para kepala sekolah SMK Negeri untuk memimpin sekolahnya,
sehingga pendidikan dan pelatihan ini pada tahapan selanjutnya dapat diperluas
hingga menyentuh para kepala sekolah SMK swasta.
Lembaga pendidikan dalam hal ini didalamnya adalah sekolah dapat
dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meski pun
sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut untuk terus
meningkatkan mutu proses maupun output pendidikannya. Sebaliknya, sekolah
(12)
diembannya adalah turut mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Berdasarkan kajian diatas, jabatan kepala sekolah memerlukan
orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang
pendidikan. Peranan kepala sekolah sebagai administrator, sebagai manajer dan
sebagai supervisor pendidikan perlu dilengkapi oleh keterampilan manajerial.
Terdapat tiga bidang keterampilan manajerial yang perlu dikuasai oleh manajer
pendidikan mengacu pada pendapat Robert Katz dalam Dr wahyudi (2009:64)
yaitu keterampilan konseptual (conceptual skill), keterampilan hubungan
manusia (human skill), dan keterampilan teknik (technical skill). Ketiga
keterampilan manajerial tersebut diperlukan untuk melaksanakan untuk
melaksanakan tugas manajerial secara efektif, meskipun penerapan
masing-masing keterampilan tersebut tergantung pada tingkatan manajer dalam
organisasi.
Kemampuan manajerial kepala sekolah akan mampu meningkatkan
kinerja kepala sekolah dalam pengelolaan atau dalam melaksanakan manajemen
sekolah terutama dalam pengelolaan yang berbasis sekolah (School Based
management). Kinerja (performance) merupakan aktivitas seseorang dalam
melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab tersebut merupakan pengekspresian seluruh potensi dan
kemampuan yang dimiliki seseorang serta menuntut adanya kepemilikan yang
(13)
merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu sesuai dengan profesi dan job deskcription individu yang
bersangkutan. Mangkunegara (2001:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya”. Jadi kinerja merupakan
penampilan hasil karya seseorang dalam bentuk kualitas atau kuantitas dalam suatu
organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja
pegawai, sehingga ada tiga hal penting dalam kinerja yaitu, tujuan ukuran dan
penilaian.
Menurut Grounlond (1982:86): "Kinerja merupakan penampilan perilaku
kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan
prosedur, sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan
jumlah". Sejalan dengan itu pula August W. Smith (1982:393) menyatakan bahwa
kinerja adalah "output derive from processes, human or other wise ". Maksudnya adalah
bahwa kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses. Bernardin & Russell
(1998:239) memberi batasan mengenai kinerja sebagai "...the record of outcomes
produced on a specified job function or activity during a specified time period"
yang berarti catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama satu periode waktu tertentu.
Kinerja kepala sekolah dapat diukur dari tiga aspek yaitu (a): perilaku
dalam melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada saat
(14)
mencapai hasil kerja yang tercermin dalam komitmen dirinya sebagai refleksi
dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) dari
hasil pekerjaannya yang tercermin dalam perubahan kinerja sekolah yang
dipimpinnya.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kinerja Kepala
Sekolah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah Pendidikan
dan Pelatihan Kepala sekolah dan kemampuan manajerial kepala sekolah. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengkaji : Kontribusi Diklat Kepala Sekolah
dan Kemampuan Manajerial Terhadap Peningkatan kinerja Kepala Sekolah SMK
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian mengenai kontribusi diklat kepala
sekolah dan kemampuan manajerial terhadap kinerja kepala sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran faktual pendidikan dan pelatihan kepala sekolah?
2. Bagaimana gambaran implementasi kemampuan manajerial kepala
sekolah?
3. Seberapa besar pengaruh diklat kepala sekolah terhadap peningkatan
(15)
4. Seberapa besar pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap
peningkatan kinerja kepala sekolah?
5. Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan kepala sekolah terhadap
kemampuan manajerial kepala sekolah?
6. Seberapa besar pengaruh diklat kepala sekolah bersama-sama dengan
kemampuan manajerial terhadap peningkatan kinerja kepala sekolah?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian C.1. Maksud
Maksud penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik
“Kontribusi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kemampuan Manajerial terhadap Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah SMK”
sesuai dengan maksud penelitian tersebut, secara khusus tujuan penelitian adalah
sebagai berikut
C.2. Tujuan
C.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik
(16)
dan kemampuan manajerial terhadap Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah SMK
Di SMK se-kabupaten Garut.
C.2.1. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini untuk :
1. Mengetahui gambaran faktual pendidikan dan pelatihan kepala sekolah
2. Mengetahui gambaran mengenai implementasi kemampuan manajerial
terhadap kepala sekolah
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh diklat kepala sekolah terhadap
peningkatan kinerjanya
4. Menganalisis seberapa besar pengaruh kemampuan manajerial terhadap
peningkatan kinerja kepala sekolah
5. Menganalisis seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan kepala
sekolah terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah.
6. Menganalisis seberapa besar pengaruh diklat kepala sekolah bersama-sama
(17)
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan menciptakan suatu nilai tambah, dalam :
1. Aspek teoritis ; berupa pengayaan (enrichment) khazanah pengetahuan di
bidang analisis kebijakan pendidikan khususnya mengenai implementasi
peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja kepala sekolah
2. Aspek praktis ; hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a) Pengambil kebijakan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
umumnya serta Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah terutama
dalam mengaplikasikan perundang-undangan yang berkenaan dengan
keprofesian tenaga pendidik dan kependidikan
b) Para pengelola pendidikan baik yang bersifat dibawah pemerintah
maupun swasta dalam berupaya meningkatkan kualitas pendidikan
melalui peningkatan kinerja kepala sekolah
c) Para Kepala Sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
dalam satuan pendidikan sehingga mampu membawa sekolahnya
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berkahlak
d) Pendidik dan tenaga kependidikan dalam berupaya ikut berperan aktif
meningkatkan kinerjanya sehingga pada akhirnya kualitas pendidikan
(18)
E. Kerangka Pemikiran
Dalam Kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shadily disebutkan
bahwa keterampilan sepadan dengan kata kecakapan, dan kepandaian yang
disebut dengan skill. Sedangkan, manajerial merupakan kata sifat yang
berhubungan dengan kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak
kepustakaan, kata manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management
yang berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle yang
berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan. Sedangkan, management
merupakan kata benda yang dapat berarti pengelolaan, tata pimpinan atau
ketatalaksanaan.. Pada prinsipnya pengertian mana-jemen mempunyai beberapa
karakteristik sebagai berikut: (1) ada tujuan yang ingin dicapai; (2) sebagai
perpaduan ilmu dan seni; (3) merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi,
koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya; (4) ada dua
orang atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi; (5) didasarkan pada
pembagian kerja tugas dan tanggung jawab; (6) mencakup beberapa fungsi; (7)
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya yang ada
mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, peng-organisasian, penggerakan,
dan pengawasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry dalam Sutopo yang
menyatakan bahwa fungsi manajemen mencakup kegiatan perencanaan,
(19)
mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.Tugas dan tanggung jawab kepala madrasah
adalah me rencanakan, mengorgani-sasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan,
mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan madrasah, yang meliputi bidang
proses belajar mengajar, administrasi kantor, administrasi siswa, administrasi
pegawai, administrasi perlengkapan, administrasi keuangan, administrasi
perpustakaan, dan dministrasi hubungan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam
rangka mencapai tujuan organisasional, kepala madrasah pada dasarnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan,
peng-organisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang
ada dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di madrasahnya. Perencanaan
(Planning), merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendidikan yang bermutu memiliki kaitan kedepan (Forward Linkage)
kaitan kebelakang (Backward Linkage). Forward linkage berupa bahwa
pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan
bangsa yang maju, adil dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan
bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju dan modern
adalah bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu.
(20)
tergantung pada keberadaan guru yang memiliki kinerja yang baik, profesinal,
sejahtera dan bertabat.
Keberadaan kepala yang kompeten merupakan salah satu syarat mutlak
hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Pengembangan
pendidikan yang berkualitas diawali oleh adanya kemampuan organisasi dalam
hal ini pemerintah dalam meningkatkan kompetensi pendidiknya. Salah satu
kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah untuk mencapai standar
pendidikan yang berkualitas adalah PP No 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan yang kemudian ditinjak lanjuti dengan Permendiknas no 13
tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah/madrasah yang memuat
mengenai Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah
yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi
kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima dimensi
kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.
Permasalahan yang sekarang dihadapi dalam pengembangan SMK yang
mempunyai mutu yang baik adalah :
a. Banyaknya Pembukaan Sekolah SMK Baru
b. Kurangnya kemampuan manajerial Kepala Sekolah
c. Kurangnya Dasar keilmuan dan Pelatihan Kepala Sekolah
(21)
e. Tingkat lulusan yang tidak produktif
Oleh sebab itu pendidikan dan pelatihan kepala sekolah dalam hal ini
kepala sekolah SMK merupakan sarana atau instrument untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan kompetensi kepala
sekolah yang berimplikasi terhadap beberapa hal yang diberikan baik itu berupa
adanya peningkatan kemampuan baik materi maupun non materi. Disamping itu
pendidikan dan pelatihan merupakan sarana bagi pemerintah untuk melihat
standar kompetensi yang dimiliki para kepala sekolah SMK pada saat itu,
sehingga diklat ini akan mampu meningkatkan kompetensi dan kemampuan para
kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya.
Adanya pendidikan dan pelatihan kepala sekolah yang kemudian
dikontrol dengan adanya kemampuan manajerial kepala sekolah maka akan
mampu meningkatkan kualitas kinerja kepala sekolah sehingga ujungnya
meningkatkan kualitas layanan pendidikan sehingga sekolah akan mampu
mencapai standar kualitas yang baik dan mampu bersaing baik pada tingkatan
lokal, regional, nasional maupun internasional sesuai dengan standar nasional
pendidikan (PP No 19 tahun 2005).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja
berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam
(22)
merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah Performance yang
artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau
hasil kerja.
Menurut Simamora (1997:327) kinerja adalah tingkat pencapaian standar
pekerjaan. Sementara Nawawi (1997:235) menegaskan bahwa kinerja yang
diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik /
material maupun non material. Menurut Anwar (1986:86) memberikan
pengertian kinerja sama dengan performance yang esensinya adalah berapa besar
dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau
dilaksanakan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang
menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dan kompetensi yang dimiliki.
Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa
perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas,sehingga menghasilkan
suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta
tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kinerja dapat ditunjukkan
seseorang misalnya guru atau kepala sekolah atau pengawas sekolah, dapat pula
ditunjukkan pada unit kerja atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga
pendidikan, kursus-kursus, dll. Atas dasar itu maka kinerja diartikan sebagai hasil
(23)
wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan kinerja kepala
sekolah/madrasah adalah hasil kerja yang dicapai kepala sekolah/madrasah
dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya dalam
mengelola sekolah yang dipimpinnya. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi
dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
kinerja kepala sekolah ditunjukkan dengan hasil kerja dalam bentuk konkrit,
dapat diamati, dan dapat diukur baik kualitas maupun kuantitasnya. Kinerja
kepala sekolah dalam tulisan ini diukur dari tiga aspek yaitu: (a) perilaku dalam
melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada saat melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial, (b) cara melaksanakan tugas dalam mencapai hasil
kerja yang tercermin dalam komitmen dirinya sebagai refleksi dari kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) hasil dari
pekerjaannya yang tercermin dalam perubahan kinerja sekolah yang
dipimpinnya. Berdasarkan uraian diatas penulis gambarkan dalam bentuk
(24)
Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir Konsep Administrasi Pendidikan
Manajemen Sumber daya
PP No 19 tahun 2005 (standar nasional Pendidikan) dan
Permendiknas no 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala
Sekolah
a.Kompetensi Kepribadian b.Kompetensi Manajerial c.Kompetensi kewirausahaan d.Kompetensi Supervisi e.Kompetensi Sosial Kepala Sekolah
a. Banyaknya Pembukaan Sekolah SMK Baru
b. Kurangnya kemampuan manajerial Kepala Sekolah
c. Kurangnya Dasar keilmuan dan Pelatihan Kepala Sekolah d. Kualitas kinerja sekolah rendah e. Tingkat lulusan yang tidak produktif
Kemampuan Manajerial Pendidikan dan Pelatihan
Kinerja KS
Peningkatan Pengelolaan Sekolah
Peningkatan Kinerja Guru
Peningkatan kualitas sekolah
Peningkatan Kualitas Pendidikan Nasional
(25)
E. Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian
dapat dikemukakan sebagai beriktu:
1. Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan formal mempunyai
tugas dan tanggungjawab untuk mengelola sebagai sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya untuk memberdayakan segala
sumber daya yang dimiliki oleh sekolah mencapai tujuan sekolah inilah yang
dinamakan dengan manajemen pendidikan (sebut sekolah), yang merupakan
bagian dari administrasi pendidikan secara keseluruhan.
2. Pendidikan dan pelatihan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah suatu
kegiatan yang meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
kepala sekolah SMK dalam pengelolaan sekolahnya.
3. Kemampuan Manajerial kepala sekolah kemampuan melakukan manajemen
dalam pelaksanaan pendidikan disekolah mulai dari tahap perencanaan,
implementasi sampai pada pengawasannya.
4. Kinerja Kepala Sekolah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta kemampuan untuk mencapai
(26)
5. Lembaga pendidikan/sekolah merupakan suatu model sistem terbuka, dimana
dalam model ini penekanan diberikan pada keresponsifan lembaga dalam
menyikapi perubahan lingkungan.
The open system model emphasize the responsiveness of school with respect to environmental requirement. This means, on the one hand, that school organization can create effective buffers against external threats and, on the other hand, that school can manipulate their environment to the degree that their own function is not only safeguarded but also improved (Jaap Scheerens, 2000).
6. Organisasi sekolah menghadapi tantangan perubahan yang makin meningkat
di era dewasa ini, perubahan yang terjadi juga berakibat pada makin tingginya
tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan, sehingga respon sekolah yang
tepat dan inovatif menjadi suatu keharusan. Guru sebagai salah satu factor
yang berperan dalam keberhasilan pendidikan di sekolah juga perlu merespon
dengan sikap kreatif dan kinerja yang inovatif, agar lulusan dari lembaga
pendidikan dapat dan mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat.
7. Setiap oraganisasi memerlukan kompetensi utama, yaitu inovasi. ”Every
organization not-just-business need one core competence innovation” (Peter
F Drucker dalam Gaynor, 2002).
8. Setiap orang pada dasarnya merupakan agen perubahan, dan Kepala Sekolah
sebagai pemimpin sekaligus manajer dalam suatu lembaga pendidikan
memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan tersebut dalam
melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah. “Everybody is a change agent
(27)
individual and collective inquiry and continuous renewal, or it will not happen”. (Michael Fullan, 1997).
9. “Teachers can not develop the creative abilities of their student if their own
creative abilities are undiscovered or suppressed”. (Wayne Morries, 2006).
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori
atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya. (Riduwan, 2004 : 35)
Berdasarkan kepada kerangka pemikiran diatas, hipotesis penelitian ini
adalah :
1)Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendidikan dan pelatihan kepala
SMK dengan peningkatan kinerja kepala sekolah
2)Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala
sekolah dengan peningkatan kinerjanya
3)Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan dengan
(28)
4)Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan kepala
sekolah SMK dengan kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap
peningkatan kinerjanya
rx 1Y Rx1x2Y
rx 2Y
Gambar 2. Model Hubungan Antar Variabel Penelitian Variabel X1
Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah
Variabel X2 kemampuan Manajerial
Variabel Y Kinerja Kepala
(29)
71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Komaruddin (1994:29) mengatakan bahwa: “definisi operasional adalah
pengertian yang lengkap tentang satu variabel yang mencakup semua unsur yang
menjadi ciri utama variabel itu”. Adapun definisi-definisi operasional yang
berkaitan dalam peneliti ini yaitu:
1. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang memiliki arti yang
sangat penting dalam suatu organisasi baik itu organisasi pendidikan atau
bukan. Menurut Edwin B. Flippo (1991:196) pengertian pendidikan dan
pelatihan adalah “concerned with increasing and skill in doing a particular job
education with increasing knowledge and understanding of ower total environment…( latihan berhubungan dengan menambah pengetahuan dan
kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, sedangkan pendidikan
berhubungan dengan menambah pengetahuan umum dan pengertian tentang
seluruh lingkungan)
Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan dalam penelitian ini adalah
suatu kegiatan yang meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
(30)
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Meningkatkan kesungguhan kerja kepala sekolah dalam melaksanakan
pendidikan dan pelatihan maupun setelah diklat terdapat hasil nyata berupa
kesungguhan kerja dalam mengelola sekolah
b. Disiplin dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dalam materi
maupun dalam prakteknya
c. Memantapkan pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman
dalam mengelola kinerja sekolah
d. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan kepala sekolah
dalam memimpin da mengelola sekolah
2. Kemampuan Manajerial
Manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan
kepemimpinan dan pengelolaan. Kemampuan manajerial adalah kemampuan
memimpin dan mengelola suatu oarganisasi.
Kompetensi Manajerial mengacu kepada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dalam mengelola dan memimpin
suatu organisasi (Broke and Stone, 1975 dikutip oleh Gumelar dan Dahyat,
2002:116)
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur Kompetensi manajerial dalam penelitian ini adalah
(31)
a. Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu
melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah,
maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk
satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat
perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan.
Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa
yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when).
Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail
perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
b. Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan
mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang
terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik
mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu
masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan
sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun
(32)
Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial
yang tidak bisa ditinggalkan.
c. Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala
sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi
contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu
melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada
gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan
secara sungguh-sungguh dan professional.
d. Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan
dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen
dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya
melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan
kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran
adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta
kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah
juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai
guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada
(33)
3. Kinerja Kepala Sekolah
Hikman dalam Husaini (2008: 456) “ Kinerja selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas Stoner dan Freeman (1994) “ kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
VARIABEL ASPEK INDIKATOR NOMOR
BUTIR
Pendidikan dan
pelatihan kepala sekolah
Pendidikan dan Pelatihan
a. Tingkat pengetahuan b. Kedisiplin
c. Sikap dan perilaku
d. Kemampuan dan keterampilan
Kemampuan
Manajerial Kemampuan
Manajerial
a. keterampilan melakukan perencanaan b. keterampilan Organisasi
c. Keterampilan mengimplementasikan perencanaan yang telah ditetapkan d. kemampuan melakukan pengawasan
dan pengendalian Kinerja kepala
sekolah
Kinerja Kepala Sekolah
a. Kualitas pekerjaan b. Kuantitas pekerjaan c. Etika Kerja d. Pengetahuan Kerja e. Kemandirian f. Tanggung Jawab
Dari indikator di atas, maka dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan
(34)
B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan sumber data yang dianggap oleh peneliti dapat
memberikan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini senada dengan
pendapat Sugiono (2009:117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek /subjek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.
Berlandaskan pengertian yang telah diungkapkan diatas maka dalam hal
ini peneliti menetapkan bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh kepala sekolah SMK yang ada di Kabupaten Garut yang berjumlah 56
orang. sehingga peneliti menggunakan teknik sampling non probability
sampling dimana menurut sugiyono (2009:68) salah satu bagian dari teknik
sampling yang menggunakan non probability sampling adalah sampel jenuh
atau dengan istilah lain adalah sensus. Tingkat akurasinya lebih akurat
dibandingkan kan dengan sample populasi.
C.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti sebagai
alat bantu untuk mengumpulkan data serta menganalisanya agar diperoleh suatu
(35)
ungkapkan Winarno Surakhmad (1992:121) bahwa:
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan terknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan menekankan pada
pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan
untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi
pada situasi sekarang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhammad Ali
(1992:121) yang menyatakan bahwa:
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi.
Sedangkan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang
dilakukan dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat
diperoleh gambaran umum dan kesimpulan mengenai masalah yang sedang
diteliti. Studi kepustakaan untuk mendukung dalam pemecahan masalah yang
diteliti, melalui pengkajian sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, jurnal,
majalah, dll yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini sejalan dengan
pendapat Winarno Surakhmad (1992:63) yang mengemukakan bahwa:
Penyelidikan bibliografi tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan
(36)
dalam masalahnya, yakni teori yang dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli.
Melalui studi kepustakaan, penelitian akan mendapatkan landasan teori
yang lebih kokoh dalam penelitian, agar peneliti dapat mengembangkan,
mengarahkan, serta memperkuat kerangka berfikir peneliti serta dapat mengambil
kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan cara atau langkah yang
ditempuh dalam pengumpulan data sehingga data yang diharapkan benar-benar
relevan guna menjawab permasalahan yang hendak dipecahkan. Langkah-langkah
dalam pengumpulan data ini antara lain:
1. Mengumpulkan Alat Pengumpul Data
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan tersebut, peneliti menentukan
teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik komunikasi tidak
langsung atau dalam hal ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner
sebagai instrumen penelitian.
Angket merupakan daftar pernyataan yang disusun secara tertulis untuk
memperoleh informasi atau data dari responden yang diperlukan peneliti.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:199) angket atau
kuesioner adalah: “pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
(37)
dijawabnya”. Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket
tertutup, yaitu angket yang telah memuat alternatif jawaban agar mempermudah
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, yang dimaksud dengan
instumen pengumpulan data menurut Arikunto dalam (Riduwan (2003: 51) alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Sanafiah Faisal (1982:178)
yang dimaksud dengan angket tertutup yaitu:
Angket yang menghendaki jawaban yang pendek atau jawaban yang diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Angket demikian biasanya meminta jawaban dengan pola tertentu, jawaban singkat yang membubuhkan tanda checklis (√) pada item yang termuat pada alternatif jawaban. Angket tertutup mudah diisi, memerlukan waktu yang singkat, memusatkan responden pada pokok pernyataan, relatif objek dan sangat mudah ditabulasi dan dianalisa.
Angket tertutup ini merupakan jenis angket yang memiliki ciri responden
diberi sejumlah pernyataan dengan menggambarkan hal-hal yang ingin
diungkapkan dari kedua variabel disertai alternatif jawabannya dan responsen
tidak diberi hak untuk menjawab diluar alternatif jawaban yang telah
ditetapkan. Responden diminta untuk merespon setiap pernyataan sesuai
dengan apa yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara
membubuhkan tanda checlist (√) pada alternatif jawaban yang tersedia.
Adapun keuntungan lain yang diperoleh apabila pengumpul data dalam
(38)
Arikunto (2003: 141) diantaranya:
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu untuk menjawab
e. Dapat dibuat standar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
2. Menyusun Alat Pengumpul Data
Dalam kaitan dengan penelitian ini, maka daftar pertanyaan yang
diajukan kepada para responden untuk menggali informasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, yaitu mengenai kontribusi
pendidikan dan pelatihan dan kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap
kinerja kepala sekolah SMK Se-Kabupaten Garut. Dalam merumuskan alat
pengumpul data, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan indikator yang dianggap penting yaitu dari ketiga variabel
yang akan diteliti yaitu komitmen guru, motivasi kerja dan produktivitas
kerja guru.
2. Mengidentifikasi sub indikator dari masing-masing variabel yang telah
ditetapkan berdasarkan teori yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian
4. Menyusun pernyataan-pernyataan dari masing-masing variabel disertai
(39)
5. Menetapkan kriteria penskoran untuk alternatif jawaban, baik untuk
variabel X1, X2 maupun variabel Y yaitu dengan menggunakan Skala Likert
menurut Sugiyono (2009:134) dengan 4 (empat) option seperti pada tabel
di bawah ini:
Tabel 3.3 Skala Likert ALTERNATIF JAWABAN
SKOR Pendidikan dan
Pelatihan KS
Kompetensi Manajerial
Kinerja Kepala Sekolah
Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju 5
Setuju Setuju Setuju 4
Ragu-ragu Ragu-ragu Ragu-ragu 3
Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju 2
Sangat tidak setuju Sangat tidak setuju Sangat tidak setuju 1
6. Melakukan uji coba instrumen dan mengolahnya dengan menggunakan
bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan program SPSS 11.00 for
Windows untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen pengumpul
data.
7. Istrumen yang valid dan reliabel langsung digunakan untuk pengumpulan
data. Sedangkan item pernyataan yang tidak valid dan reliabel ada yang
diperbaiki ada pula yang dibuang.
3. Tahap Uji Coba Angket
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat validitas dan reliabilitas
instrumen, maka sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, angket yang
akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan terhadap responden yang
(40)
karakteristik yang sama. Sejalan dengan pendapat Sanafiah Faisal (1982:38)
yang menyatakan:
Setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarluaskan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pngumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.
Untuk mengetahui sejauh mana validitas dan reliabilitas instrumen,
maka dalam penelitian ini dilakukan uji coba angket terhadap 10 orang
responden yaitu Kepala sekolah dari tingkat menengah sampai tingkat atas di
kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut. Dipilihnya responden ini
dikarenakan memiliki karakteristik yang sama dengan responden
sebenarnya.
Setelah data uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis
dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data,
angket dianggap valid apabila terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan angket
dianggap reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Maka hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
a. Uji Validitas Instrumen
(41)
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Dengan demikian validitas
instrumen akan menunjukan apakah instrumen yang telah disusun valid
atau layak untuk dijadikan sebagai pengumpul data. Uji validitas
dilakukan dengan menganilisis setiap item, data yang dikumpulkan dari
15 responden interpretasi terhadap korelasi didasarkan pada yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2005:142) bahwa:
Bila korelasi tiap faktor tersebut pasif dan besarnya 0,3 keatas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
Dalam pengujian validitas instrumen ini, peneliti menguji
validitasnya per item dengan menggunakan rumus Koefisien korelasi
Product Moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:212) yaitu:
Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
∑
XY = Jumlah perkalian X dan Y∑
X = Jumlah skor item∑
Y = Jumlah skor total (seluruh item)∑
2X = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑
2Y = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
(
)( )
(
)
{
∑
∑
}
{
∑
( )
∑
}
∑
∑
∑
− − − = 2 2 2 2 i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r(42)
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan
atau ketetapan setiap item yang digunakan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Suharsimi Arikunto (2003:170) bahwa “reliabilitas menunjuk
pada pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.
Untuk menguji reliabilitas instrument dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik belah dua (Split Half Methods) terhadap instrumen
yang disusun, yaitu dengan cara belahan pertama merupakan item
bernomor ganjil dan belahan kedua merupakan item bernomor genap.
Kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman dari Spearman Brown. Untuk lebih jelasnya mengenai
langkah-langkah dalam uji reliabilitas yaitu sebagai berikut:
1) Mengelompokan skor-skor berdasarkan item genap dan ganjil
2) Menentukan rank atau peringkat dari masing-masing skor yang telah
disusun
3) Menghitung beda (bi), yaitu selisih dari rank X1 , rank X2 dan rank Y,
lalu dikuadratkan
4) Membuat tabel harga koefisien rho (r1) dari kedua kelompok tersebut dengan menggunakan rumus korelasi Spearman yang dikemukakan
oleh Sudjana (1996:75) adalah seperti pada halaman berikutnya:
(
1)
6
1 2
2 1 1
− −
=
∑
n n
b r
(43)
Keterangan:
r1 = Koefisien korelasi pangkat
b = Selisih atau beda peringkat Xi dan peringkat Yi yang data
aslinya yang berpasangan n = Banyaknya data atau sampel 1 = Angka Konstanta
5) Pengujian Signifikansi koefisien r1 (rho) melalui uji independent
antara kedua variabel dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Sudjana (1996 : 455) yaitu:
Keterangan: t = Nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Kriteria pengujian yang dipergunakan adalah untuk tingkat
signifikansi tertentu (95%), dimana ttabel yang digunakan mempunyai
dk = (n-2) maka hipotesis diterima.
2. Uji Coba Instrumen
Untuk melakukan uji coba instrumen secara empirik dalam penelitian ini dilakukan pada 20 responden Kepala Sekolah di Kabupaten Garut yang diambil secara acak. Dan hasilnya sebagaimana ditunukkan pada tabel
2 1
2
r n r t
− − =
(44)
berikut:
Tabel 3.3
Uji validitas empirik instrumen
Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah (X1)
No. Koefisien t t
Keputusan
Item Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0.85 6.8 1.73 valid
2 0.84 6.6 1.73 valid
3 0.89 8.3 1.73 valid
4 0.82 6.0 1.73 valid
5 0.93 10.5 1.73 valid
6 0.82 6.0 1.73 valid
7 0.82 6.1 1.73 valid
8 0.93 6.7 1.73 valid
9 0.91 6.1 1.73 valid
10 0.95 10.5 1.73 valid
11 0.74 9.3 1.73 valid
12 0.95 12.4 1.73 valid
13 0.91 4.7 1.73 valid
14 0.93 12.4 1.73 valid
15 0.90 9.5 1.73 valid
16 0.93 10.5 1.73 valid
17 0.93 8.6 1.73 valid
(45)
19 0.82 10.5 1.73 Valid
20 0.84 6.0 1.73 Valid
Berdasarkan Tabtel 3.3 di atas, ternyata dari 16 item soal yang
diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Pendidikan dan
pelatihan Kepala Sekolah semuanya terbukti valid. Demikian juga dari uji
reliabilitas diperoleh: rhitung = 0, 97 dan rtabel = 0,46 atau (rhitung > rtabel ), yang
berarti reliable. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan adalah valid
dan reliable, yang berarti semua soal akan dipakai dalam penelitian ini
(Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.3).
Tabel 3.4
Uji validitas empirik instrumen Kemampuan Manajerial KS (X2)
No. Koefisien t t
Keputusan
Item Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0.90 8.7 1,73 Valid
2 0.90 8.6 1,73 Valid
3 0.94 11.9 1,73 Valid
4 0.87 7.6 1,73 Valid
5 0.93 11.0 1,73 Valid
6 0.36 1.6 1,73 Invalid
7 0.94 11.9 1,73 Valid
(46)
9 0.94 11.9 1,73 Valid
10 0.91 9.1 1,73 Valid
11 0.84 6.6 1,73 Valid
12 0.28 1.2 1,73 invalid
13 0.87 7.6 1,73 Valid
14 0.94 11.9 1,73 Valid
15 0.85 6.7 1,73 Valid
16 0.89 8.4 1,73 Valid
17 0.63 3.4 1,73 Valid
18 0.64 3.6 1,73 Valid
19 0.65 3.6 1,73 Valid
20 0.64 3.5 1,73 Valid
Dari Tabtel 3.4 di atas, ternyata dari 20 item soal yang diujicobakan secara
empirik, insturmen penelitian (angket) kemampuan manajerial kepala sekolah
ada 2 item pertanyaan yang tidak valid yaitu no 6 dan no 12 sehingga
membutuhkan perbaikan dalam redaksional dan maksud dari item pertanyaannya
dan sisanya semuanya terbukti valid. Demikian juga dari uji reliabilitas
diperoleh: rhitung = 0, 97 dan rtabel = 0,46 atau (rhitung > rtabel ), yang berarti reliable.
Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan adalah valid dan reliable,
yang berarti semua soal akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan
(47)
Tabel 3.5
Uji validitas empirik instrumen
Kinerja Kepala Sekolah (Y)
No. Koefisien t t
Keputusan
Item Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0.89 8.2 1,73 valid
2 0.84 6.4 1,73 valid
3 0.80 5.6 1,73 valid
4 0.97 18.0 1,73 valid
5 0.36 1.7 1,73 invalid
6 0.92 10.1 1,73 valid
7 0.90 8.9 1,73 valid
8 0.90 8.6 1,73 valid
9 0.89 8.2 1,73 valid
10 0.32 1.4 1,73 invalid
11 0.90 8.6 1,73 valid
12 0.92 10.1 1,73 valid
13 0.92 10.1 1,73 valid
14 0.92 10.1 1,73 valid
15 0.91 9.1 1,73 valid
16 0.89 8.2 1,73 valid
17 0.89 8.2 1,73 valid
(48)
19 0.80 5.6 1,73 valid
20 0.97 18.0 1,73 valid
Melihat Tabtel 3.5 di atas, ternyata dari 20 item soal yang diujicobakan
secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Kepala Sekolah SMK
terdapat item pertanyaan yang tidak valid yaitu no 5 dan no 10 sehingga
membutuhkan perbaikan redaksional dan tujuannya sedangkan sisanya semuanya
terbukti valid. Demikian juga dari uji reliabilitas diperoleh: rhitung = 0, 96 dan rtabel
= 0,46 atau (rhitung > rtabel ), yang berarti reliable. Sehingga semua item soal yang
sudah diujicobakan adalah valid dan reliable, yang berarti semua soal akan dipakai
dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.5).
E.Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data adalah suatu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul
mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban dari
permasalahan yang diteliti. Sebagaimana dikemukana oleh Muhammad Ali
(1992:151) bahwa pengelolaan dan analisis data merupakan salah satu langkah
yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama bila diinginkan
generalisasi, pengujian hipotesis atau kesimpulan tentang berbagai masalah yang
(49)
Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pesiapan
a. Seleksi angket
Data yang terkumpul kemudian dicek kelengkapan instrumen yang disebar,
hal ini penting untuk menyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul
memenuhi persyaratan untuk lebih lanjut.
b. Tabulasi data
Melakukan tabulasi data, yaitu merekap semua jawaban responden ke dalam
sebuah tabel, kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan
analisis selanjutnya.
2. Pengelolaan dan Analisis Data
Dalam tahapan ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan
pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Pada tahapan ini
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung Kecenderungan Responden
Teknik ini digunakan untuk mencari gambaran kecenderungan antar variabel
(50)
kerja dan produktivitas kerja guru, sekaligus untuk menentukan kedudukan
setiap indikator dengan menggunakan rumus Waighted Means Scored
(WMS) yaitu:
Keterangan:
X = Rata-rata skor responden
X = Jumlah skor dari setiap alternatif jawaban responden n = Jumlah responden
Kemudian mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria
masing-masing, untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap variabel atau
dengan kata lain menentukan arah dari masing-masing variabel tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan WMS ini adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa
jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan pada setiap item variabel
penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan,
kemudian menentukan skornya.
3. Menghitung skor rata-rata dari setiap variabel untuk mengetahui
kecenderungan umum dari setiap variabel penelitian
4. Menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap
kemungkinan jawaban.
n x X =
∑
(51)
5. Mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria
masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap variabel, atau
dengan kata lain kemana arah kecenderungan dari masing-masing variabel
tersebut.
Tabel 3.8
Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS Rentang
Nilai Kriteria
Penafsiran
Variabel X1 Variabel X2 Variabel Y
4,00 – 5,00 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
3,00 – 3,99 Baik Baik Baik Baik
2,00 – 2,99 Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
1,00 – 1,99 Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik
b. Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Baku
Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Sudjana (1996:104) sebagai berikut:
( )
s
x
X
T
ii
−
+
=
50
10
Keterangan: Ti = Skor baku
X = Data skor untuk masing-masing responden X = Rata-rata skor responden
S = Simpangan baku (standar deviasi)
Sebelum menggunakan skor mentah menjadi skor baku, maka
(52)
:
1)Menyajikan distribusi skor mentah dari variabel penelitian
2)Menentukan skor tertinggi dan skor terendah
3)Menentukan rentang (R), yaitu skor tertinggi (ST) dikurangi skor
terendah (SR) dengan rumus:
4)Menentukan banyaknya kelas interval (bk) dengan menggunakan rumus:
5)Menentukan kelas interval atau panjang kelas interval (P), yaitu rentang
dibagi banyak kelas dengan rumus:
6) Mencari rata-rata
( )
X dengan rumus :7)Mencari simpangan baku (S) dengan rumus:
R = ST - SR
Bk = 1+ (3,3) log n
P = bk
R
∑
∑
=fi xi fi X .
(
)
( )
1
2 2
2
−
−
=
∑
∑
n
n
fixi
fixi
n
S
(53)
8)Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan rumus:
3. Uji Persyaratan Analisis
a) Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui dan
menentukan teknik statistik apa yang akan digunakan pada pengolahan data
selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal maka akan digunakan
statistik parametrik sedangkan apabila penyebarannya tidak normal maka
akan digunakan teknik statistik non parametrik. Rumus yang digunakan
untuk pengujian normalitas distribusi data digunakan Rumus Chi Kuadrat
( )
2 x :Keterangan: 2
X = Chi kuadrat yang harus dicari
fo = Frekuensi hasil pengamatan fe = Frekuensi yang diharapkan
Angka yang ditempuh dalam menggunakan Rumus Chi Kuadrat
Ti = 50+10
−
S X X
(
)
22 =
∑
−i e
f f fo X
(54)
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Membuat tabel distribusi frekuensi untuk memberikan harga-harga yang
digunakan dalam menentukan rentangan, kelas interval, panjang kelas dan
mencari rata-rata/simpangan baku
2) Menentukan batas bawah dan batas atas interval
3) Mencari angka standar (Z) sebagai batas kelas dengan rumus :
Keterangan:
X = Rata-rata distribusi
i
X
= Skor batas kelas distribusi S = Simpangan Baku
4) Mencari luas daerah antara O dengan Z (O-Z) dari tabel distribusi Chi
Kuadrat.
5) Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O – Z kelas
interval.
6) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan cara mengalihkan luas
tiap kelas interval dengan
∑
2f
atau n
7) Mencari frekuensi pengamatan
( )
fo dengan cara mengisikan frekuensi( )
fi tiap kelas interval sesuai bilangan pada tabel distribusi frekuensi.S
X
X
(55)
8) Mencari Chi Kuadrat
( )
X dengan memasukan harga-harga ke dalam rumus :2
2 ( )
i
f fe fo
X =
∑
−9) Menentukan keberartian X dengan cara membandingkan 2 X2hitung
dengan X2tabel dengan kriteria distribusi data dikatakan normal apabila
2
X hitung < X2tabel dan distribusi data dikatakan tidak normal apabila X2
hitung >
2
X tabel.
b) Uji Linieritas
Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya
apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent
membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis regresi
tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265).
Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merumuskan Hipotesis, yaitu:
Ho : hubungan antar variabel berpola tidak linier
Ha : hubungan antar variabel berpola linier
2) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:
∑
Σ − Σ = k E n Y Y JK 2 2 ( )(56)
3) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC), dengan rumus:
4) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC), dengan
rumus:
5) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE), dengan rumus:
1) Mencari Nilai F(hitung), dengan rumus:
2) Mencari Nilai F (tabel), dengan rumus:
8) Menentukan keputusan pengujian linieritas, dengan ketentuan:
Jika, Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti linier,
Jika, Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti tidak
E s
TC
JK
JK
JK
=
Re−
2
−
=
k
JK
RJK
TC TCk
n
JK
RJK
EE
=
−
E TC hitung
RJK
RJK
F
=
) ( , ) ( ) 1(( dkTC dkE tabel
F
(57)
linier (Riduwan, 2007:104).
c) Menguji Hipotesis Penelitian
1) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh pendidikan dan pelatihan (X1) terhadap peningkatan kinerja kepala sekolah (Y).
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan kepala
sekolah dengan Peningkatan kinerja kepala sekolah.
Ha : ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan kepala sekolah
dengan Peningkatan kinerja kepala sekolah.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259
Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat
kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:
Ho: diterima, jika nilai thitung < nilai ttabel dan
) ( ) ( x2 y2
xy rxy
Σ Σ
Σ =
2
1
2
r
n
r
t
−
−
=
(58)
Ha: diterima, jika nilai thitung > ttabel.
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa
tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).
Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:
Keterangan:
Y = Harga variabel Y yang diprediksikan A = Konstanta, apabila harga X = 0
b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan terjadi pada X
X = Harga Variabel X
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
a) Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung
koefisien a dan b dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2009:262) yaitu:
Yˆ = a + bX
( )
(
)
( )(
)
(
2)
( )
2 2∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − = x x n xy x x y a( ) ( )( )
( )
2( )
2∑
∑
∑
∑
∑
−
−
=
x
x
n
y
x
xy
n
b
(59)
b)Menyusun pasangan data untuk variabel X1 dan variabel Y
c) Mencari persamaan untuk koefisien regresi sederhana.
Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari
nilai r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).
2) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh kemampuan manajerial (X2)
terhadap peningkatan kinerja kepala sekolah (Y).
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara kemampuan manajerial kepala sekolah
dengan peningkatan kinerja kepala sekolah.
Ha : ada hubungan antara kemampuan manajerial kepala sekolah
dengan peningkatan kinerja kepala sekolah.Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan rumus:
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259 )
( )
( 2 2
y x
xy rxy
Σ Σ
Σ =
2
1
2
r
n
r
t
−
−
=
(60)
Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat
kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:
Ho: diterima, jika nilai thitung < nilai ttabel dan
Ha: diterima, jika nilai thitung > ttabel.
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa
tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).
Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:
Keterangan:
Y = Harga variabel Y yang diprediksikan A = Konstanta, apabila harga X = 0
b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan terjadi pada X
X = Harga Variabel X
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
d)Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung
koefisien a dan b dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2009:262) yaitu:
Yˆ = a + bX
( )
(
)
( )(
)
(
2)
( )
2 2∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − =
x x
n
xy x x
y a
(1)
Drucker & Hesselbein. (2002). www.en.wikipedia.com. (11 November 2009). Engkoswara (2002). Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Pembudayaan, Cetakan
Pertama, Bandung Yayasan Amal Keluarga,..
Enoch, Jusuf. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Etzioni, amiati (1985). Organisasi-Organisasi Modern, Terj. Suryatim, Jakarta. UI Press
Fattah N.(1999). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya Fulan, Michael. & Suzanne Stigelbever (1999). The New Meaning of Educational Change. New York : Teacher College Press.
_______, (2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Qusraisy.
Frans Johansson. (2004). www.en.wikipedia.com. (11 November 2009).
Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of Educational Change, New York: Teahcer College Press.
Gaynor, Gerrard H. (2002) Innovation by Design, Washington D. C.: Amacom. Gibson, James L., et al, 1996. Organization, Perilaku, Struktur, Proses. Terj.
Nunuk andiarni, Jilid 1 dan 2, Jakarta, Binarupa Aksara.
Goleman, Daniel. (2006). The Socially Intelegent Leader, www. ASCD.org (7 November 2009)
Gupta, Vipin Ian C. MacMillan and Gita surie (2004). Enterprenuerial Leadership: Developing and Measuruing a Cross-cultural Construct Journal of Business Venturing Elsevier Inc., 19 (241-260), www.leadershippreview.org. (11 November 2009).
Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey – Bass.
_______ (2006). Powerful Teacher Education, Lessons from Examplary Programs, San Francisco: Jossey – Bass.
_______, Artur E. Wise, Stephen P. Klein. (1999),. A License to Teach Raising Standards for Teaching. San Francisco: Jossey – Bass.
(2)
_______, John Bransford. (2005). Preparing Teachers for A Changing World What Tachers School Learn and Be Able to do. San Francisco: Jossey – Bass.
Hargreaves, andy. (2003). Teaching in The Knowledge Society, Education in The Age of Insecurity. Phidelphia, Open University Press.
Havelock, Ronald G , Zlotolow , Steve. (1995). The Change Agent’s Guide, 2nd Edition. New Jersey : Educational Technology publications Engelwood Cliffs.
Hessellbein, Francces. et al. (1997). The organization of The future, San Fransisco:Jossey-Bass Publisher
House, Ernest R,. (1974) The Politics of Educational Innovation. McCutchan Publishing Corporation.
Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration 6th Edition, New York, McGraw Hill co.
Ibrahim. (1998). Inovasi Pendidikan, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta
Ingraham, Patricia W. & Heater Getha-Taylor (2004) Leadership in The Public Sector:models and Assumption for Leadership Development in The Federal Government Review of Public Personnel Administration, Vol. 24, No. 2 June 2004 Syracuse University, www.sfsu.edu (11 November 2009).
Jackson, Susan E., et. al. (eds) (2003). Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage. San Fransisco: Jossey-Bass Publisher. John Kao (2005). www.en.wikipedia.com. (11 November 2009).
Jones, Gareth R. (2001). Organizational Theory, Text and Casesi, Prentice Hall, New York.
Kotelnikov, Vadim (2005). Enterprenual Leadership, New Managerial Task in The Era of Rampant Change, www.1000ventures.com (11 November 2009).
Kuratko, Donald F. (2007). Entrepreneurial Leadership in the 21st century: guest editor’s perspective. Journal of Leadership & Organizational Studies www.ezinearticle.com (21 Juli 2009).
(3)
Lavinsky, Dave (2005). Entrepreneurial Leadership, www.ezinearicle.com (,11 November 2009)
Locke, Edwin A., (1997). Esensi Kepemimpinan, Terj. Aris Ananda, Jakarta: Spektrum
Lueccke & Katz. (2003). www.en.wikipedia.com, (21 November 2009)
Lunenburg, Fred C., & Allan C. Ornstein. (2004) Educational Administration. Belmont: Thomson Wadworth.
Luthans, Fred. (2002). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill, Higher Education.
Maslowski, Ralf. (2001). School Culture and School Performance, Ph.D. Thesis, Netherland, University of twente press, www.tup.utwente.nl (2 November 2009.
Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD. Marquardt, Michael J. (2002) Building the Learning Organization, 2nd Edition,
Palo Alto: Davies-Black Publishing, Inc.
Mathis, Robert L., & John H. Jackson. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Terj. Jilid 1 dan 2, Jakarta: Salemba Empat.
McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye on Education Inc.
McShane, Steven L., Mary Ann Von Gilnow (2005). Organzitional Behavior, New York, McGraw Hill
Millan Jamesh Mc., Shumacher Sally, (2001). Research in Education, New York: Longman.
Mintzberg, henry. (1993). Structure in Fives, Designing Effective Organizations, New Jersey : Prentice hall.
Morris, et al. (1962). Becoming an Educator, New York: The McMillan.
Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).
(4)
Murphy, Joseph, & Karen seashore Louis. (1999). Educational Administration. San Francisco : Jossey-Bass.
Nancy Dixon, (http://www.skyme.Com/insights/3lrnorg.html).
Noor, Idris HM. (2000). Sebuah Tinjauan Teoris Tentang Inovasi Pendidikan di Indonesia, Journal Pendidikan dan Kebudayaan, www.depdolnas.go.id. (26 November 2009).
Peterson, Kent. (2002). School Culture, www.smallschoolproject.org (7 November 2009)
Pierce, John L., John W Newstorm (2006). Leader and The Leadership Process, New York, MicGraw Hill.
Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. Pearson Prentice. Rampersad, Hubet K. (2003). Total Performance Scorecard, Redefining
Management to Achieve Performance With Integrity, Wildwood Avenue: Woborn, MA, E;sivier Ltd.
Razik, Taher A., Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concepts of Educational leadership and Management, New Jersey. Prentice Hall. Renchler, Ron. (1992). Student Motivation, School Culture, and Academic
Achievment, www..ERIC.com (15 November 2009).
Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika, untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Riyanti Benedict Prihatin Dwi. (2003). Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Grasindo.
Richard. (http://world.std.com/~loWhyLO.html)
Robinson, Dana Gaines, & James C. Robinson. (1995). Performance Consulting, Moving Beyond Training. San Francisco: Berrett-Kohler Publisher. Rogers, Everett M, (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press. Ruky, Ahmad S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia.
Schermerhorn, John D., James G Hunt, Richard N Osborn (2005). Organiizational Beaviour, John Willey and Son Inc.
(5)
Scheerens Jaap. (2000). Improving School Effectiveness. United Nation Educational, Scientific, & Cultural Organization UNESCO.
Schermerhorn, John D., James G Hunt, Richard N Osborn (2005). Organiizational Beaviour, John Willey and Son Inc.
Schermerhorn, John R., Jr. (1984). Management for Productivity. New York: John Willey & Sons Inc.
Schuler, Randal S., Susan E. Jackson. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, terj. Nurdin Sobari, Jakarta: Erlangga Jilid 1 dan 2.
Senge, Peter M. (1990). The Fifth Disciline, The Art and Practice of The Learning Organization. New York: Doubleday-Dell Publishing Group. Inc.
Sergiovanny, Thomas J., et. al. (eds) Educational Governance and Administration. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Sri Kantaiah, T. Kanti, and Michael E. D. Koenig. (2000). Konwledge Management for the Information Professional. New Jersey, Information Today, Inc.
Stolp, Steven (1994). Leadership for School Culture, ERIC DIGEST No. 91/2004 www.CEPM.org (23 November 2009).
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. _______, (2008). Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. _______, (2009). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta. Surya M. (2003). Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu.
Sutarto, (1980). Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta, Gajahmada University Press.
Sweeney, Paul D., McFarlin, Dean B. (2002). Organizational Behaviour. Soluution for Managemant, New York: McGraw Hill.
Tunggal, Amin Wijaya. (2007). Innovation Management. Jakarta: Hrvarindo. Turner, Jane., Carolyn Crang (1996). Exploring School Culture, How to Turn
Innovation into a Discipline, www.innovationtolls (3 November 2009). Turney, C, (1992). The School Manager. Sydney: Allen & Unwin.
(6)
Umar, Husein. (2002). Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______, (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______, (2003). Metode Riset Perilaku Organisai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______, (2003). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_______, (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
U. S. Department of Education (2004). Innovative Pathways to School Leadership, www.ed.gov (6 November 2009).
Wankat, Philip C., Frank S. Oreovicz, (1993). Teaching Engineering, New York: Mc-Graw Hill.
Werther, William B., Keith Davis. (1993). Human Resources and Personal Management. New York: Mc Graw-Hill.
Whiddet & Hollyforde. (2003). A Practical Guide to Competences, How to Enhance Individual and Organizational. London: Chartred Institute of Personal and Development CIPO House Camp Road.
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Press.
Yukl G. (2007). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.
Zwell Michael. (2000). Creating a Culture of Competence. New York: John Willey & Son, Inc.