KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.
KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH
TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
COBLONG KOTA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Administrasi Pendidikan
Oleh : Helmi Ramlan
0907819
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH
TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
COBLONG KOTA BANDUNG
Oleh : Helmi Ramlan
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Administrasi Pendidikan
© Helmi Ramlan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001
Pembimbing II
Dr. Aan Komariah, M.Pd NIP. 197005241994022001
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
(4)
ii
KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH
Helmi Ramlan 0907819 ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah. Permasalahan penelitian adalah apakah mutu sekolah ditentukan oleh sumbangan kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah, Kinerja Komite Sekolah dan Mutu Sekolah, kemudian menganalisis kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah.
Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method) dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 36 SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung, sampel yang diambil adalah guru yang memahami tata kelola di sekolahnya masing-masing dengan objek penelitian Kepela Sekolah dan Komite Sekolah SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya bahwa: 1) Pelaksanaan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi; 2) Kinerja Komite Sekolah Dasasr Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandungsecara keseluruhan tergolong tinggi; 3) Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung yang telah terlaksana secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi; 4) Kinerja Manajerial Kepala Sekolah berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah dan kontribusinya tergolong tinggi; 5) Kinerja Komite Sekolah berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah dan kontribusinya tinggi; 6) Kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah di SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Rekomendasi penelitian ini adalah dalam kinerja manajerial kepala sekolah hendaknya dapat secara nyata memberikan pengarahan secara langsung kepada pendidik dan tenaga kependidikan disekolahnya dan memberikan motivasi agar setiap pendidik dan tenaga kependidikan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Pada kinerja komite sekolah komite sekolah hendaknya dapat menjadi jembatan dan penyalur aspirasi para pengguna/pelanggan sekolah (orangtua siswa) secara optimal ketika orang tua siswa memberikan masukan atau saran demi mencapai mutu sekolah yang baik dengan cara aktif berkomunikasi dan secara terprogram melaksanakan pertemuan rutin dengan para orang tua siswa.
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
(5)
(6)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C.Tujuan Penelitian ... D.Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Tesis...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A.Kajian Pustaka ... 1. Mutu Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan... 2. Tujuan dan Sasaran Administrasi Pendidikan... 3. Mutu Sekolah dalam Bidang kegiatan Administrasi
Pendidikan ... 4. Mutu Sekolah...
a. Input Sekolah ... b. Proses Sekolah ... c. Output Sekolah ... 5. Pengertian Kinerja ... 6. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 7. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 8. Komite Sekolah Sebagai Wadah Kepedulian Masyarakat
i ii iii v vi 1 1 11 14 15 15 17 17 17 21 23 27 35 38 40 41 43 54
(7)
iv
dalam Peningkatan Mutu Sekolah ... a. Pengertian Komite Sekolah... b. Tujuan Organisasi Komite Sekolah... ... c. Kinerja Komite Sekolah ... d. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 1. Peran Sebagai Badan Pertimbangan ... 2. Peran Sebagai Badan Pendukung ... 3. Peran Sebagai Badan Pengawasan ... 4. Peran Sebagai Badan Pendukung ... B. Kerangka Pemikiran ... C.Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... 3. Sampel Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C.Definisi Operasional ... D.Teknik Pengumpulan Data ... E. Uji Instrumen Penelitian ... 1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas ... 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instumen ... F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... a. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah ... b. Kinerja Komite Sekolah ... c. Mutu Sekolah ... 2. Teknik Analisi Data dan Uji Hipotesis ... B. Pembahasan ... BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 56 56 58 58 60 60 61 62 63 65 67 68 68 68 68 70 70 71 74 76 76 77 78 82 85 85 85 86 89 91 93 95 108 108 109 111 114
(8)
v
(9)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan pendidikan pada level mikro adalah mutu sekolah. Betapa tidak mutu telah menjadi tuntutan pada saat ini oleh berbagai kalangan atau kepentingan baik itu untuk jenis barang maupun jenis jasa. Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung, peserta didik, baju seragam, yang dipakai siswa, halaman sekolah tempat bermain, serta fasilitas belajar yang ada didalamnya, seperti meja, kursi, bangku, lemari dan buku pelajaran. Dikota Bandung permasalahan yang mendasar yaitu kurangnya fasilitas sekolah dasar negeri ini dapat dibuktuikan dengan fenomena yang terjadi di satu komplek sekolah terdapat empat sekolah dasar sehingga ada pembagian sekolah siang dan sore. Serta fasilitas sekolah kurang lengkap seperti fasilitas untuk kegiatan olahraganya hal ini yang bisa menyebabkan mutu sekolah menurun.
Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan bahwa pendidikan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dan oleh karena itu penjaminan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama ketiga unsur tersebut. Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu, untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu dan menjamin mutu pendidikan nasional pemerintah secara resmi telah mengeluarkan suatu peraturan tentang standar nasional pendidikan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, kemudian sebagai pelaksanaan dari pasal 38 ayat (5) PP No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,
(10)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemerintah juga secara resmi menetapkan permendiknas No.13 pada tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah.
Sekolah yang baik tentu saja sekolah yang bermutu. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui keberhasilan lulusan dan merasa puas. Mutu bermanfaat bagi dunia pendidikan karena: 1) meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah, 2) menjamin mutu lulusannya, 3) bekerja lebih profesional, dan 4) meningkatkan persaingan yang sehat.
Sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 pada Pasal 4 : Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan manusia dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-kurangnya: mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian; kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional, serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi, dan minat masing-masing; muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan; kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan; tingkat kemandirian serta daya saing, dan kemampuan untuk menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu mutu sekolah. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu sekolah.
(11)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah yang bermutu senantiasa berupaya memberikan layanan pendidikan secara proporsional berlandaskan rasa keadilan, didukung kerjasama yang kuat dari seluruh stakeholder untuk memberdayakan potensi-potensi lokal secara optimal, dalam rangka menampilkan program unggulan sekolahnya. Apabila infrastruktur desentralisasi sudah disiapkan, secara potensi sumber daya sudah dimanfaatkan secara optimal, maka pada gilirannya nanti dapat mendorong terwujudnya satuan pendidikan yang bermutu.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya wadah bertemunya guru dan murid melainkan berada pada satu tatanan yang kompleks dan saling terkait, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta mandiri. Permasalahan pendidikan saat sekarang ini masih menjadi polemik dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar, hal ini dapat dilihat dari rendahnya mutu pendidikan saat sekarang ini. Berbagai upaya pemerintah dalam mengurangi permasalahan tersebut telah mengadakan perbaikan melalui sistem pengelolaan pendidikan, penyediaan dan perbaikan sarana prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah, bahkan pemerintah berupaya untuk tidak membebani rakyat melalui bantuan operasional sekolah pada tingkat pendidikan dasar. Namun belum bisa dijadikan solusi dalam pengentasan permasalahan tersebut. Berikut ini tabel hasil rata-rata Ujian Nasional (UN) Kota Bandung dan Kecamatan Coblong Kota Bandung yang merupakan salah satu penentuan kriteria mutu
Gambar 1.1
Rata-rata Ujian Nasional
(12)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung
Dalam kaitan dengan dunia persekolahan, tujuan utamanya adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starrat, dalam Rohiat (2008) bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak. Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan SDM personal sekolah maupun peserta didiknya. Sekolah harus memiliki kinerja yang dapat menunjukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan secara keseluruhan.
Standar mutu sekolah terdiri dari (1) Nilai-nilai dan misi; (2) Tata laksana dan kepemimpinan; (3) Kurikulum; (4) Pengajaran; (5) Penilaian dan Evaluasi; (6) Sumber daya; (7) Layanan pendukung pembelajaran; (8) Komunikasi dan Jalinan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan; (9) Kemasyarakatan; dan (10) Peningkatan mutu secara berkelanjutan. Standar mutu kepala sekolah terdiri dari enam standar; dan standar mutu pengawas sekolah terdiri dari standar (1) Visi pendidikan; (2) Budaya sekolah; (3) Manajemen; (4) Komunikasi dan Kolaborasi dengan masyarakat; (5) Sikap Keteladanan, Kejujuran, Keadilan, dan Etika
Kota Bandung 19
20 21 22 23
2009/2010
2010/2011
2011/2012
N
il
a
i
U
N
2009/2010 2010/2011 2011/2012
Kota Bandung 20.97 21.28 22.59
(13)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Profesi; (6) Lingkungan Politik, Sosial, Hukum, Ekonomi, dan Budaya; (7) Program Instruksional; dan (8) Implementasi Kebijakan, menurut Dr. Abi Sujak (2:2006).
Dalam penelitian ini penulis mengambil indikator mutu sekolah yaitu kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan kemasyarakatan yang merupakan peranan dari komite sekolah. Indikator tersebut diambil karena kedua hal tersebut merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya mutu sekolah yang baik yang dapat meningkatkan kinerja sekolah. Mutu sekolah juga dapat dilihat dari hasil akreditasi sekolah yang dilakukan oleh tim asesor.
Berikut adalah data akreditasi Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Coblong Kota Bandung :
Tabel 1.1
Data Akreditasi Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung
NO Nama Sekolah Akreditasi
1 SDN. Coblong 1 B
2 SDN. Coblong 2 B
3 SDN. Coblong 3 A
4 SDN. Coblong 6 B
5 SDN. Coblong 4 B
6 SDN. Coblong 5 B
7 SDN. Cisitu 1 A
8 SDN. Cisitu 2 A
9 SDN. Cipaganti 2 B
10 SDN. Cipaganti 4 B
(14)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung
12 SDN. Cihampelas 1 B
13 SDN. Cihampelas 3 B
14 SDN. Neglasari 1 A
15 SDN. Neglasari 2 B
16 SDN. Neglasari 3 B
17 SDN. Langensari 1 B
18 SDN. Senanggalih B
19 SDN. Neglasari 2 A
20 SDN. Neglasari 5 A
21 SDN. Neglasari 4 C
22 SDN. Tilil 1 A
23 SDN. Tilil 2 B
24 SDN. Tilil 3 A
25 SDN. Tilil 4 A
NO Nama Sekolah Akreditasi
26 SDN. Tikukur 1 B
27 SDN. Tikukur 2 B
28 SDN. Tikukur 3 B
29 SDN. Tikukur 4 A
30 SDN. Tikukur 5 A
31 SDN. Haurpancuh 1 B
32 SDN. Haurpancuh 2 B
33 SDN. Haurpancuh 3 B
34 SDN. Haurpancuh 4 B
35 SDN. Sekeloa 1 B
(15)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah. Keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga bukan oleh kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang megah, juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi yang dibangun dari semua elemen sekolah. Kinerja berhubungan erat dengan pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada sasaran organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak manajemen untuk merumuskan kinerja. Untuk menilai keberhasilan kinerja sekolah diperlukan prosedur dan mekanisme yang sistematik dan dapat dijadikan dasar untuk mengungkap seberapa besar hasilnya untuk mencapai mutu sekolah. Adapun komponen yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah kualitas input, kualitas proses dan kualitas output. Karena itu kinerja sekolah merupakan hasil kerja seluruh personal sekolah yang dilakukan secara menyeluruh.
Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah pada umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya, jika elemen-elemen yang disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka ada masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan peningkatan hasil belajar siswa pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental input), dalam sistem tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah pentingnya, yakni masukan lingkungan (environmental input) yang antara lain adalah kondisi sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah. Dalam konteks ini, faktor manajemen juga memegang peranan yang amat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah serta elemen pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem (Suparlan, 2005: 61).
Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan dalam manajemen sekolah untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
(16)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah secara menyeluruh. Sejalan dengan semangat tersebut, sudah sepantasnyalah kalau segala keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Dalam MBS ini sekolah ditempatkan sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus memiliki komite sekolah sebagai unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis manajemen.
Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan. Komite Sekolah tidak semata-mata dibentuk atas dasar formalitas belaka, melainkan memang diberdayakan memberikan sumbang saran, pendapat, kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan. Luasnya peran Komite Sekolah tidak dimaksudkan untuk mengurangi wibawa guru dan kepala sekolah. Justru porsi peran yang berbeda memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah dan Komite Sekolah.
Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui peningkatan kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola sumber daya sekolah, penyederhanaan birokrasi, dan mempererat partisipasi masyarakat. Upaya tersebut diharapkan mampu mendorong kemajuan sekolah tanpa meninggalkan nilai-nilai setempat. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memperluas basis mitra sekolah, yang semula hanya berbasis struktural dari pusat ke daerah. Dalam konteks yang sama, Komite Sekolah harus mampu menjadi mitra sekolah agar dikelola dengan manajemen yang terbuka dan transparan. Orang tua siswa mendapatkan penjelasan tentang penggunaan dana sekolah. Kepala Sekolah sangat tertutup dan takut mengalokasikan dana, atau pihak sekolah sudah terlanjur bekerja dengan kebiasaan lama yaitu mengalokasikan dana untuk berbagai macam keperluan tanpa sepengetahuan komite sekolah sehingga sekolah memerlukan komite sekolah sebagai tameng. Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa bukan dalam rangka membicarakan masalah perbaikan kualitas pendidikan.
(17)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melainkan untuk kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga rapat komite sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana. Hal ini tidak perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar berperan sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Untuk itu perlu ditegakkan sistem perekrutan personal komite sekolah yang proporsional, profesional, dan kompeten.
Komite Sekolah berkepribadian independen, namun punya semangat tinggi untuk menjalin kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan sekolah. Mengingat peran dan fungsi strategisnya, baik komite maupun pihak sekolah harus sama-sama proaktif menunjukkan peran dan fungsinya dengan maksimal. Kinerja komite sekolah yang baik akan menjadikan proses pendidikan yang terbuka dan otonom mengarah pada pencapaian kinerja sekolah yang baik.
Komite sekolah diharapkan mampu menjadi mitra dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki perilaku manajerial organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai kinerja sekolah adalah kepemimpinan dalam pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya secara profesional. Dengan adanya desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen berbasis sekolah (MBS) peran kepala sekolah mulai berubah. Apalagi komite sekolah mulai berperan penting dalam pengelolaan
sekolah. Menurut Managing Basic Education “Kepala sekolah mempunyai dua
peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen” . Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi memberikan kepada kepala sekolah kesempatan
(18)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang lebih besar untuk menerapkan perilaku manajerial dengan lebih baik untuk mencapai kinerja sekolah. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi mitra dari pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru dan masyarakat dalam menangani permasalahan-permasalahan pendidikan. Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PAKEM, memimpin pertemuan informal dengan para guru, untuk menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi, menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah.
Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (1) manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat; (2) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (3) terbuka dan mendukung inovasi. Di lain pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang lain, mengunjungi dan memonitor guru ke kelas, atau memimpin rapat formal dengan komite dan orang tua murid lebih sering dari kebiasaan selama ini, yakni sebulan sekali, atau satu semester sekali. Lebih lanjut, kepala sekolah yang lebih terbuka mengakui bahwa para guru mereka juga mengalami kendala untuk mengubah perilaku/kinerjanya di kelas daripada mengatakan bahwa guru mereka tidak responsif, melakukan usaha-usaha positif, untuk membantu guru mengatasi ketakutan mereka. Para guru dan anggota komite melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran mereka sendiri di dalam sekolah. Sejalan dengan itu, anggota komite membuat daftar fungsi- fungsi itu sebagai bagian dari peran kepala sekolah dalam pertemuan komite, yakni memiliki peran sebagai: badan pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator agency).
(19)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemahaman ini tidak salah, karena memang itulah yang dapat dilihat oleh mata dalam bentuk wujud fisik sekolah. Namun demikian, sebutan kepada lembaga yang bernama sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, bukanlah apa yang hanya terlihat oleh mata biasa secara fisik saja. Melainkan di dalam apa yang disebut sekolah terdapat banyak kegiatan manusia yang tidak terlihat mata secara fisik, tapi sangat mempengaruhi corak dan bentuk sekolah yang berpredikat sekolah sebagai lembaga pendidikan yang baik atau buruk. Yaitu bermacam-macam aktivitas yang diselenggarakan di dalamnya, seperti penerimaan siswa baru, orientasi pembelajaran, pengelompokan siswa, pendidikan dan pembelajaran, evaluasi, kepemimpinan, pembinaan, pengawasan, mutu belajar mengajar, kurikulum, perencanaan, komunikasi interaksi, pembiayaan, rapat sekolah, ujian/UAN, disiplin, penghargaan sampai pada lulusannya yang dibanggakan masyarakat.
Sebagai suatu sistem, sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses, dan output. Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan. Oleh karena itu, harus disadari bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya. Dengan demikian, berfikir sistem berarti tidak memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain.
Ketidakmampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah serta komite sekolah yang partisipasi dan perhatiannya masih kurang dapat dipastikan akan berdampak pada mutu sekolah. oleh karena itu maka perlu kiranya diadakan sebuah penelitian mengenai “ Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
(20)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Menajemen sekolah dengan rancangan MBS dipandang berhasil jika mampu mengangkat derajat mutu proses dan produk pendidikan dan pembelajaran. Dalam pengertian umum, mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti Kepala Sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentranformasikan berbagai jenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain-lain dari subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan. Manajemen sekolah dan manajemen kelas berfungsi menyingkronkan berbagai masukan tersebut atau menyinergikan semua komponen dalam interaksi belajar dan mengajar. Semua komponen itu bersinergi mendukung proses pembelajaran
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
(21)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan akademikdinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa selama mengikutiprogram ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu, mutu luaran juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama menjalani pendidikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Menurut Glendale Union Highschool (GUHS), Taylor (Tola dan Furqon, 2002:19) sekolah yang bermutu bercirikan ada gambar berikut :
Gambar 1.2
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Sekolah
Mutu
Sekolah
Tujuan sekolah dinyatakan
secara
Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi
siswa untuk Pelaksanaan
kepemimpinan
Ekpetasi guru dan
staf Sumber
Daya
Ada kerjasama kemitraan antara
sekolah, orangtua dan
masyarakat Kemajuan
siswa sering dimonitor
Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan
aktifitas yang esensial Komitmen yang
tinggi dari SDM sekolah terhadap
(22)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Glendale Union Highschool (GUHS), Taylor (Tola dan Furqon, 2002:19) Kajian realitas di lapangan telah memunculkan berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja guru. Dari banyaknya variabel, maka Penulis mengidentifikasi dua variabel yang diduga mempengaruhi mutu sekolah yaitu : (1) kinerja manajerial kepala sekolah dan (2) Kinerja Komite Sekolah.
Kinerja manajerial kepala sekolah merupakan unjuk kerja kepala sekolah dan pendayagunaan kemampuan kepala sekolah atas apa yang telah direncanakan dan mengawasi serta mengevaluasi apa yang telah diaktualisasikan. Sebagaimana menurut Hunsaker (2001 :37) menjelaskan bahwa “kinerja manajerial kepala sekolah adalah petunjuk teknis pemimpin pendidikan sebagai manajer guna memperoleh tujuan organisasi yang efektif dan berkualitas.” Kinerja manajerial seorang pemimpin ataupun di dalam suatu organisasi apapun wajib dilaksanakan secara optimal agar langkah organisasi akan berjalan sebagaimana yang telah dirancang sebelumnya.
Di dalam ruang lingkup organisasi persekolahan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin di satuan lembaga pendidikan perlu merancang sistem organisasi persekolahan secara terstruktur didasari dari posisinya sebagai manajer dan kemampuannya dalam bidang manajerial yang dilakukan secara sinergis bersama seluruh stakeholder yang terlibat didalamnya.
Komite Sekolah menurut Kepmendiknas nomor 044/U/2002 “Lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua / wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.” Peran aktif Komite sekolah diperlukan untuk memberikan dukungan (supporting agency) atas kelancaran manajemen sekolah dan memenuhi kebutuhan sekolah meningkatkan kualitas layanan belajar, pertimbangan pengambilan keputusan, pengawasan manajemen sekolah, mediator antara pemerintah dengan masyarakat dan lainnya secara transparan dan demokratis dengan etika yang kuat.
(23)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu, untuk menjaga dan meningkatkan mutu sekolah kedua variabel, yaitu (1) kinerja manajerial kepala sekolah dan (2) kinerja komite sekolah penting untuk diperhatikan.
Masalah yang menjadi rumusan utama yaitu “Bagaimana pengaruh Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Mutu
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?.” Adapun rincian
rumusan masalah diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kinerja Manajerial Kepala Sekolah SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
2. Bagaimana Kinerja Komite Sekolah SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
3. Bagaimana Mutu Sekolah SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
4. Bagaimana kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
5. Bagaimana kontribusi Kinerja Komite Sekolah terhadap Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
6. Bagaimana kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Manajerial terhadap Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Manajerial terhadap Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
(24)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Pelaksanaan kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
b. Pelaksanaan kinerja komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
c. Mutu sekolah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung. d. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah terhadap mutu
sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung. e. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah pada
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
f. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menggungkap tentang pelaksanaan kinerja manajerial kepala sekolah yang ada di sekolah dan kinerja komite sekolah yang sehingga diharapkan berdampak baik terhadap mutu sekolah serta hubungan antara ketiga variabel tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat di jadikan sebagai sarana untuk memperkaya dan melengkapi bahan bacaan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang sampai saat ini jauh dari harapan berbagai pihak.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para kepala sekolah dan komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung agar semakin termotivasi untuk terus meningkatkan mutu sekolahnya, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SD Negeri untuk meningkatkan kemampuan kinerja manajerialnya
(25)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab. Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.
Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.
Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
(26)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Coblong Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
2. Subjek Populasi
Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian. Menurut Sudjana (1997: 66):
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitas mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.
Menurut Sugiyono (2012:80) bahwa “Populasi adalah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan diambil kesimpulan”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa populasi dapat berupa orang, peristiwa, atau objek. Populasi dalam penelitian ini adalah berupa orang. Subjek penelitiannya yaitu sebanyak 36 sekolah dasar negeri. Berikut ini tabel jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Coblong Kota Bandung :
Tabel 3.1
Tabel Data Sekolah Dasar
NO Nama Sekolah Jumlah Kepala
Sekolah
Jumlah Komite Sekolah
1 SDN. Coblong 1 1 Orang 1 Orang
2 SDN. Coblong 2 1 Orang 1 Orang
3 SDN. Coblong 3 1 Orang 1 Orang
4 SDN. Coblong 6 1 Orang 1 Orang
(27)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 SDN. Coblong 5 1 Orang 1 Orang
No Nama Sekolah Jumlah Kepala
Sekolah
Jumlah Komite Sekolah
7 SDN. Cisitu 1 1 Orang 1 Orang
8 SDN. Cisitu 2 1 Orang 1 Orang
9 SDN. Cipaganti 2 1 Orang 1 Orang
10 SDN. Cipaganti 4 1 Orang 1 Orang
11 SDN. Pelesiran 1 1 Orang 1 Orang
12 SDN. Cihampelas 1 1 Orang 1 Orang
13 SDN. Cihampelas 3 1 Orang 1 Orang
14 SDN. Neglasari 1 1 Orang 1 Orang
15 SDN. Neglasari 2 1 Orang 1 Orang
16 SDN. Neglasari 3 1 Orang 1 Orang
17 SDN. Langensari 1 1 Orang 1 Orang
18 SDN. Senanggalih 1 Orang 1 Orang
19 SDN. Neglasari 2 1 Orang 1 Orang
20 SDN. Neglasari 5 1 Orang 1 Orang
21 SDN. Neglasari 4 1 Orang 1 Orang
22 SDN. Tilil 1 1 Orang 1 Orang
23 SDN. Tilil 2 1 Orang 1 Orang
24 SDN. Tilil 3 1 Orang 1 Orang
25 SDN. Tilil 4 1 Orang 1 Orang
26 SDN. Tikukur 1 1 Orang 1 Orang
27 SDN. Tikukur 2 1 Orang 1 Orang
28 SDN. Tikukur 3 1 Orang 1 Orang
29 SDN. Tikukur 4 1 Orang 1 Orang
30 SDN. Tikukur 5 1 Orang 1 Orang
31 SDN. Haurpancuh 1 1 Orang 1 Orang
32 SDN. Haurpancuh 2 1 Orang 1 Orang
33 SDN. Haurpancuh 3 1 Orang 1 Orang
(28)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35 SDN. Sekeloa 1 1 Orang 1 Orang
36 SDN. Sekeloa 2 1 Orang 1 Orang
Penelitian ini menggunakan teknik kuisioner untuk mengungkapkan Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah di Kecamatan Coblong. Subjek penelitiannya yaitu sebanyak 36 Sekolah Dasar.
3. Sampel Penelitian
Pengertian sampel menurut Riduwan (2010:56) mengatakan
bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka sampel yang diambil semuanya yaitu sebanyak 36 guru yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat karena disini penting untuk menilai kesubjektifan dari penelitian ini dan guru tersebut dianggap mengetahui tugas manajerial kepala sekolah dan mengetahui tugas yang dilakukan oleh komite sekolah.
B. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method). Pendekatan kuantitatif melalui korelasi sederhana dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar variabel manajerial kepala sekolah (X1), komite sekolah (X2)
(29)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah dan komite sekolah se-Kecamatan Coblong Kota Bandung. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket.
Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat. Sugiyono (2009:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris, asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua tersebut, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Nasir. (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yaitu :
1. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah adalah unjuk kerja kepala sekolah yang dilandasi kompetensi kepala sekolah dalam rancangan
(30)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan pengevaluasian untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan sekolah
2. Kinerja Komite Sekolah adalah unjuk kerja komponen penyeimbang yang terdiri dari orangtua siswa, tokoh dan komunias pemerhati pendidikan yang sekaligus partner sekolah sesuai fungsinya sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengawasan, dan badan penghubung untuk mewujudkan tujuan pengelolaan pendidikan di sekolah yang berkualitas / bermutu
3. Mutu Sekolah adalah standar kualitas seluruh komponen sekolah yang dicapai secara optimal dan terukur dalam prestasi sekolah secara akademik maupun non akademik
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator
Sumber
Data Skala
No Kuisio ner Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X1) unjuk kerja kepala sekolah yang dilandasi kompetensi kepala sekolah dalam rancangan perencanaan, pengorganisa sian, pelaksanaan, pengontrolan, dan
Planning 1. Menyusun perencanaan Regulasi Sekolah
Guru Interval 1, 2 2. Mengelola
pengembangan kurikulum
Interval 3, 4
3. Mengelola Waktu (schedule Program sekolah)
Interval 5
Organizing 1. Mengelola pengembangan individu
Interval 6
2. Mengembangkan organisasi/sekolah
Interval 7,8 3. Mengkoordinasi
kontribusi dari individu dan kelompok
Interval 9,10
4. mengelola teknologi informasi
Interval 11, 12
(31)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengevaluasi an untuk mendayaguna kan segala sumber yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan sekolah
dan iklim sekolah
2. Mengelola kesiswaan Interval 14.15
3. Mengelola sarana dan prasarana
Interval 16 4. Memberdayakan
Sumberdaya Sekolah
Interval 17,18
5. Mengelola humas Interval 19, 20
6. Mengelola keuangan Interval 21, 22
7. Mengelola unit layanan khusus kelembagaan
Interval 23, 24 8. Mengelola guru, staff
dan
mengkoordinasikannya
Interval 25
Controlling 1. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan
Interval 26 2. Laporan Akuntabilitas
Sekolah
Interval 28
Kinerja Komite Sekolah (X2) unjuk kerja komponen penyeimbang yang terdiri dari orangtua siswa, tokoh dan komunias pemerhati pendidikan yang sekaligus partner sekolah untuk mewujudkan tujuan pengelolaan pendidikan di sekolah yang berkualitas / bermutu Sebagai badan pertimbangan (Advisory agency)
Berperan aktif dalam penyusunan
Perencanaan sekolah
Guru Interval 1,2,3
Pelaksanaan program: kurikulum, PBM, dan penilaian
Interval 4
Pengelolaan sumberdaya pendidikan;
SDM, SDP, dan anggaran.
Interval 5,6,7
Sebagai badan pendukung (supporting agency) Mendukung pengelolaan sumber daya sekolah
Interval 8,9
Mendukung pengelolaan sarana dan prasarana
Interval 10,11, 12 Mendukung pengelolaan
anggaran
Interval 13,14, 15 Sebagai badan pengawasan (controlling agency) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
Interval 16
Memantau pelaksanaan program
Sekolah
Interval 17,18
Memantau output pendidikan
Interval 19 Sebagai
badan
Penghubung dalam
perencanaan pendidikan di
Interval 20,21, 22
(32)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penghubung (mediator agency) sekolah Penghubung dalam pelaksanaan program sekolah
Interval 23,24, 25,26 Penghubung dalam
pengelolaan sumber daya pendidikan
Interval 27,28, 29 Mutu Sekolah Variabel (Y) standar kualitas seluruh komponen sekolah yang dicapai secara optimal dan terukur dalam prestasi sekolah secara akademik maupun non akademik
Input 1. SDM Kepala Sekolah, Pendidik & Tenaga Kependidikan
Guru Interval 1-8
2. Optimalisasi Sarana dan Prasarana
Interval 9-15 3. Kepemimpinan yang
kuat
Interval 16-17 4. Perencanaan Anggaran
yang ideal
Interval 18-19 5. Kultur/iklim sekolah
yang kondusif
Interval 20-21 Proses 6. Proses Belajar
Mengajar (PAIKEM)
Interval 22-24 7. Motivasi, minat,
pemberdayaan peserta didik melalui
ekstrakurikuler yang aktif dan produktif
Interval 25-27
Output 8. Kompetensi Lulusan Tinggi
Interval 28-29 9. Tingginya nilai
akademik dan non akademik lulusan
Interval 30-32
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan untuk kepentingan merupakan suatu proses pengadaan untuk kepentingan penelitian. Data yang telah terkumpul digunakan unruk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan dana yang dipergunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan, yaitu menyebarkan kuisioner dilokasi penelitian guna mendapatkan data primer. Kuisioner yang disebarkan kepada responden dibuat berdasarkan skala likert yang berisi sejumlah pertanyaan yang menyatakan objek yang hendak diungkap.
(33)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka penelitian ini menggunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.
1. Teknik Angket
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 36 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan atau pernyataan – pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam angket tersebut.
Akdon (2005:131) menyatakan bahwa:
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data yang diperoleh dari responden bisa berupa apa yang diketahui, apa yang disukai, apa yang dirasakan, atau dipikirkan, apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan.
Sugiyono (2012:162) menjelaskan bahwa, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pernyataan dalam Kuesioner disusun dengan alternative jawaban Skala Likert lima point. Kuesioner dikembangkan berdasarkan indikator masing-masing
(34)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel penelitian. Masing-masing jawaban dari 5 alternatif jawaban yang tersedia dan diberi bobot nilai seperti pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Skor Jawaban Responden
No. Jawaban Responden Skor
Bulir (+) Bulir (-)
1. Sangat baik 5 1
2. Baik 4 2
3. Cukup Baik 3 3
4. Kurang Baik 2 4
5. Tidak Baik 1 5
Langkah awal dari penggunaan angket ini dilakukan uji coba terhadap alat penelitian yang berupa kuisioner yang merupakan penjabaran dari setiap variabel-variabel penelitian. Keberhasilan suatu penelitian tergantung dari alat pengumpulan data yaitu instrument yang digunakan, sehingga instrument penelitian dapat menghasilkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis penelitian. Instrumen sebagai alat pengukur variabel penelitian harus memenuhi syarat utama yaitu valid (shahih) dan reliable (dapat dipercaya) sehingga pengukuran yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah
3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi
5 = Sangat Baik/Selalu/ sangat setuju/ sangat tinggi E. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Pengukuran validitas menunjukan kemampuan instrumen penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur . Instrument yang
(35)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
valid harus memiliki validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki validitas internal atau rasional bila kriteria yang ada dalam instrument secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrument disusun berdasarkan fakta empiris yang telah ada (Sugiyono, 2009 123)
Uji validitas menurut Saifuddin Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008: 94-95) adalah untuk mengetahui ketepatan instrument penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Merujuk pada skala Likert lima point, maka uji validitas pada tesis ini digunakan analisi korelasi item-total dikoreksi (corrected item total correlation) alasannya dengan jumlah item kurang dari 30 dan validitas digunakan koefesien korelasi item total, hasilnya diperoleh besaran koefisien korelasi yang cenderung ovekinkan terjadi karena pengaruh spurious overlap, yaitu adanya tumpang eksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dan skor total. Penggunaan analisis korelasi item-total dikoreksi didefinisikan sebagai berikut :
√[ ]
Dimana :
= Koefisien korelasi item-total
= simpangan baku skor setiap item pertanyaan = simpangan baku skor total
Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran koefesien item total korelasi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item menurut Saifuddin Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008: 96) . Artinya semua item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total korelasi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan item tersebut tidak valid Kusnendi (2008: 95-96).
(36)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui ketepatan nilai angket artinya isntrumen penelitian dapat dipercaya bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun pada waktu yang berbeda, maka hasilnya akan sama. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96).
Untuk menguji reliabilitas instrument, digunakan rumus Alpha dengan alasan bahwa instrumen dirancang berskala 1-5. Rumusnya adalah sebagai berikut
( ) ∑ Dimana :
= Nilai realibilitas
∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
= jumlah item
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :
∑ ∑
Dimana :
= varians skors tiap-tiap item
∑ = jumlah kuadrat item Xi
∑ = jumlah item Xi dikuadratkan = Jumlah responden
2. Menjumlahkan varians semua item dengan rumus : ∑ 3. Menghitung varians total dengan rumus :
(37)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Masukan nilai alpha dengan rumus :
∑
5. Mengkonsultasikan nilai r dengan r product moment untuk mengetahui apakah instrument angket yang digunakan reliable atau tidak. Apabila :
1. >
2.
3. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
a). Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan sampel dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah diperoleh kesimpulan bahwa ke-27 item tersebut valid semuanya. Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) untuk mengetahui apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96). Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah memiliki tingkat reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.958.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
(38)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ket r hitung r tabel Ket
No. item 1 0.503 0.3 Valid
0.958 0.7 Reliabel No. item 2 0.532 0.3 Valid
No. item 3 0.858 0.3 Valid No. item 4 0.817 0.3 Valid No. item 5 0.740 0.3 Valid No. item 6 0.731 0.3 Valid No. item 7 0.855 0.3 Valid No. item 8 0.753 0.3 Valid No. item 9 0.793 0.3 Valid No. item 10 0.770 0.3 Valid No. item 11 0.777 0.3 Valid No. item 12 0.674 0.3 Valid No. item 13 0.586 0.3 Valid No. item 14 0.624 0.3 Valid No. item 15 0.619 0.3 Valid No. item 16 0.582 0.3 Valid No. item 17 0.551 0.3 Valid No. item 18 0.703 0.3 Valid No. item 19 0.690 0.3 Valid No. item 20 0.617 0.3 Valid No. item 21 0.747 0.3 Valid No. item 22 0.513 0.3 Valid No. item 23 0.481 0.3 Valid No. item 24 0.632 0.3 Valid No. item 25 0.589 0.3 Valid No. item 26 0.503 0.3 Valid No. item 27 0.610 0.3 Valid
b). Kinerja Komite Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan sampel dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah diperoleh kesimpulan bahwa ke-29 item soal no 1, 3 dan 29 tidak valid maka oleh peneliti item soal tersebut dibuang tanpa diganti oleh item yang baru karena telah diwakili item soal yang lain yang mewakili indikatornya. Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) untuk mengetahui apakah data yang telah dihasilkan
(39)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96). Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah memiliki tingkat reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.938. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Komite Sekolah
Item Validitas Reliabilitas
ket r hitung r table Ket
No. item 1 0.203 0.3 Tidak Valid
0.933 0.7 Reliabel No. item 2 0.399 0.3 Valid
No. item 3 0.062 0.3 Tidak Valid No. item 4 0.765 0.3 Valid No. item 5 0.596 0.3 Valid No. item 6 0.662 0.3 Valid No. item 7 0.656 0.3 Valid No. item 8 0.733 0.3 Valid No. item 9 0.751 0.3 Valid No. item 10 0.818 0.3 Valid No. item 11 0.744 0.3 Valid No. item 12 0.764 0.3 Valid No. item 13 0.600 0.3 Valid No. item 14 0.473 0.3 Valid No. item 15 0.509 0.3 Valid No. item 16 0.493 0.3 Valid No. item 17 0.469 0.3 Valid No. item 18 0.485 0.3 Valid No. item 19 0.679 0.3 Valid No. item 20 0.623 0.3 Valid No. item 21 0.561 0.3 Valid No. item 22 0.779 0.3 Valid No. item 23 0.391 0.3 Valid No. item 24 0.423 0.3 Valid No. item 25 0.584 0.3 Valid
(40)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. item 26 0.545 0.3 Valid No. item 27 0.501 0.3 Valid No. item 28 0.605 0.3 Valid No. item 29 0.130 0.3 Tidak Valid
c). Mutu Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan sampel dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah diperoleh kesimpulan bahwa ke-32 item soal no 21 dan 32 tidak valid maka oleh peneliti item soal tersebut dibuang tanpa diganti oleh item yang baru karena telah diwakili item soal yang lain yang mewakili indikatornya. Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) untuk mengetahui apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96). Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah memiliki tingkat reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.966. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumens Mutu Sekolah
Item Validitas Reliabilitas
ket r hitung r table Ket
No. item 1 0,876 0.3 Valid No. item 2 0,760 0.3 Valid No. item 3 0,723 0.3 Valid No. item 4 0,843 0.3 Valid No. item 5 0,721 0.3 Valid No. item 6 0,730 0.3 Valid No. item 7 0,895 0.3 Valid No. item 8 0,841 0.3 Valid No. item 9 0,783 0.3 Valid
(41)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. item 10 0,852 0.3 Valid
0.990 0.7 Reliabel No. item 11 0,630 0.3 Valid
No. item 12 0,850 0.3 Valid No. item 13 0,807 0.3 Valid No. item 14 0,873 0.3 Valid No. item 15 0,867 0.3 Valid No. item 16 0,740 0.3 Valid No. item 17 0,869 0.3 Valid No. item 18 0,775 0.3 Valid No. item 19 0,680 0.3 Valid No. item 20 0,941 0.3 Valid No. item 21 0,853 0.3 Valid No. item 22 0,873 0.3 Valid No. item 23 0,745 0.3 Valid No. item 24 0,869 0.3 Valid No. item 25 0,825 0.3 Valid No. item 26 0,842 0.3 Valid No. item 27 0,591 0.3 Valid No. item 28 0,656 0.3 Valid No. item 29 0,683 0.3 Valid No. item 30 0,841 0.3 Valid No. item 31 0,876 0.3 Valid No. item 32 0,760 0.3 Valid No. item 33 0,723 0.3 Valid No. item 34 0,843 0.3 Valid No. item 35 0,721 0.3 Valid No. item 36 0,730 0.3 Valid No. item 37 0,895 0.3 Valid No. item 38 0,841 0.3 Valid No. item 39 0,783 0.3 Valid No. item 40 0,852 0.3 Valid No. item 41 0,630 0.3 Valid No. item 42 0,850 0.3 Valid No. item 43 0,807 0.3 Valid No. item 44 0,873 0.3 Valid No. item 45 0,867 0.3 Valid No. item 46 0,740 0.3 Valid
(42)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. item 47 0,869 0.3 Valid No. item 48 0,775 0.3 Valid No. item 49 0,680 0.3 Valid No. item 50 0,941 0.3 Valid No. item 51 0,853 0.3 Valid No. item 52 0,873 0.3 Valid No. item 53 0,745 0.3 Valid No. item 54 0,869 0.3 Valid No. item 55 0,825 0.3 Valid No. item 56 0,842 0.3 Valid No. item 57 0,591 0.3 Valid No. item 58 0,656 0.3 Valid No. item 59 0,683 0.3 Valid No. item 60 0,841 0.3 Valid
F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Data yang terkumpul dari kuisioner diolah dan dikelompokan, melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Jawaban kuisioner tertutup menggunakan skala ordinal
2. Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel Xi, X2 dan variabel dependen Y.
3. Penerapan data pada pendekatan penelitian, yaitu data hasil tabulasi diterapkan pada pendekatan penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Untuk kualitas informasi laporan keuangan, motivasi dan kompetensi manajerial, pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban responden terhadap setiap butir pernyataan.
5. Untuk melihat hasil penelitian yang ada dalam kuisioner responden apakah positif atau negative terhadap pelaksanaan variabel yang diteliti digunakan skala likert summated rating.
(43)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data secara deskriptif digunakan bantuan tabel dalam bentuk jumlah dan prensentase dengan ketentuan pembobotan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui klasifikasi keberadaan dari masing-masing variable penelitian.
2. Analisis Regresi
Untuk mengukur besarnya pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung dan memprediksi variable tergantung dengan menggunakan variable bebas. Analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan atau variable yang disebut sebagai variable yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variable yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variable tergantung dan variable kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linier berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.
Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Jika analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan dua variabel ; maka analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung serta memprediksi nilai variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Dalam analisis regresi variabel bebas berfungsi untuk menerangkan (explanatory) sedang variabel tergantung berfungsi sebagai yang diterangkan (the explained). Dalam analisis regresi data harus berskala interval atau ratio. Hubungan dua variabel bersifat dependensi.
Untuk garis linear rata-rata Y terhadap X1; X2; X3;….;Xn dari populasi dijabarkan dalam persamaan garis lenear regresi berganda:
(44)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dan penduga garis regresi rata-rata Y terhadap beberapa X variabel bebas, dapat diduga dengan garis regresi sampel seperti dalam persamaan sebagai berikut:
Ŷ
= a + b
1x
1+ b
2x
2+ … + b
nx
nUntuk mencari nilai-nilai a, b1. Dan b2 dalam regresi berganda untuk dua variabel indipenden X1 dan X2 dapat digunakan kuadrat minimum. Setiap observasi dari beberapa variabel selalu mengandung random error atau selisih antara nilai observasi dengan nilai penduganya dengan kata lain, kita duga nilai a, b1, dan b2 dengan meminimumkan nilai SEE (Standard Error of Estimate).
(1)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mutu sebesar 46%. Artinya peran sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengawasan, dan badan penghubung memiliki kontribusi terhadap pencapaian mutu sekolah dalam hal efektifitas input, proses, dan output.
6. Kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah secara
bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan pada kategori kuat terhadap mutu sekolah. Kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah bersama kinerja komite sekolah terhadap mutu sebesar 32,37%, sisanya ditentukan variabel lain. Artinya peran manajerial kepala sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan dan peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengawasan, dan badan penghubung memiliki kontribusi terhadap pencapaian mutu sekolah dalam hal efektifitas input, proses, dan output.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian dapat disampaikan rekomendasi hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong
Kota Bandung meskipun berada pada kategori tinggi, tetapi dalam indikator atau dimensi pelaksanaan (actuating) menjadi dimensi yang paling rendah. Sedangkan dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Adapun untuk meningkatkan pelaksanaan (actuating) dalam hal ini kepala sekolah hendaknya dapat secara nyata memberikan pengarahan secara langsung
(2)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepada pendidik dan tenaga kependidikan disekolahnya dan memberikan motivasi agar setiap pendidik dan tenaga kependidikan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian Kepala sekolah memberikan penilaian terhadap disiplin dan kinerja guru serta menindaklanjutinya.
2. Kinerja Komite Sekolah Dasar negeri di Kecamatan Coblong meskipun
sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi dalam indikator atau dimensi dalam fungsinya selaku badan penghubung (mediator agency) menjadi dimensi yang paling rendah. Adapun untuk meningkatkan peran atau fungsi komite selaku badan penghubung (mediator agency) dalam hal ini komite sekolah hendaknya dapat menjadi jembatan dan penyalur aspirasi para pengguna/pelanggan sekolah (orangtua siswa) secara optimal ketika orang tua siswa memberikan masukan atau saran demi mencapai mutu sekolah yang baik dengan cara aktif berkomunikasi dan secara terprogram melaksanakan pertemuan rutin dengan para orang tua siswa dan Kepala Sekolah.
3. Mutu Sekolah Dasar negeri di Kecamatan Coblong tinggi, tetapi dalam
indikator atau dimensinya yaitu output (non-akademik) menjadi dimensi yang paling rendah. Adapun untuk meningkatkan output (non-akademik) dalam mutu sekolah, kepala sekolah selaku manajer, komite sekolah dan orang tua siswa hendaknya mengetahui pentingnya prestasi siswa diluar prestasi akademik. Karena di dalam diri peserta didik terdapat potensi, bakat, minat yang tidak hanya dalam kebutuhan akademik saja. Pencarian dan pengembangan bakat dan minat siswa ini bisa melalui pelaksanaan ekstrakurikuler yang terprogram dan dilaksanakan secara optimal mulai dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga, kesenian, keagamaan, dan pramuka.
(3)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, apabila dilakukan penelitian
tentang peningkatanm mutu sekolah dapat dilihat dari variabel lain diluar kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah .
(4)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Aidar John. (2007). Cara Menumbuhkan Pemimpin (7 Prinsip Kunci Pengembangan Kepemimpinan yang Efektif). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Akdon, dan Hardi S, (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen, Bandung: Dewa Ruci.
Atmodiwirio Soebagio. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya.
Barlian, Ikbal (2013). Manajememn Berbasis Sekolah. Jakarta : Erlangga
Burhanuddin. (1994). Analis Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bush Tony dan Marianne Coleman. (2006). Leadership and Strategic Management in Education, (Terjemahan oleh Fathuroji). Jogjakarta: IRCiSoD.
Danim, Sudarwan, (2006), Motivasi Kepemimpinan & Efektifitas Kelompok, Jakarta:Rineka Cipta
Daryanto, HM. (2006). Madminitrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Fattah Nanang. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Hasbullah. (2007). Otonomi Pendidikan (Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Rja Grafindo Persada.
Kusnendi, 2008, Model-Model Persamaan Struktural, Bandung: Alphabeta
Komariah Aan, dan Cepi Triatna, (2008). Visionary Leadership (Menuju Sekolah Efektif). Bandung: Bumi Aksara.
Kompas.com. (2004). Komite Sekolah Perlu Proses Bertahap dan Komitmen
Jangka Panjang. Jakarta:
(5)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Miles, Matthew B. dan Huberman, A Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mulyasa E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutohar, Masrokan. (2013). Manajemen Mutu Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzmedia.
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta.
Riduwan, dan Akdon. (2006) Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.
Rivai Veithzal. (2007). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Saud, Udin Syaefudin. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfa Beta. Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alphabeta
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alphabeta
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Administrasi, Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardiman, Budi. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Sukardi, (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara.
Sulaiman, Darwis. (2004). Majlis Pendidikan Daerah (MPD) Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Banada Aceh: Majlis Pendidikan Daerah.
Surya. (2007). Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suryadi Ace, dan HAR. Tilaar. (1993). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
(6)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sutisna Oteng. (1987). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa.
Syaodih, Nana dkk (2009). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Bandung: Maestro
Thoha Miftah. (2007). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Tim Pengembangan DPKS. (2005). Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Usman, Husnaini. (2009). Manajemen Sekolah Yang Efektif, Jogyakarta:Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 3.
Wahana Komputer. (2009). Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 16.0. Jakarta: Salemba Infotek.