Ideologi Uang Anggota Dewan.

Pikiran
() Selasa

.

20

21

Rabu

\')

~---6

4

Rakyat

7-~2


() Kamis
8
23

.

Jumat

f) Sabtu

()

10-11---1213

9
24

25

26


27

Mar ......--..---.---.-----.---.----..--.--.--.---.-----------..-.
0 Apr 0 Mei 0 Jun 0 Jut 0 Ags 0 Sep

Minggu
14

0

15
29

28

Okt

o Nov


16
30

31

:) Des
'

I deologi Uang Anggota Dewan
Kembali wakil rakyat kita--yang katanya sangat terhormat
itu--membikin berita
buruk. Abdul Hadi
Djamal, anggota Komisi V DPR, tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK),Senin
(2/3) malam silam.
Abdul Hadi Djamal diduga telah menerima
uang pelicin sebesar
90.000 dolar AS dan
Rp 54,5 juta untuk
projek percepatan

program lanjutan
pembangunanjasilitas bandara dan pelabuhan di wilayah Indonesia timur yang
anggarannya mencapai RplOO miliar.

tas, setiap kunjungan keIja komisi di luar masa reses, mereka mendapat Rp 4 juta-Rp 5
juta. Masih belum cukup. Metentu.
rekajuga mendapat uang reses
Dengan pemahaman seperti Rp 30 juta-Rp 40 juta per
itu, agaknya mereka yang ter- orang ditambah tunjangan
jun ke dunia politik dan kemu- transportasi dan akomodasi
dian terpilih sebagai wakil rak- sebesar Rp 10 juta.
yat kita sebagian besar motivaSelain itu, mereka akan pula
sinya adalah uang. parahnya,
mendapat Rp 7jutajika melameski gaji sebagai wakil rakyat kQkan kunjungan keIjapribabisa dibilang sudah lebih dari di di luar masa reses dan di lucukup untuk ukuran Indonear komisi. Pundi-pundi uang ยท
sia, sebagian dari wakil rakyat mereka juga akan bertambah
kita itu ternyata masih saja do- jika mereka pergi ke luar negeyan menerima amplop sogo- ri. Dalam setahun, mereka bikan. Bagi mereka yang masih
sa lebih dari satu kali terbang
berpikir normal, tentu ini sa- ke luar negeri.
ngat keterlaluan.
Tatkala uang menjadi motiSebagai gambaran, para vasi utama untuk teIjun ke duanggota DPR kita sekarang ini nia politik, maka tidak akan

bergaji Rp 16 juta per bulan.
pernah ada lagi ideologi yang
Gaji sebesar itu masih ditamharus dipeIjuangkan. ~Politik
bah dengan tunjangan biaya pada akhirnya menjadi soal
listrik dan telefon sekitar Rp 11 mata pencaharian dan bukan
juta per bulan. Kemudian me- soal pengabdian. Dalaftl konreka juga masih mendapat
teks ini, "fulusiologi" (uang)
tunjangan biaya komunikasi
dan "kursiologi" (kekuasaan)
intensif sebesar Rp 17juta.
menjadi jauh lebih menonjol
Ketika menjadipanitia khu- dalam melatarbelakangi sesesus pembahasan rancangan
orang untuk berkiprah illjagat
undang-undang, para anggota politik kita ketimbang idealisDPR kita akan mendapat Rp 5 me dan pengabdian. Karau sujuta, dipotong pajak 15persen.
dah demikian, tampaknya
Sementara itu, saat rapat di lu- sungguh sulit mengharapkan
ar Jakarta, mereka mendapat
para wakil rakyat kita itu unRp 400.000,00 per hari. Lan- tuk bisa menyuarakan kepen-

Oleh DJOKO SUBINARTO

ENGAN
penangkapan Abdul Hadi
Djamal tersebut, sudah delapan anggota DPR
dan mantan anggota DPR kita yang ditangkap KPK. Kasus penangkapan Abdul Hadi
Djamal tersebut sangat boleh
jadi bakal memperburuk citra para wakil rakyat kita.
Kesan bahwa para wakilrakyat kita tidak jujur, korup,
dan hanya mengejar uang
dan kekuasaan akan semakin
tebal saja di mata kebanyakan rakyat kita. Betulkah demikian?
Mengutip pendapat Kate
VVall,RainerAdam(2004) dalam karyanya bertajuk "Apa
yang Menggerakkan Politisi"
menyatakanbahwa di Indonesia politik merupakan bisnis
yang menguntungkan. Menurut dia, di Indonesia uang
menjadipendorongutama untuk teljun ke dunia politik.Dalam hal ini, para politisi berupaya menarik keuntungankeuntungan dari tender publik, pembuatan undang-undang dan peraturan yang
menguntungkan orang-orang,
perusahaan, atau sektor ter-

D


Kliping

--

Humas

Unpad

2009
---

tingan rakyat yang mereka wakili karena merekajauh lebih
'sibu4 mengedepankan kepentingan mereka sendiri.
Benar kiranya apa yang
sempat dikatakan Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia, Muslimin
Nasution,bahwaIndonesiasekarang ini tidak mempunyai
lagi negarawan, yang ada hanya para politisi yang sering
kali lebih sibuk mengedepan. kan kepentingannya sendiri.

Padahal, keberadaan negarac
wan akan sangat dibutuhkan
oleh bangsa yang ingin maju.
Dalam amatan Lawrence W.
Reed, Presiden The Mackinac
Center For Public Policy, Michigan, Amerika Serikat, lazimnya politisi memang sengaja mencari jabatan dan kekuasaan untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan
pribadi, sedangkan negarawan tidak pernah mencari jabatan
dan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi melainkan sematamata untuk melayani rakyat.
Menurut Lawrence W. Reed, politisi begitu mereka telah
terpilih dalam pemilu kecenderungannya adalah segera
melupakan dan meninggalkan
rakyat sekaligus menjadi corong partai dan akan sekuat

tenaga mempeIjuangkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompoknya, sedangkan negarawan tidak akan pernah melupakan dan meninggalkan rakyat. Mereka benarbenar menjadi corong rakyat
dan mempeIjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat.
Sungguh, betapa meruginya
rakyat kita ketika wakil-wakil
rakyat yang mereka pilih lewat
pemilu itu lebih condong berperHaku sebagai politisi ketimbang negarawan, lantaran kepentingan rakyat akan senantiasa ditempatkan di urutan

paling
belakang,
bahkan
mungkin terlupakan.
Pemilu akhirnya hanya akan
mengubah nasib segelintir
orang untuk menjadi kelompok orang kaya baru sementara nasib rakyat kebanyakan
yang notabene pemilik kedaulatan tertinggi makin terpuruk
dan terlupakan.
Lantas, di manakah janjijanji manis para wakil rakyat
yang kerap didengung-dengungkan semasa kampanye
mereka? Kata Ebiet G. Ade,
coba kita bertanya kepada
rumput yang bergoyang.***

Penulis, penulis lepas,
alumnus UniversitasPadjadjaran Bandung.