RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) PENJAMINAN MUTU LPM IAIN PURWOKERTO

  

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

PENJAMINAN MUTU

LPM IAIN PURWOKERTO

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

2015

  

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

PENJAMINAN MUTU

LPM IAIN PURWOKERTO

  TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Dr. H. A. Luthfi Hamidi, M.Ag.

  Ketua Dr. H. Suwito, M.Ag. Anggota Ahmad Muttaqin, M.Si. Kholil Lur Rochman, S.Ag., M.Pd.I.

  Safrudin Aziz, S.IP., M.Pd.I.

  Rofina Dienasari, S.H.I. Risqi Dias Kurniawan, S.Kom.

  Nursalim, M.Pd.I. Arif Hidayat, S.Pd., M.Hum.

  Penerbit Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto Jl. Jend. A. Yani No. 40 A Purwokerto Telp. 0281-635624, Fax. 0281-

  636553 Email: lpm@iainpurwokerto.ac.id

  

All Right Reserved

  Hak Cipta dilindungi Undang-undang

SK REKTOR

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................... i TIM PENYUSUN ........................................................................ ii SK Rektor ................................................................................... iii Daftar Isi ..................................................................................... iv

  BAB I Pendahuluan .................................................................... 1 BAB II Visi, Misi, dan Tujuan ...................................................... 3 BAB III Analisis Situasi (Milestone) ............................................. 9 BAB IV Isu Strategis ................................................................... 17 BAB V Rencana Strategis (RENSTRA) ...................................... 21

BAB I PENDAHULUAN Penjaminan mutu dipahami sebagai proses, mekanisme, dan

  prosedur untuk memastikan bahwa sistem yang ditetapkan benar- benar akan dilaksanakan oleh leading sector sesuai dengan standar, norma, permintaan, dan kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholders).

  Penjaminan mutu perguruan tinggi diselenggarakan untuk memastikan kepuasan stakeholders baik internal stakholders (mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan) maupun eksternal (alumni/lulusan, pengguna lulusan, wali mahasiswa). Di samping itu, penjaminan mutu diselenggarakan untuk keberlangsungan pertumbuhan (sustainable growth) IAIN Purwokerto ke depan di tengah perubahan lingkungan yang semakin dinamis.

  Dua hal alasan di atas, mutlak diperlukan adanya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) yang merupakan Grand Strategy LPM IAIN Purwokerto di 25 tahun yang akan datang (2035). Tahap pertama dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) adalah merumuskan Visi, Misi dan Tujuan.

  Visi merupakan pandangan jangka panjang tentang keberadaan LPM IAIN Purwokerto di 25 tahun yang akan datang. Sedangkan misi mendefinisikan ruang lingkup operasi LPM IAIN Purwokerto dalam mencapai visi yang diinginkan dan membedakannya dengan perguruan tinggi lain. Sementara itu, tujuan adalah suatu pernyataan yang menunjukan harapan-harapan yang ingin dipenuhi LPM IAIN Purwokerto di 25 tahun yang akan datang.

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN A. Visi Merumuskan Visi IAIN Purwokerto untuk rentang perencanaan

  25 tahun yang akan datang bukan hal yang mudah, karena sebuah visi harus didasarkan atas analisis kondisi ke depan dan dibangun berdasarkan posisi yang kompetitif. Oleh karena itu, untuk merumuskan Visi IAIN Purwokerto 2035 perlu dilakukan analisis tren (trend watching) atas isu-isu strategis baik isu global maupun isu spesifik tentang perguruan tinggi dalam 25 tahun ke depan. Atas dasar analisis tren tersebut dilakukan envisioning atas IAIN Purwokerto pada tahun 2035 berupa posisi yang diinginkan.

  Proses Perumusan Visi IAIN Purwokerto 2035 merespon isu strategis dalam 25 tahun kedepan terbagi menjadi 2 isu besar, yaitu isu global dan isu pendidikan tinggi. Salah satu isu global yang akan terus bergulir dalam 25 tahun kedepan adalah isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menekankan pada pentingnya keharmonisan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam berbagai aspek pembangunan tidak terkecuali pembangunan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Isu strategis terkait perguruan tinggi dalam 25 tahun kedepan banyak dikemukakan oleh futurist bidang pendidikan. Isu-isu strategis tersebut mencakup: The age of knowledge, Globalization, Increasing Educated Work Force Demand (Duderstadt, 1999).

  Educators and business leaders cooperation, High demand on education, Technology based education system, Internationally mobile students, Global Capacity Building (Albatch & Peterson,

  1999). Crossing geographic boundaries, Creative Financing, The

  Digital Domain, Massive Open Online Courses /MOOC (The

  Economist, March 2014) Evergreen Student, Globalization, Faculty

  Support, Smart Buildings, Enrollment and Retention, Job Alliances, Mobility, Safety and Security, Library Transformation, Web 2.0 and Interactive Teaching, Data Management (Wilen-Daugenti, 2007).

  Equity of access, Enhancing Participation and Promoting role of woman, Advancing knowledge through research, Long term orientation based on relevance, Strengthen cooperation with the world of work and society, Lifelong Learning. Innovative Educational Approaches (UNESCO, 1998)

  Mengacu pada pendapat sejumlah futurist di atas, dalam 25 tahun kedepan akan muncul 4 isu besar yang menjadi tren, yaitu globalisasi (globalization), keterkaitan institut dan industri yang semakin kuat (university-industry linkage), pembangunan ekonomi (economic development) dan isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

  Berdasarkan informasi tersebut, karakteristik perguruan tinggi di 25 tahun yang akan datang dihipotesiskan memiliki karakteristik:

  1. Berorientasi dan beroperasi global.

  2. Memiliki kolaborasi yang kuat dengan industri dan pemerintah.

  3. Menjadi agen dalam peningkatan sumber daya manusia, serta

  4. Memiliki perhatian dan kontribusi terhadap isu sosial dan lingkungan terutama masalah radikalisme global atas nama agama.

  Berangkat dari karakteristik perguruan tinggi di 25 tahun yang akan datang sebagaimana dijelaskan di atas, IAIN Purwokerto merumuskan Visi jangka panjangnya sebagai berikut:

  Visi IAIN Purwokerto 2035: Unggul dan Islami dalam Mewujudkan Masyarakat yang Berkeadaban. Adapun misi IAIN Purwokerto adalah:

  a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang unggul;

  b. Mengembangkan studi Islam yang inklusif-integratif; c. Mengembangkan nilai dan peradaban Islam Indonesia.

  Visi IAIN Purwokerto ini kemudian diturunkan ke Visi LPM IAIN Purwokerto 2035, menjadi:

  Visi LPM

  “Unggul dan Islami dalam penjaminan mutu dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadaban”.

  B. Misi LPM

  1. Melakukan sistem penjaminan mutu (PPEPP) secara konsisten terhadap pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dengan derajat terakreditasi unggul (A) BAN-PT pada level institusi (AIPT) dan akreditasi internasional lainnya (ISO) dan AUN-QA dan SEISCO.

  2. Merancang sistem penjaminan mutu yang dapat menghasilkan budaya mutu di ranah akademik dan non akademik baik di level institut maupun fakultas dan program studi.

  3. Melakukan pendampingan penjaminan mutu pada level fakultas dan prodi agar mencapai derajat mutu unggul secara kultur maupun struktur (akreditasi A bagi program studi yang telah memiliki lulusan)

  4. Memberi bimbingan (menjadi rujukan) sistem penjaminan mutu secara nasional maupun internasional.

  C. Tujuan LPM

  1. Menghasilkan kualitas pengelolaan institusi IAIN Purwokerto yang dikenal dengan reputasi akreditasi unggul (A) BAN-PT dan akreditasi internasional lainnya (ISO) dan AUN-QA dan SEISCO.

  2. Menghasilkan sistem penjaminan mutu berbasis budaya mutu di ranah akademik dan non akademik baik pada level institut maupun fakultas dan program studi.

  3. Mendapatkan sertifikat akreditasi A bagi prodi yang telah memiliki alumni.

  4. Menjadi agen konsultan peningkatan mutu secara nasional.

BAB III ANALISIS SITUASI (MILESTONE) Guna memperjelas Visi jangka panjang IAIN Purwokerto,

  dirumuskan metafora atau gambaran kondisi fisik IAIN Purwokerto pada tahun 2035. Gambaran kondisi tersebut dirumuskan dengan menggunakan pendekatan Benchmarking atau Best Practices.

  

Benchmarking yang digunakan acuan adalah tiga UIN Maliki Malang,

  Universitas Binus Jakarta, dan Universitas Gadjah Mada (Jogjakarta).

  UIN Malang mampu melakukan lompatan terjauh dalam sejarah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Berawal dari filial (cabang) dari IAIN Sunan Ampel kemudian bermetafora menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) berdasarkan Keputusan Presiden tahun 1997. Setelah alih status menjadi STAIN Malang, kemudian menjadi institut Islam Indonesia Sudan (UIIS) Malang. Langkah cepat ini secara strategis tidak pernah terplikirkan oleh STAIN-STAIN yang telah berdiri. STAIN Malang telah sejajar dengan institut di Indonesia. Dengan semaraknya alih status IAIN menjadi UIN, UIIS Malang mendapatkan kesempatan alih status menjadi UIN gelombang pertama bersama kampus kampus besar PTKIN, yakni bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.

  Di samping UIN Maliki Malang, LPM IAIN Purwokerto juga melakukan benchmarking ke Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta. Secara spesifik, kampus ini memiliki kekuatan pada aspek konsep dan implementasi teknologi informasi. Pada setiap lini kehidupan kampus diatur melalui sistem yang terintegrasi dengan teknologi berbasis komputer dan jaringan internet. Sistem perkuliahan, baik sistem tatap muka, monitoring perkuliahan, kehadiran mahasiswa dan dosen, sistem evaluasi pembelajaran, dan monitoring kepuasan stakeholders diintegrasikan dengan tekonologi berbasis komputer dan jaringan internet. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dikonsep dan diimplementasikan dengan sistem aplikasi yang tekoneksi dengan data base institut.

  Selain dengan dua perguruan tinggi di atas, SPMI di LPM IAIN Purwokerto di benchmark dari Universitas Islam Indonesia. UII menjadi menjadi tempat belajar, karena penataan sistem akreditasi institusi dipandang menjadi bagian yang sangat penting. Penjabaran visi misi di level institut hingga penjabaran kebijakan mutu dan program pada setiap lini menjadi fokus benchmarking.

  Dengan pengalaman ketiga lembaga penjaminan mutu tersebut menjadi inspirasi metafora LPM IAIN Purwokerto sebagai berikut:

  A. Posisi Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)

  Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Purwokerto merupakan salah satu lembaga yang tugas pokoknya merancang dan mengembangkan meningkatkan mutu proses pendidikan secara berkelanjutan, dan mempunyai ciri khas yaitu lembaga perencanaan sekaligus pengembangan penyelenggaraan akademik melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pedoman dan kebijakan manajemen mutu dan penjaminan mutu.

  B. Analisis SWOT

1. Faktor Internal

a. Kekuatan

  1) Ketua LPM berpendidikan S3 dan telah memiliki sertifikat dosen profesional, dan mengikuti selalu peningkatan keprofesiannya dengan aktif di pertemuan nasional maupun internasional;

  2) Kepala Pusat di LPM telah berpendidikan S2 dan telah mengikuti berbagai pelatihan yang berhubungan dengan manajemen mutu dan penjaminan mutu;

  3) Memiliki tim kerja yang kuat dalam pengembangan dan pelaksanaan penjaminan mutu.

  4) Pendidik di IAIN Purwokerto sekitar 30 orang telah berpendidikan S3 dan telah memiliki sertifikat dosen profesional dan selebihnya semuanya telah berpendidikan S2 dan tenaga kependidikan berpendidikan S1 dengan kemampuan yang cukup tinggi; 5) Dana tersedia rutin dari DIPA IAIN Purwokerto. 6) LPM tersedianya jaringan LAN dan WAN; 7) LPM memiliki Aplikasi Si-Amin (Sistem Audit Mutu Internal) 8) SDM yang masih dapat dikembangkan (Rata-rata dosen dan tenaga kependidikan tergolong muda antara 20-40 tahun). 9) Semua program studi telah akreditasi. 10) LPM memiliki SOP yang relatif lengkap. 11) Memiliki kantor yang representatif.

b. Kelemahan

  1) Masih belum ada panduan mutu yang baku yang ditetapkan pimpinan tertinggi (Rektor), sehingga sistem penjaminan mutu berjalan autopilot. 2) Konsep mutu masih semu atau artifisial, karena mutu dipandang sebagai hal yang formalitas. Mutu belum dipahami berawal dari budaya mutu dan perilaku mutu. 3) LPM masih terjebak pada pelaksanaan rutin. 4) Gugus penjaminan mutu di Fakultas dan Prodi sebagai perpanjangan tangan LPM belum ditetapkan oleh pejabat terkait dan belum maksimal pekerjaannya. 5) Homebase dosen belum tertata secara permanen dan masih bongkar pasang. 6) Sistem pelaksana PDPT masih belum maksimal pekerjaannya, sehingga seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaan akreditasi. 7) Belum ada data yang akurat tentang kualitas layanan baik pada mahasiswa, layanan karir dosen dan tenaga pendidikan. 8) Tenaga IT baik di LPM maupun di institut belum memiliki sertifikat kompetensi

  9) Sistem pengelolaan akademik dan sarana prasarana masih bersifat insidental. 10) Prodi belum memiliki road map dan rencana induk pengembangan (RIP) penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 11) Produktivitas dan publikasi dosen masih rendah. 12) Masih ada sebagian prodi yang kurang laku. 13) Rendahnya dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi dengan bahasa internasional. 14) Belum memiliki guru besar. 15) Masih molor (jam karet) dalam memulai kegiatan, terutama dalam memulai kegiatan (seperti rapat dan pertemuan- pertemuan yang melibatkan pimpinan baik di level institut maupun fakultas).

2. Faktor Eksternal

  a. Peluang

  1) Animo masyarakat yang besar pada sebagian besar program studi. 2) Tersedianya sumber dana yang lebih besar dari DIPA. 3) Terjalinnya kerja sama dengan berbagai instansi swasta ataupun negeri, domestik maupun regional dan internasioal, akan dapat dimanfaatkan untuk peng-upgrade diri dan peningkatan manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik;

  4) Terdapat peluang menjadi rujukan dan pendampingan akreditasi, pelatihan, workshop, seminar terkait dengan penyusunan borang, dan audit internal; 5) Dukungan dari pimpinan dalam pengembangan mutu.

  b. Ancaman

  1. Kebijakan manajemen mutu yang semakin rumit;

  2. Globalisasi berdampak semakin dibutuhkannya standarisasi manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik;

  3. Tingginya kesadaran masyarakat mengenai mutu penyelenggaraan pendidikan;

  4. Persaingan antar PT dengan munculnya prodi-prodi serupa.

  5. Implementasi AFTA 2016, memungkinkan institut asing mendirikan PT cabang di Purwokerto dan sekitarnya.

  6. Tuntutan masyarakat dan dunia usaha akan lulusan dengan penguasaan kompetensi siap pakai dan komunikasi dengan bahasa internasional.

BAB IV ISU STRATEGIS A. Isu Strategis Berdasarkan kekuatan dan kelemahan faktor internal dan

  adanya peluang dan acaman faktor eksternal, maka isu strategis yang dapat diidentifikasi dan diangkat sebagai problematik yang dihadapi dalam pengembangan Lembaga Perencanaan, Pengembangan, dan Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi IAIN Purwokerto tahun 2015 – 2020 yaitu:

  1. Citra dan mutu institut cenderung naik tetapi belum diimbangi dengan peningkatan layanan terhadap kepuasan mahasiswa, layanan karir dosen dan karir tenaga pendidikan;

  2. Kualitas lulusan yang harus mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lain;

  3. Potensi-potensi civitas akademika yang belum mampu dieksplorasi secara optimal untuk pengembangan masyarakat;

  4. Teknologi informasi belum sepenuhnya dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menunjang sistem pendidikan akademik dan non akademik;

  5. Jumlah staf LPM yang belum memadai;

  6. Pengembangan dosen yang belum optimal;

  7. Kurangnya pengembangan bidang-bidang LPM;

  8. Pengembangan sarana dan prasarana akademik dan non akademik kampus yang belum kondusif, sehingga belum sesuai dengan eksistensi institut tuntutan masyarakat.

B. Problematika

  Problema nyata yang dihadapi oleh LPM yaitu:

  1. Sistem penjaminan mutu baik konsep dan implementasinya belum dipahami secara bersama oleh prodi dan fakultas, sehingga akreditasi hanya dipandang sebagai ritual 4 tahunan. Hal ini apabila tidak segera diatasi, mutu hanya artifial atau semu.

  2. Sistem informasi/pangkalan data online yang masih memerlukan peningkatan kapasitas internet dan petugas yang handal, lincah dan cekatan;

  3. Pembenahan manajerial LPM untuk mendukung visi misi dan tujuan institut Muhammadiyah Palangkaraya menuju globalisasi;

  4. Berbagai program yang harus dilaksanakan mendapat kendala keterbatasan SDM;

  5. Jumlah pendidik yang masih belum mencukupi dan tenaga kependidikan yang belum optimal dalam mendukung perencanaan, pengembangan, dan penjaminan mutu perguruan tinggi.

C. Strategi

  Strategi yang dipilih secara umum mengacu pada program IAIN Purwokerto; dan secara khusus mengacu pada kebijakan/kesepakatan manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik baik di tingkat nasional, internasional. Yang semuanya harus memperhatikan pada kekhususan di LPM sendiri:

  1. Induksi pada semua pejabat di level fakultas terkait dengan SPMI.

  2. Pendampingan akreditasi prodi.

  3. Refreshment dan peningkatan kemampuan sistem informasi PDPT untuk mendukung akreditasi;

  4. Meningkatkan kemampuan pendukung self learning kepala dan staf dengan menyediakan dana untuk mengikuti pelatihan, workshop, seminar, sertifikasi kompetensi bidang;

  5. Meningkatkan forum komunikasi, koordinasi, informasi, edukasi dengan lembaga lain untuk menghasilkan dokumen terkait dengan akreditasi prodi maupun institusi atau AIPT;

  6. Bekerjasama/berkoordinasi dengan pemangku kepentingan dalam pengelolaan program-program perencanaan, pengembangan, dan penjaminan mutu perguruan tinggi;

  7. Peningkatan efisiensi dan efektifitas LPM dengan up grading tenaga yang ada dan penambahan tenaga baru sesuai dengan keperluan;

  8. Peningkatan keikutsertaan/komitmen pejabat rektorat dengan pemberlakuan pemantauan, informasi serta pengkajian sisteim

  rewarding dan punishment yang ada dalam setiap kegiatan

  manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik.

BAB V RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A. Arah pengembangan institut tahun 2015

  • – 2020 mendatang, adalah:

  1. Jumlah dan kompetensi staf LPM akan terus ditingkatkan dan didayagunakan agar mampu menghasilkan pedoman manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat;

  2. Pola perencanaan, pengembangan, penjaminan mutu perguruan tinggi diarahkan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan teknologi informasi;

  3. Pola pengelolaan dan pengendalian manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik dikembangkan untuk mengeksplorasi semua potensi secara optimal, senergi, dan berkelanjutan dalam pengembangan pendidikan.

  

B. Sesuai dengan arah pengembangan institut maka langkah-

langkah strategi yang harus dilaksanakan LPM, yaitu:

  1. Mengkondisikan staf supaya terbiasa dengan situasi dan kondisi pekerjaan di LPM;

  2. Menciptakan staf yang mempunyai dan menguasai pengalaman di bidang manajemen mutu dan penjaminan mutu perguruan tinggi;

  3. Menciptakan staf yang mempunyai kemampuan komunikasi menggunakan Bahasa Inggris;

  4. Mengadakan MoU dengan pemangku kepentingan;

  5. Penyediaan ruang, sistem informasi teknologi berbasis internet yang cepat beserta petugas khusus untuk mengurusi PDPT;

  6. Mempunyai Teknologi Informasi Komunikasi berhubungan dengan Ruang Teleconfrence Multi Media.

  Selanjutnya langkah-langkah tersebut diatas diukur tingkat keberhasilan dengan menggunakan tolak ukur: relevansi, akademik atmosfer, Internal manajemen, Sustaninabilitas, Efisiensi- produktivitas (RAISE) dan Assesbility serta Leadership commitment (RAISE plus AL), untuk kemudian dikembangkan dalam langkah operasional yaitu Rencana operasional (Renop), Rencana tahunan (Rencana Kegiatan Anggaran), dan berdasar atas rencana Induk Pengembangan (RIP) institut.

  Kebijakan LPM sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh institut yang meliputi: a. Peningkatan kompetensi kepala dan staf LPM terkait dengan

  SPMI

  b. Peningkatan luas dan besar ruang PDPT;

  c. Peningkatan tingkat pendidikan dan jumlah staf LPM;

  d. Peningkatan jumlah kelengkapan dokumen manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik; e. Peningkatan jumlah pelaksanaan sosialisasi pedoman manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik;

  f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala;

  g. Peningkatan jumlah auditor manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik; h. Terbentuknya Gugus Penjaminan Mutu Fakultas (GPMF); i. Peningkatan manajemen mutu dan penjaminan mutu program studi.

  Penjelasan:

  a. Peningkatan kompetensi kepala dan staf LPM; Mengikutsertakan dalam pelatihan, workshop, seminar, dan

  • pelatihan sertifikasi manajemen mutu dan penjaminan mutu.

  b. Peningkatan luas dan besar ruangan PDPT;

  • Pengadaan atau perbaikan ruangan untuk PDPT; Pendidikan staf PDPT;
  • c. Peningkatan jumlah dan tingkat pendidikan staf LPM;
  • Kalimantan Tengah atau luar negeri;

  Mengikutsertakan dalam program pascasarjana di luar

  d. Peningkatan jumlah kelengkapan dokumen manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik; Merencanakan peningkatan jumlah dokumen manajemen

  • mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik (yang tersedia 16 prosedur operasional standar).

  e. Peningkatan jumlah pelaksanaan sosialisasi pedoman manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik;

  Meningkatkan jumlah pelaksanaan sosialisasi pedoman

  • manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik pada setiap tingkat unit kerja.

  f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala, kebijakan yang ditempuh adalah:

  • menyusun prosedur operasional standar monev; memfasilitasi kepala dan staf LPM mengikuti pelatihan
  • sertifikasi kompetensi manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik; memberikan hasil monev sebagai bahan pelaksanaan
  • program ke depannya.

  g. Peningkatan jumlah auditor manajemen mutu dan penjaminan mutu akademik dan non akademik yang didukung dengan kebijakan berikut:

  • kebutuhan internat dan eksternal; Mendorong dan memfasilitasi staf LPM untuk

  Meningkatkan kualitas dan kuantitas staf LPM sesuai

  • mengembangkan ilmu dan keahliannya selaras dengan bidangnya;

C. Landasan dan Kerja

  Landasan manajemen mutu adalah sebuah metode aktivitas, sebuah karakter sekaligus pedoman untuk bekerja. IAIN Purwokerto saat ini berusaha mensejajarkan diri dan unggul dari perguruan tinggi yang ada dengan akreditasi AIPT A. IAIN Purwokerto menuju institut yang unggul secara kualitas (ngedap-edapi), Islami, dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadaban, akuntabel, dengan organisasi yang sehat yang didorong komitmen untuk meningkatkan mutu manajemen mutu dan penjaminan mutu. Untuk menjadi organisasi yang sehat diperlukan nilai-nilai yang harus dipegang teguh untuk dijalankan, adalah sebagai berikut:

  1. Unggul

  2. Islami

  3. Berkeadaban Nilai-nilai tersebut ada dalam setiap kerja melalui Renop secara umum menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan di LPM, yaitu secara rinci:

  a. Meningkatkan hubungan silahturahmi dan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan seluruh sivitas akademika institut.

  b. Menjaga koordinasi tiap bagian dan semua komponen sebagai ujung tombak institut; c. Bekerjasama meningkatkan jumlah mahasiswa baru dan kerjasama dengan pemangku kepentingan stakeholders untuk menunjang berbagai program institut. Kebijakan perencanaan, pengembangan, dan penjaminan mutu perguruan tinggi. Kebijakan dalam bidang perencanaan adalah:

  1. Mendorong membuat perencanaan yang berbasis kinerja dan disiplin waktu;

  2. Menciptakan rencana yang sesuai kebutuhan setiap unit dan selaras dengan visi misi IAIN; Kebijakan dalam bidang pengembangan meliputi:

  1. Penerapan sistem monitoring dan evaluasi berdasarkan prinsip akuntabilitas, validitas, konsistensi dan kepuasan pemangku kepentingan stakeholders;

  2. Mengembangkan sistem manajemen mutu dan penjaminan mutu berdasarkan peraturan yang terkait;

  3. Mengembangkan kemampuan pimpinan institut, lembaga dan fakultas serta prodi untuk mengelola manajemen mutu dan penjaminan mutu perguruan tinggi. Kebijakan dalam bidang penjaminan mutu adalah:

  1. Mengimplementasikan dan mengembangkan model PPEPP dalam setiap penjaminan mutu penyelenggaraan akademik dan non akademik;

  2. Melakukan monev secara berkesinambungan dan berkala;

  3. Melakukan Pengawasan secara berkala pada penyelenggaraan akademik dan non akademik pada setiap tingkatan unit kerja.

  18

  14

  3 Mahasiswa Lulus BTA/PPI maksimal semester 4 % 30% 60% 80% 90% 100%

  3 Dosen Lulus BTA/PPI % 75% 100%

  3 Mahasiswa memiliki prestasi non akademik tingkat regional orang/tim

  10

  15

  20

  20

  3 Mahasiswa memiliki prestasi non akademik tingkat nasional orang/tim

  5

  10

  12

  3 Tenaga Kependidikan Lulus BTA/PPI % 60% 100%

  6

  7

  3 Mahasiswa lulus TOEFL atau TOAFL dengan skor 450 S.1 % 35% 70% 55% 65% 75%

  8

  3 Kelas memiliki tata tertib % 100%

  9

  4 Dosen No standar Uraian Sasaran Mutu Satuan 2016 2017 2018 2019 2020

  1

  2

  3

  4

  5 mengajar 14 kali untuk MK 2 sks , 21 kali untuk MK 3 sks, 28 kali untuk MK 4 sks % 95% 100%

  10

  3 Mahasiswa hafal juz 30 % 35% 45% 55% 65% 75%

  3 Mahasiswa menyelesaikan studi pada semester 8-9 % 50% 55% 60% 65% 70%

  1

  2 Keterlibatan Dosen Prodi dalam kepemimpinan publik orang/keg

  1 Mahasiswa memahami visi misi IAIN %

  50

  60

  65

  70

  75

  2

  1 Dosen memahami visi misi IAIN %

  60 80 100

  3

  1 Tenaga Kependidikan paham visi misi IAIN %

  60 80 100

  10

  5

  12

  14

  16

  18

  2 Keterlibatan pimpinan Institusi dalam kepemimpinan publik orang/keg

  5

  7

  9

  11

  12

  4

  3 Rata-rata IPK mahasiswa skala 1-4 3,25 3,3 3,35 3,4

  4 Dosen bergelar doktor dengan kualifikasi lektor kepala % 40% 50% 60%

  19

  24

  40

  30

  20

  6 Tulisan pada jurnal terakreditasi nasional Artikel

  25

  2

  1

  6 Jurnal terindeks DOAJ jurnal

  3

  60

  2

  6 Jurnal terakreditasi nasional jurnal

  23

  

6 Ruang kerja pimpinan fakultas yang tersandar akreditasi % 40% 80% 90% 100%

  

6 Dosen memiliki ruang kerja yang tersandar akreditasi % 30% 50% 80% 100%

  22

  80 MB 100 MB

  70 MB

  50

  26

  50 MB

  7 Dosen prodi terlibat dalam pertemuan ilmiah internasional Dosen

  30

  7 Dosen menerbitkan buku ajar berdasarkan SAP % 20% 30%

  29

  5

  4

  3

  2

  1

  28

  6 Proceeding konsursium berbasis keilmuan proseding

  10

  8

  6

  4

  2

  7 Artikel Jurnal Internasional Artikel

  27

  2

  60 MB

  6 Bandwitch untuk jaringan internet MB

  11

  6

  15

  4 Prodi memiliki Konsorsium dosen yang aktif % 100%

  14

  1

  4 Survey kepuasan karir

  13

  10

  8

  4

  5

  2

  4 Memiliki asesor BAN PT/LAM Keagamaan orang

  12

  8

  6

  4

  2

  4 Dosen bergelar profesor orang

  4 Konsoursium Keilmuan Prodi mentahsih SAP, Soal UAS konsorsium

  7

  21

  6 Ruang kelas terpasang projector LCD % 80% 100%

  6 Kelengkapan sarana untuk penyandang difable % 30%

  20

  6

  5

  4

  3

  6 Memiliki ruangan multi media dengan peralatan lengkap (sound system, ruang kedap, AC, project LCD) buah

  19

  18

  16

  6

  5

  4

  3

  6 Ketersediaan ruang Lab lengkap dengan perangkat buah

  5 Prodi memberlakukan kurikulum berbasis KKNI % 75% 100%

  17

  5 Soal UAS terkumpul 7 hari sebelum masa ujian % 95% 100%

  7 Dosen menerbitkan buku ilmiah berbasis riset % 20% 25%

  

PENUTUP

Renstra LPM 2011-2020 merupakan peta utama kegiatan.

  Sehingga Renstra ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi LPM institut Muhammadiyah Palangkaraya dalam membantu menjalankan tugas perencanaan, pengembangan, dan penjaminan mutu melalui kegiatan caturdharma perguruan tinggi yang dituangkan melalui Renop 2013-2016.

  Usaha dan partisipasi seluruh sivitas akademika institut Muhammadiyah Palangkaraya telah diikutsertakan dalam usaha menyusun renstra ini melalui Lokakarya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk terdapatnya kekurangan didalamnya. Kerjasama dan partisipasi aktif dari seluruh komponen dalam melaksanakan Renstra dan Renop ini diharapkan mampu membawa LPM mencapai visi misi dan tujuan yang ditetapkan.