Laporan serangga yang ada di universitas

MAKALAH
MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOLOGI
(ABKC5105)
“PRAKTIKUM SERANGGA”

DOSEN PENGASUH :
MAULANA KHALID RIEFANI M.Si, M.Sc

OLEH KELOMPOK VIII :
M. Muhajir Luthfi (A1C515012)
Nining Tri Sugiarti (A1C515013)
Winda Sugiarti (A1C515022)
Feninda Herdi Surya Putri (A1C515203)
Raudya Tuzzahra (A1C515210)
Rezky Fitriyana (A1C514217)
Fajar Lazuardi (A1C514223)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARMASIN
NOVEMBER

PRAKTIKUM LAPANGAN

I.

Topik

: Serangga

Tujuan

: Mengamati jenis-jenis serangga

Hari/Tanggal

: Sabtu, 5 Desember 2015


Tempat

: UNLAM Banjarmasin

ALAT DAN BAHAN
A.

ALAT :
1. Piring plastik
2. Kamera
3. Lidi
4. Bambu
5. Parang
6. Kuas
7. Plastik sampel

B.

BAHAN
1. Buavita rasa jeruk secukupnya

2. Minyak goreng
3. Karton
4. Double tipe

II.

CARA KERJA
a.

Relung
1. Tentukan pohon yang akan diamati
2. Amati pohon selama 5 menit
3. Ambillah serangga yang terdapat pada pohon yang diamati
4. Masukkan serangga ke dalam plastik sampel
5. Amati lagi pohon selama 10 menit
6. Kemudian ambil lagi serangga yang terdapat di pohon

7. Masukkan serangga ke dalam plastik sampel
b.


Plate Trap
1. Tuangkan minuman buavita hingga memenuhi permukaan piring
2. Letakkan piring di tempat yang sudah di tentukan
3. Diamkan piring sesuai waktu yang ditentukan
4. Ambillah piring tersebut jika sudah mencapai waktu yang
ditentukan
5. Pisahkan serangga yang terdapat di minuman ke pinggir piring
menggunakan lidi
6. Foto serangga yang didapat

c.

Karton Trap
1. Belah bambu secukupnya menggunakan parang agar karton dapat
masuk ke dalam bambu dan tidak jatuh
2. Gulung karton dengan diameter ± 10cm
3. Lem ujung karton agar menempel sempurna menggunakan double
tipe
4. Masukkan karton ke dalam bambu yang sudah dibelah tadi
5. Olesi karton dengan minyak goreng menggunakan kuas

6. Tancapkan bambu pada tempat yang sudah ditetapkan
7. Diamkan karton yang menempel pada bambu tersebut selama
waktu yang ditetapkan
8. Ketika waktu yang ditetapkan sudah selesai, ambillah bambu
tersebut
9. Kemudian, foto serangga yang menempel pada karton

III.

TEORI DASAR

1. Tanah
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun
atas mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang
yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah
sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara
dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai
mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak
bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi ,
tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan mencegah

terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh
organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi.
proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang
menutupi seluruh permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk
memiliki

tekstur


yang

berbeda

dan

setiap

lapisan

juka

akan

mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah terjadi
selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar
tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa

tanah


terbentuk

dari

bahan

induk

yang

telah

mengalami

modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk
manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu.

Berdasarkan dinamika kelima


faktor

tersebut

terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk
dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah
tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan
gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan
ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus
(jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran
besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi
air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar
dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin
liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.
Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia
mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk dari pemadatan
terhadap bahan organik yang terdegradasi.

Tanah organik mempunyai warna yang gelap (hitam) dan
merupakan pembentuk utama dari lahan gambut. Tanah organik ini akan
terus mengalami proses panjang selama ratusan tahun untuk menjadi batu
bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena
mengandung beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan
organik. Tanah ini biasanya memiliki kandungan mineral yang
rendah. Pasokan mineral yang bisa didapat oleh tanah organilk yaitu
berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup.
Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur sehingga
mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman yang
tinggi sebagian besar tanaman yang menggunakan media tanah ini tidak
bisa tumbuh secara maksimal. Tanah non-organik didominasi oleh
mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur

tanah demikian

ditentukan

oleh


komposisi

tiga partikel pembentuk

tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung.
Dari segi warna, tanah memiliki variasai warna yang sangat
beragam mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning,
hingga putih. Selain itu tanah juga memiliki perbedaan warna yang sangat
kontras pada setiap lapisannya sebagai akibat proses kimia. Tanah yang
memiliki warna yang gelap merupakan ciri yang biasanya menandakan
bahwa tanah tersebut mengandung bahan organik yang sangan
tinggi. Warna

gelap

juga

dapat

disebabkan

oleh

kehadiran mangan,belerang, dan nitrogen.Warna tanah kemerahan atau
kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi;
warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia
pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang
seragam

atau

perubahan

warna

bertahap,

sedangkan

suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang menyerupai
bercak totol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh
alam yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan
perwatakannya

yang

khas

dalam

hal

proses

pemnbentukan,

keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah
mengenal wujud tanah, akan tetapi bnyaknya ragam tanah, sifat
persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam
pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah
adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan
bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik,kimia,biologi,serta
morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak
sama dengan kurun waktu pembentukan batuan.
Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari
gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan
dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat
dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah

satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai
medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral,
bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti
pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam
membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian
besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan
menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan mineral
esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida
(dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam
nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua
heterotrof bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan
penentu utama dalam produktivitas bumi (Kimball, 1999).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan
fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan
kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu
daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem
tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor
fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian
suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.
Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat
tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi
dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga
tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah
(Suin, 1997). Menurut Wallwork (1970), besarnya perubahan gelombang
suhu di lapisan yang jauh dari tanah berhubungan dengan jumlah radiasi
sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang

terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada
vegetasi yang ada di atas permukaannya.
Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan
penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997), menyebutkan bahwa ada
fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang
senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis Collembola
yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut dengan Collembola
golongan asidofil, yang memilih hidup pada tanah yang basa disebut
dengan Collembola golongan kalsinofil, sedangkan yang dapat hidup pada
tanah asam dan basa disebut Collembola golongan indifferen. Metode
yang digunakan pada pengukuran pH tanah ada dua macam, yaitu secara
kalorimeter dan pH meter. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman
yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang
mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif
populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh
terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi
yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-kondisi
serasi (Sutedjo dkk., 1996).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997).
Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuhtumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuhtumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna
tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup,
meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah
merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di luar
tumbuh-tumbuhan

dan

bakteria

yang

hidupnya

tergantung

dari

tersedianya makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah. Proses
dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak
ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah
dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan

biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon
dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah
tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan
berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif
bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah
tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam
suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).
Burges dan Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000), menjelaskan
bahwa secara garis besar proses perombakan berlangsung sebagai
berikut : pertama-tama perombak yang besar atau makrofauna meremahremah substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui
usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Butiran-butiran
tersebut dapat dimakan oleh oleh mesofauna dan atau makrofauna
pemakan kotoran seperti cacing tanah yang hasil akhirnya akan
dikeluarkan dalam bentuk feses pula. Materi terakhir ini akan dirombak
oleh mokroorganisme terutama bakteri untuk diuraikan lebih lanjut.
Selain dengan cara tersebut, feses juga dapat juga dikonsumsi lebih
dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat
dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna
apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan dan diuraikan lebih lanjut
oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada proses
mineralisasi. Melalui proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati
akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh
tumbuh-tumbuhan lagi. Dengan melihat proses aliran energi yang
dikemukakan oleh Burges and Raw (1967) dalam Rahmawaty (2000),
dapat dikatakan bahwa tanpa adanya keberadaan mesofauna tanah, proses
perombakan materi (dekomposisi) tidak akan dapat berjalan dengan baik.
2. Arthopoda
Arthropoda merupakan kelompok hewan yang kaki dan tubuhnya
beruas-ruas.Tubuhnya terdiri dari bagian kepala, dada, dan perut.
Memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari zat kitin, yang menyebabkan

tubuh Arthropoda kuat dan kaku. Habitatnya di darat, air tawar, maupun
di laut. Arthropoda ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada
tumbuhan, hewan atau manusia. Arthropoda merupakan filum terbesar
jika dilihat dari jumlah anggotanya, dominan dalam dunia hewan
Avertebrata, dan sebagian besar Arthropoda adalah serangga (insekta).
Alat pernapasannya bervariasi sesuai dengan habitatnya. Arthropoda darat
bernapas dengan trakea atau paru-paru buku, sedangkan yang hidup di air
bernapas dengan insang. Jenis kelamin terpisah (gonochoris). Beberapa
jenis Arthropoda mengalami parthenogenesis. Alat ekskresinya berupa
nefridium yang berpasangan, sistem saraf tangga tali. Beberapa kelas
Arthropoda ditampilkan berikut ini :
a. Crustacea
Kelas ini sebagian besar anggotanya hidup di air, bernapas dengan
insang. Tubuhnya terdiri dari bagian kepala-dada yang bersatu
(sefalotorak) dan perut (abdomen). Crustacea eksoskeleton keras,
terdiri dari zat kitin yang berlendir. Pada bagian sefalotorak terdapat
lima pasang kaki besar yang berfungsi untuk berjalan (kaki jalan) di
mana sepasang kaki pertama berukuran lebih besar disebut keliped.
Adapun di bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki berukuran kecil
yang berfungsi untuk berenang (kaki renang). Bagian depan
sefalotorak terdapat sepasang antena panjang dan sepasang antenule
pendek. Crustacea dibedakan menjadi 2, yaitu Entomostraca
(mikrocrustacea), misalnya Daphnia sp, Cyclops sp, yang merupakan
komponen penting dari zooplankton, dan Malacostraca (makrocrustacea), misalnya Pinnaeus monodon (udang windu), Cancer sp
(kepiting), Panulirus sp (lobster).

b. Myariapoda
Hewan yang tergolong kelas Myriapoda memiliki banyak segmen
tubuh, dapat mencapai 100 – 200 ruas. Tubuh terdiri dari kepala yang

kecil, berada pada ruas pertama, dan perut yang pada tiap ruasnya
memiliki sepasang atau dua pasang kaki. Habitatnya di darat, bernapas
dengan paru-paru buku. Pada bagian kepala hewan ini terdapat
sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Kelas ini terdiri dua,
yaitu:
a) Chilopoda
Tubuh Chilopoda agak pipih (gepeng), tiap ruas tubuh terdapat
sepasang kaki. Di bagian kepala terdapat sepasang antena panjang
dan semacam cakar yang berbisa. Chilopoda merupakan hewan
karnivora.
Contohnya Scolopendra sp (kelabang).
b) Diphlopoda
Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki.
Hewan ini menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya
membela diri dengan cara menggulung tubuhnya, Diplopoda
merupakan herbivora. Contoh: Spirobolus sp (luwing).

c. Arachnida
Arachnida tubuh terdiri dari bagian kepala-dada yang menyatu
(sefalotorak) dan perut (abdomen) yang bulat. Kepala kecil, tanpa
antena, terdapat beberapa mata tunggal (oceli). Habitatnya di darat,
bernapas dengan paru-paru buku. Mempunyai kaki empat pasang yang
terdapat pada sefalotorak. Pada sefalotorak terdapat alat tambahan
berupa sepasang kelisera yang beracun dan sepasang palpus. Pada
ujung posterior abdomen, sebelah ventral anus terdapat sutera dan
bermuara pada alat serupa pembuluh yang disebut spinneret.
Makanannya berupa cairan tubuh hewan lain dan diisap melalui mulut
dan esofagus. Jenis kelamin terpisah, fertilisasinya terjadi secara
internal. Telur yang telah dibuahi diletakkan dalam kokon-kokon

sutera yang dibawa ke mana-mana oleh hewan betina. Contoh:
kalajengking, laba-laba.
d. Insecta
Insecta(serangga) dalam bahasa latin disebut dengan Insectum yang
artinya trpotong menjadi bagian-bagian yang disebut dengan serangga.
Ukuan dari tubuh serangga sendiri bermacam-macam, dengan
panjangnya 2-40mm. Ada juga serangga dengan ukuran mikroskopis
da nada juga yang mempunyai ukuran panjang sampai 260mm,
contohnya seperti Phobaeticus serratipes , tubuh serangga sendiri
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala(kaput), dada(toraks), serta
perut(abdomen).
Tubuh insekta terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada
(toraks), dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal
(oceli), mata majemuk (faset), alat-alat mulut, mungkin juga antena.
Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu protoraks, mesotorak dan metatoraks.
Kaki dan sayap terdapat di bagian dada. Insekta memiliki tiga pasang
kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua pasang, meski ada
sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air tawar
(terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut.
Ukuran tubuhnya mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter (insekta terpanjang, Pharmacia serratipes, panjangnya
mencapai 26 cm). Tipe mulut insekta bermacam- macam (mengisap,
menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah). Bernapas dengan
trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang spirakulum
pada

sisi-sisi

tubuh.

Insekta

mengalami

metamorfosis,

baik

metamorfosis sempurna maupun tidak sempurna (beberapa golongan
serangga tidak mengalami metamorfosis). Mempunyai sistem saraf
tangga tali. Peredaran darah terbuka, darah tidak mengandung pigmen
darah (hemoglobin) sehingga hanya berfungsi mengedarkan zat
makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas pernapasan (O 2 dan
CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea. Terdapat sekitar

900.000 spesies anggota Insecta yang teridentifikasi. Berdasarkan ada
atau tidaknya sayap, Insecta dibagi dalam beberapa subkelas, antara
lain Apterygota dan Pterygota.
a) Apterygota
Apterygota, berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata a dan
pteron. a berarti tidak, dan pteron berarti sayap. Apterygota adalah
kelompok serangga yang tidak memiliki sayap, sedikit atau tidak
mengalami metamorfosis, memiliki appendage di bagian ventral
abdomen, dan umumnya memiliki ukuran yang kurang dari 5 mm.
Appendage adalah bagian tubuh yang menonjol, dapat digerakkan,
dan berfungsi sebagai alat gerak, alat indra, untuk makan, atau
keperluan lainnya. Apterygota hidup di tempat lembab yang
mengandung humus atau sampah organik, dan ada pula yang
memakan buku atau pakaian. Serangga termasuk Apterygota,
antara lain ordo Thysanura (Lepisma saccharina -kutu buku) dan
Archaeognatha (Petrobius martimus). Ciri-Ciri Apterygota :


Tidak bersayap



Tipe mulutnya mengigit



Tidak mengalami metamorfosis (ametabola)



Anetanya panjang tidak beruas-beruas



Batas antara kepala, dada, dan perut tidak jelas



Contoh spesiesnya yaitu kutu buku (Lepisma sachariana)



Kutu

buku

dapat

dapat

merusak

buku

karna

dapat

mengeluarkan selulase
b) Pterygota
Pterygota merupakan kelompok serangga yang memiliki sayap
atau tidak bersayap, dan mengalami metamorfosis. Serangga yang
tidak bersayap contohnya semut dan anai-anai. Ciri-Ciri
pterygota :



Memiliki sayap



Mengalami metamorphosis



Tipe mulut yang bervariasi

Pterygota dibedakan dalam dua kelompok antara lain sebagai
berikut :


Exopterygota, memiliki sayap yang berkembang di luar yang
tumbuh di tonjolan luar dinding tubuh yang melebar.
Exopterygota mengalami metamorfosis

tidak sempurna.

Contohnya ordo Ephemeroptera (Ephemeroptera sp. - lalat
hidup sehari), Odonata (Pantala sp. - capung kuning),
Orthoptera (Gryllus so.- jangkrik), Isoptera (Reticulitermes rayap), Plecoptera (Taeniopteryx sp.), Hemiptera (Aphis
pomo- kutu daun), dan Thysanoptera (Thrips palmi).


Endopterygota, memiliki sayap yang berkembang di bawah
kutikula dalam bentuk lipatan. Perumbuhan sayap dimulai dari
fase pupa (kepompong) hingga tumbuh dengan sempurna pada
fae imago (dewasa). Endopterygota mengalami metamorfosis
sempurna.

Contohnya

ordo

Megaloptera

(Sialis

sp.).

Hymenoptera (Oecophylla saragilla - semut rangrang),
Siphonaptera (Pulex irritans), Trichoptera (Phryganea sp. lalat kadis), Lepidoptera (Apatura iris), Raphiidioptera
(Turcoraphidia acerba), Mecoptera (Panorpa communis - lalat
kalajengking), Diptera (Musca domestica - lalat rumah)
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga
Faktor-faktor fisis yang mempengarhi kehidupan serangga antara lain
meliputi suhu, cahaya/matahari, kelembaban udara, angin, cuaca/ iklim
(curah hujan) dan lainnya.
a. Suhu

Suhu merupakan faktor Iingkungan yang menentukan/ mengatur
aktivitas hidup serangga. Pengaruh ini jelas terlihat pada proses
fisiologi

serangga,

yaitu

bertindak

sebagai

faktor

pembatas

kemampuan hidup serangga. Pada suatu suhu tertentu aktivitas hidup
serangga tinggi (sangat aktit), sedangkan pada suhu yang lain aktivitas
serangga rendah (kurang aktif). OIeh karena itu terdapat zone.
zone/daerah suhu yang membatasi aktivitas kehidupan serangga.
Zone-zone tersebut (untuk daerah tropis) adalah:
a) Zone batas fatal atas, pada suhu tersebut serangga telah
mengalamikematian, yaitu pada suhu > 48° C.
b) Zone dorman atas, pada suhu ini aktivitas (organ tubuh eksterna)
serangga tidak efektif, yaitu pada suhu 38 — 45° C.
c)

Zone efektifatas, pada suhu ini aktivitas serangga efektif pada
suhu 29 — 38° C.

d)

Zone optimum, pada suhu ± 28° C, aktivitas serangga adalah
paling tinggi.

e) Zone efektif bawah, pada suhu ini aktivitas (organ interna dan
eksterna) serangga efektif, yaitu pada suhu 27 — 15° C.
f) Zone dorman bawah, pada suhu ini tidak ada aktivitas eksterna,
yaitu pada suhu 15° C.
g) Zone fatal bawah, pada suhu ini serangga telah mengalami
kematian ( ±4° C)

Dekat dengan batas-batas suhu tertinggi atau terendah merupakan
daerah suhu yang menyebabkan srangga-seranga tersebut tidak aktif
dan semua gerakan eksterma terhenti. Tidak aktif pada daerah suhu
rendah disebut hibernasi, sedangkan tidak aktif pada suhu daerah
tinggi disebut estivasi. Di antara hibernasi dan estivasi terletak daerah
suhu dengan aktivitas penuh dan disebut daaerah efektif. Makin naik
daerah hibernasi serangga tersebut akan makin tinggi vitalitas

hidupnya sampai pada titik optimum dan di atas titik optimum itu
kondisinya akan semakin menurun kembali sampai akhirnya aktivitas
hidupnya (organ eksterma) berhenti sama sekali jika telah sampai zona
estivasi.
Pada umumnya jenis serangga aktif pada suhu sedikit di atas 15° C,
tetapi beberapa species dapat hidup aktif sedikit di atas titik beku air.
Suhu optimum pada kebanyakan serangga adalah di sekitar 28° C dan
estivasi biasanya dimulai dan suhu 38° C sampai 45° C. Untuk
kebanyakan serangga titik suhu 48° C merupakan titik kematian total
(fatal point) pada daerah suhu tinggi, meskipun ada di antaranya dapat
bertahan hidup sampai 52° C untuk beberapa saat misalnya kumbang
Chrysohothrys sp. Pada suhu fatal rendah didapati variasi antara
species serangga yang ada, demikian pula pengaruh musim
menyebabkan adanya variasi tersebut. Bagi daerah tropis seperti di
Indonesia suhu rendah ini tidak begitu penting karena suhu rataratanya untuk sepanjang tahun di atas 0° C. Suhu selain membatasi
penyebaran geografis dan topografis dan species serangga juga
mempengaruhi kecepatan perkembangan hidupnya. Pada umumnya
kecepatan perkembangannya naik sebanding dengan kenaikan suhu,
sampai akhimya dicapai titik yang optimum.
b. Cahaya
Reaksi serangga terhadap cahaya tidak begitu berheda dengan
reaksinya terhadap suhu. Sering sukar untuk menentukan apakah
pengaruh yang terjadi terhadap serangga itu disebabkan oleh faktor
cahaya ataukah faktor suhu, karena kedua faktor tersebut biasanya
sangat erat berhubungan dan bekerja secara sinkron. Secara teoritis
memang dimungkinkan untuk membagi daerah pencahayaan seperti
halnya pada suhu, yaitu daerah cahaya optimum, efektif dan lethal
(kematian). Karena sebegitu jauh diketahui bahwa beberapa species
serangga menanggapi faktor cahaya ini secara positif ataupun

sebaliknya negatif, maka dapat diduga bahwa titik “optimum” masingmasing species sangat besar variasinya. Beberapa kegiatan serangga
dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul sejenis
serangga yang aktif pada pagi, siang, sore dan malam hari. Cahaya
matahari ini mempengaruhi aktivitas dari distribusi lokalnya.
Dijumpai serangga-serangga yang aktif pada saat ada cahaya matahari,
sebaliknya dijumpai serangga-serangga yang aktivitasnya terjadi pada
keadaan gelap. Pengaruh merangsang dari cahaya terhadap serangga
digambarkan

oleh

Graham

(1967)

dengan

contoh

reaksi

Chrysobothrys dewasa. Kumbang ini tetap tinggal inaktif pada harihari yang mendung (penuh awan) walaupun suhunya pada waktu itu
sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada suhu pada hari-hari cerah
pada suhu kumbang tersebut aktif. Juga Carpenter pada tahun 1909
menunjukkan bahwa kejang otot pada Drosophila yang biasanya
terjadi pada suhu 390 C, karena terpengaruh cahaya kuat 480 candle
(lilin). Meskipun species serangga tertentu tidak tahan juga terhadap
cahaya kuat, tetapi kemungkinannya jarang terjadi bahwa cahaya di
alam akan berpengaruh sampai pada batas toleransi species serangga
pada umumnya. Tetapi suatu kenyataan dapat dilihat bahwa ada
tidaknya cahaya sedikit banyak akan mempengaruhi penyebaran lokal
dan jenis-jenis serangga tersebut. Bahwa cahaya berpengaruh terhadap
serangga yang akan bertelur, dikemukakan oleh Chapman dalam
Suithoni (1978) dengan contoh penggerek Agrilus bilineatus yang
lebih senang meletakkan telurnya pada bagian batang pohon yang
terkena cahaya matahari penuh. Jenis ulat tanah (Agrotis sp.), jangkrik
(Grylius bimaculatus), gangsir (Brachytrypes portentosus) dan
sebagainya, menyerang tanaman dan aktif pada malam hari, begitu
pula jenis-jenis siput. Hama Helopeitis menyukai keadaan terang,
yaitu siang hari, sedangkan hama-hama gudang menyukai keadaan
gelap. Respon serangga terhadap cahaya dapat bersifat positif atau
negatif, yang ditunjukkan oleh species-species serangga nocturnal

(aktif pada malam hari). Serangga berespon positif apabila
mendatangi sumber cahaya, sedangkan serangga berespon negatif
apabila tidak terpengaruh oleh adanya cahaya. Pengetahuan tentang
respon serangga terhadap cahaya dapat dipergunakan antara lain
untuk:
a)

Pengamatan senangga hama (Monitoring)
Pengamatan serangga hama dengan menggunakan lampu
perangkap atau dengan suatu alat tertentu yang mempunyai warna
dengan panjang gelombang tertentu. Misalnya serangga Aphis
menyukai warna kuning.

b) Pengendalian/ pemberantasan serangga hama
Penggunaan obor/ api atau perangkap cahaya (light trap) dapat
untuk mengurangi kepadatan populasi hama wereng, walang
sangit dan serangga hama lain yang tertarik cahaya. Dari uraian
tersebut di atas dapat dilihat bahwa memang sulit untuk
memisahkan perbedaan pengaruh cahaya dari suhu, walaupun
demikian jelas bahwa faktor cahaya penting perannya di dalam
kehidupan serangga.

c. Kelembapan
Sebagai halnya organisme yang lain, maka penyebaran dan
perkembangan hidup serangga sangat tergantung oleh adanya air di
dalam lingkungan hidupnya. Efektivitas dari suhu di dalam
merangsang

kecepatan

perkembangan

hidup

serangga

juga

dipengaruhi oleh kelembaban yang ada. Dalam keadaan lembab yang
serasi serangga tersebut tidak begitu peka terhadap pengaruh suhu
yang ekstrim. Di dalam hal kelembaban inipun didapati kelembaban
optimum ataupun daerah kelembaban yang efektif. Daerah lembab
yang ekstrim yang menyebabkan kematian tidak begitu jelas dapat
ditandai seperti halnya suhu.

Dalam keadaan normal peningkatan atau pengurangan kelembaban
tidak
mengakibatkan matinya serangga dengan cepat, tetapi hanva
berpengaruh terhadap aktivitasnya. Walaupun demikian ada pula
species serangga tertentu yang menyimpang dari ketentuan tersebut
di atas, karena aktivitasnya sangat dibatasi oleh faktor kelembaban.
Ada species-species yang hanya dapat hidup pada kayu yang basah
atau lembab (famili Scolytidae, Cerambycidae dan Platypodidae) dan
ada species serangga yang dapat hidup pada kayu yang sudah kering
(famili Lyctidae, Bostrychidae, Anobiidae) dan rayap kayu kering
(famili Kalotermitidae).
Tubuh serangga mengandung 80 — 90 % air, dan harus dijaga agar
tidak mengalami banyak kehilangan air yang dapat mengganggu
proses fisiologinya. Ketahanan serangga terhadap kelembaban
bervariasi. Ada serangga yang mampu hidup dalam suasana kering
tetapi adapula yang hidupnya di dalam air. Biasanya serangga tidak
tahan mengalami kehilangan air yang terlalu banyak, namun ada
beberapa serangga yang mempunyai ketahanan karena dilengkapi
dengan berbagai alat pelindung untuk mencegah kehilangan air
tersebut, misalnya kutikula yang dilapisi lilin. Serangga darat
(lerestrial insect), khususnya serangga fitofagus akan mendapatkan
air dari makanannya. Serangga yang hidup pada bahan-bahan sangat
kering seperti hama-hama gudang, akan mendapatkan air dan proses
metabolismenya, contohnya bubuk kayu dan famili Lyctidae,
Bostrychidae, Anobiidae dan Kalotermitidae.
Adanya curah hujan akan menambah kelembaban dan mempengaruhi
vegetasi tanaman yang dibudidayakan. Hal ini mendorong keadaan
yang cocok untuk perkembangan serangga hama, karena ketersediaan
makanan yang cukup. Tidak semua jenis serangga mengalami
perkembangan pada musim hujan, dan sebaliknya serangga-serangga
tertentu pada musim hujan mengalami kematian. Serangga-serangga
yang berkembang biak pada musim kemarau, misalnya jenis kutu

tanaman (ordo Homoptera) karena pengaruh hujan yang berupa
butiran-butiran air merupakan tenaga mekanis dapat mematikan
serangga ini. Pada bulan-bulan kering dalam musim hujan atau bulanbulan basah pada musim kemarau, ulat tanah (ulat grayak ulat tentara
= army worm Spodoptera litura) menyerang secara mendadak dan
dapat menyebabkan kerusakan berat dalam waktu yang singkat,
terutama pada tanaman pertanian pangan. Dalam tahun basah yang
sebelumnya didahului tahun kering yang panjang hama tikus sawah,
Artona cat oxant ha (hama daun tua pohon Kelapa) akan mengadakan
serangan. Pada musim hujan Stephanoderes hampei (hama buah kopi)
dapat berkembang biak dengan baik dan menggerek buah kopi yang
sudah tua. Hama itu dapat berkembang dengan baik karena keadaan
yang lembab. Begitu pula Xyleborus Sp. Jati dan lain-lain.

d. Hubungan antara suhu dan kelembaban
Walaupun suhu memungkinkan species serangga tersebut dapat
berkembang dengan baik, tetapi kalau kelembabannya tidak
memenuhi persyaratan hidupnya, maka species serangga tersebut
akan mati atau mengalami hambatan di dalam perkembangannya.
Sebaliknya jika kelembaban serasi tetapi suhunya terletak di luar
batas suhu efektif maka perkembangan hidupnya akan terhambat
pula. Pengertian ini penting dalam praktek, agar cara melaksanakan
pengendaliannya dapat diterapkan sebaik-baiknya dan dicapai hasil
yang efisien. Telah dikemukakan bahwa suhu di Indonesia secara
geografis tidak begitu besar variasinya dan amplitudonya kecil,
sehingga faktor suhu tidak begitu menentukan. Tetapi hendaknya
diingat bahwa faktor topografi mempunyai hubungan yang erat
dengan suhu, hingga banyak dijumpai species serangga hama yang
bersifat lokal. Jika faktor topografi tidak menyebabkan lokalisasi
penyebaran serangga hama, maka biasanya intensitas serangannya
tidak sama. Faktor kelembaban di daerah tropis berhubungan erat

dengan adanya musim hujan dan kemarau, walaupun sebenarnya
berpengaruh pula terhadap suhu. Di Indonesia dijumpai hama yang
berkembang pada musim kemarau, sedang pada musim hujan
populasinya sangat menurun atau sebaliknya. Sebagai contoh hama
Belalang kayu ( Valanga nigricornis) bertelur pada akhir musim hujan
atau awal musim kemarau, kemudian menetas dan berkembang
menjadi dewasa pada musim hujan. Sebelum musim hujan berakhir,
belalang betina dewasa bertelur lagi di dalam tanah dan telur tersebut
akan tetap dorman (diapause) selama musim kemarau. Dengan
demikian dijumpai adanya hama Belalang kayu pada musim hujan
sampai permulaan musim kemarau. Hama Xyleborus destruens
menyerang pohon Jati yang tumbuh di daerah-daerah yang selalu
basah (curah hujan > 2000 mm) misalnya di Jawa Barat dan Jawa
Tengah bagian Barat atau di daerahdaerah dengan ketinggian di atas
500 mdpl.

e. Angin
Angin akan membantu penyebaran serangga, terutama serangga yang
berukuran kecil. Secara tidak Iangsung angin juga mempengaruhi
kandungan air dalam tubuh serangga, karena angin mempercepat
penguapan dan penyebaran udara.

f. Cuaca/ iklim
Di dalam memperhatikan pengaruh dan suhu, cahaya atau
kelembaban terhadap kehidupan species serangga yang berada di
dalam hutan, tidak boleh dilupakan bahwa kenyataannya ketiga faktor
tersebut bekerjasama saling mempengaruhi. Bahkan faktor iklim
yang lain, misalnya panas dan sirkulasi udara ikut berperanan di
dalamnya. Pengaruh-pengaruh itu bersama-sama disebut pengaruh
cuaca atau iklim. Cuaca merupakan kerjasama dan semua faktor fisis
yang terdapat di lingkungan hidup suatu organisme pada sesuatu saat,

sedang iklim pada jangka waktu yang relatif panjang. Kalau cuaca
berubah dan suatu waktu ke waktu yang lain, sedang iklim
menunjukkan sifat-sifat yang tetap untuk suatu daerah. Faktor iklim/
cuaca ini akan mempengaruhi secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap perkembangan hidup dan suatu species serangga.
Misalnya gaya mekanis/ kinetis dan hujan yang deras dapat
mengurangi larva yang sedang saatnya tumbuh dan berkembang,
dengan demikian akan mengurangi kemungkinan timbulnya epidemi
pada waktu yang akan datang.
Cuaca panas dan lembab memungkinkan meningkatnya populasi
organisme pemakan serangga (enlomo,tagus), seperti misalnya
bakteri-bakteri penyebab penyakit atau Protozoa. Sedangkan di sisi
lain cuaca yang kering dapat mengurangi pertumbuhan vegetatif dan
tanaman yang menjadi makanannya serangga, sehingga dengan
populasi yang tidak tinggipun dapat menyebabkan kerusakanyang
besar. Pada kebanyakan serangga perusak daun populasinya akan
meningkat apabila suhu meningkat dengan jumlah hujan yang
sedang.

g. Faktor makanan
Makanan merupakan sumber gizi yang digunakan oleh serangga
untuk mendukung kehidupan dan perkembangannya. Kehidupan dan
perkembangan serangga sangat dipengaruhi oleh kualitas makanan
dan jumlah makanan yang tersedia.
4. Peranan Serangga
Beberapa hewan yang termasuk Arthropoda berikut ini mempunyai
peranan dalam kehidupan manusia.
a. Crustacea
 Sebagai sumber protein hewani dan bernilai ekonomis tinggi ,
Contoh: udang, kepiting, lobster.

 Sebagai sumber makanan ikan, terutama Microcrustacea yang
merupakan komponen penting pembentuk zooplankton.
b. Myriapoda
Membantu

proses

penguraian

sampah

organik,

karena

kemampuannya memakan partikel-partikel sampah (detritus) menjadi
partikel yang lebih kecil. Contoh: luwing/lipan.
c. Arachnida
Umumnya Arachnida merugikan, karena:
 Sebagai ektoparasit pada hewan-hewan ternak. Contoh: caplak
 Sarangnya menyebabkan rumah menjadi kotor. Contoh: laba-laba
d. Insekta
Insekta terdiri dari spesies yang sangat beragam. Oleh karena itu
peranannya dalam kehidupan manusia juga beragam.
a) Menguntungkan
 Menghasilkan sesuatu yang berguna bagi manusia. Contoh:
lebah

madu menghasilkan

madu, kokon ulat sutera

menghasilkan serat sutera.
 Membantu proses penyerbukan/polinasi tanaman. Contoh:
kupu-kupu, lebah.
 Sebagai musuh alami hama tanaman. Contoh: kepik
memakan kutu daun.
 Membantu proses degradasi sampah organik. Contoh:
kumbang kotoran, larvanya membantu degradasi sampah
organik berupa kotoran ternak.
 Sebagai media pengobatan berbagai penyakit. Contoh: lebah
hutan (Aphis mellifera) dimanfaatkan sengatnya untuk terapi
berbagai macam penyakit, dan telah terbukti dapat membantu
penyembuhan berbagai penyakit, salah satunya adalah teknik
Aphiterapi, yaitu terapi menggunakan media lebah.

 Sumber protein hewani. Contoh: belalang kayu ada yang
memanfaatkannya sebagai makanan.

b) Merugikan
 Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti, lalat,
kecoak, tikus dan kolera
 Merusak tanaman budidaya manusia, seperti ulat, kumbang
kelapa, dan belalang
 Serangga banyak yang hidup dengan parasit pada ternak
maupun ikan
 Parasit pada manusia (menghisap darah) seperti kutu busuk,
nyamuk, dan kutu kepala
 Dapat merusak bahan bangunan, seperti rayap dan kumbang
kayu
 Merusahk bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai)
oleh berbagai Coleoptera, misalnya kumbang beras
 Menyebabkan penyakit pada tanaman, seperti Nilapervata
lugens (wereng) menyebabkan penykit virus tungro, belalang
(walang sangit) yang mengisap cairan biji padi muda
sehingga tanaman padi menjadi puso.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Relung
Titik 1 (Pohon Kaca Piring)
No.

5 Menit ke
1
2

Sp
Sp 1

1.

1

-

-

1

Sp 2

2.

Titik 2 (Pohon Bunga Sepatu)
No.

Sp

1

5 menit ke
2
3

4

-

1

-

Sp 4

1.

-

Sp 5

2.

-

-

1

-

-

-

-

1

-

-

1

-

1

5 menit ke
2
3

4

-

1

-

Sp 6

3.

sp 7

4.

Titik 3 ( Pohon bunga Asoka )
No.

Sp
Sp 8

1.

-

Titik 4 ( Pohon Akasia )

No.

5 menit ke

Sp
1

2

3

4

-

1

-

-

Sp 9

1.

Serangga merupakan hewan berdarah dingin. Bila suhu lingkungan
menurun, suhu tubah seranggapun menurun. Hal ini mengakibatkan menurunnya
proses metabolisme dalam tubuh serangga. Banyak serangga yang dapat bertahan
hidup terhadap suhu beku namun dalam periode yang pendek. Beberapa serangga
dapat tahan pada suhu yang rendah dengan cara menyimpan etilen glikol dalam
jaringan-jaringan tubuhnya. Etilen glikol merupakan suatu zat kimia yang
fungsinya sama dengan cairan yang dituangkan dalam radiator kendaraan yang
berfungsi sebagai pelindung suhu yang sangat rendah.
Serangga ada yang herbivore dan karnivor, contoh serangga herbivore
yaitu kumbang, ulat, kupu-kupu, sedangkan yang karanivor atau pemakan
serangga lainnya yaitu belalang sembah, lalat, dan kepik.
Serangga memiliki bagian-bagian tubuh yang sangat berbeda dari hewan
lain. Secara umum, tubuh serangga terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (cephal),
dada(thorax), dan perut(abdomen). Tubuhnya dilindungi oleh kulit keras yang
biasa disebut eksoskeleton. Pada bagian kepala terdapat mata, antena, dan sungut.
Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki. Kaki-kaki pada serangga disebut
dengan tungkai. Sedangkan bagian perutnya umumnya terdiri beberapa alat
pernafasan yang disebut spirakel. Pada serangga betina ujung bagian perut
dilengkapi oleh suatu organ yang panjangdan runcing yang disebut ovipositor.
Serangga memiliki jenis yang sangat banyak sehingga tak mengherankan
jika di setiap tempat selalu ditemukan serangga. Klasifikasi serangga adalah
sebagai berikut :

Kingdom

: Animalia

Filum

: Invertebrata

Kelas

: insekta (serangga)

Dari data yang didapat serangga banyak mendekati bunga dibandingkan
pohon. Serangga mendekati bunga paling banyak pada bunga sepatu. Karena pada
bunga sepatu yang diamati bunganya lebih banyak, dibandingkan pada bunga
keca piring, asoka, maupun pohon akasia.
Serangga mendekati bunga pada umumnya untuk membantu penyerbukan.
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik. Penyerbukan
yang dibantu oleh serangga disebut penyerbukan biotik.
Serangga pada umumnya lebih banyak pada tumbuhan yang berbunga,
serta memiliki warna bunga yang relative cerah. Pada bunga yang kami amati ada
bebarapa jenis serangga baik serangga terbang atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Octavianty, Yuke. 2008. Ensiklopedia serangga. Depok ; Penebar swadaya.
2. Plate trap
SP



K

KR

17

0,043

28,289

Sp1

Sp2

36

0,092

60,526

6

0,015

9,868

1

0,002

1,315

60

0,152

99,998

Sp3

Sp4



Radar semut sensitif menemukan dimana sumber glukosa/fruktosa
berada karena tubuh semut memang dirancang untuk membutuhkan zat-zat
yang terkandung di makanan manis. Semut memang termasuk serangga
paling aktif, makanya mereka membutuhkan zat gula yang bisa dengan
mudah diubah menjadi energi. Semut tidak hanya makan yang manis-manis
saja. Semut juga sering terlihat mengerubungi bangkai serangga, tumbuhtumbuhan, dan makanan lainnya. Hal ini karena tubuh semut juga

membutuhkan zat-zat lain sebagai pelengkap yang juga dibutuhkan tubuh
mereka.
Banyak spesies semut berkomunikasi dengan rekan satu-sarang
mereka menggunakan aroma kimia yang dikenal sebagai feromon. Feromon
dapat digunakan dalam banyak semut dan hewan lain (termasuk manusia).
Bayangkan sebuah koloni semut yang sedang mencari makanan.
Pengamatan terhadap anggota koloni semut akan mengungkapkan bahwa
semut sering berjalan dalam garis lurus antara sarang semut dan sumber
makanan.
Ketika semut menemukan makanan, dia akan dapat mengikuti jejak
feromon sendiri kembali ke sarang. Dalam perjalanan kembali ke sarang,
semut memberitahukan kepada semut lain dengan meletakkan feromon
lebih, menciptakan jejak dengan aroma lebih kuat.
Ketika semut lain (yang belum menemukan makanan) menemukan
jejak feromon, mereka mulai mengikuti jejak. Jika jejak feromon semut
mengarah kembali ke sarang tanpa makanan, maka semut akan berbalik
mengikuti jejak ke arah yang berlawanan. Setelah semut mencapai makanan,
semut akan meraih sepotong dan berbalik, mengikuti jejak yang sama
kembali ke sarang. Dalam perjalanan kembali, semut memperkuat jejak
dengan meletakkan lebih feromon.
Begitu mereka mencapai makanan, mereka ambil sepotong dan
berbalik, mengikuti jejak yang sama kembali ke sarang. Dalam perjalanan
pulang, mereka memperkuat jejak dengan meletakkan lebih feromon. Seiring
waktu, banyak jalan antara sarang dan makanan dieksplorasi, tapi aroma pada
jalur terpendek diperkuat lebih dari jalur lain, sehingga dengan cepat menjadi
jalan yang paling populer, dan segera semua semut berjalan dalam file
sepanjang itu.
DAFTAR PUSTAKA
Cendrajaya Agra Rizqa. 2012. Bagaimana Cara Semut Mencari
Makanan ?
http://silverant.blogspot.co.id/2012/07/bagaimana-cara-semutmencari-makanan.html (15 Desember 2015)

Nadia Baiq. 2013. #TanyaSains: Mengapa Semut Doyan yang ManisManis?
http://sains.me/707/tanyasains-mengapa-semut-doyan-yang-manismanis.html/ (15 Desember 2015)
3. Karton trap
Pada jebakan karton putih yang kami pasang. Kami temukan sekitar 45
serangga yang terjebak
Gerakan makhluk hidup yang bereaksi terhadap cahaya atau warna
disebut phototaksis. Jika makhluk hidup bergerak mendekati cahaya/warna itu
adalah phototaksis positif seperti laron berkerumun di lampu. Bunga
memanfaatkan sifat ini untuk menarik serangga agar membantu penyerbukan,
maka dari itu bunga berwarna-warni. Jika makhluk hidup bergerak menjauhi
cahaya/warna itu adalah phototaksis negatif seperti kecoa menjauh ke gelapan
disoroti senter.
Dalam membuat perangkap, kita memanfaatkan sifat phototaksis
postitif dalam menangkap serangga. Serangga umumnya tertarik dengan
warna merah, biru, hijau, dan kuning. Dari ketiga warna tersebut, warna
kuning yang paling banyak serangga yang tertarik, kemudian disusul warna
biru, hijau, dan merah.
Warna Hijau, Kuning, Merah, dan Biru bagi Serangga
Serangga menyukai warna-warna yang kontras. Cara serangga melihat
suatu warna tidak seperti cara kita melihat. Seperti halnya warna hijau daun
bagi serangga itu adalah warna kuning dan warna biru secara terpisah,
mengingat hijau adalah gabungan warna biru dan kuning, serangga yang
tertarik dengan warna ini biasanya hama daun. Dan serangga juga menyukai
warna-warna yang berbias ultraviolet, serangga yang tertarik dengan warna
seperti merah atau biru biasanya lebah.
Maka dari itu perangkap warna yang digunakan untuk menangkap hama
serangga biasanya berwarna kuning. Karena hama serangga biasanya paling
banyak menyerang daun. Warna biru juga digunakan untuk menarik hama
thrips yang menyerang bunga atau daun tua.

Karton putih juga dihinggapi serangga karena karton putih di lapisi
minyak goreng. Fungsi minyak goreng yaitu memantulkan cahaya matahari
saat terik. Sehingga serangga mengira warna dari karton putih itu adalah
kuning, yaitu warna yang disukai serangga.

DAFTAR PUSTAKA
Gardening Allyards.

2015.

Menangkap

Hama

Serangga

Menggunakan Perangkap Warna
http://taman-berkebun.blogspot.com/2015/07/menangkap-hamaserangga-menggunakan.html (15 Desember 2015)
Anonim. 2010. Minyak Goreng Ubah Atap Rumah Jadi Pendingin
Ruangan
http://techno.okezone.com/read/2010/03/23/56/315197/minyakgoreng-ubah-atap-rumah-jadi-pendingin-ruangan(15 Desember 2015)