Memori Tentang Senja tiba studi

Sebuah cerpen karya f.i.l

Memori Tentang Senja
S
uatu hari ketika kukira cinta telah pergi untuk selama-lamanya, ternyata dia malah
kembali. Suatu hari dia singgah mengejutkanku. Banyak sekali yang telah terjadi diantara
kami, namun saat itu juga seolah waktu membeku dan perasaan bahagia yang sulit
dijelaskan kembali hadir dihatiku. Kuajak cinta pergi jalan berkeliling kota sunyi sambil
bertukar cerita tentang semuanya. Dia masih sama seperti dulu, caranya tersenyum,
berbicara, caranya menatap wajahku, masih ada sedikit harap dan rasa bahagia yang sama
terlukis disana. Selamat datang di duniaku, duhai kekasihku yang dahulu…Tawa kecil
mewarnai raut mukanya. Adakah yang berani menafsirkan bahwa pada suatu hari yang
tidak terduga, dua orang yang tadinya ialah sepasang kekasih dan telah berpisah,
kemudian bertemu kembali dan segalanya terasa sedikit aneh walaupun semestinya
wajar-wajar saja ? Waktu berlalu demikian cepat tanpa terasa…Di luar sana aku
melamunkan bagaimana aku telah melalui semuanya dan bertahan sampai detik ini.
Kuajak cinta menyusuri jalanan di kota sunyi. Senyummu membekas di benakku sampai
hari ini, katanya padaku. Tadinya kupikir aku tidak dapat hidup lagi setelah kita berpisah.
Kami berdua saling pandang dan sama-sama tertawa. Kedua tanganku berlindung di
kantong jaketku yang nyaman. Cuaca demikian dingin menusuk. Senja menggoreskan
warna jingga yang sangat syahdu di kanvas langit. Lampu-lampu sepanjang jalan mulai

menyala membentuk pola tidak beraturan yang indah. Kami terus berjalan dan sesekali
saling pandang. Cinta datang kesini hanya untuk melihat kota sunyi. Cinta sedang lari
untuk sesaat dari dunia nyata yang menyebalkan. Ada begitu banyak orang yang tidak
setia dan menyia-nyiakan cinta di dunia yang sebenarnya. Ada banyak orang yang bahkan
tidak tahu apa arti cinta. Tapi aku hanya ingin menikmati kesementaraan ini, berjalan
disisinya walau cuma sehari. Aku ingat, aku sudah bukan miliknya lagi. Dan kini kami
tidak lebih dari dua orang teman lama yang baru saja berjumpa kembali. Melepas rindu
dengan berjalan untuk sehari, menyusuri kota sunyi.
Telah demikian lama dan jauh kita berpisah, katanya, tapi aku masih
mengingatmu…Kami duduk di sebuah bangku menghadap pesisir pantai menjelang
malam. Aku hanya mengangguk dan diam. Ada kekuatan yang demikian besar
membungkam mulutku untuk bercerita kepadanya, bahwa disaat melihat dirinya kembali,
sesungguhnya ingatan akan rasa itu seolah terulang, tapi tidak mungkin begini…Aku
menatapnya, dirinya yang sedang memandang jauh ke ujung sana, suatu tempat
dikejauhan dimana dia datang. Cinta hanya singgah di kota sunyi sampai hari ini. Besok
semuanya akan terlupakan. Aku menarik napas panjang, dan tawa kecilnya bergema di
telingaku. Saat aku mulai tersenyum, kedua tangannya terangkat, jari-jarinya membentuk
persegi seolah sebuah bingkai mengarah kepadaku dan kemudian dia berkata, senyum itu,
senyum yang akan selalu aku ingat. Akhirnya kami mulai bertukar cerita tentang
keseharian kami, kisah-kisah percintaan kami, dan kenangan-kenangan saat kami masih

sepasang kekasih. Kendaraan dan orang yang berlalu-lalang seolah tidak nyata
disekelilingku, saat itu benar-benar hanya milik aku dan dia, sehari dikota sunyi bersama
mantan kekasihku.

Cemburu belum pernah merasa demikian terbakar tatkala melihat pemandangan
dihadapannya. Dari tadi diikutinya sang kekasih yang jalan bersama seseorang yang
bahkan tidak dikenalnya. Awalnya hendak dikejutkannya sang kekasih dengan setangkai
mawar merah sebagai tanda kasih sayang yang indah, tepat ketika seseorang
mendahuluinya, seseorang yang bahkan mampu membuat sang kekasih tersenyum seperti
itu. Cemburu tidak mengerti kenapa kekasihnya mau mengikuti orang itu, berjalan
bersama dan tampak seolah mereka ialah sepasang kekasih. Atau lebih tepatnya
berselingkuh. Cemburu mencengkram setangkai mawar di genggamannya lalu
menghempaskannya ke jalan. Cinta telah berkhianat, katanya dalam hati. Kenapa harus
aku ? Kenapa harus aku yang malang ini ? Brengsek !!! Maka sepanjang hari itu,
Cemburu mengikuti kekasihnya dan seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya itu,
menyusuri jalan di kota sunyi. Sehari di kota sunyi dengan perasaan sakit yang demikian
luar biasa, karena cinta dikhianati di depan mata kepalanya sendiri.
Apakah dia memperlakukan kamu dengan baik ? Aku sedikit terkejut dengan
pertanyaannya. Aku mengangguk. Dia sangat memperhatikan dan menyayangiku. Hmm,
gumaman yang selalu keluar dari mulutnya. Baguslah, komentarnya dengan singkat. Ada

yang ingin kutanya…Tiba-tiba sesuatu di kantong jaketku bergetar dan mengeluarkan
melodi sebuah lagu yang pernah jadi hits beberapa tahun lalu. Terdengar sebuah suara
yang tidak asing lagi menanyakan aku sedang dimana. Iya, aku sedang di tepi pantai,
bersama seorang teman, jawabku. Tapi suara itu penuh amarah, seolah ada yang salah
dengan segalanya. Kukatakan bahwa aku tidak bisa bertemu dengannya malam ini,
karena aku sedang punya pembicaraan pribadi dengan teman lama yang kebetulan datang
berkunjung dari tempat yang jauh. Suara itu mendesak ingin ikut bergabung, tapi aku
menolak. Berikan aku waktu sejenak bersama temanku, banyak hal yang ingin kami
bicarakan, kataku dengan mohon kepada suara tersebut. Kamu selingkuh, komentar suara
itu dengan keras lalu hubungan via telpon genggam tersebut putus begitu saja. Aku
memejamkan mata. Kenapa bisa sekacau ini ? Apakah suatu kesalahan besar untuk
berbicara dengan mantan kekasihmu dahulu ?
Kalau begitu, sebaiknya aku pulang dan kamu ke tempatnya saja, kata mantan
kekasihku kepadaku. Malam ini malam terakhir dia disini. Aku sadar semua tidaklah
sama saat ini. Sejam saja lagi, aku ingin melihatmu, bisikku dalam hati. Tapi dia mulai
berjalan, dan setelah beberapa langkah, dia berbalik menatapku dengan senyumannya.
Janji ya, kamu akan baik-baik saja, katanya. Kalau dia tidak menjagamu dengan baik, aku
akan datang merebutmu kembali dari tangannya. Akupun tertawa dan tanpa sadar mataku
mulai berkaca-kaca. Semangat ya, ujarku. Dia hanya mengangguk dan berbalik. Diapun
melangkah pergi, perlahan, semakin jauh, hingga lenyap ditelan gelap. Lama aku terpaku

ditempatku. Seperti ini…jauh lebih baik…Aku bangkit berdiri dan menarik napas lega.
Malam ini begitu dingin, dan seketika aku teringat pada kekasihku. Saat ini mungkin dia
sudah terlelap atau entah dimana, dengan pikiran negatif yang meracuni kepalanya
setelah pengalaman dikecewakan berulangkali. Akupun telah mengalaminya, sayangku…
Rasa sakit, sedih, akupun telah melewatinya. Sekali ini saja, aku ingin kamu
mendengarkanku, walau aku harus berteriak : aku tidak selingkuh !!! aku tidak
selingkuh !!! beberapa pejalan kaki berhenti dan memandangiku dengan tatapan aneh.

Aku hanya tersenyum dan akhirnya berjalan menyusuri kota sunyi, menuju rumah. Cinta
memang gila.
Cemburu berulang kali memperhatikan jam tangannya. Aku pasti sudah gila,
pikirnya. Cinta memang butuh sedikit kebebasan. Tapi kebebasan bisa berbalik menjadi
musuh terjahat yang menikam dari belakang. Cinta memang merupakan korelasi antara
rasa saling percaya dan kasih sayang, tapi bila kita lalai, maka cinta dapat berkhianat
seperti Yudas dalam kisah Nabi Isa. Demikian jahatnya, sehingga cinta bisa menjadi hal
yang paling dibenci sepanjang hidup ini. Tapi bagaimana bila rasa sayang ini malah
membutakan diriku, pikirnya. Kenapa tidak dibicarakan saja baik-baik ? Manusia
memang tidak ada yang sempurna. Tak satu manusiapun luput dari apa yang namanya
kesalahan. Kekasihkupun bisa khilaf. Tapi tidaklah bijaksana bila tidak kuberi dia
kesempatan menjelaskan terlebih dahulu. Cemburu segera menyalakan mesin mobilnya

dan memutuskan untuk kembali ke tempat-tempat dimana dibuntutinya sang kekasih
seharian tadi. Kasih itu sabar dan tidak membenci, kasih itu senantiasa memahami dan
mengerti, kasih itu tidak memegahkan diri, atau menuntut langit maupun bintang, kasih
itu jauh lebih sederhana…Kasih itu ada untuk saling menerima dan memaafkan…Karena
kasih, maka hati merasakan damai. Aku ingat sebuah kutipan yang pernah kubaca : “…
BILA DAMAI HATIMU, BAHAGIALAH HIDUPMU.” Cinta sejati mungkin hanya
datang sekali, dan aku tidak mau menyesalinya kemudian, kata Cemburu dengan yakin
kepada dirinya sendiri. Cinta, aku datang untukmu…
Aku berjalan melewati kompleks pertokoan yang sudah mulai sepi. Satu demi
satu pintunya mulai tertutup, lampu warna-warni dimatikan, dan lapangan parkir mulai
kosong. Seringkali kupikir hidup tidak jauh berbeda seperti ini. Secara teknis, kita
dilahirkan ke dunia, tumbuh dibesarkan, memasuki usia remaja, beranjak dewasa,
menikah, kemudian mulai tua, lalu akhir dari segalanya, kematian. Bila hidup ibarat pintu
sebuah toko yang terbuka, aktifitas didalamnya dan hubungannya dengan dunia luar ialah
perjalanan kehidupan itu sendiri. Adakalanya lelah dalam penantian dan kesedihan yang
seolah tidak pernah usai, tapi adakalanya pula dipenuhi kebahagiaan. Ketika kematian
mendekat, pengunjungnya mulai sepi, pintunya menutup perlahan-lahan, dan lampunya
redup, lalu padam…Yang terbaik dari segalanya, kita tidak pernah tahu besok akan
seperti apa, bagaimanapun kerasnya kita merencanakan segalanya, selalu ada hal-hal
yang melenceng terjadi diluar perkiraan kita. Bukankah hal inilah yang membuat hidup

menjadi sesuatu yang unik ? Langkahku terhenti mendadak. Ada suara yang tidak lagi
asing terdengar memanggil namaku. Suara yang begitu merdu. Tepat disampingku saat
aku menoleh, dia di dalam mobilnya dan sekali lagi memanggil namaku. Kami saling
bertatapan, dan senyum mewarnai detik-detik itu. Sejenak kukira cinta telah hilang, tapi
kini dia kembali. Sehari menyusuri jalanan di kota sunyi mengajarkan aku banyak hal
tentang cinta. Angin malam menerpa rambutku dan perasaan aneh ini terbersit, ada yang
harus kukatakan sebelum pulang bersama kekasihku. Aku menatap kearah kegelapan
yang pekat dimana dia menghilang dan berbisik dalam hatiku : selamat tinggal, mantan
kekasihku, Senja…fil