Gangguan Kesadaran Akibat Jatuh Dari Mot

Gangguan Kesadaran Akibat Jatuh Dari Motor
Angela Christine Virginia 102014080
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
[email protected]

Abstrak
Tidak ada satupun sistem tubuh yang dapat berfungsi sendirian. Semuanya saling
bergantung dan bekerja sama sebagai satu kesatuan sehingga kondisi normal (homeostatis) di
dalam tubuh dapat dipelihara. Sistem saraf berperan sebagai badan koordinasi utama. Kondisi
di dalam dan di luar tubuh selalu berubah, maka sistem saraf ini bertugas untuk menanggapi
perubahan-perubahan baik yang internal maupun eksternal (dikenal sebagai stimulus)
sehingga tubuh dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru. Pusat pengendalian semua yang
ada di tubuh berada di otak.
Kata kunci: Sistem saraf, otak, homeostatis
Abstract
No body system that can function alone . All interdependent and work together as one unit so
that the normal condition ( homeostasis ) in the body can be maintained . The nervous system
plays a role as the main coordinating body . The conditions inside and outside the body is
always changing , then the nervous system is responsible for responding to changes in both
internal and external (known as the stimulus ) so that the body can adapt to the new

conditions . Central control of everything in the body is the brain
Key words: The nervous system, brain, homeostatic

Pendahuluan
Tidak ada satupun sistem tubuh yang dapat berfungsi sendirian. Semuanya saling
bergantung dan bekerja sama sebagai satu kesatuan sehingga kondisi normal (homeostatis) di
dalam tubuh dapat dipelihara. Sistem saraf berperan sebagai badan koordinasi utama. Sistem
saraf merupakan pusat keputusan dan komunikasi tubuh. Sistem saraf pusat terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer terdiri dari serabut saraf. Bersama-sama

mereka mengontrol setiap bagian dari kehidupan sehari-hari kita seperti bernafas, berkedip
hingga membantu mengingat informasi. Pusat pengendali semua kerja tubuh berada di otak
dan dikendalikan melalui kinerja syaraf-syaraf yang saling berhubungan melalalui suatu
sinaps. Otak dan sumsum tulang belakang vertebra menyusun SSP (sistem saraf pusat). Otak
adalah suatu organ yang bekerja mengkoordinasikan seluruh yang terjadi di dalam tubuh,
kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan, bekerja melebihi
komputer manapun didunia ini.
Kelainan kecil pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh, karenanya kita harus
selalu menjaga nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan mengembangkannya. Otak
mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis

seperti detak jantung, tekanan darah dan keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak
juga bertanggung jawab atas dungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran
motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Otak terbentuk dari dua jenis sel, yaitu glia
dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron
membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang dikenal sebagai potensial aksi. Mereka
berkomunikasi dengan neuron yang lain dan ke seluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada
celah yang dikenal sebagai sinapsis. Setiap neuron yang dimiliki manusia memiliki proses
tersendiri dalam berkonstribusi dalan tingkah laku manusia. Kesadaran manusia terjadi
melalui hubungan antara beberapa bagian otak. Jika hubungan ini terputus,
maka bagian-bagian otak tersebut akan tetap melanjutkan aktivitasnya akan
tetapi tidak ada komunikasi yang terjadi diantara bagian-bagian otak tersebut.
Pembahasan
Otak manusia terdiri dari dua belahan atau hemisfer yaitu hemisfer kanan dan
hemisfer kiri. Keduanya terhubung dengan sisi lawan tubuh (kontralateral) kecuali tubuh
bagian atas dan otot muka yang terhubung dengan kedua hemisfer. Peran utama hemisfer kiri
adalah kemampuan berbicara dan berbahasa. Sedangkan hemisfer kanan lebih berperan pada
perasaan, emosi dan kreatifitas. Hemisfer kanan dan kiri bertukar informasi melalui bundel
akson yang dikenal sebagai korpuskalosum serta melalui komisura anterior yang
menghubungkan hemisfer di bagian anterior korteks serebral, komisura hipokampal dan

beberapa sambungan kecil lainnya.

Tanpa korpus kalosum, hemisfer kiri hanya bisa bereaksi terhadap informasi yang
datang dari sisi kanan tubuh dan begitu pula hemisfer kanan hanya bisa bereaksi terhadap
informasi dari sisi kiri tubuh saja. Artinya, korpus kalosum memungkinkan setiap hemisfer
untuk menerima informasi kedua sisi tubuh. Hemisfer kiri dan kanan bukan merupakan
mirror images dari satu sama lain (bentuk tidak persis sama). Setiap hemisfer memiliki fungsi
yang berbeda, perbedaan spesialisasi fungsi antara hemisfer kanan dan kiri dikenal sebagai
lateralisasi.1
Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan,
tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1.

Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2.


Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.
3.

Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-

teriak, berhalusinasi, kadang berhaya.
4.

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang

lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5.

Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap

nyeri.
6.


Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan
dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya
aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran
ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.2

Hubungan mata dengan hemisfer kanan dan kiri
Kedua hemisfer terhubung dengan kedua mata dengan sedemikian rupa sehingga
setiap hemisfer hanya menerima input dari bidang pandangan yang ada di sisi berlawanan
(the opposite half of the visualfield). Setengah dari akson-akson yang berasal dari setiap
mata bertemu dan menyilang ke hemisfer di sisi lawannya pada kiasma optikum (optic
chiasm). Sebelah kanan ditangkap oleh bagian kiri setiap retina baik retina mata kiri dan

retina mata kanan. Kemudian dihubungkan ke hemisfer kiri. Sementara
itu sebelah kiri ditangkap oleh bagian kanan setiap retina dan dihubungkan ke hemisfer
kanan.1

Gambar 1. Optic Chiasm
Saraf Kranial dan Fungsinya
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Saraf mempunyai hubungan kerja secara berurutan antara reseptor dan
efektor. Reseptor berfungsi untuk mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau
dari dalam tubuh. Sedangkan Efektor berfungsi untuk menghasilkan tanggapan terhadap
rangsangan. Otot adalah jaringan peka rangsang, mencetuskan mekanisme kontraksi spesialis

kontraksi pada tubuh, mampu mengubah energi listrik menjadi energi kimiawi, dan
mengandung protein-protein kontraktil.3
Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ
tubuh. Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi 2 yaitu sistem saraf aferen dan
sistem saraf eferen. Aferen yang membawa impuls dari reseptor ke saraf pusat, sedangkan
Eferen membawa impuls dari saraf pusat ke Efektor. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf
sadar (sistem saraf somatic) dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf
sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom

mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak. Sistem saraf somatik terdiri atas 12 pasang
saraf otak (saraf kranial) dan 31 pasang saraf sumsumtulang belakang (saraf spinal).
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan tengkorak
melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina. Terdapat 12 pasang saraf kranial
yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf kranial I, II dan VIII
merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf
motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersyarafinya.
Saraf kranial V, VII dan X merupakan saraf campuran. Saraf kranial III, VII dan X juga
mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.3
Saraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua belas
pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I), optikus (II),
okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII),
vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).
Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari
otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai
organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.3
a. Saraf Olfactorius (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius.
Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal,
fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan

saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan
menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius,
dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal

bagian medial sisi yang sama. Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik
yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei ditalamus.
Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi
serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa
sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem
penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis
talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang
berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
b. Saraf Optikus (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabutserabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung
dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum.
Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga
serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum
dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum

berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf
okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan
dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini
serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula
interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabutserabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas
melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma
optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus
oksipital kanan dan sebaliknya.
c. Saraf Okulomotorius (N. III)
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea
periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus
otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis,

superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus
otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otototot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
d. Saraf Troklearis (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia
grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan
satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis

mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan
abduksi dalam derajat kecil.
e. Saraf Trigeminus (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan
serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama
yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup
daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula,
dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis
auditorius serta bagian membran timpani.
f. Saraf Abdusens (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat
medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi
otot rektus lateralis.
g. Saraf Facialis (N. VII)
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik
berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum
pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik
yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke
lateral ke dalam kanalis akustikus interna. Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi

otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital,
otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot
platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah

h. Saraf Vestibulokoklearis (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen
yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen
yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ
corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke
korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan
bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini
kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan
serebelum.
i. Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai
dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna
ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah
dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
j. Saraf Vagus (N. X)
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare
dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis,
saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls
dari dinding usus, jantung dan paru-paru.
k. Saraf asesorius (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah
akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus.
Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
l. Saraf hipoglosus (N. XII)

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis
tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus.
Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu
otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
Kedua belas pasangan saraf kranial selalu dinomori dengan menggunakan angka
romawi. Beberapa saraf kranial I,II,dan VIII hanya berisi serat sensoris, sedangkan hampir
seluruhnya berisi serat motorik, sisanya V,VII,IX,X berisi kedua jenis serat sensoris dan
motoris yang dikenal sebagai mixed nerves. Masing-masing dari setiap saraf memegang peran
yang berbeda, antara lain saraf olfaktorius membawa dorongan membau dari reseptor di
dalam mukosa hidung menuju otak, saraf optikus membawa dorongan visual dari mata
menuju otak, saraf okulomotorius berkaitan dengan sebagian besar kontraksi otot mata, saraf
troklearis memasok satu otot bola mata, saraf trigeminus merupakan saraf sensoris yang
terbesar dari muka dan kepala, mempunyai tiga cabang yang membawa dorongan merasakan
secara umum (misalnya rasa sakit, meraba, suhu) dari muka menuju otak. Cabang ketiga
disambungkan oleh serat motoris pada otot mengunyah. Selanjutnya saraf abdusen ialah saraf
lainnya, yang mengirim dorongan yang mengontrol pada otot bola mata, saraf fasialis
sebagian besar merupakan motor. Otot ekspresi muka kesemuanya dipasok oleh cabangcabang dari saraf fasialis. Saraf ini juga meliputi serat sensoris khusus untuk merasakan pada
anterior dua pertiga lidah dan berisi serat pembuangan pada kelenjar ludah yang lebih kecil
(submaxillary dan sublingual) dan pada kelenjar lakrimal. Saraf vestibulokoklearis berisi
serat sensoris khusus untuk mendengar seperti halnya untuk keseimbangan dari saluran
semisirkular telinga bagian dalam, saraf glossopharyngeus berisi saraf sensoris umum dari
belakang lidah dan pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk
merasakan dari posterior ketiga lidah, serat pembuangan yang memasok sebagian besar
kelenjar ludah dan serat saraf motor untuk mengontrol otot menelan di dalam
pharynx.Kemudian saraf vagus merupakan saraf kranial yang yang terpanjang yang memasok
sebagian besar organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga berisi serat motor bagi
kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan dan pembuangan lainnya. Saraf accesory
terbuat dari serat saraf motor yang mengontrol dua otot leher, yaitu trapezius dan
sternocleidomastoideus. Terakhir adalah saraf hypoglossal, yang merupakan saraf kranial
terakhir membawa dorongan-dorongan yang mengontrol lidah.4

Gambar 2. Saraf Kranial
Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau
gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.5
Organ mata manusia :5
Organ luar


Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.



Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.



Kelopak mata berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.

Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju
ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:


Kornea

Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.


Sklera

Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi
pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.


Pupil dan iris

Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang
masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang
gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di
sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang
berwarna pada mata.


Lensa mata

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata
adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan
untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.


atau Selaput Jala

Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang
disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.


Saraf optik

Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.

Gambar 3. Anatomi Mata dalam

Mekanisme Penglihatan

Gambar 4. Mekanisme Penglihatan
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang
bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada
di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur
perubahan pupil tersebut adalah iris, yang merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak
di dalam aqueous humor, iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui

pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan
vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa
selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang
dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih
kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan
mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka
sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan
meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya
yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak
terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu
sebagai keadaan normal.
Supaya benda terlihat jelas, mata harus membiaskan sinar–sinar yang datang dari
benda agar membentuk bayangan tajam pada retina. Untuk mencapai retina, sinar–sinar yang
berasal dari benda harus melalui lima medium yang indeks biasnya (n) berbeda: udara
(n=1,00), kornea (n=1,38), humor aqueous (n=1,33), lensa (n=1,40 (rata-rata)) dan humor
vitreous (n=1,34). Setiap kali sinar lewat dari satu medium ke medium yang lain, sinar itu
dibiaskan pada bidang batas.
Bagian terbesar dari daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa, akan tetapi terjadi
pada bidang batas antara permukaan anterior kornea dan udara, hal ini dapat terjadi karena
perbedaan indeks bias antara kedua medium ini cukup besar. Perbedaan indeks bias yang
kecil akan sangat menurunkan kekuatan pembiasan cahaya di kedua permukaan lensa.6
Anisokor
dikenal dengan ukuran pupil yang tidak sama, adalah kondisi medis yang ditandai
dengan ukuran pupil (lubang hitam) yang bervariasi pada kedua bola mata. Tergantung
penyebabnya, anisokor mungkin tidak berbahaya atau merupakan tanda dari penyakit
berbahaya yang mendasari. Secara umum perbedaaan ukuran pupil lebih dari 1mm yang
timbul secara tiba-tiba dan tidak menghilang merupakan tanda dari jejas atau tumor pada otak
dan memerlukan penanganan medis segera, terutama bila disertai dengan gejala seperti
muntah dan penglihatan buram. Beberapa dari penyebab yang tidak berbahaya seperti tetes
mata atau variasi genetik; jika penyebabnya tetes mata gejala akan hilang bila pemberian obat
tetes mata dihentikan sedangkan pada variasi genetik gejala ini akan bertahan.3

Gambar 5. Anisokor
Kesimpulan
Hipotesis diterima, dimana apabila terjadi cidera kepala maka kemungkinan akan
mengalami gangguan kesadaran serta gejala yang lainnya yang dapat berhubungan dengan
saraf-saraf yang bekerja diatur oleh otak.

Daftar Pustaka
1. Biologi. Edisi kelima-jilid ketiga. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Ir.Wasmen Manalu
dari Biology. Hal 226. Jakarta:ErlanggaKalat, James W. 1995.
2. Biological Psychology. 5th edition. United States of America: Brooks/ColePublishing
CompanyBall, Jonathan. 1998.
3. Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 4: The cytology of neurons".
Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0-8385-7701-1.
4. Binder, Marc D.; Hirokawa, Nobutaka; Windhorst, Uwe, eds. (2009). Encyclopedia of
Neuroscience. Springer. ISBN 978-3-540-23735-8
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama ; 2009. h. 393-8
6. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. Hal 113-120