Metopen Proposal Skripsi Nadyatun Khasanah
Rancangan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
pada Kompetensi Dasar 1.5 Mengidentifikasi Sistem Ekonomi Untuk
Memecahkan Masalah Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa
Kelas X SMA
METODELOGI PENELITIAN
Dila Kristina Utami
(101334014)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
1
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………..……. ………………1
DAFTAR ISI ………………………………………...…………………………....2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...……….......3
B. Perumusan Masalah ..…………………………………………...………...5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..……..5
D. Manfaat Penelitian ……….……………………………..………………...5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas …..…………………………...………………..7
B. Pembelajaran Aktif………………………... ……………………..……...18
C. Model Pembelajaran Kooperatif…….. ………………………..………...24
D. Pembelajaran Ekonomi …………………...……..………………………31
E. Kerangka Teoritik ………………………...…………………..…………35
F. Hipotesis Penelitian………………... …………………………………....36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian……………………………...………………………….37
B. Tempat dan Waktu..………………………………………...…………....37
C. Variabel Penelitian dan Pengaruhnya…………………………….………37
D. Prosedur Penelitian……………………………………………….………38
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…….51
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan saat ini diharapkan dapat menghasilkan out put yang
memiliki kompetensi unggul di bidangnya. Hal ini penting dengan out put
yang unggul dapat menghasilkan SDM yang berkualitas.
Untuk
menghasilkan out put yang unggul diperlukan beberapa faktor yang
mendukung. Salah satu faktor untuk meningkatkan kompetensi dasar yang
unggul adalah keaktifan dan interaksi sosial. Faktor ini penting karena
bersangkutan dengan aktivitas yang biasa dilakukan dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kelas sangat berpengaruh pada kegiatan
pembelajaran, karena guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam
menyerap materi yang diberikan. Selain itu, juga dapat melatih siswa untuk
lebih berani berbicara dan mengutarakan pendapatnya.
Realitanya, pembelajaran di kelas masih kurang bisa menumbuhkan
suasana aktif untuk para siswanya. Adapun beberapa penyebabnya, yaitu:
1. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.
Ketika guru menjelaskan materi di depan kelas, sedikit siswa yang
memperhatikannya. Siswa cenderung hanya mendengarkan guru, tetapi
kenyataan tidak memahaminya, karena siswa kurang berani untuk
bertanya kepada guru ataupun merasa malu kepada temannya saat
bertanya. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa hanya diam dan para
siswa dianggap oleh guru sudah memahami materi yang sudah
3
disampaikannya, tanpa guru mengerti siswa itu sendiri sudah paham
atau belum terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2. Kurangnya perhatian guru kepada semua siswa saat pembelajaran di
dalam kelas.
Siswa yang diperhatikan lebih oleh guru tentunya akan membuat siswa
lainnya menjadi malas dalam belajar. Di dalam kelas misalnya, guru
hanya hafal satu atau dua nama siswa yang dirasa pandai, sehingga guru
hanya fokus pada siswa tersebut tanpa memandang siswa-siswa lain
yang juga sangat membutuhkan perhatiannya.
Dari uraian di atas, penulis berusaha menemukan permasalahan yang
menjadi faktor kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, yaitu metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung tradisional (ceramah).
Oleh karena itu,
guru diharapkan
mencoba menggunakan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencapai hasil belajar
yang optimal. Banyak metode pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan
oleh guru.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat
rancangan pembelajaran tentang metode pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan tipe Time Token pada mata pelajaran ekonomi kelas X untuk
meningkatkan keaktifan. Adapun alasan untuk memilih model tipe Time
Token, yaitu untuk melibatkan siswa secara aktif bersama dengan kelompok
timnya untuk bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di
dalam kelompok. Kerjasama antar siswa yang pada akhirnya membuahkan
4
keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung
jawab semua anggota kelompok. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengajaran agar siswa
dapat terlibat secara aktif.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, yaitu dengan judul Rancangan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token pada Kompetensi Dasar 1.5
Mengidentifikasi
Sistem
Ekonomi
Untuk
Memecahkan
Masalah
Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas X SMA.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat disusun rumusan
masalah, yaitu bagaimana rancangan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token pada Kompetensi Dasar 1.5 Mengidentifikasi
Sistem Ekonomi untuk uemecahkan uasalah ekonomi untuk meningkatkan
keaktifan siswa kelas X SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa dan untuk apa
tipe Time Token digunakan dalam
meningkatkan keaktifan sosial antar siswa?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
5
Makalah ini dapat memberikan pengalaman yang berguna, berharga
dan dapat menjadi bekal bagi penulis untuk terjun ke dunia pendidikan
serta dapat memperoleh wawasan dalam menganalisis suatu masalah
untuk mengambil suatu kesimpulan secara tepat.
2. Bagi siswa
Dengan penelitian ini siswa diharapkan dapat menjadi aktif untuk
mengikuti pembelajaran dan bisa berinteraksi dengan siswa lainnya di
dalam kelas dengan baik.
3. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
masukan serta bahan pertimbangan saat memilih metode pembelajaran
agar menjadi lebih optimal.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh
masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi,
dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Dalam bahasa
Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR.
Dilihat dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya.
Dari tiga kata tersebut dapat diuraikan pengertiannya sebagai berikut ;
a. Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari hal uang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
b. Tindakan – suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas - sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk
pengertian kelas adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian
yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan
tempat guru mengajar”
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 12)
7
Menurut beberapa Ahli PTK dapat diartikan sebagai berikut ;
1) Wibawa, 2004 – Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi
oleh guru di lapangan.
2) Arikunto, 2007 – Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3) Wiriaatmadja, 2006 – Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana
sekelompok
guru
dapat
mengorganisasikan
kondisi
praktik
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
4) Sukidin,Basrowi dan Suranto, 2002 – Penelitian tindakan kelas
sebagai suatu bentuk penalaahan penelitian yang bersifat reflektif
dengan
melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
agar
dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas secara lebih professional.
5) Sanford – PTK merupakan suatu kegiatan bersifat menyeluruh yang
terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan,
pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 15-16)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual
yang dilakukan merupakan pencermatan kegiatan belajar berupa tindakan
8
untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
lebih professional.
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 16-17)
2. Jenis- jenis Penelitian
a. Menurut tujuannya, antara lain
1) Penelitian eksplorasi yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor.
2) Penelitian
deskriptif
dilakukan
oleh
peneliti
untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang
diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, atau faktorfaktor penyebab terjadinya sesuatu.
3) Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan sengaja
dikenakan pada subjek.
4) Penelitian
evaluasi
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
keterlaksanaan suatu kebijakan.
b. Menurut model penelitiannya, yaitu sebagai berikut
1) Penelitian
kuantitatif,
yang
dilakukan
dengan
cara
menggambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya
kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi
yang lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang.
9
2) Penelitian kualitatif yang dilakukan secara cermat, mendalam
dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat
lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan
kualitas sesuatu.
c. Menurut keberadaan data atau tersedianya data, dibedakan menjadi
1) Penelitian eksperimen, seperti sudah disebutkan, dilakukan
penelitian untuk memunculkan perlakuan atau treatment, jadi
data dalam penelitian eksperimen belum tersedia sebelum
perlakuan dilakukan.
2) Penelitian non eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan
terhadap data yang sudah ada atau tersedia tanpa ditimbulkan
oleh adanya perlakuan atau treatment.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, Hl 14-16)
d. Terdapat 4 jenis PTK, yaitu sebagai berikut.
1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan
menuntun peneliti kearah suatu tindakan.
2) PTK Partisipan, apabila peneliti terlibat langsung di dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang
berupa laporan.
3) PTK Empiris, apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu
tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung.
10
4) PTK eksperimental, apabila PTK diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategis secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 19-20)
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins prinsip yang dimaksud antara lain :
a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran
harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah.
d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang
rill merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap
diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung
dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
e. Konsistensi sikap dan kepedulian
dalam
memperbaiki
dan
meningkatakan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi
pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar kelas.
11
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 17)
4. Karakteristik PTK
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK memiliki karakteristik antara lain;
a. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.
b. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
c. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional.
e. Dilaksanakan dalam rangkaian langan dengan beberapa siklus.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 16)
5. Tujuan dan Manfaat PTK
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Manfaat
penelitian
tindakan
kelas
terkait
dengan
komponen
pembelajaran, antara lain:
a. Inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas.
c. Peningkatan profesionalisme guru.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 18)
6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan
12
a. Penelitian tindakan partisipatori, yaitu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menekankan keterlibatan anggota agar merasa ikut
serta memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif
memecahkan masalah berbasis umum.
b. Penelitian tindakan kritis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan masalah
dan menyempurnakan situasi.
c. Penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnakan situasi.
d. Penelitian tindakan institusi, yaitu dilakukan oleh pihak pengelola
sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatakan
kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 18-19)
7. Sasaran atau Objek PTK
a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di
kelas/lapangan/laboratorium ataupun bengkel, maupun ketika sedang
asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika
mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang
mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang
13
berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke
rumah siswa.
c. Unsur mata pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru
sedang mengajar.
e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang
dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik
susunan maupu tingkat pencapaian.
f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun
yang melingkupi siswa di rumahnya.
g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan
sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 27-29)
8. Model-model PTK
a. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus,
setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2)
aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
14
(http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-modelpenelitian-tindakan-kelas.html)
Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas,
selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang
akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.
(http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-modelpenelitian-tindakan-kelas.html))
b. Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen,
keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2)
aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus
selesai di implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi,
15
kemudian
diikuti
dengan
adanya
perencanaan
ulang
yang
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
(h
ttp://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitiantindakan-kelas.html)
c.
Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan
model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan
demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi,
yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap
tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat
digambarkan sebagai berikut:
16
(http://
007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakankelas.html)
d. Model Dave Ebbutt
Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan Kemmis dan Elliot, tetapi
tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot dari karya
Kemmis. Bentuk spiral yang merupakan karya Kemmis dan MC
Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan
proses refleksi-aksi (action-reflection).
Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model
PTK yang hadir sebelumnya, kemudian dia memperkenalkan model
17
PTK yang disusunnya sendiri. PTK model Dave Ebbutt ini secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
((http
://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakankelas.html))
B. Pembelajaran Aktif
1. Pengertian Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.Kata
keaktifan juga bisa berarti dengan kegiatan dan kesibukan. Yang
dimaksud dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu guru
mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani
maupun rohani. Keaktifan jasmani dan rohani itu meliputi:
a. Keaktifan panca indera
18
Penglihatan, pendengaran, peraba dan lain-lain. Murid-murid
harus dirangsang untuk dapat menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin. Mendikte atau menyuruh mereka menulis terus
sepanjang jam peserta didik akan menjemukan, demikian pula
menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka
pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan
dan seterusnya akan lebih menarik dan menyenagkan.
b. Keaktifan akal
Akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan
masalah.
Menimbang-nimbang,
menyusun
pendapat
dan
mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan
Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampikan oleh guru, atau menyimpannya
dalam otak.
d. Keaktifan emosi
Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif,
penilaian proses pembelajaran terutama melihat sejauh mana
keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
2. Tinjauan Asas Keaktifan
Segi kejiwaan
19
Gerakan-gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai dengan keadaan
dan nalurinya. Dan dengan demikian ia dapat menggunakan alat
inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia akan lebih menerima
dan menguasai bahan jika jasmani maupun rohani aktif. Dalam proses
pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif. Penilaian proses
pembelajaran terutama melihat sejauh mana keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Perihal tentang keaktifan
belajar diantaranya :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.
h. Kesempatan
menggunakan
atau
menerapkan
apa
yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
3. Prinsip-prinsip Belajar Aktif
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang belajar aktif :
20
a. Stimulus belajar
Pesan yang diterima peserta didik dari guru melalui informasi
biasanya
dalam
bentuk
mengkomunikasikan
stimulus.
informasi
atau
Stimulus
pesan
hendaknya
yang
hendak
disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Ada dua cara yang
mungkin membantu peserta didik dalam agar pesan tersebut
mudah diterima. Pertama, perlu adanya pengulangan sehingga
membantu
peserta
didik
dalam
memperkuat
pemahamannya.Kedua, peserta didik menyebutkan kembali pesan
yang disampaikan oleh guru kepadanya.
b. Perhatian dan motivasi
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,
antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengadakan
pengulangan informasi, memberi stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan
kepada
peserta
didik,
memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan
belajarnya dan lain-lain.
c. Respons peserta didik
Semua bentuk respon yang peserta didik harus menunjang
tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah
prilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
tersebut. Dalam proses belajar mengajar, banyak kegiatan belajar
peserta didik yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik)
21
disamping respon intelektual. Respon-respon inilah yang harus
ditumbuhkan pada diri peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
d. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap
kebutuhan peserta didik akan mempunyai kecenderungan untuk
diulang kembali manakala diperlukan. Ini berarti bahwa apabila
respon peserta didik terhadap stimulus guru memuaskan
kebutuhannya, maka peserta didik cenderung untuk peserta didik
tingkah laku tersebut. sumber penguat belajar, berasal dari luar
dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar
seperti, nilai, pengakuan prestasi peserta didik dan lainnya.
Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi bila respon
yang dilakukan oleh peserta didik betul-betul memuaskan dirinya
dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi
yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi
yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut
cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.
Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan
pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan peserta
22
didik untuk memindahkan apa yang telah dipeserta didik kepada
situasi lain yang serupa pada masa mendatang.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
4. Macam-macam Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa mengaktifkan berbagai macam
inderanya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Keaktifan belajar siswa ini akan mempengaruhi hasil
belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan
semakin besar hasil yang diperoleh. Sebenarnya terdapat berbagai
macam aktivitas siswa yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung, tetapi dapat dikelompokkan mengingat banyak aktivitas
yang
sejenis.
Diedrich membuat suatu daftar berisi 177 macam kegiatan siswa yang
digolongkan menjadi 8 kelompok sebagai berikut:
a. Kegiatan visual: membaca, memperhatikan penjelasan guru,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan
orang lain
b. Kegiatan verbal: menyatakan pendapat, merumuskan, bertanya
pada guru, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi,
interaksi
c. Kegiatan
mendengarkan:
mendengarkan
penjelasan
guru,
percakapan, diskusi, musik, pidato
23
d. Kegiatan menulis: mencatat penjelasan guru, kelengkapan
catatan, dan kejelasan tulisan
e. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, cahrt,
diagram peta dan pola
f. Kegiatan
motorik:
melakukan
percobaan,
memilih
alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun
g. Kegiatan
mental:
merenungkan,
mengingat,
memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan
membuat keputusan
h. Kegiatan emosional: minat membedakan, berani, tenang dan lainlain
(http://satrio-darmawan.blogspot.com/2009/06/keaktifan-belajar-padaprinsipnya.html)
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham, “Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
Slavin menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
24
dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam
model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan
begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan
berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran
yang
mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini adalah
“hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan
sosial”.
Johnson & Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok. Louisell dan Descamps juga menambahkan, karena
siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat
memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis
dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses
dan pemecahan masalah.
25
Jadi inti
dari tujuan pembelajaran
kooperatif adalah
untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa lainnya.
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua
anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan
dilakukan evaluasi setelahnya.
c. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk
belajar bersama selama pembelajaran.
d. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan
kelompok.
4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
a. Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk secara heterogen.
c. Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada
individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada
diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara
26
heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling
menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman
sekelompoknya.
(http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/09/model-pembelajarankooperatif/)
Model Pembelajaran Tipe Time Token Arends
1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Time Token Arends
Pembelajaran kooperatif time token dikemukanakan oleh Arends 1998.
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran
struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial,
untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam
sama sekali.
Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model
pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok
diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi
mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain.
(http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-modelpembelajaran.html)
Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat cocok digunakan
untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa
mendominasi
pembicaraan
atau
siswa
diam
sama
sekali.
(http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-timetoken-arends.html)
27
2. Tujuan Model Pembelajaran Tipe Time Token
Tujuan dalam pembelajaran kooperatif time token menumbuhkan
keterampilan berpartisipasi. Sementara sebagian siswa mendominasi
kelompok, sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak
mampu berpartisipasi. Kadang- kadang siswa menghindari kerja
kelompok karena pemalu. Sering kali siswa- siswa pemalu sangat
cerdas, dab mereka mungkin bekerja dengan baik sendirian atau dengan
seorang teman. Akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi
dalam kelompok. Siswa yang ditolak mungkin juga memiliki kesulitan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Di samping itu, ada juga
anak- anak normal yang entah apapun alasannya, memilih untuk bekerja
sendiri dan menolak untuk berpartisipasi dalam kelompok kooperatif.
Memastikan bahwa siswa- siswa pemalu atau ditolak ikut masuk ke
dalam kelompok bersama siswa- siswa yang memiliki keterampilan
sosial yang baik adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru
untuk melibatkan mereka. Menstrukturisasikan interdependensi tugas,
yang dideskripsikan sebelumnya, adalah cara lain untuk mengurangi
kemungkinan siswa yang ingin bekerja sendiri. Menggunakan lembar
perencanaan yang mendaftar berbbagai tugas kelompok lengkap dengan
nama siswa-siswa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugastugas adalah cara ketiga untuk mengajarkan dan memastikan partisipasi
yang
seimbang
diantara
anggota-
anggota
kelompok. Time
28
token dan high tap out adalah kegiatan- kegiatan khusus yang
mengajarkan keterampilan berpartisipasi.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif time tokenadalah model pembelajaran kooperatif yang
menuntut
partisipasi
siswa
dalam
kelompok
untuk
berbicara
(mengeluarkan ide/ gagasannya) dengan diberi kupon berbicara
sehingga semua siswa harus berbicara, maka dari itu siswa tidak ada
yang mendominasi dalam pelaksanaan diskusi.
(http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-modelpembelajaran.html)
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Time Token
Kelebihan Model Time Token
a. Mendorong
siswa
untuk
meningkatkan
inisiatif
dan
partisipasinya.
b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek
berbicara).
e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
29
h. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
(http://ilmianissa.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-timetoken-arrends.html)
Kekurangan Model Time Token
a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu
sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.
(http://ilmianissa.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-timetoken-arrends.html)
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe Time Token
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
b. Guru
mengkondisikan
kelas
untuk
melaksanakan
diskusi
(cooperative learning / CL).
c. Guru memberikan setiap siswa kupon berbicara dengan waktu ±
30 detik, dan setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu
keadaan.
30
d. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa deserahkan
pada guru. Setiap berbicara satu kupon.
e.
Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, dan
siswa yang lain yang masih memegang kupon harus bicara
sampai kuponnya habis.
f. Sehingga semua siswa memiliki hak bicara yang sama, dan
sampai semua siswa berbicara ( berpendapat).
g. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi.
h. Guru menutup pelajaran.
(http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-timetoken-arends.html)
D. Pembelajaran Ekonomi
Sistem Ekonomi
1. Pengertian Sistem Ekonomi
Sistem Ekonomi adalah suatu susunan dari unsur-unsur ekonomi yang
saling berhungan dan bekerja secara bersama-sama sebagai suatu
kesatuan untuk mencapai tugas tertentu.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 30)
2. Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada empat macam sistem ekonomi di dunia.
a. Sistem Ekonomi Tradisional adalah cara mengatur kegiatan
ekonomi yang masih sangat sederhana.
31
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Tidak adanya pemisahan yang tegas antara rumah tangga
produksi dan rumah tangga konsumsi sehingga bisa dianggap
masih dalam satu kesatuan.
(b) Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana .
(c) Tidak terdapat pembagian kerja, jikapun masih sangat
sederhana.
(d) Tidak ada hubungan dengan dunia luar sehingga masyarakat
sangat statis.
2) Kebaikan Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Terjadinya persaingan yang sehat serta tidak menimbulkan
tekanan jiwa dalam mayarakat karena anggota masyarakat
tidak terbebani oleh target-target tertentu yang harus
dicapai.
3) Kelemahan Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Masyarakat sulit berkembang.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 19)
b. Sistem Ekonomi Komando adalah sistem ekonomi di mana
pemerintah pusat menentukan kebijakan penggunaan faktor
produksi di seluruh wilayah pemerintah.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 31)
32
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Komando :
(a) Kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah.
(b) Kebebasan individu dalam berusaha tidak ada.
(c) Kebebasan individu dalam memiliki kekayaan pribadi tidak
ada.
(d) Kepemilikan alat produksi sepenuhnya pada pemerintah.
(e) Kegiatan ekonomi tidak melibatkan masyarakat atau
swasta.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 20)
2) Kelebihan Sistem Ekonomi Komando :
(a) Pemerintah
bertanggung
jawab
penuh
terhadap
perekonomian.
(b) Relative mudah melakukan pemerataan pemdapatan dan
pengendalian harga.
(c) Relative mudah menentukan dan melaksanakan produksi
dan distribusi barang.
(d) Pengangguran dapat dieliminasi.
3) Kelemahan Sistem Ekonomi Komando :
(a) Kurang menghargai dan memperhatikan karya cipta pribadi
atau perseorangan.
(b) Konsumen tidak selalu memperoleh barang dan jasa yang
sesuai dengan keinginan.
33
(c) Pemerintah pada praktiknya mengalami kesulitan untuk
mrnghitung senua kebutuhan masyarakat dan besarnya
biaya kegiatan produksi secara terpusat.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 31-32)
c. Sistem Ekonomi Pasar disebut juga Sistem Ekonomi Liberal
dimana pemerintah tidak ikut campur tangan dalam mengatur
perekonomian hanya sebagai pengawas jalannya perekonomian
dan sepenuhnya diserahkan pada sektor swasta.
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Kegiatan
ekonomi
sepenuhnya
diserahkan
dan
dilaksanakan oleh swasta/masyarakat.
(b) Kebebasan masyarakat untuk memiliki alat-alat produksi
dan berusaha diakui.
(c) Hak pemilik perorangan diakui.
(d) Kebebasan masyarakat untuk berinovasi dan berimprovisasi
diakui dan dihormati.
(e) Kegiatan yang dilaksanakan bersifat profit oriented.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 20)
2) Kelebihan Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Kebebasan memilih alat produksi dan modal.
34
(b) Kebebasan berusaha, memilih pekerjaan, dan menentukan
konsumsi.
(c) Terdapat persaingan di antara pengusaha.
(d) Produksi dapat berkembang secara pesat.
3) Kekurangan Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Terjadi persaingan yang tidak sehat.
(b) Timbul distribusi pendapatan dan kekayaan yang sangat
tidak merata.
(c) Timbul eksternalitas atau dampak imbasan.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 33-34)
d. Sistem Ekonomi Campuran adalah suatu sistem organisasi
ekonomi yang ditandai dengan keikutserataan pemerintah dalam
hal penentuan cara-cara mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat. Sistem ekonomi campuran merupakan
perpaduan konsep antara sistem ekonomi pasar dengan sistem
ekonomi komando, dimana kelemahan-kelemahan yang ada dari
kedua sistem itu dicoba untuk dieliminasi pada sistem ekonomi ini
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 34).
E. Kerangka Teoritik
Meningkatkan keaktifan dan interaksi sosial siswa pada materi
pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
35
yang sesuai. Guru diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif yang lebih membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif Time Token merupakan contohnya. Time
Token merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan
untuk menekankan pada keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya
mengenai suatu masalah yang muncul. Pemahaman tentang materi oleh
siswa dalam model ini sangat diutamakan terutama dalam bentuk diskusi
yang kebanyakan pendapatnya harus memiliki dasar yang kuat untuk
sebuah argument.
Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat dari
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Siswa mengalami
perkembangan dalam cara belajar di kelas dan menjadi lebih antusias saat
mengikuti pelajaran.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesi merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang diberikan didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data (Sugiono,1999:51). Hipotesis yang disajikan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 :
Tidak ada pengaruh positif antara penerapan model pembelajaran
Time Token terhadap keaktifan materi sistem ekonomi
36
H1 :
Ada pengaruh posif antara penerapan model pembelajaran Time
Token terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekonomi.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
merupakan suatu upaya untuk mengamati dan mencermati kegiatan belajar
peserta didik dengan memberikan suatu tindakan yang sengaja di munculkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan
yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Sehingga penelitian ini
difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil
belajar dan pemahaman belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang akan digunkan adalah SMA Sanata Dharma,
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan
bulan Juli.
C. Variabel Penelitian dan Pengaruhnya
-
Variabel yang diteliti
Dalam penelitian ini, ada satu variabel bebas dan dua variabel
terikat. Variabel-variabel tersebut adalah:
a.
Variabel bebas (Independence variabel)
38
model pembelajaran Time Token(X)
b. Variabel terikat (Dependence variabel)
Keaktifan siswa pada materi sistem ekonomi (Y)
Keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar siswa diharapkan aktif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu
mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan kelas, situasipembelajaran, metodepembelajaran
guru.Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap
situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,
observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi,
guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan
wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan prapenelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah
menggunakan metode pembelajaran Time Token.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari lima langkah, sebagai berikut:
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi:
a. Siklus Pertama
39
1. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan
berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Time Token
yang meliputi sebagai berikut:
a) Guru memilih KD yang tepat sesuai dengan model yang
ingin digunakan. Pemilihan materi yang sesuai untuk model
pembelajaran Time Token adalah materi yang lebih
menekankan pada penyampaian pendapat siswa dalam
berlangsungnya pembelajaran. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran ini lebih menekankan pada keaktifan siswa
dalam mengutarakan pendapatnya mengenai suatu masalah
yang muncul.
b) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data,
meliputi :
(1) Lembar observasi kegiatan guru
(2)
Lembar observasi kegiatan siswa
(3) Lembar observasi kegiatan kelas
(4) Instrumen refleksi.
2. Pelaksaaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan
pembelajaran kooperatif
model Time Token yang telah
dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk 1
40
kali pertemuan (2x45 menit). Pelaksanaan tindakan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengecek
kehadiran
siswa dan kesiapan
kelas.
Kemudian melakukan kegiatan apersepsi dengan
mengulas sedikit tentang pelajaran yang lalu tentang
masalah pokok ekonomi. Guru memberikan pertanyaan
tentang contoh masalah ekonomi saat ini. Dilanjutkan
dengan
menunjukkan
Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran pada
materi kali ini.
2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan inti materi sistem ekonomi meliputi
pengertian, macam-macam sistem ekonomi beserta ciri-cirinya.
Kemudian siswa diminta untuk berkelompok 4-5 orang sesuai
dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru sebanyak 4
kelompok. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru
menyampaikan aturan dalam kegiatan diskusi antara lain:
a. Guru memberikan soal yang berbeda pada setiap kelompok
untuk dipecahkan bersama oleh kelompok tersebut dengan cara
undian.
41
b. Kemudian guru akan membagikan kartu bicara kepada setiap
kelompok untuk. Kartu bicara tersebut hanya berlaku 1x dan
berdurasi 45 detik. Dan setiap individu dalam kelompok
diwajibkan memberi satu jawaban atas pertanyaan yang
diberikan secara bergiliran hingga waktu yang diberikan habis.
Jika ada individu yang tidak menjawab selama waktu 3 detik
bisa dilempar ke individu yang lain dalam satu kelompok.
Setelah semua kelompok menjawab pertanyaan secara bergiliran.
Guru juga mengadakan sesi tanya jawab untuk setiap kelompok jika
ada jawaban yang masih kurang jelas. Kemudian guru menarik
kesimpulan dari hasil diskusi tadi.
3) Kegiatan Penutup
Guru melakukan evaluasi pembelajaran secara lisan dengan cara
bertanya kepada para siswa sambil membuat ringkasan tentang materi.
Dengan bimbingan guru siswa melakukan refleksi atas hasil
pembelajaran secara tertulis.
1. Observasi
Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan untuk
menganalisis tentang keadaan siswa serta guru dan keadaan
sekitar kelas yang akan diajar. Observasi terdiri dari tiga
tahap:
1) Observasi Siswa
42
Observasi siswa dilakukan untuk mengetahui pemahaman
siswa dalam pembelajaran dengan model Time Token.
Selain itu observasi ini untuk mengetahui karateristik dari
masing-masing siswa. Karateristik siswa terdiri dari sikap,
pemampilan siswa tersebut dikelas, kemampuan siswa
dalam memahami materi. Dari hasil pengamatan nantinya
akan di buat suatu rancangan strategi, teknik serta model
pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Instrumen dalam obsevasi siswa adalah
Lembar observasi siswa. Lembaran ini digunakan untuk
mengetahui
kegiatan
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung.
Instrumen observasi siswa berupa intrumen hasil belajar
siswa didalam kelompok.
2) Observasi Guru
Observasi guru dilakukan untuk mengetahui semua
kegiatan yang terjadi saat proses pembelajaran model
Time Token didalam kelas. Dalam observasi ini guru
memberikan evaluasi terhadap guru yang terkait dengan
menujukkan ketrampilan dasar sebagai seorang guru, yaitu
membuka pelajaran, menjelaskan pelajaran, bertanya dan
memberikan mengutakan, dan menutup pelajaran.
43
Aktivitas guru didalam kelas dapat dinilai dengan dua
macam cara yaitu secara umum dan secara khusus. Secara
umum guru dinilai mengenai kemampuan guru untuk
dapat mengajar. Sedang secara khusus guru dinilai dalam
penguasaan materi yang akan di sampaikan.
Instrumen dalam observasi guru adalah
Lembar observasi guru. Lembaran ini gunakan untuk
mengetahui aktivitas guru saat proses pembelajaran
berlangsung.
Instrumen observasi kegiatan guru ini mencakup:
keterampilan
guru
dalam
menjelaskan
dan
mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe Time
Token.
3) Observasi Kelas
Observasi kelas pada model pembelajaraan Time Token
dilakukan untuk mengetahui keadaan kelas yang sering
berubah-ubah. Observasi kelas ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang adanya
hubungan kerja sama antar siswa, lingkungan kelas yang
tenang, dan tata tertib kelas yang terjaga.Selain itu juga
untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Time Token.
44
Instrumen dalam observasi kelas adalah:
Lembar observasi kelas. Lembaran ini digunakan untuk
mengetahui keadaan kelas saat proses pembelajaran
berlangsung.
Instrumen observasi kelas yang mencakup: sarana dan
prasarana belajar, situasi kelas, kerjasama antar siswa,
interaksi siswa.
2. Evaluasi
Setelah selesai presentasi antar kelompok, guru
mengadakan evaluasi kepada siswa secara individu, dengan
mengerjakan soal-soal tentang materi yang sudah dibahas
untuk mengetahui apakah siswa benar-benar sudah paham
materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3. Refleksi
Guru meminta waktu siswa untuk bertanya tentang kesan terhadap
pembelajaran. Selesai mengerjakan soal guru membagikan lembar refleksi
setelah belajar dengan menggunakan metode Time Token kepada siswa
untuk diisi guna mengetahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan
tindakan yang ditargetkan.
b. Siklus Kedua
1. Perencanaan
45
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana
tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe
Time Token yang meliputi sebagai berikut:
c) Guru memilih KD yang tepat sesuai dengan model yang
ingin digunakan. Pemilihan materi yang sesuai untuk
model pembelajaran Time Token adalah materi yang
lebih menekankan pada penyampaian pendapat siswa
dalam
berlangsungnya
pembelajaran.
Hal
ini
dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan
pada keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya
mengenai suatu masalah yang muncul.
d) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data,
meliputi :
(5) Lembar observasi kegiatan guru
(6)
Lembar observasi kegiatan siswa
(7) Lembar observasi kegiatan kelas
(8) Instrumen refleksi.
3. Pelaksaaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan
pembelajaran kooperatif
model Time Token yang telah
dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk 1
46
kali pertemuan (2x45 menit). Pelaksanaan tindakan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
4) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengecek
kehadiran
siswa dan kesiapan
kelas.
Kemudian melakukan kegiatan apersepsi dengan
mengulas sedikit tentang pelajaran yang lalu tentang
masalah pokok ekonomi. Guru memberikan pertanyaan
tentang contoh masalah ekonomi saat ini. Dilanjutkan
dengan
menunjukkan
Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran pada
materi kali ini.
5) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan inti materi sistem ekonomi meliputi
pengertian, macam-macam sistem ekonomi beserta ciri-cirinya.
Kemudian siswa diminta untuk berkelompok 4-5 orang sesuai
dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru sebanyak 4
kelompok. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru
menyampaikan aturan dalam kegiatan diskusi antara lain:
c. Guru memberikan soal yang berbeda pada setiap kelompok
untuk dipecahkan bersama oleh kelompok tersebut dengan cara
undian.
47
d. Kemudian guru akan membagikan kartu bicara kepada setiap
kelompok untuk. Kartu bicara tersebut hanya berlaku 1x dan
berdurasi 45
pada Kompetensi Dasar 1.5 Mengidentifikasi Sistem Ekonomi Untuk
Memecahkan Masalah Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa
Kelas X SMA
METODELOGI PENELITIAN
Dila Kristina Utami
(101334014)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
1
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………..……. ………………1
DAFTAR ISI ………………………………………...…………………………....2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...……….......3
B. Perumusan Masalah ..…………………………………………...………...5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..……..5
D. Manfaat Penelitian ……….……………………………..………………...5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas …..…………………………...………………..7
B. Pembelajaran Aktif………………………... ……………………..……...18
C. Model Pembelajaran Kooperatif…….. ………………………..………...24
D. Pembelajaran Ekonomi …………………...……..………………………31
E. Kerangka Teoritik ………………………...…………………..…………35
F. Hipotesis Penelitian………………... …………………………………....36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian……………………………...………………………….37
B. Tempat dan Waktu..………………………………………...…………....37
C. Variabel Penelitian dan Pengaruhnya…………………………….………37
D. Prosedur Penelitian……………………………………………….………38
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…….51
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan saat ini diharapkan dapat menghasilkan out put yang
memiliki kompetensi unggul di bidangnya. Hal ini penting dengan out put
yang unggul dapat menghasilkan SDM yang berkualitas.
Untuk
menghasilkan out put yang unggul diperlukan beberapa faktor yang
mendukung. Salah satu faktor untuk meningkatkan kompetensi dasar yang
unggul adalah keaktifan dan interaksi sosial. Faktor ini penting karena
bersangkutan dengan aktivitas yang biasa dilakukan dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kelas sangat berpengaruh pada kegiatan
pembelajaran, karena guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam
menyerap materi yang diberikan. Selain itu, juga dapat melatih siswa untuk
lebih berani berbicara dan mengutarakan pendapatnya.
Realitanya, pembelajaran di kelas masih kurang bisa menumbuhkan
suasana aktif untuk para siswanya. Adapun beberapa penyebabnya, yaitu:
1. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.
Ketika guru menjelaskan materi di depan kelas, sedikit siswa yang
memperhatikannya. Siswa cenderung hanya mendengarkan guru, tetapi
kenyataan tidak memahaminya, karena siswa kurang berani untuk
bertanya kepada guru ataupun merasa malu kepada temannya saat
bertanya. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa hanya diam dan para
siswa dianggap oleh guru sudah memahami materi yang sudah
3
disampaikannya, tanpa guru mengerti siswa itu sendiri sudah paham
atau belum terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2. Kurangnya perhatian guru kepada semua siswa saat pembelajaran di
dalam kelas.
Siswa yang diperhatikan lebih oleh guru tentunya akan membuat siswa
lainnya menjadi malas dalam belajar. Di dalam kelas misalnya, guru
hanya hafal satu atau dua nama siswa yang dirasa pandai, sehingga guru
hanya fokus pada siswa tersebut tanpa memandang siswa-siswa lain
yang juga sangat membutuhkan perhatiannya.
Dari uraian di atas, penulis berusaha menemukan permasalahan yang
menjadi faktor kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, yaitu metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung tradisional (ceramah).
Oleh karena itu,
guru diharapkan
mencoba menggunakan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencapai hasil belajar
yang optimal. Banyak metode pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan
oleh guru.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat
rancangan pembelajaran tentang metode pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan tipe Time Token pada mata pelajaran ekonomi kelas X untuk
meningkatkan keaktifan. Adapun alasan untuk memilih model tipe Time
Token, yaitu untuk melibatkan siswa secara aktif bersama dengan kelompok
timnya untuk bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di
dalam kelompok. Kerjasama antar siswa yang pada akhirnya membuahkan
4
keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung
jawab semua anggota kelompok. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengajaran agar siswa
dapat terlibat secara aktif.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, yaitu dengan judul Rancangan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token pada Kompetensi Dasar 1.5
Mengidentifikasi
Sistem
Ekonomi
Untuk
Memecahkan
Masalah
Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas X SMA.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat disusun rumusan
masalah, yaitu bagaimana rancangan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token pada Kompetensi Dasar 1.5 Mengidentifikasi
Sistem Ekonomi untuk uemecahkan uasalah ekonomi untuk meningkatkan
keaktifan siswa kelas X SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa dan untuk apa
tipe Time Token digunakan dalam
meningkatkan keaktifan sosial antar siswa?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
5
Makalah ini dapat memberikan pengalaman yang berguna, berharga
dan dapat menjadi bekal bagi penulis untuk terjun ke dunia pendidikan
serta dapat memperoleh wawasan dalam menganalisis suatu masalah
untuk mengambil suatu kesimpulan secara tepat.
2. Bagi siswa
Dengan penelitian ini siswa diharapkan dapat menjadi aktif untuk
mengikuti pembelajaran dan bisa berinteraksi dengan siswa lainnya di
dalam kelas dengan baik.
3. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
masukan serta bahan pertimbangan saat memilih metode pembelajaran
agar menjadi lebih optimal.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh
masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi,
dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Dalam bahasa
Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR.
Dilihat dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya.
Dari tiga kata tersebut dapat diuraikan pengertiannya sebagai berikut ;
a. Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari hal uang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
b. Tindakan – suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas - sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk
pengertian kelas adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian
yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan
tempat guru mengajar”
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 12)
7
Menurut beberapa Ahli PTK dapat diartikan sebagai berikut ;
1) Wibawa, 2004 – Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi
oleh guru di lapangan.
2) Arikunto, 2007 – Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3) Wiriaatmadja, 2006 – Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana
sekelompok
guru
dapat
mengorganisasikan
kondisi
praktik
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
4) Sukidin,Basrowi dan Suranto, 2002 – Penelitian tindakan kelas
sebagai suatu bentuk penalaahan penelitian yang bersifat reflektif
dengan
melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
agar
dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas secara lebih professional.
5) Sanford – PTK merupakan suatu kegiatan bersifat menyeluruh yang
terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan,
pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 15-16)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual
yang dilakukan merupakan pencermatan kegiatan belajar berupa tindakan
8
untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
lebih professional.
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 16-17)
2. Jenis- jenis Penelitian
a. Menurut tujuannya, antara lain
1) Penelitian eksplorasi yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor.
2) Penelitian
deskriptif
dilakukan
oleh
peneliti
untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang
diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, atau faktorfaktor penyebab terjadinya sesuatu.
3) Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan sengaja
dikenakan pada subjek.
4) Penelitian
evaluasi
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
keterlaksanaan suatu kebijakan.
b. Menurut model penelitiannya, yaitu sebagai berikut
1) Penelitian
kuantitatif,
yang
dilakukan
dengan
cara
menggambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya
kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi
yang lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang.
9
2) Penelitian kualitatif yang dilakukan secara cermat, mendalam
dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat
lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan
kualitas sesuatu.
c. Menurut keberadaan data atau tersedianya data, dibedakan menjadi
1) Penelitian eksperimen, seperti sudah disebutkan, dilakukan
penelitian untuk memunculkan perlakuan atau treatment, jadi
data dalam penelitian eksperimen belum tersedia sebelum
perlakuan dilakukan.
2) Penelitian non eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan
terhadap data yang sudah ada atau tersedia tanpa ditimbulkan
oleh adanya perlakuan atau treatment.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, Hl 14-16)
d. Terdapat 4 jenis PTK, yaitu sebagai berikut.
1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan
menuntun peneliti kearah suatu tindakan.
2) PTK Partisipan, apabila peneliti terlibat langsung di dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang
berupa laporan.
3) PTK Empiris, apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu
tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung.
10
4) PTK eksperimental, apabila PTK diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategis secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 19-20)
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins prinsip yang dimaksud antara lain :
a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran
harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah.
d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang
rill merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap
diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung
dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
e. Konsistensi sikap dan kepedulian
dalam
memperbaiki
dan
meningkatakan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi
pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar kelas.
11
(Nyata, Pujiati. Irma, Taniredja Tukiran. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Alfabeta, hal 17)
4. Karakteristik PTK
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK memiliki karakteristik antara lain;
a. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.
b. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
c. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional.
e. Dilaksanakan dalam rangkaian langan dengan beberapa siklus.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 16)
5. Tujuan dan Manfaat PTK
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Manfaat
penelitian
tindakan
kelas
terkait
dengan
komponen
pembelajaran, antara lain:
a. Inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas.
c. Peningkatan profesionalisme guru.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 18)
6. Ciri-ciri Penelitian Tindakan
12
a. Penelitian tindakan partisipatori, yaitu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menekankan keterlibatan anggota agar merasa ikut
serta memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif
memecahkan masalah berbasis umum.
b. Penelitian tindakan kritis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan masalah
dan menyempurnakan situasi.
c. Penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnakan situasi.
d. Penelitian tindakan institusi, yaitu dilakukan oleh pihak pengelola
sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatakan
kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 18-19)
7. Sasaran atau Objek PTK
a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di
kelas/lapangan/laboratorium ataupun bengkel, maupun ketika sedang
asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika
mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang
mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang
13
berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke
rumah siswa.
c. Unsur mata pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru
sedang mengajar.
e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang
dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran, baik
susunan maupu tingkat pencapaian.
f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun
yang melingkupi siswa di rumahnya.
g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan
sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
(Aqib,Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Yrama Widya, hal 27-29)
8. Model-model PTK
a. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus,
setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2)
aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
14
(http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-modelpenelitian-tindakan-kelas.html)
Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas,
selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang
akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.
(http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-modelpenelitian-tindakan-kelas.html))
b. Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen,
keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2)
aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus
selesai di implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi,
15
kemudian
diikuti
dengan
adanya
perencanaan
ulang
yang
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
(h
ttp://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitiantindakan-kelas.html)
c.
Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan
model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan
demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi,
yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap
tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat
digambarkan sebagai berikut:
16
(http://
007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakankelas.html)
d. Model Dave Ebbutt
Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan Kemmis dan Elliot, tetapi
tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot dari karya
Kemmis. Bentuk spiral yang merupakan karya Kemmis dan MC
Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan
proses refleksi-aksi (action-reflection).
Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model
PTK yang hadir sebelumnya, kemudian dia memperkenalkan model
17
PTK yang disusunnya sendiri. PTK model Dave Ebbutt ini secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
((http
://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakankelas.html))
B. Pembelajaran Aktif
1. Pengertian Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.Kata
keaktifan juga bisa berarti dengan kegiatan dan kesibukan. Yang
dimaksud dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu guru
mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani
maupun rohani. Keaktifan jasmani dan rohani itu meliputi:
a. Keaktifan panca indera
18
Penglihatan, pendengaran, peraba dan lain-lain. Murid-murid
harus dirangsang untuk dapat menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin. Mendikte atau menyuruh mereka menulis terus
sepanjang jam peserta didik akan menjemukan, demikian pula
menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka
pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan
dan seterusnya akan lebih menarik dan menyenagkan.
b. Keaktifan akal
Akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan
masalah.
Menimbang-nimbang,
menyusun
pendapat
dan
mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan
Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampikan oleh guru, atau menyimpannya
dalam otak.
d. Keaktifan emosi
Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif,
penilaian proses pembelajaran terutama melihat sejauh mana
keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
2. Tinjauan Asas Keaktifan
Segi kejiwaan
19
Gerakan-gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai dengan keadaan
dan nalurinya. Dan dengan demikian ia dapat menggunakan alat
inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia akan lebih menerima
dan menguasai bahan jika jasmani maupun rohani aktif. Dalam proses
pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif. Penilaian proses
pembelajaran terutama melihat sejauh mana keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Perihal tentang keaktifan
belajar diantaranya :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.
h. Kesempatan
menggunakan
atau
menerapkan
apa
yang
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
3. Prinsip-prinsip Belajar Aktif
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang belajar aktif :
20
a. Stimulus belajar
Pesan yang diterima peserta didik dari guru melalui informasi
biasanya
dalam
bentuk
mengkomunikasikan
stimulus.
informasi
atau
Stimulus
pesan
hendaknya
yang
hendak
disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Ada dua cara yang
mungkin membantu peserta didik dalam agar pesan tersebut
mudah diterima. Pertama, perlu adanya pengulangan sehingga
membantu
peserta
didik
dalam
memperkuat
pemahamannya.Kedua, peserta didik menyebutkan kembali pesan
yang disampaikan oleh guru kepadanya.
b. Perhatian dan motivasi
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,
antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengadakan
pengulangan informasi, memberi stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan
kepada
peserta
didik,
memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan
belajarnya dan lain-lain.
c. Respons peserta didik
Semua bentuk respon yang peserta didik harus menunjang
tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah
prilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
tersebut. Dalam proses belajar mengajar, banyak kegiatan belajar
peserta didik yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik)
21
disamping respon intelektual. Respon-respon inilah yang harus
ditumbuhkan pada diri peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
d. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap
kebutuhan peserta didik akan mempunyai kecenderungan untuk
diulang kembali manakala diperlukan. Ini berarti bahwa apabila
respon peserta didik terhadap stimulus guru memuaskan
kebutuhannya, maka peserta didik cenderung untuk peserta didik
tingkah laku tersebut. sumber penguat belajar, berasal dari luar
dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar
seperti, nilai, pengakuan prestasi peserta didik dan lainnya.
Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi bila respon
yang dilakukan oleh peserta didik betul-betul memuaskan dirinya
dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi
yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi
yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut
cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.
Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan
pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan peserta
22
didik untuk memindahkan apa yang telah dipeserta didik kepada
situasi lain yang serupa pada masa mendatang.
(http://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/keaktifan-belajar/)
4. Macam-macam Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa mengaktifkan berbagai macam
inderanya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Keaktifan belajar siswa ini akan mempengaruhi hasil
belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan
semakin besar hasil yang diperoleh. Sebenarnya terdapat berbagai
macam aktivitas siswa yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung, tetapi dapat dikelompokkan mengingat banyak aktivitas
yang
sejenis.
Diedrich membuat suatu daftar berisi 177 macam kegiatan siswa yang
digolongkan menjadi 8 kelompok sebagai berikut:
a. Kegiatan visual: membaca, memperhatikan penjelasan guru,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan
orang lain
b. Kegiatan verbal: menyatakan pendapat, merumuskan, bertanya
pada guru, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi,
interaksi
c. Kegiatan
mendengarkan:
mendengarkan
penjelasan
guru,
percakapan, diskusi, musik, pidato
23
d. Kegiatan menulis: mencatat penjelasan guru, kelengkapan
catatan, dan kejelasan tulisan
e. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, cahrt,
diagram peta dan pola
f. Kegiatan
motorik:
melakukan
percobaan,
memilih
alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun
g. Kegiatan
mental:
merenungkan,
mengingat,
memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan
membuat keputusan
h. Kegiatan emosional: minat membedakan, berani, tenang dan lainlain
(http://satrio-darmawan.blogspot.com/2009/06/keaktifan-belajar-padaprinsipnya.html)
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham, “Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
Slavin menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
24
dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam
model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan
begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan
berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran
yang
mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini adalah
“hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan
sosial”.
Johnson & Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok. Louisell dan Descamps juga menambahkan, karena
siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat
memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis
dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses
dan pemecahan masalah.
25
Jadi inti
dari tujuan pembelajaran
kooperatif adalah
untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa lainnya.
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua
anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan
dilakukan evaluasi setelahnya.
c. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk
belajar bersama selama pembelajaran.
d. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan
kelompok.
4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
a. Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk secara heterogen.
c. Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada
individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada
diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara
26
heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling
menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman
sekelompoknya.
(http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/09/09/model-pembelajarankooperatif/)
Model Pembelajaran Tipe Time Token Arends
1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Time Token Arends
Pembelajaran kooperatif time token dikemukanakan oleh Arends 1998.
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran
struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial,
untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam
sama sekali.
Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model
pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok
diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi
mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain.
(http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-modelpembelajaran.html)
Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat cocok digunakan
untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa
mendominasi
pembicaraan
atau
siswa
diam
sama
sekali.
(http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-timetoken-arends.html)
27
2. Tujuan Model Pembelajaran Tipe Time Token
Tujuan dalam pembelajaran kooperatif time token menumbuhkan
keterampilan berpartisipasi. Sementara sebagian siswa mendominasi
kelompok, sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak
mampu berpartisipasi. Kadang- kadang siswa menghindari kerja
kelompok karena pemalu. Sering kali siswa- siswa pemalu sangat
cerdas, dab mereka mungkin bekerja dengan baik sendirian atau dengan
seorang teman. Akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi
dalam kelompok. Siswa yang ditolak mungkin juga memiliki kesulitan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Di samping itu, ada juga
anak- anak normal yang entah apapun alasannya, memilih untuk bekerja
sendiri dan menolak untuk berpartisipasi dalam kelompok kooperatif.
Memastikan bahwa siswa- siswa pemalu atau ditolak ikut masuk ke
dalam kelompok bersama siswa- siswa yang memiliki keterampilan
sosial yang baik adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru
untuk melibatkan mereka. Menstrukturisasikan interdependensi tugas,
yang dideskripsikan sebelumnya, adalah cara lain untuk mengurangi
kemungkinan siswa yang ingin bekerja sendiri. Menggunakan lembar
perencanaan yang mendaftar berbbagai tugas kelompok lengkap dengan
nama siswa-siswa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugastugas adalah cara ketiga untuk mengajarkan dan memastikan partisipasi
yang
seimbang
diantara
anggota-
anggota
kelompok. Time
28
token dan high tap out adalah kegiatan- kegiatan khusus yang
mengajarkan keterampilan berpartisipasi.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif time tokenadalah model pembelajaran kooperatif yang
menuntut
partisipasi
siswa
dalam
kelompok
untuk
berbicara
(mengeluarkan ide/ gagasannya) dengan diberi kupon berbicara
sehingga semua siswa harus berbicara, maka dari itu siswa tidak ada
yang mendominasi dalam pelaksanaan diskusi.
(http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-modelpembelajaran.html)
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Time Token
Kelebihan Model Time Token
a. Mendorong
siswa
untuk
meningkatkan
inisiatif
dan
partisipasinya.
b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek
berbicara).
e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
29
h. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
(http://ilmianissa.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-timetoken-arrends.html)
Kekurangan Model Time Token
a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu
sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.
(http://ilmianissa.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-timetoken-arrends.html)
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe Time Token
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
b. Guru
mengkondisikan
kelas
untuk
melaksanakan
diskusi
(cooperative learning / CL).
c. Guru memberikan setiap siswa kupon berbicara dengan waktu ±
30 detik, dan setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu
keadaan.
30
d. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa deserahkan
pada guru. Setiap berbicara satu kupon.
e.
Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, dan
siswa yang lain yang masih memegang kupon harus bicara
sampai kuponnya habis.
f. Sehingga semua siswa memiliki hak bicara yang sama, dan
sampai semua siswa berbicara ( berpendapat).
g. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi.
h. Guru menutup pelajaran.
(http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-timetoken-arends.html)
D. Pembelajaran Ekonomi
Sistem Ekonomi
1. Pengertian Sistem Ekonomi
Sistem Ekonomi adalah suatu susunan dari unsur-unsur ekonomi yang
saling berhungan dan bekerja secara bersama-sama sebagai suatu
kesatuan untuk mencapai tugas tertentu.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 30)
2. Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada empat macam sistem ekonomi di dunia.
a. Sistem Ekonomi Tradisional adalah cara mengatur kegiatan
ekonomi yang masih sangat sederhana.
31
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Tidak adanya pemisahan yang tegas antara rumah tangga
produksi dan rumah tangga konsumsi sehingga bisa dianggap
masih dalam satu kesatuan.
(b) Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana .
(c) Tidak terdapat pembagian kerja, jikapun masih sangat
sederhana.
(d) Tidak ada hubungan dengan dunia luar sehingga masyarakat
sangat statis.
2) Kebaikan Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Terjadinya persaingan yang sehat serta tidak menimbulkan
tekanan jiwa dalam mayarakat karena anggota masyarakat
tidak terbebani oleh target-target tertentu yang harus
dicapai.
3) Kelemahan Sistem Ekonomi Tradisional :
(a) Masyarakat sulit berkembang.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 19)
b. Sistem Ekonomi Komando adalah sistem ekonomi di mana
pemerintah pusat menentukan kebijakan penggunaan faktor
produksi di seluruh wilayah pemerintah.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 31)
32
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Komando :
(a) Kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah.
(b) Kebebasan individu dalam berusaha tidak ada.
(c) Kebebasan individu dalam memiliki kekayaan pribadi tidak
ada.
(d) Kepemilikan alat produksi sepenuhnya pada pemerintah.
(e) Kegiatan ekonomi tidak melibatkan masyarakat atau
swasta.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 20)
2) Kelebihan Sistem Ekonomi Komando :
(a) Pemerintah
bertanggung
jawab
penuh
terhadap
perekonomian.
(b) Relative mudah melakukan pemerataan pemdapatan dan
pengendalian harga.
(c) Relative mudah menentukan dan melaksanakan produksi
dan distribusi barang.
(d) Pengangguran dapat dieliminasi.
3) Kelemahan Sistem Ekonomi Komando :
(a) Kurang menghargai dan memperhatikan karya cipta pribadi
atau perseorangan.
(b) Konsumen tidak selalu memperoleh barang dan jasa yang
sesuai dengan keinginan.
33
(c) Pemerintah pada praktiknya mengalami kesulitan untuk
mrnghitung senua kebutuhan masyarakat dan besarnya
biaya kegiatan produksi secara terpusat.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 31-32)
c. Sistem Ekonomi Pasar disebut juga Sistem Ekonomi Liberal
dimana pemerintah tidak ikut campur tangan dalam mengatur
perekonomian hanya sebagai pengawas jalannya perekonomian
dan sepenuhnya diserahkan pada sektor swasta.
1) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Kegiatan
ekonomi
sepenuhnya
diserahkan
dan
dilaksanakan oleh swasta/masyarakat.
(b) Kebebasan masyarakat untuk memiliki alat-alat produksi
dan berusaha diakui.
(c) Hak pemilik perorangan diakui.
(d) Kebebasan masyarakat untuk berinovasi dan berimprovisasi
diakui dan dihormati.
(e) Kegiatan yang dilaksanakan bersifat profit oriented.
(Sukwiaty, Jamal Sudirman, Sukamto Slamet. 2006. Ekonomi SMA Kelas
X. Jakarta:Yudhistira, hal 20)
2) Kelebihan Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Kebebasan memilih alat produksi dan modal.
34
(b) Kebebasan berusaha, memilih pekerjaan, dan menentukan
konsumsi.
(c) Terdapat persaingan di antara pengusaha.
(d) Produksi dapat berkembang secara pesat.
3) Kekurangan Sistem Ekonomi Pasar :
(a) Terjadi persaingan yang tidak sehat.
(b) Timbul distribusi pendapatan dan kekayaan yang sangat
tidak merata.
(c) Timbul eksternalitas atau dampak imbasan.
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 33-34)
d. Sistem Ekonomi Campuran adalah suatu sistem organisasi
ekonomi yang ditandai dengan keikutserataan pemerintah dalam
hal penentuan cara-cara mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat. Sistem ekonomi campuran merupakan
perpaduan konsep antara sistem ekonomi pasar dengan sistem
ekonomi komando, dimana kelemahan-kelemahan yang ada dari
kedua sistem itu dicoba untuk dieliminasi pada sistem ekonomi ini
(Firdaus.Yoga.2006. Akuntansi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta:
Erlangga, hal 34).
E. Kerangka Teoritik
Meningkatkan keaktifan dan interaksi sosial siswa pada materi
pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
35
yang sesuai. Guru diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif yang lebih membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif Time Token merupakan contohnya. Time
Token merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan
untuk menekankan pada keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya
mengenai suatu masalah yang muncul. Pemahaman tentang materi oleh
siswa dalam model ini sangat diutamakan terutama dalam bentuk diskusi
yang kebanyakan pendapatnya harus memiliki dasar yang kuat untuk
sebuah argument.
Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat dari
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Siswa mengalami
perkembangan dalam cara belajar di kelas dan menjadi lebih antusias saat
mengikuti pelajaran.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesi merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang diberikan didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data (Sugiono,1999:51). Hipotesis yang disajikan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 :
Tidak ada pengaruh positif antara penerapan model pembelajaran
Time Token terhadap keaktifan materi sistem ekonomi
36
H1 :
Ada pengaruh posif antara penerapan model pembelajaran Time
Token terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekonomi.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
merupakan suatu upaya untuk mengamati dan mencermati kegiatan belajar
peserta didik dengan memberikan suatu tindakan yang sengaja di munculkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan
yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Sehingga penelitian ini
difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil
belajar dan pemahaman belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang akan digunkan adalah SMA Sanata Dharma,
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan
bulan Juli.
C. Variabel Penelitian dan Pengaruhnya
-
Variabel yang diteliti
Dalam penelitian ini, ada satu variabel bebas dan dua variabel
terikat. Variabel-variabel tersebut adalah:
a.
Variabel bebas (Independence variabel)
38
model pembelajaran Time Token(X)
b. Variabel terikat (Dependence variabel)
Keaktifan siswa pada materi sistem ekonomi (Y)
Keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar siswa diharapkan aktif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu
mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan kelas, situasipembelajaran, metodepembelajaran
guru.Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap
situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,
observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi,
guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan
wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan prapenelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah
menggunakan metode pembelajaran Time Token.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari lima langkah, sebagai berikut:
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi:
a. Siklus Pertama
39
1. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan
berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Time Token
yang meliputi sebagai berikut:
a) Guru memilih KD yang tepat sesuai dengan model yang
ingin digunakan. Pemilihan materi yang sesuai untuk model
pembelajaran Time Token adalah materi yang lebih
menekankan pada penyampaian pendapat siswa dalam
berlangsungnya pembelajaran. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran ini lebih menekankan pada keaktifan siswa
dalam mengutarakan pendapatnya mengenai suatu masalah
yang muncul.
b) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data,
meliputi :
(1) Lembar observasi kegiatan guru
(2)
Lembar observasi kegiatan siswa
(3) Lembar observasi kegiatan kelas
(4) Instrumen refleksi.
2. Pelaksaaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan
pembelajaran kooperatif
model Time Token yang telah
dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk 1
40
kali pertemuan (2x45 menit). Pelaksanaan tindakan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengecek
kehadiran
siswa dan kesiapan
kelas.
Kemudian melakukan kegiatan apersepsi dengan
mengulas sedikit tentang pelajaran yang lalu tentang
masalah pokok ekonomi. Guru memberikan pertanyaan
tentang contoh masalah ekonomi saat ini. Dilanjutkan
dengan
menunjukkan
Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran pada
materi kali ini.
2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan inti materi sistem ekonomi meliputi
pengertian, macam-macam sistem ekonomi beserta ciri-cirinya.
Kemudian siswa diminta untuk berkelompok 4-5 orang sesuai
dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru sebanyak 4
kelompok. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru
menyampaikan aturan dalam kegiatan diskusi antara lain:
a. Guru memberikan soal yang berbeda pada setiap kelompok
untuk dipecahkan bersama oleh kelompok tersebut dengan cara
undian.
41
b. Kemudian guru akan membagikan kartu bicara kepada setiap
kelompok untuk. Kartu bicara tersebut hanya berlaku 1x dan
berdurasi 45 detik. Dan setiap individu dalam kelompok
diwajibkan memberi satu jawaban atas pertanyaan yang
diberikan secara bergiliran hingga waktu yang diberikan habis.
Jika ada individu yang tidak menjawab selama waktu 3 detik
bisa dilempar ke individu yang lain dalam satu kelompok.
Setelah semua kelompok menjawab pertanyaan secara bergiliran.
Guru juga mengadakan sesi tanya jawab untuk setiap kelompok jika
ada jawaban yang masih kurang jelas. Kemudian guru menarik
kesimpulan dari hasil diskusi tadi.
3) Kegiatan Penutup
Guru melakukan evaluasi pembelajaran secara lisan dengan cara
bertanya kepada para siswa sambil membuat ringkasan tentang materi.
Dengan bimbingan guru siswa melakukan refleksi atas hasil
pembelajaran secara tertulis.
1. Observasi
Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan untuk
menganalisis tentang keadaan siswa serta guru dan keadaan
sekitar kelas yang akan diajar. Observasi terdiri dari tiga
tahap:
1) Observasi Siswa
42
Observasi siswa dilakukan untuk mengetahui pemahaman
siswa dalam pembelajaran dengan model Time Token.
Selain itu observasi ini untuk mengetahui karateristik dari
masing-masing siswa. Karateristik siswa terdiri dari sikap,
pemampilan siswa tersebut dikelas, kemampuan siswa
dalam memahami materi. Dari hasil pengamatan nantinya
akan di buat suatu rancangan strategi, teknik serta model
pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Instrumen dalam obsevasi siswa adalah
Lembar observasi siswa. Lembaran ini digunakan untuk
mengetahui
kegiatan
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung.
Instrumen observasi siswa berupa intrumen hasil belajar
siswa didalam kelompok.
2) Observasi Guru
Observasi guru dilakukan untuk mengetahui semua
kegiatan yang terjadi saat proses pembelajaran model
Time Token didalam kelas. Dalam observasi ini guru
memberikan evaluasi terhadap guru yang terkait dengan
menujukkan ketrampilan dasar sebagai seorang guru, yaitu
membuka pelajaran, menjelaskan pelajaran, bertanya dan
memberikan mengutakan, dan menutup pelajaran.
43
Aktivitas guru didalam kelas dapat dinilai dengan dua
macam cara yaitu secara umum dan secara khusus. Secara
umum guru dinilai mengenai kemampuan guru untuk
dapat mengajar. Sedang secara khusus guru dinilai dalam
penguasaan materi yang akan di sampaikan.
Instrumen dalam observasi guru adalah
Lembar observasi guru. Lembaran ini gunakan untuk
mengetahui aktivitas guru saat proses pembelajaran
berlangsung.
Instrumen observasi kegiatan guru ini mencakup:
keterampilan
guru
dalam
menjelaskan
dan
mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe Time
Token.
3) Observasi Kelas
Observasi kelas pada model pembelajaraan Time Token
dilakukan untuk mengetahui keadaan kelas yang sering
berubah-ubah. Observasi kelas ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang adanya
hubungan kerja sama antar siswa, lingkungan kelas yang
tenang, dan tata tertib kelas yang terjaga.Selain itu juga
untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Time Token.
44
Instrumen dalam observasi kelas adalah:
Lembar observasi kelas. Lembaran ini digunakan untuk
mengetahui keadaan kelas saat proses pembelajaran
berlangsung.
Instrumen observasi kelas yang mencakup: sarana dan
prasarana belajar, situasi kelas, kerjasama antar siswa,
interaksi siswa.
2. Evaluasi
Setelah selesai presentasi antar kelompok, guru
mengadakan evaluasi kepada siswa secara individu, dengan
mengerjakan soal-soal tentang materi yang sudah dibahas
untuk mengetahui apakah siswa benar-benar sudah paham
materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3. Refleksi
Guru meminta waktu siswa untuk bertanya tentang kesan terhadap
pembelajaran. Selesai mengerjakan soal guru membagikan lembar refleksi
setelah belajar dengan menggunakan metode Time Token kepada siswa
untuk diisi guna mengetahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan
tindakan yang ditargetkan.
b. Siklus Kedua
1. Perencanaan
45
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana
tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe
Time Token yang meliputi sebagai berikut:
c) Guru memilih KD yang tepat sesuai dengan model yang
ingin digunakan. Pemilihan materi yang sesuai untuk
model pembelajaran Time Token adalah materi yang
lebih menekankan pada penyampaian pendapat siswa
dalam
berlangsungnya
pembelajaran.
Hal
ini
dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan
pada keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya
mengenai suatu masalah yang muncul.
d) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data,
meliputi :
(5) Lembar observasi kegiatan guru
(6)
Lembar observasi kegiatan siswa
(7) Lembar observasi kegiatan kelas
(8) Instrumen refleksi.
3. Pelaksaaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan
pembelajaran kooperatif
model Time Token yang telah
dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk 1
46
kali pertemuan (2x45 menit). Pelaksanaan tindakan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
4) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengecek
kehadiran
siswa dan kesiapan
kelas.
Kemudian melakukan kegiatan apersepsi dengan
mengulas sedikit tentang pelajaran yang lalu tentang
masalah pokok ekonomi. Guru memberikan pertanyaan
tentang contoh masalah ekonomi saat ini. Dilanjutkan
dengan
menunjukkan
Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran pada
materi kali ini.
5) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan inti materi sistem ekonomi meliputi
pengertian, macam-macam sistem ekonomi beserta ciri-cirinya.
Kemudian siswa diminta untuk berkelompok 4-5 orang sesuai
dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru sebanyak 4
kelompok. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru
menyampaikan aturan dalam kegiatan diskusi antara lain:
c. Guru memberikan soal yang berbeda pada setiap kelompok
untuk dipecahkan bersama oleh kelompok tersebut dengan cara
undian.
47
d. Kemudian guru akan membagikan kartu bicara kepada setiap
kelompok untuk. Kartu bicara tersebut hanya berlaku 1x dan
berdurasi 45