Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keag

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok
Keagamaan Islam di IPB:
Benang Merah Gerakan Islam Asasi1
Asep Saefullah
Puslitbang Lektur Keagamaan, Jakarta
This study is a result of research into religious lectures given at the Institute of
Farming (Darmaga campus, IPB) in Bogor. The case studies were a group of non
formal teachings given at Masjid Al-Hurriyah IPB and lectures presented by the
Board of Islamic religious teachings for Islamic students of the Institute of Farming
(Badan Kerohanian Islam Mahasiswa [BKIM] IPB). The religious literature used by
the two groups could be categorized into two classes, according to teaching content
and presentation, which are classical Islamic literature and texts leaning towards
Hizbut Tahrir. Islamic classical literature is represented by examples such as Riy±«u¡
¢±li¥in and Tafs³r F³ ¨il±lil-Qur’±n which are studied in the non formal Islamic
teachings at Mesjid Al-Hurriyah IPB. Whereas, a tendency towards the thoughts of
Hizbut Tahrir group can be seen in the manual Islam, Mulai Akar ke Daunnya (Islam
from the root to the leaf) used for the training of the cadets at BKIM. One of its
themes presents Islam as an ideology. The ideology referred to here is taken from the
term ’aqidah aqliyah (the creed of thought) which creates rules for life. This notion

was adopted from the thoughts of the founder of Hizbut Tahrir, Syekh Taqiyuddin anNabhani who stated the order of life should be built on the foundations of Islam which
are the Qur’an and the Sunna.
.
Kata kunci: BKIM IPB, Masjid al-Hurriyah, Islam Asasi, fikrah, tariqah, politik
Islam

Pendahuluan
Penerbitan buku-buku Islam mengalami perkembangan yang
signifikan sejak sekitar tahun 1980-an. Menggeliatnya penerbitan
1
Tulisan ini semula adalah Makalah penulis yang disajikah dalam “Seminar Hasil
Kajian Pemetaan Buku-Buku Keagamaan”, Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang
dan Diklat, Departemen Agama RI, Jakarta, 27-28 Desember 2006, dan merupakan bagian
dari penelitian tentang peta lektur keagamaan di Puslitbang Lektur Keagamaan, dan
beberapa bagian pendahuluan diadopsi dan dimodifikasi sehingga ada kemiripan, misalnya
dalam batasan istilah dan ruang lingkup.

91

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124


tersebut terkait erat dengan munculnya kelompok-kelompok kajian
Islam di kampus-kampus perguruan tinggi umum.2 Sebut misalnya,
di ITB Bandung, IPB Bogor, dan UGM Yogyakarta. Pada tahun
1980-an di kampus ITB muncul penerbit Pustaka Salman. Di
Yogyakarta, dari kampus UGM, Jamaah Shalahuddin, muncul
penerbit Shalahuddin Press.3
Kajian tentang perbukuan Islam di Indonesia, khususnya bukubuku kontemporer, merupakan wilayah yang kurang mendapat
perhatian. Informasi mengenai tema ini lebih banyak berupa
laporan-laporan atau komentar singkat dari para penggemar atau
penerbit buku. Sedikitnya bahan kajian mengenai bidang ini
menjadi penyebab langkanya kajian di bidang ini.
Buku yang relatif baru terbit mengenai tema gerakan Islam
adalah karangan M Imdadun Rahmat berjudul Arus Baru Islam
Radikal 4 : Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia
(Jakarta: Erlangga, 2005). Buku ini membahas proses transmisi
gerakan revivalisme Islam di Timur Tengah ke Indonesia dari tahun
1980 hingga 2002. Juga dibahas tentang pengaruh gerakan
kebangkitan Islam Timur Tengah yang diwakili organisasi massa
Islam Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir dan ad-Dakwah alSalafiyah dan organisasi massa Islam baru di Indonesia, seperti

gerakan Tarbiyah (yang berawal pada 1980-an dari Masjid Salman
ITB Bandung), Hizbut Tahrir Indonesia (yang bermula dari IPB
Bogor pada 1982), dan berbagai perkumpulan Dakwah Salafi (yang
dimulai oleh para alumnus LIPIA, Jakarta, pada 1980-an).
Buku lain yang membahas gerakan-gerakan Islam kontemporer
disunting oleh Imam Tholkhah dan Neng Dara Affiah berjudul
2
Azra, Azyumardi. 1995. “Perbukuan Islam di Indonesia: Merambah
Intelektualisme Baru” dalam Katalog Pameran Naskah dan Buku. (Jakarta:
Festival Istiqlal), h. 165.
3
Aziz, Abdul, Imam Tholkhah, dan Soetarman. Gerakan Islam Kontemporer
di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 298.
4
Istilah ”radikal” sebenarnya kurang tepat untuk menyebut kelompok
keagamaan Islam karena beberapa alasan, di antaranya: istilah ini mengesankan
stigmatisasi terhadap Isalm, ada kesan stereotyping, di samping berkonotasi
negatif, dianggap cenderung pada kekerasan, dan sering digunakan kalangan
asing. Oleh karena itu, peneliti menawarkan istilah ”asasi” atau ”gerakan Islam
asasi” untuk kelompok keagamaan tersebut.


92

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

Gerakan Keislaman Pasca-Orde Baru: Upaya Merambah Dimensi
Baru Islam (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama
RI, 2005). Buku setebal 594 halaman yang merupakan kumpulan
hasil penelitian ini terdiri atas empat bagian, yaitu Islam Radikal,
Islam Sufistik, Islam Kritis, dan Gerakan Islam dan Pendidikan
Pesantren. Buku ini tidak memfokuskan pada gerakan-gerakan
keislaman mahasiswa, namun lebih kepada gerakan-gerakan keislaman kontemporer yang tumbuh Indonesia, terutama pasca-Orde
Baru, seperti Majelis Mujahidin Indonesia, Hizbut Tahir Indonesia,
Front Pembela Islam, Lasykar Jihad, Salamullah, Jaringan Islam
Liberal, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah, dan lain-lain.
Penelitian ini dibatasi pada lektur keagamaan atau buku-buku
keagamaan pada kelompok keagamaan di kampus Institut Pertanian
Bogor (IPB) Darmaga Bogor. Buku-buku tersebut meliputi bukubuku yang dikaji, diterbitkan, dan dijadikan rujukan atau referensi,
terutama referensi pemikiran dan tindakan. Adapun kelompok
keagamaan yang dimaksud adalah baik bersifat struktural maupun

tidak, dari kalangan mahasiswa maupun dosen dan civitas akademika lainnya, serta basis aktivitasnya berada di dalam kampus.
Judul kecil “Gerakan Islam Asasi” dimaksudkan sebagai kelompok keagamaan yang mendasarkan pemikirannya pada pondasi
yang sangat mendasar. Pondasi itu adalah akidah (Islam). Di antara
ciri-ciri gerakan ini adalah bahwa kelompok tersebut menjadikan
Islam sebagai ideologinya; pondasi yang dibangun pertama kali
adalah pemikiran atau fikrah; dan dasar pemikiran tersebut adalah
akidah (Islam). Ciri lain adalah bahwa akidah itu menjadi satustunya ikatan yang sangat kuat dan tetap bagi mereka; cenderung
beramar makruf nahi mungkar secara “prosedural” (menghindari
kekerasan); dan selalu merujuk pada sumber-sumber asasi dalam
agama, yang dalam Islam adalah Al-Qur’an dan hadis, dilengkapi
dengan ijma atau ijtihad. Semua itu merupakan asas, sehingga peneliti menawarkan nama “Gerakan Islam Asasi” bagi kelompokkelompok keagamaan yang memiliki ciri-ciri demikian dan yang
mengusung persoalan-persoalan asasi umat, seperti akidah, ideologi,
dan fikrah tersebut.
Kajian terhadap literatur yang digunakan oleh kelompok-kelompok tersebut menjadi penting, untuk memperoleh gambaran mengenai arah, kecenderungan, isi buku, dan pemikiran yang berkembang
93

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

di kalangan mereka. Dengan demikian, masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana peta lektur keagamaan di lingkungan kampus

Institut Pertanian Bogor (IPB)?
Berdasarkan masalah tersebut, pertanyaan-pertanyaan penelitian
itu adalah:
1. Apa sajakah judul-judul dan siapakah pengarang buku/literatur
pada kelompok keagamaan di lingkungan kampus IPB?
2. Bidang kajian apa sajakah yang secara umum dikaji?
3. Bagaimanakah isi buku keagamaan yang dijadikan bahan kajian?
Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, penelitian ini
memiliki tujuan: (1) Menginventarisasi lektur keagamaan di kampus perguruan tinggi, yakni di IPB; (2) Mengetahui isi buku
keagamaan yang dijadikan bahan kajian; dan (3) Memetakan lektur
keagamaan di kampus berdasarkan bidang kajiannya.
Dari segi kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi: (1) Masukan bagi pimpinan perguruan tinggi dalam hal pembinaan kehidupan keagamaan di kampus melalui pendekatan lektur
keagamaan; (2) Masukan dan bahan pertimbangan bagi para pengambil dan penentu kebijakan di Departemen Agama dalam hal penyediaan lektur keagamaan yang menunjang kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan (3) Informasi mengenai
lektur keagamaan di kampus.
Berkaitan dengan batasan istilah dan ruang lingkup dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kajian Pemetaan adalah proses penelaahan dan penelitian yang
akan menghasilkan suatu gambaran umum tentang buku-buku
keagamaan yang digunakan kelompok-kelompok keagamaan di
perguruan tinggi.

2. Buku-buku Keagamaan dan media elektronik adalah buku-buku
dan produk elektronik yang bermuatan nilai-nilai keagamaan yang
digunakan dan dijadikan bahan kajian, sumber rujukan atau
pedoman di lingkungan kelompok keagamaan di kampus.
3. Kelompok Keagamaan adalah perkumpulan organisasi keagamaan di lingkungan mahasiswa dan kampus yang mengkaji agama
secara intensif, baik bersifat intra maupun ekstra kampus.
4. Perguruan Tinggi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan
tinggi umum negeri.
Sedangkan ruang lingkup penelitian ini meliputi:
94

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

1. Identifikasi dan inventarisasi terhadap buku, majalah, CD, dan
VCD atau jenis bacaan/rujukan lain yang bermuatan nilai-nilai
agama yang digunakan oleh kelompok-kelompok keagamaan di
lingkungan kampus perguruan tinggi.
2. Identifikasi terhadap kelompok-kelompok studi keagamaan di
kampus serta kegiatan-kegiatannya.
3. Pengkajian atas isi dan kecenderungan lektur keagamaan yang

ditemukan di lapangan.
Adapun dari segi metodologi, Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pemaparan hasil penelitian menggunakan metode deskriptif-analitis. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan content analysis dan discourse analysis. Pendekatan ini
terutama digunakan untuk mengkaji literatur keagamaan yang
menjadi sasaran penelitian. Adapun sasaran penelitian ini adalah (1)
kelompok kajian keagamaan di kampus IPB, dan (2) buku, majalah,
CD/VCD/DVD atau bahan rujukan lain yang digunakan oleh
kelompok yang bersangkutan.
Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga
cara, yaitu: (1) Studi dokumentasi; (2) Wawancara; dan (3) Pengamatan.
Bahan-bahan dari lapangan, berupa hasil wawancara dan pengamatan dianalisis dan diacu untuk penulisan laporan berdasarkan
relevansinya. Content analysis digunakan untuk menganalisis halhal yang berkaitan dengan content suatu literatur, yaitu judul,
pengarang, bidang kajian, kategori bahasannya, dan lain-lain. Sedangkan discourse analysis digunakan untuk menganalisis substansi
literatur kajian. Literatur-literatur yang ada diidentifikasi, diinventarisasi, dan dianalisis, untuk mengetahui karakteristik, kecenderungan, arah, dan wacananya.
Profil Ringkas Institut Pertanian Bogor (IPB)
1. Sejarah Perkembangan IPB
Sejarah perkembangan IPB dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
tahapan embrional (1941-1963), tahap pelahiran dan pertumbuhan
(1963-1975), tahap pendewasaan (1975-2000), tahap implementasi


95

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

otonomi IPB (2000-2005) dan tahap IPB berbasis Badan Hukum
Milik Negara (BHMN) yang dimulai pada tahun 2006. 5
Tahap Embrional (1941-1963). Tahap embrional perkembangan
IPB diawali dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai
pada awal abad ke-20 di Bogor.
Tahap Pelahiran dan Pertumbuhan (1963-1975). Tahap pelahiran dan pertumbuhan ditandai dengan berdirinya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian
disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No.
279/1965.
Tahap Pendewasaan (1975-2000). Pada tahun 1978, IPB mengembangkan kerjasama tahap pertama (1979-1983) dengan University
Wisconsin di bidang peningkatan kemampuan tanaga pengajar,
khususnya di bidang ilmu-ilmu lingkungan dan ilmu gizi, sehingga
pada tahun 1981 lahir Fakultas Politeknik Pertanian.
Pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Sitanala Arsyad selama dua
periode masa bakti 1987-1991 dan 1992-1996, IPB telah membangun kampus Darmaga berdasarkan master plan 1982. Sedangkan
pada periode Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Soleh Salahuddin, M.Sc

yaitu tahun 1996-1998, IPB telah memiliki 144 Program Studi (PS),
yang terdiri dari 30 PS untuk Program Diploma, 39 PS untuk Program Sarjana, 51 PS untuk Program Magister dan 25 PS Program
Doktor yang tersebar di delapan Fakultas dan Program Pascasarjana.
Kemudian, pada masa kepemimpinan Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Aman
Wirakartakusumah yaitu tahun 1998-2002, IPB secara proaktif
terlibat langsung dalam reformasi pendidikan sebagai bagian tidak
terpisahkan dari gerakan reformasi nasional yang bergulir sejak
1997. Melalui Peraturan Pemerintah 154 tahun 2000, IPB menjadi
salah satu dari empat perguruan tinggi nasional berbasis Badan
Hukum Milik Negara (BHMN).
Tahap Otonomi. Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc merupakan Rektor IPB yang pertama dipilih dalam mekanisme IPB
5
Prof. Dr. Ir. A. Ansori Mattjik, Msc., Rektor IPB 2002-2007, ”Institut
Pertanian Bogor: Menuju Universitas Riset Embrional 2007”, http://Www.Ipb.Ac.Id/
Ipb-Bhmn/Selayang/Sejarah.Php

96

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah


sebagai BHMN. Rektor dipilih oleh MWA (Majelis Wali Amanat)
untuk masa bakti 2003-2007 dengan program kerja utama untuk
mewujudkan academic excellent dan generating income excellent,
sehingga diharapkan mampu menghantarkan IPB sebagai universitas riset yang secara embrional terwujud pada tahun 2007.
Sebagai kampus yang modern sekaligus melestarikan situs
sejarah, IPB memiliki lima lokasi kampus yang tersebar di beberapa
wilayah dengan peruntukan khusus:
• Kampus IPB Darmaga (267Ha) sebagai kantor rektorat dan
pusat kegiatan belajar-mengajar S1, S2, dan S3. Selain itu,
disediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
• Kampus IPB Baranangsiang Bogor (11,5 Ha), sebagai pusat
kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat serta pendidikan pascasarjana eksekutif. Pada saat ini di kampus ini sedang
dibangun IPB International Convention Center.
• Kampus IPB Gunung Gede Bogor (14.5 Ha) sebagai pusat kegiatan pendidikan manajemen dan bisnis yang akan dilengkapi
dengan techno-park.
• Kampus IPB Cilibende Bogor (3.2 Ha) sebagai pusat kegiatan
pendidikan vokasional diploma, dan
• Kampus IPB Taman Kencana Bogor (3.4 Ha), direncanakan
untuk pendirian rumah sakit internasional.
2. Organisasi Mahasiswa dan Kehidupan Keagamaan di
Kampus IPB
Organisasi Kemahasiswaan. Kebersamaan mahasiswa IPB diwadahi dalam organisasi Keluarga Mahasiswa (KM) dalam bentuk
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM-IPB dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) KM-IPB. BEM KM-IPB dipimpin oleh
Presiden Mahasiswa yang dipilih melalui proses pemilihan raya setahun sekali dan secara ex-officio merupakan perwakilan mahasiswa di MWA (Majelis Wali Amanat) IPB. Di tingkat fakultas, juga
terdapat BEM dan DPM Fakultas.
Selain BEM dan DPM, di tingkat institut terdapat 34 Unit
Kegiatan Mahasiswa dan di tingkat fakultas terdapat 33 Himpunan
Mahasiswa.6
6

Http://Www.Ipb.Ac.Id/Ipb-Bhmn/Selayang/Kemahasiswaan.Php

97

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit-unit kegiatan mahasiswa di IPB
meliputi: (1) UKM Seni dan Budaya yaitu: Paduan Suara Mahasiswa "Agria Swara" Gentra Kaheman (Seni Sunda), MAX (Musik);
(2) UKM Olah Raga non Beladiri yaitu: Sepak Bola, Basket, Bola
Voly, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Tenis Lapangan, Panahan; (3)
UKM olah raga beladiri yaitu: PS Merpati Putih, PS Perisai Diri,
PS Setya Buana, PS Tapak Suci, Tarung Derajat, PS Seroja Putih,
Thifan Po Khan, Tae Kwondo, Bandung Karate Club; (4) UKM
Kerohanian, yaitu: Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM),
Persekutuan Mahasiwa Kristen (PMK), Kesatuan Mahasiswa Katolik Indonesia (KEMAKI), Kesatuan Mahasiswa Buddha (KMBA),
dan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD); (5) UKM Bidang Khusus, yaitu: Resimen Mahasiswa, Lawalata (Pencinta Alam),
Korps Sukarela PMI dan UKF (Konservasi Fauna), KPTO Zingiber
(Tanaman Obat/Biofarmaka), Gema Almamater (Jurnalistik: Photography, Film), dan KOPMA (Koperasi Mahasiswa) IPB; dan (6)
UKM Bidang Wirausaha, yaitu: Koprasi Mahasiswa (KOPMA),
Kelompok Kewirausahaan, Pemberdayaan Masyarakat Pertanian.
Kehidupan Keagamaan. Sebagaimana diakui oleh Ketua DKM
Al-Hurriyah, Drs. H. Syamsuddin, M.Si. dan Ketua BKIM IPB,
Rizka, 7 bahwa civitas akademika, baik mahasiswa dan dosen maupun para pegawai diberikan kesempatan untuk mengikuti aktivitas
keagamaan pada organisasi-organisasi keagamaan di luar kampus.
Namun, ketika pihak kampus, dalam hal ini BKIM dan DKM AlHurriyah menyelenggarakan kegiatan keagamaan, siapa pun dapat
mengikutinya, tetapi tidak menggunakan dan tidak membawa atribut organisasi asalnya. Pada kesempatan lain, Drs. H. Syamsuddin,
M.Si. menyatakan bahwa lingkungan kampus IPB cukup steril dari
faksi-faksi maupun intervensi organisasi di luar kampus. Setiap
aktivitas keagamaan yang diselenggarakan kampus tidak pernah
mengusung dan atau merepresentasikan mazhab atau haluan dari
suatu organisasi di luar kampus. 8 Beberapa pengurus BKIM juga
memberikan pernyataan yang sama, di antaranya Fanani, mahasiswa Fak. Teknologi Pertanian IPB, semester IX (asal Kediri);

7
8

98

Wawancara dengan keduanya di tempat terpisah, tanggal 14 Oktober 2006.
Drs. H. Syamsuddin, M.Si., Wawancara, 11 Nopember 2006.

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

Andi. 9 Menurut mereka, para pengurus dan anggota BKIM dapat
juga beraktivitas pada oraganisasi keagamaan lain, bahkan pada
partai politik. Dalam pernyataan lain, Fanani menyebutkan bahwa
BKIM memiliki hubungan pemikiran dengan beberapa oragnisasi
keagamaan di luar kampus, misalnya dengan HTI atau Tarbiyah. 10
Ini juga dapat dilihat dalam buku panduan bagi pembinaan kader
BKIM IPB yang diterbitkan sendiri oleh BKIM IPB Press, yang
berjudul ”Islam dari Akar ke Daunnya”. Buku-buku rujukan dalam
buku panduan ini banyak yang dikeluarkan oleh HTI atau karyakarya tokoh Hizbut Tahrir lain, di antaranya buku-buku Taqiyuddin
an-Nabhani dan Abdul Qadim Zallum, yang pertama adalah pendiri
Hizbut Tahrir dan yang terakhir adalah pemimpin Hizbut Tahrir
sepeninggal an-Nabhani. Oleh karena itu, selain DKM Al-Hurriyah
dan BKIM, dalam penelitian ini akan sedikit diulas tentang HTI
dengan pertimbangan bahwa organisasi ini secara tidak langsung
memberikan kontribusi dalam pembentukan pemikiran sebagian
aktivis BKIM.
Lembaga dan Kelompok Keagamaan di Kampus IPB
Lembaga atau kelompok keagamaan yang berada di lingkungan
kampus IPB terbatas pada lembaga-lembaga formal struktural.
Lembaga formal yang dimaksud adalah unit kegiatan mahasiswa
yang berada di bawah wakil rektor tiga bidang kemahasiswaan.
Lembaga ini bernama Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM)
IPB. Sedankang lembaga struktural adalan lembaga yang berada di
dalam struktur IPB. Lembaga ini adalah Dewan Keluarga Masjid
(DKM) Al-Hurriyah Kampus IPB. Di samping itu, ada juga
beberapa kelompok keagamaan yang ada di sekitar kampus IPB, di
antaranya Hizbut Tahrir Indonesia dan Gerakan Salafi. Kedua
kelompok ini tidak berada dalam dan tidak terlibat secara langsung
pada kegiatan-kegiatan yang di lingkungan kampus. Pihak kampus
juga tidak membenarkan lembaga-lembaga tersebut membawa
”benderanya” ke dalam aktivitas-aktivitas kampus, walaupun mereka dapat saja meminjam gedung untuk pelaksanaan suatu kegiatan,
seperti acara seminar, forum silaturahmi, dan lain-lain, sebagaimana
9

Wawancara, 11 Nopember 2006.
Wawancara, 11 Nopember 2006.

10

99

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

diperbolehkannya pihak perorangan untuk menggunakan fasilitas
kampus dengan konpensasi tertentu.
1. Masjid Al-Hurriyah IPB
Sejarah Ringkas Masjid Al-Hurriyah. Mesjid Al-Hurriyah berdiri pada tahun 1965 dengan bentuk yang kecil, sederhana dan
berada di tengah hutan. Memang pada saat itu kampus kehutanan
IPB yang sekarang berada di Darmaga, dahulunya merupakan hutan
belantara. Tahun demi tahun mesjid Al-Hurriyyah IPB mengalami
perkembangan, hinga pada tahun 1992 di sebelah kiri mesjid AlHurriyyah di bangun mesjid yang lebih besar, yang mampu
manampung jamaah 1.000 orang. Hingga tahun 1997, pengelolaanya masi berada satu yayasan dengan Yayasan A-Ghifari yang
juga mengelola Masjid Al-Ghifari IPB di kampus Gunung Gede.
Kemudian IPB membangun mesjid yang lebih besar lagi yang
megah, bahkan menjadi mesjid kampus tarbesar kedua se- Indonesia yang dapat menampung jamaah 5.000 orang. Jadi, sejak tahun
1998 berdirilah masjid Al-Hurriyyah yang besar sebagai renovasi
dari masjid lama--sekarang dikenal dengan Aula Al-Hurriyyah--dan
pengelolaanya pun mandiri sebagai mitra dari Masjid Al-Ghifari.
Kegiatan mesjid Al-Hurriyyah berjalan seiring dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan kampus. Adapun kegiatannya berupa pelayanan jamaah, pendidikan anak-anak, kegiatan sosial kamasyarakatan, peringatan hari besar Islam, dan lain-lain.
Sejak tahun 1998, kegiatan DKM Al-Hurriyah berkembang lebih jauh setelah memiliki masjid yang lebih besar. Beberapa
kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh DKM Al-Hurriyah adalah
PAGI ANABA (Paket Kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru),
Open House Al-Hurriyah, PQR (Paket Qiyamul Ramadhan), IQ
(Idul Qurban), dan GMK (Gema Muharram Kampus).
Kajian Keagamaan dan Hasil Terbitan. Kajian keagamaan yang
dilaksanakan oleh DKM Al-Hurriyyah IPB termasuk dalam program kerja yang dilaksanakan secara rutin tiga kali dalam satu
minggu, yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum’at, dan dipandu oleh
seorang ustaz yang telah ditetapkan pada hari-hari tersebut. Dalam
hal bidang kajian, telah ditetapkan oleh pengurus DKM, untuk hari
Senin kajian bidang hadis, hari Rabu untuk bidang akhlak, dan hari
Jum’at kajian tafsir. Kajian dilaksanakan di Aula Masjid Al100

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

Hurriyah dan terbuka bagi seluruh civitas akademika dan masyarakat umum. Sedangkan ustaz yang mengisi kajian rutin ini adalah,
bidang hadis oleh Ustaz Ahmad, bidang akhlak oleh Ustaz Asep
Nurhalim, dan bidang tafsir oleh Ustaz E. Syamsuddin.
Buku-buku yang digunakan untuk ketiga bidang tersebut pada
dasarnya tidak ditentukan oleh pengurus DKM. Demikian juga mengenai tema-tema yang dikaji dalam kajian rutin tersebut. Keduanya, baik buku maupun tema, diserahkan kepada masing-masing
ustaz yang bertanggung jawab pada bidang-bidang tersebut. Selama
ini, buku-buku yang digunakan dalam kajian rutin tersebut ada tiga,
yaitu:
a. Riy±«u¡-¢±li¥n untuk kajian hadis, oleh Ustad Ahmad.
b. Tazkiyatun-Nafs untuk kajian Akhlak, oleh Ustaz Asep Nurhalim.
c. Tafsir Fi ¨il±lil-Qur’±n untuk kajian tafsir, oleh Ustaz E. Syamsuddin.
Berkaitan dengan bidang penerbitan, sejauh ini DKM AlHurriyah belum menerbitkan buku-buku keagamaan. Adapun
penerbitan yang pernah dilakukannya, baru berupa Buletin Jumat
Al-Hurriyyah.
2. Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB
Sejarah Singkat BKIM IPB. Badan Kerohanian Islam Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LDK BKIM IPB) adalah sebuah
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di lingkungan kampus IPB yang
bergerak di bidang keislaman. Lembaga ini terkadang dikenal juga
sebagai Lembaga Dakwah Kampus. 11 Motto BKIM adalah Never
Ending Improvement
BKIM IPB didirikan pada tanggal 16 November 1976 oleh Dr.
Ir. Asep Saefudin, M.Sc. Dkk. dengan nama Badan Kerohanian Islam
Keluarga Mahasiswa (BKI KM) IPB. Perubahan nama menjadi
BKIM dilakukan pada Muker XVII BKIM IPB

11

Di beberapa kampus, lembaga yang menanangi kerohanian Islam sering
disebut Lembaga Dakwah Kampus. Di IPB juga sebenarnya terdapat nama ini,
yaitu di dalam struktur DKM Al-Hurriyah. Lihat misalnya dalam situs
http://www.hdn.or.id/index.php?cat=43, atau dalam Harian Umum Republika, 21
Januari 2005, berita tentang “Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus Malang
Raya”.

101

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

Pada tahun 1982-1989 BKIM terlibat aktif dalam membidani
dan mengembangkan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah
(FSLDK). Pada periode tersebut BKIM mendapat amanah sebagai
Koordiantor Wilayah I meliputi Sumatera dan Jawa Barat. Semenjak digantikannya peran Korwil oleh BP Puskomnas, BKIM mendapat amanah sebagai Pusat Komunikasi Daerah FSLDK sePriangan Barat meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Provinsi
Banten hingga tahun 2005. Seiring dengan berkembangnya dakwah
di Provinsi Banten maka pada Forum Silaturahim Daerah (FSDa)
kelima pada bulan Mei 2005 memutuskan untuk melepaskan
Provinsi Banten menjadi Puskomda Banten Raya. Sekarang Puskomda Priangan Barat hanya mencakup Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur.
Kajian Keagamaan dan Hasil Terbitan. BKIM memiliki kelompok kajian keagamaan yang melaksanakan kajian rutin seminggu
sekali. Kelompok ini tidak berjumlah banyak, biasanya terdiri dari
5-10 orang. Adapun tempat, waktu dan bidang atau tema kajian
diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing kelompok. Menurut
pengurusnya,12 tidak ada rerfrensi atau rujukan khusus dalam kajian
ini. Namun demikian, pengurus harian telah menerbitkan modul
yang menjadi acuan dalam kajian tersebut. Modul tersebut adalah
Islam dari Akar ke Daunnya, ditulis oleh Tim Penyusun BKIM
IPB, Yusuf Wibisono dkk., diterbitkan oleh BKIM IPB Press. Buku
ini tidak dikhususkan bagi kalangan mahasiswa IPB atau civitas
akademika IPB, tetapi juga dipublikasikan secara umum bagi
masyarakat luas.
Menurut Fanani, 13 buku ini pernah dipesan beberapa puluh
eksemplar oleh sebuah SMA yang menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan dan dibagikan kepada peserta pelatihan tersebut. Buku
ini memang sebagai buku panduan dan dasar bagi pembinaan dan
pengkaderan bagi anggota BKIM, namun dapat pula dibaca oleh
masyarakat umum. 14 Buku ini dicetak untuk ketiga kalinya pada
12

Di antaranya Rizka, Fanani dan Andi, dalam wawancara dengan ketiganya
secara terpisah, pada 14 Oktober dan 11 Nopember 2006.
13
Fanani, Wawancara, 11 Nopember 2006.
14
Wawancara dengan beberapa orang pengurus BKIM IPB Fanani, Andi,
BKIM IPB pada 11 Nopember 2006.

102

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

tahun 2004 (cetakan pertama tahun 2002 dan cetakan kedua tahun
2003). Terbitan lain adalah buku Belajar Mengenal dan Mencintai
Al-Qur’an, karya M. Fachri Simatupang, yang terbit tahun 2003,
juga ditebitkan oleh BKIM IPB Press.
3. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Hizbut Tahrir (HT) 15 adalah partai politik yang berideologi Islam.
Partai ini didirikan pada tahun 1952 di Al-Quds (Baitul Maqdis)
Palestina. Pendirinya adalah Syaikh Taqiyuddin al-Nabhani (1909 1979 M), kelahiran Ijzim, di daerah Haifa, Palestina. Ia pernah
belajar di Al-Azhar dan Dar al-Ulum, Kairo, dan pernah menjadi
dosen dan hakim di beberapa kota di Palestina. Sepeninggal AlNabhani, HT dipimpin oleh Abdul Qadim Zallum, kelahiran kota
Khalil, Palestina. Ia penulis buku H±ka©± Hudimat al-Khil±fah
(Begitulah Khilafah Dihancurkan).
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan lain
menyampaikan hidayah (petunjuk syariat) bagi umat manusia,
memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala
ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.
Hizbut Tahrir memilih dan menetapkan ide-ide, pendapatpendapat dan hukum-hukum yang berkaitan dengan fikrah dan
tariqah dari sejarah. Semuanya berasal dari Islam semata, tidak ada
satu pun yang bukan dari Islam. Tidak dapat pula dipengaruhi oleh
sesuatu yang tidak bersumber dari Islam.
Masuknya Hizbut Tahrir ke Indonesia diperkkirakan sekitar
tahun 1980-an. Sekitar tahun 1982-1983, Hizbut Tahrir (HT) mulai
diperkenalkan di Indonesia oleh dua orang tokoh yang pernah
bersentuhan dengan HT di Timur Tengah. Kedua tokoh itu adalah
M. Mustofa dan Abdurrahman al-Baghdadi. ”M. Mustofa adalah
putra pengasuh pesantren Al-Ghazali, Bogor, seorang ulama yang
berpandangan modernis dan dekat dengan DDII, Abdullah bin Nuh.
15

Pembahasan tentang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sepenuhnya diambil
dari situs http://www.hizbut-tahrir.or.id dan http://vbaitullah.or.id/index.php?
option=content&task=view&id=102, serta dan buku saku berjudul Mengenal
Hizbut Tahrir, Partai Politik Islam Ideologis, yang dikeluarkan oleh Hizbut
Tahrir Indonesia tahun 2004. beberapa bagian yang diambil dari selain keuda
sumber tersebut diberikan keterangan.

103

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

Sedangkan Abdurrahman berasal dari Libanon yang bermigrasi ke
Australia yang kemudian tinggal di Indonesia.”.16 Persentuhan Mustofa dengan HT dimulai ketika ia belajar di Yordania. Sedangkan
Abdurrahman Al-Baghdadi termasuk orang lama di Hizbut Tahrir.
Ia telah bergabung dengan Hizbut Tahrir ketika masih berusia 15
tahun di Libanon, dan ia sendiri berasal dari keluarga aktivis HT
Ketika berlibur ke tanah air, tahun 1982 (ia menyelesaikan studi
di Yordania tahun 1985), ia memperkenalkan pemikira Hizbut
Tahrik kepada para mahasiswa IPB di masjid kampus pada saat itu,
yakni Masjid Al-Ghifari (kampus Baranangsiang). Orang yang
pertama dipernalkan kepada HT adalah Fathul Hidayah.
Ketika Mustofa harus kembali ke Yordania untuk menyelesaikan studi, kegiatan halaqah dan pembangunan jaringan dilanjutkan
oleh Fathul Hidayah (aktivis Partai Bulai Bintang), Asep Saifullah,
Adian Husaini (sekjen KISDI), Hasan Rifai Al-Faridi (aktivis
Dompet Dhuafa Rapublika) dan lain-lain di bawah bimbingan
Abdurrahman, yang dibantu oleh Abas Aula dan Abdul Hanna yang
berlatar belakang pendidikan di Madinah. Pemikiran HT kemudian
disebarkan ke berbagai daerah melalui jaringan Lembaga Dakwah
Kampus (LDK). 17 Maka, setelah terbangun jaringan yang luas dan
anggotanya semakin banyak, terbentuklah HT cabang Indonesia
dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia disingkat HTI. Saat ini, HTI
telah memiliki berbagai cabang hampir di seluruh Indonesia. Saat
ini, HTI telah memiliki website http://www.hizbut-tahrir.or.id, serta
jurnal sebagai media politik dan dakwa, Al-Wa’ie.
Ragam Judul dan Bidang Kajian
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, jumlah buku yang
secara langsung “bersentuhan” dengan kelompok kajian keagamaan
di kampus IPB berjumlah 36 judul. Buku-buku tersebut terdiri atas
buku-buku yang dikaji, buku-buku rujukan, dan buku-buku
panduan bagi anggota kelompok kajian bersangkutan. Buku-buku
yang dikaji dibedakan menjadi dau bagian, yaitu buku-buku yang
16

M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmini Revivalisme
Islam Timur Tengah di Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 97; Jamhari dan
Jajang Jahroni (Eds.), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 165.
17
Ibid. (Imdadun Rahmat), h. 99.

104

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

dikaji oleh kader BKIM IPB dan buku-buku yang dikaji oleh
Kelompok Pengajian DKM Al-Hurriyah IPB.
Dari segi penerbitnya, buku-buku tersebut juga ada yang diterbitkan oleh kalangan sendiri dan penerbit lain. Penerbit luar tersebut di antaranya Al-Izzah Bangil, Pustaka Thariqul Izzah Bogor,
GIP Jakarta, Pustaka Amani Jakarta, Al-Ma’arif Bandung, dan lainlain. Sedangkan penerbit kalangan sendiri adalah BKIM IPB Press.
Ada tiga buah buku yang diterbitkan oleh BKIM IPB, yaitu:
1. Materi Dasar Islam , disusun oleh Tim Penyusun BKIM IPB Bogor, terbit
tahun 1998;
2. Islam, Mulai Akar ke Daunnya, oleh Tim Penyusun , yakni Yusuf Wibisono
dkk., terbit tahun 2004 untuk cetakan ketiga (cetakan pertama tahunn 2002,
dan kedua tahun 2003); dan
3. Belajar Mengenal dan Memahami Al-Qur’an, karya M. Fachri Simatupang,
terbit tahun 2003.

Sementara itu, dari DKM Al-Hurriyah tidak diperoleh buku
terbitan sendiri, tetapi lembaga ini mengeluarkan Buletin Jum’at AlHurriyah. Sayangnya, seperti diakui oleh seorang pelaksana harian
dan petugas perpustakaan Masjid Al-Hurriyah, Johan, 18 Mahasiswa
Fakultas Perikanan, bahwa buletin ini tidak terus menerus diterbitkan karena kendala teknis dan keterbatasan dana. Berkaitan dengan buletin, didapatkan pula buletin As-Salam, terbitan HTI, baik
di kalangan kader BKIM maupun di DKM Al-Hurriyah. Sedangkan
di Perpustakaan Masjid, terlihat tidak secara spesifik diisi oleh
buku-buku dari kalangan tertentu. Koleksi perpustakaan ini sama
dengan perpustakaan pada umumnya, yakni mencakup buku-buku
yang umunmnya beredar di masyarakat atau buku-buku referensi
keagamaan, misalnya Kitab Tafsir Fi ¨il±lil-Qur’±n, Kitab Hadis
¢a¥³¥ al-Bukh±r³, ¢a¥³¥ Muslim, Kitab Fat¥ al-B±ri, dan lain-lain.
Demikian juga dengan majalah dan jurnal-jurnal, tetapi sedikit terlihat majalah-majalah yang terkadang dianggap cenderung “beraliran
keras” banyak terdapat di perpustakaan ini, misalnya Al-Wa’ie,
Tarbiyatuna, Al-Muslimun, dan lain-lain. Namun demikian, majalah-majalah lain juga bisa didapatkan di sini, misalnya Panji
Masyarakat, Gatra, dan lain-lain.
Kategori lain dari lektur keagamaan di kampus IPB adalah
buku-buku yang secara rutin dikaji oleh kelompok kajian DKM Al18

Johan, anggota LDK Al-Hurriyah, Wawancara, 11 Nopember 2006.

105

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

Hurriyah sebagaimana disebutkan di atas. Ada tiga buku yang
dikaji secara rutin setiap minggu, masing-masnig satu kali. Ketiga
buku terebut adalah:
a. Riy±«u¡-¢±li¥³n untuk bidang hadis.
b. Tazkiyatun-Nafs untuk bidang akhlak
c. Tafs³r Fi ¨il±lil-Qur’±n untuk bidang tafsir.
Selanjutnya adalah buku-buku yang merupakan buku pedoman
bagi para kader BKIM IPB. Ada dua buku jenis ini, yaitu: (1) Islam,
Mulai Akar ke Daunnya, oleh Tim Penyusun BKIM, yakni Yusuf
Wibisono dkk., terbit tahun 2004; dan (2) Belajar Mengenal dan
Memahami Al-Qur’an, karya M. Fachri Simatupang, terbit tahun
2003.
Kategori selanjutnya adalah buku-buku yang pernah dikaji atau
dibedah oleh kalangan kader BKIM IPB. Buku-buku tersebut sebenarnya merupakan buku referensi dalam penulisan buku panduan
pembinaan kader BKIM IPB, tetapi buku-buku tersebut juga dikaji
oleh mereka. Ada sepuluh buku dalam kategori ini, yaitu:
Daftar Buku Keagamaan yang Dikaji oleh BKIM IPB Darmaga Bogor
No

Judul Buku

Pengarang/
Penerjemah
M.R. Kurnia

1

Menjadi Pembela Islam

2

At-Taqarrub Ila Allah Thariq
at-Taufiq

F. Sanqarth

3

Syaikh Taqiyuddin anNabhani, meneropong
penjalanan spiritual dan
dakwahnya
Sistem Ekonomi Islam

Ihsan Samarah

4
5

Pembentukan Partai Politik
Islam (at-Takattul al-Hizbi)

6

Nizhamul Hukmi fil-Islam

8

Islam, Politik dan Spiritual

9

Pemikiran Politik Islam

106

Taqiyuddin anNabhani
Taqiyuddin anNabhani (terj.
Zakaria, labib
dkk)
Taqiyuddin anNabhani
H. Abdurrahman
Abdul Qadir
Zallum

Penerbit

Bidang

PSKII, Bogor,
2000
Dar an-Nahdah alIslamiyah, Beirut,
1994
Al-Azhar Press,
2003, 39 hlm.

Akhlak

Risalah Gusti
Surabaya 1996
Pustaka Thariqul
Izzah, Bogor, 2002
75 hlm.

Ekonomi
Politik

Al-Izzah, Bangil

Politik

Lisan ul-Haq
Singapura, 1998
Al-Izzah, Bangil,
2001

Politik

Akhlak
Biografi

Politik

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah
7

10

Negara Islam, Tinjauan
Faktual Upaya Rasulullah
Membangun Daulah
Islamiyah hingga Masa
Keruntuhannya
Peraturan Hidup dalam Islam
(Nizhamul Islam)

Taqiyuddin anNabhani

Pustaka Thariqul
Izzah, Bogor, 2000

Politik

Taqiyuddin anNabhani (terj.
Abu Amid dkk.)

Pustaka Thariqul
Izzah, Bogor, cet.
III, 2003; 194 hlm

Sosial
Budaya

Jika dilihat dari tabel di atas, berdasarkan bidang kajiannya,
tampaknya bidang politik menempati urutan pertama, yaitu 5 buku
dari 10 berarti (50%). Kemudian dau buku untuk bidang akhlak
atau (20%), dan selebihnya, satu buku untuk bidang-bidang yang
lain, yaitu biografi, ekonomi, dan sosial-budaya, masing-masing
10%.
Kategori terakhir adalah buku-buku keagamaan yang dijadikan
referensi atau bahan rujukan. Di sini, bahan rujukan tersebut lebih
pada pustaka acuan yang digunakan oleh para kader BKIM IPB
khususnya dalam penyusunan buku pedoman pembinaan kader
BKIM IPB, yang berjudul Islam dari Akar ke Daunnya. Buku-buku
kategori jenis ini berjumlah 31 buku, termasuk 10 buku yang dikaji
di atas.
Sementara itu, dilihat dari aspek bidang kajiannya, buku-buku
pada kelompok keagamaan di kampus IPB banyak didominasi oleh
bidang politik, yakni 8 buku dari 36 buku atau 22.22 %. Bahkan
tema-tema sejarah dan sosial-budaya yang masing-masing berjumlah 3 buku (8.33 %), selalu dikaitkan dengan sejarah politik atau
tema politik lainnya, terutama dengan isu Daulah Islamiyah dan
Khilafah Islamiyah. Misalnya buku yang berjudul Peraturan Hidup
dalam Islam (Ni§±mul-Isl±m) karya al-Nabhani yang mencakup
bidang sosial-budaya karena membahas berbagai aspek kehidupan
sosial kemasyarakat, tetapi di dalamnya secara nyata membahas
tentang konsep Daulah Islamiyah dan Khilafah Islamiyah serta
usulan Undang-Undang Dasar Daulah Islamiyah. Demikian juga
dengan buku Menuju Masyarakat Islam Kaffah yang termasuk
bidang sosial budaya karya S. Frederick dan M. Al-Khaththath,
jelas disebutkan bahwa masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat Islam di dalam pemerintahan Islam atau, lagi-lagi, Daulah
Islamiyah. Juga buku berjudul Wajah Dunia Islam dari Dinasti
Umayyah hingga Imperialisme Modern, yang termasuk bidang
107

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

sejarah, di dalamnya penuh dengan aroma politik, jatuh bangunnya
dinasti, intrik-intrik politik, ”politik kaum imperialis”, dan lain-lain.
Jika dalam batasan lebih longgar mengenai pembidangan ini, maka
kedelapan buku bidang politik ditambah enam buku bidang sejarah
dan sosial-budaya, berarti ada 14 buku atau sekitar 30.55 % buku
yang ada pada kelompok keagamaan di kampus IPB termasuk
bidang politik.
Posisi selanjutnya adalah bidang akhlak, yaitu enam buku atau
16.67 %; kemudian hadis dan pemikiran masing-masing empat
buku atau 11.11 %; dan bidang Al-Qur’an/tafsir sebanyak dua
buku; serta terakhir bidang ekonomi, hukum, dan biografi, masingmasing satu buku atau 2.78 %.
Ada dua buku dan satu jurnal yang tidak dimasukkan ke dalam
pembidangan di atas karena dari segi isinya sangat kompleks dan
boleh dikatakan tidak ada bidang yang lebih dominan dalam pembahasannya, sehingga dimasukkan ke dalam kategori ”ensiklopedis”
(mencakup berbagai bidang). Jika demikian, ada tiga buah yang
termasuk ”ensiklopedis” atau 8.33 % . Ketiganya adalah seperti di
bawah:




Materi Daurah Dirosah Islamiyah, Tim ELKAJI, ELKAJI Press, Bogor,
1998.
Materi Dasar Islam, Tim Penyusun BKIM IPB, BKIM IPB Press, Bogor,
1998
Al-Wa’ie, Jurnal Politik dan Dakwah, diterbitkan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia No. 08, I; 1-30 April 2001

Berikut ini tabel persentase lektur keagaman pada kelompok
keagamaan di kampus IPB.
Persentase Bidang Kajian Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan
di Kampus IPB Darmaga Bogor
No
1
2
3
4
5
6
7
8

108

Bidang
Akidah
Al-Qur’an/Tafsir
Hadis
Hukum
Biografi
Hukum
Pemikiran
Politik

Jumlah Buku

Persentase

6
2
4
1
1
1
4
8

16.67 %
5.56 %
11.11 %
2.78 %
2.78 %
2.78 %
11.11 %
22.22 %

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah
9
10
11

Sejarah
Sosial-Budaya
“Ensiklopedis”
Jumlah

3
3
3
36

8.33 %
8.33 %
8.33 %
100

Tinjauan Isi Buku: Beberapa Contoh
1.Islam, Mulai Akar ke Daunnya19
Buku ini merupakan modul kajian keagamaan bagi mahasiswa IPB yang
dikomandani oleh Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB. Buku ini
merupakan buku pegagang bagi program “pembinaan anggota BKIM”. Buku
ini dumulai dengan pemahasan akidah hingga persoalan dakwah. Persoalanpersoalan akidah merupakan pondasi utama bagi seorang muslim. Jika akidahnya telah terbangun dengan kokoh, maka kewajiban selanjutnya adalah
menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan. Persoalan ini dibahas pada bab selanjutnya tentang syariah. Syariah merupakan pelaksanaan ajaranajaran Tuhan yang agung. Dalam pelaksanaannya perlu strategi sehingga dapat
mencapai sasaran secara tepat. Untuk itulah dikemukakan permasalah “siyasah”
(stretegi pelaksanaan syariah) pada bab selanjutnya. Para pelaku dalam
pelaksanaan syariah mutlak memerlukan integritas moral dan kepribadian yang
Islami dan sesuai akhlak Islam. Oleh karena itu, perlu dibahas persoalan
kepribadian Islam, dan itu dibahas pada bab “Syakhsiyah”. Tugas selanjutnya
adalah menyampaikan Islam kepada masyarakat. Penyampaian risalah Islam
biasanya menggunakan istilah “dakwah”. Bagian ini merupakan bagian akhir
dari buku ini.
Dari sisi materinya, sebagaimana disebutkan di atas, buku ini memang
diawali dengan pembahasan tentang akidah sebagai landasan awal dan pondasi
utama bagi generasi Islam. Banyak hal yang berkaitan dengan masalah akidah
Islam yang dijelaskan dalam buku ini. Keimanan tersebut di atas merupakan
pondasi bagi bangunan keislaman yang kafah.
Bagian kedua adalah tentang syariat, yang diawali dengan pembahasan
tentang “Keterikatan terhadap Hukum Syara’”. Kemudian dibahas secara
berturut-turut tentang hukum perbuatan manusia, sumber-sumber syariat Islam,
dan terakhir tentang pelaksanaan syariat Islam.
Bagian ketiga tentang “Siyasah” atau politik. Bab pertama dalam bagian ini
adalah ”Pemikiran Politik Islam”. Dalam menjelaskan masalah ini disebutkan
bahwa ”Islam adalah suatu metode kehidupan yang unik, dibandingkan dengan
agama maupun ideologi lain” (h. 122). Setelah pemikiran politik Islam dijelasakan, pembahasan selanjutnya adalah tentang ”ikatan yang mempersatukan

19
Ditulis oleh Tim Penyusun, Yusuf Wibisono dkk., (Bogor: BKIM IPB Press,
2004. cet. III; vii + 232 hlm: Ukuran: 21 x 14 cm)

109

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

manusia”. Satu-satunya ikatan yang dapat mempersatukan umat adalah ikatan
ideologis, dan ideologi itu adalah Islam.20
Melanjutkan pembahasan tersebut dijelaskan kemudian mengenai ”ideolgi
Islam” dalam pembahasaan ”Mengenal Mabda’ Islam”. Ada dua syarat agar
sesuatu dapat dikatakan ideologi, pertama memiliki ’aqidah ’aqliyyah21 sebagai
fikrah (ide) dan kedua memiliki sistem (aturan) sebagai tariqah (metode) penerapannya. Ideologi adalah ’aqidah aqliyyah yang melahirkan aturan-aturan
dalam kehidupan.22 Dalam konteks politik, dijelaskan pula tentang ”Sistem Islam”.
Di sini dibahas berbagai sistem dalam kehidupan umat, di antaranya adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, dan sistem sosial kemasyarakatan. Sistem-sistem tersebut merupangan bagian dari bangunan sistem
Islam. Untuk menjalankan dan mengimplementasikannya diperlukan sebuah
institusi pemerintahan atau negara, yang dalam pemikiran ini berwujud Daulah
Islamiyah atau Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh Khalifah (h. 148).23
Untuk menjalankan itu dibutuhkan ”Syakhsiyah Islamiyah” (Kepribadian
Islam) yang kuat. Syakhsiyah Islamiyah adalah bahwa seseorang harus memiliki pola pikir yang Islami (’Aqliyah Islamiyyah) dan juga pola tingkah laku
yang Islami (Nafsiyah Islamiyyah). Cara atau metode membangun dan
menguatkan syakhsiyah Islamiyah ini adalah dengan meningkatkan ’aqliyah
dan nafsiyah Islamiyyah tersebut. Sedangkan meningkatkan kedua hal tersebut
adalah dengan cara menambah khazanah ilmu-ilmu Islam (¡aq±fah Isl±miyyah)
dan terus-menerus memperbaiki akhlak atau tingkah laku.
Bagian terakhir dari buku ini adalah tentang ”dakwah”. Dakwah tidak
terbatas pada menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, tetapi
harus disertai dengan usaha untuk melakukan perubahan (h 188). Secara rinci
perubahan tersebut adalah:
1. Menyerukan kepada orang kafir agar masuk Islam.
2. Menyerukan kepada orang Islam agar melaksanakan hukum Islam secara
total.
3. Menegakkan kemakmuran dan mencegah kemungkaran, baik yang dilakukan
oleh individu, kelompok, maupun negara (h. 188).
Tugas selanjutnya adalah ”Menguatkan Barisan Dakwah” (h. 207-209). Sebuah kelompok dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan apabila telah meme20
Bandingkan dengan Abdul Qadim Zallum, terj. Abu Faiz dari ”Political
Thought (Afkar Siyasiyyah),” (Bangil: Al-Izzah, 2004(, cet. II; dan Muhammad
Asad, tokoh Islam Pakistan, Sistem pemerintahan Islam, (Bandung: Pustaka, 1985)
21
Tentang aqidal aqliyah baca juga Hafidz Abdurrahman, MA. “Aqidah
Aqliyyah” dalam Al-Wa’ie, media Politik dan Dakwah, No. 35 Tahun III, 1-31 Juli
2003, h. 51-55.
22
Lihat buku An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, terj. Abu Amin, dkk.
dari Nizam al-Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah), 2003, cet. III
23
Buku tentang tema yang sama dari kalangan Syi’ah dapat juga digunakan
untuk komparasi, misalnya Murtadha Mutahhari, Imamah dan Khilafah, (Jakarta:
Firdaus, 1991), dan baca juga buku saku karya Hafidz Abdurrahman, Khilafah Islam
dalam Hadits Mutawatir bil al-Ma’na, (Bogor: Al-Azhar Press, 2003).

110

Peta Lektur Keagamaan pada Kelompok Keagamaan di IPB — Asep Saefullah

nuhi syarat-syarat berikut: (1) Mempunyai landasan tertentu, yang disebut di
muka sebagai fikrah yang jelas; (2) Mempunyai tujuan dan target yang telah
ditetapkan, yaitu menyebarluaskan Islam kepada seluruh umat manusia; dan
(3) Mempunyai metode untuk meraih target tersebut, atau yang disebut dengan
¯ar³qah.
Buku ini dipungkas dengan pembahasan tentang ”Problematika Umat dan Agenda Umat Abad 21”. Problematika yang dihadapi umat Islam saat ini adalah
tidak ditegakkannya dan tidak pula dilaksanakannya syariat Islam dalam
institusi pemersatu umat Islam, yakni Khilafah Islamiyah. Hal ini disebabkan
masuknya ide-ide dan pemikiran-pemikiran asing yang merusak pemikiran dan
perasaan umat Islam, seperti nasionalisme, HAM dan demokrasi; dan persoalan lain akibat pengaruh asing adalah eksploitasi wanita, dan stigmatisasi
terhadap Islam (h. 217-220).
Itulah realitas yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Untuk memperbaiki
keadaan dan mengubah realita, termasuk kondisi umat saat ini, setidaknya
harus memahami tiga hal secara mendalam, yakni (1) hakikat fakta yang ingin
diubah, (2) realitas yang ingin diwujudkan, dan (3) metode perubahan yang
akan dilakukan (h. 221). Sementara itu, untuk dapat memahami ketiga hal
tersebut harus dilakukan dengan cara membangkitkan tarap pemikiran, dari
taraf berpikir hewani ke taraf berpikir manusiawi, sebab rahasia kebangkitan
adalah kebangkitan taraf berpikir tersebut. Tarap berpikir manusiawi harus
beruaha memperjuangkan kemuliaan manusia berdasarkan ideologi tertentu
yang kokoh dan kuat, yaitu ideologi Islam atau mabda’ Islam.
Kemudian dijelaskan tiga langkah kongkret dalam kerangka mengubah
masyarakat menuju masyarakat Islami, yaitu: (1) membina individu-individu
(kader-kader) dakwah dengan ruh dan pemikiran Islam sebagai sebuah ideologi
disertai dengan gambaran penerapan ideologi tersebut dalam kehidupan; (2)
melakukan interaksi di tangah-tengah masyarakat untuk membina keasadaran
masyarakat terhadap ideologi Islam melalui pertarungan pemikiran dan
pertarungan politik; dan (3) penerapan seluruh aturan Islam melalui tegaknya
Khilafah Islamiyah yang didukung penuh oleh seluruh masyarakat (h. 224).

2. Belajar Mengenal dan Mencintai Al-Qur’an24
Buku kedua mencakup berbagai informasi mengenai Al-Qur’an dan sedikit
menyerupai ringkasan atas bagian-bagian dari Ulumul-Qur’an. Buku ini merupakan bahan kajian bagi anggota BKIM khususnya –tetapi juga dipublikasikan
untuk umum—sebagai materi lanjutan dari buku “modul pembinaan” yang
berjudul “Islam, dari Akar ke Daunnya”. Isinya mencakup kedudukan AlQur’an sebagai wahyu, sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an dan asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya ayat), sejarah pembukuan Al-Qur’an, tentang
qira’at, gaya bahasa dan terjemahannya, dan lain-lain. Tema-tema yang
menjadi kajian dalam Ulumul Qur’an terdapat pada buku ini. Selain tema-tema
24
Ditulis oleh M. Fachri Simatupang; (Bogor: BKIM IPB Press, 2003; viii + 185
hlm.; Ukuran: 21 x 14,5).

111

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2008: 91 - 124

di atas, tema-tema lain adalah tentang ayat-ayat muhkan dan mutasyabih,
nasikh-mansukh, mujmal-mubayyan, ‘am-khas, mutlaq-muqayyad, mantuqmafhum, taqdim-ta’khir, qasam-qasam Al-Qur’an, kisah (qi¡a¡) dalam AlQur’an, perumpamaan (am£±l) Al-Qur’an, Jadal, khithab, ibham, i‘jaz dan
ithnab.
Hadirnya buku ini tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa Al-Qur’an
adalah sumber hukum tertinggi yang dimili oleh umat Islam. Oleh karena itu,
segala persoalan yang berkaitan dengan Al-Qur’an sudah selayaknya dan
seharusnya dipelajari. “Mempelajari Al-Qur’an merupakan perbuatan mulia
karena Al-Qur’an mengandung petunjuk yang benar dalam mengarungi hidup
untuk mencapai keradaan Allah swt.” (h. v).

3. Pembentukan Partai Politik Islam25
Buku ini adalah karya Syaikh Taqiyuddin Nabhani (1909-1979 M). 26 Di
dalam buku ini tidak ada pengantar dan tidak ada pula uraian mengenai buku
pada back cover-nya. Buku “Pembentukan Partai Politik Islam” karya anNabhani ini dimaksudkan agar setiap muslim kembali kepada Islam dalam
semua aktivitasnya, termasuk dalam bidang politk. Ia menggunakan istilah
mabda’ yang diterjemahkan “ideologi” untuk dapat menggabungkan fikrah
(pikiran) dan ¯ar³qah (cara mengaplikasikan pikiran tersebut). Ideologi yang
dimaksud adalah Islam (h. 5) dan pondasi Islam adalah akidah (h. 29 dan 44).
Islam harus melandasi seluruh fikrah dan ¯ar³qah tersebut.
Di samping itu, an-Nabhani menggugah kaum muslim dengan menunjukkan
kegagalam kalangan muslimin sendiri di masa lalu. Kegagalan tersebut
menurutnya, antara lain disebabkan oleh empat faktor, yaitu: (1) Gerakangerakan tersebut tidak memiliki fikrah yang jelas; (2) tidak mengetahui ¯ar³qah
untuk menerapkan fikrah-nya; (3) bergantung kepada orang-orang yang tidak
memiliki kesadaran dan niat yang benar; dan (4) para pelakunya tidak memiliki

25
Ditulis oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, terj. Zakaria, Labib, dkk. Dari AtTakattul al-H

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5