Abstract: This research is motivated weak students of class VII E SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN
MENGGUNAKAN METODE THINK PAIR SHARE
PADA SISWA KELAS VII E
Frastika Wulandari, Syambasril, Agus Wartiningsih
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Untan, Pontianak
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi lemahnya siswa kelas VII E
SMP Negeri 6 Pontianak dalam menulis pantun. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis penerapan metode think pair share untuk
meningkatkan kemampuan menulis pantun. Masalah umum dalam
penelitian ini, “Bagaimanakah penerapan metode think pair share
meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas VII E SMP
Negeri 6 Pontianak tahun pembelajaran 2015/2016?” Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dan bentuk kualitatif. Berdasarkan
analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah hasil rata-rata pembelajaran kemampuan menulis
pantun pada siklus I sebesar 68 meningkat ke siklus II sebesar 80. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode think pair share dapat
meningkatkan kemampuan siswa menulis pantun dalam pembelajaran
bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 6 Pontianak.
Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan Menulis Pantun, Metode

Think Pair Share
Abstract: This research is motivated weak students of class VII E SMP
Negeri 6 Pontianak in writing a poem. This study aimed to analyze the
implementation of the method think pair share to improve the ability to
write rhymes. A common problem in this study, "How is the application
of methods of think pair share improve the ability to write rhymes in class
VII E SMP Negeri 6 Pontianak 2015/2016 learning year?" This study
used a descriptive and qualitative terms. Based on data analysis can be
concluded that the results obtained from this study is the result of the
average learning ability to write rhymes in the first cycle was 68
increased to the second cycle of 80. This shows that the use of think pair
share method can improve students' ability to write rhymes in learning
Indonesian class VII SMP Negeri 6 Pontianak.
Keywords: Enhancement, The Ability To Write Rhymes, Methods Of
Think Pair Share

1

M


enulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang
aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur dalam bahasa tulis.
Menulis mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Menulis pada
prinsipnya menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan. Satu di antara tulisan
adalah menulis pantun.
Santoso (2013:9) menyatakan “Pantun adalah jenis puisi lama yang dikenal
luas dalam bahasa-bahasa Nusantara.” Bentuknya yang sederhana, serta fungsi
yang besar dalam dunia komunikasi, pantun mempunyai daya tarik untuk memikat
masyarakat agar mempergunakannya dalam berkomunikasi. Lirik-liriknya yang
berirama menuntut pantun tampak menarik dan indah. Keistimewaannya itulah
yang menyebabkan pantun mampu bertahan hidup sampai sekarang.
Pengaruh pantun dalam masyarakat Melayu sangat luas, karena telah dijadikan
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berupa nasihat, isi hati
seperti sanjungan, pemujaan, penghargaan, dan ucapan terima kasih kepada
seseorang dalam sesuatu keadaan. Di samping itu juga, pantun berpotensi menjadi
alat sindiran yang ditujukan kepada seseorang dengan niat untuk mendidik dan
memperbaiki jati dirinya agar mereka mau berubah ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa pantun adalah satu di antara
puisi lama yang dikenal luas dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun mampu

bertahan hidup sampai sekarang, karena sebagai alat pemelihara bahasa yang
digunakan untuk penyampaian pesan kepada seseorang. Oleh sebab itu, pantun
harus dijaga dan dilestarikan dalam khazanah budaya Indonesia, agar tidak hilang
atau punah ditelan arus budaya modern. Hal ini tidak sejalan dengan kenyataan di
sekolah, banyak siswa kesulitan dalam mengolah kata-kata ketika menulis pantun.
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII E
SMP Negeri 6 Pontianak, Ibu Evi Kumalasari, S.Pd., menyatakan bahwa
kemampuan dalam proses belajar mengajar pantun di SMP Negeri 6 Pontianak
kurang berjalan dengan lancar. Dari hasil prariset, rata-rata nilai siswa pada
kemampuan menulis pantun ialah 60,00, sedangkan KKM yang harus dicapai
adalah 76,00. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti dan guru sepakat
untuk memperbaiki permasalahan siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis
pantun. Masalah dalam menulis pantun penting untuk diperbaiki karena nilai
kemampuan menulis pantun siswa pada umumnya belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 76,00 yang ditetapkan sekolah.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) terdapat Standar Kompetensi (SK) 8, yakni Mampu mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng dengan
Kompetensi Dasar (KD) 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat
pantun. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran menulis pantun, diajarkan di

kelas VII semester ganjil.
Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis pantun,
satu di antaranya adalah metode think pair share. Metode think pair share diyakini
mampu memotivasi siswa belajar secara mandiri maupun berkelompok.
Keunggulan think pair share adalah (1) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir secara mandiri mengenai menulis pantun; (2) siswa dapat

2

berkelompok dengan teman sebangkunya; (3) siswa menjadi lebih aktif dalam
berpikir mengenai konsep menulis pantun; (4) seorang siswa dapat belajar dari
siswa lain; dan (5) setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk
berbagi atau menyampaikan idenya mengenai menulis pantun dengan teman yang
lainnya.
Alasan peneliti memilih SMP Negeri 6 Pontianak adalah (1) nilai siswa dalam
pembelajaran menulis pantun belum mencapai KKM yaitu 76,00;
(2) metode
yang digunakan guru selama ini hanya metode ceramah; (3) kondisi sekolah sangat
strategis, karena tidak jauh dari pusat kota, tepatnya di sebelah selatan Kota
Pontianak yang berada di jalan Karya Baru; (4) guru pamong Ibu Evi Kumalasari,

S.Pd., yang selalu memberikan kesempatan peneliti untuk mengajar di kelas VII;
dan (5) siswa-siswi kelas VII E kurang aktif dalam proses pembelajaran menulis
pantun.
Penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya adalah Tinah (2013)
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas
IV SDN No.19 Janjang Kabupaten Sanggau”. Hasil penelitian yang dilakukan
Tinah mengalami peningkatan, yaitu rata-rata siklus I 67,5 dan mengalami
peningkatan pada siklus 2 yaitu 86. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki
(2015) berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Pantun
Menggunakan Pemodelan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 12 Empajak Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten Sekadau”.
Hasil Penelitian yang dilakukan Sri Rejeki mengalami peningkatan setiap
siklusnya, yaitu siklus I 42, siklus II 65, dan mengalami peningkatan dalam kategori
baik pada siklus III yaitu 87. Penelitian yang relevan lainnya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Asih Subekti (2014) berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan
Menulis Pantun dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa kelas IV SD
Negeri Nglarang, Sleman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih Subekti
mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I dengan rata-rata 54,50

dan siklus II 76,49.
Penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya, yang dipaparkan pada
paragraf sebelumnya berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian yang dilakukan
Tinah yaitu meningkatkan kemampuan menulis pantun dengan pendekatan
kontekstual, Sri Rejeki meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis pantun
dengan menggunakan pemodelan, dan Asih Subekti adalah upaya yang harus
ditingkatkan dalam menulis pantun menggunakan media gambar, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah meningkatkan kemampuan menulis
pantun menggunakan metode think pair share pada siswa kelas VII E SMP Negeri
6 Pontianak.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan metode Think
Pair Share untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas VII
E SMP Negeri 6 Pontianak tahun pembelajaran 2015/2016 dengan submasalahnya
adalah proses dan hasil pembelajaran menulis pantun menggunakan metode Think
Pair Share pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak.
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan
laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang

3


diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah khazanah metode
pembelajaran menulis pantun di sekolah, khususnya dengan menggunakan metode
think pair share. Manfaat praktis dan penelitian ini sebagai berikut. Peneliti, untuk
mengetahui peningkatan kemampuan menulis pantun setelah menggunakan
metode think pair share. Pengajar, khususnya guru bahasa Indonesia yaitu memilih
metode pembelajaran yang menarik seperti metode think pair share ini agar siswa
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa, memotivasi siswa
untuk aktif dan lebih berani menuangkan ide, pikiran, dan gagasannya dalam
menulis pantun dengan metode pembelajaran think pair share. Sekolah, sebagai
bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan atau panduan dalam melakukan
monitoring terhadap guru dalam mengajarkan pantun.
Rais (2012:42) menyatakan, “Pantun adalah jenis puisi lama yang begitu
dikenal di seluruh penjuru Nusantara yang memiliki sarat akan makna serta penuh
ide kreatif.” Pantun juga berperan sebagai alat pemelihara bahasa, penyampaian
pesan, dan dapat melatih seseorang dalam berpikir tentang makna sebelum berujar.
Banyak jenis-jenis pantun yang dapat digunakan, hal ini harus disesuaikan
dengan penggunaannya yaitu siswa SMP yang baru beranjak remaja. Pantun
menurut isinya, yaitu pantun pendidikan adalah pantun anak sekolah sebagai
ungkapan nasihat lewat kata-kata penyemangat untuk tetap rajin belajar dan

mengejar cita-cita melalui karya sastra pantun tradisional Nusantara. Pantun nasihat
adalah jenis pantun penuntun, berisi penyampaian pesan moral yang sarat dengan
nilai-nilai luhur agama, budaya dan norma sosial masyarakat. Pantun percintaan
adalah pantun yang berisikan kehidupan anak muda/remaja untuk mengungkapkan
perasaan kasih sayang dan cinta. Pantun menurut bentuknya yaitu pantun biasa
adalah pantun yang sesuai dengan ciri pantun, yaitu (1) tiap bait terdiri dari empat
baris; (2) terdapat 8 sampai 12 suku kata; (3) rima akhir bersajak a-b-a-b; (4) baris
pertama dan kedua disebut sampiran; dan (5) baris ketiga dan keempat disebut isi.
Pantun menurut pemakainnya, yaitu dibagi menjadi tiga, yaitu pantun anak-anak,
remaja, dan orang tua. Dalam penelitian ini, pantun yang digunakan adalah pantun
remaja. Karena sesuai dengan umur siswa yang beranjak remaja.
Pantun merupakan sebuah karya sastra klasik yang tergolong ke dalam jenis
puisi lama. Berikut adalah ciri-ciri pokok yang terdapat dalam pantun menurut Rais
(2012:42), yaitu di dalam sebuah pantun terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 812 suku kata, rima akhir pada sebuah pantun adalah a-b-a-b, baris pertama dan
kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut dengan isi.
Menurut Sugiarto (2012:10), sampiran (dua larik pertama) merupakan
pengantar menuju isi pantun, yaitu pada kedua larik berikutnya. Larik-larik dalam
dua larik pertama (sampiran) hanya memiliki hubungan persamaan bunyi dengan
larik ketiga dan keempat yang tidak memiliki hubungan makna. Sebagai contoh
Ikan sepat dimasak berlada, kutunggu digulai anak seberang, jika tak dapat dimasa

muda,kutunggu sampai beranak seorang. Berdasarkan contoh pantun tersebut,
baris pertama “Ikan sepat dimasak berlada”, baris kedua adalah “kutunggu digulai
anak seberang”, baris ketiga adalah “jika tak dapat dimasa muda”, dan baris
keempat “kutunggu sampai beranak seorang”.

4

Pantun yang dicipta mempunyai fungsi atau kegunaannya sendiri. Adapun
fungsi pantun menurut Rais (2012:43), pantun bukanlah sesuatu yang bisa kita
anggap remeh. Ia memiliki beberapa fungsi atau kegunaan. Adapun fungsi pantun,
yaitu pantun bisa digunakan sebagai penyampai pesan, pantun bisa digunakan
untung mengungkapkan perasaan kita, empati dan simpati kita sebagainya, sebagai
pemeliharaan bahasa, melatih kita berpikir asosiatif, pantun juga melatih kita untuk
belajar menjaga alur pikiran dan melatih kita bermain di dalam bermain kata.
Menurut Lyman & McTighe (dalam Sharan, 2012:392), “Kelompok inti dibagi
menjadi dua pasang. Pasangan itu diberikan untuk berpikir (setidak-tidaknya tiga
sampai sepuluh detik). Siswa bekerja berpasangan dan berbagi pendapat mereka.
Pasangan-pasangan kemudian berbagi jawaban dengan seluruh siswa”. Tujuan
pembelajaran metode think pair share, yaitu memungkinkan siswa dapat bekerja
sendiri ataupun berkelompok.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode think pair share menurut
Mulyatiningsih (2013:249) adalah guru menyampaikan inti materi dan kompetensi
yang ingin dicapai, peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi yang
disampaikan guru, peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(satu kelompok 2 orang) dan mengutarakan presepsi masing-masing tentang apa
yang telah disampaikan guru, guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya dan guru melengkapi materi yang masih
belum dipahami siswa dan menegaskan kembali pokok permasalahan yang harus
dipahami.
METODE
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau menulis keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak/sebagaimana adanya (Nawawi, 2005:63).
Bentuk Penelitian ini adalah kualitatitf. Alasan peneliti memilih kualitatif,
karena menyajiakan data-data yang sesuai dengan fakta dilapangan. Penelitian
kualitatif menyajikan data maupun langkah analisis yang disampaikan dalam
bentuk pengamatan peneliti pada pelaksanaan pembelajaran menulis pantun.
Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 6 Pontianak yang beralamatkan

di jalan Karya Baru, Pontianak Selatan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November selama 2 siklus. Setiap siklus, pelaksanannya 2 kali pertemuan.
Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia Evi Kumalasari, S.Pd.,dan
siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak, berjumlah 32 siswa, terdiri atas 19 lakilaki dan 13 siswa perempuan.
Menurut Suharsimi Arikunto (20014:16), secara garis besar ada empat
tahapan dalam penelitian tindakan kelas, yakni (1) perencanaan (planning); (2)
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); (4) refleksi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
tes dan non tes. Menurut Sugiyono (2014:62) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai

5

setting, sumber, dan cara. Penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu tes dan non
tes.
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan lembar kerja siswa
dan butir soal yang dilakukan sebanyak dua siklus. Tes pertama berupa tes awal
yang dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus I. Hasil tes ini dijadikan
sebagai acuan dalam melakukan perbaikan tindakan kelas siklus I. Tes yang kedua
dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus II. Tes diberikan setelah siswa
melakukan kegiatan belajar menulis pantun yang telah disertai upaya perbaikan
pembelajaran oleh guru. Tes ini dijadikan sebagai tolok ukur peningkatan
keberhasilan siswa dalam menulis pantun, setelah dilakukannya dengan
menggunakan metode think pair share.
Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa tehadap
pembelajaran menulis pantun dan mengetahui kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran menulis pantun menggunakan metode think pair share.
Pengambilan data yang berupa foto dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Pengambilan gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada
tiga kegiatan, yaitu saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon
terhadap siswa, ketika siswa menganalisis model pembelajaran dan siswa
melakukan interaksi dengan temannya, ketika siswa melakukan aktivitas menulis
pantun.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar dalam menganalisis data nantinya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
lengkap, dan sistematis. Berikut adalah langkah-langkah dalam alat pengumpulan
data.
1. Tes menggunakan lembar kerja siswa dan butir soal untuk mengukur hasil
belajar siswa.
2. Pedoman observasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Kamera digunakan untuk melihat proses pembelajaran menulis pantun yang
sedang berlangsung.
Alat pengumpulan data di atas akan digunakan sebagai acuan dalam
pengumpulan data pada siswa kelas VII E tahun pembelajaran 2015/2016 SMP
Negeri 6 Pontianak dalam pembelajaran menulis pantun menggunakan metode
Think Pair Share.
Teknik analisis data adalah cara yang dilakukan dalam menganalisis data
penelitian. Data penelitian yang yang terkumpul dari hasil observasi dianalisis
dengan langkah-langkah, yaitu membaca kembali data yang sudah dikelompokkan
berdasarkan submasalah, menganalisis data dan menyandingkannya dengan teori
yang relevan, menafsirkan hasil analisis data, menyimpulkan hasil analisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Pada bagian ini akan diuraikan data hasil penelitian dalam tahapan siklus-siklus
pembelajaran yang telah dilakukan tentang menulis pantun menggunakan metode
6

think pair share dengan subjek penelitian siswa SMP Negeri 6 Pontianak. Hasil
dari penelitian siklus I yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai rata-rata siklus I sebesar 68,41 dan
setiap aspek kemampuan menulis pantun dengan menggunakan metode think pair
share. Hasil tersebut dapat dilihat pada data rekapitulasi dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1
Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Pertama
Siklus I
No. Rentang
Nilai
1.
25-35
2.
36-46
3.
47-57
4.
58-68
5.
69-80
6.
81-91
Jumlah

Frekuensi
2
0
6
4
9
10
31

Bobot
Skor
50
0
312
248
655
856
2121

Persentase (%)

Keterangan

6,45%
0
19,35%
12,90%
29,03%
32,25%
99,98%

2121/31= 68,41

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
rentang nilai dengan 25-35 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang
memperoleh rentang nilai 36-46 sebanyak 0 siswa dengan persentase 0%. Siswa
yang memperoleh rentang nilai 47-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 19,35%.
Siswa yang memperoleh rentang nilai 58-68 sebanyak 4 siswa dengan persentase
12,90%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 69-80 sebanyak 9 dengan persentase
29,03%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-91 sebanyak 10 dengan
persentase 29,03%.
Tabel 2
Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Kedua
Siklus I
No Rentang Frekuensi
Nilai
1.
33-44
2
2.
45-56
2
3.
57-68
2
4.
69-80
11
5.
81-92
6
6.
93-104
8
Jumlah
31

Bobot
Skor
66
108
116
780
516
772
2358

Persentase (%)
6,45%
6,45%
6,45%
35,48%
19,35%
25,80%
99,98%

Ket

2358/31=76

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
rentang nilai 33-44 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang
memperoleh rentang nilai 45-56 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa
yang memperoleh rentang nilai 57-68 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%.
Siswa yang memperoleh rentang nilai 69-80 sebanyak 11 siswa dengan persentase
35,48%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-92 sebanyak 6 siswa dengan

7

persentase 19,35%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 93-104 sebanyak 8 siswa
dengan persentase 25,80%.
Hasil Penelitian Siklus II
Hasil dari penelitian siklus II yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai rata-rata siklus II sebesar 79,64 dan
setiap aspek kemampuan menulis pantun dengan menggunakan metode think pair
share. Hasil tersebut dapat dilihat pada data rekapitulasi dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3
Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Pertama
Siklus II
No Rentang
Nilai
1.
69-72
2.
73-76
3.
77-80
4.
81-84
5.
85-88
6.
89-92
Jumlah

Frekuensi
4
8
4
6
7
2
31

Bobot
Skor
280
592
310
502
605
180
2469

Persentase (%)
12,90%
25,80%
12,90%
19,35%
22,58%
6,45%
99,98 %

Keterangan

2469/31=79,64

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
rentang nilai 69-72 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,90%. Siswa yang
memperoleh rentang nilai 73-76 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25,80%.
Siswa yang memperoleh rentang nilai 77-80 sebanyak 4 dengan persentase 12,90%.
Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-84 sebanyak 6 dengan persentase 19,35%.
Siswa yang memperoleh rentang nilai 85-88 sebanyak 7 siswa dengan persentase
22,58%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 89-92 sebanyak 2 siswa dengan
persentase 6,45%.
Tabel 4
Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Kedua
Siklus II
No
1.
2.
3.
4.
5.

Rentang
Nilai
80-82
83-85
86-88
89-91
92-94

6.
95-97
Jumlah

Frekuensi

Persentase (%)

Keterangan

8
4
0
6
0

Bobot
Skor
640
340
0
540
0

25,80%
12,90%
0
19,35%
0

2790/31=90

13
31

1270
2790

41,93%
99,98%

8

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukan bahwa siswa yang memperoleh
rentang nilai 80-82 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25,80%. Siswa yang
memperoleh rentang nilai 83-85 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,90%. siswa
yang memperoleh rentang nilai 86-88 sebanyak 0 siswa dengan persentase 0%.
siswa yang memperoleh rentang nilai 89-91 sebanyak 6 siswa dengan persentase
19,35%. siswa yang memperoleh rentang nilai 92-94 sebanyak 0 siswa dengan
persentase 0%. siswa yang memperoleh rentang nilai 95-97 sebanyak 13 siswa
dengan persentase 41,93%.
Pembahasan
Upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran
menulis pantun siklus I dan II merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
pembelajaran untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh sebab itu, upaya
peningkatan pembelajaran harus selalu dilakukan. Upaya tersebut bisa dilakukan
oleh guru dan siswa. Pembahasan mengenai upaya peningkatan pembelajaran
melalui metode think pair share didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan
peneliti terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis pantun.
Guru memotivasi siswa untuk terkait dengan materi menulis pantun, agar
siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis pantun. Pada siklus I, guru
sudah menggunakan metode think pair share dengan baik, sehingga kegiatan
pembelajaran menulis pantun terlaksana dengan baik. Interaksi yang dilakukan
guru dengan berkeliling kelas bertujuan agar siswa lebih leluasa dalam bertanya
karena guru sebagai fasilitator berada di dekat siswa. Guru memberikan
penghargaan terhadap siswa yang nilainya baik dalam kegiatan pembelajaran
sehingga siswa bersemangat. Penghargaan diberikan guru berupa pujian.
Pemberian penghargaan ini bertujuan agar antusias belajar siswa di dalam kelas
semakin meningkat dan berpengaruh pada nilai siswa juga meningkat. Semakin
siswa tertarik pada pembelajaran, semakin serius siswa mengikuti pelajaran, dan
semakin serius mengerjakan tugasnya.
Observasi terhadap sikap siswa dalam melaksanakan pembelajaran menulis
pantun dilakukan untuk mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia. Pelaksanaan siklus I, tidak banyak siswa yang aktif
dalam bertanya, hanya satu siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru
yaitu Muhammad Rayhans, lalu Evita Amalia pun menanggapi jawaban dari
Rayhans. Ketika proses belajar mengajar di mulai, ada beberapa siswa yang mau
bertanya mengenai lima syarat dalam pantun, yaitu Adam wicaksono menanyakan
cara membuat sampiran, Ardhi Darmawan menanyakan bagaimana membedakan
rima akhir pantun, dan Nabilla menanyakan bagaimana menentukan suku kata
dalam pantun. Dalam mengerjakan soal yang diberikan guru, semua siswa
bertanggung jawab dengan tugasnya, mereka saling bekerja sama, walaupun sambil
bergurau. Ada beberapa siswa yang aktif untuk bertanya kepada guru ketika
mengerjakan lembar kerja siswa, ada pula yang hanya diam dan mengerjakan tanpa
ada bertanya kepada guru. Ananda Maharani dan Ninda Herlian Ditami, mereka
berdua tidak mau saling berbagi, karena ada konflik yang membuat mereka tidak
mau mengerjakan tugasnya. Guru sudah menegur, tetapi mereka tidak berteguran.
Maka dari itu, nilai menulis pantun mereka rendah, hanya mendapat nilai 25 saja.

9

Pelaksanaan siklus II, hampir semua siswa ingin menjawab pertanyaan guru,
tetapi karena terkendala waktu, guru hanya menunjuk beberapa siswa saja yang
belum pernah menjawab pertanyaan guru satu diantaranya yaitu Yudha Satrio
Pratama, Shakira Alvelia dan Fauzan Isya. Mereka menjawab pun masih belum
lengkap. Guru hanya mengulang kembali terkait materi yang sebelumnya sudah
dipelajari, yaitu pengertian pantun, syarat-syarat pantun, dan jenis-jenis pantun.
Lalu, jawaban mereka ditanggapi dengan M. Qoharifansyah, Suhailia Wati dan
Winda Rahmawati. Dalam pengerjaan LKS, sikap siswa pun sama dengan
pertemuan sebelumnya yaitu bertanggung jawab dengan tugasnya. Mereka masih
saja bergurau, tetapi tetap mengerjakan LKS.
Proses pelaksanaan pembelajaran menjadi bagai penting dalam sebuah
kegiatan pembelajaran. Proses tidak hanya mempengaruhi hasil, tapi proses sangat
berpengaruh bagi ketercapaian komponen-komponen dalam proses pembelajaran
di dalam kelas. Satu di antara komponen adalah siswa. Siswa diharapkan dapat
mengembangkan kepribadian melalui proses pelaksanaan pembelajaran.
Pembahasan mengenai proses pelaksanaan pembelajaran menulis pantun
menggunakan metode think pair share.
Kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Penyampaian
pembelajaran ini bertujuan agar siswa mengetahui materi yang akan dipelajari dan
mengetahui apa yang akan dicapai pada pembelajaran menulis pantun. Kegiatan
guru dalam melakukan apersepsi. Selama guru melakukan apersepsi, guru
memutarkan video pantun, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis
pantun. Kegiatan guru menjelaskan kepada siswa tentang pengertian pantun, syaratsyarat pantun, dan jenis-jenis pantun. Penjelasan materi tersebut disampaikan guru
menggunakan powerpoint. Terpilihnya media powerpoint dalam menyampaikan
konsep menulis pantun karena media yang digunakan menarik perhatian siswa dan
membuat siswa antusias mengikuti pembelajaran. Perpaduan warna yang menarik
membuat siswa senang membaca penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan guru memberi pertanyaan sekaligus siswa diminta melengkapi isian
pantun yang rumpang, sehingga siswa dapat berpikir secara mandiri dan
berpasangan. Hal ini dimaksudkan sampai sejauh mana siswa dapat memahami
pantun dengan memperhatikan syarat-syaratnya. Guru memberikan tugas berupa
LKS kepada siswa secara berpasangan dengan teman disebelahnya. Pada kegiatan
ini, guru melihat sampai dimana kemampuan siswa dapat memahami pantun dan
syarat-syaratnya. Guru bersama siswa mengevaluasi pekerjaan masing-masing
kelompok. Pada kegiatan ini, siswa membacakan hasil diskusinya agar temanteman yang lainnya mendengarkan jawaban temannya. Guru dan siswa
menyimpulkan materi yang sudah diajarkan. Kegiatan ini siswa secara individu
menyimpulkan pemahamannya tentang menulis pantun. Guru memberikan
penghargaan kepada siswa terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
penghargaan yang diberikan guru berupa nilai yang baik. Penghargaan diberikan
kepada siswa yang aktif selama proses pelajaran berlangsung dan siswa yang telah
membacakan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya.
Observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran menulis pantun lebih
terpusat pada kegiatan guru dan siswa. Hal ini penting untuk melihat sejauh mana

10

siswa dituntut untuk lebih aktif pada kegiatan pembelajaran, sedangkan guru
sebagai fasilitator bagi siswa yang bertugas memotivasi dan membimbing siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pelaksanaan pembelajaran melalui metode think pair share dapat dilihat siswa
fokus memperhatikan penjelasan dari guru dan siswa bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar menulis pantun
pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak. Hasil belajar pembelajaran
menulis pantun, siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak menggunakan metode
think pair share pada pra siklus nilai rata-rata siswa 60, setelah melakukan
tindakan, yaitu siklus I naik menjadi 68,41, dilanjutkan lagi pada pertemuan kedua
menjadi 76,06. Dilaksankan lagi siklus II pertemuan pertama dengan nilai rata-rata
79,64 dan 90 pada pertemuan kedua. Hasil perkembangan nilai siswa dapat di lihat
dari syarat-syarat pantun pada setiap siklusnya sebagai berikut: (a) Diketahui bahwa
tiap bait pantun terdiri dari 4 baris, pada siklus I pertemuan pertama dengan
persentase 8,67%, mengalami penurunan menjadi 8,16% dan meningkat lagi pada
siklus II pertemuan pertama menjadi 9,25%. (b) Tiap baris pantun memiliki 8-12
suku kata, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 7,06%, mengalami
peningkatan pada pertemuan kedua dengan persentase 7,9%, dan meningkat pada
siklus II pertemuan pertama menjadi 9%. (c) Rima akhir bersajak a-b-a-b, pada
siklus I pertemuan pertama siswa memperoleh persentase 3,74, mengalami
peningkatan menjadi 5,58% pada pertemuan kedua, dan mengalami penurunan
pada siklus II pertemuan pertama, yaitu 3,8%. (d) Baris pertama dan kedua disebut
sampiran, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 6,83%, mengalami
peningkatan pada pertemuan kedua, yaitu 7,77%, dan meningkat pada siklus II
pertemuan pertama, yaitu 9%. (e) Baris ketiga dan keempat disebut isi, pada siklus
I pertemuan pertama dengan persentase 6,45%, mengalami peningkatan pada
pertemuan kedua, yaitu 7,48, dan meningkat menjadi 8,22% pada siklus II
pertemuan pertama.
Saran
Guru dapat memilih media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, memotivasi siswa serta memberikan kesempatan pada siswa agar
aktif dan dapat mengembangkan interaksi siswa satu dengan siswa yang lainnya
sehingga dapat memahami materi yang disampaikan. Karena kegiatan penelitian
tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru dan siswa Maka diharapkan melalui
metode think pair share dapat dilanjutkan serta dipadukan dengan model
pembelajaran yang lain, agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.
Kendala- kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran dapat diatasi jika guru
membuat perencanaan pembelajaran degan baik dan sesuai dengan standar
kompetensi, kompentesi dasar, materi, alat dan media yang tersedia. Selain itu guru
juga harus memahami karakteristik individu siswa.

11

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.
Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung:Alfabeta.
Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Rais, Putera. 2012. Panduan Super Lengkap Majas EYD Peribahasa. Yogyakarta:
Buku Pintar.
Santoso, Joko. 2013. Buku Pintar Pantun Puisi Lama Melayu dan Peribahasa
Indonesia. Yogyakarta:Araska.
Sharan, Shlomo. 2012. Hanbook of Cooperative Learning. Yogyakarta:Familia.
Sugiarto, Eko. 2012. Pantun dan Puisi Lama Melayu. Yogyakarta:Khitah
Publishing.
Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung:Alfabeta.

12