Peranan Bahasa Arab Perkembangan Sain da

PERANAN BAHASA ARAB DALAM PERKEMBANGAN SAINS DAN
TEKNOLOGI
Oleh: Agus Arwani*
Abstrac:
Education is the main driver for improving the quality of the nation's intelligence
community so that it can bear educated and noble towards a prosperous
Indonesian society. Language is the oldest manifestation of human civilization.
“It is almost not possible to learn a foreign language without learning its culture.
Or other way round, you will learn its culture when learning a foreign language.
Language is a bridge of culture and people as well. Language capable of creating
a civilization of progress or setbacks. Arabic has a very big role in the lives of
Muslims in different parts of the world. Arabic is a language that is not faded by
time and change, as it has become a place of Islamic civilization during the 15th
century, both in the East and West. Many benefits can be obtained if the Muslims
learn Arabic. The importance of Arabic as a language other than the Quran and
as-Sunnah is the language of the Muslim community around the world. If we look
at the history of Islam, can not be separated from Arabic. Instrumental in the
development of Arabic science. History and the world of science and technology
can not forget the role of Arabic in inheriting and developing science at critical
moments. Arabic should be seen as "religious language"and not as a language of
culture, ethnicity, region, or country only.

Dimuat dalam : Proseding Bahasa Arab STAIN Pekalongan Pada Nopember
2012 Hal : 281 sd 291
Pendahuluan
Pada zaman modern ini, bahasa Arab pun semakin berkembang, bahkan
ditiap-tiap negara memiliki dialek yang berbeda satu sama lain. Ini terjadi karena
adanya budaya-budaya lain yang masuk dan ikut mempengaruhi tata dan gaya
bahasanya. Perbedaan dialek juga menunjukkan perbedaan budaya pada masingmasing negara, dari bermacam-macam aspek. Belajar bahasa Arab merupakan
jendela untuk belajar kebudayaan Arab baik dari masa lampau maupun sekarang.
Belajar bahasa merupakan bagian dari proses pendidikan.

* Dosen STAIN Pekalongan, Hp. 08121503077 email: agusarwani09@gmail.com

Pendidikan merupakan motor penggerak utama untuk meningkatkan
mutu dan kualitas kecerdasan bangsa sehingga dapat melahirkan masyarakat
terpelajar dan berakhlak mulia menuju kehidupan masyarakat Indonesia yang
sejahtera. Salah satu potensi diri yang harus dikembangkan sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) No. 20
Tahun 2003 adalah bahasa. Bahasa merupakan manifestasi peradaban manusia
yang tertua. Bahasa mampu menciptakan kemajuan atau kemunduran suatu
peradaban. Melalui bahasa, manusia memperkuat hubungan dan orisinalitasnya

dengan masyarakat di tempat ia lahir dan hidup. Dengan demikian, bahasa
merupakan wahana budaya dan peradaban.
Sejak masuknya Islam ke Nusantara, bangsa Indonesia mulai mengenal
dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa agama. Sebagai bahasa Agama,
bahasa Arab telah lama memainkan peranan penting dalam pembentukan karakter
bangsa yang religius. Bahasa Arab juga merupakan salah satu khazanah peradaban
dunia klasik dan bahasa asing tertua yang dikenal. Realita tersebut, bahasa Arab
mempunyai peran yang sangat besar dalam proses pendidikan dan pengembangan
sikap religius peserta didik maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam konteks bahasa Arab, perkembangan sosial budaya yang terjadi di
negara-negara Arab pun akan berdampak pada bangsa lain, baik positif maupun
negatif. Atas dasar itu, pemahaman bahasa dan budaya Arab, bagi bangsa
Indonesia menjadi sangat penting dalam merespon perkembangan yang terjadi,
baik di bidang ekonomi, politik, maupun agama.
Dewasa ini, perkembangan sains dan teknologi memberikan peluang bagi
kita untuk mengkaji dan menyingkap rahasia bahasa dengan pendekatan dan

metode yang mungkin berbeda sama sekali dengan pendekatan dan metode klasik.
Kajian-kajian baru terhadap bahasa Arab, perlu dilakukan untuk memberikan
”nyawa” kehidupan yang lebih relevan dengan kehidupan modern saat ini.


Pembahasan
Peranan Bahasa Arab dalam Perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi
Bahasa

adalah

alat

komunikasi

dalam

hidup

bermasyarakat


(berkelompok), berbangsa dan beragama. Manusia adalah makhluk sosial yang
diciptakan Allah untuk saling menjalin hubungan. Agar hubungan tersebut
terlaksana maka dibutuh alat dan alat tersebut adalah bahasa. Dalam konteks
kenegaraan bahasa sangat memegang peranan penting untuk mempersatukan
masyarakat yang multi etnis. Bahasa yang dipakai disebut bahasa pengantar.
Begitu juga dalam mempertautkan antar suku bangsa yang berada dalam agama
yang sama, umpamanya agama Islam.
Dalam dunia Islam, kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar
untuk memahami agama sangatlah urgen. Karena ajaran Islam yang terdapat
dalam kitab suci al Quran dan hadis sebagai sumber ajaran yang kedua
berlangsung dalam bahasa Arab. Maka hampir seluruh

pelosok dunia yang

didiami oleh orang muslim, bahasa Arab selalu dipelajari dan menjadi mata
pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Ini menandakan
bahasa tersebut menjadi alat pemersatu umat Islam yang latar belakangnya dari
berbagai bangsa.


Perlu diperhatikan juga bahwa ada saja faktor lain yang menjadi
pendorong untuk berkembangnya pemakaian bahasa Arab, yakni bangkitnya
kembali minat kaum cendekiawan, khususnya kaum profesi dari angkatan muda,
untuk mencari jati dirinya sebagai muslim. Tidak ada aspek kehidupan agama
Islam dan wawasannya yang terlepas dari perhatian mereka, antara lain tampak
dari pencarian mereka akan pola kehidupan yang Islami, dan upaya pencarian
identitas keislaman yang lain1. Di samping itu juga ada kebutuhan kaum
cendekiawan untuk mencari informasi dari kawasan muslim yang lain seperti di
Timur Tengah dalam upaya mencari wawasan kebangsaan yang tidak mengurangi
intensitas kehidupan beragama mereka.
Bahasa Arab mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan
Muslim di berbagai belahan dunia. Isma’il dan Lois Lamya al-Faruqi secara tepat
menggambarkan fenomena ini sebagai berikut2:
Dewasa ini bahasa Arab merupakan bahasa daerah sekitar 150 juta orang
di Asia Barat dan Afrika Utara yang merupakan dua puluh dua negara yang
menjadi anggota Liga Negara-Negara Arab. Di bawah pengaruh Islam, bahasa ini
menentukan bahasa Persia, Turki, Urdu, Melayu, Hausa dan Sawahili. Bahasa
Arab menyumbang 40-60 persen kosakata untuk bahasa-bahasa ini, dan kuat
pengaruhnya pada tata bahasa, ilmu nahwu, dan kesustraannya. Bahasa Arab
merupakan bahasa religius satu milyar Muslim di seluruh dunia, yang diucapkan

dalam ibadah sehari-hari. Bahasa ini juga merupakan bahasa hukum Islam, yang
setidaknya dalam bidang status pribadi, mendominasi kehidupan semua Muslim.
1 Abdurrahman Wahid, 1990. “Prospek Pengembangan Bahasa Arab di Indonesia, Pendorong dan
Kendala-kendalanya”, Qimah .Surabaya: Fakultas Adab, Edisi III, Agustus 1990, hal. 15
2 Ismail R Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, 2003. Atlas Budaya Islam, Terj. Ilyas Hasan,
Bandung: Mizan, hal. 59.

Akhirnya inilah bahasa kebudayaan Islam yang diajarkan di beribu-ribu sekolah di
luar dunia Arab. Dari Sinegal sampai Filipina, bahasa Arab dipakai sebagai
bahasa pengajaran dan kesusastraan dan pemikiran di bidang sejarah, etika,
hukum dan fiqh, teologi, dan kajian kitab.
Didukung dengan beberapa doktrin ajaran Islam, bahasa Arab terus
mempengaruhi masyarakat Muslim di berbagai tempat. Misalnya doktrin bahwa
al-Qur’an harus ditulis dan dibaca dalam bahasa aslinya (bahasa Arab).
Terjemahan al-Qur’an dipandang sebagai sesuatu di luar al-Qur’an itu sendiri. Hal
ini berbeda dengan Injil di mana ia justru harus diterjemahkan ke berbagai bahasa
tanpa menyertakan teks aslinya. Doktrin pendukung lainnya adalah berbagai
ucapan ritual ibadah hanya dianggap sah jika dilakukan dalam bahasa Arab. Tak
pelak doktrin-doktrin seperti ini telah memacu motivasi masyarakat Muslim untuk
mempelajari dan menguasai bahasa Arab sejak dini agar kelak menjadi Muslim

yang baik. Al-Qur’an bahkan tidak hanya dipelajari cara membacanya, tetapi juga
dihafalkan kata perkata secara utuh.
Sebagai konvensi, bahasa merupakan kesepakatan sebuah masyarakat. Ia
diwariskan secara turun-menurun oleh generasi pemakainya. Demikian juga
tradisi, pemikiran, keyakinan maupun ajaran agama yang disimbolkannya.
Melalui ajaran Islam, bahasa Arab secara tidak langsung terus mempengaruhi
masyarakat muslim dalam cara pandang, berpikir dan bersikap secara turun
temurun.
Dengan membanding-bandingkan berbagai faktor pendorong bagi
perkembangan pemakaian bahasa Arab di Nusantara ini serta kendala-kendalanya
maka kelihatan jelas bahwa faktor agama masih jauh lebih dominan dibanding

dengan faktor-faktor lainnya, seperti ekonomi, sosioal budaya serta faktor
akademik. Artinya, meskipun bahasa Arab sudah dinyatakan sebagai bahasa resmi
sejak tahun 1973 oleh UNESCO sebagai bahasa Internasional, ternyata motif kuat
untuk belajar bahasa Arab masih terfokus pada agama.
Bukti lainnya bahwa dorongan untuk belajar bahasa Arab bertumpu pada
faktor agama adalah masuknya bahasa Arab itu sendiri di Nusantara berkaitan erat
atau bersamanaan dengan masuknya Islam. Tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa di belahan dunia mana saja hanya mengenal bahasa Arab karena datangnya

Islam. Bahkan faktor agama ini yang diuji dengan kepentingan duniawi, yakni
sosial, politik dan ekonomi sehingga terkenal bahwa bahasa Arab justru rusak
karena masuknya orang 'Ajam ke dalam Islam, sejak zaman Nabi Muhammad
saw., yang mana kerusakan itu dikenal dengan lahn3. Mereka yang ingin menjaga
bahasa Arab umumnya adalah yang punya kepedulian tinggi terhadap agama
Islam dan menganggap bahwa bahasa Arab adalah simbol keislamannya. Makin
tinggi kepedulian itu makin tinggi semangat untuk mengembangkan pemakaian
bahasa Arab. Upaya untuk melahirkan motif-motif belajar bahasa Arab terus
dikembangkan. Maksudnya tidak lain adalah agar lebih banyak lagi yang
mempergunakan bahasa Arab dengan aktif.

Pentingnya Mempelajari Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah bahasa Islam dan kaum Muslimin. Hal ini dimulai
sejak terbitnya Islam di lembah Mekah pada 15 abad yang lalu. Dengan bahasa
ini, Al-Qur’an diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia. Dengan bahasa ini
3 Muhammad at-Thanthawi, 1997, Nasy'at an-Nahwi wa Tarikh Asyhari an Nuhat .Al- Maktabah
al-Faishaliyah, hal. 9.

pula, penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw berbicara dan menyampaikan
risalah-Nya.

Bahasa Arab adalah bahasa yang tidak luntur oleh zaman dan perubahan,
sebagaimana ia telah menjadi wadah peradaban Islam selama 15 abad, baik di
belahan Timur maupun di Barat. Disamping itu, ia juga diakui oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bagian dari bahasa komunikasi dunia bersama
dengan Bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan China. Maka sungguh benar ketika
Rasulullah Saw menyuruh kita mencintai bahasa ini. Sebagaimana sabdanya,
“Cintailah bahasa Arab karena tiga hal; pertama, karena aku adalah orang Arab;
kedua, karena Al-Qur’an berbahasa Arab; dan ketiga, karena bahasa penduduk
surga adalah bahasa Arab”.
Ada tiga alasan kenapa kita harus mempelajari Bahasa Arab sebagai
berikut4:
Pertama,

lughatul

Islam

(bahasa

Islam).


Setiap

muslim

tentu

mengharapkan ridha Allah Swt. Hal ini didasari oleh pemahamannya yang benar
terhadap Islam. Sehingga ibadah dan amalan-amalan lainnya kepada Allah akan
benar dan bermanfaat bagi peradaban dan kehidupan umat manusia. Konsekuensi
logis dari ridha Allah SWT, tentunya Allah akan memasukkan ke surga-Nya di
negeri akhirat kelak. Sedangkan bahasa komunikasi penduduk surga yang
digambarkan oleh Rasulullah Saw adalah bahasa Arab. Karenanya, setiap muslim
yang tidak menguasai Bahasa Arab wajib mempelajarinya. Kaidah ushul fiqh

4 Azhar bin Muhammad, 2005. “Beberapa Aspek Keunikan dan Keistimewaan Bahasa Arab
sebagai Bahasa al-Qur’an”, dalam Jurnal Teknologi, 42 (E), Juni 2005, Universitas Teknologi
Malaysia.

mengatakan,, “Suatu amalan wajib yang tidak sempurna karena sesuatu, maka

sesuatu itu menjadi wajib.
Kedua, lughatul muslimin (bahasa kaum muslimin). Sudah menjadi
ketentuan Allah bahwa Muhammad bin Abdullah adalah rasul terakhir yang
diutus kepada seluruh umat manusia, dan menjadi rahmat seluruh alam semesta.
Islam, risalah yang dibawanya tidak melebihkan Bangsa Arab atas bangsa lain,
tidak pula melebihkan derajat kulit putih atas kulit berwarna. Islam membawa
misi peradaban dan menjadi guru bagi kemanusiaan. Oleh karena itu Islam
memerlukan bahasa pemersatu bagi umatnya. Tidak ada pilihan lain untuk
melakukan peran itu, kecuali dengan berbahasa Arab.
Ketiga, lughatul ilmiyyah (bahasa ilmu pengetahuan). Apakah bahasa
Arab memiliki peran dalam hal ini? Jawabannya adalah ya. Pertama, karena
sumber ilmu pengetahuan, yaitu al-Qur’an dan hadits menggunakan bahasa Arab.
Kedua, karena bahasa Arab adalah bahasa pemersatu umat Islam. Ketiga, karena
bahasa Arab bahasa terkaya dari semua bahasa yang ada di bumi. Keempat,
karena Bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh penduduk
bumi seiring dengan bertambahnya populasi umat Islam.
Sebagaimana bahasa-bahasa lain pada umumnya, bahasa Arab juga
memiliki karakteristik. Karakteristik inilah yang membedakan dan membuat
bahasa ini begitu istimewa. Karakteristik-karakteristik itu di antaranya suhulah
(mudah), syaamil (komprehensif), jamilah (indah), mujizah (menarik), fathonah
(cerdas), dan wadhihah (jelas).
Pentingnya bahasa Arab selain sebagai bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah
adalah sebagai bahasa komunitas kaum muslimin di seluruh dunia. Apabila kita

menengok sejarah perkembangan Islam maka tidak terlepas dari bahasa Arab. Hal
ini bisa kita lihat pada beberapa negara di Afrika yang sampai sekarang masih
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa ibu (bahasa sehari-hari).

Manfaat Mempelajari Bahasa Arab
Banyak manfaat yang akan diperoleh bila kaum muslimin mempelajari
bahasa Arab. Di antaranya, pertama, fahmul Islam (memahami ajaran Islam).
Dengan menguasai bahasa Arab tentu saja akan sangat mudah bagi kita
memahami sebagian besar ajaran Islam. Karena sumber ajaran Islam (Al-Qur’an,
hadits, dan kitab-kitab yang ditulis para ulama) menggunakan bahasa Arab. Allah
Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab
supaya kamu memahami”. (Qs. Az-Zukhruf [43]: 3)
Kedua, wihdatul muslimin (mempersatukan kaum muslimin). Bahasa
Arab adalah bahasa pemersatu kaum muslimin di seluruh dunia. Bila kaum
muslimin menggunakannya saat berkomunikasi, maka akan sangat mudah untuk
bertaaruf dan mempererat ukhuwah islamiyah. Dan ketiga, binaa-ul hadharah
(menjadikan umat manusia berperadaban). Banyak budaya positif yang dapat kita
ambil dari bangsa Arab.
Budaya positif tersebut makin sempurna ketika Rasulullah Saw
mengarahkan dan mengadopsinya menjadi budaya Islam. Dan transfer budaya
positif tersebut akan makin mudah bila kita menguasai alat komunikasinya, yaitu
bahasa Arab.

Ada dua poin penting yang berkaitan dengan pentingnya mempelajari
bahasa Arab, yaitu5: 1) Sebagai sumber ilmu, dan 2) Sebagai pemersatu umat.
1. Sumber Ilmu
Sepanjang sejarah, bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki cabang
ilmu yang indah dan kekuatan sastra yang kokoh sehingga mudah dipahami. Para
ulama mengatakan bahwa sebelum seseorang membaca teks Arab dia sudah bisa
paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif. Berbeda dengan bahasa lain
dimana seseorang harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian dia bisa
paham. Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan terutama ilmu-ilmu keislaman,
karena al-Qu’an, al-hadits, al-atsar serta penjelasan para ulama terdahulu
menggunakan bahasa Arab. Kita tidak bisa memahaminya kecuali dengan bahasa
Arab. Ini adalah bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki standar bahasa
yang baku yaitu bahasa Arab.
2. Pemersatu Umat
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa bahasa Arab bukanlah
bahasa orang Arab semata, akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di
seluruh dunia yang dengannya kaum muslimin menyatu dalam beberapa aspek
ibadah dan dengan tujuan ini pula Allah menurunkan al-Qur’an menggunakan
bahasa bahasa Arab.
Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang (bangsa) Arab saja maka
tidak mungkin Allah menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu

5 Alwi Shihab, “Peran Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional dan Bahasa Diplomasi”, Kuliah
Umum Universitas Al Azhar Indonesia, 27 Desember 2007. Pada http://supriyadie.wordpress.com/
2012/10/01/peran-bahasa-arab-sebagai-bahasa-internasional/,
diakses pada 1 Oktober 2012.

bertentangan dengan firman-firman-Nya, seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan mengenai “sumber ilmu”.

Peranan Bahasa Arab Seiring Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Dalam perspektif Islam, iman bukan sekedar percaya kepada Allah, tetapi
mencakup puila pengertian tentang siapa Allah yang kita percayai dan bagaimana
kita besikap kepada-Nya serta kepada objek-objek selain Dia. Dengan demikian
tekanan iman adalah amal, karena itu iman kepada Allah masih diikuti dengan
sikap taat kepada-Nya dalam bentuk ibadah dan aktualisasinya dalam bentuk amal
saleh dimana pada akhirnya akan terbentuk kesalehan pribadi dan sosial.
Sementara ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan
manusia yang diperoleh melalui proses pengkajian dan dapat diterima rasio.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan adalah himpunan rasionalitas kolektif insan6.
Adapun teknologi adalah penerapan ilmu pengatahuan kealaman secara sistematis
dalam proses produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia7.
Suatu proses halus dalam membangun citra bahasa Arab. Barangkali
karena begitu halusnya sehingga proses itu tidak mempunyai pengaruh apa-apa
terhadap upaya pengembangan pemakaian bahasa Arab.
Bahasa Arab berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah
dan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa melupakan peran bahasa
6 Siti Maryam, dkk (ed.), 2003, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern.
Yogyakarta: Lesfi,, hal. 36.
7 Musyrifah Sunanto, 2003. Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Kencana, hal. 38.

Arab dalam mewarisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada saat-saat
kritis. Selama berabad-abad yang lalu bahasa Arab merupakan satu-satunya
bahasa ilmu. Sayang sekali dalam pertemuan forum-forum ilmiah antar pakar
Islam di dunia Islam bahasa Arab masih belum berfungsi secara penuh. Bahasa
Inggris dan Prancis masih dominan untuk menjembatani pertemuan fikiran
sesama umat Islam8.Fenomena ini akan membangkitkan kesadaran bahwa umat
Islam belum bisa memakai bahasanya sendiri, bahasa kitab sucinya. Pada
masanya nanti kekosongan ini harus diisi oleh generasi muslim sendiri.
Kekosongan atau minimnya pemakai bahasa Arab dalam pertemuan
internasional tersebut bisa direkayasa menjadi motif untuk mendorong semangat
para pelajar bahasa Arab. Artinya, semangat untuk bisa terampil dalam berbahasa
Arab perlu dimiliki, karena dengan memiliki keterampilan berbahasa Arab akan
senantiasa mendapat kesempatan dipilih atau ditunjuk untuk menjadi duta dalam
pertemuan-pertemuan ilmiah di luar negeri yang menyangkut keislaman. Ini suatu
upaya, senyampang belum banyak yang bisa bahasa Arab maka kesempatan untuk
berprestasi dan memperoleh prestise dalam bahasa Arab terbuka lebar. Perlu
ditonjolkan, karena masih sedikit yang ahli bahasa Arab maka keberadaannya
sangat dibutuhkan mulai dari ruang kelas terbatas sampai pada pertemuan kelas
internasional yang luas.
Akhirnya menjadi kelihatan lebih jelas bahwa motif paling kuat untuk
belajar bahasa Arab adalah lingkungan di mana bahasa Arab sangat diperlukan
sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Arab menjadi sangat efektif dan
efisien bila berada dalam lingkungan yang kondusif.
8 Moh. Ghufron Zainal Alim, 1990, “Bahasa Arab sebagai Alternatif Bahasa Komunika-si Antar
Umat Islam”, dalam Qimah. Surabaya: Fakultas Adab, Edisi III. hal.15.

Belajar bahasa Arab alasannya adalah karena memang mau memakainya
secara aktif. Oleh karena itu bahasa Arab harus dikondisikan menjadi bahasa yang
dipakai dengan sendirinya secara otomatis, biasa dan mudah, dengan pedoman
bahwa "students learn to understand the language by listening to a great deal of it
and that they learn to speak is by speaking it9"
Untuk menjadikan bahasa Arab secara otomatis dan mudah dipakai perlu
program khusus penggunaan bahasa Arab, mulai dari perencanaan penentuan
subyek pengguna bahasa Arab, lokasi penggunaannya, waktunya, cara
menggunakannya, keperluannya, situasi dan kondisi ligkungannya, materi yang
menjadi sarana penggunaannya sampai dengan penentuan taraf kesulitan bahasa
Arab yang digunakan. Semua ini menjadi sasaran kajian dalam rangka
pemasyarakatan bahasa Arab. Tanpa pemrograman yang rinci niscaya akan
diperoleh kekecewaan-kekecewaan yang tidak dimengerti sebabnya.
Dalam rangka penyusunan program pemasayarakatan bahasa Arab
tersebut berbagai teori kebahasaan diperlukan. Namun ini bukan berarti
mengadopsi begitu saja teori-teori pembelajaran bahasa asing yang ada, tetapi
perlu kajian kritis lebih dulu sehigga tidak diperoleh hanya pemindahan informasi
dari pengalaman pada bahasa selain bahasa Arab kepada penerapan pada bahasa
Arab. Demikian ini disebabkan bahasa Arab berbeda dari bahasa asing lainnya,
misalnya bahasa Inggris, yang dianggap berhasil dalam pemasyarakatannya.

9 A. Dzo'ul Milal, 2004, Sistem Pengajaran Bahasa Inggris di Pondok Modern Gontor dan di
Basic English Course Pare, dalam Qualita Ahsana (Surabaya: Lemlit IAIN Sunan Ampel, Vol. VI
No. 3 Desember 2004, hal. 15.

Peranan Bahasa Arab di Indonesia
Bahasa Arab Sebagai Bahasa Agama Verbal sebagai simbol ekspresi
linguistik ajaran Islam, pengajaran bahasa Arab yang pertama di Indonesia adalah
untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah ritual,
khususnya ibadah shalat. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, materi yang diajarkan
hanya terbatas pada doa-doa shalat dan surat-surat pendek al-Qur’an yang lazim
dikenal dengan juz amma. Metode yang lazim digunakan ialah metode abjadiyah
(alphabetical method) yang terkenal dengan nama metode baghdadiyah. Metode
ini menekankan pada kemampuan membaca huruf-huruf al-Qur’an (al-huruf alhijaiyah) yangdimulai dari: (a) penyebutan huruf dengan namanya satu persatu
dari alif samapai ya’ secara abjad sampai murid hafalnama-nama huruf tersebut
secara terpisah atau satu persatu, kemudian (b) diajarkan kata-kata yang terdiri
dari dua huruf ,lalu tiga huruf, dan begitu seterusnya yang diberikan secara
bertahap, kemudian meningkat pada (c) pengajaran harakat, dimulai dengan
menyebutkan huruf yang disertai dengan namaharakatnya.Bahasa Arab Sebagai
Media/alat untuk memahami agama. Seiring dengan berkembangnya waktu,
metode dan pola pengajaran yang pertama di atas mulai mengalami pergeseran
dan perkembangan ke arah yang lebih bermakna.
Pengajaran bahasa Arab verbalistik sebagai mana di atas tidak cukup,
karena al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca sebagai sarana ibadah, melainkan juga
sebagai pedoman hidup yang harus dipahami maknanya dan diamalkan ajaranajarannya. Oleh karena itu, muncullah pengajaran bahasa Arab dalam bentuk
kedua dengan tujuan mendalami ajaran agama Islam.Pengajaran bahasa Arab
bentuk kedua ini tumbuh dan berkembang di berbagai pondok pesantren salaf.

Materi yangdiajarkan mencakup fikih, aqidah, akhlaq, hadits, tafsir, dan ilmu-ilmu
bahasa Arab seperti nahwu, sharaf, dan balaghahdengan buku teks berbahasa Arab
yang ditulis oleh para ulama dari berbagai abad di masa lalu. Metode yang
digunakanadalah metode gramatika-tarjamah (thariqah al-qawaid wa altarjamah/grammar-translation method) dengan teknikpenyajian yang masih
relatif tradisional, di mana guru (Kyai) dan para murid (santri) masing-masing
memegang buku (kitab).Guru membaca dan mengartikan kata demi kata atau
kalimat demi kalimat ke dalam bahasa daerah khas pesantren yangtelah
didekatkan kepada sensivitas bahasa Arab.
Sedangkan tata bahasa (qawaid) bahasa Arab diselipkan ke dalam katakata tertentu sebagai simbol yang menunjukkan fungsi suatu kata dalam
kalimat.Santri hanya mencatat arti setiap kataatau kalimat Arab yang diucapkan
artinya oleh guru, tanpa adanya interaksi verbal yang aktif dan produktif antara
kiai dansantrinya. Bahasa Arab sebagai media komunikasi meskipun pola
pengajaran bahasa Arab dalam bentuk kedua di atas sangat dominan berlaku di
berbagai pondok pesantren salaf hingga kini, dan diakui kontribusinya dalam
memberikan pemahaman umat Islam Indonesia terhadap ajaran agamanya, namun
tuntutan dunia komunikasi pada gilirannya menggiring perubahan baru pola
pengajaran bahasa Arab. Interaksi antar bangsa menuntut umat Islam untuk tidak
sekedar memiliki kemampuan berbahasa Arab reseptif (pasif), tetapi kemampuan
berbahasa yang lebih aktif dan produktif. Semangat pembaruan ini diperkuat
dengan munculnya para cendikiawan dan intelektual muda muslim dengan nuansa
pemikiran yang segar, sekembali mereka dari menuntut ilmu di negeri pusat-pusat
pendidikan di Timur Tengah, terutama Mesir.

Pada masa inilah metode langsung (direct method / al-thariqah almubasyirah)

mulai

diterapkan

dalam

pengajaran

bahasaArab

di

Indonesia.Pengajaran bahasa Arab bentuk ketiga ini terdapat di berbagai pondok
pesantren atau lembagapendidikan Islam modern sejak awal abad ke-19. Dimulai
di Padang Panjang oleh ustadz Abdullah Ahmad, MadrasahAdabiyah (1909), dua
bersaudara Zaenuddin Labay al-Yunusi dan Rahmah Labay el-Yunusiyah,
Diniyah Putra (1915) dan Diniyah Putri (1923), dan ustadz Mahmud Yunus,
Normal School (1931). Kemudian ditumbuh-kembangkan oleh K.H. Imam
Zarkasyi di Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah Gontor Ponorogo. Dalam sistem
pengajaran bentuk ketiga ini, pelajaran agama pada tahun pertama diberikan
sebagai dasar saja denganmenggunakan bahasa Indonesia.Sementara itu,
sebagaian besar perhatian siswa dicurahkan kepada pelajaran bahasa Arabdengan
metode langsung.Pada tahun kedua, ilmu tata bahasa Arab (nahwu-sharaf) mulai
diberikan dalam bahasa Arabdengan metode induktif (al-thariqah al-istiqra’iyah),
ditambah

dengan

latihan

intensif

qira’ah

(reading),

insya’

(writing),

danmuhadatsah (speaking/conversation). Pelajaran agama juga disajikan dalam
bahasa Arab.Dalam masa belajar enam tahun(pasca sekolah dasar), seorang
lulusan perguruan Islam modern ini (setara dengan lulusan SLTA/SMA) telah
mampuberkomunikasi dengan bahasa Arab secara lisan dan tulis, serta mampu
membaca buku berbahasa Arab dalam berbagaisubyek pengetahuan.
Dalam perkembangannya, pengajaran bahasa Arab di perguruan Islam
modern ini tidak hanya menggunakan metodelangsung tapi mengikuti pembaruanpembaruan yang terjadi di dunia pengajaran bahasa, misalnya metode aural-oral

(al-thariqah al-sam’iyah al-syafawiyah) dan pendekatan komunikatif (al-thariqah
al-itthishaliyah).
Bentuk integrasi selanjutnya, dari obsesi para pemerhati pengajaran
bahasa Arab yang ingin mengintegrasikan antara bentuk pengajaran bahasa Arab
yang kedua dan ketiga, maka muncullah bentuk pengajaran bahasa Arab keempat
yaitu bentuk integrasi. Pada fase ini tujuan pengajaran bahasa Arab memiliki dua
arah, yaitu pengajaran bahasa Arab untuk penguasaan kemahiranberbahasa dan
pengajaran

bahasa

Arab

untuk

penguasaan

pengetahuan

lain

dengan

menggunakan wahana bahasa Arab.
Selain itu, jenis bahasa yang dipelajari mencakup dua bahasa, yaitu
bahasa Arab klasik dan modern. Penggabungan ini di satu sisi memiliki kelebihan
karena dapat memberdayakan kompetensi peserta didik secara komprehensif,
namun di sisi lain melahirkan ketidakmenentuan, karena keterbatasan sel-sel otak
peserta

didik

untuk

mengakomodasi

keduanya

secara

bersamaan.

Ketidakmenentuan ini bisa dilihat dari berbagai segi. Pertama dari segi tujuan,
terdapat kerancuan antara mempelajaribahasa Arab untuk menguasai kemahiran
berbahasa atau sebagai alat untuk menguasai pengetahuan lain yangmenggunakan
wahana bahasa Arab. Kedua dari segi jenis bahasa yang dipelajari, terdapat
ketidakmenentuan apakah bahasa Arab klasik, bahasa Arab modern, atau bahasa
Arab sehari-hari. Ketiga dari segi metode, terdapat kegamanganantara
mempertahankan

metode

yang

lama

atau

menggunakan

metode

yang

baru.Meskipun demikian, pengajaran bahasa Arab bentuk keempat ini telah
banyak dipergunakan hingga kini di berbagailembaga pendidikan formal
(madrasah dan sekolah umum) di Indonesia.

Kebijakan ini diambil karena bentuk integrasi ini dipandang lebih
aspiratif dengan perkembangan abad globalisasi, dengan terus mengupayakan
berbagai cara untukmemperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat di
dalamnya. Begitu pula dengan keraguan yang ada, setidaknya dapat memacu para
pemerhati pengajaran bahasa Arab untuk menghadirkan tawaran positif bagi
pengembanganmetodologi pengajaran bahasa Arab.Akhirnya, bentuk-bentuk
pengajaran bahasa Arab yang telah diuraikan di atas masih tetap eksis dan
dipergunakan hingga saat ini, tentu dengan modifikasi, inovasi dan perkembangan
masing-masing. Jika pengajaran bahasa Arab bentuk pertamadahulu berada di
surau dan masjid, kini berkembang menjadi TPQ/TPA (Taman Pendidikan AlQur’an) yang menjamur bukan hanya di pedesaan tapi juga marak di
perkotaan.Metode yang digunakan semakin berkembang menjadi lebih praktisdan
bervariasi, tidak hanya metode eja/abjad, tapi juga menggunakan metode iqra’,
al-barqi, hattawiyah, al-nur dan sejenisnya. Perkembangan ini sejalan dengan
meningkatnya

kesadaran

beragama

masyarakat

dan

kesdaran

akan

perlunyamenanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anak sejak usia dini.
Sementara itu, pengajaran bahasa Arab bentuk kedua masih tetap
dipertahankan di pondok-pondok pesantren salaf. Sedangkan pengajaran bahasa
Arab bentuk ketiga yang menekankan bahasa Arab sebagai alat komunikasi
banyakdipergunakan di pondok pesantren modern, dan berbagai lembaga
pendidikan Islam modern. Adapun pengajaran bahasa Arab bentuk keempat juga
masih tetap dipergunakan hingga kini di lemabaga pendidikan formal (madrasah
dan sekolah umum) dan terus diupayakan penyempurnaannya, baik dari segi

kurikulum, orientasi pengajarannya, materi yang diajarkan, metode dan strategi
pengajarannya, serta media yang digunakan.

Penutup
Bahasa

adalah

alat

komunikasi

dalam

hidup

bermasyarakat

(berkelompok), berbangsa dan beragama. Manusia adalah makhluk sosial yang
diciptakan Allah untuk saling menjalin hubungan.
Bahasa Arab adalah bahasa kaum muslimin. Hingga akhir zaman nanti
bahasa ini akan tetap eksis sebab al-Qur`an dan hadits Rasulullah Saw akan terus
ada dan eksis hingga saat itu. Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum
muslimin untuk mempelajarinya dan berusaha seoptimal mungkin untuk dapat
menguasai kemahiran bahasa ini. Bahkan wajib bagi kita untuk mendalaminya
sebagai sarana kita untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Bahasa Arab sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan umat Islam. Oleh karena itu, mempelajari dan menguasai bahasa
menjadi keperluan setiap muslim. Baginya, bahasa Arab perlu untuk membentuk
pribadi sebagai muslim dan meningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman
terhadap ajaran agama, bahkan perlu sebagai sarana dakwah penyebaran agama
Islam.
Bahasa Arab perlu dipandang sebagai “bahasa agama” dan bukan sebagai
bahasa budaya, etnis, kawasan, maupun negara tertentu saja. Itu ditandai dengan
banyaknya tokoh dan ulama muslim yang berasal dari bukan kawasan Arab,
semisal al-Gazali, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, al-Kindi, dan sebagainya, namun
menguasai bahasa Arab sebagai bagian dari studi Islam yang mereka tekuni.

Selain itu, agama Islam, yang salah satu unsurnya adalah bahasa Arab, sebaiknya
menjadi budaya yang dominan mewarnai kehidupan umat Islam di tingkat pribadi,
keluarga, dan masyarakat.
Bahasa Arab berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah
dan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa melupakan peran bahasa
Arab dalam mewarisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada saat-saat
kritis. Selama berabad-abad yang lalu bahasa Arab merupakan satu-satunya
bahasa ilmu. Peranan bahasa Arab dalam teknologi diwujudkan dalam
penggunaan media dalam pengajaran bahasa Arab yang merupakan pemanfaat
teknologi yang bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas
persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilam, dan sikap yang dimiliki
oleh seorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung
melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi, Ismail R. dan Lois Lamya Al-Faruqi, 2003. Atlas Budaya Islam. Terj.
Ilyas Hasan. Bandung: Mizan.
Alim, Moh. Ghufron Zainal. 1990. “Bahasa Arab sebagai Alternatif Bahasa
Komunika-si Antar Umat Islam”. dalam Qimah. Edisi III. Surabaya:
Fakultas Adab.
At-Thanthawi, Muhammad. 1997. Nasy'at an-Nahwi wa Tarikh Asyhari an
Nuhat .Al- Maktabah al-Faishaliyah.
Azhar bin Muhammad, 2005. “Beberapa Aspek Keunikan dan Keistimewaan
Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur’an”, dalam Jurnal Teknologi, 42
(E), Juni 2005. Universitas Teknologi Malaysia.
Maryam, Siti dkk (ed.). 2003. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga
Modern. Yogyakarta: Lesfi.
Milal, A. Dzo'ul. 2004. Sistem Pengajaran Bahasa Inggris di Pondok Modern
Gontor dan di Basic English Course Pare, dalam Qualita Ahsana
(Surabaya: Lemlit IAIN Sunan Ampel, Vol. VI No. 3 Desember 2004.
Shihab, Alwi. 2007. “Peran Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional dan Bahasa
Diplomasi”. Kuliah Umum Universitas Al Azhar Indonesia, 27
Desember 2007. Pada http://supriyadie.wordpress.com/2012/10/01/
peran-bahasa-arab-sebagai-bahasa-internasional/, diakses pada 1
Oktober 2012.
Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana.
Wahid, Abdurrahman. 1990. “Prospek Pengembangan Bahasa Arab di Indonesia,
Pendorong dan Kendala-kendalanya”. Qimah .Surabaya: Fakultas
Adab, Edisi III, Agustus 1990.