TUGAS LAPORAN MATA KULIAH MATEMATIKA TER
TUGAS LAPORAN MATA KULIAH
MATEMATIKA TERAPAN 2
“Uji Chi Square”
Nama
NIM
Kelas
: Aryo Budi Prakoso
: 1313020021
: TL -2A
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2014
DAFTAR ISI
Halaman
Cover ............................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Tujuan ....................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................2
BAB II
Pengambilan Data......................................................................3
BAB III
Pengolahan Data........................................................................6
BAB IV Kesimpulan ................................................................................8
Daftar Pustaka ...............................................................................................9
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan yang berjudul”Uji Chi Square”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Terapan 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Depok, 13 Juni 2014
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembentukan cuaca dan iklim di wilayah Indonesia di pengaruhi oleh berbagai macam
dinamika atmosfir. Hal ini dapat dipahami mengingat Indonesia memiliki susunan kepulauan
dan lautan yang sedemikian rupa, dimana luas lautan lebih banyak dari daratannya. Inilah
yang mendasari Remage ( 1971 ) memberikan diskripsi Indonesia sebagai benua bahari
(maritim kontinen ) dan daerah daratannya pun terdiri atas deretan pegunungan. Selain itu,
Indonesia terletak di sekitar khatulistiwa, yang diapit oleh dua benua dan dua samudra. Oleh
sebab itu, cuaca dan iklim di wilayah Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, dimana ada
keterkaitan antara pengaruh sirkulasi masa udara global, regional dan lokal, ” Boerema ”
seorang ahli meteorologi dari negeri Belanda membagi iklim Indonesia ke dalam tiga tipe,
yaitu ; tipe Monsunal, tipe Equatorial dan tipe lokal ( De Boer, in Verhandelingen book no. 32
).Untuk mengetahui dampak atas keterkaitan antar dinamika atmosfir tersebut, dapat di
analisa dengan menggunakan data curah hujan.
Pada umumnya kita mengenal terdapat dua musim di Indonesia, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Kedua musim tersebut di pengaruhi oleh aktifitas monsun, yaitu periode
monsun Asia musim dingin ( Asia winter monsoon ) yang bertepatan wilayah Indonesia
musim hujan, berlangsung sekitar bulan Oktober hingga Maret dan periode monsun Australia
musim dingin ( Australia winter monsoon ) yang bertepatan wilayah Indonesia musim
kemarau yang berlangsung sekitar bulan April hingga September ( Sulistya, 1995 ). Dan
sebagai akibat kondisi Indonesia sebagaimana di sebutkan diatas, maka variasi dari kedua
musim tersebut berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya.
Beberapa macam sirkulasi atmosfer mempunyai peran dalam pembentukan cuaca dan
iklim di wilayah perairan Indonesia, baik itu Sirkulasi Global / Walker dan Sirkulasi
Regional / Hadley maupun Sirkulasi Skala Lokal / CISK, Cumulus, --( Siswanto dkk ),
sehingga terjadinya kedua musim tersebut diatas antara lain karena adanya sirkulasi Hadley
dan sirkulasi Walker. Jika sirkulasi Hadley merupakan sirkulasi umum atmosfer yang arah
gerakannya utara- selatan, maka sirkulasi Walker adalah sirkulasi umum atmosfer yang arah
gerakanya timur- barat. Sirkulasi Hadley ini pada dasarnya terdiri atas aktifitas monsoon
(Webster,1982), baik monsun dingin dari benua Asia maupun monsoon dingin dari benua
Australia (Ramage,1971). Monsoon adalah sirkulasi atmosfer dari daerah pusat tekanan
udara tinggi dan suhu udara rendah, menuju ke pusat tekanan udara rendah dan suhu udara
tinggi, dalam Meteorologi disebut angin utama (trade wind). Pada laporan ini penulis hanya
mencoba menghubungkan keterkaitan antara terjadinya Curah Hujan di 3 wilayah yaitu
cengkareng, tangerang, dan curug dengan data perbedaan tekanan udara utara – selatan yang
mengakibatkan pergerakan atmosfer utara – selatan Sirkulasi Hadley.
1
Sirkulasi Hadley
Sirkulasi Walker
Sirkulasi Walker
Sirkulasi Hadley
B. Tujuan Penelitian
Membandingkan hasil pengamatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia
(Cengkareng, Tangerang, da Curug) berdasarkan perbedaan tekanan udara utaraselatan( siklus Hadley) menggunakan metode uji chi square dengan Hipotesis awal (H o) ;
apakah perbedaan tekanan udara utara - selatan mempengaruhi tingkat curah hujan pada
tingkat signifikasi 5% dan 1%.
C. Manfaat Penelitian
1. Untuk bangsa dan negara
Hasil prakiraan yang cepat, tepat dan akurat dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam
menentukanawal dan akhir kegiatan, perencanaan dan kebijakan, ( menentukan awal musim
tanam di bidang pertanian dan perkebunan, penyusunan rute planning pada bidang
perhubungan dan lain sebagainya ).
2. Untuk ilmu dan teknologi
Pengembangan model prakiraan cuaca/iklim dalam menentukan awal musim hujan dan
musim kemarau, pengembangan penerapan modifikasi cuaca..
3. Untuk peneliti
Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan sendiri untuk dapat mengolah dan mengkaji
sesuatu permasalahan baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun didalam pekerjaan.
2
BAB II
PENGAMBILAN DATA
A. Tabel Curah Hujan dari Tahun 2001 – 2005 pada wilayah Cengkareng,
Tangerang, dan Curug. (satuan mm)
2001
CKG
220
265
190
88
139
91
74
15
39
160
133
198
TNG
CRG
236
175
255
234
273
209
183
288
93
146
275
127
114
15
69
11
133
195
139
229
213
231
261
84
2002
CKG
847
566
173
179
28
38
115
7
4
1
9
30
TNG
CRG
643
504
483
292
208
147
256
375
27
46
274
14
104
16
181
22
0
0
41
34
145
105
221
246
3
CKG
39.8
507.3
147.9
222
75.9
213
42
156
85.2
227
5.6
161.5
0
53.2
20
156.6
1.4
61.3
20
114.4
55.2
120.5
162.8
155.8
2003
2005
TNG
121
367
478
302
148
165
33
198
101
111
21
200
0
80
23
86
62
22
88
172
68
62
399
222
CKG
158.9
521.3
151.1
151.1
159.8
12.7
57.3
0
5.4
15.2
108.1
163.1
CRG
106
342
272
253
208
210
143
166
273
163
152
324
2004
36
102
80
193
86
55
298
245
225
167
390
164
TNG
185
559
247
126
259
33
75
0
53
12
190
227
CRG
274
203
221
237
199
34
96
4
65
43
249
160
Semua data tersebut kemudian dibuat dalam 1 tabel
(disederhanakan) dengan cara merata – ratakan 3 variabel tempat dan cukup menggunakan 1
variabel tempat.
CURAH HUJAN SELAMA 5 TAHUN
TAHUN
BULAN
2001
2002
1
237.2
657.5
2
224.6
3
2003
2004
2005
88.8
206.0
405.4
453.9
299.3
427.7
258.8
215.1
212.1
143.9
206.3
196.0
4
194.9
233.6
72.5
171.4
173.5
5
169.0
109.8
153.1
205.8
167.0
6
121.2
32.8
59.6
26.5
228.5
7
85.6
133.1
11.8
76.0
78.4
8
13.7
14.9
40.8
1.2
145.1
9
103.6
14.9
49.8
41.2
46.0
10
194.7
11.7
135.4
23.4
177.1
11
202.2
124.8
116.2
182.3
116.5
12
170.8
127.0
317.3
183.5
180.7
mm
4
B. Tabel perbedaan tekanan udara utara – selatan Sirkulasi Hadley selama
5 tahun.
∆ P Utara – Selatan Sirkulasi Hadley
TAHUN
BULAN
2001
2002
2003
2004
2005
1
34.0
28.4
21.8
25.4
30.6
2
31.5
30.0
21.5
27.9
24.3
3
22.5
18.5
16.5
20.7
18.9
4
15.7
16.4
14.9
18.4
17.9
5
11.1
8.5
13.1
16.5
16.7
6
-9.4
-9.3
-9.6
-9.1
-10.7
7
-30.2
-28.3
-26.6
-24.4
-28.8
8
-30.5
-30.3
-28.4
-25.4
-30.4
9
-33.5
-29.2
-28.5
-27.0
-33.6
10
-23.4
-29.0
-24.6
-20.3
-23.8
11
1.7
2.7
-2.2
-1.0
0.9
12
24.4
16.5
18.9
19.1
18.3
mBar
ket : + = Tekanan udara di utara lebih besar dari pada tekanan udara di selatan
- = Tekanan udara di selatan lebih besar dari pada tekanan udara di utara
5
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Tabel Kontingensi
X
Y
R
S
T
nj
A
B
C
ni
4
4
4
12
2
2
17
21
14
4
9
27
20
10
30
60
Ket : X / Kolom (k) menyatakan ∆tekanan Udara, dimana;
- A = untuk tekanan udara dari 0 – 12 mBar.
- B = untuk tekanan udara dari 12 – 24
mBar.
- C = untuk tekanan udara dari 24 – 36 m
Bar.
Y / Baris (b) menyatakan curah hujan, dimana;
- R (kategori curah hujan rendah) = untuk curah
hujan dari 0 – 100 mm.
- S (kategori curah hujan sedang) = untuk curah hujan
dari 100 – 150 mm.
- T (kategori curah hujan tinggi) = untuk curah hujan
dari 150 – 700 mm.
a.) Menentukan X2 :
I ) - e11 =
¿ . nj 20 .12
=
=¿ 4
N
60
- e21 =
¿ . nj 10 .12
=
=¿ 2
N
60
- e12 =
¿ . nj 20 .21
=
=¿ 7
N
60
- e22 =
¿ . nj 10 .21
=
=¿ 3,5
N
60
- e13 =
¿ . nj 20 .27
=
=¿ 9
N
60
- e23 =
¿ . nj 10 .27
=
=¿ 4,5
N
60
- e31 =
¿ . nj 30 .12
=
=¿ 6
N
60
- e32 =
¿ . nj 30 .21
=
=¿ 10,5
N
60
- e33 =
¿ . nj 30 .27
=
=¿ 13,5
N
60
6
II) - X2 = ∑
2
(2−3,5)
3,5
(nij−eij)2
(4−4)2
(2−7)2
(14−9)2
(4−2)2
=
+
+
+
+
eij
4
7
9
2
2
2
(4−4,5)
(4−6)
+
+
+
4,5
6
(17−10,5)2
(9−13,5)2
+
10,5
13,5
= 0 + 3,5 + 2,7 + 2 + 0,64 + 0 ,056 + 0,67 + 4,02 + 1,5 = 15,086
2
b.) Menentukan v, X2p / v, Xα :
- tingkat signifikansi 5% ;
v = (b-1) . (k-1)
= (3-1) . (3-1)
=2.2=4
- tingkat signifikansi 5%(0.05)
X20.95
- tingkat signifikansi 1%(0.01)
X20.99
V,X2p = 4, X20.95 = 9.49
- tingkat signifikansi 1% ;
v = (b-1) . (k-1)
= (3-1) . (3-1)
=2.2=4
V,X2p = 4, X20.99 = 13.3
c.) Penarikan Kesimpulan;
Pada tingkat signifikansi 5% : X2 > v,X2p
15.086 >9.49 (Ho=ditolak, Hα = diterima)
Pada tingkat signifikansi 1% : X2 > v,X2p
15.086 >13.3 (Ho=ditolak, Hα = diterima)
7
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, dari hipotesis awal (H0) yang telah dipaparkan di atas pada bagian tujuan
pengamatan “Apakah perbedaan tekanan udara utara – selatan mempengaruhi tingkat curah
hujan?” jawabannya adalah tidak. Karena dari uji chi square dengan tingkat signifikasi 5%
dan 1%, nilai dari H0 selalu lebih tinggi dari nilai derajat kebebasan (v) dan distribusi chi
square. Hal inilah yang menyebabkan H0 ditolak sedangkan Hα diterima. Itu artinya bahwa
perbedaan tekanan udara bagian bumi utara – selatan tidak mempengaruhi tingkat curah
hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ramage, ” Hadley sel circulate”, Melbourne, 1971
2. Iskahar M, “Aneka Meteorologi “, Cetakan III , Akademi
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, 1978.
3.
Soeyitno, “ Meteorologi Umum “, Cetekan IV, Balai
Diklat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, 1981.
9
MATEMATIKA TERAPAN 2
“Uji Chi Square”
Nama
NIM
Kelas
: Aryo Budi Prakoso
: 1313020021
: TL -2A
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2014
DAFTAR ISI
Halaman
Cover ............................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Tujuan ....................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................2
BAB II
Pengambilan Data......................................................................3
BAB III
Pengolahan Data........................................................................6
BAB IV Kesimpulan ................................................................................8
Daftar Pustaka ...............................................................................................9
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan yang berjudul”Uji Chi Square”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Terapan 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Depok, 13 Juni 2014
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembentukan cuaca dan iklim di wilayah Indonesia di pengaruhi oleh berbagai macam
dinamika atmosfir. Hal ini dapat dipahami mengingat Indonesia memiliki susunan kepulauan
dan lautan yang sedemikian rupa, dimana luas lautan lebih banyak dari daratannya. Inilah
yang mendasari Remage ( 1971 ) memberikan diskripsi Indonesia sebagai benua bahari
(maritim kontinen ) dan daerah daratannya pun terdiri atas deretan pegunungan. Selain itu,
Indonesia terletak di sekitar khatulistiwa, yang diapit oleh dua benua dan dua samudra. Oleh
sebab itu, cuaca dan iklim di wilayah Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, dimana ada
keterkaitan antara pengaruh sirkulasi masa udara global, regional dan lokal, ” Boerema ”
seorang ahli meteorologi dari negeri Belanda membagi iklim Indonesia ke dalam tiga tipe,
yaitu ; tipe Monsunal, tipe Equatorial dan tipe lokal ( De Boer, in Verhandelingen book no. 32
).Untuk mengetahui dampak atas keterkaitan antar dinamika atmosfir tersebut, dapat di
analisa dengan menggunakan data curah hujan.
Pada umumnya kita mengenal terdapat dua musim di Indonesia, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Kedua musim tersebut di pengaruhi oleh aktifitas monsun, yaitu periode
monsun Asia musim dingin ( Asia winter monsoon ) yang bertepatan wilayah Indonesia
musim hujan, berlangsung sekitar bulan Oktober hingga Maret dan periode monsun Australia
musim dingin ( Australia winter monsoon ) yang bertepatan wilayah Indonesia musim
kemarau yang berlangsung sekitar bulan April hingga September ( Sulistya, 1995 ). Dan
sebagai akibat kondisi Indonesia sebagaimana di sebutkan diatas, maka variasi dari kedua
musim tersebut berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya.
Beberapa macam sirkulasi atmosfer mempunyai peran dalam pembentukan cuaca dan
iklim di wilayah perairan Indonesia, baik itu Sirkulasi Global / Walker dan Sirkulasi
Regional / Hadley maupun Sirkulasi Skala Lokal / CISK, Cumulus, --( Siswanto dkk ),
sehingga terjadinya kedua musim tersebut diatas antara lain karena adanya sirkulasi Hadley
dan sirkulasi Walker. Jika sirkulasi Hadley merupakan sirkulasi umum atmosfer yang arah
gerakannya utara- selatan, maka sirkulasi Walker adalah sirkulasi umum atmosfer yang arah
gerakanya timur- barat. Sirkulasi Hadley ini pada dasarnya terdiri atas aktifitas monsoon
(Webster,1982), baik monsun dingin dari benua Asia maupun monsoon dingin dari benua
Australia (Ramage,1971). Monsoon adalah sirkulasi atmosfer dari daerah pusat tekanan
udara tinggi dan suhu udara rendah, menuju ke pusat tekanan udara rendah dan suhu udara
tinggi, dalam Meteorologi disebut angin utama (trade wind). Pada laporan ini penulis hanya
mencoba menghubungkan keterkaitan antara terjadinya Curah Hujan di 3 wilayah yaitu
cengkareng, tangerang, dan curug dengan data perbedaan tekanan udara utara – selatan yang
mengakibatkan pergerakan atmosfer utara – selatan Sirkulasi Hadley.
1
Sirkulasi Hadley
Sirkulasi Walker
Sirkulasi Walker
Sirkulasi Hadley
B. Tujuan Penelitian
Membandingkan hasil pengamatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia
(Cengkareng, Tangerang, da Curug) berdasarkan perbedaan tekanan udara utaraselatan( siklus Hadley) menggunakan metode uji chi square dengan Hipotesis awal (H o) ;
apakah perbedaan tekanan udara utara - selatan mempengaruhi tingkat curah hujan pada
tingkat signifikasi 5% dan 1%.
C. Manfaat Penelitian
1. Untuk bangsa dan negara
Hasil prakiraan yang cepat, tepat dan akurat dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam
menentukanawal dan akhir kegiatan, perencanaan dan kebijakan, ( menentukan awal musim
tanam di bidang pertanian dan perkebunan, penyusunan rute planning pada bidang
perhubungan dan lain sebagainya ).
2. Untuk ilmu dan teknologi
Pengembangan model prakiraan cuaca/iklim dalam menentukan awal musim hujan dan
musim kemarau, pengembangan penerapan modifikasi cuaca..
3. Untuk peneliti
Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan sendiri untuk dapat mengolah dan mengkaji
sesuatu permasalahan baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun didalam pekerjaan.
2
BAB II
PENGAMBILAN DATA
A. Tabel Curah Hujan dari Tahun 2001 – 2005 pada wilayah Cengkareng,
Tangerang, dan Curug. (satuan mm)
2001
CKG
220
265
190
88
139
91
74
15
39
160
133
198
TNG
CRG
236
175
255
234
273
209
183
288
93
146
275
127
114
15
69
11
133
195
139
229
213
231
261
84
2002
CKG
847
566
173
179
28
38
115
7
4
1
9
30
TNG
CRG
643
504
483
292
208
147
256
375
27
46
274
14
104
16
181
22
0
0
41
34
145
105
221
246
3
CKG
39.8
507.3
147.9
222
75.9
213
42
156
85.2
227
5.6
161.5
0
53.2
20
156.6
1.4
61.3
20
114.4
55.2
120.5
162.8
155.8
2003
2005
TNG
121
367
478
302
148
165
33
198
101
111
21
200
0
80
23
86
62
22
88
172
68
62
399
222
CKG
158.9
521.3
151.1
151.1
159.8
12.7
57.3
0
5.4
15.2
108.1
163.1
CRG
106
342
272
253
208
210
143
166
273
163
152
324
2004
36
102
80
193
86
55
298
245
225
167
390
164
TNG
185
559
247
126
259
33
75
0
53
12
190
227
CRG
274
203
221
237
199
34
96
4
65
43
249
160
Semua data tersebut kemudian dibuat dalam 1 tabel
(disederhanakan) dengan cara merata – ratakan 3 variabel tempat dan cukup menggunakan 1
variabel tempat.
CURAH HUJAN SELAMA 5 TAHUN
TAHUN
BULAN
2001
2002
1
237.2
657.5
2
224.6
3
2003
2004
2005
88.8
206.0
405.4
453.9
299.3
427.7
258.8
215.1
212.1
143.9
206.3
196.0
4
194.9
233.6
72.5
171.4
173.5
5
169.0
109.8
153.1
205.8
167.0
6
121.2
32.8
59.6
26.5
228.5
7
85.6
133.1
11.8
76.0
78.4
8
13.7
14.9
40.8
1.2
145.1
9
103.6
14.9
49.8
41.2
46.0
10
194.7
11.7
135.4
23.4
177.1
11
202.2
124.8
116.2
182.3
116.5
12
170.8
127.0
317.3
183.5
180.7
mm
4
B. Tabel perbedaan tekanan udara utara – selatan Sirkulasi Hadley selama
5 tahun.
∆ P Utara – Selatan Sirkulasi Hadley
TAHUN
BULAN
2001
2002
2003
2004
2005
1
34.0
28.4
21.8
25.4
30.6
2
31.5
30.0
21.5
27.9
24.3
3
22.5
18.5
16.5
20.7
18.9
4
15.7
16.4
14.9
18.4
17.9
5
11.1
8.5
13.1
16.5
16.7
6
-9.4
-9.3
-9.6
-9.1
-10.7
7
-30.2
-28.3
-26.6
-24.4
-28.8
8
-30.5
-30.3
-28.4
-25.4
-30.4
9
-33.5
-29.2
-28.5
-27.0
-33.6
10
-23.4
-29.0
-24.6
-20.3
-23.8
11
1.7
2.7
-2.2
-1.0
0.9
12
24.4
16.5
18.9
19.1
18.3
mBar
ket : + = Tekanan udara di utara lebih besar dari pada tekanan udara di selatan
- = Tekanan udara di selatan lebih besar dari pada tekanan udara di utara
5
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Tabel Kontingensi
X
Y
R
S
T
nj
A
B
C
ni
4
4
4
12
2
2
17
21
14
4
9
27
20
10
30
60
Ket : X / Kolom (k) menyatakan ∆tekanan Udara, dimana;
- A = untuk tekanan udara dari 0 – 12 mBar.
- B = untuk tekanan udara dari 12 – 24
mBar.
- C = untuk tekanan udara dari 24 – 36 m
Bar.
Y / Baris (b) menyatakan curah hujan, dimana;
- R (kategori curah hujan rendah) = untuk curah
hujan dari 0 – 100 mm.
- S (kategori curah hujan sedang) = untuk curah hujan
dari 100 – 150 mm.
- T (kategori curah hujan tinggi) = untuk curah hujan
dari 150 – 700 mm.
a.) Menentukan X2 :
I ) - e11 =
¿ . nj 20 .12
=
=¿ 4
N
60
- e21 =
¿ . nj 10 .12
=
=¿ 2
N
60
- e12 =
¿ . nj 20 .21
=
=¿ 7
N
60
- e22 =
¿ . nj 10 .21
=
=¿ 3,5
N
60
- e13 =
¿ . nj 20 .27
=
=¿ 9
N
60
- e23 =
¿ . nj 10 .27
=
=¿ 4,5
N
60
- e31 =
¿ . nj 30 .12
=
=¿ 6
N
60
- e32 =
¿ . nj 30 .21
=
=¿ 10,5
N
60
- e33 =
¿ . nj 30 .27
=
=¿ 13,5
N
60
6
II) - X2 = ∑
2
(2−3,5)
3,5
(nij−eij)2
(4−4)2
(2−7)2
(14−9)2
(4−2)2
=
+
+
+
+
eij
4
7
9
2
2
2
(4−4,5)
(4−6)
+
+
+
4,5
6
(17−10,5)2
(9−13,5)2
+
10,5
13,5
= 0 + 3,5 + 2,7 + 2 + 0,64 + 0 ,056 + 0,67 + 4,02 + 1,5 = 15,086
2
b.) Menentukan v, X2p / v, Xα :
- tingkat signifikansi 5% ;
v = (b-1) . (k-1)
= (3-1) . (3-1)
=2.2=4
- tingkat signifikansi 5%(0.05)
X20.95
- tingkat signifikansi 1%(0.01)
X20.99
V,X2p = 4, X20.95 = 9.49
- tingkat signifikansi 1% ;
v = (b-1) . (k-1)
= (3-1) . (3-1)
=2.2=4
V,X2p = 4, X20.99 = 13.3
c.) Penarikan Kesimpulan;
Pada tingkat signifikansi 5% : X2 > v,X2p
15.086 >9.49 (Ho=ditolak, Hα = diterima)
Pada tingkat signifikansi 1% : X2 > v,X2p
15.086 >13.3 (Ho=ditolak, Hα = diterima)
7
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, dari hipotesis awal (H0) yang telah dipaparkan di atas pada bagian tujuan
pengamatan “Apakah perbedaan tekanan udara utara – selatan mempengaruhi tingkat curah
hujan?” jawabannya adalah tidak. Karena dari uji chi square dengan tingkat signifikasi 5%
dan 1%, nilai dari H0 selalu lebih tinggi dari nilai derajat kebebasan (v) dan distribusi chi
square. Hal inilah yang menyebabkan H0 ditolak sedangkan Hα diterima. Itu artinya bahwa
perbedaan tekanan udara bagian bumi utara – selatan tidak mempengaruhi tingkat curah
hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ramage, ” Hadley sel circulate”, Melbourne, 1971
2. Iskahar M, “Aneka Meteorologi “, Cetakan III , Akademi
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, 1978.
3.
Soeyitno, “ Meteorologi Umum “, Cetekan IV, Balai
Diklat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, 1981.
9