ESTIMASI BIAYA MANFAAT PENGEMBANGAN JARI

ESTIMASI BIAYA MANFAAT PENGEMBANGAN
JARINGAN JALAN PENDUKUNG
KONEKTIVITAS LOKAL DI KOTA BAUBAU
Fadly Ibrahim1, Fadhil Surur2, Andi Alifuddin3
1

PT. Yodya Karya (Persero) Kantor Wilayah II Makassar Jl. AP. Pettarani No. 74 Makassar
email: fadly_surur@yahoo.co.id
2
Magister Ilmu Perencanaan Wilayah, Institut Pertanian Bogor (IPB) Jl. Meranti IPB Dramaga
email: fadhil.alfadhil@ymail.com
3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia (UMI) Jl. Urip Sumiharjo Makassar
email: andhy_alif@yahoo.com

ABSTRAK
Pengembangan jaringan jalan selain dapat memberikan manfaat dari sisi pengguna jalan berupa
pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan nilai waktu, serta manfaat dari sisi produsen
khsusnya pada sektor-sektor yang menjadi komoditas unggulan di sepanjang koridor jalan berupa
peningkatan produktivitas pertanian, juga dapat memberikan manfaat bagi pemerintah melalui
peningkatan penerimaan pajak sebagai implikasi positif dari peningkatan aktivitas dan nilai lahan. Untuk

itu makalah ini bertujuan untuk mengestimasi biaya manfaat yang dihasilkan dari peningkatan
konektivitas lokal melalui pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau. Biaya manfaat diestimasi
dengan pendekatan customer surplus dan producer surplus, dan proyeksi penerimaan pajak. Hasil analisis
mengindikasikan bahwa biaya manfaat dari hasil penghematan BOK dan nilai waktu mencapai Rp.
12.653 miliar/tahun, biaya manfaat dari keuntungan usaha tani sebesar Rp. 35.406 miliar/tahun. Selain
itu, sebagai efek multiplier adalah meningkatnya pembangunan permukiman di koridor jalan lingkar
sebagaimana arahan RTRW, maka pemerintah mendapatkan biaya manfaat dari potensi peningkatan
penerimaan PPN sebesar Rp. 49.213 miliar dan penerimaan PBB sebesar Rp. 197 juta/tahun.
Kata kunci: manfaat, pengembangan jalan, konektivitas

1. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian, perdagangan, pariwisata dan pertambahan penduduk di
Kota Baubau dewasa ini cukup pesat, sehingga berpengaruh pada meningkatnya arus
penumpang, permintaan barang, dan jasa perhubungan darat. Di sisi lain terjadi
penurunan kinerja pada ruas-ruas jalan yang sudah ada (eksisting), sehingga berdampak
pada tidak optimalnya interaksi antar wilayah.
Peningkatan ekonomi dan pengembangan suatu wilayah kota sangat berkaitan dengan
peran sektor transportasi darat dalam hal ini prasarana jaringan transportasi, untuk itu
pelayanan transportasi yang efektif dan efisien memiliki peranan penting dan strategis
dalam mendukung aktivitas dan mobilitas masyarakat pada suatu kawasan. Menurut

Tamin, O.Z (2002) prasarana jaringan transportasi yang efisien dan berkualitas tinggi
akan meningkatkan produktivitas dan memudahkan pergerakan angkutan barang
melalui penurunan biaya transportasi.
Salah satu kebijakan pemerintah Kota Baubau dalam rangka mendukung penguatan
konektivitas wilayah sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan transportasi adalah
ditetapkannya rencana pengembangan jaringan jalan melingkari Kota Baubau yang

Seminar Nasional Teknik Sipil ITS 2015

terdiri dari 2 segmen yakni ruas Bungi – Surowalio dan ruas Betoambarai – Surowalio
dengan total sepanjang 40,80 km. Pengembangan ruas tersebut dinilai dapat menghemat
jarak tempuh sepanjang 15,40 km dan waktu tempuh antara 30 s/d 90 menit. Disamping
itu, pengembangan jaringan jalan diharapkan dapat mendukung aglomerasi wilayah
sebagai implikasi positif meningkatnya aksesibilitas kawasan. Perkembangan wilayah
tersebut didorong dengan pengembangan kawasan perumahan dan perluasan kawasan
pertanian produktif sebagaimana arahan RTRW Kota Baubau. Untuk itu makalah ini
bertujuan mengestimasi biaya manfaat yang dihasilkan dari peningkatan konektivitas
lokal melalui pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Jalan merupakan infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan
pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya untuk tujuan tertentu. Sehingga
infrastruktur jalan memiliki urgensitas dalam mendukung sistem interaksi masyarakat
pada suatu wilayah. Menurut Ibrahim, F (2013) kekuatan interaksi suatu wilayah
ditentukan dengan indeks konektivitas, semakin banyak jalan yang menghubungkan
antar wilayah semakin tinggi indeks konektivitasnya, yang tentunya akan berpengaruh
terhadap potensi pergerakan manusia, barang dan jasa karena infrastruktur jalan dapat
meningkatkan aksesibilitas wilayah dan mobilitas masyarakat.
Oleh karena itu untuk mendukung interaksi antara pusat-pusat pelayanan dan mencapai
tingkat perkembangan wilayah perkotaan yang optimal, dibutuhkan kontribusi sektor
transportasi sebagai prasarana dan sarana dalam mendorong perkembangan wilayah.
Menurut Kaiser, EJ et.al (1995), bahwa interaksi antara sistem transportasi dengan tata
guna lahan betujuan untuk mencapai keseimbangan, dan interkasi tersebut dijadikan
sebagai dasar perencanaan mengingat transportasi merupakan determinan penting dalam
proyeksi perkembangan wilayah dan rencana tata guna lahan. Permintaan lahan menjadi
turun untuk lokasi yang berada di daerah pinggiran dengan aksesibilitas yang rendah
dan biaya transportasi yang tinggi (Balchin et.al 1982). Sedangkan menurut Wegener,
M (1995) kebijaksanaan transportasi merupakan cara cepat untuk mempengaruhi
pertumbuhan kota, begitupun sebaliknya kebijaksanaan tata guna lahan juga merupakan
cara cepat untuk mempengaruhi sistem transportasi.

Disamping itu menurut Giuliano, G (1995) prasarana jalan raya memiliki dampak yang
signifikan pada meningkatnya jumlah dan kebutuhan lokasi untuk pembangunan.
Sebuah jalan baru yang melintasi batas-batas perkotaan dapat menciptakan satu set pola
perjalanan dan komuter baru, yang berfungsi untuk meningkatkan kemandirian
pinggiran kota. Pada saat yang sama, simpul-simpul jalan akan mendorong
pengembangan kawasan industri, perumahan, dan komersial.
Peningkatan aktivitas pembangunan di sekitar jalan tentunya akan mendorong
peningkatan nilai lahan di sepanjang koridor jalan. Penelitian Setiyoko, F (2007)
menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan perubahan harga lahan dengan pembangunan
perumahan, dapat dilihat dari pengaruh pembangunan perumahan terhadap perubahan
harga lahan atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pada koridor jalan tersebut. Selain itu
pajak dari aktivitas transaksi pada sektor properti yang meliputi lahan dan bangunan
merupakan sumber penerimaan Negara untuk membiayai pembangunan, menurut UU
No 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPBM bahwa pemindahan atau pengalihan hak
kepemilian akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10% dari nilai transaksi.

Jangan menulis apapun pada header

Pada sisi pengguna jalan, peningkatan kualitas pelayanan transportasi akan berdampak
pada menurunnya biaya operasional kendaraan dan meningkatnya produktivitas

masyarakat. Menurut Tamin, OZ (2008) terdapat 2 metode pendekatan dalam
memprediksi manfaat suatu proyek, yaitu pendekatan customer surplus dan producer
surplus. Pendekatan customer surplus adalah pengurangan harga yang harus
dikeluarkan oleh konsumen untuk memperoleh atau menggunakan produk tertentu,
selisih tersebut merupakan biaya yang dihemat (saving) bagi konsumen dari hasil
pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan adanya potensi pendapatan
(nilai waktu). Sedangkan producer surplus merupakan surplus yang dinikmati oleh
produsen barang dan jasa yang dijual dan termasuk dalam daerah pengaruh proyek.
Pembangunan jalan baru dapat mendorong peningkatan luas areal tanam atau
peningkatan produksi, merupakan salah satu asumsi yang digunakan pada pendekatan
producer surplus.

3. METODOLOGI PENDEKATAN
Metode pendekatan analisis yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
metode With and Without Project dan atas dasar pendekatan Economic Analysis.
Adapun tahapan analisis yang dilakukan terdiri dari:
Tahap pertama, mengestimasi biaya manfaat pengembangan jaringan jalan berdasarkan
pendekatan customer surplus yang meliputi analisis Biaya Operasional Kendaraan
(BOK) dan Nilai Waktu. Untuk menghitung BOK kendaraan ringan dan berat
digunakan formulasi yang dikembangkan oleh LAPI-ITB (Persamaan 1 dan 2),

sedangkan perhitungan BOK untuk sepeda motor didasarkan pada formulasi yang
dikembangkan oleh DLLAJ Provinsi Bali (Persamaan 3), sebagai berikut.
KBB  KBBdasar1  k k  kl  k r  ............................................................................... (1)
BOK LVHV 

Y1  bb  Y2  mp  Y3  b  Y4  sc  Y5  u   Y6  p   Y7  m  Y8  a

Dimana:
BOKLVHV =
V
=
KBB
=
kk
=
kl
=
kr
=
bb

=
mp
=
b
=
sc
=
u
=
a
=
Y1 – Y8 =

1000

.......... (2)

biaya operasional kendaraan ringan dan berat (Rp/km)
kecepatan kendaraan (km/jam)
konsumsi bahan bakar

faftor koreksi kelandaian (-0,337 dan 0,400)
faktor koreksi akibat arus (0,253)
faktor koreksi kekasaran jalan
harga bahan bakar
harga minyak pelumas
harga ban
biaya suku cadang rata-rata
upah montir
biaya asuransi
koefisien komponen biaya

Janganmenulisapapunpada footer

Seminar Nasional Teknik Sipil ITS 2015

BOK MC  24 






596
 0,0037 xV 2 ............................................................................. (3)
V

Dimana:
BOKMC = Biaya operasional kendaraan sepeda motor (Rp/km)
V
= Kecepatan kendaraan (km/jam)
Untuk menghitung nilai komponen biaya ( Y1 s/d Y8) masing-masing jenis kendaraan
(Golongan I, II dan III) dapat menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh LAPIITB pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Persamaan komponen BOK
No.
1.

Komponen
Biaya
Konsumsi
Bahan Bakar
(KBB) dasar


Golongan I

Golongan II

Golongan III

Y1 = 0.0284 V2 – 3.0644 V +
141,68

Y1 = 2.26533 x KBB
dasar Gol I

Y1 = 2.90805 x KBB dasar
Gol I

2.

Konumsi
Minyak

Pelumas

Y2 = 0,027

Y2 = 0.0054

Y2 = 0.0043

3.

Biaya
Pemakaian
Ban

Y3 = 0.0008848 V – 0.0045333

Y3 = 0.0012356 V –
0.0064667

Y3 = 0.0015553 V –
0.0059333

4.

Biaya Suku
Cadang

Y4 = 0.0000064 V + 0.0005567

Y4 = 0.0000332 V +
0.0020891

Y4 = 0.0000191 V +
0.0015400

5.

Biaya Montir

Y5 = 0.00362 V + 0.36267

Y5 = 0.02311 V +
1,97733

Y5 = 0.01511 V + 1.21200

6.

Biaya
Penyusutan

Y6 = 1/(2.5 V +125)

Y6 = 1/(9.0 V +450)

Y6 = 1/(6.0 V +300)

7.

Biaya Modal

Y7 = 0.22 x (harga kendaraan
baru)

Y7 = 0.22 x (harga
kendaraan baru)

Y7 = 0.22 x (harga kendaraan
baru)

8.

Biaya
Asuransi

Y8 = 38/(500 V)

Y8 = 6/(2571.42857 V)

Y8 = 61/(1714.28571 V)

Analisis nilai waktu didasarkan pada pendekatan income approach yang dikembangkan
oleh IRMS yang dipengaruhi oleh parameter (1) pendapatan bulanan penumpang
menurut kelompok kendaraan, (2) tingkat upah bayangan 85%, (3) waktu kerja bulanan
191 jam, (4) nilai waktu istirahat 28% dari nilai waktu kerja, (5) persentase tujuan
perjalanan untuk bekerja dan perjalanan bukan untuk bekerja menurut kelompok
kendaraan, dan (6) jumlah penumpang setiap kendaraan.
Data-data yang digunakan dalam analisis ini yang meliputi data LHR, kecepatan
kendaraan, harga kendaraan, panjang jalan, harga bahan bakar, harga sparepart
kendaraan, asuransi, upah, dan tingkat pendapatan bersumber dari hasil survei lapangan.
Tahap kedua, mengestimasi biaya manfaat pengembangan jaringan jalan atas
pendekatan producer surplus yang didasarkan pada kontribusi keuntungan dari hasil
ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Asumsi ekstensifikasi
yang mampu diprogramkan Pemerintah sekitar 10% dari luas lahan pertanian yang ada
sekarang atau seluas 32,12 ha dari potensi lahan yang tersedia. Parameter tingkat
produktivitas komoditi pertanian didasarkan pada nilai produktivitas tertinggi yang

Jangan menulis apapun pada header

berhasil diterapkan di beberapa daerah. Sedangkan biaya produksi mengacu pada ratarata biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengusahakan suatu komoditi
pertanian tersebut.
Tahap ketiga, mengestimasi biaya manfaat pengembangan jaringan jalan berdasarkan
potensi penerimaan pajak dari meningkatnya nilai lahan dan aktivitas pembangunan
perumahan pada kawasan di sekitar koridor jalan lingkar. Proyeksi kebutuhan rumah
didasarkan pada parameter (1) jumlah penduduk, (2) jumlah rumah tangga, dan (3)
jumlah unit rumah. Berdasarkan kebijakan pemenuhan backlog rumah di Kota Baubau,
70% akan diinisiasi secara swadaya dan 30% akan difasilitasi oleh
developer/pemerintah. Data harga rumah dan NJOP yang digunakan pada analisis ini
bersumber dari hasi survei, sedangkan data jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan
jumlah unit rumah bersumber dari publikasi BPS tahun 2013.

4. PEMBAHASAN
Manfaat Pengguna Jalan
Hasil proses sintesis parameter BOK dalam formulasi yang dikembangkan LAPI ITB
diperoleh hubungan bersifat polynomial antara kecepatan kedaraan (kendaraan ringan
dan berat) dengan biaya operasional kendaraan. Semakin rendah kecepatan maka
semakin tinggi biaya operasional kendaraan yang harus dikeluarkan masyarakat,
begitupula sebaliknya. Namun demikian untuk kecepatan tertentu kondisi tersebut akan
mengalami perubahan nilai BOK. Untuk kendaraan ringan pada kecepatan 20 km/jam
nilai BOK yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.202/km, sedangkan kendaraan berat sebesar
Rp. 5.022/km. Apabila kecepatan kendaraan ditingkatkan menjadi 50 km/jam, maka
nilai BOK yang harus dikeluarkan masyarakat menurun menjadi Rp. 1.415/km untuk
kendaraan ringan dan Rp. 3.528/km untuk kendaraan berat.
Kondisi yang sama juga terjadi pada kendaraan bermotor roda dua, apabila parameter
kecepatan divariasikan pada formulasi yang digunakan pada studi DLLAJ Provinsi Bali
maka akan diperoleh perubahan nilai BOK sepeda motor. Pada kecepatan 20 km/jam
nilai BOK yang dikeluarkan sebesar Rp. 55,28/km, dan menurun menjadi Rp. 44,82/km
apabila kecepatan ditingkatkan menjadi 40 km/jam. Hasil ini mengindikasikan bahwa
BOK sepeda motor jauh lebih rendah dibanding kendaraan ringan dan kendaraan berat.
Gambar 1. Hubungan kecepatan dan BOK

Janganmenulisapapunpada footer

Seminar Nasional Teknik Sipil ITS 2015

Hasil analisis nilai waktu dengan pendekatan tingkat pendapatan (income approach)
yang dikembangkan oleh IRMS, mendeskripsikan bahwa untuk pengguna jalan yang
menggunakan kendaraan ringan memiliki nilai waktu atau potensi pendapatan yang
hilang sebesar Rp. 28.168,38/jam, kendaraan berat Rp. 6.634,81/jam, dan kendaraan
bermotor sebesar Rp. 9.826,00/jam.
Tabel 2. Saving BOK dan Nilai Waktu
No.
1.
2.

Ruas

LV
178
70

Akses Bungi - Surowalio
Akses Betoambari - Surowalio
Jumlah

LHR
HV
121
48

MC
920
364

BOK
6.657.00
1.138,81
7.795,81

Saving (Rp)
Nilai Waktu
Jumlah
4.016,10
10.673,10
841,15
1.979,96
4.857,25
12.653,06

Hasil analisis biaya manfaat dengan pendekatan customer surplus mengindikasikan
bahwa biaya manfaat yang dihemat masyarakat setelah pengembangan jalan cukup
tinggi sebagai akibat perubahan jarak tempuh dan waktu tempuh. Total nilai manfaat
yang diperoleh sebesar Rp. 12.653 miliar/tahun yang dikonstribusikan oleh hasil
penghematan BOK sebesar Rp. 7.795 miliar/tahun dan potensi pendapatan dari nilai
waktu sebesar Rp. 4.857 miliar/tahun.
Manfaat Produsen
Berdasarkan RTRW Kota Baubau kawasan yang potensial dimanfaatkan untuk
pertanian di sekitar koridor Bungi – Surowalio seluas 855 ha. Pembangunan jalan
lingkar diprediksi dapat mendorong peningkatan luas kawasan pertanian tanaman
pangan dan perkebunan. Komoditi yang akan diekstensifikasi merupakan komoditi
unggulan pertanian daerah yang sudah diusahakan masyarakat setempat berupa padi,
ubi kayu, ubi jalar, mente, kakao dan kelapa dalam.
Tabel 3. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan/perkebunan
Komoditi Unggulan
Padi
Ubi Kayu
Ubi jalar
Mente
Kakao
Kelapa dalam
Total (ha)
Potensi Lahan (ha)

Luas (ha)
2344
178
64
443,2
112,5
69,5

Ekstensifikasi 10% (Ha)
234,4
17,8
6,4
44,32
11,25
6,95
321,12
855

Tabel 4. Manfaat ekonomi akibat surplus produksi (Rp/tahun)
Komoditas
Padi
Ubi Kayu
Ubi jalar
Mente
Kakao
Kelapa dalam
Total

Ekstensifikasi
10% (Ha)
234,4
17,8
6,4
44,32
11,25
6,95
321,12

Produktivitas
(Ton/ha)

Harga
(Rp/kg)

10,00
200,00
30,00
0,52
4,65
1,00

5,200
5,500
9,500
85,000
28,500
15,400

Nilai
Produksi
(Rp x
1000)
12.188.800
19.580.000
1.824.000
1.958.944
1.491.120
107.030

Biaya
Produksi
(Rp/Ha
x 1000)
5.359
11.815
4.860
4.507
1.775
3.810

Total Biaya
Produksi
(Rp x 1000)
1.256.150
210.307
31.104
199.750
19.969
26.480

Keuntungan
(Rp x 1000)
10.932.650
19.369.693
1.792.896
1.759.194
1.471.151
80.551
35.406.135

Hasil analisis mengindikasikan bahwa biaya manfaat yang didapatkan masyarakat dari
surplus produksi sebagai dampak dari ekstensifikasi pertanian sebesar

Jangan menulis apapun pada header

Rp. 35 miliar/tahun. Angka tertinggi dikontribusikan oleh komoditi unggulan ubi kayu
dengan nilai produksi Rp. 19.580 miliar/tahun dan keuntungan Rp. 19.369 miliar/tahun,
selanjutnya komoditi unggulan padi dengan nilai produksi sebesar Rp. 12.188
miliar/tahun dan keuntungan Rp. 10.932 miliar/tahun. Adapun 3 komoditi lainnya
seperti mente, kakao, ubi jalar, dan kelapa dalam diestimasi hanya memberikan
kontribusi keuntungan < Rp. 2 miliar/tahun.
Manfaat Penerimaan Pajak
Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota Baubau sebagai kota jasa, maka
untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, dilakukan penataan
guna lahan perumahan. Dalam dokumen Strategi Pengembangan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Baubau rencana pengembangan kawasan
permukiman baru akan dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu; perumahan swadaya,
perumahan bagi pengembang/pemerintah dan juga rumah susun. Perumahan swadaya
lebih diutamakan dikembangkan pada wilayah pusat kota dan kawasan-kawasan
pengembangan. Sedangkan perumahan bagi pengembang/pemerintah akan lebih
difokuskan di wilayah kawasan pengembangan di sekitar koridor jalan lingkar dengan
pola penyediaan perumahan skala besar (kasiba), dan rumah susun akan didistribusikan
pada kawasan-kawasan dengan kebutuhan rumah sewa tinggal atau pada kawasankawasan yang diremajakan/direvitalisasi.
Pada backlog kebutuhan rumah akan mengalami peningkatan seiring dengan
pertambahan penduduk di Kota Baubau. Untuk itu dengan menggunakan data jumlah
penduduk tahun 2014, jumlah rumah tangga (KK) dan jumlah pelanggan listrik untuk
rumah tangga dapat diestimasi kebutuhan unit rumah di Kota Baubau, seperti yang
diuraikan pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kebutuhan rumah tinggal di Kota Baubau
No.

1
2
3
4
5
6
7
8

Kecamatan

Betoambari
Murhum
Batupuaro
Wolio
Kokalokuna
Surowalio
Bungi
Lea-Lea
Jumlah

Jumlah
Penduduk
2014 (jiwa)

17.286
20.447
27.483
40.312
17.676
7.561
7.533
7.038
275.649

Rumah
Tangga
(KK)

4.322
5.112
6.871
10.078
4.419
1.890
1.883
1.760
36.334

Rumah
(unit)

3.674
2.546
3.654
7.284
2.533
606
1.210
850
22.357

Backlog
Rumah
(unit)

648
2.566
3.217
2.794
1.886
1.284
673
910
13.977

Pemenuhan Rumah
Swadaya

454
1.797
2.252
1.956
1.321
899
472
637
9.788

Developer/
Pemerintah

194
769
965
838
565
385
201
273
4.189

Apabila backlog penyediaan rumah di Kota Baubau sebesar 13.977 unit diarahkan
pengembangannya pada koridor jalan lingkar sebagaimana arahan RTRW Kota Baubau,
maka dapat diproyeksi peningkatan PPN dan PBB yang potensial didapatkan
pemerintah. Dengan menggunakan jumlah rumah yang akan difasilitasi oleh developer
sebanyak 4.189 unit dan didasarkan pada harga unit rumah di Kawasan Sarina Green
Hill Kecamatan Surowalio Kota Baubau dapat diproyeksi peningkatan perolehan pajak
pemerintah sebagaimana diuraikan pada tabel 6 berikut.

Janganmenulisapapunpada footer

Seminar Nasional Teknik Sipil ITS 2015

Tabel 6. Manfaat ekonomi dari penerimaan pajak
Harga
perunit (Rp
x 1000)

Jumlah
unit

Total Harga
(Rp x 1000)

PPN
(Rp x 1000)

36/96

90.000

2095

188.550.000

45/120

130.000

1397

60/140

175.000

697

Type

Jumlah

NJOP

Selisih NJOP
(Rp/tahun x
1000)

Tanah

Tanah+
bangunan

18.855.000

25.000,00

38.500,00

80.605.125

181.610.000

18.161.000

25.000,00

42.500,00

59.337.575

121.975.000

12.197.500

25.000,00

83.000,00

57.833.575

4189

49.213.500

197.776.275

Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa biaya manfaat yang didapatkan
dari peningkatan perolehan pajak PPN sebesar Rp. 49.213 miliar, sedangkan
penambahan nilai pajak yang didapatkan sebagai akibat dari perubahan NJOP sebesar
Rp. 197.776 juta/tahun. Angka tersebut dikontribusikan oleh potensi transaksi rumah
tipe 36 sebanyak 2.095 unit, rumah tipe 45 sebanyak 1.397 unit dan rumah tipe 70
sebanyak 697 unit.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan pendekatan coustemer surplus rencana pengembangan jaringan jalan akan
memberikan manfaat terhadap peningkatan kecepatan dan penurunan waktu tempuh,
sehingga akan berimplikasi terhadap penurunan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
dan meningkatnya potensi pendapatan masyarakat. Biaya manfaat yang diperoleh
mencapai Rp. 12.653 miliar/tahun yang dikonstribusikan dari hasil penghematan BOK
sebesar Rp. 7.795 miliar/tahun dan nilai waktu sebesar Rp. 4.857 miliar/tahun.
Sedangkan aspek producer surplus akan mendorong terjadinya ekstensifikasi pertanian
tanaman pangan dan perkebunan yang akan meningkatkan produktivitas pertanian
dengan total biaya manfaat dari keuntungan usaha tani sebesar Rp. 35.406 miliar/tahun.
Di samping itu, sebagai multiplier effect adalah meningkatnya pembangunan
permukiman pada koridor jalan lingkar sebagaimana arahan RTRW, maka pemerintah
mendapatkan biaya manfaat dari potensi peningkatan penerimaan PPN sebesar Rp.
49.213 miliar dan penerimaan PBB sebesar Rp. 197 juta/tahun.

6. DAFTAR PUSTAKA
1. Balchin, Paul N, dan Jeffrey, L.K (1982). Urban Land Economics Second
Edition. London: Macmillan Press.
2. Giuliano, G. (1995). Land Use Impacts of Transportation Investments: Highway
and Transit. In S. Hansen, The Geography of Urban Transportation, New York,
The Guilford Press.
3. Ibrahim, F.(2013). Penguatan Konektivitas Regional Melalui Pembangunan
Infrastruktur Jalan Provinsi Dengan Skema Investasi Lembaga Pembiayaan.
Proceeding Konferensi Kebijakan Pembangunan Nasional 2013. Jakarta,
Bappenas-USAID.
4. Kaiser, E. J. David, Godshalck, dan Chapin, F.S. (1995). Urband Land Use
Palnning. Urbana and Chicago, University of Illionis Press.

Jangan menulis apapun pada header

5. Setyoko, F (2007). Kajian Perubahan Harga Lahan Di Koridor Jalan Kasipah
Berdasarkan Persepsi Masyarakat Berkaitan Dengan Pembangunan
Perumahan Graha Candi Golf Semarang. Tugas Akhir tidak diterbitkan.
Semarang, Jurusan Planologi universitas Diponegoro.
6. Tamin, O. Z. (2008). Perencanaan Pemodelan dan Rekayasa Transportasi:
Teori contoh Soal dan Aplikasi. Bandung. Penerbit ITB
7. Tamin, O. Z. (2002). Konsep Pengembangan Transportasi Wilayah di Era
Otonomi Daerah.
Makalah pada Kuliah Tamu Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. 17-18 Januari 2002.
8. Wegener, M (1995). Transport And Urban Development. London. E and FN
Spon.

Janganmenulisapapunpada footer