MAKALAH SEJARAH GERAKAN MUHAMMADIYAH Chu

MAKALAH SEJARAH GERAKAN MUHAMMADIYAH

Dosen Pengampu : Drs. M. Syarif, M.Ag.

Nama Anggota :
1. Churil Mawa Shofa

201410160311371

2. Lutfiani Zetti Fahmi

201410160311373

3. Putri Intifada

201410160311393

4. Sri Rahayu

201410160311422


5. Muhammad Fauzan Robbani 201410160311379
6. M. Rizki Alaudin

201410160311357

Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
2016
i

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah
Gerakan Muhammadiyah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak Drs. M. Syarif, M.Ag. yang telah memberikan tugas
ini kepada kami, sehingga wawasan kami dapat bertambah.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan, karena yang salah datangnya dari kami dan kebenaran datangnya dari Allah
SWT.

Malang, 17 Oktober 2016

Ketua Kelompok

ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 11

PENUTUP.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang
sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik sampai pada masa
reformasi sekarang ini. Perkembangannya, bahkan, kian pesat dengan dilakukannya
tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam tersebut. Salah satu
organisasi gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah sebuah
organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di dunia di luar gerakan
kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana disinyalir oleh seorang
James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia, Muhammadiyah memiliki kantor
cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM Republik Islam Iran,
PCIM Khartoum–Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris, PCIM
Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM Amerika Serikat, dan PCIM

Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada SK PP
Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota
besar, tapi telah merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dari
mulai tingkat pusat sampai ke tingkat ranting.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW. Selain itu Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki
cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan
“masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan
itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada
perintah-perintah Al Quran, diantaranya dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi:

1

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”


Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi.

2.1

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Muhammadiyah?
2. Siapa pendiri Muhammadiyah?
3. Bagaimana sejarah berdirinya Muhammadiyah?
4. Apa maksud dan tujuan Muhammadiyah didirikan?

3.1

Tujuan Penulisan

Maksud dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan penjelasan
tentang pengertian dari Muhammadiyah, siapa pendiri Muhammadiyah, bagaimana
sejarah berdirinya Muhammadiyah, serta maksud dan tujuan Muhammadiyah
2


didirikan. Tujuan dari makalah ini yaitu agar pembaca mengetahui asal usul dari
gerakan Muhammadiyah.

4.1

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu memberi tahu kepada pembaca agar
mengenal

Muhammadiyah

lebih

jauh.

Dan

mengerti


tentang

gerakan

Muhammadiyah itu sendiri.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Muhammadiyah

Secara (Etimologis) Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab
“Muhammad”,

yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan “ya”
nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh Allah yang
terakhir.

Menurut istilah, dapat diberi batasan pengertian bahwa Muhammadiyah adalah
organisasi islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlam dengan maksud agar umat
islam di Indonesia daam melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan ditintunkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW.

Secara garis besar Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam
pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan
pembaharuan Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah,
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin alAfghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan
pembaharuan tersebut terutama berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, alManar, suntingan dari Rasyid Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.

4

2.2


Pendiri Muhammadiyah

Organisasi Islam Muhammadiyah yang kini lebih dikenal dengan sebutan
Persyarikatan Muhammadiyah, didirikan oleh Muhammad Darwis yang kemudian
dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H / 18 Nopember 1912. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton
Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat
Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan
yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada
ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.

Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1923), daerah pengaruh
Muhammadiyah masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan,
dan Pekajangan. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota
tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa
Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang,
Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah
menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian
Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun

1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

KH. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun
1923 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang
kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1932. Rapat Tahunan itu sendiri
kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian
hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5
tahunan.

5

Di samping itu, Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum
perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, yakani Nyi
Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.

Berikut adalah daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya
sampai sekarang, yang dapat penulis susun sebagai berikut :

1. KH Ahmad Dahlan ( 1912 - 1923 )

2. KH Ibrahim ( 1923 – 1932 )
3. KH Hisyam ( 1932 – 1936 )
4. KH Mas Mansur ( 1936 – 1942 )
5. Ki Bagus Hadikusuma ( 1942 – 1953 )
6. Buya AR Sutan Mansur ( 1953 – 1959 )
7. H.M. Yunus Anis ( 1959 – 1962 )
8. KH. Ahmad Badawi ( 1962 – 1968 )
9. KH. Faqih Usman ( 1968 – 1971 )
10. KH. AR Fachruddin ( 1971 – 1990 )
11. KHA. Azhar Basyir, M.A. ( 1990 – 1995 )
12. Prof. Dr. H. M. Amien Rais ( 1995 – 2000 )
13. Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif ( 2000 – 2005 )
14. Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin ( 2005 – sekarang )
15.

2.3

Sejarah Lahirnya Muhammadiyah

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912
M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran
sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan
atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk
terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,
6

cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.
Penggunaan

kata

”Muhammadiyah”

dimaksudkan

untuk

menisbahkan

(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung
pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan
bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran
Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang
kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat
memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas
dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji
Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai
Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu
diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang
bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai
Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam
seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para
pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri
Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan
sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu
7

memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi
dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga
memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di
kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi
dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan
pemahaman

terhadap

ajaran

Islam

dan

kehidupan

umat

Islam,

dengan

mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
Shakhih, dengan membuka ijtihad.

Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya
Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah
tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak
hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus
menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah
pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak
dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain (mukti Ali, 2000: 349353). Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan
mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas
dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide
atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya
pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam murni yang berkemajuan.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan
dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya
dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu,
yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor
yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain :

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,
sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang
8

mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam
masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya
lagi;
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3. Kegagalan

dari

sebagian

lembaga-lembaga

pendidikan

Islam

dalam

memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
zaman;
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta
serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;
5. Dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh
agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di
Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat (Junus
Salam, 1968: 33).

Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena
alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di
Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin
Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan
pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar
(H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332).

Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut
ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang
mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam
yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu
sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai
kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui
gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau
“liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan
sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru
Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.
9

Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiyah

a. Faktor obyektif yang bersifat Internal
 Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk
yaitu :
1.

Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan
yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup
kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan-pembaharuan dalam
bidang agama. Paham dan praktek agama seperti ini mempersulit agenda ummat
untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari
luar (barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu
termanifestasikan dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan
kemudian berapologi terhadap kebenaran tradisional yang telah menjadi
pengalaman hidup selama ini.

2.

Sinkretisme

Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah memperkaya khasanah
budaya Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format-format sinkretik,
percampuradukkan antara sistem kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat.
Sebagai proses budaya, percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari,
namun kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu
menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam tinjauan aqidah
Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku sebagai muslim,
namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang animistis tidak berubah.
Kepercayaan terhadap roh-roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut
pada yang angker, kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa.
10

Islam, Hindu, Budha dan animisme hadir secara bersama-sama dalam sistem
kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.



Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan sistem
pendidikan Islam yang khas Indonesia. Transformasi nilai-nilai keIslaman ke
dalam pemahaman dan kesadaran umat secara institusional sangat berhutang
budi pada lembaga ini. Namun terdapat kelemahan dalam sistem pendidikan
Pesantren yang menjadi kendala untuk mempersiapkan kader-kader umat
Islam yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu
kelemahan itu terletak pada materi pelajaran yang hanya mengajarkan
pelajaran agama, seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawwuf
dan ilmu falak. Pesanteren tidak mengajarkan materi-materi pendidikan umum
seperti ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang
justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk memahami perkembangan
zaman dan dalam rangka menunaikan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
Ketiadaan lembaga pendidikan yang mengajarkan kedua materi inilah yang
menjadi salah satu latar belakang dan sebab kenapa KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah, yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap
ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
b. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal
1. Kristenisasi

Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi
kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni kegiatan-kegiatan yang
terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk asli, baik yang
muslim maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang
bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi
Kristen, baik Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum
11

yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan kristenisasi ini
didukung dan dibantu oleh dana-dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran
agama Kristen inilah yang terutama mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk
membentengi ummat Islam dari pemurtadan.

2. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi
perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial, politik,
ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik Islam
Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana ingin
menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk
melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH. Ahmad Dahlan dengan
mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap
kekuatan

penjajahan

melalui

pendekatan

kultural,

terutama

upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
3.

Gerakan Pembaharuan Timur Tengah

Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu
mata rantai dari sejarah panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh
Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin alAfgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya. Persentuhan
itu terutama diperolah melalui tulisan-tulisan Jamaluddin al-Afgani yang
dimuat dalam majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh KH. Ahmad
Dahlan. Tulisan-tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata
sangat mempengaruhi KH. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasangagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal yang riil secara terlembaga.

12

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

13

Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia.
Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya
merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam.
maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Muhammadiyah merupakan gerakan modernisasi Islam yang menjujung tinggi
humanitas, liberalisasi atau emansipasi dalam menghadapi kehidupan zaman yang
terus berdinamika. Pembaharuan-pembaharuan secara pikiran dan logika sebagai
bentuk relevansi dan korelasi pada setiap masanya, yang dipadukan dengan
purifikasi pada landasan dasar yang teguh yakni Al-Qur’an dan Hadits merupakan
kombinasi pola gerakan dan pola pikir yang sangat baik.

Gerakan

Muhammadiyah membuktikan bahwa Islam merupakan ajaran

mendasar yang akan selalu mampu bertahan dan masuk pada setiap zaman dengan
kompleksitas dinamika yang ada, tanpa harus kehilangan keotentikan serta pondasi
Islam itu sendiri

14

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Islam. 2013. Pembahasan Lengkap Mengenai MUHAMMADIYAH
(Pengertian, Sejarah, Organisasi, dll). http://www.masuk-islam.com/pembahasan-lengkapmengenai-muhammadiyah-pengertian-sejarah-organisasi-dll.html.(Diakses

19

September

2014 19.00 WIB).

Julianto

Toni.

2012. Sejarah

Berdirinya

Muhammadiyah

di

Indonesia.http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyahdi-indonesia/. (Diakses 20 September 2014 19.45 WIB).

15