Hubungan Daya ledak Otot Perut Tungkai d

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT PERUT DAN OTOT TUNGKAI SERTA
KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETERAMPILAN PIKE JUMP PADA ATLET
AEROBIC GYMNASTICS
Correlation of leg and abdominal muscles’ explosive power and self-confidence with
pike jump skill
Firdaus Hendry
firdaus_hendri@unsur.ac.id
Universitas Suryakancana
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya ledak otot
abdominal, otot tungkai, serta kepercayaan diri, terhadap keterampilan pike jump
cabang olahraga Aerobic Gymnastics.
Sample yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 20 orang atlit elit Aerobic
Gymnastics dengan menggunakan metode total sampling. Analisis data yang
digunakan adalah regresi dan korelasi sederhana. Hasil yang didapatkan dari
penelitian tersebut yakni adanya hubungan yang signifikan antara daya ledak otot
perut, otot tungkai, serta kepercayaan diri terhadap keterampilan pike jump sebesar
68,94%. Daya ledak otot perut berkontribusi sebesar 53% terhadap keterampilan
pike jump. Kontribusi daya ledak otot tungkai sebesar 50.10% dan kepercayaan diri
sebesar 51.5% terhadap keterampilan pike jump.
Kata kunci: Daya ledak, otot perut, otot tungkai, kepercayaan diri, pike jump,

Aerobic Gymnastics.
ABSTRACT
This research aims to determine the relationship between the explosive power
of abdominal muscles, explosive power of leg muscles, and self-confidence with pike
jump skill of Aerobic Gymnastics..
The sample is consisted of 20 persons of aerobic gymnast with total sampling
selection method. Data analysis was performed using the simple regression and
correlation, and multiple regression correlation. Results obtained from this study are:
(1) by using the double correlation, abdominal muscles explosive power, leg muscles
explosive power, and self-confidence together have relationship with pike jump skill
with linear regression equation Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3 these three
variables contribute effectively amounted to 68,94% of pike jump skill. (2) There is a
positive relationship between explosive abdominal muscles with pike jump skill (r =
0.728) with linear regression equation Ŷ = 13.96 + 0.72X1 Explosive abdominal
muscles contribute as mush as 53.0 % effective to pike jump skill. (3) Leg muscles
explosive power have a positive relationship with pike jump skill (r = 0.708) with
regression equation Ŷ = 13.87 + 0.72X2. Leg muscles explosive power contributes
50.10% effective to pike jump skill (4) Self confidence have positive relationship with
pike jump skill (r = 0.718) with regression equation Ŷ = 13.80 + 0.72X3. Self confidence
by 51.5 % effective to pike jump skill.

Kata Kunci: Daya ledak otot, otot perut, otot tungkai, kepercayaan diri, pike
jump, Aerobic Gymnastics

Pendahuluan
Aerobic Gymnastics telah menjadi salah satu cabang olahraga yang potensial
dalam menorehkan prestasi setinggi-tingginya pada tiap event internasional,
dikarenakan faktor-faktor mayoritas dan antropometri yang berperan tidak terlalu
menuntut banyak kriteria alamiah pada diri atletnya. Seperti tinggi badan pada cabang
Bola Voli atau Bola Basket, atau tingkatan klasifikasi ukuran berat badan seperti pada
halnya cabang-cabang olahraga beladiri. Aerobic Gymnastics dapat dilakukan dan
ditekuni oleh setiap orang dengan baik asalkan rajin dan tekun dalam berlatih, di
belahan dunia manapun tanpa kecuali.
Aerobic Gymnastics mulai diperlombakan secara resmi dalam
penyelenggaraan multi event antara negara-negara se-Asia Tenggara (Sea Games
XXII) pada bulan Desember 2003 di Hanoi, Vietnam, lalu pada Sea Games XXIII tahun
2005 di Manila, Filipina, dan pada Sea Games XXIV tahun 2007 di Nakhorn
Ratchasima, Thailand. Indonesia juga telah ikut serta pada multi event antar negara
sekawasan Asia pada tahun 2005 di Thailand, dimana Asian Indoor Games pertama
kali dipertandingkan. Pada tahun 2007 Indonesia ikut serta pada Asian Indoor Games
kedua yang diadakan di Macau.

Unsur yang ada didalam Aerobic Gymnastics harus menampilkan beberapa
syarat penilaian yaitu koreografi, musik, faktor kesulitan yang terdiri atas 12 (dua
belas) elemen keterampilan yang memerlukan waktu 1,40 – 1,50 detik. Unsur yang
dinilai adalah penampilan. Tiga hal penting yang dinilai dalam Aerobic Gymnastics
meliputi: artistic, execution, dan difficulty. Hal-hal tertentu yang dipenuhi pada elemen
artistic adalah sebagai berikut: (1) harus memperlihatkan kreatifitas, dan koreografi
harus memperlihatkan muatan olahraga-olahraga tertentu, berbagai macam gerakan
harus mempunyai hubungan yang erat dengan musik, gerakan dan ekspresi, (2) Tema
gerak tidak boleh menggambarkan kekerasan, rasis dan seks, (3) Untuk kategori
mixed pairs, trios dan groups memiliki beberapa teknik kerjasama termasuk juga pose
awal dan pose akhir.
Penilaian execution menuntut agar semua gerakan harus ditampilkan secara
sempurna. Sedangkan untuk aspek difficulty mengatur penilaian rangkaian gerak
keterampilan yang harus dilakukan dengan sempurna dan menunjukkan daya ledak
otot tungkai antara elemen-elemen di udara, dipermukaan, dan dilantai. Beberapa hal
khusus pada elemen difficulty adalah: (1) sebuah elemen yang tidak memenuhi
ketentuan minimum juga dihitung dalam 10 elemen tetapi nilainya 0, (2) maksimum
dari 10 elemen ditampilkan oleh masing-masing peserta, (3) nilai dari difficulty adalah
nilai-nilai dari 10 elemen yang ditampilkan, (4) semua elemen yang ditampilkan harus
dari nama-nama elemen yang berbeda, (5) paling kurang satu elemen dari masingmasing kelompok dari pengelompokan elemen, (6) maksimum 6 (enam) elemen

dilantai (termasuk mendarat di lantai saat split) dan (7) maksimum 2 elemen mendarat
dalam posisi push up.
Dari beberapa komponen fisik yang dimiliki seorang atlit, daya ledak otot perut
dan daya ledak otot tungkai merupakan dua komponen fisik yang diduga memiliki
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan
difficulty pike jump. Dimana faktor kesulitan ini termasuk dalam group C yang
merupakan kelompok gerakan lompatan. Daya ledak otot tungkai yang baik
dibutuhkan untuk melakukan gerakan ini secara baik dan benar, artinya memenuhi
standar gerakan yang benar dan tepat. Atlet yang mempunyai daya ledak otot perut
yang baik akan lebih mudah menyesuaikan dirinya terhadap gerakan pike jump yang
harus dilakukannya, sedangkan daya ledak otot tungkai juga sangat penting untuk

dapat melakukan lompatan setinggi mungkin serta melakukan gerakan pike dengan
baik dan explosive.
Sebagai alasan dasar mengapa peneliti tertarik untuk meneliti keterampilan
pike jump, karena elemen tersebut menjadi alternatif elemen lompatan yang
digunakan oleh atlet aerobic gymnastics dalam koreografinya. Seorang pesenam
akan dapat melakukan pike jump dengan baik apabila memiliki kondisi fisik yang baik.
Maka atas dasar itu penulis bermaksud meneliti komponen daya ledak otot perut dan
daya ledak otot tungkai tungkai yang menjadi salah satu faktor utama penentu

keberhasilan dan kesempunaan melakukan keterampilan pike jump.
Secara psikologis, atlet yang memiliki kepercayaan diri optimal membuat
sasaran yang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Sang atlet bermain dengan
diri mereka sendiri yang mana ia mengerti bahwa mereka cukup baik dalam mencapai
keberhasilan saat mencapai batasan yang lebih tinggi dari kemampuan yang
dimilikinya, dan tidak berusaha untuk mendapatkan sasaran yang tidak mungkin dapat
mereka raih. Seorang atlet dengan tingkatan kepercayaan diri yang tinggi pada
dasarnya percaya bahwa ia akan berhasil.
Pada dasarnya kepercayaan diri merupakan kepercayaan dari kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan penelitian pada
atlet yang berpengalaman, kepercayaan diri yang tinggi merupakan salah satu faktor
yang sangat berperan dalam pencapaian prestasi dan senantiasa dipelihara secara
berkelanjutan. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi bukan berarti sama sekali tidak
memiliki pemikiran negatif atau perasaan cemas, namun, seorang atlet yang percaya
diri memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya dalam memperlihatkan kualitas
yang terbaik meskipun terdapat perasaan cemas atau keragu-raguan. Sebagai contoh
apabila dalam kondisi latihan yang kurang baik atau prestasi yang dicapai dibawah
rata-rata yang biasanya dicapai, seorang atlet yang percaya diri tetap percaya akan
kemampuannya untuk menunjukkan yang terbaik.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan antara daya ledak otot
abdominal, otot tungkai, serta kepercayaan diri, terhadap keterampilan pike jump
cabang olahraga Aerobic Gymnastics.”
Perumusan masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot perut
dengan hasil keterampilan pike jump?
2. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai
dengan keterampilan pike jump?
3. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara kepercayaan diri dengan
keterampilan pike jump?
4. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot perut
dan daya ledak otot tungkai serta kepercayaan diri dengan keterampilan
pike jump?
Kegunaan Penelitian
Penulis mengharapkan hasil penelitian dapat memiliki kegunaan sebagai berikut;
1. Memberikan suatu sumbangan pemikiran dan keilmuan yang sekaligus
dapat dijadikan suatu pedoman bagi para pembina olahraga Aerobic
Gymnastics dalam membina para atletnya.


2. Memberikan sumbangan pada para pelatih, pembina dan guru pendidikan
jasmani untuk mengetahui sejauh mana pengaruh daya ledak otot perut dan
daya ledak otot tungkai terhadap keterampilan pike jump.
3. Sebagai sumbangan khususnya untuk pembina, pelatih dan atlet Aerobic
Gymnastics dalam membuat program yang tepat dalam latihan maupun
pertandingan hingga dapat berprestasi semaksimal mungkin.
4. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam membuat
acuan pola pembinaan atlet Aerobic Gymnastics Nasional.
Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
desain korelasional. Sampel sebanyak 20 orang sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam penelitian. Instrumen yang digunakan penulis adalah untuk daya ledak otot
perut dengan menggunakan tes V sit-up, dan untuk mengukur kemampuan otot
tungkai menggunakan tes vertikal jump, sedangkan variable kepercayaan diri di ukur
dengan menggunakan tes angket kepercaan diri.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Konstelasi Penelitian
X1
Y
X2

X3

Keterangan:
X1
= Daya ledak otot perut
X2
= Daya ledak otot tungkai
X3
= Kepercayaan diri
Y
= Keterampilan pike jump
TEKNIK ANALISIS DATA
Langkah-langkah dalam pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut: Data penelitian yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan metode
statistik, antara lain dilakukan penghitungan nilai rata-rata, standar deviasi dan
pengujian persyaratan normalitas dari distribusi skor dengan menggunakan Uji
Lilliefors. Selanjutnya, melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik
analisis korelasional.

Hasil Penelitian

Berikut ini hasil yang didapatkan dari pengambilan data saat penelitian
berlangsung.
Deskripsi Data
Deskripsi data dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut di bawah ini:
Tabel 1: Deskripsi Hasil Penelitian Data Variabel X1, X2, X3, dan Y
Variabel

Statistika Dasar

X1
63
34
49.95
10.09
51
37

Skor Maksimum
Skor Minimum

Rerata
Standar Deviasi
Median
Modus

X2
61
34
50.00
9.79
52
60

X3
65
30
50.10
9.93
51
51


Y
65
31
49.90
9.97
50
43

1. Variabel Kemampuan Pike Jump (Y)
Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh data hasil penelitian yang
terkumpul dari hasil tes kemampuan pike jump (Y) dengan skor terendah
sebesar 31, skor tertinggi sebesar 65, skor rata-rata X (Mean) sebesar 49.90,
Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.97, Modus (Mo) sebesar 43, dan Median (Me)
sebesar 50.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada distribusi frekuensi dari
hasil tes kemampuan pike jump, pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Pike Jump.

No

Interval

1
2
3
4
5
6

31 - 36
37 - 42
43 - 48
49 - 54
55 - 60
61 - 66
Jumlah

Frekuensi Absolut Data
(fd)

Frekuensi Relatif Data
(%)

2
2
4
6
2
4
20

10
10
20
30
10
20
100

2. Variabel Daya Ledak Otot Perut
Berdasarkan pengolahan data dari hasil tes daya ledak otot perut (X 1)
diperoleh skor terendah 34, skor tertinggi 63, skor rata-rata sebesar 49.95,
Standar Deviasi (Sd) sebesar 10.09, Modus sebesar 37, dan Median (Me)
sebesar 51. Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi hasil tes daya ledak otot
perut atlet pada tabel seperti terlihat di bawah ini:

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Daya Ledak Otot Perut.

No
1
2
3
4
5
6

Interval
34 – 38
39 – 43
44 – 48
49 – 53
54 - 58
59 - 63
Jumlah

Frekuensi Absolut Data (fd)

Frekuensi Relatif Data (%)

4
3
2
2
3
6
20

20
15
10
10
15
30
100

3. Variabel Daya Ledak Otot Tungkai
Berdasarkan pengolahan data penelitian dari hasil tes Daya Ledak Otot
Tungkai (X2) diperoleh skor terendah sebesar 34, skor tertinggi sebesar 61,
skor rata-rata X (Mean) sebesar 50.00, Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.79,
Modus (Mo) sebesar 60, dan Median (Me) sebesar 52.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada distribusi frekuensi dari
hasil tes daya ledak otot tungkai, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Daya Ledak Otot Tungkai

No
1
2
3
4
5
6

Interval
34 - 38
39 - 43
44 - 48
49 - 53
54 - 58
59 - 63
Jumlah

Frekuensi Absolut Data (fd)

Frekuensi Relatif Data (%)

4
2
2
2
3
7
20

20
10
10
10
15
35
100

4. Variabel Kepercayaan diri
Berdasarkan pengolahan data penelitian dari hasil tes Kepercayaan diri
(X3) diperoleh skor terendah sebesar 30, skor tertinggi sebesar 65, skor ratarata X (Mean) sebesar 50.10, Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.93, Modus (Mo)
sebesar 51, dan Median (Me) sebesar 51.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada distribusi frekuensi dari
hasil tes kepercayaan diri, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kepercayaan diri

No
1
2
3
4
5
6

Interval

Frekuensi Absolut Data (fd)

Frekuensi Relatif Data (%)

2
2
3
5
4
4
20

10
10
15
25
20
20
100

30 - 35
36 - 41
42 - 47
48 - 53
54 - 59
60 - 65
Jumlah

Hasil Pengujian Normalitas Data
Pengujian prasyarat analisis data yang dilakukan adalah berupa uji normalitas.
Pengujian ini dimaksudkan untuk prasyarat pengujian hipotesis, yaitu menggunakan
uji parametrik jika data berdistribusi normal dan menggunakan uji non-parametrik jika
data berdistribusi tidak normal.
Rangkuman hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6: Rangkuman Data Hasil Normalitas
Variabel

N

Lhitung

Ltabel (α = 0.05)

Kesimpulan

Y atas X1

20

0.119

0.190

Normal

Y atas X2

20

0.145

0.190

Normal

Y atas X3

20

0.101

0.190

Normal

Hasil Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk menguji kehomogenitasan varian antara
kelompok-kelompok variabel kemampuan pike jump (Y) yang dikelompokkan
berdasarkan kesamaan nilai variabel (X) atau dengan kata lain apakah sampel yang
digunakan berasal dari populasi yang homogen, dengan pengujian homogenitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Pengujian
homogenitas kelompok-kelompok Y atas X1 dan Y atas X2¬ dikatakan homogen
apabila X2hitung < X2tabel.
Tabel 7: Rangkuman Hasil Uji Coba Homogenitas
X2tabel
X2hitung
Varians
dk
(α = 0.05)
Y atas X1
14
2.483
23.685
Y atas X2
17
4.171
21.026
Y atas X2
14
0.066
23.685

Kesimpulan
Homogen
Homogen
Homogen

Uji Linieritas
Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel
terikat dengan masing-masing variabel bebas. Adapun analisis yang digunakan
adalah analisis linieritas regresi sederhana. Linieritas hubungan antara variabel bebas
dapat diketahui dari persamaan garis regeresi yang dibentuk oleh setiap variabel
bebas dan variabel terikat.
Jika harga Fhitung (Fh) lebih kecil dari Ftabel (Ft) untuk harga F tuna cocok pada taraf
signifikan tertentu, maka hubungan kedua variabel adalah linier.
Tabel 8: Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data

No

Variabel

Harga F Regresi

1

Y atas X1

2
3

Harga F Tabel

Keterangan

0.05

0.01

1.02

4.65

9.83

Linier

Y atas X2

0.11

4.00

7.72

Linier

Y atas X3

0.27

4.65

9.83

Linier

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai Fhitung untuk masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat, pada taraf kepercayaan α = 0.05 dan α =
0.01 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
adalah linier.
Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis data penelitian yang meliputi
pengujian normalitas galat taksiran regresi dan homogenitas kelompok Y atas X 1, X2,
dan X3 maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan
berdasarkan data hasil penelitian yang disusun dalam bentuk deskripsi data.
Pengujian hipotesis tersebut meliputi pengujian signifikansi dan linieritas regresi,
koefisien korelasi, koefisien korelasi parsial, dan signifikansi korelasi. Pengujian
hipotesis dilakukan terhadap masing-masing hipotesis yang diajukan antara lain:
Hubungan antara Daya Ledak Otot Perut (X1) dengan Kemampuan Pike
Jump (Y)
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara
daya ledak otot perut (X1) dengan kemampuan pike jump (Y). Dengan menggunakan
model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:
Ŷ = 13.96 + 0.72X1
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan uji linearitas, maka dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi Ŷ = 13.96 + 0.72X1 adalah signifkan dan linier. Dari
persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien varaibel X1 bernilai porsitif yang
menggambarkan adanya hubungan positif antara variabel Y dan Variabel X 1. Hal ini
berarti adanya peningkatan variabel daya ledak otot perut atlet akan diikuti dengan
meningkatnya variabel kemampuan pike jump, atau dengan kata lain bahwa: setiap

peningkatan satu unit skor pada daya ledak otot perut atlet, maka akan terjadi
kecenderungan peningkatan hasil kemampuan pike jump 0.72 pada konstanta 13.96.
Persamaan regresi Ŷ = 13.96 + 0.72X1
Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot perut
atlet dengan kemampuan pike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi sederhana
ry1 dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh
korelasi sederhana ry1 = 0.728.
Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien
korelasi antara Daya Ledak Otot Perut Atlet (X1) dengan kemampuan Pike Jump (Y)
sebesar 0.728. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan,
maka selanjutnya dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian
adalah tolak hipotesis nol jika thitung > dari ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar
4.502 sedangkan ttabel dengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01
diperoleh sebesar 2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan t hitung > ttabel, dengan
demikian koefisien korelasi antara X1 dan Y adalah sangat signifikan.
Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X1 dan Y sangat
signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y1. Hasil perhitungan diperoleh 0.530. Hasil
ini menunjukkan bahwa 53 % variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh
daya ledak otot perut atlet.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap varaibel kelincahan (X 2), maka
melalui analisis korelasi parsial (ry12) dapat diketahui besarnya peningkatan X1
terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry12) sebesar 0.452.
Dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial, diperoleh t hitung = 2.091.
Rangkuman hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial dapat dilihat pada tabel 10
berikut:
Tabel 9:

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial antara Daya Ledak Otot
Perut Atlet dan Kemampuan Pike Jump dengan Mengontrol
Variabel Daya Ledak Otot Tungkai

Sampel

Dk

20

17

Koefisien
Korelasi (ry12)
0.452

thitung
2.091

ttabel
0.05

0.01

1.740

2.467

Keterangan:
Koefisien korelasi adalah signifkan dimana thitung = 2.091 > ttabel = 1.740 pada
α = 0.05.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 10 tersebut di atas, maka diperoleh
hasil thitung = 2.091 > ttabel =1.740 pada taraf signifikansi α = 0.05. Ini berarti
koefisien korelasi parsial antara Y dengan X1, apabila X2 dikontrol adalah
signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara daya
ledak otot perut atlet dengan kemampuan pike jump.
Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump
dipengaruhi oleh daya ledak otot perut atlet, dengan sumbangan sebesar 53%.

Hal ini berarti semakin baik daya ledak otot perut atlet maka semakin baik pula
kemampuan pike jump atlet.
Hubungan antara Daya Ledak Otot Tungkai (X2) dengan Kemampuan Pike
Jump (Y)
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump (Y). Dengan
menggunakan model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:
Ŷ = 13.87 + 0.72X2
Adapun hipotesis statistik kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0 :
ρY2 =
0
H0 :
ρY2 >
0
Hipotesis tersebut di atas bertujuan untuk melihat hubungan antara daya ledak
otot tungkai (X2) dengan kemampuan pike jump (Y). Untuk mengungkapkan hubungan
tersebut, maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi
linear sederhana.
Uji signifikansi menggunakan model persamaan regresi yang memiliki kriteria
yaitu menolak hipotesis nol (H0) Fhitung > Ftabel berdasarkan tabel 13 di atas Fhitung =
18.05 > Ftabel = 6.01 pada taraf signifikansi (α = 0.01). Ini berarti bahwa hipotesis nol
(H0) ditolak dan sebaliknya hipotesis penelitian (Hi) diterima. Dengan demikian, maka
model persamaan regresi signifikan.
Setelah dilakukan uji signifikansi, maka dilanjutkan dengan pengujian ke
linieritas persamaan regresi diperoleh Ŷ = 13.87 + 0.72X2 dengan kriteria, menerima
hipotesis (H0) apabila Fhitung < Ftabel. Berdasarkan tabel 13 di atas diperoleh Fhitung =
0.11 < Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi (α = 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2 adalah linier, artinya bentuk hubungan antara
kemampuan pike jump atas daya ledak otot tungkai sangat berarti dan berhubungan.
Kedua variabel tersebut bersifat linier. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya ledak
otot tungkai merupakan salah satu faktor penentu dari kemampuan pike jump.
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan uji linearitas, maka dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2 adalah signifkan dan linier. Dari
persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien variabel X2 bernilai positif yang
menggambarkan adanya hubungan positif antara variabel Y dan Variabel X2. Hal ini
berarti adanya peningkatan variabel daya ledak otot tungkai akan diikuti dengan
meningkatnya variabel kemampuan pike jump, atau dengan kata lain bahwa: setiap
peningkatan satu unit skor pada daya ledak otot tungkai, maka akan terjadi
kecenderungan peningkatan hasil kemampuan pike jump sebesar 0.71 pada
konstanta 13.87. Persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2
Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot
tungkai dengan kemampuan pike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi
sederhana ry2 dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka
diperoleh korelasi sederhana ry2 = 0.708.
Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien
korelasi antara daya ledak otot tungkai X2 dengan kemampuan pike jump (Y) sebesar

0.708. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka
selanjutnya dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian adalah
tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar 4.248
sedangkan ttabel dengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01
diperoleh sebesar 2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan t hitung > ttabel, dengan
demikian koefisien korelasi antara X2 dan Y adalah sangat signifikan.
Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X2 dan Y sangat
signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y2. Hasil perhitungan diperoleh 0.501. Hasil
ini menunjukkan bahwa 50.10% variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh
daya ledak otot tungkai.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kepercayaan diri X 3, maka
melalui analisis korelasi parsial (ry13) dapat diketahui besarnya peningkatan X2
terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry13) sebesar 0.453.
Dari hasil uji signifikansi diperoleh hasil thitung = 2.643 > ttabel = 2.567 pada taraf
signifikansi α = 0.01. Ini berarti koefisien korelasi parsial antara Y dengan X2, apabila
X1 dikontrol adalah signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump.
Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump,
ditentukan oleh daya ledak otot tungkai, dengan sumbangan sebesar 50.10%. Hal ini
berarti semakin baik daya ledak otot tungkai maka semakin baik pula kemampuan
pike jump.
Hubungan antara Kepercayaan diri (X3) dengan Kemampuan Pike Jump (Y)
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump (Y). Dengan menggunakan
model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:
Ŷ = 13.80 + 0.72X3
Adapun hipotesis statistik kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0
:
ρY2 =
0
H0
:
ρY2 >
0
Hipotesis tersebut di atas bertujuan untuk melihat hubungan antara kepercayaan
diri (X3) dengan kemampuan pike jump (Y). Untuk mengungkapkan hubungan
tersebut, maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi
linear sederhana.
Setelah dilakukan uji signifikansi, maka dilanjutkan dengan pengujian ke linearitas
persamaan regresi diperoleh Ŷ = 13.80 + 0.72X3 dengan kriteria, menerima hipotesis
(H0) apabila Fhitung < Ftabel. Berdasarkan tabel 13 di atas diperoleh Fhitung = 0.27 < Ftabel
= 4.65 pada taraf signifikansi (α = 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan
regresi Ŷ = 13.80 + 0.72X3 adalah linier, artinya bentuk hubungan antara kemampuan
pike jump atas kepercayaan diri sangat berarti dan berhubungan. Kedua variabel
tersebut bersifat linier. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
merupakan salah satu faktor penentu dari kemampuan pike jump.
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan uji linearitas, maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 13.80 + 0.72X3 adalah signifkan dan linier. Dari persamaan
tersebut terlihat bahwa koefisien variabel X3 bernilai porsitif yang menggambarkan
adanya hubungan positif antara variabel Y dan Variabel X3. Hal ini berarti adanya

peningkatan variabel kepercayaan diri akan diikuti dengan meningkatnya variabel
kemampuan pike jump, atau dengan kata lain bahwa: setiap peningkatan satu unit
skor pada daya ledak otot tungkai, maka akan terjadi kecenderungan peningkatan
hasil kemampuan pike jump sebesar 0.72 pada konstanta 13.80. Persamaan regresi
Ŷ = 13.80 + 0.72X3
Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara kepercayaan diri
dengan kemampuan pike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi sederhana ry3
dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh
korelasi sederhana ry2 = 0.718.
Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji t.
Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien
korelasi antara kepercayaan diri X3 dengan kemampuan pike jump (Y) sebesar 0.718.
Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka selanjutnya
dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian adalah tolak
hipotesis nol jika thitung > ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar 4.370 sedangkan
ttabel dengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01 diperoleh sebesar
2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan thitung > ttabel, dengan demikian koefisien
korelasi antara X3 dan Y adalah sangat signifikan.
Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X3 dan Y sangat
signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y3. Hasil perhitungan diperoleh 0.515. Hasil
ini menunjukkan bahwa 51.50% variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh
kepercayaan diri.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel daya ledak otot tungkai X 2,
maka melalui analisis korelasi parsial (ry32) dapat diketahui besarnya peningkatan X3
terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry32) sebesar 0.395.
Dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial, diperoleh t hitung = 1.773,
maka diperoleh hasil thitung = 1.773 > ttabel = 1.740 pada taraf signifikansi α = 0.05. Ini
berarti koefisien korelasi parsial antara Y dengan X3, apabila X2 dikontrol adalah
signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara
kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump.
Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump ,
ditentukan oleh kepercayaan diri, dengan sumbangan sebesar 51.5 %. Hal ini berarti
semakin baik kepercayaan diri atlet maka semakin baik pula kemampuan pike jump.
Hubungan antara Daya Ledak Otot Perut (X1), Daya Ledak Otot Tungkai (X2), dan
Kepercayaan diri (X3) Secara bersama-sama dengan Kemampuan Pike Jump (Y)
Hipotesis terkahir yang akan diuji adalah terdapat hubungan yang positif
antara daya ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2) dan kepercayaan diri
(X3) secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump (Y). Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan analisis regresi linier ganda dengan menggunakan
model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:
Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3
Adapun hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0
:
ρY12 =
0
H0
:
ρY12 >
0
Hipotesis tersebut di atas bertujuan untuk melihat hubungan antara daya
ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2), dan kepercayaan diri (X3) dengan
kemampuan pike jump (Y). Untuk mengungkapkan hubungan tersebut, maka
dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi linear ganda.

Uji signifikansi menggunakan model persamaan regresi yang memiliki kriteria
yaitu menolak hipotesis nol (H0) Fhitung > Ftabel berdasarkan tabel 16 di atas Fhitung =
7.18 > Ftabel = 4.77 pada taraf signifikansi (α = 0.01). Ini berarti bahwa hipotesis nol
(H0) diterima dan sebaliknya hipotesis penelitian (Hi) ditolak. Dengan demikian, maka
model persamaan regresi Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3 artinya sangat
signifikan.
Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot perut
(X1), daya ledak otot tungkai (X2) dan kepercayaan diri (X3) secara bersama-sama
dengan kemampuan pike jump (Y) dilakukan dengan perhitungan korelasi ganda
Ry.123 dan uji signifikansi koefisien korelasi ganda R2y.123 = 0.743.
Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji F.
Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi ganda diperoleh koefisien korelasi
ganda antara daya ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2), dan
kepercayaan diri (X3) secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump (Y)
sebesar 0.743. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan,
maka selanjutnya dilakukan perhitungan dengan melakukan uji signifikan koefisien
korelasi ganda dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika F hitung > Ftabel.
Hasil perhitungannya terdapat pada tabel 17 di atas, maka diperoleh Fhitung sebesar
6.585 sedangkan Ftabel dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 4 dan derajat
kebebasan (dk) penyebut 16 pada taraf signifikan α = 0.01 diperoleh sebesar 4.77.
hasil perhitungan ini menunjukkan Fhitung > Ftabel, dengan demikian koefisien korelasi
ganda antara X1 ,X2, X3 dengan Y adalah signifikan.
Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi ganda antara X1 X2, X3 dengan Y
adalah signifikan, dihitung koefisien determinasi R2y2. Hasil perhitungan diperoleh
sebesar R2y2 = 0.553. Hasil ini menunjukkan bahwa 55.30 % variasi kemampuan pike
jump dijelaskan oleh daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan
diri.
Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump sangat
ditentukan oleh daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri,
dengan sumbangan sebesar 55.30 %. Hal ini berarti semakin baik daya ledak otot
perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet maka akan semakin baik
pula kemampuan keterampilan pike jump.
Pembahasan penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasional, maka
diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan posistif antara daya ledak otot perut
dengan kemampuan pike jump. Nilai hubungan antara daya ledak otot perut atlet
dengan kemampuan pike jump, dengan nilai yang diperoleh koefisien korelasi ry1 =
0.728 pada α = 0.01. Hal ini dijelaskan dengan thitung = 4.502 > ttabel = 2.567. Dari
hasil analisis ini diperkuat lagi oleh koefisien korelasi parsial ry2 = 0.452 yang
signifikan pada α = 0.05 dengan thitung = 2.091 > ttabel = 1.740.
Koefisien determinasi r2y1 yang diperoleh sebesar 0.530 yang dapat
diinterpretasikan bahwa 53.0 % variasi kemampuan pike jump ditunjang oleh daya
ledak otot perut atlet. Dengan pola hubungan antara kedua variabel tersebut
ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 13.96 + 0.72X1 yang berarti bahwa
apabila daya ledak otot perut atlet ditingkatkan satu unit maka kemampuan pike jump
akan meningkat sebesar sebesar 0.72 pada konstanta 13.96. Pada keadaan seperti
ini menunjukkan bahwa semakin baik daya ledak otot perut atlet yang dimiliki oleh
atlet, maka akan semakin baik pula kemampuan pike jump mereka.

Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan yang memberikan informasi
bahwa, seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, maka atlet
tersebut harus memiliki daya ledak otot perut yang baik. Apabila dikaitkan dengan
hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa dengan peningkatan daya ledak otot perut
atlet akan meningkatkan kemampuan pike jump. Sebaliknya kemampuan pike jump
akan menurun apabila daya ledak otot perut yang dimiliki oleh seorang atlet kurang
baik.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump.
Hubungan ini dapat terlihat pada koefisien ry2.1 = 0.708 yang signifikan pada α = 0.01.
Hal ini ditunjukkan dengan thitung = 4.248 > ttabel = 2.567. Hasil dari analisis ini
diperkuat oleh koefisien korelasi parsial ry2.1 = 0.453 yang signifikan pada α = 0.05
dengan thitung = 2.643 > ttabel = 1.740.
Sedangkan koefisien determinasi r2y2 yang diperoleh sebesar 0.501, hasil ini
dapat diinterpretasikan bahwa 50.10% variasi kemampuan pike jump dapat ditunjang
oleh daya ledak otot tungkai. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dapat
ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2 yang berarti apabila daya
ledak otot tungkai seorang atlet ditingkatkan satu unit maka kemampuan pike jump
akan meningkat 0.72 pada konstanta 13.87. Keadaan ini menunjukkan bahwa
semakin baik daya ledak otot tungkai seorang atlet, maka akan semakin baik
kemampuan pike jump atlet tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan
yang memberikan informasi bahwa seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump
yang baik, maka atlet tersebut harus memiliki daya ledak otot tungkai yang baik.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump.
Hubungan ini dapat terlihat pada koefisien ry2.1 = 0.718 yang signifikan pada α = 0.01.
Hal ini ditunjukkan dengan thitung = 4.370 > ttabel = 2.567. Hasil dari analisis ini
diperkuat oleh koefisien korelasi parsial ry2.1 = 0.395 yang signifikan pada α = 0.05
dengan thitung = 1.773 > ttabel = 1.740.
Sedangkan koefisien determinasi r2y2 yang diperoleh sebesar 0.515, hasil ini
dapat diinterpretasikan bahwa 51.5 % variasi kemampuan pike jump dapat ditunjang
oleh kepercayaan diri atlet. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dapat
ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 13.80 + 0.72X3 yang berarti apabila
kepercayaan diri seorang atlet ditingkatkan satu unit maka kemampuan pike jump
akan meningkat 0.72 pada konstanta 13.80. Keadaan ini menunjukkan bahwa
semakin baik kepercayaan diri seorang atlet, maka akan semakin baik pula
kemampuan pike jump atlet tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan
yang memberikan informasi bahwa seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump
yang baik, juga harus memiliki kepercayaan diri yang baik.
Pada hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa terdapat hubungan
yang positif yang signifikan antara daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan
kepercayaan diri secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump. Dengan
keeratan hubungan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi Ry12 = 0.743
artinya signifikan pada α = 0.01. Hasil pengujian ini ditunjukkan dengan Fhitug = 6.585
> Ftabel = 4.77.
Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar R2y12=0.553. Hal ini berarti
55.3% variansi yang terjadi pada kemampuan pike jump dapat ditunjang oleh daya
ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri. Hubungan ini dapat
ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini ditemukan temuan yang memberikan informasi bahwa,
seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, maka atlet tersebut
harus meningkatkan daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan
diri. Dengan daya ledak otot perut yang baik dan ditunjang oleh daya ledak otot
tungkai dan kepercayaan diri yang baik pula, maka atlet tersebut akan memiliki
kemampuan pike jump yang baik pula. Untuk dapat memiliki daya ledak otot perut
yang baik, daya ledak otot tungkai dan kepercayaan diri yang baik, maka dibutuhkan
latihan-latihan yang terencana, teratur dan terukur sehingga atlet akan memiliki
kemampuan pike jump yang baik. Sebaliknya kemampuan pike jump akan menurun,
apabila atlet tersebut tidak melakukan latihan-latihan daya ledak otot perut dan daya
ledak otot tungkai yang disertai oleh kepercayaan diri yang tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel daya ledak otot perut (X1) daya
ledak otot tungkai (X2), dan kepercayaan diri atlet (X3) memiliki hubungan dengan
kemampuan pike jump. Ini berarti, bahwa semakin baik daya ledak otot perut, daya
ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, makin baik pula kemampuan pike jump.
Dan sebaliknya, makin rendah daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan
kepercayaan diri atlet, makin rendah pula kemampuan pike jump atlet. Oleh karena
itu, daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet
merupakan tiga variabel yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan
pike jump. Dari temuan penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelatih Aerobic
Gymnastics dan guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan kemampuan pike jump
dengan cara menyusun program latihan yang mengacu kepada variabel-variabel
penelitian di atas. Dengan semakin baiknya daya ledak otot perut, daya ledak otot
tungkai, dan kepercayaan diri atlet maka akan meningkatkan kemampuan pike jump
atlet.
Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat dijelaskan
suatu upaya-upaya untuk meningkatkan daya ledak otot perut, daya ledak otot
tungkai, dan kepercayaan diri atlet sehingga akan meningkatkan pula kemampuan
pike jump. Adapun implikasi yang dimaksud seperti berikut ini:
1. Meningkatkan Daya Ledak Otot Perut Atlet
Daya ledak otot perut atlet merupakan variabel yang menunjang
kemampuan pike jump. Karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan
daya ledak otot perut atlet. Dengan memiliki daya ledak otot perut yang baik,
maka atlet akan memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan pike jump
sempurna.
2. Meningkatkan Latihan Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak otot tungkai mutlak harus dimiliki oleh atlet Aerobic
Gymnastics. dengan memiliki daya ledak otot tungkai yang baik, atlet
Aerobic Gymnastics akan lebih mudah untuk dapat melakukan gerakan pike
jump secara sempurna. Dengan memiliki daya ledak otot tungkai yang baik
juga akan memudahkan atlet tersebut untuk melompat dengan jarak
maksimal ketika melakukan gerakan pike jump.

3. Meningkatkan Kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan faktor yang sangat tidak dapat dianggap
sepele. Seorang atlet apapun apabila tidak memiliki kepercayaan diri maka
atlet tersebut cenderung untuk tidak mau meningkatkan kemampuannya
yang dapat mengantarkannya pada kemenangan di setiap pertandingan.
4. Merancang Program Latihan Pike Jump
Daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri
merupakan variabel yang menunjang kemampuan pike jump. Baik variabel
daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, maupun kepercayaan diri atlet
memiliki hubungan dengan kemampuan pike jump. Dengan diketahuinya
ketiga variabel yang memiliki hubungan dengan kemampuan pike jump,
maka diupayakan dalam merancang program latihan yang mengutamakan
variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri
atlet untuk meningkatkan kemampuan pike jump.
Dengan merancang program latihan dari variabel daya ledak otot perut,
daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, maka diharapkan variabel
daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet
akan meningkat. Dengan meningkatnya variabel daya ledak otot perut, daya
ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, maka akan meningkatkan juga
kemampuan pike jump. Dengan meningkatnya kemampuan atlet dalam
melakukan keterampilan pike jump, diharapkan dapat meningkatkan prestasi
atlet secara umum. Seorang atlet Aerobic Gymnastics yang memiliki
kemampuan keterampilan pike jump yang baik akan mudah untuk dapat
meraih sukses pada cabang olahraga Aerobic Gymnastics.
Saran

Berdasarkan analisis data dan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam usaha meningkatkan kemampuan pike jump dalam olahraga Aerobic
Gymnastics disarankan pada pelatih Aerobic Gymnastics dapat
mengembangkan berbagai program latihan yang dapat menunjang
peningkatan daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, serta
kepercayaan diri atlet pada saat melakukan latihan, sehingga para atlet
mampu melakukan gerakan pike jump dengan semaksimal mungkin.
2. Untuk dapat menciptakan atlet Aerobic Gymnastics yang berprestasi, maka
diperlukan beberapa persyaratan: diantaranya memiliki kondisi antropometri
dan biomotorik baik, serta memiliki kepercayaan diri yang baik pula. Maka
dari itu, disarankan hasil penelitian ini dipergunakan sebagai alat tes untuk
mencari dan memilih atlet Aerobic Gymnastics pada tingkat pembibitan
(talent scoting), maupun pada tahapan spesialisasi, yang dapat diharapkan
di masa depan.
3. Kepada sesama peneliti disarankan agar melakukan penelitian-penelitian
dengan menggunakan variabel komponen fisik lainnya untuk mendapatkan
informasi-informasi terbaru yang lebih baik tentang variabel penelitian yang
belum terdapat pada penelitian ini khususnya terhadap kemampuan pike
jump.

Daftar Pustaka
Abdulkadir Ateng, M. P, Asas-asas dan Landasan Olahraga (Jakarta: Karunika,
Universitas Terbuka, 1986)
Agus Mahendra, Pembelajaran Senam Pendekatan Pola Gerak Dominan untuk
Siswa SLTP Edisi Ke-I, (Jakarta; Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas, 2001)
Delavier, Frederic, Strength Training Anatomy, 2nd ed. (Paris, France, 2006)
Federation Aerobic Gymnastics, Code of Point Aerobic Gymnastics (France:20052008)
Gallahue, David L., Ozmun, John, C, Understanding Motor Development
Infants, Children, Adolescents, Adults, 6th ed. (Singapore, McGraw Hill, 2006)
Feltz, Self-Confidence and Sports Performance, (Michigan State University)
Gerald, Carr, Sport Mechanics for Coaches, second edition (USA, Human
Kinetics,2004)
I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-Penelitian Sosial,
Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Jarvis, Matt, Sport Psychology,(London and New York, Routledge, 2006)
Martens, Rainer, Coaches Guide to Sport Psychology (Illinois, Human Kinetics
Publishers, Inc, 1942)
Martiknyo, Suryo, Studi Korelasional antara Daya Ledak Otot Tungkai,
Kelentukan Togok dan Rasa Percaya Diri dengan Kemampuan Lompat Tinggi Gaya
Straddle, (Jakarta, PPS UNJ 2011)
Mcginnis, Peter Merton, Biomechanics of sport and exercise 2nd ed. (USA,
Human Kinetics, 2005)
Shepherd, John, Sports Training (London, A&C Black, 2006)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
PT Rineka Cipta, 1998

Jakarta:

Rijal Umami, Studi Korelasional antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan
Togok dan Keseimbangan Statis dengan Keterampilan Aerobic Gymnastics Klub
Estafet Indonesia, Thesis (Jakarta: PPS UNJ 2011)
Woolfolk, Anita E., Educational Psychology, (Boston: Allyn and bacon, 1995)
Barbara De Angelis, Percaya Diri, terjemahan Baty Subakti,(Jakarta:PT. SUN,
1995)
www.sports-injury-info.com
www.usagymnasticsonline.com