LAPORAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI. doc

PEMBIBITAN TANAMAN PADI
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh :
Golongan C / Kelompok 3 :
Tri Agung Prayitno

(151510501104)

Rizal Eko Pribadi

(151510501098)

Dian Indah Lestari

(151510501107)

Muhayati Rofiah

(151510501108)


Lintang Indah Cahyati

(151510501109)

Sunarto

(151510501113)

Endang Arisandi

(151510501116)

Lisa Nadi Oktavia

(151510501119)

Tic tic Meilinda

(151510501120)


Bayu Setyaningrum

(151510501124)

Rizki Handayani

(151510501125)

Dyta Romadhona P.

(151510501131)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana sebagian penduduk Indonesia
bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi sebagian besar petani yang ada di
Indonesia merupakan petani kecil yang hanya memiliki luas lahan di bawah 0,5
ha. Sebagian petani yang ada di Indonesia menanam jenis tanaman pangan yakni
padi, sesuai dengan anjuran pemerintah untuk mencapai ketahanan pangan salah
satunya tersedianya kebutuhan bahan pangan yakni beras. Akan tetapi
peningkatan akan kebutuhan bahan pangan yang terus meningkat sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan penduduk. Hal itu membuat pemerintah harus
mengupayakan kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Menurut Yudhi Mahmud dkk.,
(2014) salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan
mengupayakan peningkatan produksi varietas tanaman pangan yang memiliki
kualitas baik.
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput
berumpun. Tanaman pangan satu ini penyebarannya di Indonesia hampir ke
seluruh wilayah nusantara, hal itu di sebabkan oleh adanya kesesuaian lahan serta
kultur masyarakat yang sesuai dalam mengembangkan budidaya jenis tanaman
pangan salah satunya tanaman padi (Purwono dan Purnamawati dalam Neni
Marlina dkk., 2012). Tanaman padi juga merupakan komoditas yang memiliki
peran strategis bagi banyak negara dan lebih setengah penduduk yang ada didunia
mengandalkan beras sebagai sumber kabohidratnya. Di Indonesia tanaman padi

selain berfungsi sebagai bahan makanan utama yakni beras, tanaman padi juga
berfungsi sebagai sumber mata pencaharian sebagian besar petani. Oleh karena
itu, upaya dalam meningkatan produktivitas tanaman padi perlu dilakukan.
Menurur Patti dkk..,(2013) upaya untuk meningkatkan produktifitas tanaman padi
salah satunya dengan melakukan pemilihan bibit tanaman padi yang bermutu serta
melakukan pembibitan dengan metode dan waktu yang tepat.

Perbanyakan tanaman padi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
baik dengan menanam benih tanaman padi secara langsung pada lahan yang akan
digunakan sebagai lahan tanaman padi ataupun dengan melakukan penyemaian
benih padi terlebih dahulu pada suatu lahan penyemaian. Setelah itu benih padi
yang berumur sekitar 21 – 28 hari dipindahkan dan ditanam pada lahan yang akan
digunakan sebagai areal lahan tanaman padi. Lahan penyemaian benih padi itu
sendiri dibuat hampir bersamaan dengan penyiapan lahan untuk penanaman.
Menurut Purwono dan Heni.,(2010) penyiapan lahan dengan pengolahan tanah
yang baik itu tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman.
Persemaian benih padi dapat dilakukan pada dua bentuk persemaian, yakni
persemaian kering dan persemaian basah. Persemaian kering dilakukan pada
lingkungan lahan yang kering dan tidak ada genangan air atau salinitas air. Lahan
kering awalnya digemburkan terlebih dahulu agar dapat dilakukan penyemaian

benih padi pada lahan tersebut. Umur benih padi yang telah disemai pada lahan
kering sekitar 21 hingga 25 hari siap untuk ditanam di lahan pertanaman. Menurut
Muhammad Noor., (1996) persemaian yang dilakukan lebih dari 25 hari dan bibit
padi tidak cepat ditanam di areal penanaman, maka bibit padi akan tua dan akan
menghambat proses pertumbuhan, serta bibit padi akan rentan terhadap hama dan
penyakit. Persemaian basah, persemaian benih yang dilakukan pada lahan yang
memiliki cukup air untuk kebutuhan benih. Biasanya pada persemaian basah ini
lahan semaian digunakan pada bagian lahan yang relatif tinggi untuk menghindari
dari adanya genangan air yang berlebihan atau dengan membuat lahan bedengan.
Oleh karena itu kegiatan praktikum ini perlu dilakukan agar para praktikan dapat
mengetahui dan memahami bagaimana cara menentukan benih yang unggul serta
cara melakukan pembibitan tanaman padi dengan metode pembibitan basah.
1. 2 Tujuan
1.

Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan
uji.

2.


Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan
basah.

BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2. 1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan Praktikum Lapang Pengantar Teknologi Pertanian dengan acara
Pembibitan Tanaman Padi yang dilakukan pada hari kamis, 24 Maret 2016 pukul
07.00 – 09.00 WIB di UPT Agrotechnopark Jubung, Kecamatan Rambipuji,
Kabupaten Jember.
2. 2 Alat dan Bahan
2. 2. 1 Alat
1.

Timba

2.

Timbangan

3.


Alat tulis

4.

Alat penunjang praktikum lainnya.

2. 2. 2 Bahan
1.

Benih padi

2.

Pupuk ZA

3.

Air


4.

Jerami

2. 3 Cara kerja :
1.

Menentukan mutu benih
a. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap
liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume
benih yang akan diuji.
b. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan
sambil diaduk secara merata.
c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan mencatat
beratnya.

d. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih
yang tenggelam pada dsar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.
e. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian
merendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.

f. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk
ditabur ke pesemaian.
2.

Pembibitan Padi Secara Basah
a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan
baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20
cm, lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
b. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media
semai yang basah tetapi tidak menggenang. Jika ada hujan, menutup
permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu
lapisan.
c. Menjaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan dan
melakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan baku teknis yang
telah ditetapkan.
d. Mencabut bibit setelah berumur 21 hari dan mengikat nya setiap kumpulan
bibit sampai bibit siap diangkut dan ditanam di areal tanam.

BAB 3. HASIL
Tabel 3.1 Hasil pelaksanaan pembibitan tanaman padi

1
1

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI
Penyiapan Benih
1
Tahap pekerjaan
- Menyiapkan benih ke dalam wadah (timba) untuk dibawa ke lahan
2

- Melihat deskripsi varietas yang terdapat pada label benih
Pengamatan hasil
- Benih di dalam wadah (timba) yang bernas telah siap untuk

3
2

3

disemaikan

Keterangan

Pembuatan Bedengan Pembibitan
1
Tahap pekerjaan
2

Pengamatan hasil

3

Keterangan

Penyebaran Benih
1
Tahap pekerjaan
- Menaburkan benih untuk ditanam ke bedengan yang telah
disediakan.
- Meratakan benih agar tidak menumpuk pada bedengan.

4

2

- Menutupi benih yang sudah ditaburkan di bedengan dengan jerami.
Pengamatan hasil

3

- Benih tersebar merata pada lahan bedengan
Keterangan

Pemeliharaan Pembibitan
1
Tahap pekerjaan
- Mengunjungi areal lahan pembibitan.
- Mengamati pertumbuhan bibit.
- Melakukan penyiangan dengan membuang gulma yang tumbuh di

lahan bedengan.
- Melakukan perlindungan dari gangguan organisme pengganggu
tanaman (OPT) dengan membuang OPT yang ada di lahan
2

persemaian.
Pengamatan hasil
- Sebagian besar bibit tumbuh dengan normal dan berwarna hijau
- Terdapat beberapa bibit yang berwarna kuning dan tumbuh kerdil
atau tidak tumbuh.

3
5

- Terdapat gulma yang tumbuh disekitar pembibitan.
Keterangan

Pencabutan dan Pemindahan Bibit
1
Tahap pekerjaan
2

Pengamatan hasil

3

Keterangan
-

Tabel 3.2 Hasil pengamatan lahan pembibitan padi
N

Parameter

o
1

Pengamatan
Benih Tumbuh
a. Normal (%)

Jumlah Persentase
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
73%

90%

90%

70%

82%

Keterangan dan
Gambar
Bibit
tumbuh
seragam dan daun
berwarna hijau

b. Tidak normal
(%)

8%

6%

5%

15%

8%

Bibit

menguning

dan terdapat bercak
coklat

Bibit

kerdil,

pertumbuhan tidak
seragam
bibit lain

dengan

2

Benih Tidak

Benih tidak

Tumbuh

tumbuh, masih

a. Normal (%)

13%

3%

2%

8%

6%

berupa benih atau
benih utuh

b. Tidak normal

6%

1%

3%

7%

4%

Benih membusuk

(%)

3

Hama

-

-

-

-

Keong mas

Belalang coklat

Belalang hijau

4

Gulma

Gulma berdaun

a. Berdaun lebar

-

-

-

-

-

lebar

b. Rumput

-

-

-

-

-

Rumput

c. Teki

-

-

-

-

-

BAB 4. PEMBAHASAN
Kegiatan pembibitan tanaman padi di mulai dengan tahap penyiapan benih
yang bernas dan unggul. Tahap selanjutnya adalah menyebar benih pada bedengan
yang telah dibuat. Setelah benih disebar langkah selanjutnya kemudian menutupi
benih padi dengan menggunakan jerami. Tujuan dari penutupan benih padi yang
telah disebar pada bedengan dengan jerami agar benih terlindungi dari sinar
matahari langsung dan mengatur suhu pada benih. Tahap pemeliharaan bibit
tanaman padi dengan mengamati pertumbuhan bibit serta melihat dan mengambil
gulma yang tumbuh disekitar bibit tanaman padi. Serta mengamati organisme
pengganggu tanaman pada lahan pembibitan dan membuangnya. Berdasarkan
hasil pengamatan pada lahan pembibitan tanaman padi ditemukan gulma yang
tumbuh disekitar bibit, seperti rumput teki, rumput daun lebar dan terdapat hama
yang berupa serangga kecil, belalang, serta keong mas. Berdasarkan hasil
pengamatan dari kegiatan pembibitan adalah sebagian besar benih tanaman padi
tumbuh menjadi bibit dengan normal dan berwarna hijau. Akan tetapi juga
terdapat organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berupa hama dan gulma.
Serta masih terdapat benih tanaman padi yang tidak tumbuh dengan normal
dengan benih memiliki berbagai keadaan seperti keadaan benih masih
bernas/normal dan benih sudah tidak normal/busuk.
Kegiatan mengamati pertumbuhan bibit tanaman padi dari rata-rata semua
kelompok benih tumbuh dengan keadaan normal berwarna hijau sekitar 81%.
Sampel benih yang tumbuh normal dari kelompok satu sekitar 73%. Serta benih
yang tumbuh dengan keadaan normal dari kelompok dua dan tiga masing-masing
sebanyak 90%. Benih yang tumbuh normal dari kelompok empat sekitar 70% dan
terakhir adalah kelompok lima dengan benih yang tumbuh normal sekitar 82%.
Parameter selanjutnya adalah benih yang tumbuh akan tetapi tidak tumbuh dengan
normal. Untuk sampel kelompok satu sekitar 8%, benih yang tumbuh namun
keadaannya tidak normal yang dicirikan dengan warna daun yang menguning.
Sampel kelompok dua sebanyak 6% benih yang tumbuh namun keadaannya tidak
normal. Serta sampel dari kelompok tiga sebanyak 5% benih yang tumbuh tidak

normal dengan daun berwarna kuning. Sampel kelompok empat dan kelompok
lima dengan benih yang tumbuh akan tetapi tidak normal dengan dicirikan daun
berwarna kuning yang masing-masing sebanyak 15% dan 8%.
Benih tidak tumbuh dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor internal
benih dan faktor lingkungan luar benih. Sampel lahan pembibitan yang diamati
oleh kelompok satu dan dua sekitar 13% benih tidak tumbuh dengan normal
maksudnya keadaan benih masih normal yakni masih bernas. Sampel dari
kelompok tiga sebanyak 2% benih yang tidak tumbuh akan tetapi benih masih
dalam keadaan normal. Serta sampel dari kelompok empat dan lima memiliki
benih yang tidak tumbuh namun keadaan benih masih normal masing-masing
sebanyak 8% dan 6%. Sedangkan benih yang tidak tumbuh dan keadaan benih
sudah tidak normal atau biasanya benih terserang penyakit atau jamur. Sampel
kelompok satu dan

kelompok dua dengan benih yang tidak tumbuh dengan

keadaan benih yang sudah tidak normal sekitar 6%. Sampel dari kelompok tiga
dengan benih tidak tumbuh normal dan benih dalam keadaan tidak normal
sebanyak 3%. Serta sampel untuk kelompok empat dan kelompok lima yang
memiliki benih tidak tumbuh dan benih telah dalam keadaan tidak normal masingmasing sebanyak 7% dan 4%.
Pembibitan tanaman padi biasanya selain di pengaruhi dari faktor internal
benih atau vigor benih juga dipengaruhi lingkungan luar benih. Lingkungan luar
benih dapat berupa iklim, suhu dan organisme pengganggu tanaman. Organisme
pengganggu tanaman (OPT) dapat berupa hama, penyakit dan gulma. Hama yang
terdapat pada sampel lahan pembibitan kelompok satu ditemukan ulat, belalang,
kepik, wereng hijau dan serangga kecil. Hama pada kelompok dua ditemukan ulat,
belalang, kepik dan serangga kecil. Sedangkan untuk hama pada kelompok tiga
yakni ulat, belalang hijau, kepik dan serangga kecil. Sampel pada kelompok
empat ditemukan belalang, serangga kecil, keong dan ulat. Serta untuk sampel
lahan pembibitan kelompok lima ditemukan belalang, ulat dan kepik. Gulma
merupakan tanaman pengganggu tanaman pokok. Gulma yang tumbuh pada
sampel lahan pembibitan kelompok satu adalah rumput liar saja. Sedangkan
gulma pada sampel kelompok dua adalah rumput liar dan rumput daun kecil. Serta

untuk sampel lahan pembibitan kelompok tiga dan kelompok empat yakni rumput
teki dan rumput dengan daun lebar. Serta untuk sampel lahan pembibitan
kelompok lima gulma yang tumbuh adalah rumput liar, rumput daun lebar dan
rumput teki.
Jerami merupakan sisa rumput tanaman padi yang telah dipanen. Jerami
sendiri merupakan sumber hara yang akan memperbaiki sifat-sifat tanah. Jerami
atau bahan organik lainnya merupakan sumber karbon/C serta sumber energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan populasi dan aktivitas jasad renik tanah. Salah satu
upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah setelah ditanami oleh tanaman
adalah dengan mengembalikan hara yang terkandung dalam jerami. Hara di dalam
jerami cukup besar maka sangat dianjurkan untuk digunakan sebagai pupuk
organik (Ansari dkk., 2014). Jerami yang digunakan dalam pembibitan tanaman
padi sebagai mulsa. Kelebihan pemberian jerami adalah untuk melembabkan
tanah, serta mulsa jerami juga dapat menambahkan kandungan bahan organik
dalam tanah yang mana hal itu akan bermanfaat bagi tanaman yang dibudiyakan.
Kekurangan dari pemberian jerami yang berlebihan sehingga menutupi benih
dengan rapat adalah dapat membuat benih yang ditanam mengalami busuk benih
karena terlalu lembab tanahnya. Menurut Pardosi dkk., (2013) mulsa jerami dapat
melembabkan tanah, serta dapat menambahkan kandungan bahan organik pada
tanah.
Pembibitan tanaman padi yang baik dan benar adalah dengan melakukan
penebaran benih padi pada lahan yang tepat untuk digunakan sebagai tempat
pembibitan. Lahan atau tempat pembibitan benih padi biasanya berupa bedengan
atau gundukan tanah yang dibuat sedemikian rupa. Bedengan tempat pembibitan
benih padi biasanya dibuat dan dibentuk sesuai dengan keadaan sekitarnya,
maksudnya bedengan harus dibuat tinggi agar terhindar dari genangan air saat
hujan turun. Tujuan agar terhindar dari genangan air adalah supaya benih padi
tidak mengalami busuk benih dan benih dapat tumbuh menjadi bibit padi yang
unggul dan baik. Sebaiknya benih tanaman padi yang telah ditebar, dan ditutupi
oleh jerami agar suhu pada benih terjaga dan benih terlindungi dari sinar matahari
langsung (Ismunadji., 1989).

Pembibitan basah merupakan penyemaian benih tanaman padi dilakukan
pada lahan yang ketersediaan airnya tercukupi. Pembibitan basah atau persemaian
basah dilakukan jika lahan tanah sawahnya subur. Tahap awal pembibitan basah
adalah dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang ada pada lahan, kemudian
menggenangi areal lahan dengan air. Tujuan dari penggenangan adalah untuk
melunakkan tanah atau membuat tekstur tanah menjadi tidak keras. Serta tujuan
lainnya agar rerumputan dan organisme parasit dalam tanah mati. Tanah yang
sudah lunak kemudian dilakukan pembajakan atau kegiatan megolah tanah.
Setelah kegiatan pembajakan, kemudian dilakukanlah kegiatan penggaruan yang
tujuannya agar lahan sawah rata. Pembibitan basah dilakukan dengan membuat
bedengan-bedengan pada lahan sawah yang telah di olah tadi. Bedengan dibuat
dengan tinggi sekitar 5-10 cm agar air tidak tergenang pada lahan pembibitan.
Sekat antar bedengan dibuat saluran drainase agar air dapat mengalir dengan
lancar dan tidak menimbulkan genangan pada lahan pembibitan. Kelebihan
pembibitan basah adalah penyemaian benih yang dilakukan akan dapat tumbuh
dengan baik dan optimal, karena ketersediaan air bagi benih tercukupi. Sedangkan
untuk kekurangannya adalah jika bedengan tidak dibuat dengan cukup tinggi dari
saluran drainase akan mengakibatkan tergenangnya bedengan yang digunakan
sebagai lahan pembibitan dan akan membuat benih mengalami busuk benih.
Persemaian atau pembibitan kering merupakan penyemaian benih yang
dilakukan pada lahan yang tidak mencukupi ketersedian airnya. Serta tahapan
untuk pembibitan benih pada lahan kering ini sama dengan tahapan untuk
pembibitan basah. Namun setiap pagi dan sore saat masa pertumbuhan benihnya
harus disiram air secara rutin. Kelebihan untuk pembibitan kering adalah dapat
ditanam di halaman rumah atau dimanapun. Serta kelebihan lainnya adalah jika
ditanam di halaman rumah, maka pengawasan terhadap hama dan penyakit lebih
intensif daripada pembibitan di lahan basah sawah. Kekurangan pembibitan
kering, jika saat musim kemarau dan ketersediaan air tidak ada pada saat masa
pertumbuhan benih, maka hal itu akan menghambat pertumbuhan benih dan
membuat benih atau bibit tanaman yang sudah tumbuh akan mati (Ismunadji.,
1989).

BAB 5. PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
1.

Bibit merupakan tumbuhan muda atau benih yang sudah tumbuh. Bibit yang
memiliki kualitas tinggi berpotensi memiliki produktifitas tanaman yang
tinggi pula.

2.

Pembibitan tanaman padi yang baik adalah di lakukan pada lahan yang sesuai
dan tepat dalam proses pertumbuhan benih tersebut.

3.

Terdapat dua macam pembibitan tanaman padi yaitu pembibitan basah dan
pembibitan kering, dimana setiap macam pembibitan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.

4.

Bibit yang sudah disemai harus ditutupi dengan jerami agar terhindar dari
gangguan keadaan lingkungan dan organisme pengganggu tanaman.

5.

Benih yang disemai tumbuh seragam dan berwarna hijau meskipun ada
sebagian yang berwarna kuning dan sebagian ada benih yang tidak tumbuh.

6.

Ditemukan adanya hama dan gulma yang tumbuh pada lahan bedengan
pembibitan.

5. 2 Saran
Kegiatan praktikum pembibitan tanaman padi sawah terbilang sudah cukup
terlaksana dengan baik dan lancar. Akan tetapi jika estimasi waktu praktikum
lebih diefisiensikan agar para praktikan dapat melakukan kegiatan praktikum
secara efisien dari segi waktu pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Hanafi., Jamilah dan Mukhlis. 2014. Pengaruh Dosis Pupuk dan Jerami
Padi Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah Serta Produksi Padi Sawah
Pada Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification). Online
Agroekoteknologi, 2(3) : 1048 -1055.
Ismunadji, M., Syam, M. dan Yuswadi. 1989. Padi. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Mahmud, Yudhi dan Sulistiyo S. P. 2014. Keragaman Agronomis beberapa
Varietas Unggul Baru Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Model
Pengelolaan Tanaman Terpadu. Ilmiah Solusi, 1(1) : 1 - 10.
Marlina, Neni., Eko A. S. dan Nurbaiti A. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) terhadap Takaran PupukOrganik Plus dan Jenis Pestisida Organik
dengan System of Rice Intensification (SRI) di Lahan Pasang Surut. Lahan
Suboptimal, 1(2) : 138 - 148.
Noor, Muhammad. 1996. Padi Lahan Marjinal. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pardosi, Erwita., Jamilah dan K. S. Lubis. 2013. Kandungan Bahan Organik dan
Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah Pada Pola Tanam Padi-padi dan Padi
Semangka. Online Agroekoteknologi, 1(3) : 429 – 439.

Patti, P. S., E. Kaya dan Ch. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah
dalam Kaitannya dengan Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa
Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia,
2(1) : 51 – 58.
Purwono dan Heni P. 2010. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta : Penebar Swadaya.