Makalah Farmasi Fisika Difusi Dan Disolu

3. Makalah Farmasi Fisika Difusi Dan Disolusi

MAKALAH FARMASI FISIKA “DISOLUSI DAN DIFUSI” OLEH : KELOMPOK IV 1.
RISKA ZAIN (70100113043) 2. AMIRUDDIN (701001130) 3. FATHANAH ARIF
(701001130) JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA-GOWA 2015 KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa
saya ucapkan salam serta taslim kepada Nabi Muhammad saw yang telah menjadi suri tauladan
yang baik bagi umat manusia. Saya sadar dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan kerendahan hati meminta maaf kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan membawa manfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca pada umumnya.
Samata-Gowa, 28 Januari 2015 Penyusun, Kelompok IV DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..
…………………………………………………………… DAFTAR
ISI………………………………………………………………………. ISI I. Pendahuluan a.
Latar Belakang………………………………………………………….. b. Rumusan
Masalah……………………………………………………….. II. Isi a.
Pengertian……………………………………………………………….. b. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecepatan Disolusi………..……… c. Laju Obat Secara In
Vitro…………………………...…………………... d. Penentuan Kecepatan
Disolusi………………………..………...………. e. Contoh Perhitungan Disolusi…..……….

……………………………….. f. Aplikasi Disolusi Pada
Obat…………………………………………….. g. Mekanisme
Difusi……………………………………………………….. h. Faktor Yang Mempengaruhi
Difusi……………………………………... III. Penutup a.
Kesimpulan……………………………………………………………… b.
Saran…………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan
senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut
melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Suatu bahan obat yang
diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran
terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan
absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang
minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan
menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti
mikronisasi obat atau kompleksasi. Teknologi disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau
mengontrol laju diabsorbsi obat-obat yang mempunyai kelarutan yang rendah, Karena tahapan
yang ada dalam perlepasan obat ari bentuk sediaanya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi
sistemik. Dalam dunia kefarmasian para apoteker dan pakar-pakar kimia senantiasa merancang
sediaan obat supaya mampu menrancang terobosan baru dalam menciptakan suatu produk yang

berkualitas, baik dari segi kesetabilan obat maupun efek yang ditimbulkan. Laju disolusi atau
kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut dalam air telah lama menjadi masalah pada
industri farmasi. Obat-obat tersebutumumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian

pula laju absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju rendah atau
bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi obat tersebut menjadi
tidak sempurna. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang disebut dengan Disolusi? 2. Apa saja yang
dapat mempengaruhi kecepatan disolusi? 3. Bagaimana metode penentuan kecepatan disolusi? 4.
Bagaimana laju obat secara in vitro? 5. Bagaiman perhitungan dalam menentukan kecepatan
disolusi? 6. Bagaimana aplikasi pengaruh disolusi zat terhadap obat ? 7. Bagaimana mekanisme
difusi?
BAB II ISI A. Pengertian Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media
pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk
padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep. Disolusi didefinisikan sebagai suatu
proses melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium
tertentu. Uji disolusi berguna untuk mengertahui seberapa banyak obat yang melarut dalam
medium asam atau basa (lambung dan usus halus). Laju disolusi suatu obat adalah kecepatan
perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut dalam medianya setiap waktu tertentu. Jadi disolusi

menggambarkan kecepatan obat larut dalam media disolusi. Kecepatan disolusi adalah suatu
ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.
Suatu hubungan yang umum menggambarkan proses disolusi zat padat telah dikembangkan oleh
Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan berikut : Keterangan: dM.dt-1 : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi S : luas permukaan zat Cs : kelarutan zat padat C :
konsentrasi zat dalam larutan pada waktu h : tebal lapisan difusi Dalam teori disolusi
atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama proses disolusi berlangsung pada
permukaan padatan terbentuk suatu lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan
dengan ketebalan h. Bila konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil dari pada
kelarutan zat tersebut (Cs) sehingga dapat diabaikan, maka harga (CsC) dianggap sama
dengan Cs. Jadi, persamaan kecepatan disolusi dapat disederhan akan menjadi: B. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi 1. Suhu Meningginya suhu umumnya
memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga
koefisien difusi zat. Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut : Keterangan : D : koefisien difusi R : jari-jari molekul K :
konstanta Boltzman ή : viskosita pelarut T : suhu 2. Viskositas Turunnya viskositas pelarut akan
memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya
suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi. 3. pH Pelarut pH
pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam atau basa lemah. a.
Asam Lemah kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian,
kecepatan disolusi zat juga meningkat. b. Basa Lemah besar atau pH kecil maka kelarutan zat

akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat. 4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi. Jika pengadukan berlangsung
cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang. 5. Ukuran Partikel Jika partikel zat
berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi
meningkat. 6. Polimorfisme Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.
Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga.
Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan
disolusinya besar. 7. Sifat Permukaan Zat Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan
obat bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar

partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan
disolusinya bertambah. C. Laju Obat Secara In Vitro Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
laju secara in vitro adalah sebagai berikut : 1. Sifat Fisika Kimia Obat Sifat fisika kimia obat
berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan
memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada
permukaansolut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi.
Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam
maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika
pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal
secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf,

kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal. 2.
Faktor Alat dan Kondisi Lingkungan Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi
akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan
mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan
semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas
dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampai juga dapat mempengaruhi kecepatan
pelarutan obat. 3. Faktor Formulasi Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada
sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan
muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung
dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium
stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan
tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan
kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan
jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat yang
diabsorpsi. D. Penentuan Kecepatan Disolusi Penentuan kecepatan disolusi suatu zat dapat
dilakukan melalui metode : 1. Metode Suspensi Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut
tanpa pengontrolan eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktuwaktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan carayang sesuai. 2. Metode
Permukaan Konstan Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga
variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet
terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi. Penentuan dengan metode

suspensi dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung seperti yang
tercantum pada USP. Sedangkan untuk metode permukaan tetap, dapat digunakan alat seperti
diusulkan oleh Simonelli dkk, sebagai berikut : Gambar Alat Disolusi Dalam bidang farmasi,
penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan disolusi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi obat di dalam tubuh. Penentuan kecepatan
disolusi suatu zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan suatu sediaan obat,
antara lain: 1. Tahap Pra Formulasi Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan
terhadap bahan baku obat dengan tujuan untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh
informasi tentang bahan baku tersebut. 2. Tahap Formulasi Pada tahap ini penentuan kecepatan
disolusi dilakukan untuk memilih formula sediaan yang terbaik. 3. Tahap Produksi Pada tahap
ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitassediaan obat yang diproduksi.
Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh prosesabsorpsi dan kadar obat
dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obatdalam bentuk sediaan padat mengalami
berbagai tahap pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut
meliputi disintegrasi,deagregasi dan disolusi. Kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi

dalam proses disintegrasi, disolusi dan absorpsi, ditentukan oleh tahap yang palinglambat dari
rangkaian di atas yang disebut dengan rate limiting step . Efektivitas dari suatu tablet dalam
melepas obatnya untuk absorpsi sistemik agaknya bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk
sediaan dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting adalah

laju disolusi dari obat padat tersebut. Seringkali disolusi merupakan tahapan yang membatasi
atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah,
karena tahapan ini sering kali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai tahapan
yang ada dalam penglepasan obat dari bentuk sediaannya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi
sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi maka molekul solut pertama-tamaharus
memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki
pelarut. Tergantung pada kedua proses ini dan bagaimana cara proses transpor berlangsung
maka perilaku disolusi dapatdigambarkan secara fisika. Dari segi kecepatan disolusi yang terlibat
dalamzat murni, ada tiga dasar model fisika yang umum, yaitu: a. Model Lapisan Difusi
(Diffusion Layer Model) Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada
permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan ℓ, merupakan komponen
kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada
permukaan padat-cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar muka “liquid film –
bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang. Karena
itu kecepatan disolusi ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liguid film. b.
Model Barrier Antarmuka (Interfacial Barrier Model) Model ini menggambarkan reaksi yang
terjadi pada permukaan padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis
cairan. Sebagaihasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan halini harus
dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair sekarang
menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi

secara difusi melewatilapisan tipis statis (stagnant). c. Model Dankwert (Dankwert Model)
Model ini beranggapan bahwa transport solut menjauhi permukaan padat terjadi melalui cara
paket makroskopik pelarut mencapai antar muka padat-cair karena terjadi pusaran difusi secara
acak. E. Contoh Perhitungan Disolusi 1. Sediaan granul dengan berat 0.55g dan luas
permukaannya 0,28 m2 (0,28x 104 cm2) dibiarkan melarut dalam 500ml air pada 250C. Sesudah
menit pertama, jumlah yang ada dalam larutan adalah 0,76mg. Jika kelarutan Cs dariobat
tersebut adalah 15 mg/ml pada 250C, berapakah konstanta laju disolusi k atau D/h ? M berubah
secara linier dengan t awal! Jawab : 12,67 mg/detik 12,67 mg/detik = k x 0,28 x 15 mg/cm k =
3,02 x 10-4 cm/detik Dalam contoh diatas 0,760 g larutan dalam 500 ml air selama 1
menitatau760/500 = 1,5 mg/ cm. harga ini satu persepuluh dalam dalam kelarutan obat dan
dibuang dari persamaan (15) tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti
yang dapat dilihat dengan persamaan (15) K = 12,67 mg/detik (0,28 x 104 cm2) (15 mg/ cm –
1,5 mg/cm ) K = 3,35 x 10-4 cm/detik. F. Aplikasi Disolusi Pada Obat Disolusi suatu sediaan
obat akan terjadi pada suatu mukosa untuk kemudian dilanjutkan ke proses absorpsi. Absorpsi
obat setelah penggunaan melalui mulut dapat terjadi pada rongga mulut dan anus.
Umumnya hal penting yang diharapkan dan sebagian besar contoh adalah semakin besar
absorbsi maka semakin baik. Maka dari itu peran disolusi akan mempengaruhi proses absorpsi.
G. Mekanisme Difusi Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau
gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung
melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang

terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi
(fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-molekul

yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat
menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap
molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik
yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam
serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan
beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi
memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi. H. Faktor
yang Mempengaruhi Difusi Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi difusi : a. Suhu;
makin tinggi difusi makin cepat b. BM makin besar difusi makin lambat c. Kelarutan dalam
medium; makin besar difusi makin cepat d. Perbedaan konsentrasi; makin besar perbedaan
Ckonsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi. e. Jarak tempat
berlangsungnya difusi; makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi

yang terjadi. f. Area tempat berlangsungnya difusi; makin luas area difusi, makin cepat proses
difusi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah
ini adalah lepasnya suatu obat dari system pemberian meliputi Disolusi dan Difusi.
Pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh laju disolusi. Factor yang dapat
mempengaruhi laju disolusi yaitu Suhu,Viskositas, pH pelarut, Pengadukan, Ukuran partikel,Poli
morfisme, Sifat permukaan zat. B. Saran Kami mengharapkan kritik dan saran kepada teman
semua serta dosen yang bersangkutan demi sempurnanya makalah yang saya buat. DAFTAR
PUSTAKA Ansel, Howard c. 1989. Pengantar Sediaan Farmas Edisi ke Empat. Jakarta :
UI Press Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Martin, Alfred dkk. 2008. Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta : UI
PRESS Sulistia G. dkk.1995.Farmakologi dari Terapi Edisi IV Farmakologi Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Please download to view
Download 18
All materials on our website are shared by users. If you have any questions about copyright issues, please report us
to resolve them. We are always happy to assist you.

Makalah Farmasi Fisika Difusi Dan Disolusi
by rizka-dlinstar-risefreenzy
on Jan 18, 2016

Report

Category:

Documents
Download: 14
Comment: 0
183
views
Comments
Description
Farmasi 2013 UIN Alauddin
Download Makalah Farmasi Fisika Difusi Dan Disolusi
Transcript
MAKALAH FARMASI FISIKA “DISOLUSI DAN DIFUSI” OLEH : KELOMPOK IV 1.
RISKA ZAIN (70100113043) 2. AMIRUDDIN (701001130) 3. FATHANAH ARIF
(701001130) JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA-GOWA 2015 KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa
saya ucapkan salam serta taslim kepada Nabi Muhammad saw yang telah menjadi suri tauladan
yang baik bagi umat manusia. Saya sadar dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan kerendahan hati meminta maaf kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan membawa manfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca pada umumnya.
Samata-Gowa, 28 Januari 2015 Penyusun, Kelompok IV DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..
…………………………………………………………… DAFTAR
ISI………………………………………………………………………. ISI I. Pendahuluan a.
Latar Belakang………………………………………………………….. b. Rumusan
Masalah……………………………………………………….. II. Isi a.
Pengertian……………………………………………………………….. b. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecepatan Disolusi………..……… c. Laju Obat Secara In
Vitro…………………………...…………………... d. Penentuan Kecepatan
Disolusi………………………..………...………. e. Contoh Perhitungan Disolusi…..……….
……………………………….. f. Aplikasi Disolusi Pada
Obat…………………………………………….. g. Mekanisme
Difusi……………………………………………………….. h. Faktor Yang Mempengaruhi
Difusi……………………………………... III. Penutup a.

Kesimpulan……………………………………………………………… b.
Saran…………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan
senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut
melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Suatu bahan obat yang
diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran
terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan
absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang
minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan
menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti
mikronisasi obat atau kompleksasi. Teknologi disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau
mengontrol laju diabsorbsi obat-obat yang mempunyai kelarutan yang rendah, Karena tahapan
yang ada dalam perlepasan obat ari bentuk sediaanya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi
sistemik. Dalam dunia kefarmasian para apoteker dan pakar-pakar kimia senantiasa merancang
sediaan obat supaya mampu menrancang terobosan baru dalam menciptakan suatu produk yang
berkualitas, baik dari segi kesetabilan obat maupun efek yang ditimbulkan. Laju disolusi atau
kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut dalam air telah lama menjadi masalah pada
industri farmasi. Obat-obat tersebutumumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian
pula laju absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju rendah atau
bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi obat tersebut menjadi
tidak sempurna. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang disebut dengan Disolusi? 2. Apa saja yang
dapat mempengaruhi kecepatan disolusi? 3. Bagaimana metode penentuan kecepatan disolusi? 4.
Bagaimana laju obat secara in vitro? 5. Bagaiman perhitungan dalam menentukan kecepatan
disolusi? 6. Bagaimana aplikasi pengaruh disolusi zat terhadap obat ? 7. Bagaimana mekanisme
difusi? BAB II ISI A. Pengertian Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari
bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi
ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media
pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk
padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep. Disolusi didefinisikan sebagai suatu
proses melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium
tertentu. Uji disolusi berguna untuk mengertahui seberapa banyak obat yang melarut dalam
medium asam atau basa (lambung dan usus halus). Laju disolusi suatu obat adalah kecepatan
perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut dalam medianya setiap waktu tertentu. Jadi disolusi
menggambarkan kecepatan obat larut dalam media disolusi. Kecepatan disolusi adalah suatu
ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu.
Suatu hubungan yang umum menggambarkan proses disolusi zat padat telah dikembangkan oleh
Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan berikut : Keterangan: dM.dt-1 : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi S : luas permukaan zat Cs : kelarutan zat padat C :
konsentrasi zat dalam larutan pada waktu h : tebal lapisan difusi Dalam teori disolusi
atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama proses disolusi berlangsung pada
permukaan padatan terbentuk suatu lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan
dengan ketebalan h. Bila konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil dari pada
kelarutan zat tersebut (Cs) sehingga dapat diabaikan, maka harga (CsC) dianggap sama
dengan Cs. Jadi, persamaan kecepatan disolusi dapat disederhan akan menjadi: B. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi 1. Suhu Meningginya suhu umumnya

memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga
koefisien difusi zat. Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut : Keterangan : D : koefisien difusi R : jari-jari molekul K :
konstanta Boltzman ή : viskosita pelarut T : suhu 2. Viskositas Turunnya viskositas pelarut akan
memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya
suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi. 3. pH Pelarut pH
pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam atau basa lemah. a.
Asam Lemah kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian,
kecepatan disolusi zat juga meningkat. b. Basa Lemah besar atau pH kecil maka kelarutan zat
akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat. 4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi. Jika pengadukan berlangsung
cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang. 5. Ukuran Partikel Jika partikel zat
berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi
meningkat. 6. Polimorfisme Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme.
Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga.
Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan
disolusinya besar. 7. Sifat Permukaan Zat Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan
obat bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar
partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan
disolusinya bertambah. C. Laju Obat Secara In Vitro Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
laju secara in vitro adalah sebagai berikut : 1. Sifat Fisika Kimia Obat Sifat fisika kimia obat
berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan
memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada
permukaansolut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi.
Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam
maupun basa bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika
pelarutan yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal
secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf,
kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk kristal. 2.
Faktor Alat dan Kondisi Lingkungan Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi
akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan
mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan
semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas
dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampai juga dapat mempengaruhi kecepatan
pelarutan obat. 3. Faktor Formulasi Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada
sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan
muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung
dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium
stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan
tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat, misalnya kalsium karbonat dan
kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan
jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat yang
diabsorpsi. D. Penentuan Kecepatan Disolusi Penentuan kecepatan disolusi suatu zat dapat
dilakukan melalui metode : 1. Metode Suspensi Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut
tanpa pengontrolan eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktuwaktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan carayang sesuai. 2. Metode

Permukaan Konstan Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga
variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet
terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi. Penentuan dengan metode
suspensi dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung seperti yang
tercantum pada USP. Sedangkan untuk metode permukaan tetap, dapat digunakan alat seperti
diusulkan oleh Simonelli dkk, sebagai berikut : Gambar Alat Disolusi Dalam bidang farmasi,
penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan disolusi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi obat di dalam tubuh. Penentuan kecepatan
disolusi suatu zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan suatu sediaan obat,
antara lain: 1. Tahap Pra Formulasi Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan
terhadap bahan baku obat dengan tujuan untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh
informasi tentang bahan baku tersebut. 2. Tahap Formulasi Pada tahap ini penentuan kecepatan
disolusi dilakukan untuk memilih formula sediaan yang terbaik. 3. Tahap Produksi Pada tahap
ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitassediaan obat yang diproduksi.
Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh prosesabsorpsi dan kadar obat
dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obatdalam bentuk sediaan padat mengalami
berbagai tahap pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut
meliputi disintegrasi,deagregasi dan disolusi. Kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi
dalam proses disintegrasi, disolusi dan absorpsi, ditentukan oleh tahap yang palinglambat dari
rangkaian di atas yang disebut dengan rate limiting step . Efektivitas dari suatu tablet dalam
melepas obatnya untuk absorpsi sistemik agaknya bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk
sediaan dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting adalah
laju disolusi dari obat padat tersebut. Seringkali disolusi merupakan tahapan yang membatasi
atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah,
karena tahapan ini sering kali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai tahapan
yang ada dalam penglepasan obat dari bentuk sediaannya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi
sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi maka molekul solut pertama-tamaharus
memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki
pelarut. Tergantung pada kedua proses ini dan bagaimana cara proses transpor berlangsung
maka perilaku disolusi dapatdigambarkan secara fisika. Dari segi kecepatan disolusi yang terlibat
dalamzat murni, ada tiga dasar model fisika yang umum, yaitu: a. Model Lapisan Difusi
(Diffusion Layer Model) Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada
permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan ℓ, merupakan komponen
kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada
permukaan padat-cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar muka “liquid film –
bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang. Karena
itu kecepatan disolusi ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liguid film. b.
Model Barrier Antarmuka (Interfacial Barrier Model) Model ini menggambarkan reaksi yang
terjadi pada permukaan padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis
cairan. Sebagaihasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan halini harus
dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair sekarang
menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi
secara difusi melewatilapisan tipis statis (stagnant). c. Model Dankwert (Dankwert Model)
Model ini beranggapan bahwa transport solut menjauhi permukaan padat terjadi melalui cara
paket makroskopik pelarut mencapai antar muka padat-cair karena terjadi pusaran difusi secara
acak. E. Contoh Perhitungan Disolusi 1. Sediaan granul dengan berat 0.55g dan luas

permukaannya 0,28 m2 (0,28x 104 cm2) dibiarkan melarut dalam 500ml air pada 250C. Sesudah
menit pertama, jumlah yang ada dalam larutan adalah 0,76mg. Jika kelarutan Cs dariobat
tersebut adalah 15 mg/ml pada 250C, berapakah konstanta laju disolusi k atau D/h ? M berubah
secara linier dengan t awal! Jawab : 12,67 mg/detik 12,67 mg/detik = k x 0,28 x 15 mg/cm k =
3,02 x 10-4 cm/detik Dalam contoh diatas 0,760 g larutan dalam 500 ml air selama 1
menitatau760/500 = 1,5 mg/ cm. harga ini satu persepuluh dalam dalam kelarutan obat dan
dibuang dari persamaan (15) tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti
yang dapat dilihat dengan persamaan (15) K = 12,67 mg/detik (0,28 x 104 cm2) (15 mg/ cm –
1,5 mg/cm ) K = 3,35 x 10-4 cm/detik. F. Aplikasi Disolusi Pada Obat Disolusi suatu sediaan
obat akan terjadi pada suatu mukosa untuk kemudian dilanjutkan ke proses absorpsi. Absorpsi
obat setelah penggunaan melalui mulut dapat terjadi pada rongga mulut dan anus.
Umumnya hal penting yang diharapkan dan sebagian besar contoh adalah semakin besar
absorbsi maka semakin baik. Maka dari itu peran disolusi akan mempengaruhi proses absorpsi.
G. Mekanisme Difusi Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau
gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat berlangsung
melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi
(fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-molekul
yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat
menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel permeabel terhadap
molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik
yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam
serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan
beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi
memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi. H. Faktor
yang Mempengaruhi Difusi Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi difusi : a. Suhu;
makin tinggi difusi makin cepat b. BM makin besar difusi makin lambat c. Kelarutan dalam
medium; makin besar difusi makin cepat d. Perbedaan konsentrasi; makin besar perbedaan
konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi. e. Jarak tempat
berlangsungnya difusi; makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi
yang terjadi. f. Area tempat berlangsungnya difusi; makin luas area difusi, makin cepat proses
difusi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah
ini adalah lepasnya suatu obat dari system pemberian meliputi Disolusi dan Difusi.
Pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh laju disolusi. Factor yang dapat
mempengaruhi laju disolusi yaitu Suhu,Viskositas, pH pelarut, Pengadukan, Ukuran partikel,Poli
morfisme, Sifat permukaan zat. B. Saran Kami mengharapkan kritik dan saran kepada teman
semua serta dosen yang bersangkutan demi sempurnanya makalah yang saya buat. DAFTAR
PUSTAKA Ansel, Howard c. 1989. Pengantar Sediaan Farmas Edisi ke Empat. Jakarta :
UI Press Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Martin, Alfred dkk. 2008. Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta : UI

PRESS Sulistia G. dkk.1995.Farmakologi dari Terapi Edisi IV Farmakologi Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
X
Recommended

Difusi Dan Disolusi

DIFUSI DAN DISOLUSI PENGANTAR  Difusi bebas maupun transpor aktif suatu zat melalui
cairan / zat padat melalui membran adalah suatu proses yang sangat penting dalam ilmu…

Difusi Dan Disolusi

DIFUSI DAN DISOLUSI Difusi • Difusi pasif suatu zat melalui cairan, zat padat atau melalui
membran adalah suatu proses yang sangat penting dalam ilmu farmasi • Fenomena…

Difusi Dan Disolusi

Difusi Dan Disolusi

Difusi - Disolusi

DIFUSI DAN DISOLUSI DIFUSI & DISOLUSI Rusdiaman, S.Si.,M.Si.,Apt. PoltekkesFarmasi Makassar DIFUSI Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat
yang…

Konsep Fisika Dalam Dunia Farmasi "Kelarutan dan Disolusi Obat"

Tugas makalah dari ibu Esra sekalian syarat ikut ujian final Fisika Dasar semester 1 2013 UIT.

Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein

1. BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Kompleks atau senyawa koordinasi,
menurut definisi klasik, diakibatkan dari mekanisme donor - akseptor atau reaksi asam-basa
Lewis antara…

MAKALAH FARMASI FISIKA

makalah

MAKALAH FISIKA FARMASI

MAKALAH FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA OLEH :
NAMA : ASRAWAL NIM : F1F212009 KELOMPOK : I ( SATU) ASSISTEN : SARLAN
JURUSAN S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA…

Makalah Difusi Dan Osmosis

Makalah difusi dan osmosis Transpor pasif Transport pasif merupakan transport ion, molekul,
dan senyawa yang tidak memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transport…

Fisika Dan Farmasi

Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam") adalah sains
atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.…

Makalah Difusi Dan Inovasi Pembelajaran

Makalah Difusi Dan Inovasi Pembelajaran

Farmasi Fisika - Kelarutan Dan Larutan

Kelarutan dan Larutan.

Makalah disolusi

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Makalah Fisika Farmasi Kompleksasi & Ikatan Protein

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kompleks atau senyawa koordinasi,
menurut definisi klasik, diakibatkan dari mekanisme donor - akseptor atau reaksi asam-basa
Lewis antara…

( Moh Agus Salim )Makalah Fisika Farmasi

kodo

Proses Difusi Dan Transportasi Sel Makalah

Proses Difusi Dan Transportasi Sel Makalah Klasifikasi Materi Pembelajaran Jenis materi
pembelajaran dibedakan menjadi 4 yaitu : fakta, konsep, prinsip, dan prosedural. Materi…

129567859 Farmasi Fisika Kelarutan Dan Larutan

KELARUTAN DAN LARUTAN Ivan Isroni, S.Si., Apt. LARUTAN Merupakan suatu
campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen
KOMPONEN LARUTAN…

Laporan Farmasi Fisika Viskositas Dan Rheologi

laporan viskositas dan rheologi membahas tentang sifat-sifat aliran zat cari wajib dibaca oleh
mahasiswa farmasi

KARAKTERISIK GRANUL Dan Tablet ( Farmasi Fisika)

granul dan tablet

Difusi dan difusi massa tunak

1. DIFUSI dan DIFUSI MASSA TUNAK 2. Pengertian Difusi• Proses transfer massa
molekul zat yang berkaitan denganperbedaan konsentrasi.• Difusi atau transpor…

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.