Program Before After Sertifikasi Guru se

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PROGRAM BEF ORE-AF TER (BA) SERTIFIKASI GURU
SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN KUALITAS GURU

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
ARRUM DAMAYANTI

115030100111100/ 2011

DEWI PURNIMA

115030101111068/ 2011

LITA AYU

105030201111119/ 2010


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

FORMAT HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT

1. Judul Kegiatan

: PROGRAM BEFORE-AFTER (BA) SERTIFIKASI
GURU SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN
KUALITAS GURU

2. Bidang Kegiatan

: ( ) PKM-AI

( √ ) PKM-GT

3. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap

b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat Rumah/ Nomor Telepon
f. Alamat E-mail

: Arrum Damayanti
: 115030100111100
: Administrasi Publik
: Brawijaya, Malang
: Jl. Raya Merakurak, Tuban
: [email protected]

4. Anggota Penulis

: 2 orang

5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP


: Moh. Said, S.Sos, MAP
: 19780630 200812 1 003

Malang, 2 Maret 2012
Menyetujui,
Pembantu Dekan III

Ketua Pelaksana Kegiatan

Bidang Kemahasiswaan

(Drs. Heru Susilo, M.A)
NIP. 19591210198601 1 001

(Arrum Damayanti)
NIM. 115030100111100

Pembantu Rektor Bidang


Dosen Pembimbing

Kemahasiswaan

(Ir. H. R. B. Ainurrasyid, MS)
NIP. 19550618198103 1 002

(Moh. Said, S.Sos, MAP)
NIP. 19780630 200812 1 003

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada
waktunya. Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Lomba Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Tinggi.
Karya tulis ini berjudul “Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru
sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru.” Karya tulis ini bertujuan untuk
memberikan gagasan dalam memperbaiki sistem sertifikasi guru yang sudah

berjalan, karena sistem sertifikasi guru yang sudah berjalan saat ini cenderung
dirasakan kurang efektif.
Program BA ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas baik dari
segi sertifikasi maupun dari segi kesiapan guru tersebut sebagai tenaga pendidik
yang berkualitas. Program ini dibagi menjadi dua bagian yaitu program sebelum
diadakannya sertifikasi dengan pelaksanaan mentoring dan program setelah
sertifikasi yang berupa pemberian reward sesuai grade yang diterima setelah
sertifikasi dan evaluasi berkelanjutan. Program BA ini dilaksanakan oleh
kerjasama antara pihak swasta dengan pihak pemerintah.
Sejak awal sampai dengan akhir penulisan ini, tidak sedikit bantuan yang
penulis terima dan karenanya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada Bapak Moh. Said, S. Sos, MAP selaku dosen pembimbing
penulis yang telah memberikan bimbingan pada kelompok penulis, sehingga
karya penulis lebih terarah.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penulisan
selanjutnya.
Malang, Februari 2012


Tim penulis

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
RINGKASAN ....................................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Manfaat ...................................................................................................
GAGASAN
Gambaram Umum Kualitas Guru Di Indonesia ......................................
Sertifikasi Guru ......................................................................................

Penyimpangan pada Pelaksanaan Sertifikasi Guru .................................
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru .........................................
KESIMPULAN
Kesimpulan .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
2
2
3
3
4

6
9
10
11

iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Program BA Sertifikasi Guru

7

v

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Permasalahan pada Proses Sertifikasi Guru

5

vi


RINGKASAN
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru sebagai Solusi Peningkatan
Kualitas Guru
Disusun oleh: Arrum Damayanti, Dewi Purnima, dan Lita Ayu
Jalan Veteran No. 06, Malang 65145
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Dalam
dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang besar dan strategis. Perbaikan
kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Namun kualitas guru di Indonesia masih kurang baik, dilihat dari hanya 16,9
persen saja guru di Indonesia yang bersertifikasi. Banyaknya permasalahan
menjadi halangan guru untuk mengikuti sertifikasi maupun untuk lolos sertifikasi.
Karya tulis ini bertujuan mencapai peningkatan kualitas guru di Indonesia
melalui stratifikasi guru dengan program pelatihan guru. Gagasan ini ditulis
dengan dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada kualitas
guru di Indonesia yang kurang baik dalam menghadapi sertifikasi guru maupun
kualitas guru yang telah di sertifikasi. Maka penulis memberikan solusi dalam
menghadapi permasalahan sertifikasi guru di Indonesia dengan sebuah Program
Before-After (BA) Sertifikasi Guru. Program ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

program sebelum diadakannya sertifikasi dengan cara meningkatkan kesiapan
guru dalam menghadapi sertifikasi dengan pelaksanaan mentoring dan program
setelah sertifikasi yang berupa pemberian reward sesuai grade yang diterima
setelah sertifikasi dan evaluasi berkelanjutan. Program BA ini dilaksanakan oleh
kerjasama antara pihak swasta dengan pihak pemerintah. Evaluasi juga
mengikutsertakan peran dari siswa yang secara tidak langsung menerima
implementasi dari sertifikasi guru.
Adanya program BA ini menjadi salah satu upaya untuk membantu
peningkatan kualitas dan penerapan sertifikasi guru dengan baik. Dan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia, sehingga berjalan
dengan baik.
Kata Kunci: Guru, Sertifikasi Guru, Program Before-After

vii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia.
Pendidikan juga merupakan hal vital yang harus dimiliki setiap warga negara
seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat. Oleh sebab itu,
hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan
utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga di Indonesia
yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini
dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa
salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Sesuai dengan perannya, tenaga pendidik adalah pihak terpercaya sebagai
pencerdas kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting yang termasuk dalam
tenaga pendidik ini adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai
peranan yang besar dan strategis. Peranan guru antara lain selain berperan
mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut untuk
memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi
anak didiknya. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak
akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang
profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus
berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Dalam penerapannya, kualitas pendidikan adalah hal yang paling
diutamakan dan sering menimbulkan perdebatan. Kualitas pendidikan tidak
terlepas dari guru. Peran guru sangat dipentingkan, karena sebagai penentu
keberhasilan suatu produk pendidikan yaitu siswa prestatif. Namun dalam
perannya, masih banyak guru di Indonesia yang belum memenuhi syarat sebagai
guru profesional dengan kepemilikan sertifikasi sebagai bukti lisensi legal untuk
guru profesional. Hal ini di dukung dengan bukti dari Dekan Sampoerna School
of Education Prof. Dr. Paulina Pannen yang menjelaskan bahwa menurut data
UNESCO 2011, Indonesia memiliki lebih dari 3,4 juta orang guru. Namun,
berdasarkan Kemendiknas hanya 16,9 persen atau 575 ribu orang guru yang
memiliki sertifikasi (Liputan6.com, 2011).
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau
pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1)
atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi, memiliki sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional (Kemendiknas, 2011). Sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang
secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sehingga akan
berdampak positif bagi kemajuan pendidikan. Konsekuensinya bagi guru yang

2

lolos sertifikasi adalah mendapatkan tunjangan yang besar, sehingga hampir setiap
guru berharap atau ingin bisa lolos dalam sertifikasi.
Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru, dan meningkatkan martabat guru
dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Kemendiknas,
2011). Dalam penerapannya, proses sertifikasi terdapat berbagai permasalahan.
Pertama adalah kurangnya minat guru untuk meneliti. Kedua, masalah
kesejahteraan. Ketiga, guru kurang kreatifnya dalam membuat alat peraga atau
media pembelajaran (Asriani, 2011).
Terdapat banyak kenyataan di lapangan mengenai kondisi guru di
Indonesia. Ketika guru mendapatkan tugas untuk meneliti atau membuat karya
tulis, banyak diantara guru-guru tersebut yang membuat portofolio secara instan
yaitu dengan cara mengcopy-paste penelitian yang sudah ada. Kalaupun
dilaksanakan melalui diklat yang dilakukan beberapa minggu tidak bisa
memberikan perubahan yang begitu terlihat. Setelah guru dinyatakan lolos
sertifikasi, hanya sedikit yang mau mengikuti seminar, workshop, ataupun
melanjutkan pendidikan formalnya. Padahal guru seharusnya semakin terampil
dan kreatif serta mampu menguasai dan membawa situasi pembelajaran dengan
bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya.
Dengan sertifikasi guru akan meningkatkan kualitas guru dan selanjutnya
memperbaiki kualitas pendidikan. Proses yang dilakukan harus dengan
profesional yang nantinya juga bisa menghasilkan guru yang profesional. Karena
didalam proses itulah tahapan yang paling penting. Tentunya apa yang sudah
diberikan haknya terlebih dahulu berupa tunjangan profesi haruslah diimbangi
dengan melaksanakan kewajiban yang semestinya dilakukan. Sehingga semua
tidak menjadi percuma. Karena masih ada banyak komponen dan sektor
pendidikan yang juga harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Untuk mengatasi permasalahan diatas diperlukan kerjasama dengan semua
pihak. Apabila kerjasama ini dapat terwujud, maka kualitas pendidikan akan
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan efektif sebagai jalan
peningkatan kualitas guru. Dibutuhkan suatu gagasan untuk meningkatkan
kualitas dam mutu guru sebagai pendidik melalui peningkatan kualitas sertifkasi
dalam rangka meningkatkan kualitas guru. Bertitik tolak dari pemaparan tersebut,
maka penulis mengangkat karya tulis yang berjudul “Program Before-After (BA)
Sertifikasi Guru sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru”.
Tujuan
1. Menggambarkan kualitas guru di Indonesia.
2. Menjelaskan proses stratifikasi guru di Indonesia.
3. Menjelaskan perbaikan stratifikasi guru yang lebih efisien.
Manfaat
Manfaat Akademis
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wacana kepada masyarakat mengenai
sertifikasi guru di Indonesia
Manfaat Praktis
1. Meningkatkan kepedulian terhadap kualitas pendidikan guru di Indonesia.

3

2. Mendapat wadah yang tepat dalam meningkatkan kualitas guru.
3. Memberi sumbangan ide dalam mengatasi permasalahan sertifikasi guru dan
kualitas guru.
GAGASAN
Gambaram Umum Kualitas Guru Di Indonesia
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah
satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis.
Oleh karena itu, keberhasilan suatu sistem pendidikan juga sangat tergantung
kepada kemampuan seorang guru dalam mendidik anak didiknya.
Namun kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan, keadaan guru di
Indonesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Hal ini
dibuktikan dengan masih sedikit dan rendahnya guru yang telah tersertifikasi. Hal
ini di dukung dengan bukti dari Kemendiknas bahwa hanya 16,9 persen atau 575
ribu orang guru yang memiliki sertifikasi (Liputan6.com, 2011). Selain itu, guru
yang telah disertifikasipun masih banyak yang memiliki kemampuan yang masih
sama dengan guru yang masih belum tersertifikasi (Kurnia Septa, 2011). Kondisi
ini terjadi dikarenakan banyak guru yang mengikuti sertifikasi hanya termotivasi
pada tunjangan yang diberikan sehingga setelah mendapatkan sertifikasi mereka
mengabaikan tugas-tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan.
Rendahnya kualitas dan kuantitas guru berdampak besar terhadap mutu
pendidikan kedepannya. Secara tidak langsung, rendahnya kuantitas dan kualitas
guru dalam mengajar juga mengakibatkan rendahnya pula mutu pendidikan siswa
yang diajar oleh guru tersebut. Guru sebagai lini depan dalam pendidikan
memerlukan perhatian yang besar guna membangun sistem pendidikan yang lebih
baik. Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah perbaikan kualitas guru yang salah
satunya adalah dengan pembaharuan sistem pemberian sertifikat terhadap guruguru. Sertifikasi guru saat ini cenderung tidak berpengaruh bagi pendidikan.
Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sehingga akan
berdampak positif bagi kemajuan pendidikan. Sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran,
meningkatkan kesejahteraan guru, dan meningkatkan martabat guru dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sertifikasi guru diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut

4

berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik.
Di beberapa negara, sertifikasi guru telah diberlakukan, misalnya di
Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Memang terdapat beberapa negara yang
tidak melakukan sertifikasi guru, tetapi melakukan kendali mutu dengan
mengontrol secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di lembaga
penghasil guru, misalnya di Korea Selatan dan Singapura. Semua itu mengarah
pada tujuan yang sama, yaitu berupaya agar dihasilkan guru yang bermutu
(Kemendiknas, 2011). Di Indonesia program sertifikasi guru telah berjalan. Guru
harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan
sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan
dengan sertifikat pendidik. Dalam UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Seseorang yang ingin menjadi guru yang bersertifikat pendidik harus
mengikuti program pendidikan profesi guru dan uji kompetensi dalam program
sertifikasi calon guru. Jika dinyatakan lulus sertifikasi, maka berhak menyandang
“guru pemula yang bersertifikasi profesi”. Sedangkan bagi guru di sekolah (guru
dalam jabatan) yang ingin memperoleh sertifikat pendidik, dapat mengajukan ke
Depdiknas Kabupaten atau Kota setempat untuk diseleksi (internal skill audit).
Apabila hasil dari seleksi tersebut memenuhi syarat, kemudian diikutkan dalam uji
sertifikasi yang diselengkarakan oleh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (LPTK)
yang ditunjuk. Setelah mengikuti berbagai jenis tes dan dinyatakan lulus maka
akan memperoleh sertifikat pendidik dan mendapatkan tunjangan profesi sebesar
satu kali gaji pokok dari pemerintah. Bagi guru dalam jabatan yang tidak lolos
dalam internal skill audit maka disarankan mengikuti inservice training dahulu.
Penyimpangan pada Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Guru Melakukan Segala Cara untuk Melengkapi Portofolio

Fenomena yang terkait dengan sertifikasi guru adalah guru sebagai tenaga
pendidik yang sering disebut sebagai agent of learning (agen pembelajaran)
menjadi sosok yang cenderung certificate oriented bukan program oriented.
Sebagian guru rela mengumpulkan sertifikat dengan segala cara untuk melengkapi
portofolio dalam sertifikasi daripada memikirkan strategi atau teknik apa yang
akan digunakan ketika mengajar. Mereka tidak segan untuk membeli sertifikat
pada panitia workshop atau seminar yang terkait dengan pengembangan
pengajaran dan legalisasi ijazah dengan cara scan. Salah satu penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut adalah lemahnya pengarsipan data. Sebab tidak dapat
dipungkiri bahwasannya tim penilai sebagai orang yang menilai portofolio
melakukan kesalahan dan tidak cermat dalam melakukan penilaian (Hidayatullah,
2011).
Guru Menjadi Miskin Keterampilan dan Kreatifitas

Guru bukanlah bagian dari sistem kurikulum, tetapi keberhasilan
pelaksanaan kurikulum akan bergantung pada kemampuan, kemauan, dan sikap
professional tenaga guru. Temuan kecurangan dalam sertifikasi tersebut jelas
membuktikan bahwa guru yang lolos sertifikasi dengan cara memanipulasi berkas
portofolio, akan tetap mengajar dengan seadanya. Maka dengan ditemukannya

5

kecurangan mengakibatkan guru menjadi miskin ketrampilan dan kreatifitas serta
menjadikan guru tidak lebih berkembang. Padahal guru yang baik seharusnya
adalah guru yang terampil dan kreatif sehingga mampu menguasai dan membawa
situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya. Sehingga
peserta didik pun lebih interest mengikuti pelajaran, tidak jenuh dan berpikiran
bahwa guru tersebut adalah orang yang handal dan mempunyai banyak
pengalaman (Hidayatullah, 2011).
Merosotnya Kompetensi Profesi

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi
berbasis portofolio. Namun sertifikasi yang berbasis portofolio tersebut menjadi
keprihatinan banyak pihak. Hal ini dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam
bentuk penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas.
Kelayakan profesi guru dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu
dikumpulkan. Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada zaman sekarang
amatlah mudah. Fenomena ini menerangkan bahwa sertifikasi berbasis portofolio
menyebabkan merosotnya kompetensi profesi guru (Hidayatullah, 2011).
Dari ketiga dampak tersebut dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah
selaku promotor program sertifikasi belum melaksanakan program secara
maksimal. Pemerintah cenderung mementingkan formalitas daripada kualitas dari
sertifikasi itu sendiri. Padahal sertifikasi adalah program yang sangat penting bagi
terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Dari fenomena ini dapat diketahui
bahwa pemerintah tidak bisa sendiri dalam menghadapi penyelenggaraan
sertifikasi. Perlu ada pihak atau badan lain yang membantu terlaksananya
sertifikasi guru secara baik seperti pihak swasta.
Tabel 1. Permasalahan pada Proses Sertifikasi Guru
No
1

Proses Sertikasi
Pengumpulan
berkas

3

Tes

4

Penilaian

Permasalahan
 Lemahnya
kontrol dalam
pengarsipan
berkas calon
pendaftar
sertifikasi.
 Peserta kurang
memahami
materi
 Belum
memenuhi
kriteria
kepribadian,
pedogodik,
sosial, dan
profesional
 Manipulasi
data

Penyebab
Pemerintah
cenderung
melakukan
pengarsipan
hanya sebagai
formalitas saja
Kurang
kesiapan dan
pemahaman
dalam
sertifikasi

Lemahnya
pengawasan

Solusi Awal
Petugas
pengarsipan
harus
lebih
profesional
dalam
pengarsipan
Mentoring
sesuai dengan
bidang
keahlian guru

 Sistem grade
 Penilaian
oleh pihak

6

5

Pengembangan
diri

 Guru stagnan
dan tidak
berkembang

 Evaluasi tidak
berkelanjutan
 Tidak
mencabut
sertifikat pada
guru yang
tidak
berkembang
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2012
6

Evaluasi

Guru
telah
merasa sudah
selesai
kewajibannya
Guru
telah
merasa sudah
selesai
kewajibannya

swasta
Evaluasi
berkelanjutan
dan intensif
Evaluasi dari
yang ahli di
bidangnya,
penilaian dari
siswa, dan
peringatan
pelanggaran

Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru
sehingga akan berdampak positif bagi kemajuan pendidikan. Namun dalam
kondisi di lapangan banyak permasalahan yang terjadi selama proses sertifikasi
guru. Permasalahan yang terjadi mulai dari banyaknya guru yang melakukan
segala cara untuk melengkapi dan mendapatkan sertifikat hingga melakukan
manipulasi data. Segala hal ini sangat kontradiktif sekali dengan tujuan dan
terobosan pemerintah terkait dengan pengembangan mutu pendidikan di
Indonesia. Bahkan sertifikasi ini akan mebuat merosotnya kompetensi profesi
guru itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk
penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas.
Dari rangakaian dampak-dampak yang telah dipaparkan, perlu diadakan
suatu program demi mendukung kelancaran sertifikasi guru yang dianggap
penting sebagai lisensi resmi dan pengakuan tertulis atas keprofesionalitasan
seorang guru. Penulis mengusulkan gagasan berupa program Before-After (BA)
Sertifikasi Guru. Program ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas baik
dari segi sertifikasi maupun dari segi kesiapan guru tersebut sebagai tenaga
pendidik yang berkualitas. Konsep ini merupakan suatu kerja sama antara pihak
pemerintah dengan pihak swasta dalam melaksanakan program sertifikasi guru,
sehingga proses sertifikasi guru benar-benar terlaksana dengan baik dan guru yang
disertifikasi terjamin kualitasnya.
Berikut ini adalah skema penerapan dari konsep Program BA Sertifikasi
Guru yang penulis tawarkan:

7

Pendidikan

BEFORE
Materi

SWASTA
Kelengkapan
Administratif
Mengoreksi Paper
Uji Tindakan Kelas
Wawancara/
presentasi
Penilaian Siswa

Grade A

Lulus

Guru

Fasilitas

SWASTA

Kualitas

Mentoring

Seminar
Diskusi
Kunjungan berkala
Sertifikasi

Tunjangan

Tdk lulus

Grade B
Grade C

Evaluasi

Naik
Tunjangan

Turun

AFTER

Gambar 1. Konsep Program BA Sertifikasi Guru
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2011
Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan konsep Program BA yaitu
program before (sebelum) yang dilaksanakan sebelum sertifikasi guru dan
program after (setelah) yang dilaksanakan setelah program sertifikasi guru. Pada
Program BA ini akan dilaksanakan Mentoring, pengawasan sertifikasi, dan
evaluasi. Adapun dalam program ini akan dibentuk sebuah kerjasama antara pihak
pemerintah dengan pihak swasta yang membatasi peran pemerintah untuk
mencegah wewenang yang berlebihan dari pemerintah yang merupakan hasil dari
pengadaan tender dengan pihak swasta yang peduli dengan pendidikan. Swasta
dibentuk sebagai badan konsultan yang juga melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan proses sertifikasi. Swasta dalam hal ini juga harus

8

memiliki beberapa kriteria. Kriteria swasta yan dapat dipilih harus berdasarkan
pada beberapa indikator seperti:
1. Harus memiliki pengalaman di bidang akademisi atau pendidikan.
2. Berbentuk badan hukum.
3. Memiliki kualifikasi tenaga ahli.
Untuk menghadapi kesiapan dalam melaksanakan program sertifikasi,
maka swasta yang dibentuk oleh pemerintah melaksanakan mentoring dan
briefing. Program ini dilaksanakan sebelum proses sertifikasi yang meliputi
pembekalan dan pemahaman seperti apa proses sertifikasi yang akan dilaksanakan
pihak swasta Dalam program mentoring ini diberikan seminar, diskusi, dan
kunjungan berkala di setiap sekolah. Guru dilatih untuk mengikuti kegiatan
pelatihan dan pendidikan, melaksanakan forum ilmiah, dan pembinaan budaya
menulis di kalangan guru. Dalam program ini juga guru diberi pembinaan sesuai
bidang profesi guru masing-masing sehingga guru memiliki kesiapan yang baik
untuk mengikuti program sertifikasi.
Selanjutnya adalah program yang dilaksanakan pada saat sertifikasi. Pihak
swasta melaksanakan program sertifikasi guru. Pihak swasta dalam hal ini
bertugas memeriksa kelengkapan administratif, mengoreksi paper, uji tindakan
kelas, wawancara dan presentasi, serta penilaian siswa. Penilaian ini juga
termasuk kriteria yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional,
dan sosial. Penilaian siswa diambil dengan sampel karena siswa adalah objek
utama yang secara tidak langsung terkena dampak dari sertifikasi guru tersebut.
Berdasarkan hasil dari sertifikasi, apabila seorang guru lulus, maka
seharusnya dikelompokkan berdasarkan nilai yang dicapai pada proses sertifikasi
selain dari golongan guru tersebut menjabat, sehingga terdapat grade yang
membedakan antara satu dengan yang lain. Grade ini juga digunakan untuk
mengetahui besarnya jumlah tunjangan yang akan diberikan. Karena semakin
tinggi grade yang dicapai oleh seorang guru, maka semakin tinggi kualitas dari
seorang guru, jadi semakin tinggi reward tunjangan yang akan diterima. Adapun
pembagian grade dari hasil program sertifikasi guru dapat dibagi dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Grade A dengan nilai 80 sampai 100
2. Grade B dengan nilai 60 sampai 80
3. Grade C dengan nilai 40 sampai 60
4. Grade D dengan nilai 0 sampai 40 yang berarti tidak lulus
Dalam hal ini apabila grade dari seorang guru tidak mencukupi atau tidak lulus
dalam proses sertifikasi, maka seorang guru perlu untuk memperbaiki kualitasnya.
Seorang guru diberi kesempatan untuk memperbaikinya dengan cara mengikuti
program mentoring seperti yang dilakukan sebelum melaksanakan program
sertifikasi guru sekali lagi sebelum mengikuti sertifikasi selanjutnya. Hal ini
dilakukan agar seorang guru dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Program mentoring ini akan terus dilakukan untuk guru-guru yang tidak lolos
sertifikasi untuk terus memperbaiki kualitas dirinya.
Setelah progam sertifikasi guru dilaksanakan maka perlu diadakan
evaluasi yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Evaluasi ini
dijalankan untuk menentukan apakah kualitas seorang guru yang telah disertifikasi
menjadi semakin naik dan baik atau justru sama saja bahkan cenderung menurun.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan inspeksi mendadak yang tidak ditentukan

9

kunjungan harinya, penilaian dari siswa, penilaian dari guru yang sebelumnya
telah tersertifikasi, dan penilaian dari pihak swasta yang berpengalaman dalam
bidang yang dimiliki oleh guru tersebut. Evaluasi juga dapat dilaksanakan dengan
cara mengadakan forum ilmiah dari komunitas tertentu untuk membahas
perkembangan guru. Dalam penilaian dari siswa, hal ini dilakukan dikarenakan
guru memberikan materi dan fasilitas kepada siswa, bagaimana kedekatan guru
kepada siswa, dan pemberian nilai terhadap siswa. Guru yang telah disertifikasi
dan melaksanakan kinerja yang baik, tentu dapat lebih berdedikasi membimbing
muridnya dengan baik dan memberikan hasil yang baik. Sementara guru yang
tidak menjalankan kinerjanya dengan lebih baik tentu perlu ditindak atas
sertifikasi gurunya. Guru juga seharusnya mengembangkan diri, seperti tetap
melakukan penelitian, mengikuti seminar dan pelatihan. Apabila kualitas seorang
guru semakin naik maka guru yang bersertifikasi berhak mendapat tunjangan yang
lebih baik, dan apabila dalam evaluasinya turun, guru perlu diberi peringatan
untuk menjaga kualitas mengajar guru tersebut. Apabila dalam tiga kali peringatan
guru tetap tidak mengembangkan kualitas mengajarnya, maka sertifikat guru
tersebut perlu dicabut dan guru dapat mengikuti mentoring sekali lagi.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Indonesia masih jauh dari
negara-negara lain dalam masalah kualitas dan keprofessionalan seorang guru.
Keadaan guru di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya, Hal ini
dibuktikan dengan masih sedikit dan rendahnya guru yang telah tersertifikasi.
Selain itu, guru yang telah disertifikasipun masih banyak yang memiliki
kemampuan yang masih sama dengan guru yang masih belum tersertifikasi.
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kualitas pendidikan Indonesia secara
keseluruhan.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru
yang telah memenuhi persyaratan sebagai tenaga pendidik professional. Adapun
proses sertifikasi guru diawali setelah guru menempuh dan lulus pendidikan
profesi, kemudian mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik
dalam program sertifikasi calon guru. Jika dinyatakan lulus sertifikasi, maka
berhak menyandang “guru pemula yang bersertifikasi profesi”. Sedangkan bagi
guru di sekolah (guru dalam jabatan) yang ingin memperoleh sertifikat pendidik,
dapat mengajukan ke Depdiknas Kabupaten atau Kota setempat untuk diseleksi
(internal skill audit). Apabila hasil dari seleksi tersebut memenuhi syarat,
kemudian diikutkan dalam uji sertifikasi yang diselengkarakan oleh LPTK yang
ditunjuk. Setelah mengikuti berbagai jenis tes dan dinyatakan lulus maka akan
memperoleh sertifikat pendidik dan mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu
kali gaji pokok dari pemerintah. Bagi guru dalam jabatan yang tidak lolos dalam
internal skill audit maka disarankan mengikuti inservice training dahulu. Jika
telah dianggap layak dapat dilanjutkan uji sertifikasi. Namun sertifikasi ini
menimbulkan berbagai dampak buruk, antara lain Guru Melakukan Segala Cara
untuk Melengkapi Portofolio, Guru Menjadi Miskin Keterampilan dan Kreatifitas,
Merosotnya Kompetensi Profesi.

10

Dari rangakaian fenomena diatas, penulis mencetuskan gagasan
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru. Proses before diawali dengan
memberikan mentoring kepada guru sebagai pelatihan sebelum sertikasi, dan
pelaku dalam penegecekan, pengawasan adalah pihak swasta. Karena pihak
swasta adalah lembaga professional yang memiliki prinsip efektif, efiensi, dan
ekonomis yang kuat. Untuk penilaian sertifikasi nantinya didasarkan pada grade
yang telah dicapai, karena akan lebih mengetahui kualitas individu setiap guru
dan sebagai klasifikasi atas tunjangan yang di dapat. Dalam program after sebagai
program berkelanjutan sertifikasi yang dilaksanakan oleh BKP sebagai pihak
pengevaluasi atas guru yang telah bersertifikasi dan siswa sebagai objek, untuk
mengetahui bagaimana perkembangan kualitas guru setelah disertifikasi agar tidak
berhenti di tempat.
Mentoring dalam program BA dilaksanakan sebelum pelaksanaan
sertifikasi melalui seminar, diskusi, dan kunjungan berkala di setiap sekolah.
Pelaksanaan mentoring ini bertujuan untuk memperbaiki kesiapan guru dalam
mengikuti sertifikasi. Dalam pelaksanaan program BA, pemerintah bekerja sama
dengan pihak swasta sebagai pelaksana sertifikasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam proses sertifikasi sendiri swasta berperan
untuk memeriksa kelengkapan administratif, mengoreksi paper, melakukan
wawancara mendalam, melakukan uji tindakan kelas, dan penilaian dari siswa.
Penilaian dalam sertifikasi guru sendiri seharusnya diklasifikasikan menjadi
beberapa grade yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Penerapan grade ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya
tunjangan, semakin tinggi grade yang dicapai maka semakin tinggi tunjangan
yang akan diterima. Berdasarkan uraian program yang penulis gambarkan,
diharapkan program ini dapat memperbaiki kualitas guru Indonesia di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, program ini dapat dijadikan sebagai alternatif atau
pembahari bagi program yang sudah ada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.

2011. Guru Jangan Hanya Copy Paste RPP (Online),
(http://www.ispi.or.id/2011/02/25/guru-jangan-hanya-copy-paste-rpp/,
diakses pada 1 Maret 2012)
Asriani, Oktiva. 2011. Problem di Sekitar Sertifikasi Guru (Online),
(http://umk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1
88:problem-di-sekitar-sertifikasi-guru&catid=199:problem-di-sekitarsertifikasi-guru&Itemid=184, diakses pada tanggal 18 Desember
2011)
Hidayatullah, Afif. 2011. USPE (University Screaning and Profesional Education)
Solusi Kreatif Meningkatkan Profesionalitas Guru di Indonesia
(Online), (http://kem.ami.or.id/2011/12/solusi-kreatif-meningkatkanprofesionalitas-guru-di-indonesia/, diakses pada 19 Desember 2011)
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Kerangka Acuan Program Sertifikasi
Guru dalam Jabatan Melalui Portofolio Tahun 2009 (Online),
(http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=catego
ry&id=167&Itemid=312, diakses pada 18 Desember 2011)

11

Nurfatimah,
Titi.
2011.
Prosedur
Sertifikasi
Guru
(Online),
(http://afrizaldaonk.blogspot.com/2011/01/prosedur-sertifikasiguru.html, diakses pada 18 Desember 2011)
Riski, Adam. 2011. Kualitas Guru Indonesia Harus Ditingkatkan (Online),
(http://berita.liputan6.com/read/360011/kualitas-guru-indonesia-harusditingkatkan, diakses pada 18 Desember 2011)
Septa, Kurnia. 2011. Sertifikasi Guru Tidak Menjamin Kualitas Pendidikan Lebih
Baik (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/14/sertifikasiguru-tidak-menjamin-kualitas-pendidikan-lebih-baik/, diakses pada 18
Desember 2011)

LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE KETUA KELOMPOK
Nama
NIM
Tempat Tanggal Lahir
Fakultas/ Prodi
Alamat di Malang
No Telepon
Alamat Email
Riwayat Pendidikan Formal
1999 – 2005
2005 – 2008
2008 – 2011
2011– Sekarang

: Arrum Damayanti
: 115030100111100
: Tuban, 3 Mei 1993
: Ilmu Administrasi/ Publik
: Jl. Kertoleksono 12 B Malang
: 085334540200
: [email protected]
: SD Negeri Bangah 1 Sidoarjo
: SMP Negeri 1 Merakurak
: SMK Negeri 1 Tuban
: FIA Publik Universitas Brawijaya Malang
Penulis,

Arrum Damayanti
CURRICULUM VITAE ANGGOTA KELOMPOK
Nama
: Dewi Purnima
NIM
: 115030101111068
Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 4 September 1993
Fakultas/ Prodi
: Ilmu Administrasi/ Publik
Alamat di Malang
: Jl. Letjend S. Parman VI/ C 05 Malang
No Telepon
: 081945325855
Alamat Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1999 – 2005
: SD Islam Sabilillah Malang
2005 – 2008
: MTsN Malang I
2008 – 2011
: MAN Malang I
2011– Sekarang
: FIA Publik Universitas Brawijaya Malang
Penulis

12

Dewi Purnima
CURRICULUM VITAE ANGGOTA KELOMPOK
Nama
: Lita Ayu
NIM
: 105030201111119
Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 30 Agustus 1992
Fakultas/ Prodi
: Ilmu Administrasi/ Bisnis
Alamat di Malang
: Desa Petungsewu RT 15/RW 3 Dau Malang
No Telepon
: 085646655267
Alamat Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1998 – 2004
: SDN Petungsewu II Malang
2004 – 2007
: SMP Negeri 13 Malang
2007 – 2010
: SMA Laboratorium UM Malang
2010– Sekarang
: FIA Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Penulis

Lita Ayu
CURRICULUM VITAE DOSEN PEMBIMBING
Nama
: Moh. Said, S.Sos, MAP
NIP
: 19780630 200812 1 003
Fakultas/ Jurusan
: Ilmu Administrasi/ Publik
Alamat di Malang
: Jl. Semanggi Barat 30 Malang
No Telepon
: 08123475877
Dosen pembimbing

Moh. Said, S.Sos, MAP

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80