PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT BEBERAPA A

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Pengertian Perkembangan
Pengertian mengenai perkembangan dikemukakan oleh beberapa
ahli. Definisi perkembangan menurut Santrock adalah pola perubahan
yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang
kehidupan manusia.1
Desmita mendefinisikan bahwa perkembangan secara luas adalah
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan
tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam
istilah, perkembangan juga mencakup konsep usia yang diwakili dari saat
pembuahan dan berakhir dengan kematian. Perkembangan menghasilkan
bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap
aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.2
Sejalan dengan pendapat di atas, Jamaris mengungkapkan bahwa
perkembangan manusia secara psikologis merupakan suatu yang merujuk
pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam kehidupan manusia,
sejak masa konsepsi sampai mati. Perubahan dalam perkembangan
manusia terjadi secara berurutan dan setiap urutan perubahan mempunyai

masa tertentu yang relatif panjang, seperti masa usia dini, masa kanakkanak, masa remaja, dan masa lanjut usia.3
Lebih

spesifik,

Seifert

&

Hoffnung

berpendapat

bahwa

perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth, feelings,
patterns of thinking, social relationships, and motor skills”.4 Chaplin
1 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 7.
2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 8
3 Ibid.,

4 Ibid, h.4.

3

4

mengungkapkan bahwa perkembangan sebagai: (1) perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati,
(2) pertumbuhan, (3) perubahan bagian-bagian jasmaniah ke dalam
bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan kemunculan tingkah laku yang
tidak dipelajari.5
Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, Baller dan Charles
mendefinisikan bahwa perkembangan

boleh didefinisikan

sebagai

perubahan tingkah laku yang tersusun dan teratur. Semua perubahan dalam
perkembangan ini akan membantu individu dalam proses mencapai

kematangan. Perkembangan merupakan perubahan kualitatif yang tidak
dapat diukur secara kuantitatif. Perubahan menunjukkan sifat yang
berbeda daripada tahap perkembangan yang terdahulu.6
Senada dengan pendapat di atas Wolfook mengemukakan bahwa
perkembangan adalah perubahan pada struktur, pendapat dan tingkah laku
individu. Perkembangan juga merupakan perubahan yang bersifat
kualitatif tetapi dapat dilihat dengan membandingkan sifat yang terdahulu
dengan sifat yang terbentuk. Dengan kata lain, perkembangan boleh juga
dianggap sebagai proses dimana individu itu mencapai kematangan,
pengukuhan dan kestabilan.7
Crow

juga

berpendapat

bahwa

perkembangan


merupakan

perubahan secara kualitatif serta cenderung ke arah lebih baik dari segi
pemikiran, rohani, moral dan sosial. Lebih lengkap Wright dan Ann Taylor
menyatakan bahwa perkembangan sebagai perubahan yang berlaku dalam
warisan hayat (baka) dan organisasi kepada struktur organisma dalam
keadaan saling berkait serta berhubungan dengan pertambahan umur.
Sedangkan Menurut Garrison, perkembangan dihasilkan dari tindakan
yang saling berkaitan diantara perkembangan jasmani dan pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut Atan Long menerangkan perkembangan
5 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 15
6 Baller, W. R dan Charles, D.C. The Psychology of Human Growth and Development. (New
York: Rein Holt, 1986), h. 101
7 Anita, Woolfolk. Educational Psychology. 9th Edition. Englewood Cliffs, (New Jersey:
Prentice-Hall, Inc, 2004).. h. 29

5

merupakan perubahan yang bersifat kualitatif. Perkembangan membawa
sesuatu organisme keperingkat matang berterusan berlaku walaupun

peringkat kematangan telah dilampaui.8
Darkusno lebih menjabarkan bahwa perkembangan juga berarti
perubahan-perubahan

yang

dialami

individu

menuju

tingkat

kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.9 Sistematis
adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan
atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan
psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Sedangkan progresif
merupakan perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan

mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Dan
berkesinambungan berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme
berlangsung secara beraturan.10
Jadi pada intinya perkembangan adalah perubahan yang progresif
dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai
mati dalam rentang sepanjang hidup manusia. Perkembangan itu
melibatkan banyak faktor, dan terjadi pada setiap periode kehidupan
manusia yang terjadi secara proses kualitatif dan kuantitatif.
Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini akan selalu
mengalami perkembangan dalam kehidupannya. Meskipun setiap manusia
memiliki keunikan masing-masing dalam proses perkembangannya.
Namun, perkembangan hidup manusia secara umum dapat dikatakan
memiliki urutan dalam kesamaan dan meskipun memiliki perbedaan dalam
kecepatannya.

2. Pengertian Kognitif
8 Baller, W. R dan Charles, D.C., op.cit., h. 104.
9 Pengertian dan ciri-ciri perkembangan
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101KOKO_DARKUSNO_A/PENGERTIAN_DAN_CIRI_PERKEMBANGAN.pdf
10Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2013), h. 16

6

Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas Neisser
menjelaskan,

cognition

(kognisi)

ialah

perolehan,

penataan

dan


penggunaan pengetahuan11. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah
psikologis manusia yang menurut Chaplin hal tersebut meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan 12.
Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Senada dengan pendapat di atas Susanto kognitif adalah suatu
proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan
kepada ide-ide dan belajar. Selanjutnya menurut Gardner dalam Susanto
menyatakan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau
lebih. 13
Sedangkan menurut Mayers, “cognition refers to all the mental
activities associated with thinking, knowing and remembering”.
Pengertian hampir senada juga diberikan oleh Margaret W. Maltin, yaitu
“cognition or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval,

and use of knowledge”. Pendapat lain datang dari Kuper & Kuper yang
mengemukakan bahwa kognisi adalah istilah umum yang mencakup
segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penilaian, dan penalaran.

11 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 65
12Ibid.,
13 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012), h. 47

7

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan:

pengetahuan

(knowledge),


pemahaman

(comprehention),

penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan cara individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, menilai,
memperkirakan, dan memikirkan lingkungannya.
3. Pengertian Perkembangan Kognitif
Piaget dalam Allen (2010: 29) menyatakan perkembangan
kognitif adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan
pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian di suatu
lingkungan.
Menurut Syaodih dan Agustin perkembangan kognitif menyangkut

perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja.
Ernawulan

mengungkapkan

perkembangan

kognitif

menyangkut

perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja 14.
Dalam kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan pada persoalanpersoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu
persoalan merupakan langkah yang lebik kompleks pada diri anak.
Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki
kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Husdarta dan nurlan berpendapat bahwa perkembangan kognitif
adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan
14 Syaodih Mubiar Agustin, Ernawulan. Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2011) h.67

8

(kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya 15. Hasil-hasil
tersebut berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan lainnya. Anak
akan melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode
perkembangan. Setiap periode perkembangan, anak berusaha mencari
keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan pengalaman-pengalaman
baru. Ketidakseimbangan memerlukan pengakomodasian baru serta
merupakan transformasi ke periode berikutnya.
Disisi

lain,

Elkind

mengemukakan

bahwa

studi

tentang

perkembangan kognisi yang dilakukan piaget dapat didefinisikan sebagai
suatu studi tentang pengetahuan dan proses mental yang terlibat, tentang
bagaimana perolehannya dan penggunaannya16. Piaget tidak setuju dengan
anggapan bahwa pengetahuan adalah informasi yag telah dimiliki
seseorang sejak lahir. Ia memandang bahwa pengetahuan adalah suatu
proses. Mengetahui sesuatu berarti bertindak pada sesuatu, baik tindakan
fisik ataupun mental.
Mengacu pada teori perkembangan kognitif, sikap/perilaku
menunjukkan berbagai struktur kognitif yang muncul, mengatur berbagai
unit atau pola berpikir yang mempengaruhi interprestasi pengalaman anak.
Teori perkembangan kognitif cenderung berbagi asumsi dasar yang
menunjukkan intelektual, emosi dan kapasitas sosial anak secara umum
walaupun anak memiliki pengalaman yang beragam dan luas.17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dikatakan bahwa faktor
kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar
karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan
masalah mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan
agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui
panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya
tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.
15 Husdarta Dan Nurlan Kusmaedi, Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga
Dan Kesehatan), (Bandung : Alfabeta, 2010) h. 78
16 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan (Bandung : Widya Padjajaran, 2009) h. 17
17Bukatko & Daehler, Child Development: A Thematic Approach (New York : Houghton Mifflin
Company, 2004). hal. 21

9

4. Proses-Proses Kognitif
Piaget percaya bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan
kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai anakanak menghadapi pengalaman baru, mereka mengubah pandangan mereka
tentang dunia dan bertindak dengan semestinya. Menurut Piaget, seperti
yang terdapat dalam buku Papalia, perkembangan kognitif selama seluruh
periode masa kanak-kanak terjadi melalui tiga prinsip yang saling terkait:
organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi.18
a. Organisasi
Organisasi adalah kecenderungan untuk menciptakan struktur
kognitif yang semakin kompleks; sistem pengetahuan atau cara
berpikir yang menggabungkan gambar lebih banyak dan lebih akurat
dari realitas. Struktur ini disebut skema yang pola perilaku yang
digunakan seseorang untuk memikirkan dan bertindak dalam situasi
terorganisir. Sebagai anak-anak memperoleh informasi lebih lanjut,
skema mereka menjadi lebih dan lebih kompleks. Bayi memiliki
skema sederhana untuk mengisap tapi segera mengembangkan skema
yang bervariasi untuk bagaimana mengisap payudara, botol, atau ibu
jari19.
Selain itu, Bukatko & Daehler mencontohkan seperti tangan,
mata, paru-paru, jantung dan struktur organ tubuh lainnya yang
dipasang dan dibentuk untuk menyelesaikan fungsi biologis, begitu
pula dengan susunan struktur mental yang memiliki pola yang lebih
kuat untuk mendukung pemikiran yang lebih rumit. Perubahan ini,
bagaimanapun juga tergantung pada kesempatan untuk melihat dan
bersentuhan, berpegangan dan bermain dengan/dan membentuk serta
memerintahkan berbagai pengalaman yang diperolehnya di lingkungan
18 Diana E. Papalia, Child Development (New York : The Mcgraw-Hill Companies Inc., 2003) h.
243
19 Ibid.,

10

sekitarnya. Dari beragam pengalaman yang diperoleh dari pengalaman
fisik dan sosial di lingkungannya, anak berhadapan dengan hasil yang
tidak diduga dan membingungkan yang pada akhirnya anak harus
mengolahnya melalui pola berpikir.20
b. Adaptasi
Adaptasi adalah istilah Piaget bagaimana anak menangani
informasi baru yang tampaknya bertentangan dengan apa yang sudah
diketahui anak. Adaptasi melibatkan dua proses yakni (1) asimilasi,
mengambil informasi dan memasukkan ke dalam struktur kognitif ada
dan (2) akomodasi, mengubah struktur kognitif seseorang untuk
memasukkan pengetahuan baru21
c. Ekuilibrium
Ekuilibrium adalah usaha konstan untuk keseimbangan yang
stabil atau keseimbangan yang menentukan pergeseran dari asimilasi
dengan

akomodasi.

Ketika

anak-anak

tidak

bisa

menangani

pengalaman baru dalam struktur yang ada, mereka mengatur pola
mental yang baru yang mengintegrasikan pengalaman baru, sehingga
memulihkan keseimbangan. Sebuah payudara atau botol-makan bayi
yang mulai mengisap cangkir menunjukkan asimilasi-menggunakan
skema tua untuk berurusan dengan objek atau situasi baru. Ketika bayi
menemukan bahwa menghirup dari cangkir memerlukan hal yang
berbeda lidah dan mulut gerakan dari yang digunakan untuk
menghisap pada payudara atau botol, ia mengakomodasi dengan
memodifikasi skema lama. Dia telah diadaptasi skema mengisap
aslinya untuk menghadapi pengalaman baru: cangkir. Dengan
demikian asimilasi dan bekerja sama untuk menghasilkan akomodasi
keseimbangan dan pertumbuhan kognitif. 22

20Bukatko & Daehler, Child Development: A Thematic ibid, h. 21
21 Diana E. Papalia, Child Development, op.cit., h. 243
22 Diana E. Papalia, Child Development op.cit h. 243

11

Senada dengan pendapat di atas, Santrock dalam bukunya
mengungkapkan bahwa Piaget juga menyatakan bahwa beberapa proses
yang digunakan anak-anak saat mereka membangun pengetahuan mereka
tentang

dunia

meliputi

skema,

asimilasi,

keseimbangan dan penyeimbangan.23
a. Skema
Piaget menyatakan bahwa

akomodasi,

ketika

seorang

organisasi,

anak

mulai

membangun pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun
membentuk

skema.

Ini

representasi-representasi

merupakan
mental

tindakan-tindakan

yang

atau

mengorganisasikan

pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema-skema perilaku (aktivitasaktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan skema-skema mental
(aktivitas-aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak.
Skema-skema bayi disusun oleh tindakan-tindakan sederhana
yang diterapkan pada objek-objek tertentu, contohnya tindakan
menyusu, melihat, dan menggenggam. Anak-anak yang lebih tua
memiliki

skema-skema

yang

meliputi

berbagai

strategi

dan

perencanaan untuk mengatasi persoalan. Sebagai contoh, seorang anak
yang berusia 5 tahun mungkin telah memiliki suatu skema yang
meliputi strategi mengklasifikasikan objek-objek sesuai ukuran,
bentuk, atau warna. Saat kita mencapai masa dewasa, kita telah
menyusun beragam skema dalam jumlah amat besar, mulai dari
bagaimana

mengendarai

mobil,

bagaimana

menyeimbangkan

anggaran, hingga bagaimana menerapkan konsep keadilan.
b. Asimilasi dan Akomodasi
Piaget menawarkan dua konsep yang dikemukakan dalam
asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan bagaimana anak-anak
menggunakan skema-skema sambil beradaptasi. Asimilasi terjadi
ketika anak memasukkan informasi baru ke dalam skema-skema yang

23 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1,op.cit, h. 243-244

12

ada. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema-skema
mereka dengan informasi dan pengalaman-pengalaman baru.
Misalnya ketika seorang anak telah mempelajari kata ‘mobil’
untuk mengidentifikasikan mobil keluarga. Anak tersebut mungkin
akan menyebut semua kendaraan yang bergerak di jalan sebagai
‘mobil’, termasuk sepeda motor dan truk. Anak tersebut telah
mengasimilasikan objek-objek tersebut ke dalam skema yang ada
padanya. Akan tetapi anak tersebut akan segera mempelajari bahwa
sepeda motor dan truk bukan mobil dan ia akan menyesuaikan
skemanya dengan menyingkirkan ‘motor’ dan ‘truk’ dari kategori
‘mobil’.
c. Organisasi
Agar dapat memahami dunia mereka, Piaget menyatakan bahwa
anak-anak secara sadar mengorganisasikan pengalaman-pengalaman
mereka. Dalam teori Piaget, organisasi adalah pengelompokkan
perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang terisolasi ke dalam
system yang lebih teratur dan lebih tinggi. Perbaikan organisasi ini
secara terus menerus merupakan bagian tak terpisahkan dari
perkembangannya. Seorang anak laki-laki yang hanya memiliki
pemikiran samar tentang cara menggunakan sebuah palu mungkin saja
memiliki pemikiran samar terhadap alat-alat pertukangan yang lain.
Setelah

mempelajari

bagaimana

menggunakan

salah

satu,

ia

menghubungkan penggunaan-penggunaan ini, mengorganisasikan
pengetahuannya.
d. Penyeimbangan
Equilibration adalah suatu mekanisme yang diajukan Piaget
untuk menjelaskan bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahapan
pemikiran ke tahapan pemikiran berikutnya. Perpindahan ini terjadi
karena anak mengalami konflik kognitif atau disequilibrium dalam
usahanya

memahami

dunia.

Pada

akhirnya,

mereka

akan

menyelesaikan konflik tersebut dan mencapai suatu keseimbangan

13

(equilibrium) pemikiran. Piaget meyakini adanya pergerakan besar
antara berbagai tahapan keseimbangan dan ketidakseimbangan kognitif
ketika proses asimilasi dan akomodasi berlangsung bersama-sama
untuk menghasilkan perubahan kognitif.
Sebagai contoh, jika seorang anak yakin bahwa jumlah cairan
berubah saat cairan tersebut dituang ke dalam wadah yang berbeda.
Contohnya dari wadah yang lebar dan pendek ke wadah yang tinggi
dan sempit. Anak itu mungkin dibingungkan oleh datangnya cairan
‘tambahan’ dan ia mungkin bertanya-tanya darimana asal cairan
tersebut. Anak tersebut pada akhirnya akan mengerti persoalan tersebut
seiring perkembangan pemikirannya. Dalam kehidupan sehari-hari,
anak tersebut secara terus menerus akan menghadapi berbagai
inkonsistensi dan contoh-contoh membingungkan seperti di atas.
Asimilasi dan akomodasi selalu membawa anak ke tingkat yang
lebih tinggi. Bagi Piaget, motivasi untuk berubah adalah pencarian
internal akan keseimbangan. Saat skema-skema lama disesuaikan dan
skema-skema

baru

dikembangkan,

anak

mengorganisasi

dan

mereorganisasi skema-skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi
tersebut secara fundamental berbeda dengan organisasi yang lama,
inilah cara berpikir yang baru, tahapan baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
proses-proses kognitif atau proses terjadinya perkembangan melibatkan
beberapa proses yang saling berpengaruh dan berkesinambungan yaitu
skema, adaptasi yang didalamnya termasuk asimilasi dan akomodasi,
organisasi, dan ekuilibrium. Beberapa proses di atas menggambarkan
bagaimana seorang anak berkembang kognitifnya, sehingga dapat
dilaluinya setiap tahapan perkembangan kognitif dalam kehidupannya.

14

B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PARA
AHLI
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan kognitif sangat kental dengan dengan tokoh
Jean Piaget. Dalam teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget
menjelaskan tentang kisah terpadu yang menjelaskan bagaimana faktor
biologis dan pengalaman membentuk perkembangan kognitif. Piaget
berpikir

sebagaimana

tubuh

fisik

kita

memiliki

struktur

yang

memampukan kita beradaptasi dengan dunia, struktur-struktur mental kita
juga membantu kita beradaptasi dengan dunia. Adaptasi meliputi
penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan baru dari lingkungan. Piaget
menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif
mereka sendiri. Informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke
dalam pikiran-pikiran mereka. Ia menemukan bagaimana anak-anak, pada
tahapan-tahapan yang berbeda dalam perkembangan mereka, memandang
dunia ini dan bagaimana perubahan yang sistematis itu terjadi dalam
pikiran mereka.24
Piaget juga menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan
kognitif.

Setiap

tahapan

memiliki

keterkaitan

dengan

usia

dan

mengandung cara berfikir tertentu, cara yang berbeda, dalam memahami
dunia.

Untuk membuat

dunia

kita

masuk

akal,

kita

berusaha

mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita. Dengan demikian,
kognisi anak di sebuah tahap saling berbeda secara kualitatif. 25
Cara anak-anak berpikir dalam satu tahapan berbeda dengan cara
mereka berpikir pada tahapan yang lain. Setiap tahapan Piaget
berhubungan dengan usia anak yang bersangkutan dan terdiri atas caracara pemikiran yang unik.
Adapun penjelasan mengenai tahapan perkembangan kognitif
menurut Piaget menurut Santrock dalam bukunya sebagai berikut:
24 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 243
25John W, Santrock: Penerjemah Benedictine Wisdyasinta, Life Span Development :
Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 27

15

a. Tahap sensorimotor
Tahapan ini terjadi pada anak sejak lahir sampai usia 2 tahun,
yang merupakan tahapan pertama dalam teori Piaget.
In this stage, infants construct an understanding of the
world by coordinating their sensory experiences (such as
seeing and hearing) with their motor action, hence the term
sensorimotor. Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman
mengenai dunianya dengan cara mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris (contohnya melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik
inilah asal istilah sensorimotor. 26
Pada awal tahapan ini, bayi yang baru lahir hanya memiliki pola
perilaku refleks. Pada akhir tahapan sensorimotor, anak berusia 2 tahun
mampu menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks dan
menggunakan simbol-simbol primitif.27
Dalam tahapan ini, perubahan yang dialami oleh bayi terlihat dari
bulan ke bulan secara spesifik. Hal tersebut seperti yang dituliskan
Santrock dalam bukunya bahwa Piaget membagi tahap sensorimotor
ke dalam enam subtahap sebagai berikut:28
1) Refleks Sederhana
Berhubungan dengan satu bulan pertama sejak kelahiran.
Dalam subtahap ini, koordinasi sensasi dan tindakan terutama
berupa refleks, seperti mencari dan mengisap. Bayi tidak lama
kemudian menampilkan perilaku yang menyerupai refleks tersebut
tanpa adanya stimulus yang memicu refleks itu.
Sebagai contoh, seorang bayi yang baru lahir akan mengisap
puting atau botol susu yang diletakkan dimulutnya atau
disentuhkan ke bibirnya. Namun, tidak lama kemudian bayi akan
mengisap-isap meskipun botol susu dan puting ibu tidak berada
didekatnya. Bahkan pada bulan pertama kehidupannya, bayi akan
memulai

tindakan

mandiri

dengan

aktif

menstrukturisasi

pengalaman-pengalamannya.
26 John W. Santrock, Educational Psychology: Second Edition, (New York: Mc Graw Hill, 2006),
p. 40
27 John W, Santrock, Penerjemah Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti, Perkembangan Anak Jilid
1, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 245- 259
28 John W, Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 170-171

16

2) Kebiasaan awal dan reaksi sirkuler primer
Tahapan ini berkembang diantara usia 1 higga 4 bulan.
Dalam sub tahap ini bayi mencoba mengkoordinasikan sensasi dan
dua tipe skema yaitu kebiasaan dan reaksi sirkuler primer. Adapun
tentang kebiasaan dan reaksi sirkuler primer akan dijelaskan di
bawah ini:
a) Kebiasaan
Kebiasaan adalah skema yang didasarkan pada refleks
dan pada akhirnya akan menjadi reaksi yang sepenuhnya
terpisah dari rangsangan asli yang membangkitkan refleks itu.
Sebagai contoh bayi dalam subtahap 1 akan mengisap hanya
apabila terdapat botol susu yang diletakkan ke bibirnya atau
ketika bayi itu melihat botol susu itu. Bayi pada sub tahap
kedua mungkin akan mengisap-isap meskipun tidak ada botol
di dekatnya.
b) Reaksi Sirkuler Primer
Reaksi sirkuler adalah tindakan yang diulang-ulang
(repetitif). Reaksi sirkuler primer

merupakan skema yang

didasarkan pada upaya untuk mereproduksi suatu peristiwa
yang mulanya terjadi secara kebetulan. Sebagai contoh,
seorang bayi secara kebetulan akan mengisap jari-jarinya
apabila sengaja diletakkan di dekat mulutnya. Selanjutnya, ia
mencari jari-jarinya untuk diisap lagi, namun jari-jarinya belum
dapat dikoordinasikan sesuai keinginan karena ia belum dapat
mengkoordinasikan aksi visual dan manual. Kebiasaan dan
reaksi-reaksi sirkuler bersifat stereotip artinya bayi akan
mengulang-ulang dengan cara yang sama setiap kalinya.
Selama sub tahap ini, tubuh bayi akan terus menjadi pusat
perhatian bayi. Tidak ada peristiwa lingkungan yang menarik
perhatiannya.
3) Reaksi sirkuler sekunder
Reaksi sirkuler sekunder erkembang antara usia 4 sampai 8
bulan. Pada sub tahap ini bayi lebih berorientasi pada objek,

17

melampaui preokupasi diri. Skema bayi belum bersifat sengaja
atau terarah pada saran, namun diulang-ulang karena perasaan
takjub.
Contohnya

secara

mengguncang-guncang

kebetulan,
mainan

seorang

yang

bayi

mungkin

bergemerincing.

Bayi

mengulang-ulang tindakan ini karena perasaan takjub. Ini adalah
suatu reaksi sirkuler sekunder yaitu tindakan yang diulang-ulang
karena konsekuensi dari tindakan tersebut. Bayi juga melakukan
peniruan terhadap sejumlah tindakan sederhana, seperti berceloteh
dan sejumlah bahasa tubuh sederhana. Meskipun demikian, bayi
hanya melakukan peniruan terhadap tindakan-tindakan yang
memang telah mampu dihasilkannya sendiri.
4) Koordinasi terhadap reaksi sirkuler sekunder
Tahap ini berkembang diantara usia 8 hingga 12 bulan.
Ketika memasuki sub tahap ini, bayi mampu mengkoordinasikan
penglihatan dan sentuhan , yaitu tangan dan mata. Tindakantindakan menjadi lebih diarahkan keluar. Dalam sub tahap ini
terjadi perubahan besar yang melibatkan koordinasi skema-skema
dan kesengajaan. Bayi siap mengombinasikan dan mengombinasi
ulang secara koordinasi skema-skema yang sebelumnya pernah
dipelajari. Mereka dapat mengamati sebuah objek dan langsung
menggenggamnya, atau mereka juga dapat menyelidiki sebuah
mainan yang bergemerincing dengan segera menyentuhnya dan
mengeksplorasinya dengan menggunakan jari-jarinya. Tindakantindakan

bayi

bahkan

lebih

terarah

keluar

dibandingkan

sebelumnya. Kemampuan koordinasi ini merupakan prestasi kedua
munculnya kesengajaan.
Sebagai contoh, bayi dapat menggunakan sebuah tongkat
untuk mengambil mainan yang diinginkan atau mereka juga dapat
menabrakkan sebuah balok agar dapat meraih dan bermain dengan
balok lain.
5) Reaksi sirkuler tersier, kesenangan terhadap hal baru, dan
keingintahuan

18

Berkembang diantara usia 12 hingga 18 bulan. Dalam sub
tahap ini, minat bayi semakin tergugah terhadap berbagai
karakteristik objek ataupun segala tindakan yang dapat mereka
lakukan terhadap objek itu. Sebuah kotak dapat dijatuhkan,
diputarkan, ditabrakkan ke objek lain, dan digelindingkan. Reaksi
sirkuler tersier adalah skema dari eksplorasi kesengajaan oleh bayi
terhadap kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat dilakukan
pada objek tertentu dan mengamati hasilnya. Menurut Piaget, tahap
ini menandai titik awal perkembangan keingintahuan dan minat
terhadap hal baru.
6) Internalisasi skema
Tahapan ini merupakan subtahap sensorimotor yang terakhir
dan berlangsung di antara usia 18 hingga 24 bulan. Dalam sub
tahap ini, bayi mengembangkan kemampuan untuk menggunakan
simbol-simbol primitif.
Menurut Piaget simbol adalah gambaran sensoris atau kata
yang diinternalisasi memoresentasikan sebuah peristiwa. Simbolsimbol primitive memungkinkan bayi untuk memikirkan peristiwaperistiwa konkret tanpa harus secara langsung melakukan atau
melihantnya. Selain itu, simbol-simbol juga memungkinkan bayi
untuk memanipulasi dan mentransformasi peristiwa-peristiwa
dengan cara sederhana.
Dalam masing-masing subtahap pada tahapan sensorimotor
terdapat kekhususan yang harus diperhatikan agar orang tua mampu
memberikan stimulasi lingkungan yang tepat pada anak. Hal itu
dilakukan agar anak benar-benar dapat melalui masing-masing sub
tahapan dengan baik.
Adapun secara lebih ringkas, sub tahap dalam tahan sensorimotor
dirangkum dalam tabel di bawah ini:29
Tabel 2.1 Subtahap Dalam Tahapan Sensorimotor
Sub Tahap
Refleks

Usia
Lahir

Deskripsi
Koordinasi

29 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 170

Contoh
Refleks

mencari,

19

Sederhana

hingga
1
bulan

Kebiasaan
awal
dan
reaksi
sirkuler

1
hingga
4
bulan

Reaksi
sirkuler
sekunder

4
hingga
8
bulan

Koordinasi
reaksi
sirkuler
sekunder

8
hingga
12
bulan

Reaksi
sirkuler
tersier,
kesenangan
terhadap hal
baru,
dan

12
hingga
18
bulan

sensasi
dan mengisap,
dan
tindakan melalui menggenggam secara
perilaku refleks.
refleksif, bayi yang
baru
lahir
akan
mengisap
ketika
bibirnya disentuh.
Koordinasi
Mengulang
sensasi
sensasi dan dua tubuh yang awalnya
jenis
skema: dialami
secara
kebiasaan
kebetulan (contohnya
(refleks)
dan mengisap
jempol),
reaksi
sirkuler kemudian
bayi
primer
(usaha mungkin
melakukan
memproduksi
akomodasi tindakannya
suatu
peristiwa dengan
mengisap
yang
mulanya jempol mereka dengan
terjadi
secara cara yang berbeda dari
kebetulan). Fokus mengisap putting.
utamanya masih
di sekitar tubuh
bayi.
Bayi
lebih Bayi mendekut agar
berorientasi pada orang tetap berada di
objek, melampaui dekatnya; ketika orang
preokupasi
itu
menjauh;
bayi
terhadap
diri mendekut lagi.
sendiri; tindakan
diulang-ulang
karena takjub atau
menyenangkan.
Koordinasikan
Bayi
memanipulasi
penglihatan dan sebuah tongkat untuk
sentuhan tangan mengambil
mainan
dan
mata; yang menarik.
koordinasi skema
dan kesengajaan.
Minat
bayi Sebuah kotak mungkin
semakin tergugah dijatuhkan,
diputar,
terhadap berbagai ditabrakkan ke benda
karakteristik
lain,
dan
objek
ataupun digelindingkan.
segala yang dapat

20

keingintahu
an

Internalisasi
skema

18
hingga
24
bulan

mereka lakukan
terhadap
objek
itu;
mereka
bereksperimen
dengan perilaku
baru.
Bayi
mengembangkan
kemampuan
menggunakan
simbol-simbol
primitif
dan
membentuk
representasi
mental
yang
menetap.

Bayi
yang
belum
pernah menunjukkan
tempertantrum sebelum
melihat
kawannya
menunjukkan perilaku
ini; bayi menyimpan
memori
mengenai
suatu
peristiwa,
kemudian
menampilkan perilaku
itu di hari berikutnya.

b. Tahap praoperasional
Tahapan praoperasional ini merupakan tahapan kedua dan terjadi
pada anak pada usia 2 – 7 tahun.
The child begins to represent the world with words and
images. These words and images reflect increase symbolic
thinking and go beyond the connection of sensory
information and physical action.30
Dalam tahap ini anak-anak mulai mempresentasikan dunia
dengan

kata-kata,

bayangan,

dan

gambar-gambar.

Pemikiran-

pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana
dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai
terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh,
dan keyakinan-keyakinan magis mulai terkonstruksi.31
Karena oleh Piaget tahap ini disebut “praoperasional”, maka
seolah-olah periode ini merupakan periode menunggu yang tidak
penting. Hal ini tidak benar. Meskipun demikian, label praoperasional
memberi penekanan bahwa anak belum melakukan operasi, yaitu
aktivitas mental yang dibalik yang memungkinkan anak-anak untuk
30 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h. 41
31 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 251-252

21

membayangkan hal-hal yang dulunya hanya dapat dilakukan secara
fisik.

Membayangkan

operasi

penambahan

dan

pengurangan

merupakan contoh-contoh operasi. Pemikiran praoperasional adalah
awal dari kemampuan melakukan rekonstruksi dalam pikiran terhadap
hal-hal yang telah dicapai dalam bentuk perilaku.32
Tahap ini dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan yaitu sutahap
fungsi simbolik dan subtahap pemikiran intuitif. Adapun sub tahapan
akan dijelaskan di bawah ini:33
1) Subtahap fungsi simbolik
Tahapan ini terjadi antara usia 2 hingga 4 tahun. Anak kecil
memperoleh kemampuan untuk membayangkan penampilan objek
yang tidak hadir secara fisik. Kemampuan ini secara cepat dapat
memperluas dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan
coretan-coretan untuk mempresentasikan manusia, rumah, mobil,
awan, dan sebagainya. Mereka mulai menggunakan bahasa dan
terlibat dalam permainan pura-pura. Meskipun di dalam sub tahap
ini anak-anak kecil sudah membuat kemajuan yang berarti,
pemikiran mereka masih terbatas; dua bentuk keterbatasan ini
adalah egosentrisme dan animisme.
a) Egosentrisme
Egosentrisme adalah ketidakmampuan

membedakan

antara perspektifnya sendiri dan perspektif orang lain. Piaget
dan Barbel Inhelder awalnya mempelajari egosentrisme anakanak kecil dengan membagi tugas mengenai tiga gunung. Sang
anak berjalan di sekitar model gunung dan menjadi terbiasa
dengan penampang gunung itu dari berbagai perspektif yang
berbeda, dan ia dapat melihat ada objek-objek yang berbeda di
pegunungan itu. Kemudian anak didudukkan di salah satu sisi
meja yang di atasnya diletakkan pegunungan itu.
Peneliti menempatkan sebuah boneka ke lokasi-lokasi
yang berbeda di sekeliling meja di setiap lokasi, sang anak
32 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 248
33 John W Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 248

22

diminta untuk memilih salah satu dari serangkaian foto yang
paling tepat mencerminkan pemandangan yang dapat dilihat
oleh boneka tersebut. Anak-anak yang berada pada tahapan pra
operasional seringkali menunjuk foto menurut yang dilihatnya
sendiri dibandingkan yang dilihat oleh boneka. Anak-anak
prasekolah seringkali memperlihatkan kemampuan untuk
menggunakan perspektif orang lain pada sejumlah tugas,
namun tidak pada tugas-tugas lainnya.34 Gambar tersebut
tampak seperti di bawah ini

Gambar 2.1. Piaget’s Three-Mountain Task
Secara lebih jelas, egosentrisme pandangan anak akan
gunung tersebut tampak seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.2 The Three Mountains Task
Contoh lain yang terlihat egosentris terlihat pada
percakapan telepon antara seorang ayah dengan anaknya, Mary
(yang berusia 4 tahun) menunjukkan pemikiran Mary yang
egosentris. Mary berada di rumah dan ayahnya berada di
kantor.
Ayah: Mary, apa ibu ada di rumah?
Mary: (Mengangguk)
34 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 248

23

Ayah: Mary, halo. Ibu ada? Ayah boleh berbicara dengan
ibu?
Mary: (Kembali menganggukkan kepalanya)
Respon Mary bersifat egosentris, artinya ia gagal
mempertimbangkan perspektif ayahnya sebelum menjawab.
Seorang yang tidak berpikir egosentris akan merespons secara
verbal. 35
b) Animisme
Animisme merupakan keterbatasan lain dari pemikiran
praoperasional. Animisme adalah keyakinan bahwa bendabenda mati memiliki kualitas yang seolah-seolah hidup dan
mampu beraksi. Seorang anak kecil mungkin memperlihatkan
animisme ketika mengatakan “pohon itu mendorong dau,
sehingga daunnya jatuh, “ atau “ trotoar itu mmebuat saya
marah; trotoar itu menyebabkan saya terjatuh.”
Seorang anak kecil yang menggunakan animisme sulit
membedakan antara peristiwa-peristiwa yang tepat bagi
penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia. Hal itu
disebabkan anak-anak kecil tidak terlalu menaruh perhatian
pada realitas; hasil gambar mereka bersifat khayalan dan
berdaya cipta. Matahari yang berwarna biru, langit yang
berwarna kuning, dan mobil yang melayang di awan semuanya
adalah dunia simbolis dan imajinatifnya. 36
Selain itu, seorang anak berusia 3,5 tahun memperhatikan
gambar acak-acakan yang ia buat dan mendeskripsikannya
sebagai “burung pelikan sedang mencium anjing laut”.
Simbolismenya sederhana tapi kuat, seperti gambar abstrak
yang ditemukan dalam beberapa seni lukis modern berikut ini.37

35 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 252
36 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 249
37 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 253

24

Gambar 2.3 A 3½ Year Old’s Symbolic Drawing. Halfway Nto
This Drawing, The 3½ Year Old Said It Was “A Pelican
Kissing A Seal”
Pelukis abad ke 20, Pablo Picasso pernah berkomentar
“saya bisa melukis sebagus Raphael, tapi seumur hidup untuk
mampu menggambar seperti seorang anak.” 38
Dalam tahun-tahun di sekolah dasar, gambar-gambar
seorang anak menjadi lebih realistis, rapi dan tepat. Matahari
berwarna kuning, langit berwarna biru, daun berwarna hijau
dan mobil berjalan di jalan raya.39 Seperti gambar pohon yang
tampak di bawah ini

Gambar 2.4 This 11 Years Old’s Drawing Is Neater And More
Realistic But Also Less Inventive
2) Subtahap berpikir intuitif
Tahap ini terjadi di usia 4 hingga 7 tahun. Pada subtahap ini,
anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin
mengetahui jawaban terhadap segala jenis pertanyaan. Anak-anak
pada tahapan ini mulai mengembangkan idenya sendiri mengenai
38 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 253
39 Ibid.,

25

dimana ia tinggal, idenya masih sederhana, dan ia belum terlalu
baik dalam menyelesaikan masalah. Ia memiliki kesulitan dalam
memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi namun tidak dapat
dilihatnya. Fantasinya kurang memiliki kaitan dengan realitas. Ia
belum mampu menjawab pertanyaan “ Bagaimana seandainya?”
sebagai contoh, ia hanya memiliki gagasan yang samar mengenai
apa yang akan terjadi seandainya sebuah mobil menabraknya.
Pada usia 5 tahun, anak-anak akan mebuat orang dewasa
kelelahan karena banyak mengajukan pertanyaan “ mengapa”.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengindikasikan munculnya
minat terhadap penalaran dan berusaha memahami mengapa
berbagai hal berlangsung seperti adanya. Beberapa contoh
pertanyan yang diajukan anak-anak ketika berusia 4 hingga 6 tahun
antara lain:
“ apa yang membuat kamu bertumbuh besar?”
“ siapa yang menjadi ibu jika semua orang adalah bayi?”
“ mengapa daun jatuh?”
“mengapa matahari bersinar?”
Tahapan ini disebut tahapan intuitif karena anak-anak kecil
tampaknya

demikian

yakin

terhadap

pengetahuannya

dan

pemahamannya meskipun mereka belum menyadari bagaimana
mereka

mengetahui

Kesimpulannya,

ha-hal

anak-anak

yang

mereka

mengetahui

ketahui

sesuatu

itu.

namun

mengetahuinya tanpa pemikiran rasional.40
Salah satu keterbatasan pemikiran praoperasioanl adalah
pemusatan, yakni memusatkan atensi pada sebuah karakteristik
sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya. Pemusatan
adalah gejala yang paling jelas muncul pada anak-anak kecil yang
belum memiliki konservasi, yakni kesadaran bahwa mengubah
suatu objek atau suatu substansi tidak mengubah properti dasarnya.
Sebagai contoh, orang dewasa pasti memahami betul bahwa
jumlah cairan akan tetap sama meskipun bentuk wadahnya
40 John W. Santrock, Life Span Develpoment, op. cit., hh. 249-250

26

berbeda. Hal ini tidak jelas bagi anak–anak kecil. Mereka justru
terpaku pada ketinggian cairan yang berada di dalam wadah;
mereka

memfokuskan

karakteristik

wadah

sehingga

mengesampingkan karakteristik lainnya.41 Hal tersebut tampak
seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.5 Piaget’s Conservation Task
c. Tahap operasional konkret (7 – 11 tahun)
Tahapan ketiga ini berlangsung pada saat anak berusia sekitar 7 –
11 tahun.
Concrete operational thought involves using
operations. Logical reasoning replace intuitive reasoning,
but only in concrete situations. Classification skills are
present, but abstract problems go unsolved.42
Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran
intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contohcontoh yang konkret atau spesifik. Dalam tahapan ini, anak-anak dapat
melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat
bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh
yang spesifik atau konkret. Pemikir operasi konkret tidak dapat
membayangkan

langkah-langkah

yang

diperlukan

untuk

menyelesaikan suatu persamaan aljabar, karena terlalu abstrak untuk
dipikirkan pada tahap perkembangan ini. 43
Perlu diingat bahwa operasi adalah kegiatan mental dua arah dan
operasi-operasi konkret adalah operasi yang diaplikasikan pada objekobjek yang riil dan konkret. Operasi-operasi konkret memungkinkan
anak memikirkan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada
41 John W. Santrock, Life Span Development, ibid., hh. 250-251
42 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h. 252
43 John, W. Santrock, Perkembangan anak jilid 1, op. cit., h. 255

27

suatu property tunggal suatu obyek. Salah satu karakteristik lain dari
anak

yang

telah

mencapai

tahap

ini

adalah

kemampuan

mengklasifikasikan atau membagi benda-benda ke dalam perangkatperangkata atau subperangkat yang berbeda dan memperhitungkan
keterkaitannya.

44

Beberapa hal penting dalam tahapan ini adalah

konservasi, klasifikasi, seriatiom, Transitivity:45
1) Konservasi
Tugas konservasi mendemosntrasikan kemampuan anak
dalam melakukan operasi-operasi konkret. Dalam tes kemampuan
pembalikan berpikir yang melibatkan konservasi materi (bahan).
Seorang anak dihadapkan pada dua buah gumpalan tanah liat.
Pembuat eksperimen mengubah bentuk gumpalan tanah liat yang
satu menjadi bentuk yang panjang dan ramping, sementara yang
lain tetap seperti bentuk semula.

Gambar 2.6 Beberapa Dimensi Dari Konservasi : Jumlah, Bahan
Dan Panjang
2) Klasifikasi
Banyak operasi-operasi konkret yang diidentifikasikan Piaget
melibatkan cara anak berpikir tentang karakteristik objek. Satu
keahlian khusus yang mencirikan operasional konkret anak adalah
kemampuan untuk mengklasifikasikan benda dan memahami relasi
antar benda tersebut. Kemampuan operasional konkret anak untuk
membagi benda menjadi kumpulan dan sub kumpulan dann

44 John W, Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 329
45 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h 256-257.

28

memahami relasinya diilustrasikan oleh pohon keluarga empat
generasi.

Gambar 2.7 Classification
Pohon keluarga di atas menggambarkan kakek (A) memiliki
tiga orang anak (B, C, D), tiap orang anak memiliki dua orang anak
(E sampai J), dan salah satu dari anak-anak tersebut (J) punya tiga
orang anak (K, L, dan M). Seorang anak dengan operasional
konkret dapat memahami bahwa J, pada saat bersamaan dapat
menjadi ayah, saudara, dan cucu. Seorang anak yang memahami
system klasifikasi ini dapat bergerak dalam system tersebut secara
vertical, horizontal, atau diagonal.46
3) Seriation
Seriation adalah tindakan mengurutkan stimuli diantara
dimensi kuantitatif (seperti panjang). Untuk melihat apakah anak
mampu melakukan seriation, seorang guru dapat meletakkan
delapan tongkat dengan panjang yang berbeda, secara acak di atas
meja. Kemudian guru meminta anak mengurutkan tongkat tersebut
berdasarkan panjangnya. Pemikir operasional konkret secara
serempak memahami bahwa tiap tongkat harus lebih panjang dari
yang lain dan meletakkan tongkat yang lebih panjang di awal
diikuti yang lebih pendek, dan seterusnya.
4) Transivity
Transivity ialah kemampuan memikirkan relasi gabungan
secara logis. Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, dan
ada relasi antara objek kedua dan ketiga, maka ada relasi antara
objek pertama dan ketiga. Contohnya ada tiga buah tongkat (A, B,
46 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h 256-257.

29

dan C) dengan panjang berbeda. A adalah tongkat terpanjang, B
lebih pendek dari A namun lebih panjang dari C. Apakah A lebih
panjang dari C? Dalam teori Piaget, pemikir operasional konkret
akan menjawab ya; sedangkan pemikir praoperasional akan
menjawab tidak.
d. Tahap operasi formal
Tahap ini merupakan tahapan keempat yang berlangsung pada
saat anak berusia 11 sampai dewasa.
At this stage individuals move beyond reasoning only
about concrete experiences and think in more abstract,
idealistic, and logical ways.47
Dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman
konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian
dari pemikiran yang lebih abstrak, remaja mengembangkan gambaran
mengenai keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir mengenai konsep
orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan
standar ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinankemungkinan di masa depan dan kagum dengan hal-hal yang dapat
mereka lakukan. Dalam aspek memecahkan masalah, mereka dapat
bekerja secara lebih sistematis dengan mengembangkan hipotesis
mengenai mengapa sesuatu terjadi seperti itu kemudian menguji
hipotesis tersebut. Dalam menyelesaikan persoalan, para pemikir
formal ini akan lebih sistematis dan menggunakan pemikiran logis.48
Kualitas abstraksi pemikiran pada tingkat operasional formal
terlihat jelas dalam kemampuan remaja menyelesaikan masalah verbal.
Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen-elemen konkret A,
B, dan C agar mampu membuat kesimpulan logis bahwa jika A=B dan
B=C maka A= C. Pemikir operasional formal mampu menyelesaikan
persoalan ini melalui presentasi verbal.
Indikasi kualitas abstrak yang lain pada pemikiran remaja adalah
meningkatnya tendensi memikirkan dirinya sendiri. Seorang remaja
47 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h 46
48 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 257.

30

berkomentar. ‘ aku suka berpikir tentang mengapa aku memikirkan
tentang apa yang sedang aku pikirkan.’ Jika hal ini terdengar abstrak,
memang demikian ini menunjukkan peningkatan fokus remaja pada
pikiran beserta aspek-aspek abstraknya.
Ketika remaja mulai berpikir lebih abstrak dan idealis, mereka
juga belajar berpikir lebih logis. Anak-anak sering memecahkan
masalah dalam pola trial and error. Remaja mulai ber[ikir seperti
seorang

ahli,

merancang

perencanaan-perencanaan

untuk

menyelesaikan masalah dan secara sistematis menguji solusi-solusi
tersebut. Mereka menggunakan pemikiran hipotesis-induktif, yakni
mengembangkan hipotesa-hipotesa terbaik, dan secara sistematis
menyimpulkan langkah-langkah terbaik guna pemecahan masalah.49
Santrock dalam bukunya mengemukakan tahapan perkembangan
kognitif menurut Piaget sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget dalam Santrock50
Tahapan
Usia
Uraian Tahapan Perkembangan
Sensorimotor Lahir – 2 Bayi membangun pemahaman mengenai
tahun
dunianya
dengan
mengoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris melalui
melihat dan mendengar dengan tindakantindakan fisik dan motorik.
Praoperasi
2–7 tahun Anak-anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar, melampaui
hubungan sederhana antara informasi
sensoris dan tindakan fisik.
Operasi
7-11 tahun Anak-anak dapat melakukan operasi yang
konkret
melibatkan obyek obyek dan juga dapat
bernalar secara logis, sejauh hal itu
diterapkan dengan contoh-contoh yang
spesifik atau konkret.
Operasi
11-15
Individu
melampaui
pengalamanFormal
tahun
pengalaman konkret dan berpikir secara
abstrak dan lebih logis.

49 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 423
50 Ibid., h. 28-29

31

Pembahasan Santrock mengenai teori perkembangan kognitif
Piaget, diperkuat dengan pembahasan Slavin dalam bukunya yang
membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia. Adapun
penjelasan pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:51
a. Tahap Sensorimotor (Saat Lahir hingga Usia 2 tahun)
Tahap paling awal disebut sensorimotor karena selama tahap ini
bayi dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan
indera dan kemampuan motorik mereka. Pada awalnya semua bayi
mempunyai perilaku bawaan yang disebut gerakan refleks, yaitu
tanggapan otomatis terhadap rangsangan. Perilaku yang muncul karena
refleks ini merupakan landasan pembentukan skema pertama bayi
tersebut.
Refleks ini menjadi pembelajaran awal yang terjadi secara
kebetulan dan kemudian melalui upaya uji coba yang lebih intensif.
Pada akhir tahap sensorimotor, anak-anak akan beralih dari pendekatan
pemecahan masalah yang sebelumnya bersifat uji coba ke pendekatan
yang lebih terencana. Disinilah muncul apa yang dinamakan
“pemikiran” berarti anak dapat memikirkan dan merencanakan apa
yang akan dilakukan atau apa yang terjadi.
Tanda periode sensorimotor lainnya adalah pemahaman tentang
keajegan objek (object permanence), yaitu anak akan belajar
memahami bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tetap ada
meskipun objek tersebut tidak tampak/terlihat secara fisik oleh si anak.
Dalam pemahaman keajegan objek ini mereka telah melangkah
setahap ke arah pemikiran yang lebih maju.
b. Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak-anak prasekolah mempunyai kemampuan
yang lebih besar untuk memikirkan sesuatu dan dapat menggunakan
simbol untuk melambangkan objek ke dalam pikiran. Selama tahap
51 Robert E. Slavin, Penerjemah Marianto Samosir, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek,
(Jakarta: Indeks, 2011), h. 45-53

32

praoperasional, bahasa dan konsep anak berkembang dengan
kecepatan yang luar biasa. Menurut Piaget anak kecil tidak mempunyai
pamahaman tentang prinsip konservasi, yaitu konsep bahwa sifat
tertentu suatu objek akan tetap sama meskipun terjadi perubahan sifat
lain. Misalnya, banyak air dalam gelas yang berukuran lebih tinggi
berdiameter kecil adalah s