BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku - Hubungan Perilaku ibu dalam Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan Status gizi Balita di Posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

  2.1.1 Pengertian Perilaku

  Menurut James P.Chaplin dalam Pieter (2011) mengatakan bahwa, perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, bekerja, hubungan seks, dan sebagainya.

  Bandura dalam Pieter (2011) mengatakan bahwa, perilaku adalah reaksi insting bawaan dari berbagai stimulus yang selanjutnya akan direseptor ke dalam otak. Timbulnya perilaku akibat pengalaman proses belajar.

  Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat dan fantasi seseorang.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan reaksi yang dapat langsung terlihat (overt behavior ) atau yang tak tampak (covert behavior). Timbulnya perilaku akibat dari interelasi stimulus internal dan eksternal yang di proses melalui kognitif, afektif, dan psikomotor.

  2.1.2 Aspek-aspek Perilaku

  Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek-aspek perilaku manusia yang terdiri dari (Pieter, 2011) :

  Pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap.

  Penglihatan adalah proses pengenalan pada objek-objek luar melalui penglihatan (mata). Proses penglihatan dikelompokkan menjadi : a. Melihat berdasarkan bentuk objek, yaitu melihat suatu objek dari sudut berdimensi dua.

  b. Melihat menurut kedalaman objek yaitu proses penglihatan objek berdasarkan dimensi tiga (kedalaman bentuk).

  c. Melihat berdasarkan warna, yaitu proses penglihatan terhadap suatu warna yang memberikan interpretasi lambang dan efek. Efek dari warna dapat mempengaruhi perilaku. Sebagai lambang, warna akan memberikan arti kesan, sifat, atau watak. Misalnya, warna merah disimboliskan sebagai keberanian. Pendengaran adalah proses penerimaan suara yang dapat didengar serta memiliki arti. Stimulus pendengaran merupakan gelombang suara yang ditimbulkan oleh getaran-getaran molekul dalam udara, air, ataupun medium lainnya.

  Penciuman (Pembauan) mempuyai kedudukan yang utama dalam pembentukan tingkah laku, karena penciuman mempuyai jalur langsung ke otak dan berhubungan dengan reseptor bagian atas hidung dalam alfactory ephitelium.

  Pengecapan mempuyai sifat utama yaitu rasa manis, asam, asin, dan pahit. lanjut usia kepekaan pengecapannya akan semakin berkurang, karena tunas pengecapan pada ujung lidah berkurang dan terbatas pada rasa manis, asam, dan asin.

  Rangsangan indra kulit berhubungan dengan indra rasa sakit (pain), perabaan(pressure), rasa panas, dan dingin. Semuanya akan dirasakan melalui jenis-jenis titik kepekaan. Sensasi kulit dirasakan melalui rasa sakit,gatal, geli, nyeri, atau kebal.

  2. Perhatian Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa, perhatian adalah kondisi pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek dan merupakan kesadaran seseorang dalam aktivitas. Perhatian dapat dikelompokkan yaitu: a.

  Berdasarkan Intensitas Banyak atau tidaknya kesadaran individu melakukan kegiatan dengan intensitas ataupun tanpa intensitas. Pehatian juga dapat dikelompokkan berdasarkan objeknya yaitu perhatian yang timbul akibat luas tidaknya objek yang berkaitan dengan perhatian. b.

  Berdasarkan Objeknya Perhatian yang timbul akibat luas tidaknya objek yang berkaitan dengan perhatiannya. Perhatian berdasarkan objek dibedakan menjadi perhatian terpencar dan perhatian terpusat. Perhatian terpencar (distributif) adalah perhatian yang tertuju pada berbagai objek sasaran. Perhatian terpusat(konsentrasi) adalah perhatian yang tertuju kepada satu objek dan c.

  Berdasarkan Timbulnya Terdiri dari perhatian spontan dan perhatian disengaja. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul tanpa diinginkan oleh individu sedangkan perhatian disengaja yaitu perhatian yang timbul akibat adanya usaha-usaha untuk memberikan perhatian.

  d.

  Berdasarkan Daya Tariknya Berdasarkan dari segi objeknya yang menjadi perhatian adalah objek- objek yang menarik, baru, asing, dan menonjol. Sementara dari segi subjektifitas yang menjadi perhatian adalah apabila berhubungan dengan fungsi, kepentingan, tingkat kebutuhannya, kegemaran, pekerjaan, jabatan, atau sejarah hidup.

  3. Tanggapan Tanggapan adalah gambaran dari suatu penglihatan, sedangkan pendengaran dan penciuman merupakan aspek yang tinggal dalam ingatan.

  Misalnya, tanggapan ibu hamil terhadap pentingnya pemeriksaan rutin kandungan selama masa kehamilan. Hasi dari tanggapan ibu dapat memberikan kebahagiaan selama hamil. Tanggapan-tanggapan yang positif medorong orang mengulangi perilakunya. Sementara, tanggapan-tanggapan negatif mendorong untuk meninggalkan atau mengubah perilakunya.

  4. Fantasi Kemampuan untuk membentuk tanggapan yang telah ada. Namun tidak selamanya tanggapan-tanggapan baru selalu sama dengan tanggapan-tanggapan bayi. Adanya fantasi ibu menunjukan kreativitas dalam merawat bayi. 5. ingatan (Memory)

  Untuk berkomunikasi manusia selalu mengingat pikiran-pikiran yang akan diungkapkan untuk memunculkan setiap pikiran baru. Dengan ingatan orang mampu merefleksikan dirinya. Tahapan proses ingatan antara lain :

   Encoding stage adalah tahap penyusunan informasi melalui transformasi informasi fisik, pengubahan fenomena gelombang suara menjadi kode, dan menempatkan kode dalam ingatan.

   Storage stage adalah proses penyimpanan informasi atau kumpulan informasi yang terorganisasi dan mempertahankan kode dalam ingatan.

   Retrieval stage adalah tahap untuk memperoleh atau mengulang kembali dari kode-kode yang pernah diterima sebelumnya.

  6.Berpikir Berpikir adalah aktivitas idealistis menggunakan simbol-simbol dalam memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara. Berpikir menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam belajar, berbahasa, berpikir, dan memecahkan masalah.

  7. Motif Motif adalah dorongan dalam diri yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motif tidak dapat diamati, namun dapat terlihat melalui bentuk-bentuk perilakunya. Berdasarkan lahir, tanpa unsur proses belajar, seperti dorongan untuk makan dan minum.

  Berdasarkan pembentukannya motif juga terdiri dari motif dipelajari, yaitu motif yang timbul akibat adanya proses belajar, seperti membaca dan bekerja (Pieter, 2011).

2.1.3 Domain Perilaku

  Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

  Faktor internal terdiri dari pendidikan, persepsi, dan pengalaman, sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan, informasi, budaya, penghasilan. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempuyai bentang yang sangat luas. Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga domain yakni :

1.Pengetahuan (Knowledge)

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

  Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempuyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 1.

  Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan objek tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

  4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam bagian-bagian yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.

  5. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau 6.

  Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

  Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa panas. Seorang ibu akan mengimunisasi anaknya setelah melihat anak tetangganya terkena sesuatu penyakit karena tidak diimunisasi.

2. Sikap (Attitude)

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Sikap secara nyata menunjukkan arti adanya kesesuaian reaksi terhadap objek tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap objek sosial (Notoatmodjo, 2007).

  Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2007) :

  1. Menerima Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan objek yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. Merespon

  Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang itu menerima ide tersebut.

  3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, hal ini merupakan bukti ibu tersebut telah mempuyai sikap positif terhadap kesehatan keluarganya.

  4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang ibu mau menjadi aseptor KB meskipun mendapat tantangan dari orang tuanya sendiri.

3. Tindakan (Practice)

  Suatu sikap tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan ini mempuyai beberapa tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

  Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

  2. Respon Terpimpin (Guided Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, dan sebagainya.

  3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

2.1.4 Proses Terjadinya Perubahan Perilaku

  Perubahan perilaku manusia sangat bervariasi tergantung pada konsep yang digunakan para ahli dalam memahami perilaku manusia tersebut. Secara psikologis, proses terjadinya perubahan perilaku manusia disebabkan oleh (Pieter, 2011) : 1.

  Perubahan Secara Alamiah (Natural Change) perubahannya disebabkan kejadian secara alamiah.Misalnya, ibu hamil dalam kondisi sakit kepala. Semula ibu akan membuat ramu- ramuan tradisional untuk mengurangi keluhannya kemudian secara alamiah ibu mulai berubah dan beralih dengan menggunakan obat-obat modern.

  2. Perubahan Terencana (Planed Change) Perubahan perilaku juga dapat terjadi akibat direncanakan sendiri.

  Misalnya seorang wanita saat belum menikah dia adalah seorang perokok berat, namun karena dia ingin hamil dan memperoleh informasi dampak negatif merokok pada perkembangan janin, kemudian dia merencanakan untuk tidak merokok lagi. Selama masa hamil dia berhenti merokok, berarti terjadi perubahan perilaku terencana sesuai informasi dan pengalamannya.

  3. Penerimaan Informasi atau Pengetahuan Banyak tidaknya informasi atau pengetahuan yang diterima seseorang atau sekelompok orang mempengaruhi perubahan perilaku. Misal, informasi keluarga berencana. Informasi dan pengetahuan makna keluarga berencana bagi masyarakat di desa yang sangat terpencil cendrung lebih sedikit dari pada masyarakat kota. Kondisi ini tentu membedakan perilaku orang atau masyarakat yang mengenal konsep keluarga berencana dengan yang belum mengenal.

  4. Perubahan Kondisi Fisiologis kondisi fisiologis, terutama yang berhubungan kesehatan dan penyakit yang diderita. Adanya perubahan terhadap kondisi kesehatan fisik akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang yang akhirnya membawa perubahan sikap dan perilaku.

5. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)

  Apabila terjadi suatu inovasi program-program pembangunan dalam masyarakat, maka sering terjadi perubahan perilaku. Ada sebagian cepat menerima program dan ada sebagian lagi menunjukkan perilaku menolak terhadap perubahan tersebut. Hal ini disebabkan kesiapan dan kesediaan untuk berubah akibat perbedaan dari sikap, minat, dan kemampuan diri.

2.1.5 Faktor Penyebab Perubahan Perilaku

  Di dalam proses pembentukan, perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri antara lain :

1. Emosi

  James P.Chaplin (2007, dikutip dari Pieter, 2011) mengatakan bahwa, konsep emosi sangat bevariasi. Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau perubahan-perubahan secara mendalam dan hasil pengalaman dari rangsangan eksternal dan keadaan fisiologis.

  Dengan emosi, individu terangsang terhadap objek-objek atau perubahan- perubahan yang disadari sehingga memungkinkan seseorang merubah sifat ataupun perilaku. Bentuk emosi yang berkaitan dengan perubahan perilaku antara lain : marah, rasa sedih, gembira, bahagia, cemas, takut dan benci.

  Persepsi Pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Melalui persepsi, seseorang mampu untuk mengetahui atau mengenal objek melalui alat pengindraan. Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh minat, kepentingan, kebiasaan, yang dipelajari, bentuk, latar belakang (background), kontur kejelasan atau kontur letak.

  3. Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan dalam diri untuk bertindak guna mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil motivasi akan diwujudkan seseorang dalam bentuk perilakunya yang bersifat terbuka atau tertutup. Adanya motivasi seseorang terdorong untuk memenuhi kebutuhannya mulai dari kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosial.

  4. Belajar Rita L.Atkinson,dkk. (1987, dikutip dari Pieter, 2011) mengatakan bahwa, belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar berhubungan erat dengan kematangan dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial, dan kepribadian. Melalui belajar, seseorang mampu merubah perilaku dari perilaku sebelumnya atau mempertahankan perilakunya.

2.1.6 Hal-hal yang Mempengaruhi Perilaku

  Perilaku merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. terhadap tiap-tiap orang berbeda. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku terdiri dari dua faktor yakni (Notoatmodjo, 2007) :

  1. Faktor internal Yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis kelamin.

  2. Faktor eksternal Yakni lingkungan,baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS)

2.2.1 Pengertian KMS

  Kartu menuju sehat atau yang sering disingkat dengan KMS adalah suatu kartu/alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. KMS yang ada untuk saat ini adalah KMS balita, yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. Dengan demikian, KMS dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi balita (Depkes, 2010).

  Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur untuk anak berusia 0-5 tahun, dan catatan yang penting untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua, seperti riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan tambahan pemberian imunisasi dan vitamin A, penatalaksanaan diare di rumah,

  2.2.2 Tujuan Penggunaan KMS

  Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi :

  1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

  2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.

  3.Mengatasi malnutrisi di masyarakat secra efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai(Nursalam, 2005).

  2.2.3 Fungsi KMS Balita

  Ada beberapa fungsi KMS secara umum, fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi : a. Sebagai media untuk mecatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap.

  b. Sebagai media penyeluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita. c. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

  d. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita(Depkes, 2010).

  2.2.4 Manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS)

  Kartu menuju sehat (KMS) sangat bermanfaat untuk :

  1. Bagi anak memberikan gambaran tentang pertumbuhan, keadaan merupakan upaya pencegahan dengan intervensi tertentu, seperti imunisasi dan pemberian vitmin A, pelayanan kesehatan dan berbagai tindakan yang pernah diberikan kepada anak, serta memberikan informasi tentang latar belakang keluarga anak yang bersangkutan.

  2. Bagi keluarga khususnya ibu adalah sebagai alat penyeluh untuk memberikan makanan pada anak dan perbaikan kesehatannya.

  3. Bagi petugas kesehatan adalah sebgaai pedoman untuk menentukan normal tidaknya pertumbuhan anak yang memiliki resiko, anak yang membutuhkan perawatan rutin/perawatan khusus.

  4. Bagi masyarakat dapat dipakai sebagai alat untuk menentukan keadaan kesehatan yang dapat dimengerti dengan mudah, sehingga dapat ditentukan intervensi tepat (Depkes, 2010).

  2.2.5 Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat Balita

  KMS balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan untuk anak laki-laki. KMS untuk anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk perempuan. KMS untuk balita laki-laki dan perempuan ini untuk mengenali pola pertumbuhan karena perbedaannya sangat nyata, dimana pada tahun pertama balita laki-laki biasanya memiliki berat badan yang lebih dari pada balita perempuan (Depkes, 2010).

2.2.6 Dasar Pembuatan Kurva pada KMS

  Kurva/grafik pertumbuhan pada KMS dibuat berdasarkan standar baku adalah pesentil ke-50 dari berat badan rata-rata anak laki-laki dan garis bawah adalah pesentil ke-3 dari berat badan anak perempuan (Nursalam, 2005).

  Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam 5 kelompok (blok) sesuai dengan skala berat dalam kg dan garis datar yang merupakan skala umur menurut bulan kelompok 1 adalah untuk bayi berusia 0-12 bulan, kelompok 2 adalah untuk usia 13-24 bulan, kelompok 3 adalah untuk usia 25-36 bulan,kelompok 4 adalah untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok 5 adalah untuk usia 49-60 bulan (Depkes, 2010).

  Dalam setiap kelompok kurva terdapat garis melengkung yang menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua. Masing-masing warna tersebut mempuyai dasar dan makna sebagai berikut (Depkes, 2010) : Garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka yang dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS. Dua pita kuning yang berada diatas garis merah, berturut-turut merupakan batas atas 75% dan 80% dari median baku WHO- NCHS. Dua pita warna hijau muda diatas pita kuning, berturut-turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku WHO-NCHS. Dua pita warna hijau tua diatas pita hijau muda, berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% median baku WHO-NCHS. Dua pita warna hijau muda dan kuning paling atas, masing- masing bernilai 5% dari median baku adalah daerah dimana anak-anak sudah mempuyai kelebihan berat badan.

  2.2.7 Cara Pengisian KMS

  pada kolom tersedia kemudian catat semua kejadian yang dialami atau diderita (sakit, imunisasi, pemberian vit A dosis tinggi). Hasil penimbangan pertama diberi titik pada batas garis tegak (pada bulan dimana anak saat itu menimbang) dengan garis datar. Penimbangan selanjutnya dan titik-titik pada tiap bulan bila dihubungkan menjadi grafik (Depkes, 2010).

  2.2.8 Cara Penilaian/Interpretasi

  1.Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (Mengikuti arah kurva), berarti pertumbuhan anak baik.

  2.Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti pertumbuhan kurang baik sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

  3.Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berarti anak memerlukan tindakan segera.

  Dari penilaian tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan anak baik apabila mengikuti arah lengkungan kurva. Kedudukan anak pada kurva merupakan keadaan persentasi/persentil tertentu (Depkes, 2010). A. Interpretasi Pada Sekali Penimbangan

   Berat Badan Interpretasi Tindak Lanjut

  Di bawah garis merah Anak kurang gizi tingkat - Perlu pemberian sedang atau kurang makanan tambahan yang energi dan protein nyata disediakan oleh orang (KEP nyata ) tua/petugas kesehatan

  • Perlu penyeluhan gizi seimbang
  • Perlu dirujuk untuk pemeriksaan kesehatan

  Pada daerah dua pita Harus hati-hati dan - Ibu dianjurkan untuk warna kuning (di atas waspada karena Memberikan PMT pada garis merah) keadaan gizi anak sudah anak balitanya di rumah kurang meskipun tingkat - Perlunya penyeluhan ringan atau disebut KEP gizi seimbang tingkat ringan

  Dua pita warna hijau Anak mempuyai -Beri dukungan pada muda dan pita warna berat badan cukup atau ibu untuk tetap hijau tua (Di atas pita disebut gizi baik memperhatikan dan kuning) mempertahankan status gizi anak

  • Beri penyeluhan gizi Dua pita warna hijau Anak telah mempuyai -Konsultasi ke dokter muda, dua pita warna berat badan yang lebih, -Penyeluhan gizi kuning (Paling atas) semakin ke atas seimbang kelebihan berat -Konsultasi ke klinik badannya semakin gizi/pojok gizi di banyak puskesmas

  Sumber : Depkes, 2010

  B. Interpretasi dua kali penimbangan atau lebih

  Kecendrungan Interpretasi Tindak lanjut

  Berat badan naik atau Anak sehat, gizi cukup*) - Perlu penyeluhan gizi meningkat seimbang

  • Beri dukungan pada orang tua untuk mempertahankan kondisi anak
Berat badan tetap Kemungkinan terganggu - Dianjurkan untuk kesehatannya dan mutu memberi makanan gizi yang dikonsumsi tambahan tidak seimbang*) - Penyeluhan gizi seimbang

  • Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan

  Berat badan berkurang Kemungkinan terganggu - Dianjurkan untuk atau turun kesehatannya atau mutu memberi makanan gizi yang dikonsumsi tambahan tidak seimbang*) - Penyeluhan gizi seimbang

  • Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan

  Titik-titik berat badan Kurang kesadaran untuk Penyeluhan dan dalam KMS terputus- berpartisipasi dalam pendekatan untuk putus pemantauan tumbuh meningkatkan kesadaran kembang anak berpartisipasi aktif Keterangan :*) Penilaian tersebut hanya berlaku bagi balita yang mempuyai berat badan normal dan kurang. Bila balita yang sudah kelebihan berat badan sebaiknya secara khusus dikonsultasikan ke dokter.

2.3 Gizi

  2.3.1 Pengertian Gizi

  Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahtraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan,bayi, balita, anak, remaja, dewasa, dan untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, prestasi kerja, kesehatan dan kesejahtraan (Soekirman, 2000).

  Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).

  2.3.2 Status Gizi Balita

  Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

  Contohnya gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa, 2001).

  Untuk memperoleh gambaran umum mengenai status gizi agar dapat dianalisa, maka dapat digunakan metode secara langsung yaitu berupa pemeriksaan antopometri, pemeriksaan klinis, penelitian biokimia maupun biofisika. Pengukuran status gizi secara tidak langsung dapat menggunakan cara statistik vital, konsumsi makanan, penilaian faktor-faktor ekologi.

  Penilaian status gizi secara tidak langsung prinsipnya adalah bahwa malnutrisi dapat mempengaruhi morbiditas maupun mortalitas beberapa jenis penyakit pada berbagai golongan umur, sehingga angka statistik yang diperoleh dari berbagai jenis penyakit dapat menggambarkan keadaan status gizi. Salah satu sedehana, peralatannya murah, dapat dilakukan oleh siapa saja dan cukup teliti (Supariasa, 2001).

  Indikator antopometri yang umum digunakan untuk meniai keadaan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

  Berat badan menurut umur (BB/U), berat badan adalah parameter antopometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal terdapat 2 kumungkinan perkembangan berat badan, yaitu yang berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik barat badan labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status seseorang saat ini. Status gizi balita juga dapat diketahui dari pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) dan pengisian KMS dilakukan berdasarkan hasil penimbangan BB/U. (Supariasa, 2001).

  Tinggi badan menurut umur (TB/U) pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Beaton dan bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U kaitannya dengan status sosial-ekonomi.

  Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),berat badan memiliki hubungan dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan rertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

  Ada dua faktor penting yang mempengaruhi status gizi, yaitu (Supariasa, 2001) :

  1.Fator eksternal meliputi : keadaan infeksi, konsumsi makanan, kebudayaan, sosial ekonomi, produksi pangan, sarana kesehatan, dan pendidikan kesehatan.

  2.Faktor internal meliputi : faktor genetik dan individual.

  Sedangkan menurut Apriadji (2006) bahwa faktor yang berperan dalam menentukan statu gizi seseorang pada dasarnya terdiri dari dua faktor. Faktor pertama terdiri dari daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan. Faktor kedua berkaitan dengan sistem metabolik dan tingkat kebutuhan tubuh meliputi nilai cerna, status kesehatan, status fisiologi, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

2.3.4 Manfaat Gizi pada Balita

  Zat gizi memiliki peranan dalam pertumbuhan, menurut Supariasa, (2001) status gizi mempengaruhi pertumbuhan. Manfaat gizi pada balita adalah : memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas serta pertumbuhan, mendidik kebiasaan tentang makan, menyukai makanan yang baik yang diperlukan oleh tubuh, kualitas makanan yang diberikan pada balita harus bergizi karena dapat mempengaruhi kesehatan.

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku ibu dalam Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan Status gizi Balita di Posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru

8 149 91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku - Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Balita - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku - Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku - Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku - Gambaran Perilaku Tentang Seks Bebas Pada Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

1 1 28