BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Konsep Perilaku

  Perilaku adalah respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri (Ali, 2010), menurut Skinner (1938) dikutip Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme tersebut yang merupakan respon, sehingga teori ini dinamakan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.

  Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif tetap.

  2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

  Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulasi ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

  Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, maka disebut covert behaviour atau unobservable behaviour.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

  Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam maka disebut overt behaviour. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku (Machfoedz dan

  Suryani, 2007) : 1.

  Teori Naluri (Instinc Theory) Menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat McDougall ini mendapatkan tanggapan yang cukup tajam dari F. Allport yang menerbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1942, yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan oleh banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya 2. Teori Dorongan (Drive Theory)

  Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan- dorongan ini berkaitann dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme ini mempunyai kebutuhan dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut, oleh karena itu menurut Hull disebut juga teori drive reduction. Teori Intensif (Incentive Theory) Dengan intensif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

  Insentif atau disebut juga reinforcement ada yang positif dan negatif.

  Reinforcement positif adalah yang berkaitan dengan hadiah atau award, sedangakan reinforcement negatif adalah yang berkaitan

  dengan sanksi sehingga dapat mengahambat organisme dalam berperilaku, ini berarti perilaku timbul karena adanya insentif atau

  reinforcement.

4. Teori Atribusi

  Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku tersebut disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap dsb) atau keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi interna, tetapi juga dapat atribusi eksternal.

2.1.2 Perilaku Kesehatan

  Berdasarkan batasan perilaku dari skinner pada pembahasan sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan mejadi tiga kelompok, yaitu: 1.

  Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) memelihara atau menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit dan usaha untuk penyembuhan. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yaitu: a.

  Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

  b.

  Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

  c.

  Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

  Tindakan atau perilaku ini mulai dari megobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

  Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang (organisme) merespons lingkungan terhadap stimulus yang diterima, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik sekitar. Misalnya, bagimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3 Bentuk-Bentuk Perilaku

  Benyamin Bloom membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a). Perilaku kongnitif (kesadaran, pengetahuan), b).Afektif (emosi), c). Psikomotor (gerakan, tindakan). Menurut Kihajar Dewantoro membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a).

  Cepta (peri akal), b). Rasa ( peri rasa), c). Karsa (peri tindak). Menurut Ahli-ahli lain a). Knowledge (pengetahuan), b). Attitude (sikap), c). Practice (tindakan) ( Ali, 2002).

  Perkembangannya untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan (Knowledge)

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

  Proses Adopsi Perilaku Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1.

  Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

  2. Interest,yakni orang tertarik kepada stimulus.

  3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  4. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru.

  5. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b.

  Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengatahuan yang tercakup di dalam doamain kognitif mempunyai 6 tingkatan : (Notoatmodjo, 2012)

  1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajri sebelumnya.

  Memehami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

  4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

  5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

  Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap (attitude)

  Menurut L.L Thurston, sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

  Menurut Notoatmodjo (2012) sikap dibedakan atas beberapa tindakan : 1. Menerima (Receiving)

  Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

  3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang tinggi. Menurut Allport (1954) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1.

  Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

  2. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep.

  3. Kecenderungan untuk bertindak.

  Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap , pengetahuan, berfikir, keyakina dan emosional memegang peranan yang sangat penting (Notoatmodjo, 2012).

  Praktek atau tindakan (Practice) Suatu sikap belum pasti akan dilakukan dalam bentuk tindakan (overt

  

behavior ). Bahwa untuk menunjukkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

  diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapatkan konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain.

  Tingkat-tingkat praktek : 1.

  Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

  2. Respons Terpimpin (Guided Responses) Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupkan indiktor prektek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong- motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

  3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adaptasi (Adaptation)

  Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasianya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

2.1.4 Determinan Perilaku

  Menurut Lawrence Green (1980), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2012), perilaku ditentekan oleh 3 faktor utama, yaitu: 1.

  Faktor presisposisi (predisposing factors) Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan.

  2. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, saran atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan sebagainya.

  3. Faktor penguat (reinforcing factors) Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat keluarga berencana (ber-KB) dan juga telah tersedia di lingkungannya fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang sederhana.

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  Menurut Permenkes RI No.2269/MENKES/PER/XI/2011 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain.

  Perilaku hidup bersih dan sehat merupakam salah satu program prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti yang disebutkan pada Rencana Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

  Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhungan dengan PHBS.

  Kaitan perilaku tentang kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran, yang membuat individu, keluarga dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat (Maryunani, 2013).

  2.2.1 Tujuan Peningkatan PHBS

  Membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat bagi perorangan, keluarga/kelompok, masyarakat umum, meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2011).

  2.2.2 Manfaat PHBS

  apabila menerapkan PHBS dalam kehidupan, yaitu : 1.

  Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

  2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

  3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

  4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Jaminan Pemeliharan Kesehatan, Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan lain-lain.

2.2.3 Konsep Tatanan

  Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah- masalahnya dibidang kesehatan, maka pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan. Adanya lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, karena setiap orang hidup dalam tatanannya yang saling mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antarberbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga dapat memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam tatanan tersebut untuk mementau, menilai dan mengukur tingkat kemajuan tatanan agar lebih mudah dibandingkan dengan perorangan (Depkes, 2011).

  2.2.4 PHBS di Berbagai Tatanan

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus lingkungan, kesehatn ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat sasaran dikelompokan dalam lima tatanan, yaitu: 1.

  Tatanan Rumah Tangga 2. Tatanan Institusi Pendidikan (sekolah, madrasah, dsb) 3. Tatanan Institusi Kesehatan (puskesmas, RS, klinik bersalin) 4. Tatanan Tempat Kerja (kantor, pabrik, tempat usaha) 5. Tatanan Tempat (tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, dsb)

  2.2.5 Strategi Perilaku hidup Bersih dan Sehat

  Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS, yaitu:

  1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus- menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attiude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

  Bina Suasana (Social Support) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada. Oleh karena itu untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan masyarakat umum.

  3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

  (stakeholders). Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat.

  Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu : a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

2.2.6 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang telah pengertian perilaku sehat, indikator ditetapka berdasarkan area wilayah (Depkes RI, 2011).

1. Indikator Nasional

  Ditetapkan 3 indikator, yaitu: a.

  Presentase penduduk tidak merokok.

  b.

  Presentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.

  c.

  Presentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga. Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional (Mega Country Health Promotion Network Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makanan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produksi akan mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru dan lain-lain.

2. Indikator PHBS di tiap tatanan

  Sarana Kesehatan 1.

  Keselamatan Kerja)

  Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ventilasi 6. Pencahayaan 7. Ada K3 ( Kesehatan

  Bebas NAPZA 5. Kebersihan 6. Ada asuransi kesehatan 1.

  3. Olahraga teratur 4.

  Menggunakan alat pelindung 2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok

  Tempat Kerja 1.

  Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ada IPAL (RS) 6. Ventilasi 7. Tempat cuci tangan 8. Ada pencegahan serangga

  Tidak merokok 2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi 1.

  Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan sarana kesehatan, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat-tempat umum. Berikut adalah indikator ditiap tatanan:

  Tatanan Indikator Perilaku Indikator Lingkungan Rumah Tangga 1.

  1. Ada jamban 2.

  Kebersihan pribadi 2. Tidak merokok 3. Olahraga teratur 4. Makan buah dan sayur setiap hari 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

  Institusi Pendidikan 1.

  Air bersih 2. Jamban sehat / keluarga 3. Memberantas jentik nyamuk

  Melakukan aktifitas fisik setiap hari 7. Tidak merokok di dalam rumah 1.

  5. Makan buah dan sayur setiap hari 6.

  Menimbang bayi dan balita 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

  2. Memberikan ASI Ekslusif 3.

  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

  Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL

  8. Ada kantin 9.

  Terbebas dari bahan berbahaya

  10. Ada klinik

  Tempat- 1.

  1. Kebersihan jamban Ada jamban

  tempat 2.

  2. Kabersihan lingkungan Ada air bersih

  Umum 3.

  Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ada K3 (Kesehatan

  Keselamatan Kerja)

  Sumber: (Depkes, 2011)

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Institusi Pendidikan

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan institusi pendidikan agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang diprektikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2011)

  Hidup bersih dan sehat adalah dambaan setiap manusia, karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Sebagai contoh apabila seorang tidak bersih dalam merawat tubuhnya, maka kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit (Maryunani, 2013).

2.4 Manfaat PHBS Bagi Institusi Pendidikan

  Institusi pendidikan yang menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari akan mendapat manfaat sebagai berikut :

  1. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit 2.

  Meningkatkan semangat belajar 3. Meningkatkan produktivitas belajar 4. Menurunkan angka absensi karena sakit Meningkatkan semangat belajar siswi berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan

  6. Menurunkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orang tua 7.

  Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat.

2.5 Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Intitusi Pendidikan

2.5.1 Indikator Perilaku 1.

  Kebersihan Pribadi a. Memelihara rambut agar bersih dan rapi

  Kebersihan rambut berguna untuk melindungi kepala dan memberikan keindahan, rambut yang bersih tidak akan menjadi sarang kutu, ketombe dan sangat mudah kotor. Adapun pemeliharaan rambut dapat dilakukan dengan cara : Mencuci rambut dan memangkas atau memotong rambut.

  b.

  Memakai pakaian bersih dan rapi Kebersihan pakaian berguna untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar seperti debu, lumpur dan mencegah masuknya bibit penyakit.

  Pemeliharaan pakaian sudah tentu pakaian yang dipakai seseorang harus bersih maka pakaian hendaknya diganti setelah selesai mandi atau bila basah, baik terkena air maupun terkena keringat. Pakaian yang bersih adalah pakaian yang dicuci dan kadang ada perlu di seterika, kalau tidak bisa langsung dicuci pakaian yang basah jangan ditumpuk sebaiknya baju digantung untuk mencegah tumbuhnya jamur (karena jamur akan tumbuh subur ditempat yang lembab). Setelah dicuci baju di setrika dengan baik dan rapi hendaknya mencuci pakaian dengan air bersih dan sabun cuci/deterjen yang dapat matahari dapat membunuh hama penyakit.

  c.

  Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih Kuku mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting dalam kehidupan kita, kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit. Ciri- ciri kuku yang baik yaitu kuku harus tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus. Tidak membiarkan kuku terlalu panjang.

2. Tidak merokok

  Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya : a.

  Nikotin adalah suatu bahan adikdif, bahan yang dapat membuat orang menjadi ketagihan, menimbulkan ketergantungan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah. b.

  Tar adalah kumpulan dari ratusan atau ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, tar mengandung bahan-bahan karsinogendapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan pemicu kanker c. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati(Aditama, 2011).

  Wanita muda sering termotivasi untuk merokok karena keinginan untu mengekalkan bentuk tubuh yang menarik serta kelihatan ‘gaul’ daripada keinginan untuk berhenti merokok, terdapat berbagai alasan dan pengaruh yang terus menjebak mereka seperti pengaruh dari teman, pengiklanan dan lain-lain (Hanlon, 2006).

3. Olahraga teratur

  Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan kualitas hidup. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Olahraga yang dapat dilakukan seperti jalan cepat atau jalan lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan dan lain-lain (Maryunani, 2012).

  Olahraga merupakan aktivitas tubuh yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kondisi fisiologis dan kesehatan tubuh. Olahraga teratur dapat meningkatkan respon sistem imun dan mencegah kejadian penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, diabetes melitus tipe 2 dan obesitas. Selain itu dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kesehatan mental, mencegah depresi, membantu meningkatkan rasa percaya diri serta membuat bentuk tubuh menjadi menarik (Depkes, 2009). olahraga yang teratur telah terbukti dapat mencegah dan mengurangi penyakit-penyakit kronis dan mengancam nyawa seperti hipertensi, obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, insomnia dan depresi. Berdasarkan penelitian olahraga yang teratur oleh seorang individu yang sehat akan menyebabkan pelepasan sejenis opioid narural tubuh yaitu endorfin yang menyebabkan 2009).

4. Makan buah dan sayur setiap hari

  Untuk menunjang aktivitas tubuh, manusia perlu makan, selain untuk mengembalikan energi yang terpakai makan juga untuk memenuhi kebutuhan akan protein, mineral dan vitamin. Pola makan tidak sehat ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh mulai dari yang ringan seperti gangguan sistem pencernaan hingga berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit jantung (Siswono, 2003).

  Makan makanan bergizi berarti mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang sehingga dapat memelihara kesehatan tubuh, namun tidak berlebihan.

  Mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran setiap hari. Makan buah dan sayur setiap hari sangat penting, kerena mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mengandung serat yang tinggi.

  Makanan seimbang yang dimaksud adalah haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat.

  Oleh karena itu enting untuk diketahui bahwa untuk hidup yang lebih sehat makanlah makanan dari berbagai jenis dan sumber. Makan secara teratur dan kurangilah pengambilan makanan yang tinggi kandungan gula, garam dan lemak (Siswono, 2003).

  Manfaat vitamin yang ada didalam sayur dan buah Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata b.

  Vitamin D untuk ksehatan tulang c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda d.

  Vitamin K untuk pembekuan darah e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri g.

  Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan

  5. Kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan atau tanpa air, cairan lain dan sabun dengan tujuan membersihkan tangan daripada kotoran dan mikroorganisme. Tujuan tindakan mencuci tangan adalah untuk membersihkan tangan dari patogen (termasuk bakteri dan virus) dan zat-zat kimiawi yang dapat membahayakan dan mengancam kesehatan. Kebiasaan ini harus diterapkan kepaa seluruh masyarakat karena tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran patogen adalah dengan mencuci tangan dengan benar. Mencuci tangan tidak dapat mencegah penyakit yang bersifat droplet dan airborne seperti campak, influenza dan tuberkulosis. Jenis penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan cara mencuci tangan adalah infeksi yang ditularkan secara fekal-oral serta kontak fisik, Selain menggunakan air dan sabun, tindakan mencuci tangan juga boleh dilakukan dengan menggunakan alkohol yang juga efektif membunuh patogen–patogen tertentu (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2005).

  Langkah-langkah mencuci tangan yang benar Basahi tangan dengan air dibawah kran atau air mengalir.

  b.

  Ambil sabun secukupnya untuk seluruh tangan. Jenis sabun yang lebih baik digunakan adalah sabun yang mengandung antiseptik.

  c.

  Gosokkan kedua telapak tangan sampai ke ujung jari.

  d.

  Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri dan sebaliknya dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri, lakukan sebaliknya.

  e.

  Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci, usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan gerakan berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

  f.

  Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan dan berputar, lakukan sebaliknya.

  g.

  Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar, lakukan pula untuk tangan kiri.

  h.

  Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir lalu keringkan tangan dengan handuk atau tisu(CDC, 2010).

2.5.2 Indikator Lingkungan

  Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenihi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor laingkungan yang mempunyai derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).

  Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

  Menggunakan jamban bersih dan sehat Jamban adalah suatu ruang yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia.Kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting.

  Pembuangan tinja tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah menjadi sumber penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah terjangkit seperti tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan sebagainya (Chandra, 2007). Jamban harus memenuhi syarat kesehatan seperti a.

  Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter).

  b.

  Tidak berbau c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

  d.

  Tidak mencemari tanah sekitar.

  e.

  Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

  f.

  Dilengkapi dinding dan atap pelindung. g.

  Penerangan dan ventilasi yang cukup.

  h.

  Lantai kedap air dan luas ruangan maemadai. i.

  Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

2. Menggunakan air bersih

  Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari. Air bersih baik secara fisik tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainya. Air tidak berasa, dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penyakit Diare, Kolera, Thypus, Kecacingan, Penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan (Proverawati, 2012).

  Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar itu terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan dari air, untuk anak anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.

  Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Menurut WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan dinegara-negara berkembang termasuk indonesia, tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 2012).

  Menjaga kebersihan sumber air bersih merupakan hal yang penting. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit

  10 meter. Sumber mata air harus dilindung dari pencemaran. Air yang sehat harus mempunyai persyartan sebagai berikut:

  1. Syarat fisik adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya, tidak keruh, bebas dari lumpur, samah busa.

  2. Syarat bakteriologis adalah air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri.

  3. Syarat kimia (Maryunani, 2013).

  Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup. Sampah jika dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh sampah dapat menyebabkan penyakit diare, kolera, tyfus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan sumber air bersih.

  Penyakit DBD dapat meningkat dengan cepat. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya (Proverawati, 2012).

  Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sabagai media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Pembuangan sampah yang terbuka dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara, bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara di timbun atau dibakar (Widyastuti, 2005).

4. Adanya SPAL ( Sarana Pengelolahan Air Limbah)

  Limbah cair dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur, limbah cair yang bersal dari WC/jamban. Limbah cair tersebut harus dikelola, karena bila dibuang sembarangan akan membuat menjadi tempat perkembang biakan bibit penyakit seperti DBD, disentri, thypus dan lain-lain.

  2.6 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen

  • pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

  Tindakan mahasiswi Tingkat

  • Gambar 2.2 Kerangka Konsep

  Sikap

  2.7 Hipotesis Penelitian

  Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kebidanan Pemkab Langkat Stabat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN TB PARU DI PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

1 1 20

A. Analisis Data 1. Berat janjang (BJ) - Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara

0 9 22

Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara

0 0 7

Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal - Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjel

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, St

0 0 8

Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, Studi Empiris pada Per

0 0 12

c. Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga dan masyarakat untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri. 2. Apakah komponen-komponen dari PHBS? a. Kebiasaan mencuci tangan, pola makan, sikap anti-merok

0 1 38