BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Keahlian, Konsistensi Dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Pdam Tirta Bina Labuhanbatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

  Harso Susilo (2002) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja Pada PT.

  Mandala Airlines. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti adalah:

  Skill/ Keahlian, Effort/Upaya, Working Condition/Kondisi lingkungan kerja, Consistenc/ Keajegan, dan Efisiensi Tenaga Kerja. Teknik pengambilan

  sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proporsional random sampling, dari 1.160 orang populasi diambil 92 orang menjadi sampel.

  Hasil pengujian dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa Variabel Skill/Keahlian(X

  

1 ), Variabel Effort/Upaya(X

2 ), Variabel Working

  Kondisi lingkungan kerja (X ), dan Variabel Consistenc/Keajegan

  Condition/

  

3

  (X

  

4 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan

  tenaga kerja, secara parsial keempat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan tenaga kerja, dan dari keempat variabel tersebut yang memiliki pengaruh yang paling besar atau yang paling dominan adalah variabel Consistenc/Keajegan.

  Prabudi Traju Trisno, 2001 melakukan penelitian dengan judul penelitian ”Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines” penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh keahlian, upaya, kondisi lingkungan kerja, dan konsistensi terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines.

  Penelitian ini dilakukan di PT. Merpati Nusantara Airlines dengan menetapkan seluruh karyawan menjadi populasi, dan peneliti mengambil sampel sebanyak 98 responden dengan teknik pengambilan sampel s imple

  random sampling , daftar pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan skala

  likert dengan 10 skala, serta data dianalisis dengan analisis regresi linear berganda.

  Hal pengujian dalam panalitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel keahlian, upaya, kondisi lingkungan kerja, dan konsistensi berpengaruh signifikan terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines, koefisien determinasi dalam penelitian tersebut sebesar 51,7 %, pengujian secara parsial dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa keempat variabel bebas yanitu keahlian, upaya, kondisi lingkungan kerja dan konsistensi nerpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines, dan variabel yang paling dominan mempengaruhi efisiensi tenaga kerja adalah konsistensi.

2.2. Teori Tentang Keahlian

  Menurut Agung (2007) Keahlian adalah Kemampuan seseorang dalam mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu yang menjadi bidang ker janya. dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan untuk dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas secara baik dengan hasil yang maksimal.

  Keahlian yang dimiliki seseorang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal yang nantinya harus terus menerus ditingkatkan. Salah satu sumber peningkatan keahlian dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang tertentu. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti pelaksanaan tugas-tugas, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian seseorang.

  Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaran produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki akan semakin maksimal output yang dihasilkan begitu juga sebaliknya (Siswanto, 2003). Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaraan produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki tenaga kerja.

  Pengetahuan karyawan akan pelaksanaan tugas dan pengetahuan umum akan mempengaruhi pelaksanan tugas dan tanggung jawab tenaga kerja tersebut. Pemborosan bahan baku, waktu dan faktor produksi lain akan terjadi apabila karyawan tidak mempunyai cukup pengetahuan akan bidang kerjanya. Pemberian pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Pelatihan untuk meningkatkan keahlian dalam melaksanakan pekerjaan yang spesifik, sedangkan pendidikan menyangkut peningkatan kemampuan manusia secara keseluruhan (social, intelektual dan phisik). Dari training/latihan kerja akan didapatkan pengetahuan dan keahlian baru sehingga akan menjadikan seseorang lebih efektif dan berkualitas (Cruden dan Sherman, 1984)

  Robert dalam Robbins (2007) mendefenisikan tiga keahlian mendasar manajemen yaitu:

  1. Keahlian teknis yaitu kemampuan menerapkan pengetahuan atau keahlian khusus.

  2. Keahlian personal yaitu kemampuan untuk bekerja sama, memahami, dan memotivasi orang lain, baik secara individual maupun dalam kelompok.

  3. Keahlian konseptual kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi-situasi rumit.

2.3. Teori Tentang Konsistensi

  Menurut Mangkunegara (2008) Konsistensi merupakan ketetapan karyawan dalam menjalankan job description sesuai dengan apa yang diperintahkan perusahaan. Dalam suatu perusahaan industri, bagaimanapun baiknya peraturan kerja, pengawasan kerja, rencana-rencana produksi, penentuan anggaran, kesemuanya itu tidak akan mendukung tercapainya tujuan usaha perusahaan manakala sebagian dari pekerja merupakan manusia - manusia yang tidak patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan kerja maupun yang berasal dari pemerintah dan perundang- undangan.

  Aturan-aturan yang berupa peringatan-peringatan wajar dan membutuhkan keajegan itulah yang mendatangkan disiplin. Perusahaan harus menentukan peringatan yang memadai, jika hal ini kurang dari yang diharapkan, perusahaan akan mendapat kesulitan dalam menambah penerimaan yang mengandung ancaman yang serius dimasa depan. Disiplin kerja pada dasarnya merupakan salah satu wujud moral kerja yang tinggi. Untuk itu disiplin kerja tidak hanya diartikan sebagai kepatuhan terhadap ketentuan secara kaku, dipaksakan serta menggunakan ancaman sanksi/hukuman (Nawawi, 2006).

  Konsistensi adalah salah satu personal trait yang paling sering disyaratkan oleh perusahaan saat mereka menerima karyawan baru. Tidak hanya dibutuhkan dalam menjalankan tanggung jawab, namun konsistensi juga menunjukkan kualitas kepribadian seseorang. Seorang karyawan yang memberikan hasil kerja yang stabil dan tidak pernah lalai meningkatkan kualitasnya akan lebih dihargai perusahaan dan dipekerjakan lebih lama dibandingkan dengan seorang karyawan yang sesekali menunjukkan prestasi kerja yang sangat memuaskan, namun kinerjanya seringkali berubah dengan ekstrim. Manajemen perusahaan lebih menghargai karyawan yang konsisten menunjukkan prestasi dan kinerja kerja yang terus meningkat walaupun tidak drastis. Konsisten dalam mengerjakan tiap tugas pada akhirnya akan jadi kebiasaan kerja yang menguntungkan. Work habit yang tercipta akan membuahkan efisiensi kerja. Anda akan bekerja lebih cepat dan efisien dengan hasil yang tetap baik. Dengan kata lain, konsistensi pada akhirnya membuat Anda bekerja dengan lebih pintar. .com/2011/05/jaga-konsistensi-kerja.html)

  Siswanto (1989) menyatakan bahwa pembinaan disiplin kerja yang terus menerus dilakukan oleh manajemen pada suatu saat diharapkan para karyawan tidak melakukan disiplin bukan karena sanksi, akan tetapi sudah menjadi budaya dan berjalan sesuai dengan irama dan berputarnya program dan beban kerja perusahaan.

  Dalam suatu perusahaan industry, bagaimana baiknya peraturan kerja, pengawasan kerja, rencana-rancana produksi, penentuan anggaran, kesemuanya itu tidak akan mendukung tercapainya tujuan usaha perusahaan manakala sebagian dari antara pekerja merupakan manusia-manusia yang tidak patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang ada. Bedjo Siswanto (1989: 277) menyatakan bahwa pembinaan disiplin yang terus menerus dilakukan oleh manajemen pada suatu saat diharapkan para karyawan tidak melakukan disiplin bukan karena sanksi, akan tetapi sudah menjadi budaya dan berjalan sesuai dengan irama dan berputarnya program dan beban kerja perusahaan.

  Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi dalam aktifitas kerja Nampak dari disiplin karyawan, berkaitan dengan kepatuhan menaati peraturan perusahaan dan selanjutnya berpengaruh pada kelancaran proses kerja serta efisiensi penggunaan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak saja perlu mendapatkan tenaga kerja yang mempunyai tingkat keterampilan tinggi, tetapi juga perlu didukung oleh disiplin yang telah menjadi budaya dalam segala pekerjaan diperusahaan.

  Konsistensi adalah suatu karakteristik sikap yang memunculkan kesesuaian antara pernyataan, pedoman, atau sebuah asas dengan tindakan atau perilakunya. Konsistensi terhadap suatu objek akan menghasilkan sebuah respon yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif (Ponticelly,2002).

  Dari uraian diatas jelas bahwa konsistensi dalam aktivitas kerja nampak dalam disiplin pegawai, keterkaitan dengan kepatuhan menaati peraturan perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi kelancaran proses kerja dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

2.4. Teori Tentang Kondisi lingkungan kerja

  Beberapa macam kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi lingkungan kerja ini perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja didalam perusahaan tersebut (Wilberforces T, 2000)

  Ketidakberesan lingkungan kerja dapat menuntut tanaga kerja dan waktu yang lebih banyak, yang tentunya tidak akan mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Siregar, 1988). Faktor kondisi lingkungan kerja dalam terminologi ini lebih diartikan sebagai lingkungan dimana suatu dilaksanakan dan tediri dari segi-segi: (1) Suasana Kerja (non-

  ); (2) Lingkungan tempat kerja (physical

  physical working environment working environment ); (3) Perlengkapan dan fasilitas. Suasana kerja yang

  baik dihasilkan dalam organisasi yang tersusun secara baik, pembagian kerja yang jelas dan lain-lain. Lingkungan fisik seperti tata ruang yang tepat, cahaya yang cukup, suhu dan kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain, atau yang berhubungan dengan waktu seperti jam kerja, waktu istirahat serta kerja bergilir (shifting), berpengaruh terhadap hasil kerja manusia (Siswanto, 2003) Stewart and Stewart

  , (1983: 53 ) menyatakan “Working condition can be

  defined as series of conditions of the working environment in which become the working place of the employee who works there

  ,” yang kurang lebih dapat diartikan kondisi lingkungan kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi lingkungan kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pegawai untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik.

  Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruh serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambaban, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain –lain.

  Menurut Newstrom (2000) Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti bahwa kondisi lingkungan kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja.

  Oleh sebab itu kondisi lingkungan kerja yang terdiri dari faktor -faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan

  Sihombing (2004) menyatakan bahwa lingkungan Kerja adalah faktor - faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi. Faktor fisik ini mencakup peralatan kerja, suhu I tempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang kerja

2.4.1. Jenis Kondisi lingkungan kerja :

1. Kondisi Fisik dari lingkungan kerja

  Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut.

  Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (2000) adalah

  among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants

  Kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor- decorative items. faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, ciri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.

  Menurut Handoko (2000), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

2.4.2. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik meliputi :

  a. Illumination

  Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.

  b. Temperature

  Bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.

  c. Noise

  Bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.

  d. Motion

  Kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus -menerus.

  e. Pollution

  Pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan- bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.

f. Aesthetic Factors Menurut faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan.

  Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya (Newstrom, 2000).

  2.4.3. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja

  Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom (2000) Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.

  2.4.4. Faktor-faktor dari kondisi psikologis meliputi:

  a. Feeling of privacy

  Privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapa orang, sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.

  b. Sense of status and impotance

  Para karywan tingkat bawah senang dengan desain ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.

3. Kondisi sementara dari lingkungan kerja

  Menurut Newstrom (2000), “The temporal condition-the time structure of the work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an effort to give workers a greater sense of control over the planning and timing of their work days”. Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja. Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:

  a. Shift

  Dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam. Berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang ti nggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.

  b. Compressed work weeks

  Maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu, tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja dalam seminggu mempunyai dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan merasa segar kembali pada waktu bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat mengurangi tingkat absensi dari karyawan.

c. Flextime

  Adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha.

  Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.

  Kondisi lingkungan kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi lingkungan kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi lingkungan kerja yang baik merupakan kondisi lingkungan kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi serta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja (Newstrom, 2000).

2.5. Teori Tentang Efisiensi

  Menurut Siswano (2003), efisiensi kerja karyawan adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya yang merupakan syarat dan menjadi ukuran keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kerja sama manusia. Dorongan atau motivasi perlu ditumbuhkan apabila efisiensi merupakan tujuan yang ingin dicapai dan perlu bagi kelangsungan hidup perusahaan

  Kat a “efisien” berasal dari bahasa Latine fficere yang berarti menghasilkan, mengadakan, menjadikan. Tapi dalam sejarah selanjutnya, arti semula itu mengalami perkembangan. Efisiensi dapat dirumuskan menurut suatu pengertian tertentu yaitu memaksimumkan perbandingan antara hasil bersih yang nyata (imbangan akibat-akibat yang dikehendaki terhadap yang tidak dikehendaki) dengan pengorbanan yang diberikan.

  Suatu tindakan dapat disebut efisien apabila mencapai hasil yang maksimal dengan usaha tertentu yang diberikan. Atau apabila mencapai suatu tingkat hasil tertentu dengan usaha terkecil yang mungkin diberikan.

  Tunggal (2003) menyatakan bahwa efisiensi adalah prediksi keluaran/output pada biaya minimum, atau merupakan rasio antara kuantitas sumber yang digunakan dengan keluaran yang dikirim. Sedangkan menurut Gie (1997 : 26), efisiensi adalah satu pengertian tentang perhubungan optimal antara pendapatan dan pengeluaran, bekerja keras dan hasil-hasilnya, modal dan keuntungan, biaya dan kenikmatan, yang ada kalanya juga disamakan dengan ketepatan atau dapat juga dirumuskan sebagai perbandingan terbaik antara pengeluaran dan penghasilan, antara suatu usaha kerja dengan hasilnya. Perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

  1. Segi hasil Suatu pekerjaan dapat disebut efisien jika dengan usaha tertentu memberikan hasil yang maksimal. Hasil yang dimaksud yaitu mengenai kualitas dan kuantitas maksimal yang diperoleh.

  2. Segi usaha Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien jika suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha yang minimal. Usaha yang dimaksud mengandung tiga unsur, yaitu waktu, biaya dan metode kerja

  Perbandingan terbaik antara usaha kerja dan hasilnya dalam setiap pekerjaan terutama ditentukan oleh bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Jadi efisiensi kerja pada umumnya merupakan perwujudan dari cara-cara bekerja yang efisien, dilihat dari segi usaha yang meliputi 3 unsur yaitu waktu, biaya dan metode kerja (tenaga dan pikiran), suatu cara bekerja yang efisien ialah cara yang dengan tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak dicapai yaitu :

1. Cara yang termudah 2.

  Cara yang teringan 3. Cara yang tercepat 4. Cara yang tersingkat 5. Cara yang termurah

  Suatu cara bekerja efisien yang dipraktekkan pada suatu satuan usaha tertentu akan mengakibatkan tercapainya hasil yang dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tertinggi mengenai mutu dan jumlahnya. Jadi hasil yang maksimal dalam setiap perkerjaan tergantung pula pada cara bekerja yang efisien.

  c. Pengukuran Efisiensi Kerja Ada berbagai cara sebagai pedoman yang dipakai untuk mengukur apakah efesiensi tercapai dalam suatu perkerjaan. Menurut Reksohadiprawito

  (2000), pedoman dalam pengukuran efisiensi kerja yaitu :

  1. Jika dua macam tindakan akan memberikan hasil yang sama dalam rangka tujuan, organisasi, maka salah satu harus dipilih yaitu yang mengakibatkan pendekatan biaya-biaya yang paling sedikit.

  2. Jika dua macam tindakan mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya yang sama, maka salah satu harus dipilih yaitu yang memberikan hasil yang lebih banyak. Sementara itu menurut Ackoff (1999) bahwa terdapat 6 (enam) cara pengukuran efesiensi yang paling umum, yaitu :

  1. Berpegang pada faktor “waktu” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

  2. Berpegang pada faktor “biaya” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

  3. Berpegang pada faktor “metode kerja” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

  4. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

  5. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

  6. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur metode kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja. Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia (Hadari Nawawi, 1990: 90) selanjutnya Hadiri (1990: 109) mengatakan bahwa hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai denga uang, sehingga produktivitas hanya dapat digambarkan melalui efisiensi personel dalam melaksanakan tugas pokoknya. Secara kuantitatif tidak dapat segera diamati, namum ketepatan dan kecermatan menggunakan metode atau alat sebagai indikator yang dapat menjamin kualitas hasil yang akan dicapai selalu dapat diamati. Daya guna (efisiensi) yang berarti produktifitas tinggi mengandung indikator sebagai berikut: 1.

  Metode atau cara bekerja yang dipergunakan merupakan cara terbaik dan paling tepat untuk mencapai hasil maksimum baik dari sisi kuantitas dan kualitas.

  2. Peralatan yang dipakai merupakan yang terbaik dan paling serasi dengan metode yang dipilih. Hal ini ditunjang dengan pemeliharaan dan penggunaan secara maksimal dan bertanggungjawab hingga mencapai hasil yang maksimal.

3. Penggunaan metode kerja dan peralatan memperkecil hambatan.

  4. Penggunaan metode kerja dan alat tidak mengandung resiko yang merugikan dan memiliki jaminan yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

  5. Personel kerja memiliki kreatifitas, inisiatif dan sikap kerja yang tepat terutama dalam menghadapi hambatan kerja, efisiensi akan tampat dalam disiplin (loyalitas) kerja dan moral (semangat) kerja. Effisiensi merupakan determinan dari produktifitas dan ditentukan oleh aspek organisasi kerja dan rancangan pekerjaan. Efisiensi akan berkurang saat pekerjaan menjadi lebih rumit, kurang terspesialisasi dan kurang mekanis (Wexley, 1988, 122).

2.6. Kerangka Konseptual

  Organisasi atau perusahaan akan berhasil apabila perusahaan tersebut mampu secara efektif dan efisien mengkombinasikan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebu. Seberapa baik strategi suatu perusahaan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada menjadi indikator tingkat keberhasilan suatu perusahaan.

  Perusahaan yang berangkutan harus mampu menempatkan tanaga kerja pada suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian atau bakat pekerja tersebut dan memastikan semua tenaga kerja dapat bekerja dengan baik dan pekerjaanya sesuai dengan kemampuan tenaga kerja tersebut. Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaran produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki akan semakin maksimal output yang dihasilkan begitu juga sebaliknya (Siswanto, 2003).

  Keputusan yang dibuat oleh seorang manajer mempengaruhi tidak hanya keberhasilan saja, tetapi juga perilaku-perilaku, kinerja dan kepuasan karyawan, fokus perusahaan terhadap pemuasan para pelanggan, perasaan karyawan terhadap perlakuan yang adil, dan pada akhirnya efisiensi dan efektivitas keseluruhan organisasi (Gibson, 1996). Ketidakberesan lingkungan kerja dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak, yang tentunya tidak akan mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.

  Pengaruh faktor manusia sebagai pelaksana kerja atas efisiensi kerja meliputi unsur-unsur: (1) Kemampuan dan kemahiran bekerja, (2) Keinginan bekerja, (3) Lingkungan kerja, dan (4) Konsistensi/Keajegan tersebut dikemukakan oleh maiyer (2008). Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka variabel keahlian, konsistensi, dan kondisi lingkungan kerja dijadikan variabel bebas dalam penelitian ini yang akan menjelaskan variabel terikat dalam hal ini efisiensi penggunaan tenaga kerja.

  Keahlian (X

  1 )

  Efisiensi Penggunaan Konsistensi

  Tenaga Kerja (X

  2 )

  (Y) Kondisi lingkungan kerja

  (X

  3 ) Gambar2.1. Kerangka

2.7. Hipotesis

  Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini adalah keahlian, kondisi lingkungan kerja dan konsistensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi penggunaan tenaga kerja pada PDAM Tirta Bina Labuhanbatu.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keahlian, Konsistensi Dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Pdam Tirta Bina Labuhanbatu

3 40 108

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu - BAB II

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Modal Kerja - Pengaruh Penggunaan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional Asean Terhadap Pasar Beras Indonesia

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Prestasi Kerja - Pengaruh Kompensasi Finansial, Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.Ii Medan

0 1 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe

0 1 33

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Disparitas Pembangunan Antar Kabupaten Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kepulauan Nias

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja - Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bagian Akuntansi Dan Verifikasi Di RSUP H.Adam Malik Medan

0 0 15

Pengaruh Keahlian, Konsistensi Dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Pdam Tirta Bina Labuhanbatu

0 0 20