BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Modal Kerja - Pengaruh Penggunaan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1.

  Pengertian Modal Kerja Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan untuk menopang kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan (2006 : 66), definisi modal kerja yang lazim digunakan, yaitu : 1.

  Modal kerja adalah kelebihan aset lancar terhadap liabilitas lancar. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Kelebihan ini merupakan jumlah aset lancar yang berasal dari liabilitas jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aset lancar yang lebih besar daripada liabilitas jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa yang akan datang.

  2. Modal kerja adalah jumlah dari aset lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

  3. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Modal kerja menurut definisi fungsional tersebut adalah kas, piutang dan persediaan. Adapun aset lancar seperti seperti surat-surat berharga dan keuntungan dalam piutang digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aset tidak lancar seperti tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagai non working capital.

2.1.1.2. Jenis Modal Kerja

  Menurut Djarwanto setelah mengutip dari Riyanto (2004 : 94), modal kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

  1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Ada dua jenis modal kerja permanen : a.

  Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

  b.

  Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

  2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada perubahan keadaan. Ada tiga jenis modal kerja variabel, yaitu : a.

  Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

  b.

  Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

  c.

  Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.

2.1.1.3. Tujuan Pengelolaan Modal Kerja

  Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya untuk dapat meningkatkan likuiditas perusahaan secara proporsional. Selain itu dengan penggunaan modal kerja yang tepat perusahaan juga dapat memaksimalkan perolehan laba. Ketepatan dalam menggunakan modal kerja merupakan salah satu ukuran kinerja manajemen yang efektif.

  Menurut Kasmir (2008 : 253), tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah untuk:

1. Memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan; 2.

  Memiliki kemampuan untuk memenuhi lialibilitas tepat waktu; 3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan;

  4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat;

  5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan;

  6. Memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan aset lancar guna meningkatkan penjualan dan laba;

7. Melindungi perusahaan apabila terjadi krisis yang menyebabkan turunnya nilai aset lancar.

2.1.1.4. Sumber Modal Kerja

  Perusahaan dapat memperoleh modal kerja baik dari internal perusahaan maupun eksternal. Menurut Djarwanto (2004 : 95-97), modal kerja berasal dari berbagai sumber yaitu: 1.

  Pendapatan bersih Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan kas dan piutang. Tetapi sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan laba rugi perusahaan.

2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga

  Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aset lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aset lancar yaitu dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

  3. Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aset tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aset tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (Extraodrinary Items).

  4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana pemilik Utang hipotek, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja misalnya untuk ekspansi perusahaan.

  Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu diminati karena adanya beban bunga di samping kewajiban untuk mengembalikan pokok pinjamannya.

  5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai modal kerja musiman, siklis, keadaaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantungan akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya maka adanya credit rating yang tinggi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting.

6. Kredit dari supplier atau trade creditor

  Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, perlengkapan (supplies) dan jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu liabilitas harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.

2.1.1.5. Rasio modal Kerja

  Rasio modal kerja merupakan salah satu alat analisis untuk mengukur kinerja menejemen. Dengan adanya rasio modal pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan modal kerja seperti “Apakah perusahaan mampu membayar liabilitas lancar pada saat jatuh tempo?”, “Apakah pengelolaan modal kerja pada perusahaan sudah tepat atau malah berlebih atau kekurangan?” dapat terjawab.

  Menurut Jumingan (2006 : 123), yang termasuk dalam rasio modal kerja adalah rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, tingkat tersedianya uang kas untuk membelanjai operasi perusahaan, perputaran modal kerja, dan perputaran aset lancar.

  1. Rasio Lancar Rasio lancar adalah rasio yang memberikan ukuran kasar mengenai tingkat likuiditas perusahaan. Rasio lancar dapat menunjukkan sejauh mana aset lancar menutupi liabilitas lancar. Semakin besar perbandingan aset lancar terhadap liabilitas lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi liabilitas jangka pendeknya.

  Rasio Lancar =

  Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aset lancar yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan). Sebaliknya, rasio lancar yang rendah relatif lebih riskan terhadap kondisi finansial perusahaan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aset lancar secara efektif.

  2. Rasio Cepat Rasio cepat dihitung dengan membandingkan kas dan quick asset disatu pihak dengan utang jangka pendek di lain pihak. Quick asset ini terdiri dari piutang dan surat-surat berharga yang dapat direalisasi menjadi uang dalam waktu relatif pendek.

  Rasio Cepat = 3.

  Perputaran Piutang Perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi nilai penjualan kredit bersih dengan piutang rata-rata atau nilai piutang akhir.

  Perputaran Piutang =

  Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.

  Perubahan rasio perputaran piutang dari tahun ke tahun merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang.

  4. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata

  Perputaran Persediaan =

  Rendahnya tingkat perputaran persediaan dapat disebabkan adanya

  overinvestment dalam persediaan seperti terlalu tingginya persediaan dalam

  hubungannya dengan penjualan, pembelian barang yang terlalu banyak menjelang akhir periode karena adanya harapan harga akan naik dan permintaan akan meningkat, banyaknya barang yang tidak terjual karena out

  of date , dan lain-lain. Namun, tingginya perputaran persediaan belum tentu

  baik bagi perusahaan, karena tingginya perputaran persediaan belum tentu disertai dengan tingginya pendapatan bersih.

  5. Kas untuk Belanja Operasi Tingkat tersedianya uang kas untuk membelanjai operasi dapat ditentukan dengan membandingkan ongkos dan biaya operasi dengan saldo kas dan surat-surat berharga.

  Kas untuk Belanja Operasi =

  • 6.

  Perputaran Modal Kerja Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, peneliti dapat menggunakan perputaran modal kerja, yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja.

  Perputaran Modal Kerja =

  Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang. Dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran piutang dan perputaran persediaan yang tinggi. Sementara itu, perputaran modal kerja yang rendah diakibatkan karena besarnya modal kerja bersih, rendahnya tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.

7. Perputaran Aset Lancar

  Perputaran Aset Lancar adalah rasio yang menunjukkan berapa kali rata-rata aset lancar digunakan untuk membayar ongkos dan biaya. Dihitung dengan membagi total biaya dan bebandengan rata-rata total aset lancar.

  Perputaran Aktiva Lancar =

2.1.2. Profitabilitas

  2.1.2.1.Pengertian Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada laba adalah memperoleh laba yang maksimal. Dengan perolehan laba yang maksimal perusahaan dapat membuat kebijakan yang dapat membantu peningkatan kualitas produk, meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan serta melakukan melakukan ekspansi. Namun, laba yang besar belum tentu merupakan ukuran perusahaan telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui apabila laba dibandingkan dengan kekayaan atau investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rasio Profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat resiko.

2.1.2.2. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

  Menurut Horne (2005 : 222), rasio profitabilitas dibagi atas tiga jenis, yaitu : 1. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan, antara lain net profit

  margin (NPM), operating profit margin (OPM) dan gross profit Margin (GPM).

2. Rasio Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu return on asset (ROA) dan return on investment (ROI).

3. Rasio profitabilias dalam kaitannya dengan ekuitas, antara lain return on equity

  (ROE), return on common stock equity, earning per share, dividen per share, book value per share, price to earning ratio, dan dividend yield.

  Kinerja perusahaan dan posisi keuangan perusahaan dapat dinilai dan diukur melalui rasio profitabilitas. Berikut rasio profitabilitas yang secara umum digunakan : 1.

  Profit Margin

  Profit margin on sales atau rasio profit margin atau marjin laba atas

  penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur marjin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin.

  − Profit Margin =

  (Sofyan, 2011) 2. Return on Investment (ROI)

  Return on Investment (Hasil pengembalian Investasi), merupakan rasio yang

  menunjukkan hasil atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan satuukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

  ROI =

  (Kasmir, 2008) Return on Investment dengan pendektan Du Pont Return on Investment = Margin Laba Bersih x Perputaran total Aktiva

  (Kasmir, 2008) 3.

  Return on Equity Return on Equity (Hasil Pengembalian Ekuitas) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi modal pemilik perusahaan semakin kuat.

  Demikian sebaliknya.

  Return on Equity =

  (Sofyan, 2011) Return of Equity dengan pendekatan Du Pont Return on Equity = Margin Laba bersih x perputaran total aktiva x pengganda ekuitas

  (Kasmir,2008)

4. Return on Asset (ROA)

  Return on asset digunakan untuk mengukur kemampuan dari rata-rata aset

  yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Dengan demikian return on asset dapat dirumuskan sebagai berikut.

  ROA =

  (Sofyan, 2011) 5. Earning per Share of Common Stock

  Earning per Share of Common Stock

  adalah rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.

  Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain tingkat pengembalian tinggi.

  Earning per Share of Common Stock =

  (Kasmir, 2008)

2.2. Penelitian Terdahulu

  Fatma (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas PT. Goodyear Sumatera Plantations Dolok Maringir” menggunakan cash turnover, receivable turnover, dan inventory

  

turnover yang merupakan operasional variabel dari perputaran modal kerja

  sebagai variabel bebas serta profitabilitas sebagai variabel terikat. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan cash turnover berpengaruh positif terhadap perubahan profitabilitas dilihat dari derajat signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,039 ; perubahan receivable turnover tidak berpengaruh positif dilihat dari derajat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,508 ; serta perubahan

  

inventory turnover tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dilihat dari derajat

signifikansi diatas 0,05 yaitu 0,465.

  Relani (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi” menggunakan rasio lancar, rasio cepat dan perputaran modal kerja yang merupakan operasional variabel dari manajemen modal kerja sebagai variabel bebas serta ROI yang merupakan operasional variabel dari profitabilitas sebagai variabel terikat. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa hubungan variabel rasio lancar dengan ROI tidak signifikan dilihat dari derajat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,223 ; hubungan rasio cepat dengan ROI juga tidak signifikan dilihat dari derajat signifikansinya yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,359 l ; dan hubungan rasio perputaran modal kerja dengan ROI juga tidak signifikan dilihat dari derajat signifikansinya yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,476.

  Nurhafni (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Equity perusahaan Consumer Goods Industry di Bursa Efek Indonesia” menggunakan modal kerja dan perputaran modal kerja sebagai variabel bebas dan ROE sebagai variabel terikat.

  Hasil pengolahan data yang dapat disimpulkan adalah modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap ROI dilihat dari derajat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,376 demikian pula halnya dengan perputaran modal kerja yang berpengaruh positif terhadap ROE dengan dilihat dari derajat signifikansinya yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,302.

  Ratih (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset Perusahaan” menggunakan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan yang merupakan operasional variabel dari modal kerja sebagai variabel bebas serta Return on Asset sebagai variabel terikat. Hasil pengolahan data dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan kriteria t hitung > t tabel yaitu 2,378 > 2,201 ; perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dilihat dari kriteria t > t tidak terpenuhi yaitu 1,727 < 2,201 ;

  hitung tabel

  sementara itu perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dilihat dari kriteria t hitung > t tabel yaitu 3,243 > 2,201.

  Yuliati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan Hotel dan Restoran di Bursa Efek Indonesia” menggunakan struktur aktiva, perputaran modal kerja, likuiditas dan pendanaan modal kerja yang merupakan operasional variabel dari modal kerja sebagai variabel bebas serta profitabilitas sebagai variabel terikat. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,00 ; Perputaran modal kerja juga berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,00 ; Sementara itu, likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan yang ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada diatas 0,05 yaitu sebesar 0,228 ; Dan variabel terakhir yaitu pendanaan modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang ditunjukkan dengan derajat signifikansi yang berada dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,004.

  

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No

  2 ) perputaran

  ROE (Y) modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap ROI ;perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap ROE

  

2 ) dan

  perputaran modal kerja (X

  1 ),

  Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Equity perusahaan Consumer Goods Industry di Bursa modal kerja (X

  3 Nurhafni (2009)

  ROI (Y) Rasio lancar berpengaruh tidak signifikan terhadap ROI ;rasio cepat berpengaruh tidak signifikan terhadap ROI ; rasio perputaran modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap ROI

  3 ) dan

  modal kerja (X

  cepat (X

  Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Digunakan Kesimpulan

  1 ), rasio

  Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi rasio lancar (X

  2 Relani (2008)

  inventory turnover tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

  positif terhadap profitabilitas;

  receivable turnover tidak berpengaruh

  profitabilitas;

  cash turnover (X 1 ), receivable turnover (X 2 ), inventory turnover (X 3 ) dan Profitabilitas (Y). cash turnover berpengaruh positif terhadap

  Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas PT. Goodyear Sumatera Plantations Dolok Maringir.

  1 Fatma (2006)

  Universitas Sumatera Utara Efek Indonesia

  4 Ratih (2012)

  Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan Hotel dan Restoran di Bursa Efek Indonesia

  profitabilitas (Y) Struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ; Perputaran modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ; likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan ; pendanaan modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

  

4 ) dan

  pendanaan modal kerja (X

  2 ), likuiditas (X 3 )

  perputaran modal kerja (X

  1 ),

  Struktur aktiva (X

  5 Yuliati (2013)

  Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset Perusahaan

  perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap ROA ; perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA ; perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA

  3 ) dan Return on Asset (Y)

  dan perputaran persediaan (X

  2 )

  perputaran piutang (X

  1 ),

  Perputaran kas (X

  Sumber : Olahan Peneliti (2014) Universitas Sumatera Utara

2.3. KerangkaKonseptual

  Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

  mengukur tingkat profitabilitas. ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba. Tinggi-rendahnya nilai ROA suatu perusahaan dipengaruhi oleh besarnya laba sebelum bunga dan pajak dan aset-aset yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya ROA perusahaan dapat menganalisis seberapa besar penggunaan aset dapat ditambahi ataupun dikurangi untuk memaksimalkan perolehan laba perusahaan. Baik penambahan maupun pengurangan penggunaan aset-aset dalam perusahaan akan berpengaruh pada penggunaan modal kerja yang merupakan modal yang digunakan untuk menopang kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja akan terus berada dalam keadaan berputar selama periode operasi perusahaan, karena modal kerja dipengaruhi oleh aset lancar yang mudah mengalami perubahan. Semakin pendek periode perusahaan maka akan semakin cepat perputarannya, demikian sebaliknya. Perputaran modal kerja dalam hal ini meliputi perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.

  Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Ini berarti perusahaan memiliki resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Namun, bukan berarti perusahaan harus menahan jumlah kas yang besar, karena semakin besar jumlah kas yang ada di perusahaan berarti semakin besar dana menganggur yang menunjukkan adanya ketidakefisienan manajemen

  40 dalam mengelola dana dalam perusahaan, sehingga akan mengakibatkan pada penurunan tingkat profitabilitasnya.

  Piutang sebagai elemen modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Semakin lunak atau semakin lama syarat pembayaran berarti semakin besar jumlah investasi yang ada dalam piutang, Hal ini akan memperkecil jumlah kas yang ada diperusahaan sehingga dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas.

  Persediaan sebagai elemen utama dalam modal kerja merupakan aset yang selalu dalam keadaan berputar. Masalah penentuan besarnya investasi dalam persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan. Kesalahan dalam menetapkan besarnya investasi pada persediaan, akan menekan tingkat keuntungan dengan kata lain dapat mengakibatkan penurunan tingkat profitabilitasnya.

  Profitabilitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu Profit Margin dan Operating

  Asset Turnover dimana kedua faktor ini akan mempengaruhi tingkat Earning

Power suatu perusahaan. Untuk itu penggunaan aset-aset lancar dan perputaran

  aset-aset lancar (perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan) dalam perusahaan harus dikendalikan secara saksama untuk meningkatkan efisiensi operasi perusahaan sehingga pencapaian ROA dapat dimaksimalkan.

  Dari penjelasan diatas, dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini.

  41 Modal Kerja

  H

  1 H Perputaran Kas 1 H

  

1

(X ) 1 H

  2 H 2 H

  

2

Return on Asset Perputaran Piutang (Y)

  (X 2 ) H 3 H

  

3

H

  3 Perputaran Persediaan (X 3 )

  H

  

4

Gambar 2.1.

  Kerangka Konseptual Sumber : Olahan Peneliti (2014)

2.4. Hipotesis

  Menurut Erlina (2008 : 49), hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, dan diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

  Sementara itu menurut Zikmund (1997 : 112) hipotesis adalah unproven

  preposition or supposition that tentatively explains certain facts or phenomena; a

probable answer to a research question. Menurut Zikmund hipotesis merupakan

  preposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara tentatif menerangkan fakta-fakta atau fenomena-fenomena tertentu dan juga merupakan jawaban yang memungkinkan terhadap suatu pertanyaan riset.

  Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan

  42

  43 masalah, tujuan penelitian dan kerangka konseptual yang telah digambarkan diatas, hipotesis yang dapat dibuat adalah sebagai berikut : H

  1

  : Perputaran kasmemiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

  H

  2

  : Perputaran piutangmemiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

  H

  

3 : Perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas

  perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

  H

  4

  : Modal Kerja yang dijelaskan melalui perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.

Dokumen yang terkait

Doctoral Program of Regional Development University of North Sumatera – Medan - Indonesia Abstract: The research goal is to determine how the intergenerational transfer in the elderly population based on residence (living alone, living with family, living

0 0 8

Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja, Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori 2.1.1 Remunerasi - Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja, Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor

0 0 41

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja, Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 8

BAB II DESKRIPSI PROYEK - Perpustakaan USU Kwala Bekala (Arsitektur Metafora)

0 1 23

BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan USU Kwala Bekala (Arsitektur Metafora)

0 2 7

BAB II LANDASAN TEORI - Hubungan Adversity Quotient Terhadap Kepuasan Berwirausaha Pada Wirauasaha Wanita

0 0 23

Hubungan Adversity Quotient Terhadap Kepuasan Berwirausaha Pada Wirauasaha Wanita

0 0 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data - Analisis Perbandingan Kinerja Algoritma Shannon-Fano, Arithmetic Coding, Dan Huffman Pada Kompresi Berkas Teks Dan Berkas Citra Digital

0 1 13

Analisis Perbandingan Kinerja Algoritma Shannon-Fano, Arithmetic Coding, Dan Huffman Pada Kompresi Berkas Teks Dan Berkas Citra Digital

0 3 15