Artikel Cerita Baru Sejarah Sastra

Format Baru Sejarah Sastra Indonesia
oleh: NasrulAzwar
Pengarang : Yudiono KS
BERTOLAK pada kesepakatan ahli yang menyatakan sastra Indonesia berawal pada
roman-roman terbitan Balai Pustaka tahun 1920-an, sejarahnya hingga sekarang
terhitung masih sangat muda, sekitar 80 tahun. Karena itu, diperlukan buku-buku
sejarah sastra yang bisa dirujuk pelajar, mahasiswa, peminat, dan ahli sastra.
Karena itu, wajarlah apabila perjalanan sejarah sastra Indonesia dibagi-bagi dengan
mempertimbangkan momentum perubahan sosial dan politik, seperti tampak dalam
buku Ajip Rosidi (1968). Pembagian yang lebih rinci dengan angka tahun menjadi
1900-1933, 1933-1942, 1942-1945, 1945-1953, 1953-1961, dan 1961-1967 dengan
warna masing-masing sebagaimana tampak pada sejumlah karya-karya sastra yang
penting. Kemudian pada periode 1961-1967 tampak menonjol warna perlawanan
dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna
percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra. Format baru
Kalau momentum sosial-politik masih dipergunakan sebagai ancangan periodisasi
sejarah sastra Indonesia 1900-2000, mungkin saja tercatat format baru dengan
menempatkan tiga momentum besar sebagai tonggak-tonggak pembatas
perubahan sosial, politik, dan budaya, yaitu proklamasi kemerdekaan 17-8-1945,
geger politik dan tragedi nasional 30 September 1965, dan reformasi politik 21 Mei
1998. Analisis struktural Umar Yunus tentang perkembangan puisi Indonesia dan

Melayu modern (Bhratara, Jakarta, 1981) dan telaah struktural tentang novel
Indonesia (Universiti Malay, Kuala Lumpur, 1974) barangkali dapat dipergunakan
sebagai rujukan untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut. Dengan
mempertimbangkan ketiga momentum tadi maka diperoleh empat masa perjalanan
sejarah sastra Indonesia, yaitu masa pertama mencakup tahun 1900-1945, masa
kedua mencakup tahun 1945-1965, masa ketiga mencakup tahun 1965-1998, dan
masa keempat yang dimulai pada tahun 1998 hingga waktu yang belum dapat
diperhitungkan.Dengan meminjam baju politik yang dianggap populer dan tetap
mempertimbangkan nasionalisme maka penamaan keempat masa perjalanan
sastra Indonesia itu bisa menghasilkan tawaran sebagai berikut: Masa Pertumbuhan
atau Masa Kebangkitan dapat dipergunakan untuk mewadahi kehidupan sastra
Indonesia tahun 1900-1945 dengan alasan bahwa pada masa itu telah tumbuh
nasionalisme yang juga tampak dalam sejumlah karya sastra, seperti sajak-sajak
Rustam Efendi, Muhamad Yamin, Asmara Hadi dan lain-lain. Yang jelas, pada masa
itu bertumbuhan karya sastra yang sebagian sudah bersemangat Indonesia dan
sekarang memang tercatat sebagai modal awal khazanah sastra Indonesia. Masa
Pemapanan dapat dipergunakan untuk mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun
1965-1998 dengan alasan pada masa itu terjadi pemapanan berbagai sistem:
sosial, politik, penerbitan, dan pendidikan yang dampaknya tampak juga di bidang
sastra Indonesia. Mengingat besarnya muatan sejarah sastra Indonesia itu maka

diperlukan pembagian sejarah pertumbuhan dan perkembangannya menjadi empat
SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 1

masa seperti tersebut tadi, yaitu (1) masa pertumbuhan atau masa kebangkitan
dengan angka tahun 1900-1945, (2) masa pergolakan atau masa revolusi dengan
angka tahun 1945-1965, (3) masa pemapanan dengan angka tahun 1965-1998, dan
(4) masa pembebasan dengan angka tahun 1998-sekarang.

SEJARAH SASTRA INDONESIA
Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke
waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra
dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik
sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.
Selanjutnya (Todorov; 1985: 61) mengatakan bahwa tugas sejarah sastra adalah:
1. meneliti keragaman setiap kategori sastra.
2. meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis, maupun secara sinkronis.
3. menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya.
Periodisasi Sastra Indonesia

Ada beberapa pendapat tentang periodisasi sastra Indonesia, saya mengambil dua diantaranya
:
1. Menurut Nugroho Notosusanto
a. Kesusastraan Melayu Lama
b. Kesusastraan Indonesia Modern
1). Zaman Kebangkitan : Periode 1920, 1933, 1942, 1945
2). Zaman Perkembangan : Periode 1945, 1950 sampai sekarang

2. Menurut Simomangkir Simanjuntak
a. Kesusastraan masa lama/ purba : sebelum datangnya pengaruh hindu
b. Kesusastraan Masa Hindu/ Arab : mulai adanya pengaruh hindu sampai dengan
kedatangan agama Islam
c. Kesusastraan Masa Islam
d. Kesusastraan Masa Baru
1). Kesusastraan Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
2). Masa Balai Pustaka

SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 2


3). Masa Pujangga Baru
4). Kesusastraan Masa Mutakhir : 1942 hingga sekarang.
Sejarah Sastra Indonesia
Kepulauan Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra
Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku
bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa
sendiri-sendiri.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara.
Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai timur pulau
Sumatera.
-Kerajaan Melayu yang berpusat didaerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692)
dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini,-

1. Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena
hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena
itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh asing.
a. Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan Melayu Asli)
Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat.

Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada
cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii dikenal sebagai sastra
lisan (oral literature).
Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu.
Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam)
kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu,
cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan
kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :
- Cerita asal-usul
- Cerita binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita Pelipur lara.

Contoh
SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 3

Mantra Memasuki hutan rimba
Hai, si Gempar Alam

Gegap gempita
Jarum besi akan romaku
Ular tembaga akan romaku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akar tongkat mulutku
Harimau menderam di pengeriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak
membiasakan aku.

b. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock
Fang : 1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana.
Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian
dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa
Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga

mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.
- Epos India dalam kesusastraan Melayu
· Ramayana : cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada
zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di
relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah
menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana.
Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi
Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat

SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 4

Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G.
Shelabear.
· Mahabarata : Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci
agama Hindu. Dalam sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama
Hikayat Pandawa. Dalam sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak
dari cerita wayang.


c. Kesusastraan Zaman Peralihan Hindu-Islam, dan pengaruh Islam
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur
Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang
masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat
Lang-lang Buana, dsb.
Sastra pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam
yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur
Muhammad, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dsb.
-Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan
perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam.
Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah
Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara.-Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi
wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena
mau memiliki rempah-rempah.-

d. Kesusastraan Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan
Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh
pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan ini adalah Raja Ali
Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari

Malaka.
Contoh karya Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga
menerjemahkan Injil ke dalam bahasa melayu.
Contoh Gurindam Raja Ali Haji

Gurindam pasal pertama
SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 5

Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat

Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.-

2. Kesusastraan Indonesia Modern
Lahirnya Kesusastraan Indonesia Modern
Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan
Indonesia baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis
baru ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal
28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Namun menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern ditandai
dengan rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh. Yamin, Sanusi
Pane, Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong
Sumatera sebelum tahun 1928.


SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 6

a. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1). Periode 1920 (Angkatan Balai Pustaka)
Contoh : Puisi M. Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
....
1922

2). Periode 1933 (Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨ yang
dikelola oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.
Contoh : Puisi Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah Rindu II)

3). Periode 1942 (Angkatan 45)
Chairil Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus, Mochtar
Lubis dan Pramoedya A T.

SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 7

Contoh Sajak Chairil :
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.

b. Masa Perkembangan (1945 – sekarang)

1). Periode 1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)
2). Periode 1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis
pengarang Robohnya Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu,
penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke
angkatan 70)
3). Angkatan 66
Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama
dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan
semangat 1966 : Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi
kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya angkatan
66. Dari kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit sebagai suara
sastranya.
4), Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji
Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya
Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu
kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu
SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 8

yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan air hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam Tergantung pada Angin)
SELESAI

*artikel ini sebagian besar merangkum dari modul 'sejarah sastra' terbitan
Univ. Terbuka

SEJARAH SASTRA ( MEET)

Page 9