Pengaruh penayangan iklan Partai Golkar di Tv One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada pemilu legislatif 2014
MASYARAKAT KELURAHAN KEBON BARU
JAKARTA SELATAN PADA PEMILU LEGISLATIF 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh :
Ricka Winatha
1111051100001
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
(2)
(3)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Maret 2015
(4)
(5)
TV One Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan Pada Pemilu Legislatif 2014, dibimbing oleh Noor Bekti Negoro, SE, M.Si.
Tahun 2014 terdapat momentum pemilihan umum. Pemilu 2014 terjadi persaingan yang sangat sengit pada pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Dengan serentak, media massa pun ikut terjamah dalam upaya kampanyenya, termasuk melalui iklan televisi. Salah satunya ialah partai Golkar yang sangat gencar berkampanye melalui TV One. Jumlahnya pun tercatat oleh Komunikasi Penyiaran Indonesia hingga 2153 spot iklan pada September 2013 – Februari 2014 dan 490 spot iklan pada masa kampaye 16 Maret – 5 April 2014.
Dari latar belakang fenomena tersebut, timbullah pertanyaan mayor mengenai apakah terdapat pengaruh antara penayangan iklan Golkar di TV One dengan perilaku memilih masyarakat? Serta pertanyaan minornya yaitu, apakah variabel visibilitas, audience salience, dan valensi secara individu berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat?
Teori yang digunakan adalah teori Agenda Setting yang menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat memengaruhi perhatian khalayak. Oleh sebab itu, isu yang dianggap penting oleh media massa juga akan dianggap penting oleh publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix research dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai pelengkap penelitian. Dengan begitu paradigma yang digunakan peneliti ialah paradigm positivisme. Jenis penelitian ini akan melihat hubungan antara kedua variabel penelitian yang biasa disebut jenis eksplanatif atau korelasi. Metode penelitian menggunakan metode survei yang menggunakan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan data dari sampel penelitian yaitu, masyarakat Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi antara variable penayangan iklan partai politik dengan varibel perilaku memilih masyarakat adalah 0,829 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Dikarenakan nilai signifikansi korelasi yang diperoleh lebih kecil dari nilai alpha, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penayangan iklan partai politik Golkar dengan perilaku memilih masyarakat. Walau tidak semua variable pada agenda media massa memengaruhi signifikan agenda publiknya. Hasil tersebut terlihat dari uji T-test dengan nilai �1 hitung sebesar 0,975 > 0,05 maka, Ho di terima. Sedangkan, �2 dan �3 sebesar 0,000 < 0,05 maka, Ho ditolak.
Kata kunci: pengaruh, agenda setting, iklan Golkar, perilaku memilih, TV One
(6)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur mari kita haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan cucuran nikmatnya kepada kita semua sehingga, kita tetap konsisten dalam menjalankan tugas dan aktifitas kita sebagai hambanya. Amin. Sholawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membuka jalan keterangan bagi umatnya.
Skripsi ini merupakan persyaratan memperoleh gelar sarjana komunikasi (S.Kom.I), penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, di antaranya ialah:
1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Dr. Sunandar, M. Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Kholis Ridho, M.Si, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Musfirah Nurlaily, MA, selaku Sekertaris Program Studi, dan dosen-dosen Program Studi Konsentrasi Jurnalistik yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu dan
(7)
datang.
6. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah tulus ikhlas meluangkan wkatu, tenaga, pikiran, dan dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam urusan administarsi penulis untuk menyelesaikan skripsi. 8. Kedua orang tua Erwin Suhirman dan Wasniati, serta kakak ku tercinta
Oktavinawati yang selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT, memberikan semangat, dukungan, serta bantuan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Teman dekat ku Mochammad Reza Fansuri yang selalu menemani, memberikan doa, semangat dan bersedia membantu dalam proses pembuatan skripsi ini agar dapat berjalan dengan lancar.
10. Kris, Qurro, Shita, Intan dan teman teman Jurnalistik 2011 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dikala penulis sedang membutuhkan dukungan dan masukkan.
11. Kak Ami, Kak Tanti, kakak-kakak senior Jurnalistik lainnya, serta teman-teman Fidkom 2011 yang tak kalah memberikan dukungan luar biasa sebagai penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga RDK FM yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(8)
13. Sahabat-sahabat sejak SMA hingga saat ini, Rusnah, Frisa, Avi, Karina, dan Milda yang selalu saling mendoakan agar tercapai cita-cita kami bersama.
14. Yuli, Ichi, Aay, Kak Ucing, dan Kak Ingga yang menjadi sahabat tinggal ku kurang lebih 4 tahun ke belakang saat penulis jauh dari orang tua. Terima kasih telah memberikan dukungan serta semangatnya selama ini.
15. Staff dan masyarakat di Kelurahan Kebon Baru yang telah membantu dan bersedia menjadi responden penelitian yang penulis tuju.
16. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Tentu dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari penulisan maupun dari segi isi, kami mengharapkan banyak masukan yang sifatnya membangun guna menjamin kesempurnaannya makalah ini. Tak lupa, penulis senantiasa memanjatkan doa untuk semua teman-teman dari Konsentrasi Jurnalistik semoga kelak kita akan dapat dipertemukan dengan kesuksesan yang telah kita raih, amin.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 17 Maret 2015
Ricka Winatha
(9)
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...8
D. Manfaat Penelitian...9
1. Manfaat Teoritis...9
2. Manfaat Praktis...9
E. Tinjauan Pustaka...10
F. Sistematika Penulisan...11
BAB II LANDASAN TEORI A. Iklan...14
1. Pengertian Iklan...14
2. Pengertian Iklan Politik...15
3. Macam-Macam Iklan Politik...16
B. Kampanye...18
1. Pengertian Kampanye...18
2. Macam – Macam Kampanye…...19
C. Publisitas...20
1. Pengertian Publisitas...20
2. Macam – Macam Publisitas...20
D. Televisi...22
1. Pengertian Televisi...22
(10)
2. Kelebihan Televisi...23
E. Efek Komunikasi Massa...24
F. Teori Agenda Setting...25
G. Variabel Agenda Setting...29
1. Agenda Media...30
2. Agenda Publik...30
3. Agenda Kebijakan...31
4. Isu...33
H. Perilaku Memilih...34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian...36
B. Ruang Lingkup Penelitian...37
1. Subjek dan Objek Penelitian...37
2. Tempat dan Waktu Penelitian...38
C. Metode Penentuan Sampel...38
D. Metode Pengumpulan Data...40
1. Data Primer...41
2. Data Sekunder...42
E. Variabel Penelitian...42
F. Hipotesis Penelitian...43
G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian...43
1. Variabel Penayangan Iklan Partai Golkar...44
2. Variabel Perilaku Memilih...45
H. Uji Instrumen...50
1. Uji Validitas...50
2. Uji Reliabilitas Data...51
I. Teknik Analisis Data...52
1. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov...53
2. Uji Regresi Linear Berganda...54
3. Uji Koefisien Korelasi...55
4. Uji Koefisien Determinasi...57
5. Uji F-Test...57
6. Uji T-tes (Parsial) ...59
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian...61
B. Profil DKI Jakarta...61
(11)
1. Kependudukan...64
2. Rukun Tetangga dan Rukun Warga...65
3. Bidang Keagamaan...67
4. Bidang Pendidikan...68
5. Bidang Perekonomian...69
6. Bidang Sarana dan Prasarana...69
7. Bidang Kesehatan Masyarakat...69
8. Bidang Kebersihan dan Lingkungan Hidup...70
9. Bidang Keamanan...71
10.Bidang Keluarga Berencana...71
11.Penanganan Masalah Sosial...72
12.Penanggulangan Bencana...72
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pengelolaan Uji Instrumen...73
B.Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas...73
1. Hasil Uji Validitas...73
2. Uji Reliabilitas...76
C.Hasil dan Pembahasan...76
1. Deskripsi Data Responden Penelitian...76
D.Analisis Data Penelitian...78
1. Uji Normalitas Kolmogrov – Smirnov...78
2. Uji Regresi Linear Berganda...80
3. Uji – F...82
4. Uji T-test...83
5. Uji Koefisien Korelasi...84
6. Uji Koefisien Determinasi...85
7. Kampanye Partai Golkar...86
8. Agenda Kebijakan...87
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan...94
B. Saran...95
DAFTAR PUSTAKA...96
LAMPIRAN...99
(12)
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Data Responden...40
TABEL 2 : Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian...47
TABEL 3 : Blue Print Skala Tayangan Iklan Partai Politik Golkar (sebelum validasi instrumen)... 48
TABEL 4 : Blue Print Skala Perilaku Memilih (sebelum validasi instrumen)....48
TABEL 5 : Blue Print Skala Tayangan Iklan Partai Politik Golkar (setelah validasi instrumen)...49
TABEL 6 : Blue Print Skala Perilaku Memilih (setelah validasi instrumen)...50
TABEL 7 : Skala Likert...53
TABEL 8 : Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi...57
TABEL 9 : Pembagian Wilayah Kabupaten atau Kota DKI Jakarta...62
TABEL 10 : Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Baru Berdasarkan Umur...60
TABEL 11 : Jumlah RT dan RW Kelurahan Kebon Baru...65
TABEL 12 : Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Setiap RW Kelurahan Kebon Baru Tebet...66
TABEL 13 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama...67
TABEL 14 : Sarana Tempat Ibadah Kelurahan Kebon Baru...67
TABEL 15 : Data Sarana Pendidikan Kelurahan Kebon Baru...68
TABEL 16 : Data Sarana Pendidikan Keagamaan Kelurahan Kebon Baru...68
TABEL 17 : Data Sarana Prasarana Kesehatan Kelurahan Kebon Baru...70
TABEL 18 : Data Peserta KB Warga Kelurahan Kebon Baru...71
TABEL 19 : Hasil Instrumen Valid Variabel X...74
(13)
TABEL 22 : Data Responden...77
TABEL 23 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...77
TABEL 24 : Data Responden Berdasarkan Usia...78
TABEL 25 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...78
TABEL 26 : Uji Regresi Linear Sederhana...80
TABEL 27 : Koefisien Regresi Linear Sederhana...81
TABEL 28 : Koefisien Regresi Linear Berganda...81
TABEL 29 : Hasil Uji-F...82
TABEL 30 : Koefisien Korelasi...84
TABEL 31 : Koefisien Determinasi...85
(14)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Model Agenda Setting...34
GAMBAR 2 : Variabel Penelitian...42
GAMBAR 3 : Skema Regresi Linear Berganda Penelitian...49
GAMBAR 4 : Grafik Uji Normalitas Penelitian...79
GAMBAR 5 : Normal P-Plot of Regression Standardized Residual...79
(15)
A. Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan sarana komunikasi yang diperuntukkan kepada masayarakat luas. Media massa terbagi menjadi tiga jenis, media cetak, media elektronik dan media online. Media massa ini bertugas untuk mengirimkan pesan ke khalayak tersebut, baik melalui koran, televisi, radio dan internet. Seiring dengan perkembangan zaman, media massa tidak hanya digunakan untuk memberikan informasi, pesan dan hiburan semata tetapi beralih fungsi menjadi wadah periklanan agar dapat memengaruhi khalayak, salah satunya melalui penayangan iklan-iklan di televisi. Iklan televisi merupakan subkajian sosiologi komunikasi massa yang kemudian bersentuhan dengan studi komunikasi bisnis dan budaya populer.1 Budaya yang dimaksudkan di sini ialah produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi orang banyak. Hubungan antara konsumen dan produsen ini ialah sebatas hubungan komersial semata. Tidak ada tujuan lain selain memanipulasi kesadaran, selera, serta perilaku konsumen tersebut.
Iklan-iklan terpampang di televisi agar masyarakat memilih produk yang ditawarkannya. Persaingan yang semakin sengit ini membuat pengiklan semakin gencar untuk memproduksi iklan produknya secara besar-besar. Itulah sebabnya intensitas periklanan di media massa televisi begitu sangat tinggi. Iklan partai politik
1
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). h. 1.
1
(16)
2
pun ikut merambah, menguasai ruang publik. Seperti yang dijabarkan oleh Anwar Arifin bahwa media massa memiliki sejumlah fungsi sosial yang berkaitan dengan politik, yaitu:2 (1) fungsi informasi; (2) fungsi mendidik; (3) fungsi hiburan; (4) fungsi menghubungkan; (5) fungsi kontrol sosial; (6) fungsi membentuk pendapat umum. Inilah bukti kongkrit bahwa media massa, terutama televisi, mendorong propaganda, kampanye, dan public relations politik agar semakin berkembang lagi.
Tahun 2014 lalu disebut sebagai tahun pestanya demokrasi, di mana akan banyak sekali wakil dari partai-partai politik yang akan menampilkan sosoknya masing-masing baik melalui spanduk, bendera, koran, radio, hingga televisi. Semua media secara serentak akan dijamah oleh partai dan calon-calon dari partai politik dalam upaya mengenalkan partai serta pribadinya melalui penguasaan media melalui iklan tersebut. Pada titik inilah televisi dapat dinyatakan sebagai alat kampanye.
Media dalam peran periklanan merupakan sebuah kekuasaan untuk membawa pesan politik dalam membentuk opini publik. Kemampuan untuk membentuk opini publik ini yang menjadikan media massa memiliki kekuasaan politik. Oleh sebab itu, pastilah televisi dipilih sebagai medium yang paling utama untuk mengiklankan kampanye partai politik secara besar-besaran. Hal ini dipercayai karena televisi merupakan media terampuh dan tercepat dalam menyampaikan sehingga terciptanya pengaruh isi pesan media tersebut terhadap masyarakat. Konsep tersebut seperti yang ada pada teori model peluru Harold D. Laswell yang menganggap bahwa pengaruh
2
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 160.
(17)
media langsung menembak pemirsa, yang juga memiliki kesamaan dengan teori agenda setting oleh McCombs dan Donald Shaw.
Televisi juga dapat dikatakkan sebagai salah satu media massa yang berpengaruh besar dalam meningkatkan elektabilitas partai, seorang calon legislatif ataupun calon Presiden. Maka dapat dikatakkan bahwa televisi juga sebagai alat pencitraan. Dengan media televisi, para calon dari partai politik dapat mengumbar-umbar visi serta misinya dalam waktu yang terus menerus hingga dapat melekat pada pikiran khalayak. Karena media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak.3
Walaupun penggunaan media dalam proses komunikasi politik tersebut tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung memengaruhi cara manusia mengorganisasikan citra politik.4 Kenyataan tersebut menujukkan bahwa media massa dapat membentuk citra politik partai atau individu menjadi mengarah kepada yang dikehendakinya. Dan hal itulah yang akan memengaruhi cara manusia berpendapat dan berperilaku, karena media massa merupakan cerminan masyarakat.
Kampanye pada Undang-Undang Pemilu Legislatif Pasal 82 dinyatakan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu, pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye pemilu kepada masyarakat umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, iklan media massa cetak dan media massa elektronik, rapat umum, dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye pemilu dan
3
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 159.
4
Anwar Arifin, Ibid.
(18)
4
ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, penelitian ini merujuk kepada kampanye pada media massa elektronik yaitu, televisi.
Dan pada Pasal 83 menyatakan, kampanye pemilu legislatif dimulai tiga hari setelah partai ditetapkan secara resmi sebagai peserta pemilu dan berakhir saat dimulainya masa tenang. Artinya, sejak 11 Januari 2013 – 5 April 2014, kurang lebih selama 15 bulan kandidat dan partai dapat memulai kampanyenya. Rentang masa kampanye Pemilu 2014 ini lebih lama dibandingkan Pemilu 2009 yang hanya berjalan 9 bulan (5 Juli 2008 – 5 April 2009).5 Akan tetapi, untuk kampanye melalui media massa memiliki ketentuan waktu yang berbeda.
Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 yang terletak pada pasal 83 kampanye melalui media massa elektronik salah satunya televisi, hanya berjangka 21 hari yang berakhir sebelum dimulainya masa tenang, serta pada pasal 97 dengan batas durasi 30 detik dan maksimal 10 spot iklan setiap harinya. Akan tetapi, pada kampanye pemilu tahun 2014 lalu, hampir pada setiap televisi selalu menampilkan iklan partai politik, termasuk TV One. Bahkan bukan hanya sekali atau dua kali saja iklan partai politik ditayangkan di TV One, akan tetapi telah dilaksanakan sejak September 2013 dengan jumlah yang juga lebih dari 10 spot per harinya. Nyatanya, waktu tersebut bukan ditetapkan sebagai waktu berkampanye pada media massa dalam perundang-undangan.
Inilah yang kemudian menjadi inspirasi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai pengaruh iklan partai Golkar di TV One terhadap perilaku memilih
5
Komisi Pemilihan Umum, di akses pada 4 April 2015 dari http:// kpu.go.id.
(19)
masyarakat. Karena dalam proses komunikasi politik, peranan media menjadi penting karena tidak hanya dalam konteks pendistribusian pesan umumnya saja, tetapi jauh lebih penting dari itu yaitu, mengenai nilai berita yang akan diterima berkolerasi positif atau tidakkah terhadap khalayak dari penayangan iklan. Jika iklan sudah dilakukan secara besar-besaran dengan beragam variasinya apakah pesan dapat diterima secara baik agar tercapainya maksud dan tujuan pengiklan. Ataukah isu yang dianggap penting oleh TV One dalam mengiklankan Golkar belum dianggap penting oleh masyarakat.
Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh penayangan iklan partai politik di TV One terhadap perilaku pemilih. Partai politik yang penulis tujukan ialah partai politik Golongan Karya (Golkar) yang pada pemilu legislatif 2014 lalu hanya dapat merebut perhatian masyarakat sekitar 14,75% dengan menempati peringkat kedua sebagai pemenang, setelah PDIP dari hasil yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Sejak September 2013 – Februari 2014 sebelum masa kampanye di media massa televisi dimulai pun, Golkar telah menampilkan iklannya dan kemudian tercatat sebagai iklan partai terbanyak yang berkampanye pada rentan waktu tersebut. Kemudian berada diposisi ketiga dalam jumlah spot iklan terbanyak pada masa kampanye di media massa sejak 16 Maret – 5 April 2014 yang berjumlah 1018 spot iklan. Golkar juga menempati berita partai terbanyak yang ditayangkan di televisi dengan jumlah 490 berita secara keseluruhan. Pada masa tenang di mana sudah tidak
(20)
6
diperbolehkan untuk berkampanye, Golkar juga paling terbanyak menayangkan iklannya yang berjudul “Kita Semua Bersaudara” sebanyak 217 spot iklan.
Penulis juga memfokuskan iklan Golkar yang ditayangkan di TV One tersebut, dikarenakan TV One paling banyak menampilkan iklan partai politik Golkar selama September 2013 – Februari 2014 di mana bukan merupakan waktu kampanye di media massa elektronik. TV One juga merupakan televisi yang terbanyak menayangkan iklan politik dibanding televisi swasta lainnya dengan total 2303 iklan partai yang ditayangkan. TV One juga merupakan televisi swasta yang paling banyak melanggar karena berlebihnya penayangan jumlah iklan partai politik selama 16 Maret – 5 April 2014 dengan 26 pelanggaran.6
Walau penayangan iklan Golkar variasi dan jumlahnya banyak di TV One, tetapi hal ini justru berbanding terbalik dengan hasil yang dicapai secara keseluruhan pada pemilu legislatif 2014. Golkar tidak dapat menduduki peringkat pertama pada hasil pileg tersebut, dan hanya menempati di posisi kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di mana penayangan iklan yang dilakukan PDIP sangat jauh berada di bawah jumlah iklan Golkar. Hubungan antara jumlah iklan Golkar yang ditayangankan TV One ini juga tak lain karena adanya satu kepemilikan yakni, Abu Rizal Bakrie yang selaku Ketua Umum Partai Golkar juga sebagai pemilik dari TV One.
Dengan berlandaskan permasalahan di atas, penulis ingin mencari tahu bagaimana agenda publik pada pilihan masyarakat dalam pemilu legislatif 2014.
6
Data Pribadi Milik Komisi Penyiaran Indonesia.
(21)
Apakah teori yang dipaparan McCombs dan Shaw di mana melihat bahwa apa yang dianggap penting oleh media juga dianggap penting oleh publik berlaku dalam penelitian yang ingin peneliti lakukan. Maka, penulis akan menyusunnya ke dalam sebuah penelitian skripsi berjudul: PENGARUH PENAYANGAN IKLAN PARTAI GOLKAR DI TV ONE TERHADAP PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KELURAHAN KEBON BARU JAKARTA SELATAN PADA PEMILU LEGISLATIF 2014.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Apakah terdapat pengaruh dari penayangan iklan partai Golkar dengan perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu Legislatif 2014?
2. Apakah variabel visibilitas, audience salience, dan valensi secara individu (parsial) berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu Legislatif 2014ilih?
Dalam memudahkan penelitian yang akan dilakukan, penulis juga membatasi permasalahan pada efek dari media massa televisi dalam pemberitaan iklan partai politik tersebut. Pembatasan ini dilakukan dengan mengkhususkan pada penayangan iklan Golkar di TV One serta bagaimana agenda publik yang berkembang di masyarakat. Hingga pada akhirnya, apakah masyarakat akan memilih partai tersebut. Penulis juga membatasi permasalahan penelitian dari iklan partai politik Golkar
(22)
8
(Golongan Karya) yang ditayangkan di TV One terhadap responden masyarakatnya yaitu, warga RT 07 dan RT 09 RW 06, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.
Penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena dalam Pemilu Legislatif 2014 lalu, masyarakat di RT 09 dominan memilih partai Golkar sehingga di wilayah tersebut Golkarlah yang dinyatakkan sebagai pemenang. Sedangkan untuk wilayah RT 07 tidak memenangkan Golkar sebagai pilihan di wilayah mereka. Kedua sampel ini penulis tuju sebagai bahan perbandingan agar terlihat secara objektif apakah terdapat pengaruh dari penyangan iklan Golkar di TV One terhadap perilaku memilih masyarakat yang pernah melihat iklan tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Dengan dilatar belakangi masalah penelitian dan rumusan masalah yang telah penulis paparkan, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruh dari penayangan iklan partai Golkar dengan perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu Legislatif 2014.
2. Peneliti ingin mengetahui apakah variabel visibilitas, audience salience, dan valensi secara individu (parsial) berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan pada Pemilu Legislatif 2014.
(23)
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Maka dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat semakin memperkaya ilmu di bidang komunikasi khususnya. Bukan hanya dapat mengetahui secara umum, tetapi peneliti juga dilatih menjadi lebih peka dalam keadaan dan perkembangan yang ada di media massa televisi pada saat ini. Karena penelitian ini berupaya menemukan efek dari iklan di televisi yang pada biasanya ditujukan sebagai alat persuasif khalayak. Dan apakah efek televisi tersebut sesuai dengan maksud dan tujuannya tersebut, dalam penelitian ini ditekankan pada perilaku memilih masyarakat. Sehingga, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pengembangan keilmuan komunikasi bagi para akademisi ilmu komunikasi dan para pekerja media khususnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi atau pekerja media sebagai penambah sumber informasi, bahan bacaan serta masukan yang berarti, dalam membahas bagaimana pengaruh penayangan di suatu media terhadap masyarakat. Dan dapat dijadikan sebagai perbandingan dan pengembangan bagi media massa dalam mengiklankan partai politik terhadap masyarakat di kedepannya nanti. Sehingga maksud dan tujuan dari iklan tersebut dapat mudah tersampaikan kepada masyarakat.
(24)
10
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis telah melakukan peninjauan kepustakaan secara langsung terlebih dahulu dalam upaya menemukan studi penelitian sebelumnya yang mempunyai kaitan judul atau subjek dan objek penelitian serupa yang akan peneliti teliti terkait penayangan dan pengaruh pada perilaku masyarakat. Tinjauan pustaka ini dimaksudkan agar dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.
Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis menemukan judul yang serupa. Namun untuk membedakan penelitian yang penulis teliti terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Skripsi pertama ditulis oleh Dwita Yuswandari mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul skripsi “Pengaruh Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan Sejahtera di Televisi Terhadap Efek Kognitif Pemilih Pemula di SMA Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana intensitas menonton iklan partai politik PKS (Partai Keadilan Sejahtera) terhadap efek kognitif siswa-siswi di SMA Bina Dharma sebagai pemilih pemula. Persamaan dengan skripsi ini terletak pada media massa yang akan diteliti yang berasal dari televisi. Sedangkan variable bebasnya berbeda, di mana pada penelitian ini ialah penayangan iklan dan dalam penelitian Dwita ialah intensitas menontonnya. Namun variable terikatnya sama-sama ingin melihat bagaimana agenda publik yang dihasilkan dari iklan tersebut. Objek penelitian untuk iklan partai
(25)
maupun masyarakatnya pun berbeda, penelitian Dwita meneliti iklan PKS dengan objek pemilih siswa SMAN Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur.
Skripsi kedua ditulis oleh Fajaruddien Zakiany mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Kesejahteraan Sosial dengan judul skripsi “Pengaruh Konformitas Teman Sebaya (PEERS) terhadap Perilaku Merokok Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pengaruh teman sebaya dalan perubahan sikap dan tingkah laku seseorang agar ia sesuai dengan orang lain yang memiliki kesamaan usia dan kedewasaan. Kesamaan dalam penelitian ini ialah sama-sama ingin melihat efek berbentuk perilaku dari objek yang diteliti. Namun, jika dalam penelitian ini melihat perilaku merokok, dalam penelitian yang akan peneliti adakan ialah melihat kecenderungan perilaku memilih yang sangat berbeda konteksnya. Perbedaan lainnya terlihat dari objek penelitian yang dituju, jika penelitian ini mengambil sampel mahasiswi FIDKOM, peneliti justru mengambil sampel masyarakat umum di kelurahan Kebon Baru.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang akan dibagi menjadi lima bagian bab yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
(26)
12
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini berisi enam sub bab di antaranya ialah: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORITIS
Dalam bab ini akan membahas teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi, yaitu: teori tentang iklan politik, teori tentang agenda setting, dan teori tentang perilaku memilih.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini terdapat sembilan sub bab yang menjelaskan mengenai metode-metode yang berkenaan dengan skripsi ini, yaitu: pendeatan dan desain penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, variable penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan indicator variable penelitian, uji instrumen, dan teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum tentang wilayah Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan sebagai wilayah penelitian yang akan penulis teliti.
(27)
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan menjabarkan data hasil temuan dari penelitian yang telah didapatkan yang juga disertakan dengan analisis data berdasarkan statistika dan kesimpulan.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini akan diuraikan penulis mengenai kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah penulis lakukan.
(28)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Iklan
1. Pengertian Iklan
Dalam buku Bovee (1995: 14) yang berjudul Advertising Excellence mendeskripsikan iklan sebagai sebuah proses komunikasi, di mana terdapat: pertama, orang yang disebut sebagai sumber munculnya ide iklan; kedua, media sebagai medium; dan ketiga, adalah audiens.7 Iklan dalam pengertian (Raymond Williams, 1993: 320) merupakan sebuah dunia magic yang dapat menyulap dengan seketika sebuah komoditas tertentu ke dalam hal yang penuh dengan pengaruh mengikat hingga dapat menarik bagi yang melihatnya.
Iklan juga dikatakkan sebagai sebuah sistem yang dihasilkan dari imajinasi ke dalam bentuk dunia nyata yakni melalui media massa. Iklan tersebut berupa muatan ide seseorang ataupun kelompok yang memberikan citra kepada sebuah produk yang akan diiklankan. Ide-ide tersebutlah yang dikomunikasikan kepada audiens agar dapat diterima dan mendapat respon dari auidens.
Proses penuangan ide ke dalam pesan disebut sebagai proses encoding berupa bahasa iklan yang meyakinkan seseorang. Kemudian media mengkonstruksi pesan tersebut menjadi bahasa media. Pada tahap ini terjadi decoding karena audiens menangkap bahasa media itu dan membentuk pengetahuan-pengetahuan
7
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-1, Jilid 1, h. 108.
14
(29)
atau realitas, dan pengetahuan itu bisa mendorongnya merespon balik kepada iklan tersebut.8
Bentuk respon dari audiens tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu, merespon materi iklan berbentuk reaksi terhadap iklan tersebut dan merespon pesan media dengan membeli atau tidak membeli produk tersebut. Proses tersebut akan terjadi secara berulang-ulang selama iklan tersebut masih disiarkan di televisi.
1. Pengertian Iklan Politik
Dalam berkampanye, iklan politik merupakan senjata atau alat utama bagi para kandidat maupun partai. Menurut Linda Lee Kiad, iklan politik dalam proses komunikasi dinyatakan sebagai sumber partai politik maupun kandidatnya dalam mengambil kesempatan untuk mengekspose diri melalui media massa dari pesan-pesan politik untuk memengaruhi sikap, kepercayaan, dan tingkah laku politik khalayak.
Gagasan iklan politik sebenarnya sama dengan iklan konsumen yang bertujuan untuk memengaruhi khalayak. Hanya saja berbeda pada produk yang dijual dan tujuan akhir dari iklan tersebut. Iklan politik tidak menjual barang, namun menjual program partai, dan tidak mengarahkan pemirsa kepada perilaku membeli, namun mengarahkan perilaku pemirsa kepada sikap menerima sebuah partai dan memilihnya di saat pemilihan umum.9
8
Burhan Bungin, Ibid, h. 109.
9
Burhan Bungin, Ibid , h. 113.
(30)
16
Dalam (Kinsey, 1999: 118), penelitian mengenai iklan politik di televisi menujukkan bahwa iklan politik memengaruhi bagaimana calon pemilih itu mengenal kandidat, membantu mereka mengidentifikasikan prioritas, dan memengaruhi standar penilaian mereka dan pemaknaan kesalahan. Berdasarkan survey dan data penelitian dar 1972 hingga 1992, West (1993) disimpulkan bahwa iklan politik seorang kandidat menimbulkan dampak penting atas penilaian mengenai rasa suka terhadap kandidat dan informasi mengenai isu dan sifat kandidat.10
2. Macam – Macam Iklan Politik
Iklan tidak hanya menyampaikan gambar dan suara saja, melainkan juga membawa isi atau pesan yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat. Dengan tujuan agar masyarakat mengetahui apa yang dimaksudkan melalui pesan tersebut sehingga akhirnya, masyarakat tertarik dan mulai mengikuti apa yang diinginkan pesan itu. Unsur terpenting dari iklan politik di TV ialah slogan, jargon politik, logo politik, dan pesannya. Terdapat tujuh kategori iklan politik menurut Devlin (Brian McNair, 1999) yang memiliki nilai jualnya masing-masing, yaitu:11
a. Tipe iklan primitif yaitu, tipe yang biasanya artifisial, kaku, dan tampak dibuat-buat dengan mengkonstruksikan kualitas kandidat.
10
Deddy Mulyana, Komunikasi Politik, Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya komunikasi Praktisi Politik, (Bandung: Rosdakarya, 2013), Cet. Ke-1, h. 81.
11
Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: Rosdakarya, 1999), Cet. Ke-1, h. 97.
(31)
b. Tipe iklan talking heads yang dirancang untuk menyoroti isu dan menyampaikan citra bahwa kandidat mampu menangani isu tersebut dalam melakukan pekerjaannya nanti.
c. Tipe iklan negatif, yang menyerang kebijakan kandidat atau partai lawannya.
d. Tipe iklan konsep yaitu, iklan yang dirancang untuk menggambarkan ide-ide besar dan penting mengenai kandidat, serta kebijakan-kebijakan partai yang telah dilakukan para kadernya.
e. Tipe cinema-verite, merupakan teknik yang menggunakan situasi informal dan alami, misalnya dengan menayangkan kandidat yang sedang berbicara akrab dan spontan dengan rakyat kecil, atau satu sisi kehidupan pribadi atau keluarganya, atau dunia pekerjannnya. Meskipun bertujuan memberikan kesan spontanitas dan informal, iklan semacam ini biasanya tetap berdasarkan naskah dan latihan.
f. Tipe iklan kesaksian (testimonial) yaitu, iklan dengan orang lain yang memberikan kesaksian tentang kandidat baik dari orang biasa maupun dari tokoh terkemuka yang dikagumi seperti, tokoh politik, ilmuwan, olahragawan, ataupun artis.
g. Tipe iklan formatreporter netral yaitu, tipe yang mendeskripsikan calon kandidat atau bahkan calon kandidat lawan politiknya secara jelas dan memberikan kesempatan kepada khalayak untuk memberikan penilaian. Tayangan tersebut tentu saja tidak netral, namun mengandung kesan seperti itu karena disampaikan secara naratif.
(32)
18
B. Kampanye
1. Pengertian Kampanye
Dalam kegiatan politik, calon kandidat maupun partai politik berhak untuk melakukan kampanye baik secara langsung maupun melalui perantara media dengan ketentuan perundang-undangan yang telah ditetapkan, dalam hal pemilu legislatif ini ialah Undang-Undang No. 8 Tahun 2012. Terdapat empat saluran yang biasanya digunakan sebagai saluran kampanye, yaitu:12
a. Saluran face-to-face informal. Pada saluran ini menggunakan pendekatan intimacy, dimana pada proses kampanye biasanya banyak menggunakan konteks komunikasi interpersonal.
b. Saluran struktur sosial tradisional. Saluran ini biasanya dengan menggunakan status social figure yang ada di masyarakat.
c. Saluran input. Saluran ini merupakan saluran yang memanfaatkan berbagai pihak yang biasanya memberikan masukan (input) politik.
d. Saluran media massa. Saluran ini merupakan saluran yang memiliki peran signifikan dengan menggunakan medium media massa cetak, elektronik, online, hingga media sosial.
Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
12
Gun Gun Heryanto, Ibid, h. 45
(33)
tertentu.13 Sedangkan Michael Pfau dan Roxanne Parrot mendefinisikan kampanye sebagai proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan dan dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak yang telah ditetapkan.
Biasanya kampanye pemilu itu dilakukan oleh pelaksana kampanye, petugas kampanye, dan peserta kampanye. Di mana biasanya pelaksana kampanye berasal dari pengurus partai ataupun calon kandidat. Sedangkan untuk petugas kampanye seperti tim sukses atau tim pendukung partai, yang kemudian diikuti peserta kampanye dari masyarakat umum sebagai pemilihnya.
2. Macam – Macam Kampanye
Dengan tujuan semata-mata untuk memengaruhi khalayak, kampanye juga terbagi menjadi beberapa jenis. Menurut Charles U. Larson (1992) kampanye terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:14
a. Product-oriented campaigns yaitu, kampanye yang berorientasi pada produk yang umumnya terjadi di lingkungan bisnis dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan financial.
b. Candidat-oriented campaigns atau yang sering disebut dengan political campaigns yaitu, kampanye yang berorientasi pada kandidat umum yang dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik.
13
Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Komunikasi Politik Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 21.
14
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 34.
(34)
20
c. Ideollogically campaigns yaitu, jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye jenis ini sering juga disebut sebagai social change campaigns, contohnya seperti kampanye anti narkoba yang dilakukan oleh pemerintah.
C. Publisitas
1. Pengertian Publisitas
Publisitas merupakan kegiatan menempatkan berita mengenai seseorang, organisasi, atau perusahaan di media massa. Publisitas merupakan sesuatu yang dianggap penting dalam PR perpolitikan. Menurut Lawrance dan Dennis L. Wilcox, publisitas ialah sebuah informasi yang tidak perlu membayar ruang-ruang pemberitaan atau penyiarannya, namun di saat yang sama tidak dapat dikontrol oleh indivitu atau perusahaan yang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan memengaruhi orang banyak dan dapat berakibat aksi, di mana aksi ini dapat menguntungkan ataupun merugikan saat informasi dipublikasikan.15
Sedangkan menurut Lesly, publisitas adalah penyebaran pesan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan lewat media tertentu untuk kepentingan tertentu dari organisasi dan perorangan tanpa pembayaran tertentu pada media tersebut.16 Dengan kata lain, publisitas merupakan upaya seseorang
15
Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Ibid, h. 90.
16
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Ibid, h. 131.
(35)
agar kegiatannya ataupun kelompoknya diberitakan melalui media massa secara cuma-cuma.
2. Macam – Macam Publisitas
Pada dasarnya, publisitas bertujuan untuk meningkatkan popularitas suatu partai ataupun kandidatnya di khalayak luas. Publisitas pada praktiknya memiliki bentuk dalam penyelenggaraannya yang berbeda-beda. Macam-macam publisitas ini ialah:17
a. Pure publicity yaitu, publisitas yang biasanya memanfaatkan ordinary news (kejadian biasa). Karena sebenarnyaa kejadian sehari-hari kita sangatlah kuat dengan publisitasnya. Contohnya ialah sepanjang terotoar jalan banyak terpasang bendera atau spanduk parti.
b. Paid publicity yaitu, publisitas yang menggunakan cara membeli rubrik, kolom, ataupun air time pada suatu media. Akan tetapi, publisitas ini berbeda dengan iklan. Publisitas jenis ini penyelenggaraannya lebih elegan dengan masuk di talkshow, editorial, dokumenter, atau rubrik lainnya yang terkesan tidak dibentuk dan direncanakan.
c. Free ride publicity artinya, publisitas yang biasanya memanfaatkan keberadaan pihak lain dengan menggunakan situasi pihak ketiga maka akan mendapatkan keuntungan. Mislanya dengan cara men-sticker kopaja-kopaja dengan partai atau kandidatnya agar terlihat oleh orang banyak.
17
Gun Gun Heryanto dan Sulhan Sumaru, Op. Cit, h. 93.
(36)
22
d. Tie-in publicity yaitu, publisitas dengan memanfaatkan extra ordinary news (kejadian luar biasa). Biasanya partai-partai menghadiri momentum tertentu di saat banyak para jurnalis berdatangan, guna mempersuasi khalayak. Misalnya dengan melakukan bakti sosial ketika ada kejadian banjir di suatu wilayah.
Dengan macam-macam tersebut dapat disimpulkan bahwa publisitas adalah teknik penyiaran berita tentang peristiwa yang diatur atau diciptakan terlebih dahulu untuk kepentingan seseorang, suatu lembaga.
D. Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar alam dan gambar hidup suara melalui kabel atau ruang.18 Televisi merupakan salah satu hal yang membentuk cara berpikir atau pandangan masyarakat terhadap dunia. Karakteristik televisi menurut Darwanto Sastro Subroto adalah dapat merekam dan menyiarkan peristiwa atau kejadian aktual yang sedang terjadi bersamaan waktunya dengan saat menonton. Televisi juga mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya.
John Corner (1995) membuat tiga poin penting tentang televisi di mana ia membicarakan tentang masuknya politik ke dalam area publik pertelevisian ketika televisi mengacu pada medium sebagai, suatu ranah manajemen pengetahuan yang lengkap, misalnya bagaimana suatu partai politik mendapatkan
18
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), h. 50.
(37)
citra baik dari khalayak. Kedua, Sesuatu yang mempresentasikan dunia nyata melalui bentuk terpaan audio visual. Ketiga, sesuatu di mana ilmu politik didominasi oleh personalisasi strategis. Maksudnya televisi mencocokan layanan atau konten iklan politik selera mereka dengan khalyak.
Tiga wilayah manajemen informasi tersebut, realitas dan personalisasinya sangat penting dalam mengdefinisikan hakikat televisi, bagaimana televisi menghadirkan materi-materinya kepada kita, dan bagaimana institusi televisi bekerja untuk membentuk materi tersebut.19
2. Kelebihan Televisi
Lewis mengungkapkan bahwa media televisi menawarkan fleksibelitas dengan merancang suatu informasi baik berupa audio dan visual secara bersamaan. Televisi sering juga disebut sebagai “jendela dunia besar” karena realitas soasial yang ditayangkan di televisi dapat memengaruhi dan mengubah persepsi khalayak. Tak heran jika televisi disebut-sebut menjadi media yang sangat berpengaruh. Selain itu, menurut M. Wayne Delozier, terdapat kelebihan media televisi yang digunakan sebagai media penyampaian pesan iklan, yaitu:20
a. Efesiensi biaya karena khalayak pengguna televisi dapat dijangkau secara luas dalam satu kali tayangan.
b. Televisi dapat menciptakan rangsangan ketertarikan emosional penonton.
19
Graeme Burton, Membincangkan Televisi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 4.
20
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Media Televisi: Sebuah Analisis Isi Pesan Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 33.
(38)
24
c. Televisi memiliki pengaruh kuat untuk memengaruhi khalayak karena, masyarakat kebanyakan sebagai calon pembeli lebih memercayai televisi sebagai media rujukannya.
E. Efek Komunikasi Massa
Media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak. Efek yang dihasilkan dari media massa tidak hanya berkaitan dengan efek dari pesan dan medianya saja. Menurut Steven M. Chaffee (dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78), terdapat tiga pendekatan yang dihasilkan sebagai efek dari adanya media massa yaitu:
Pendekatan pertama ialah efek yang terjadi hanya selama pada saat pesan dan media itu berlangsung. Pendekatan kedua, melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa berupa, perubahan perasaan atau sikap, perubahan perilaku, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga, meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa dari individu, kelompok, organisasi, hingga suatu bangsa.21
Sedangkan David K. Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori yaitu, perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata. Perubahan perilaku biasanya didahuli oleh perubahan sikap dan perubahan sikap biasanya didahului oleh pengetahuan. Efek tersebut nantinya akan diketahui melalui
21
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2008), Cet. Ke- 26, h. 218.
(39)
tanggapan khalayak yang digunakan sebagai umpan balik. Dan umpan balik tersebutlah yang digunakan untuk mengetahui efeknya.
Namun secara umum, efek biasa dijabarkan oleh para ahli ke dalam tiga klasifikasi yakni, kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak dan berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai. Dan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi, pola-pola tindakan, kebiasaan perilaku, dan sebagainya.22
F. Teori Agenda Setting
Teori agenda setting dikembangkan oleh McCombs dan Donald Shaw sekitar tahun 1968, yang pada mulanya diciptakan untuk menggambarkan fenomena yang telah lama diketahui dan diteliti dalam konteks kampanye pemilu. Teori ini menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat memengaruhi perhatian khalayak. Isu yang dianggap penting oleh media massa, juga akan dianggap penting oleh khalayak. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa media massa menentukan apa yang dipikirkan dan didiskusikan oleh khalayaknya.23
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika media massa telah memberikan perhatian pada suatu isu dan mengabaikan isu lainnya, maka hal itu akan memiliki
22
Jalaludin Rakhmat, Ibid, h. 219.
23
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke-1, h. 164.
(40)
26
pengaruh bagi pendapat umum. Karena penonton juga akan menerima isu tersebut secara suka rela terhadap porsi yang telah disuguhkan oleh media. Dalam hal ini, McCombs dan Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya memengaruhi publik tetapi, publik melihat kepada para professional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada media ke mana publik harus memfokuskan perhatiannya.24
Menurut Lippmann, media itu bertanggung jawab membentuk persepsi publik terhadap dunia. Gagasan tersebutlah yang dikembangan oleh McCombs dan Shaw tersebut. Agenda setting dapat terjadi karena media massa sebagai penjaga gawang informasi (gatekeeper) harus selektif dalam menyampaikan berita ataupun informasi. Menurut Pamela J. Shoemaker dalam Littlejohn dan Foss, apa yang diketahui publik mengenai suatu kejadian yang ada sebagaian besar ditentukan oleh proses penyaringan dan pemilihan berita yang dilakukan media massa.
Agenda Setting terbagi ke dalam dua level tingkatan yaitu, upaya dalam membangun isu umum yang dinilai penting dan menentukan bagian-bagian atau aspek dari isu umum tersebut yang dinilai penting (melakukan framing). Dalam hubungan keterpengaruhan inilah yang disebut dengan agenda setting, di mana agenda media dapat membentuk dan memengaruhi agenda yang ada dipublik.
Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khalyak. Hanya saja, teori agenda setting memusatkan perhatiannya kepada efek kognitif
24
Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. Ke-1, Jilid I, h. 495.
(41)
khalayak yakni, kesadaran dan pengetahuan. Kajian riset ini lebih banyak dipusatkan kepada ideologi dan politik dari media massa tersebut dalam mengaplikasikannya dalam bentuk praktiknya (StraubhaarLaRose, 2004: 43). Di mana setiap media massa pastilah memiliki agenda politik yang berbeda dengan yang lainnya. Hal itulah yang dapat menimbulkan persaingan atau kerja sama dalam merekayasa opini, citra, dan membentuk opini publik.
Oleh karena itu, suatu peristiwa politik akan dikonstruksi oleh masing-masing media massa, sesuai dengan agenda politiknya, sehingga realitas politik yang dikonstruksikan oleh setiap media massa, dengan sendirinya bukan realitas yang sebenarnya melainkan hanya merupakan realitas bentukan atau rekayasa.25 Kekuatan media massa dalam mengkonstruksi atau mendekonstruksi realitas politik ini terutama terletak pada pemberitaan pers dan penyiaran di radio maupun televisi, baik berupa berita maupun iklan politik, dengan mengabaikan peristiwa politik dan isu politik yang lain. Hal itu merupakan salah satu fungsi redaksi yang dikenal dengan sebutan gatekeeping dalam proses penyajian isi media kepada khalayak.
Penonjolan dilakukan dengan tujuan adanya kepentingan tertentu sebagai upaya merekayasa opini publik sesuai dengan agenda politik yang telah ditetapkan. Seperti yang sudah banyak dilakukan oleh pemilik media di Indonesia yang tak jarang menggunakan kepentingan kelompoknya sendiri dengan menjadikannya sebuah isu utama yang disuguhkan kepada khalayak. Isu tersebut pun di berikan dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga pada akhirnya, isu yang dibuat media dianggap penting pula oleh publik.
25
Anwar Arifin, Op. Cit, h. 165.
(42)
28
Teori ini akhirnya berkembang seiring zaman dengan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teorinya. Sebelumnya, teori ini juga sudah dilakukan dalam penelitian Mc Combs dan beberapa temannya. Dengan melakukan penelitian kepada sekitar 50 pemilih di masing-masing tiga situs geografis yaitu, Lebanon, New Hampshire, sebuah kota kecil di negara bagian dengan pemilih pemula, di mana penelitian tersebut dilakukan oleh Mc Combs dan rekan-rekannya di Universitas Syracuse dengan metode wawancara. Kemudian di Indianapolis, Indiana sebuah kota yang cukup besar dan heterogen, di mana wawancara ditangani oleh Weaver dan rekan-rekannya di Universitas Indiana. Dan Evanston, Illinois, satelit pinggiran kota Chicago, di mana wawancara ditangani oleh Graber dan rekan-rekannya di Universitas Iilinois di Chicago Circle.26
Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan.
26
Weaver D. H., dkk., Media Agenda Setting in a Presidential Election: Issues, Images, and Interest, (New York: Praeger, 1981), h. 10.
(43)
G. Variabel Agenda Setting
Dalam penelitian ini, mengadopsi pemikiran Stephen W. Littlejohn yang mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:27
1. Agenda media ialah isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media. 2. Agenda publik yaitu, agenda khalayak yang dipengaruhi atau dihasilkan dari
hasil interaksi suatu isu yang ditonjolkan oleh media yang nantinya dapat memengaruhi agenda kebijakan.
3. Agenda kebijakan publik (policy) yaitu, urutan topik yang dianggap penting dalam pikiran publik untuk menentukan kebijakan apa yang akan dilakukannya dengan beberapa faktor pendukung agar ia semakin yakin untuk mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media.
Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak melihat hingga adanya agenda kebijakan pada analisis kuantinya. Karena rumusan masalah menggunakan pendekatan kuanti hanya melihat pengaruh apa yang ditimbulkan dari agenda media kepada agenda yang berkembang di masyarakat, dalam hal ini dalam memilih partai politik pada pemilu legislatif 2014. Akan tetapi, pada faktor-faktor lain masyarakat dalam memilih, pada pendekatan kualitatif, peneliti menyangkut pautkan dengan variabel agenda kebijakan publik ini.
Untuk itu, sub-variabel yang sesuai dengan teori di atas penulis mengadaptasi dimensi-dimensi agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan publik tersebut dengan konseptualisasi oleh Mannheim (Severin dan Tankard, Jr : 1992), yaitu:28
27
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, (California: Wadsworth, 1999).
(44)
30
a. Agenda Media
Untuk mengukur agenda media maka akan dilihat dari variabel media massanya yaitu pertama, visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Kedua, tingkat menonjol bagi khalayak (audiende salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. Maksudnya, bagaimana isu itu dirangkingkan oleh responden dan apakah rangkingnya itu sesuai dengan rangking media.29 Ketiga, valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
Ketiga indikator tersebut dapat diukur melalui analisis isi kuantitatif. Namun peneliti tidak hanya melihat dari jumlahnya saja, melainkan dari pengaruh penayangan dengan menentukan bagaimana rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatan dan frekuensinya), dan konflik (cara penyajiannya) dari pandangan masyarakatnya.
b. Agenda Publik
Analisis agenda publik dilakukan dengan perhitungan topik-topik yang disajikan oleh media dan dianggap penting oleh khalayak, kemudian data tersebut dirangkingkan dan dikorelasikan dengan rangking tentang isi media.30 Efek lanjutan ini dapat berupa persepsi khalayak tentang suatu peristiwa tertentu atau
28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), Cet. Ke-3, h. 288.
29
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h. 69.
30
Jumroni dan Suhaimi, Metode – Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke- 1, h. 56
(45)
sudah berupa tindakan, dalam hal ini perilaku memilih. Sedangkan untuk mengukur agenda publik sebagai efek lanjutan dari agenda media dapat dilihat dari tiga indikator di bawah ini, yaitu:
1) Keakraban (familiarity) yaitu, derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.
2) Penonjolan pribadi (personal salience) yaitu, relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
3) Kesenangan (favorability) yaitu, pertimbangan senang atau tidak senang khalayak akan suatu isu. Bagaimana suatu informasi dirangkingkan (berdasarkan penting tidaknya) oleh responden dan apakah rangkingnya sesuai dengan rangking media seperti yang diprioritaskan.31
c. Agenda Kebijakan
Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu, yang merupakan suatu tindakan khalayak dengan adanya beberapa faktor pendukung agar ia mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media. Dimensi untuk agenda kebijakan publik ini ialah:
1) Support atau dukungan, merupakan kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. Maka, ketika publik merasa senang akan suatu berita, dalam hal ini iklan, ia akan semakin yakin untuk memilih.
31
Jumroni dan Suhaimi, Ibid, h. 57
(46)
32
2) Likelihood of action atau kemungkinan kegiatan, yang merupakan kemungkinan kegiatan publik dalam melaksanakan apa yang diibaratkan dalam suatu media dengan adanya pengaruh seseorang atau role-model. 3) Freedom of action atau kebebasan bertindak yaitu, nilai kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh individu. Seseorang memberikan penilaian pribadi untuk menentukan aksinya akan memilih ataupun tidak memilih. Biasanya, dimensi ini juga dipengaruhi oleh bebrapa faktor lain misalnya, ekonomi. Untuk menguji sejauh mana pengetahuan yang ditransmisikan oleh media, dalam buku Weaver yang berjudul Media Agenda Setting in a Presidential Election: Issues, Images, and Interest, mereka meminta panelis untuk melihat inti apa yang publik ketahui tentang isu-isu dan kualitas calon yang mereka atau media yang sebelumnya telah disebutkan sebagai penting. Terdapat empat tingkat pengetahuan yang dapat diidentifikasi, Pertama kesadaran akan masalah dan gambar calon. Pada tingkat pembelajaran terendah ini responden diminta untuk menyebutkan masalah atau kualitas, tapi tidak secara spontan dalam mengingat fakta-fakta tentang isu tesebut.
Tingkatan kedua, mengingat dengan fakta. Jadi responden diminta memberikan fakta-fakta dalam mengidentifikasi isu-isu atau memberikan contoh kualitas calon presiden serta alasan menganggap mereka penting. Ketiga, dengan mengingat fakta dan pengetahuan tentang posisi salah satu kandidat atau kualitasnya. Keempat, mengingat fakta dan posisi dua kandidat. Ini tentu saja merupakan satu-satunya tingkat pengetahuan yang dipercayai dalam menentukan isu atau gambaran seseorang berdasarkan kedua pilihan kandidat.
(47)
d. Isu
Isu adalah kategori dalam isi media baik berupa berita, iklan, program, dan lain-lain. Kumulasi dari berita-berita yang dimuat secara berseri atau berita tunggal yang di muat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik, pro-kontra publik, sebuah situasi yang di anggap penting oleh kelompok tertentu. Dalam mempelajari hubungan antara penekanan media pada isu-isu dan kekhawatiran pemilih atas isu-isu, penelitian sebelumnya lebih fokus pada dimensi intrapersonal salience yaitu, sejauh mana seseorang merasa suatu masalah secara pribadi penting baginya. Tetapi ada pula bukti yang menunjukkan isu mempengaruhi sejauh mana suatu masalah yang dibicarakan dengan orang lain (interpersonal salience) dan meluas ke mana isu-isu yang dianggap penting untuk orang lain di masyarakat.32
Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam proses agenda setting. Namun, dalam penelitian ini isu yang dimaksudkan ialah iklan Golkar yang ditayangkan di TV One. Jika di sederhanakan, dalam bentuk alur proses di mana teori agenda setting meramalkan agenda media memengaruhi agenda publik maka, akan didapat gambar seperti di bawah ini:33
32
Weaver D. H., dkk., Op. Cit, h. 85.
33
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grassindo, 2004), h. 20.
(48)
34
Gambar 1. Model Agenda Setting
H. Perilaku Memilih (Voting Behavior)
Menurut Jack Plano, voting behavior atau perilaku memilih adalah salah satu bentuk perilaku politik yang terbuka. Sedangkan Riggs dan Plano menyatakan voting behavior adalah studi yang berhubungan dengan cara orang cenderung untuk memilih dalam pemilihan umum dan alasan mengapa mereka memilih.34
Dengan inti yang sama, Surbakti (1992) menyatakan bahwa perilaku memilih ialah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan yakni, apakah memilih dan tidak memilih dalam pemilihan umum.
Penulis menyimpulkan bahwa perilaku memilih ialah suatu tindakan seorang pemilih dalam memberikan suara kepada suatu kandidat tertentu pada pemilihan umum. Pemilih di sini ialah warga negara yang mempunyai hak untuk memilih, di daftar sebagai seorang pemilih, dan memberikan suaranya untuk memilih atau menentukan wakil-wakilnya. Pemberian suara kepada salah satu kandidat merupakan
34
Riggs, R.E dan Plano, J.C, The Nited Nations: International Organization and World Politics, (Chicago: Dorsey Press, 1988).
Variabel Media Massa; - Panjang - Penonjolan - Konflik Variabel Antara; - Sifat stimulus - Sifat khalayak Variabel Efek; -Pengenalan -Salience -Prioritas Variabel Efek Lanjutan; - Persepsi - Aksi
(49)
suatu kepercayaan bagi khalayak yang telah memahami makna nilai pribadi yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan.
(50)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh dari penayangan iklan partai Golkar di TV One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru serta melihat apakah masing-masing variabel penayangan berpengaruh atau tidak atas pilihan seseorang.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan mix research yakni, gabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam mix method research peneliti menggunakan metode dan teknik kuantitatif pada satu fase dan menggunakan metode teknik kualitatif pada satu fase lain.34 Dan penelitian ini menggunakan paradigma positivisme, di mana paradigma adalah cara pandang seseorang ilmuan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri.35 Dan paradigm positivisme adalah suatu pandangan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh melalui fenomena yang empiris, dapat diamati dan diukur serta diuji dengan metode ilmiah.
Kemudian penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif atau juga biasa dikenal penelitian korelasi. Jenis penelitian ini akan melihat hubungan antara kedua variabel penelitian tanpa melakukan tindakan apapun sebagai tindak lanjutnya.
34
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-1, h. 428.
35
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-4, h. 25.
36
(51)
Penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Dengan begitu dalam penelitian ini penulis hendak melihat hubungan antara penayangan iklan partai Golkar yang ditayangkan di TV One terhadap perilaku masyarakat Kelurahan Kebon Baru dalam memilih.
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil data tersebut penulis menggunkan metode penelitian survei pada penelitian ini. Metode survei merupakan metode penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan data.36 Pengumpulan data tersebut dilakukan dalam menguji hipotesis atau mengadakan evaluasi yang membahas mengenai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.37
B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian penulis ialah studi kasus pada pemilih di masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Sedangkan, objek penelitian dari penulis ialah “Pengaruh Penayangan Iklan Partai Golkar di TV One terhadap Perilaku Memilih Masyarakat”.
36
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 275.
37
Masri Singaribun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2011), Cet. Ke-4, h. 5.
(52)
38
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari – Februari 2015. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.
Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena dalam Pemilu Legislatif 2014 lalu, masyarakat di RT 09 RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan dominan memilih partai Golkar sehingga di wilayah tersebut Golkarlah yang paling banyak polling suaranya dan dinyatakkan sebagai pemenang.
Sedangkan RT 07 RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan tidak memenangkan Golkar sebagai pilihan di wilayah mereka. Kedua sampel ini penulis tuju sebagai bahan perbandingan yang nantinya akan terlihat secara objektif apakah terdapat pengaruh dari penyangan iklan Golkar di TV One terhadap perilaku memilih masyarakat yang pernah melihat iklan tersebut.
C. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, hewan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.38 Adapun populasi penelitian yang dilakukan peneliti ialah masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.
38
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-4, h. 99.
(53)
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.39 Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling (sampling aksidental), atau yang di beberapa buku lainnya di sebut juga sebagai teknik incidental sampling. Teknik ini merupakan, teknik di mana sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada atau pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, misalnya memberikan kuisioner kepada siapa saja yang dijumpainya. Sehingga, peneliti dapat mengambil sampel siapa saja yang kebetulan cocok bertemu, yang penting karakteristiknya serupa. Metode ini dinyatakkan sangat mudah, murah, dan cepat untuk dilakukan.40
Maka dalam pengambilan sampel penelitian ini, penulis akan mengambil sampel secara kebetulan dari masyarakat RT 07 dan RT 09, RW 06, Kebon Baru, Tebet, Kelurahan Kebon Baru yang telah berusia 17 tahun ke atas dan memiliki hak pilih. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut:41
n = N
N.
�
2+ 1
Keterangan :
n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi d² : Presisi yang ditetapkan
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Research & Development, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 120.
40
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Jilid I, Cet. Ke-11, h. 98.
41
Bambang Prasetyo dan Lina Moftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), h. 137.
(54)
40
Di mana data responden wilayah RT 07 dan RT 09 sebagai berikut:42
Tabel 1. Data Responden
Wilayah RT Jumlah ������
����������� x 86
RT 07 316 47
RT 09 265 39
Jumlah Total 581 86
Jumlah masyarakat di wilayah RT 07 dan RT 09 berjumlah 581 orang. Berdasarkan rumus sampel di atas, jumlah sampel yang diperoleh untuk penelitian ini dengan nilai presisi yang ditetapkan yaitu sebesar 10% adalah sebagai berikut:
n =
581
581
.(
10%
)
2+1
= 85,31
≈ 86
Maka jumlah sampel tersebut dibulatkan menjadi 86 orang. Sampel yang akan diambil dari populasi akan menggunakan teknik accidental sampling yaitu penarikan sampel yang ditetapkan berdasarkan kebetulan semata tetapi tetap harus sesuai dan cocok dengan karakteristik penelitian yang telah peneliti tetapkan.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan guna melengkapi proses penelitian ini, peneliti melakukan serangkai kegiatan yang bersumber dari:
42
Data Pribadi Ketua RT 07 dan RT 09
(55)
1. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan langsung di lokasi penelitian atau objek penelitian, berupa opini seseorang secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapaun data primer yang peneliti gunakan ialah metode survei atau angket dan wawancara.
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diberikan untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikembalikan kepada peneliti.43 Jadi dengan metode ini, peneliti mengumpulkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada responden mengenai tanggapan masyarakat terhadap iklan Golkar untuk mendapatkan jawaban pribadi, yang kemudian akan peneliti kemukakan dan sajikan dalam bentuk penyajian data.
Yang kedua melalui wawancara yaitu, suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan terkait.44 Kegiatan wawancara ini dilakukan kepada beberapa tokoh masyarakat mengenai masalah dan tujuan penelitian atas tanggapannya terhadap iklan Golkar dengan tujuan untuk memperkuat penelitian.
43
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-4, h. 123.
44
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2013), h. 19.
(56)
42
Penayangan Iklan Partai Politik (Variabel X)
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder adalah sebuah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dan membutuhkan media perantara. Adapun data sekunder penelitian ini ialah riset kepustakaan berupa buku, artike, jurnal, internet, dokumen pribadi Komunikasi Penyiaran Indonesia, Kelurahan Kebon Baru, dan lain-lainnya.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah fokus objek yang akan diteliti oleh penulis di mana merupakan sebuah konsep yang sudah diberi variasi nilainya untuk dapat diamati dan diukur.45 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung.46 Dengan kata lain variabel ini tidak terpengaruh dengan variabel lain, justru menjadi variabel yang memengaruhi. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sesuai dengan judul penelitian maka dalam penelitian ini, variabel yang hendak peneliti ialah:
Variabel Bebas (Independent) Variabel Terikat (Dependent)
Gambar 2. Variabel Penelitian
45
Jumroni dan Suhaimi, Metode – Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke- 1, h. 16.
46
Burhan Bungin, Ibid, h. 62.
Perilaku Memilih (Variabel Y)
(57)
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Jawaban ini baru didasarkan pada teori yang relevan tetapi, belum didasarkan pada data-data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.47
Dalam menguji hipotesis, terdapat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan yaitu, merumuskan hipotesis nol (�0) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternatif (��).48
�0:β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penayangan iklan
partai politik Golkar di TV One dengan perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan.
��:β≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara penayangan iklan partai
politik Golkar di TV One dengan perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan.
G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas berupa penayangan iklan
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Research & Development, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 63.
48
Singgih Sentosa, SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PPM, 2002), Cet. Ke-2, h. 22.
(58)
44
partai Golkar dan variabel terikatnya berupa kecenderungan perilaku memilih masyarakatnya dengan indikator penelitian sebagai berikut:
1. Variabel Penayangan Iklan Partai Golkar
a. Definisi Operasional
Variabel ini disebut juga sebagai agenda media yang ingin diteliti. Agenda media yaitu penonjolan isu-isu yang disusun oleh media dan bagaimana agenda media menempatkan isu tersebut di tempat yang utama.
b. Indikator Operasional
Skor yang diperoleh mengenai agenda media yang diberikan kepada khalayak dapat diukur dengan indikator yang dikemukaan oleh Nur Indah M. dalam karya ilmiahnya yang menjabarkan pemikiran Stephen W. Littlejohn & Karen Foss (2005:280) mengutip Rogers & Dearing. Adapun rincian sub-variabelnya adalah sebagai berikut :
1. Visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. 2. Tingkat menonjol bagi khalayak (audiende salience), yakni relevansi
isi berita dengan kebutuhan khalayak, yang membahas tentang bagaimana isu itu dirangkingkan oleh responden dan apakah rangkingnya itu sesuai dengan rangking media.49
3. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu pristiwa.
49
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h. 69.
(59)
Ketiga sub-variabel tersebut dapat dirumuskan dalam turunan indikator dengan menentukan rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita bagi khalayak (ukuran headline, penempatan dan frekuensinya), dan konflik (cara penyajiannya) terhadap khalayak.
2. Variabel Perilaku Memilih
a. Definisi Operasional
Variabel perilaku memilih ini disebut juga sebagai agenda publik yang ingin diteliti. Agenda publik ialah naluri publik terhadap pentingnya isu.50 Agenda khalayak ini dipengaruhi atau dihasilkan dari hasil interaksi suatu isu yang ditonjolkan oleh media.
c. Indikator Operasional
Menurut Wiryanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi (2004: 57), sub-varibel agenda publik (variabel Y) di bawah ini dapat dijadikan sebagai indikator di mana sub-variabel tersebut dilihat dari beberapa faktor, yaitu:
1) Keakraban (familiarity) yaitu, derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. Apakah informasi yang disampaikan sudah dikenal oleh khalayak.
50
Jumroni dan Suhaimi, Metode – Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke- 1, h. 55.
(1)
A : Kalau dari wilayah RT 07 sendiri ada gak sih Pak aktivis, tim sukses, atau pelopor dari partai gitu di sini?
B : Jadi ada juga di sini ada tim sukses dari .. dari Jokowi. Di depan apotik situ, tim suksesnya Jokowi.
A : Suka ke sini waktu dulu untuk sosialisasi gitu Pak?
B : Enggak, enggak pernah. Sosialisasinya dulu ada juga pernah dari Hanura ada gitu. Tapi enggak ada yang maksa-maksa.
A : Oh enggak ada yang maksa-maksa dan enggak ada yang iming-iming apa apa gitu Pak?
B : Enggak ada.
A : Ada gak sih Pak faktor-faktor lain Pak yang biasanya itu Bapak alami ya waktu pemilihan legislatif dalam masyarakat RT 07 itu dalam memilih? APakah ada faktor Paksaan, sembako atau apa gitu?
B : Tapi selama ini enggak ada yang .. caleg caleg itu enggak ada yang datang, jadi enggak ada paksaan gitu. Jadi masing-masing pribadi aja gitu.
A : ohh kalau di sini enggak kena ya Pak untuk misalnya black campaign gitu?
B : Ada sih ada, kayak caleg gitu dari Demokrat pernah. Tapi kan itu, pas saat ini dia aja ada gitu sembakonya. Tapi nanti tetep aja nanti milihnya beda-beda.
A : Oh nanti milinya kadang-kadang suka beda ya Pak?
B : Oh jelas, kecuali kita dapet dalam DPC DPC mungkin itu harus. Orang biasa-biasa kita gak akan ditekan. Misalnya PPP kasih duit misalnya, tetep aja dia, beda gitu. Si A si B siapa misalnya, kalau kita jadi panitia sih tau. Si A si B si A si B, kita kan ada laporannya. Kita juga kan liat berapa nih Golkar ada gak 50 berarti kita sukses. Biasanya kan kadang-kadang 30, 40 riska, jadi enggak bisa dipastiin gitu. Gak bisa dipaksain lah gitu.
A : Kalau peran Bapak sendiri selaku tokoh masyarakat kemudian di tahun kemarin juga menjabat jadi Ketua RT itu seperti apa? Ada gak sih pengaruh untuk pemikiran masyarakat dalam memilih nantinya?
B : Jadi, ini kan bukan untuk itu. Kalau untuk pengaruh masyakarat sih kayaknya gak ada, tapi kalau dalam sosialisasi kita ke dianya itu ada pengaruhnya. Soalnya kalau masalah itu, kita pastikan itu gak ada yang masuk, itu kan hati nurani kita aja gitu. Kita juga gak tau, biar kita Paksa kan gimana kan. Ada juga sih yang begitu komitmen bisa apa kan gitu.
(2)
A : Tapi ada kegiatan ini gak Pak, bagi-bagi uang sebelum pemilihan gitu ada gak sih?
B : Ya kita ingetin ya ada aja, tapi kita kan enggak.. enggak ini. enggak ada yang masuklah dari caleg ini gak ada yang masuk.
A : Oh masuk di hati maksudnya Pak?
B : Enggak jadi, jadikan yang bagi-bagiin ini caleg, caleg itu gak ada yang masuk ke wilayah RT 07. Tapi kalau perorangan pribadi kita gak tau ya gitu.
A : Itu kira-kira faktornya apa Pak, apa RT 07 itu belum terlalu terlihat orang atau calon-calon tersebut atau gimana?
B : enggak jadi.. semua ngacak juga. Gak bisa ini juga, susah .. susah jadi. Kecuali kita ada anggota ya, kartu anggota ya. Itu kan kalau anggota itu kan tetap, kan aada iuran kan apalah gitu. Mungkin itu bisa.
A : Oh yang tim sukses dari Jokowi pun enggak berpengaruh ya Pak yang di depan itu?
(3)
Narasumber : Bapak Muhammad (Tokoh Masyarakat RT 09) Hari/ Tanggal : Sabtu, 14 Februari 2015
A : Jadi saya itu mau skripsi mengangkatnya tentang pengaruh iklan partai politik Golkar di TV One ini terhadap masyarakat, aPakah masyarakat yang menonton iklan itu akan memilih atau enggak sih. Dan sekarang saya ingin meneliti tokoh masyarakat dari RT 09-nya selaku Ketua RT, menurut Pak RT sendiri gimana sih perpolitikan di wilayah RT 09 sendiri, mereka beragam atau cuma satu dua partai?
B : Beragam kalau di sini.
A : Itu maksudnya apa aja sih yang di sini yang diunggukan sama masyarakat RT 09 Pak? Mayoritasnya begitu.
B : Mayoritasnya ya.. Demokrat. He’eh iya Demokrat. Tapi enggak banyak banget sih paling 30% lah.
A : Kemarin saya denger-denger dari Bapak mantan RT 07 itu katanya Kebon Baru itu mayoritasnya partai islam ya Pak?
B : Enggak juga. Enggak.. enggak. Malah Islam sini terkebelakang sini. Pendapat saya gitu yang saya beberapa tau, kayaknya terkebelakang gitu.
A : Berarti kalau di RT 09 sendiri Demokrat ya Pak yang paling banyak?
B : Iya Demokrat yang paling banyak. Yang lain sih merata gitu sih, tapi yang menonjol Demokrat gitu. Biasanya ada dua tokohnya gitu Ojak sama si Edi tuh.
A : Itu tim sukses atau apa Pak?
B : Tim sukses, he’eh he’eh. Mungkin dia dibayar gitu, lo cari masanya begini gitu. Kayaknya begitu, soalnya dia suka berikan sembako apa aja gitu barang maulid apa aja gitu. A : Ada tidak sih Pak warga dari RT 09 atau sekitarnya yang mencalonkan legislatif 2014 mewakili Jakarta Selatan?
B : Oh enggak ada, cuman mendukung ada gitu. Dari Golkar Pak Ihsan namanya. Mendukung calon legislatif itu, Pak Ihsan namanya. Itu dari Golkar, saya sendiri yang.. tim suksesnya saya sendiri. Dari Golkar saya sendiri, Pak Ihsan namanya.
A : Kalau di wilayah RT 09 sendiri waktu pileg itu pemenangnya siapa Pak? B : Pak Ihsan itu Golkar, Golkar menang, iya. Dia itu unggul.
(4)
A : Biasanya Pak di wilayah sini ada gak sih Pak faktor lain yang mempengaruhi masyarakat memilih waktu di DPR? Apa ada yang ikut organisasi partai atau apa gitu? B : Enggak ada sih kayaknya sih, cuma dia tim suksesnya aja sih. Ini gue bayar sekian, lo kasih orang-orang nih sembako atau apa dari Demokrat legislatif, gitu.
A : Kalau di RT 09 sendiri waktu itu ada bagi-bagi apa Pak? Sembako atau uang gitu Pak?
B : Iya.. iya sembako. Uang enggak seberapa. Ya cuma, nih gue kasih duit buat makan udah. Bukan buat uang ini buat kamu masuk kantong, enggak. Makan-makan sono rapat, gitu doing.
A : Kasih sembakonya ke rumah-rumah gitu ya Pak? B : Iya ke rumah-rumah gitu.
A : Menurut Bapak sendiri mempengaruhi gak sih Pak kalau misalnya kasih sembako nanti mereka menang gitu?
B : Gini, yang ngasih itu siapa? Misalnya RT-nya, ahh pasti Pak RT bener nih gitu. Biasanya gitu, ini aja deh ini nanti gini gini deh. Nah biasanya gitu. Pengaruh!
A : Oh jadi yang dilihat tokohnya gitu ya?
B : Iya tokohnya. Walaupun dikasih uang kalo tokohnya enggak bener mungkin enggak meyakinkan, dia gak mau gitu. Di sini banyak, hampir berapa, hampir mau lima RT itu di sini mendukug Golkar, Pak Ihsan itu legislatif ya, dari 02, 07, 06, 03, 02 ada bangsa enam RT lah menang Pak Ihsan itu gitu.
A : Kalau misalnya peran Bapak ini berpengaruh kan ya seperti tadi, kegiatan apa aja sih Pak yang Bapak lakukan agar masyarakat percaya?
B : Nah itu, pengaruhnya, kita nanti minta pendapat untuk saat itu untuk dewasa ini diperbaiki seperti kayak got-got dibersihkan gitu. Nanti itu diajukan lagi ke calonnya. Ternyata, emang bener emang dibetulin tuh dibetulin kan got-got itu kan? Yang depan rumah situ, nah itu dia hasilnya. Kita suka ngelobby juga, di RW rapat. Pak saya minta ini Pak, ohh nanti saya ajukan ke sini deh. Dia yang bilang gitu, gitu. Akhirnya kan tercapai gitu.
A : Kalau alasan Bapak sendiri kenapa sih kok akhirnya ingin membantu Pak Ihsan ini?
B : Kalau saya lihat ini kenapa, soalnya saya lihat karakternya ini dari dia hidupnya tuh bagus. Kan banyak-banyak orang yang stop dari korupsi, tapi mana kan? Enggak ada. Walau dia bekasnya Pak Harto, mana kan dia ada korupsi? Coba cari aja kan gak ada. Banyak kan partai-partai yang baru, Demokrat, PDI pada kena. Mana Golkar? Kena? Enggak ada kan di TV? Nah
(5)
itulah itu, jadi segi korupsinya ini yang saya liat gitu, bagus gitu kayaknya itu. Saya gak pernah iniin Golkar ya enggak, tapi kenyataannya yang bicara. Wah Pak RTnya nih yang menangin? Enggak saya gak menangin, kenyataan yang bicara gitu. Dulu memang waktu SBY belum naik memang bagus, tapi pas SBY udah naik kan jadi ancur-ancuran. Fakta yang saya liat bukannya ngangkat partai. Saya kan gak dibayar, kecuali saya dibayar 100 juta, kagak sama sekali. Uang makan doing berapa duit sekali makan abis. Misal 100 ribu bayarin makan, udah, gak adalagi, paling kaos-kaos, gak ada, bersih.
A : Bapak sendiri ngajaknya semua masyarakat RT 09 atau mana aja dipilih juga? B : Khusus di 09, kalau kamu udah Golkar. Berapa Golkar, Jak Golkar dibayar? Demokrat seginian. Gini ginian, lo ikut gak? Ya ini di Demokrat cuma ambil sembakonya doang, Te. Tapi saya ikutin Pak RT aja deh. Dia ngomong langsung begitu, begitu doang.
A : Kalau menurut Bapak masyarakat RT 09 banyak yang suka nonton TV One gak sih?
B : Gak tau sih, tapi saya suka TV One, karena saya mau lihat politiknya gitu. Saya seneng liat TV One, karena bicara ini, begini.. begini.. begini. Ngomongin partai, itu saya pelajarin sampai dimana nih kebenaran partai-partai ini. oh yang bagus partai ini oh begini.. oh begini. Ternyata yang banyak kena ini ini ini. jadi saya tau, yang banyak Demokrat ini.. ini..yang ini kemari. Itu masuk ke TV One masuk ke politik itu bagus gitu jadi saya seneng gitu.
A : Kan waktu itu banyak iklan Golkar gitu ya Pak di TV One, menurut Bapak pengaruh gak sih ke diri Bapak jadi percaya gitu untuk memilih Golkar?
B : Ya itulah keseliat iklan itu di TV One itu, karena orang-orang Golkar itu.. bukan gak ada yang terlibat ya maap. Artinya dia gak besar terlibat kayak gunung besar korupsinya gitu. Itulah yang saya lihat Golkar itu. Ada tapi gak besar kan gitu bagusnya gitu. Itu yang saya liat. A : Pada akhirnya Bapak suka dan condong gitu ya dengan pribadi Bapak?
B : Ha, iya suka gitu. Iya, he’eh bener sesuai. A : Oh iya yaudah sih Pak begitu aja palingan..
B : Saya sih gak ada yang dibayar-bayar gitu gak ada. cuma makan aja, nih buat Pak RT nih 200 ribu ayo ngumpul makan-makan RT RT. Kumpul deh di deket bentaran itu, abis 50 ribu ya udah deh. Gak dibayar sih saya gak ada. Karena emang tujuannya saya liat di TV One itu bagus, ya kita ikutin yang bagus gitu. Karena kan yang condong ini kebanyakan yang si Demokrat ini. Dulu saya sangat simpatik sama Demokrat sebelum naik SBY, setelah saya liat saya pilih SBY, saya berjuang untuk Demokrat bakal bagus ini. ternyata bawah-bawahannya banyak kan. Stop korupsi tapi biangnya korupsi, ya kan. Itulah gak sukanya begitu, jangan ngomong aja tapi dikerjakan yang gak bener gitu. Golkar ya mana? Coba ada gak? Gak ada gitu. Saya emang demen TV One emang demen politik gitu hehe. Saya pelajarin-pelajarin. Kalau ada orang ngomong bisa saya debat gitu, karena saya tau. Kalo saya gak nonton di TV One, mungkin saya
(6)
gak tau. TV lain kerjaannya cuma hiburan doang, dangdut lah, itu. TV One bagus itu, perpolitikan tau begini gini gitu.
A : Kalau ketemu Pak Ihsannya sendiri Bapak pernah ketemu?
B : Pernah sekali waktu.. sekali doang ketemu, sekarang udah gak pernah ketemu lagi. Karena dia orang Golkar ketemu begitu aja he’eh. Kalau memang hati saya untuk cari uang gitu, say aari saya minta. Bukan untuk cari uang, saya mencari yang bersih. Bukannya bersih bukan, artinya tuh.. orang gak ada yang bersih ya, gak ada yang bersih. Semuanya partai gak ada yang bersih ya, cuma yang bersihan dikit gitulah, mendingan gitu. Semua partai gak ada yang bersih, cuma mendingan gitu hehe.