SUMBER PENDAPATAN TIDAK TETAP NEGARA ISL

SUMBER PENDAPATAN TIDAK TETAP NEGARA ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK IIV
Desi Wulandari
Mirza Rahmatillah
Saifullah

DOSEN PEMBIMBING
Bukhari Ali, S.Ag., M.A.

MAHASISWA PRIODI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kajian siyasah maliyah (kebijakan politik keuangan negara) dalam
perspektif Islam tidak terlepas dari Al-Quran, Sunnah Nabi, praktik yang
dikembangkan oleh khalifah dan pemerintahan Islam sepanjang sejarah. Siyasah

maliyah merupakan kajian yang tidak asing dalam Islam, terutama setelah Nabi
Muhammad beserta para pengikutnya menetap di Madinah. Siyasah maliyah
adalah salah satu bagian terpenting dalam sistem pemerintahan Islam, karena ini
menyangkut tentang anggaran pendapatan tidak tetap pada negara Islam.
Dalam dunia Islam negara memiliki sebuah pendapat dan juga pendapatan
tidak tetap, disini akan dijelaskan beberapa sumber pendapatan tidak tetap
didalam negara Islam. Sejauh ini telah kita kenal bahwa salah satu sumber
pendapatan negara adalah pajak sedangkan sumber pendapatan tidak tetap yaitu
infaq dan sedeqah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dijadikan sebagai rumusan masalah
adalah:
1. Sumber pendapatan tidak tetap pada negara islam
2. Pengertian infaq dan sedeqah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Pendapatan Tidak Tetap Negara Islam

Pendapatan tidak tetap negara islam yang akan dibahas adalah infaq dan

sedeqah. Sumber infaq dan sedeqah lebih bersifat mekanisme distribusi harta
atau kekayaan yang sifatnya non-ekonomi.
1. Infaq
Pengertian infaq adalah mengeluarkan harta dengan suka rela yang di
lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. 1
Menurut bahasa infaq berasal dari kata “anfaqa” yang artinya
mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah
syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam
islam yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang
sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll. Infak sunnah
diantaranya, infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam dan
infaq kemanusiaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan)
harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di
tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya.
Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai
barang yang di korbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum,
berbeda dengan zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali

pada dirinya, tetapi jika ia tidak melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada
dosa, sebagaimana orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia
tidak melaksanakannya.
Menurut literature yang lain infaq berarti mengeluarkan sebagian harta
atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam. Dalam
infaq tidak mengenal yang namanya nisab, asnaf, dan subjeknya, artinya orang
1 M. Abdul Mujieb, "Kamus Istilah Fiqih", (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), hal. 53

kafirpun bisa

mengeluarkan infaq yang dialokasikan untuk kepentingan

agamanya. Infaq ini boleh diberikan kepada siapa saja dan berapa saja. Untuk
ruang lingkupnya infaq lebih luas daripada zakat yang mana hanya untuk orang
muslim saja.
Menurut paparan diatas dapat disimpulkan untuk sumber pendapatan tidak
tetap negara islam yaitu bahwa infaq mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Jenis-jenis infaq diantaranya adalah infaq wajib: terdiri atas zakat dan
nazar, yang bentuk dan jumlah pemberiannya telah ditentukan. Nazar adalah

sumpah atau janji untuk melakukan sesuatu dimasa yang akan datang. Menurut
Qardhawi, nazar itu adalah sesuatu yang makruh. Namun demikian apabila telah
diucapkan, maka harus dilakukan sepanjang hal itu untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Seseorang yang bernazar : “jika saya lulus ujian, maka saya
akan memberikan Rp. 500.000 kepada fakir mesin”, wajib melaksanakan
nazarnya seperti yang telah dia ucapkan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka
dia akan terkena denda/Kafarat. Infaq sunah: Infaq yang dilakukan seorang
muslim untuk mencari ridha Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan
bentuk. Misalnya: memberi makan bagi orang terkena bencana.
2. Sedeqah
Secara etimologi, kata sedaqah berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah.
Pada awal pertumbuhan islam, sedaqah diartikan dengan pemberian yang
disunahkan (sedekah sunah). Sedangkan secara terminologi sedaqah adalah
memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah
SWT.

Sedaqah lebih utama apabila diberikan pada hari-hari mulia, seperti pada
hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila diberikan padapada tempat-tempat yang mulia, seperti di Mekkah dan Madinah.2
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa sedaqah merupakan ibadah
yang sifatnya lentur. Ia tidak dibatasi oleh waktu ataupun batasan tertentu. Dengan

demikian tidak ada waktu khusus untuk bersedaqah. Begitu juga, dalam sedaqah
tidak ada batasan minimal.
B. Sebab Kurangnya Kesadaran Umat Islam untuk Infaq dan Sedaqah
Infaq dan sedaqah yang dapat memperbaiki kondisi ekonomi umat Islam
yang sekarang masih lemah ini, yaitu antara lain: pajak, harta yang datang secara
tiba-tiba, seperti rampasan perang (ghanimah), barang penemuan yang tidak
dikenal siapa pemiliknya, harta pusaka yang tidak ada pewarisnya, dan tanah mati
yang bisa dihidupkan kembali.3
Merupakan kewajiban umat Islam untuk ikut perduli dan peka terhadap
kondisi ummat di sekitarnya, karena pada dasarnya umat Islam adalah satu tubuh,
sehingga apabila ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka pasti seluruh bagian
tubuh tersebut akan ikut merasakannya.
Dari beberapa sumber yang terkumpul, ada beberapa sebab yang
mengakibatkan kurangnya kesadaran umat Islam untuk berinfaq, maupun
bersedaqah.
Merosotnya aqidah dan akhlaq umat Islam. Ini mengakibatkan umat Islam
enggan mengenal ajaran Islam, sehingga mereka tidak mengetahui kewajibankewajibannya sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di
bumi. Masing-masing lebih mementingkan kebutuhan hidup pribadinya, tanpa
2 Haroen Nasrun, "Fiqih Muamalah", (Jakarta, PT:Gaya Media pratama, 2000), hal. 88-89
3 Muhammad Iqbal, “Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam”, (Jakarta:

Prenadamedia Gruop, 2014), hal. 321

mau perduli dengan nasib orang-orang di sekitarnya, apakah mereka kekurangan,
atau bahkan kelaparan. Yang penting adalah dia sendiri hidup bahagia, tenang,
tentram, dan tidak kekurangan apa-apa. Penyakit merosotnya aqidah dan akhlaq
ini melahirkan sikap egoisme yang akut. Inilah sumber utama rusaknya ukhuwah
dan kesetiakawanan sosial yang menjadi sebab semakin lebarnya kesenjangan
sosial antara si kaya dan si miskin.
Perbedaan keduanya dilihat dari segi subjek, materi, penerima, kadar,
waktu dan hukum adalah:
1. Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk
perkara yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib. Infaq dapat
dikeluarkan oleh siapa saja, tak terbatas ruang dan waktu serta kadarnya.
2. Sedaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa
saja. Dalam bersedaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak
wajib.
Mengapa infaq dan sedeqah dijadikan sumber tidak tetap dalam negara
islam? Menurut asumsi kami kenapa shadaqah dan infaq dijadikan sebagai sumber
pendapatan tidak tetap negara islam karena shadaqah dan infaq tidak diwajibkan
dalam islam akan tetapi di sunahkan bagi yang mau memberinya, dan shadaqah

dan infaq diberikan secara ikhlas hanya semata-mata untuk mendapatkan pahala
dari Allah SWT.

BAB III
PEN UTUP
A. Kesimpulan
Sedangkan pengertian sedeqah sama dengan pengertian infaq sama juga
hukum dan ketentuannya, perbedaannya adalah infaq hanya berkaitkan dengan
meteri sedangan shadaqoh memiliki arti luas menyangkut juga hal yang bersifat
non mareril. Hadist riwayat imam muslim Abu Zar, Rasulullah menyatakan bahwa
tidak mampu bersedekah dengan harta, membaca tasbih, tahmid, tahlit,
berhubungan suami istri atau melakukan kegiatan amar ma’aruf nahi mungkar
adalah sedekah.
Rasulullah Muhammad SAW selalu mendorong umatnya berinfaq dan
sedeqah baik di kala lapang maupun sempit. Donasi yang terkumpul akan dikelola
secara amanah dan profesional menurut syar’i untuk proses kemandirian anakanak yatim melalui program-program pemberdayaan, seperti pendidikan,
kesehatan, pemberdayaan ekonomi, maupun aksi sosial.
Hukum keduannya adalah sunnah, infaq dan sedeqah tidak memiliki batas.
Infaq dan sedeqah boleh diberikan kepada siapa saja. Infaq ada yang wajib ada
juga yang sunah. Infaq yang wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain.

Infaq sunah diantaranya, infaq kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq
bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Haroen Nasrun, "Fiqih Muamalah", (Jakarta, PT:Gaya Media pratama, 2000)
M. Abdul Mujieb, "Kamus Istilah Fiqih", (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994)
Muhammad Iqbal, “Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam”,
(Jakarta: Prenadamedia Gruop, 2014)