Suatu Sore di Tempat Penitipan Anak

Suatu Sore di Tempat Penitipan Anak
Tak seperti biasanya, Minggu ini begitu istimewa. Aku bisa tertawa lepas sejenak
melupakan skripsi yang tak jua selesai. Tak mau berputusasa dengan Philip Kotler,
Jill Griffin dan Tjiptono (tokoh ekonomi pada zaman ini yang hanya kuketaui dari
buku pemasaran dan perilaku konsumen). Minggu ini terasa begitu istimewa
menyaksikan balita dan batita berada di box tidurnya. Matanya berkedip-kedip.
Kulitnya kuninglangsat. Ada lebih dari sepuluh bayi yang ada diruangan ukuran 6x4
meter yang dicat dengan warna putih.
Bersama dengan Haris Sunarmo alias Gen, Arif Giyanto (kalau mas gen bilang
namanya Surip, heee…heee :P) bersama pasangannya yang lebih muda dua tahun
dariku, kami semua memeluk bocah-bocah lucu yang dititipkan di yayasan ini.
Waduh ada yang terlewat, Taufik Agung Laksono yang kusebut Pak Kyai dan Mbak
Sutri UMS (nama FBnya). Karena ini pertama kalinya aku kesini maka tak begitu
memperhatikan nama yayasannya, yang jelas tempat ini ada di daerah Jebres,
sebelum Rumah Sakit Moewardi, arah ke UNS. Yaa… bayi-bayi mungil ini entah
dititipkan, ditinggal ataupun diserahkan ke panti ini yang jelas mereka mampu
membuat mataku berkaca-kaca. Tidak pernah terfikir kalau takdir berkata aku
berada diantara mereka. Rasa syukur tak henti-hentinya aku ucap diantara senyum
si kecil.
Satu persatu ku sambangi bocah-bocah ini. Waktu menunjukkan pukul 17.15 WIB.
Waktunya adik-adik kecil ini makan sore. Tidak banyak makanan yang tersedia.

Pengurusnyapun hanya dua ibu yang usianya sudah kuperkirakan sudah menginjak
kepala lima. Keduanya mengganti popok basah, menyuapi dan mendiamkan bayi
yang menangis.
Ehhh…. Ada satu anak yang sedari tadi kuperhatikan, semuanya memang lucu dan
menggemaskan, hanya saja aku merasa yang satu ini sungguh berbeda. Diantara
yang lainnya bayi ini yang paling kecil, seharusnya ia digendong oleh bundanya dan
diberikan ASI eksklusif. Apa daya anak sekecil itu harus minum dari botol susu yang
keras tak selembut payudara bundanya. Dari tadi bayi ini memang terlihat rewel.
Posisinya terlihat tak nyaman, tangannya yang mungil itu halus tapi kuku jarinya
tajam karena tidak dipotong. Sepertinya bayi ini haus. Heeeemm… aku bersama
Lina (pasangannya mas Arif) mulai berusaha mendiamkannya tapi ia seperti ia
belum mengenal kami jadi bukannya diam bayi yang satu ini menangis sejadijadinya. Tubuh merahnya tambah merah, ruangan sempit inipun penuh dengan
suara tangisnya. Sebenarnya bayi ini nangis gara-gara lapar apa gara-gara liat aku
ma lina ya??? Heeemmmm….
Melihatnya menangis bukannya cepat menggendongnya, aku ma lina malah
bingung mau ngapain. Ibu pengasuhnya bilang kita boleh buka boxnya. Lina
menggendongnya, walaupun sedikit kaku setidaknya dia berani mengendong bayi
mungil ini. Melihatnya diam sambil asik ngedot susu yang baru membuat suasana

yang tadinnya kacau menjadi lebih tenang. Adek yang satu ini, semoga bundamu

cepat mengambilmu dari tempat ini yaa… biar kamu bisa menikmati wangi
bundamu dan hangatnya pelukan orangtuamu. Dalam hati aku berjanji akan segera
menemui mereka lagi, secepatnya dan semoga bisa membawakan mereka sesuatu.