PERCOBAAN VI Judul Percobaan ALUMINIUM D

Kelompok 3
Judul Percobaan
Tujuan Percobaan

Hari / Tanggal
Tempat

PERCOBAAN VI
: ALUMINIUM DAN SENYAWANYA
: 1. Mempelajari Kimia Aluminium dan Senyawanya
2. Membandingkannya dengan Magnesium dan
Senyawanya.
: Kamis / 29 April 2010.
: Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin.

DASAR TEORI
(Latin: alumen, alum) Orang-orang Yunani dan Romawi kuno
menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses
pewarnaan. Pada tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk
basa alum dan Lavoisier, pada tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida
logam yang belum ditemukan.

Wohler yang biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil
mengisolasi logam ini pada 1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil
dipersiapkan oleh Oersted dua tahun sebelumnya. Pada 1807, Davy
memberikan proposal untuk menamakan logam ini aluminum (walau belum
ditemukan saat itu), walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan
aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya
yang berakhir dengan “ium”.
Aluminium juga merupakan pengejaan yang dipakai di Amerika
sampai tahun 1925 ketika American Chemical Society memutuskan untuk
menggantikannya dengan aluminum. Untuk selanjutnya pengejaan yang
terakhir yang digunakan di publikasi-publikasi mereka.
Metoda untuk mengambil logam aluminium adalah dengan cara
mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. Metoda ini ditemukan
oleh Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di
Perancis. Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak
lagi digunakan untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya
adalah cariran buatan yang merupakan campuran natrium, aluminium dan
kalsium fluorida.
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak
bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang

mudah diperoleh adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al 2O3.nH2O, dan
kryolit, Na3AlF6.
I.

Aluminium dan Senyawanya

96

Kelompok 3
Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina, Al 2O3. meskipun
demikian, kesederhanaan ini diimbangi dengan adanya bahan-bahan polimorf
dan terhidrat yang sifatnya bergantung kepada kondisi pembuatannya. Terdapat
dua bentuk anhidrat, Al2O3 yaitu α – Al2O3 dan γ – Al2O3. α – Al2O3 stabil pada
suhu tinggi dan juga metastabil tidak terhingga pada suhu rendah. Ia terdapat di
alam sebagai mineral korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan γ – Al2O3
atau oksida anhidrat apapun di atas 1000 oC. γ – Al2O3 diperoleh dengan
dehidrasi oksida terhidrat pada suhu rendah (~450oC). α – Al2O3 keras dan
tahan terhadap hidrasi dan penyerangan asam, sedangkan γ – Al2O3 mudah
menyerap air dan larut dalam asam. Alumina yang digunakan untuk
kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktifan adalah γ –

Al2O3.
Adapun sifat-sifat alumunium yang lain :
1.
Bereaksi dengan oksigen membentuk lapisan tipis oksida yang
melindungi dari oksidasi lebih lanjut.
2.
Bereaksi dengan asam membebaskan gas hidrogen.
3.
Bila dipanaskan kuat di udara, Al terbakar membentuk oksida dan
sedikit nitrida.
4.
Alumunium larut dalam larutan NaOH encer
Al (s) + OH- (aq) + 3H2O (l)
Al(OH)4- + 3/2 H2 (g)
5.
Dapat mereduksi Fe2O3 disertai pelepasan panas yang besar (dipakai
untuk mengelas baja).
6.
Senyawa hidroksidanya bersifat amfoter
Al(OH)3 + 3 HCl

AlCl3 + 3 H2O
Al(OH)3 + NaOH
NaAlO3 + 2 H2O
7.
Logam Al berwarna putih mengkilap, mempunyai titik leleh tinggi
(660°C), moderat lunak, dapat dibuat aliansi, dan tahan terhadap korosi
udara.
8.
Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)
9.
Tahan korosi
10.
Penghantar listrik dan panas yang baik
11.
Mudah di fabrikasi/di bentuk
12.
Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa
ditingkatkan

Aluminium dan Senyawanya


97

Kelompok 3
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan
pemaduan dan heat treatment dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya.
Aluminium komersil selalu mengandung ketidak murnian ± 0,8% biasanya
berupa besi, silicon, tembaga dan magnesium. Sifat lain yang mnguntungkan
dari aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan
cara penuangan apapun. Dapat deforming dengan cara: rolling, drawing,
forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit sekalipun.
Pembuatan alumunium
Aluminium dibuat dalam skala yang sangat besar, dari bauksit. Ia
dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH (aq) dan diendapkan ulang sebagai
Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasinya dilarutkan dalam
lelehan kriolit (Na3AlF6)., dan lelehannya pada 800 sampai 1000oC
dielektrolisis. Aluminium adalah logam yang keras, kuat dan berwarna putih.
Meskipun sangat elektropositif, ia bagai manapun juga tahan terhadap korosi
karena lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada
aluminium, yaitu proses yang disebut anodisasi; lapisan-lapisan segar dapat

diwarnai dengan pigmen.
Alumunium dapat dibuat dari elektrolisis Al 2O3 cair dengan larutan
elektrolit kriolit (Na3AlF6)
Reaksi
: Al2O3
2 Al3+ +3 O2Katode
: Al3+ (l) + 3 e
Al (l)
x4
Anode
: 2 O2- (l)
O2 (g) + 4e
x3
4 Al3+ (l) + 6 O2- (l)
4 Al (l) + 3 O2 (g)
Aluminium adalah logam terpenting brdasarkan massa, aluminium
menempati urutan ke 3 diantara unsure yang terbesar kelimpahannya dikerak
bumi. Bijih Aluminium yang terpenting adalah bauksit yang mengandung
Al2O3. Sepanjang sejarah peradaban manusia, senyawa aluminium sudah
digunakan diberbagai-bagai bidang. Tanah liat pada dasarnya adalah hidrat

aluminium silkikat dan tembikar sudah sejak 8000 tahun yang lampau.
Aluminium adalah logam yang ringan, stabil di udara, mudah dibuat, kuat dan
tahan terhadap korosi.
Untuk ekstraksi aluminium bauksit perlu dimurnikan berdasarkan sifat
amfoter dari aluminium dan senyawanya. Mula-mula pada bauksit ditambahkan
larutan NaOH tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Al2O 3

+ 2OH-

Aluminium dan Senyawanya

2AlO2- + H2O

98

Kelompok 3
Jika filtrat mengandung AlO2- diasamkan akan terbentuk endapan Al(OH)3
Al(OH)3
AlO2- + H2O

Setelah disaring, Al(OH)3 dipijar dan hasil pemijarannya adalah Al2O3 (s)
Al(OH)3

panas

Pada ekstraksi aluminium, Al2O3
Na3AlF6 kemudian dilektrolisis.

AlO2(s)

+ 3H2O

dilarutkan dalam leburan kriolit

Reaksi – reaksi ion Al33+dalam air
Bila garam aluminium dilarutkan ke dalam air, ion Al3+ mengalami hidroksi.
Al3+ + H2
[Al(H2O)6]3+
Ion hesa aquao aluminium (III) / (Al3+(aq))
Oleh karena kerapatan ion sangat besar maka ion ini dapat menarik

elektron dalam ikatan OH- dari air dekatnya, sehingga air merupakan donor
proton.
[ Al(H2O)6)]3+ + H2O
[Al(H2O)5(OH)2+] + H3O
Oleh karena itu larutan garam Al3+ bersifat asam, asam-asam asetat.
Jika basa yang lebih kuat dari air seperti S2- dan CO22- ditambahkan pada
larutan aluminium, ion H+ akan dilepaskan dari [ Al(H2O)6)]3+ .
[Al(H2O)6]3+ + 3 S[Al(H2O)3(OH)3] + 2 H2S
Reaksi yang mirip terjadi jika basa kuat seperti NaOH (aq)
ditambahkan pada larutan garam Al.
[Al(H2O)6]3+ + 3OH- (aq)
[Al(H2O)3(OH)3] + (H2O)3
Dengan NaOH (aq) berlebih endapan akan melarut.
[Al(H2O)3(OH)3] (s) + OH[Al(H2O)3(OH)3] + H2O
Meskipun tidak tepat, reaksi antara ion aluminium dengan NaOH (aq),
baisanya ditulis sebagai berikut :
Al3+ (aq) + 3OH- (aq)
Al(OH)3 (s)
Al(OH)3 (s) + OH (aq)
Al(OH)4- (aq)

Larutan jenuh
Aluminium hidroksida seperti halnya aluminium oksida adalah
amfoter, melarut dalam basa membenttuk aluminat dan dalam asam membentuk
garam Aluminium. Sesuai dengan harga potensial elektrodanya (-1,66 V) dapat
Aluminium dan Senyawanya

99

Kelompok 3
diramal bahwa aluminium lebih reaktif dari seng dan logam ini mudah bereaksi
denga oksigen, melarut dalam asam encer dan membebaskan hidrogen.
Meskipun tidak terlihat denga jelas, sebenarnya aluminium bereaksi dengan
oksigen. Namun, setiap permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh
aluminium oksida sangat tipis. Lapisan oksida yang hanya setebal 10 4 m sangat
keras, stabil dan tidak berpori iti melindungi aluminium dari reaksi dengan
oksigen sehingga terhalang dari oksida selanjutnya.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi

3. Gelas kimia 200ml
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur 10ml
6. Penjepit tabung
7. Kaca arloji
8. Neraca analitik
9. Hot plate
10. Penangas air

3buah
1buah
1buah
2buah
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah

B. Bahan yang digunakan
1. Keping Aluminium
2. Pita Mg
3. HCL encer
4. NaOH encer
5. Larutan Al3+ 0,1M
6. Larutan Mg2+ 0,1M
7. Larutan HgCl2
8. MgO
9. Al2O3
10. Almuium foil
11. Aquadet
12. Kertas Indikator Universeal
III. PROSEDUR KERJA
Eksperimen 1 : Reaksi dengan Asam Klorida
1.
Mencampurkan 5 mL asam klorida encer dengan 3 keping logam
alumunium dalam satu tabung reaksi.
Aluminium dan Senyawanya

100

Kelompok 3
2.

Memanaskan campuran ini jika Al belum bereaksi setelah 5
menit.

3.

Mengulangi percobaan dengan pita Mg sebagai pengganti keping
Al.

Eksperemen 2 : Reaksi dengan Larutan Natrium Hidroksida
1.
Mencampurkan 5 mL larutan NaOH encer dengan 3 keping Al
atau sesendok serbuk Al dalam tabung reaksi.
2.
Memanaskan tabung reaksi tersebut jika setelah 5 menit belum
terjadi reaksi.
3.
Mengulangi percobaan dengan serbuk Mg sebagai pengganti Al.
4.
Membandingkan kedua reaksi.
Eksperimen 3 : Reaksi dengan Oksigen
1.
Meletakkan secarik Alumunium foil dalam gelas kimia.
2.
Menetesi dengan larutan merkuri (II) klorida.
3.
Membiarkan beberapa menit, kemudian mencuci Al foil
dengan air.
4.
Membiarkan foil ini beberapa menit di udara.
Eksperimen 5 : Membandingkan Sifat Asam Basa Alumunium Oksida dan
Magnesium Oksida
1. Memeriksa reaksi dari aluminium oksida dan magnesium oksida dengan
air.
2. Memeriksa pH larutan.
3. Memeriksa reaksi oksida-oksida ini, mula-mula dengan asam klorida
encer kemudian dengan natrium hidroksida encer (menggunakan 0,1 g
oksida dalam 3 mL asam atau basa).
Eksperimen 6 : Membandingkan Sifat Asam Basa ion Al 3+ dan Mg2+ yang
terhidrasi.
1.
Menuangkan 3 mL larutan Al3+ (aq) ke dalam
sebuah tabung reaksi ke dalam tabung yang lain 3 mL larutan Mg 2+ 0,1
M.
2.
Memeriksa pH setiap larutan dengan kertas
indikator.

Aluminium dan Senyawanya

101

Kelompok 3
3.

Menambahkan larutan NaOH encer pada 3
mL larutan Al3+ (aq) 0,1 M sehingga endapan yang terbentuk melarut
lagi.
4.
Mengulangi percobaan untuk larutan Mg2+
(aq) 0,1 M sebagai pengganti larutan Al3+ (aq) 0,1 M.
IV. DATA PENGAMATAN
No
1

Variabel yang diamati
Eksperimen 1. Rekasi dengan HCl
5mL HCl encer + 1 Keping logam Al

Hasil Pengamatan
-

Larutan
bening

-

-

Memanaskan

Tidak terjadi
reaksi

2

5mL HCl encer + 1 keping pita Mg

-

1

Eksperemen 2 : Reaksi dengan Larutan
Natrium Hidroksida
5mL NaOH encer + 1 keping Al

-

2

Memanaskan
5ml NaOH encer + 1 keping pita Mg

-

-

-

Memanaskan

-

Muncul
gelembung gas
Muncul
gelembung gas
Logam Mg
melarut
Muncul
sedikit gelembung
gas
Muncul
lebih banyak
Pita Mg
berwarna Hitam
Timbul
gelembung lebih
banyak

Eksperimen 3 : Reaksi dengan Oksigen
1

Secarik aluminium foil + ±24 tetes HgCl2

-

Membasuh dengan aquadest

-

2
Membiarkan beberapa menit
-

Aluminium dan Senyawanya

102

Aluminium
foil seperti melepuh
Terdapat
lubang-lubang kecil
pada aluminium
Aluminium
mrnjadi rapuh dan
hancur menjadi abu

Kelompok 3

No

1

Variabel yang diamati
Eksperimen 5 : Membandingkan Sifat
Asam Basa Alumunium Oksida dan
Magnesium Oksida
Al2O3 + 3 mL air

2

0,1034g Al2O3 + 3mL HCl

3

0,1037g Al2O3 + 3mL NaOH

4

0,1060g MgO + 3mL air

Hasil Pengamatan

-

-

-

5

6

0,1051g MgO + 3mL HCl

-

0,1080g MgO + 3mL NaOH

-

-

Eksperimen 6 : Membandingkan Sifat
Asam Basa ion Al3+ dan Mg2+ yang
terhidrasi.
Aluminium dan Senyawanya

103

Larutan
keruh berendapan
(+) pH= 8
Larutan
keruh dan
berendapan (++)
pH=2
Larutan
keruh dan
berendapan (+++)
pH=13
Larutan
heterogen
MgO
mengapung (+)
pH=9
Larutan
heterogen, terdapat
gumpalan(++) pH=9
Larutan
heterogen, terdapat
endapan (+++)
pH=13

Kelompok 3

1

3mL Larutan Al3+ + 3mL NaOH

-

2

3mL Larutan Mg2+ + 3mL NaOH

-

Terbentuk
endapan pH=3
Terbntuk
endapan pH=6

V. ANALISIS DATA
Eksperimen 1. Rekasi dengan HCl
Pada percobaan pertama yaitu memasukkan 1 keping Aluminium
kedalam larutan HCl encer menghasilkan sedikit gelembung gas di logam Al.
Reaksinya berjalan lambat, sehingga memerlukan pemanasan agar keping Al
melarutkan walaupun sedikit dan gelembung gas semakin banyak.
Pada dasarnya logam Al kurang reaktif karena terlindung oleh
oksidanya, sehingga perlu pemanasan. Pada saat aluminium bereaksi dengan
asam maka akan menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan pada pencampuran 5
ml larutan HCl encer dengan 1 pita magnesium, reaksi berlangsung cepat,
dimana Mg langsung melarut disertai terbentuk gelembung gas yang banyak
dan larutan menjadi panas. Mg sangat mudah bereaksi dengan mereduksi ion
H+ menjadi H2 dan menghasilkan garam MgCl2.
Reaksi yang terjadi :
Al (s) + 3 H+ (aq)
Mg+ (s) + 2HCl (aq)

Al3+ (aq) + 3H2 (g)
MgCl (aq) + 3H2 (g)

Dilihat dari potensial elektroda masing-masing :
Al(s )
Al3+ + 3e
E° = + 1,67 V
+
3 H + 3e
3/2 H2
E° = 0 V
Al(s) + 3H+
Al3+ + 3/2 H2 E° = + 1,67 V
Mg(s)
2 H+ + 2e
Mg (s) + 2H+
Aluminium dan Senyawanya

Mg2+ + 2e E° = + 2,34 V
H2
E° = 0 V
Mg2+ + H2 (g) E° = + 2,34 V

104

Kelompok 3
Dari harga potensial elektroda di atas dapat diketahui bahwa Mg lebih
besar potensial elektroda dibandingkan potensial elektroda Al. Dengan kata
lain walaupun Al dan Mg sama-sama bisa bereaksi dengan HCl encer, tetapi
Mg lebih mudah bereaksi dari pada Al.
Eksperemen 2 : Reaksi dengan Larutan Natrium Hidroksida
Pada percobaan ini, saat 3 keping logam Almuium dimasukkan kedalam
NaOH encer terlihat ada gelembung gas. Namun reaksi ini berlangsung agak
lambat karena pada Aluminium terdapat lapoisan oksida yang melapisinya.
Sehingga dilakukan pemanasan agar mempercepat reaksi.
Reaksi yang terjadi adalah:
Al2O3 (s) + 2OH- (aq) + 3H2O
2[Al (OH)4]- (aq) + H2 (g)
Pada perlakuan berikutnya yaitu memasukkan pita Mg dalam 5 ml
NaOH encer menghasilkan gelembung sedikit. Bila dibandingkan dengan
Aluminium, maka jumlahnya lebih sedikit, lalu dilakukan pemanasan, reaksi ini
berlangsung lambat.
3MgO (s) + 3OH- + 5H2O
3 [Mg(OH)3]- + 2H2 (g) + 2O2 (g)
Eksperimen 3 : Reaksi dengan Oksigen
Percobaan ketiga ini yaitu meneteskan larutan HgCl 2 pada kertas
alumunium Foil, menurut hasil pengamatan pada Aluminium Foil terbentuk
gelembung seperti luka melepuh. Kemudian mendiamkan beberapa menit
Aluminium Foil menjadi warna keabu-abuan akibat terkikisnya lapisan
Aluminium pada aluminium Foil tersebut. Alumunium Foil dicuci dengan air
terbentuk gelembung dibawahnya. Setelah itu membiarkannya beberapa menit
diudara. Kertas Aluminium Foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur
menjadi abu.
Reaksi dengan oksigen terjadi setelah Al Foil direaksikan dengan HgCl 2
yang membentuk oksida, Al yang berbentuk seperti abu, yaitu Al2O3.
Reaksi :
HgCl2 + Al2O3
2 AlCl3 + 3 HgO
HgCl2 dapat membersihkan lapisan permukaan Alumunium Foil secara,
efektif karena HgCl2 tersebut dapat melepaskan lapisan oksida dari alumunium
sesuai dengan reaksi di atas.
Aluminium dan Senyawanya

105

Kelompok 3
Setelah lapisan Aluminium terkikis, kemudian dicuci dengan aquadest.
Perlakuan selanjutnya yaitu membiarkan di udara, sehingga terjadi reaksi
dengan oksigen membentuk lapisan tipis oksida (AlCl3) yang melindungi dari
oksidasi lebih lanjut.Reaksi yang terjadi :
2 Al (s) + 3/2 O2 (g)
Al2O3 (s)
Tetapi saat dibiarkan di udara kertas Al Foil terkelupas semua dan lama
kelamaan hancur menjadi abu. Hal ini mungkin terlalu banyaknya HgCl 2 yang
ditetesi sehingga bukan hanya menghilangkan pelindung oksida pada
aluminium melaikan menghancurkan aluminiumnya juga.

Eksperimen 5 : Membandingkan Sifat Asam Basa Alumunium Oksida dan
Magnesium Oksida
Oksida Al (Al2O3) dalam air cenderung membentuk asam, walaupun
juga bisa bersifat basa, karena memiliki sifat amfoter, dimana H 2O akan
memberikan sifat asam (H +) sehingga terbentuk 2Al(OH)3. Pada saat
pengukuran diketahui pH= 8. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Al2O3 + H2O
2Al(OH)3
Al2O3 dicampur dengan HCl ener menghasilkan larutan keruh dan
terdapat endapan putih dan bersifat asam.
Al2O3 (s) + 6HCl (aq) encer
AlCl3 (aq) lambat + 3H2O (g)
Al2O3 yang direaksikan dengan NaOH terdapat endapan putih dan
setelah diuji dengan indikator universal didapat pH=13.
Adapun rekasi yang terjadi adalah:
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l) —> 2NaAl(OH)4(aq)
Sedangkan untuk MgO dalam air cenderung membentuk basa karena
terdapatnya endapan putih Mg(OH)2 yang merupakan basa kuat. pH=9
MgO (s) + H2O (aq) encer
Mg(OH)2 (s)
Sedangkan untuk MgO dalam HCl encer menghasilkan endapan putih keruh
dan melayang-layang. Setelah diuji dengan indikator universal, pH=9
MgO (s) + 2HCl (aq) encer
MgCl2 (s) + H2O (aq)
Aluminium dan Senyawanya

106

Kelompok 3
MgO direaksikan dengan NaOH menghasilkan laruta keruh dan terdapat
endapan putih, dan pada saat duji dengan kertas indikatot universal didapat
pH=13. Adapun reaksi yang terbentuk adalah:
MgO(s) + 2NaOH(aq) - - - - > Mg(OH)2 + 2Na2O(aq)
Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa logam Aluminium dapat bereaksi
dengan senyawa asam encer dan basa encer. Dengan kata lain sifat yang
dimiliki oleh logam Aluminium itu disebut Amfoter.

Eksperimen 6 : Membandingkan Sifat Asam Basa ion Al 3+ dan Mg2+ yang
terhidrasi.
Pada percobaan keenam, dimana ketika larutan Al 3+ tersebut diperiksa
dengan kertas indikator, pHnya = 3 hal ini menunjukkan bersifat asam.
Kemudian ketika larutan Mg2+ diperiksa dengan kertas indikator pH = 6, yang
menunjukkan Mg2+ tersebut bersifat masih asam, namun sebenarnya Mg2+
bersifat basa. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam
mengamati warna dalam kertas indikator.
Untuk Al3+ ketika ditambahkan NaOH encer larutan berwarna putih
susu dan terdapat endapan putih, kemudian endapan melarut saat penambahan
NaOH 7 mL, karena Al3+ juga bersifa basa (amfoter), sehingga ion akan
menjadi ion negatif.
Reaksinya :
Al3+ (aq) + 2OH- + 3H2O
6 Al(OH)4Karena [Al(H2O)2]- larut dalam air dan [Al(OH)3(H2O)3] tidak melarut
sebab [Al(H2O)2]- ion yang tentunya akan melarut, sedangkan [Al(OH) 3(H2O)3]
tidak dapat mengion sebagai donor akseptor elektron dalam air karena air
bukan basa kuat.
Reaksi dalam basa kuat :
[Al(H2O)6]3+ + 3 OH
[Al(H2O)3(OH)3] (s) + H2O (l)
Reaksi dalam larutan NaOH berlebih :
[Al(H2O)3(OH)3] (s) + OH (aq)

[Al(H2O)2(OH)4]- (aq) + H2O (aq)

VI. KESIMPULAN
1. Reaksi logam Aluminium dalam HCl encer berjalan lambat dan
memerlulkan pemanasan. Reaksi berjalan lambat karena logam
Aluminium dan Senyawanya 107

Kelompok 3
Aluminium memiliki lapisan oksida Aluminium yang bersifat
melindungi logamnya. Sedang pada reaksi Pita Mg dengan HCl encer
berlangsung dengan cepat tanpa ada pemanasan.
2. Logam aluminium lebih mudah terlarut dalam larutan NaOH
dibandingkan dengan Magnesium
3. Larutan HgCl2 dapat membersihkan permukaan aluminium foil.
4. Ion Al3+ bereaksi dengan basa kuat menghasilkan endapan,
penambahan NaOH selanjutnya dapat melerutkan kembali endapan,
sedangkan untuk ion Mg2+ endapannya tidak dapat larut.
5. Aluminium bereaksi dengan asam menghasilkan gas nitrogen
Al(s) + 3H+(aq) - - - - - - > Al3+ + 3/2 H2
Aluminium beraksi dengan basa kuat menghasilkan larutan Aluminat:
Al(s) + OH-(aq) - - - - - - - > [Al(OH)4]- + 3/2 H2
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1992. Kimia Unsur dan Radiokimia.Bandung: PT.Citra Aditya
Bakti.
Alfara. 16 Juni 2009. Pembuatan Aluminium. afrahamiryano.blogspot.
http://afrahamiryano.blogspot.com/2009/06/pembuatan-aluminium.html.
diakses tanggal 25-06-2010.
Anonim. 5 Juni 2010. Aluminium. Wikipedia Eksiklopedia Bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium. diakses tanggal 25-06-2010.
Cotton dan wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarata: UI
Dini

Harsanti. 17 Desmber 2008. Pembuatan Logam Aluminium.
diniharsanti.blogspot.
http://diniharsanti.blogspot.com/
2008/12/pembuatan-logam-aluminium.html. diakses tanggal
2506-2010.

S,Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB
Saadi, Parham dan Mahdian. 2008. Panduan Praktikum Kimia Anorganik.
Banjarmasin: FKIP UNLAM

Aluminium dan Senyawanya

108

Kelompok 3

LAMPIRAN

1.

2.

3.

Eksperimen.1.Reaksi dengan HCl
Reaksi dengan HCl
- Al =
saat ditambahkan HCl terbentuk gelembung gas dikeping Al,
reaksi lambat sehingga memerlukan pemanasan.
Reaksi
Al2O3(s) + 6 HCl(aq)
2AlCl3(aq) + 3H2(g)
- Mg = saat ditambahkan HCl, Mg melarut dan terbentuk gelembunggelembung gas, reaksi cepat sehingga tanpa pemanasan.
Reaksi
Mg(s) + 2 HCl(aq)
MgCl2(aq) + H2(g)
Baik Al maupun Mg dapat bereaksi dengan HCl membentuk suatu garam
dan gas H2, dan harga potensial elektrodanya positif (+) sehingga dapat
bereaksi. Al lambat bereaksi karena harga potensial elektroda Mg lebih
besar dibandingkan Al.
Eksperimen.2. Reaksi dengan larutan NaOH
Logam Al
Saat ditambahkan NaOH terdapat gelembung gas sedikit (namun lebih
banyak bila dibanding dengan Mg). Logam Al melarut dan timbul
gelembung gas yang banayak pada saat pemanasan.
Pita Mg
Saat ditambahkan NaOH terdapat gelembung-gelembung gas setelah
dipanaskan Mg melarut sedikit (reaksi berjalan lambat dibanding dengan
logam Al).

4.

Persamaan reaksi yang terjadi:
Al (s) + NaOH(aq)
Aluminium dan Senyawanya

109

3Na+(aq) + AlO33-(s)

Kelompok 3
Mg(s) + 2NaOH
6.

7.

Mg(OH)2 + 2 Na+

Karena apabila panci Aluminium dicuci dengan Na2CO3 akan rusak dan
bereaksi dengan Na2CO3 sehingga lapisan Aluminium akan terkikis.

Eksperimen.3. Reaksi dengan Oksigen
Reaksi dengan Oksigen
Ketika larutan HgCl2 diteteskan pada kertas Al Foil. Pada Al Foil
terbentuk gelembung dan terkikis, setelah didiamkan kemudian dicuci
dengan air, terbentuk gelembung dibawah Al. Foil. Saat dibiarkan diudara
lapisan Al terkelupas semua dan lama-kelamaan hancur seperti abu.
Persamaan reaksi :
HgCl2(aq) + Al2O3(s)
2 AlCl3 + 3 HgO
2 Al(s) + 3/2 O2(g)
Al2O3(s)

8.

Karena HgCl2 dapat melepaskan lapisan oksida dari alumunium, sesuai
dengan reaksi no.7 di atas

9.

Terbentuk Al2O3 karena saat Al bereaksi dengan udara membentuk lapisan
tipis oksida yaitu Al2O3 yang melindungi dari oksidasi lebih lanjut. Al2O3
stabil karena sulit bereaksi dengan udara yang ada disekitarnya serta sulit
bereaksi dengan asam/basa encer dan asam pekat.

10. Aluminium tidak mengalami korosi karena Al terlindungi oleh oksidanya
sehingga sulit bereaksi dengan udara.
11. Kegunaan logam Aluminium:
a. Untuk lapisan peralatan memasak
b. Untuk pembungkus makanan
c. Untuk bahan kontruksi dasar pada rangka, baik gedung mobil maupun
pesawat terbang
d. Sebagai kabel listrikl
Sifat Aluminium:
a. Ringan, tahan terhadap korosi udara serta tidak beracun
Aluminium dan Senyawanya 110

Kelompok 3
b. Bersifat reflektif
c. Daya hantar listrik besar
d. Sebagai reduktor

Eksperimen 5 : Membandingkan Sifat Asam Basa Alumunium Oksida dan
Magnesium Oksida
15. Reaksi Al2O3 dengan air menghasilkan larutan keruh dan terdapat
endapan putih serta pH=8.
Reaksi MgO dengan air menghasilkan larutan berendapan putih dengan
pH=8.
Adapun kedua oksida ini sama-sama bersifat basa.
16. Oksida yang bersifat basa adalah MgO
Amfoter adalah Al2Cl3.
17. Persamaan Reaksi :
Al2O3 (s) + 6HCl(aq)encer
Al(s)+ OH-(aq) + 3H2O()
MgO(s) + 2HCl encer(aq)
MgO(s) + 2NaOH(aq)encer

AlCl3(aq)lambat + 3H2O()
Al(OH)-4 + 3/2 H2(g)
MgCl2(s) + H2O(aq)
Mg(OH)2(s) + Na2O

18. Yang menyebabkan asam Bronsted -Lowry terkuat adalah Al 3+ karena
asam melepaskanIon H+ bila dilarutkan dalam air, untuk melepaskan AL2+,
sedangkan Mg2+ bersifat basa.
19. Ketika larutan Al3+ ditambahkan NaOH 1 ml terbentuk endapan putih,
kemudian ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 6 ml endapan melarut
Reaksi :
Al3+(aq) + 3 NaOH(aq)
Al(OH)3(s) + 3 Na+(aq)
3+
[Al(H2O)6] + 3 OH
[Al(H2O)3(OH)3](s) + 3H2O(l)
20.

[Al(H2O)2]- melarut sedangkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak melarut, karena
[Al(H2O)2]- merupakan ion kompleks yang tentunya melarut, sedangkan
[Al(OH)3(H2O)3] tidak dapat mengion sebagai donor akseptor elektron
dalam air.

Aluminium dan Senyawanya

111

Kelompok 3
21. Ketika larutan Mg2+ 0,1M tidak melarut dalam NaOH berlebih karena
Mg2+(aq) tidak bersifat amfoter seperti Al3+(aq), sehingga tidak dapat
berbalik sifat untuk menyesuaikan dengan larutannya, karena endapan
basa tidak bisa larut dalam basa.
22. Perbedaannya :
Al bersifat amfoter, sehinnga kurang reaktif.
Mg bersifat basa,sehingga lebih reaktif.

Aluminium dan Senyawanya

112

Kelompok 3

FLOWCHART

Eksperimen 1. Reaksi dengan asam klorida

5 mL HCl 0,01 M + 1 keping Aluminium *
- mendiamkan selama 5 menit
- memanaskan campuran jika tidak
terjadi reaksi
Larutan

* Mengulangi percobaan dengan menggunakan1 pita Magnesium sebagai
pengganti 1 keping Aluminium
Eksperimen 2. Reaksi dengan larutan natrium hidroksida

5 mL NaOH 0,01 M + 1 keping Aluminium
- mendiamkan selama 5 menit
- memanaskan jika tidak terjadi reaksi
Larutan

* Mengulangi percobaan dengan menggunakan1 pita Magnesium sebagai
pengganti 1 keping Auiminium
Aluminium dan Senyawanya

113

Kelompok 3

Eksperimen 3. Reaksi dengan oksigen
Aluminium foil + larutan merkuri (II) klorida
- membiarkan beberapa menit
- mencuci Aluminium foil dengan air

serbuk berwarna keabu-abuan

Eksperimen 5. Reaksi dengan oksigen
Al2O3 + Aquadest
- memasukkan kedalam tabung reaksi
- memeriksa rekasi
- memeriksa pH
Larutan Al(OH)3
NB: Mengulangi percobaan dengan mengganti Al2O3 dengan MgO

NaOH (aq) 0,1 M + 3 mL Al3+ (aq) 0,1 M *
Menambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai endapan yang terbentuk melarut lagi

Larutan
Aluminium dan Senyawanya

114

Kelompok 3

NB:
- Mengulangi percobaan yang sama dengan mengganti NaOH encer dengan
HCL encer.
- Mengulangi percobaan yang sama dengan mengganti Al2O3 dengan MgO
Eksperimen 6. Reaksi dengan oksigen
3 mL Al3+ (aq) 0,1 M
- memeriksa pH larutan dengan kertas indikator

pH larutan

3 mL Mg2+ (aq) 0,1 M
- memeriksa pH larutan dengan kertas indikator

pH larutan

NaOH (aq) 0,1 M + 3 mL Al3+ (aq) 0,1 M *
Menambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai endapan yang terbentuk melarut lagi

Larutan
Aluminium dan Senyawanya

115

Kelompok 3

* Mengulang percobaan untuk larutan Mg2+ (aq) 0,1 M sebagai pengganti
larutan Al3+ (aq) 0,1 M

Aluminium dan Senyawanya

116